Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENULISAN KARYA ILMIAH

NAMA : MUHAMMAD FARIDU ASRIH

NIM : 191510000416

Toleransi Antar Umat Beragama

Bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang majmuk, di tandai dengan


banyaknya ras, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang beraneka
macam. Untuk persoalan agama, negara indonesia bukanlah sebuah negara
teokrasi, melainkan secara konstitusional negara mewajibkan warganya untuk
memeluk satu agama yang diakui eksistensinya sebagaimana tercantum didalam
pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Negara memberi kebebasan kepada
penduduk untuk memilih salah satu agama yang telah ada di indonesia dari
keenam adama yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan
Konghucu

Kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara untuk terlibat dalam


menata kehidupan beragama. Tiap pemeluk memiliki dan mendapatkan
kesempatan dan mendapatkan agama dan menciptakan kehidupan beragama
sesuai dengan ajaran masing-masing. Pengembangan agama dan kehidupan
beragama tidak boleh menjurus kearah tumbuhnya pemikiran dan pemahaman
agama yang sempit karena hal ini akan menimbulkan konflik antar agama
melainkan keberagaman yang dimiliki bangsa indonesia harus dipandang sebagai
salah satu alat untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa indonesia
dengan selalu mengembangkan sikap tolenransi, saling menghargai satu dengan
yang lain.

Keberagaman atau kehidupan dalam linkungan besar mesupakan sumber


kekayaan budaya bangsa. Toleransi secara bahasa, kata ini berasal dari bahasa
latin “tolerare” yang berarti “sabar dan menahan diri”. Toleransi juga dapat berarti
sebagai suatu sikap yang saling menghormati dan saling menghargai antar
individu dan kelompok baik itu dalam masyarakat ataupun dalam lingkup yang
lain. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun terdapat
kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat yang serba majmuk, berbagai perbedaan yang ada
seperti ras, susku, dan agama atau antar bangsa indonesia, menuju cita-cita yang
di inginkan yaitu masyarakat yang adil dal makmur berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketuhanan adalah salah satu faktor penting dalam kita, dengan kita
menjadikan tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari, berarti kita bicara taat apa
yang tuhan mau lakukan pada hidup kita. Dengan cara kita memper erat hubungan
kita kepada tuhan baru kita dapat memper erat hubungan antar agama dan
menciptakan toleransi antar umat beragama. Memepererat hubungan dengan antar
umat beragama menciptakan perdamaian dalam agama. Tidak adanya perpecahan,
tidak terjadinya penistaan agama. Memang tidak mudah dalam memper erat
hubungan antar agama. Memper erat hubungan beragama sama halnya
menyatukan seluruh orang-orang tanpa memandang latar belakang agama mereka.
Memepererat hubungan antar agama juga berarti siap untuk menerima segala
perbedaan yang ada antar agaama satu dengan agama yang lain. Seperti yang
orang orang katakan dengan terciptanya perdamaian antar agama akan
terciptanya perdamaian antar penganut agama satu dengan agama yang lainya dan
masalah yang mengandung unsur-unsur keagamaan dapat kita antisipasi bahkan
kita bisa hindari. Contohnya adalah Gus Miftah yang mendatangi Gereja.

Jauh sebelum Gus Miftah datang ke gereja, mendiang Gus Dur sudah
lebih dulu melakukannya. Namun, kedatangannya memenuhi undangan tersebut
juga menjadi kontroversi KH Marzuqi Mustamar, Ketua Tanfidziyah Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, pernah bertanya mengenai alasan Gus
Dur datang ke gereja. Ia menyebut Presiden keempat di Indonesia itu datang
dengan niat merawat keimanan para pekerja yang seagama dengannya di lokasi
tersebut. "Jadi niatnya Gus Dur itu ingin merawat imannya orang-orang tadi itu.
Istilahnya Gus Dur, cari umat," ujar KH Marzuqi Mustamar di channel YouTube
Bangkit TV. "Kira-kira begitu benar atau salah? Menguatkan imannya orang yang
bekerja di sana (gereja) itu loh?" tanyanya ke jamaah. KH Marzuqi Mustamar
sadar ada hukum di agamanya yang melarang soal seorang muslim masuk ke
dalam gereja yang tentunya juga dipahami oleh Gus Dur. Oleh karena itu, ia
sendiri mungkin tidak berani melakukannya. "Tapi kelihatannya salah, gitu loh.
Lah, itu kalau bukan orang yang full karena Allah, tidak akan berani," kata KH
Marzuqi Mustamar. "Aku kalau ke sana hilang (gelar) kyai-ku, tidak ada yang
menyebut aku kyai," tuntasnya.

Pro dan kontra muncul setelah Gus Miftah menghadiri dan memberikan
sambutan berisi nasihat persatuan dalam peresmian Gereja Bethel Indonesia
(GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara. Kedatangan Gus Miftah tidak
sendirian. Dalam kesempatan itu hadir juga Gubernur DKI Jakarta, Anies
Baswedan. Namun hujatan langsung dialamatkan ke Gus Miftah. Ia dituding
menjadi kafir karena aksinya tersebut. Tidak lama setelahnya, pernyataan Ustaz
Abdul Somad soal hukum seorang muslim masuk ke dalam rumah ibadah umat
lain pun menjadi sorotan.

Dari kasus tersebut dapat kita simpulkan bahwa tingkat toleransi di


indonesia sangat minim khususnya pada kaum minoritas yang seringkali
terdiskriminasi dan tertindas. Apabila hal ini terus berlanjut, maka akan merusak
kedamaian dan tatanan sosial yang berlaku dimasyarakat. Oleh karena itu,
diperlukannya kerja sama dari pemerintah pusat hingga tingkat rukun tetangga,
untuk menjaga keamanan dan memberi pemahamn yang baik kepada
masyarakat. Setiap masyarakat memiliki haknya dalam menjalani kehidupanya
sendiri. Walaupun terdapat minoritas dalam suataun kalangan, alangkah baiknya
kita yang hidup berdampingan memiliki rasa toleransi yang cukup. Karena
adanya toleransii sesama manusia, maka akan sulit menciptakan kedamaian di
dunia ini. Maka, dari itu mari kita bersama menciptakan rasa toleransi agar kita
semua dapat menjalani hidup yang bahagia dan damai dengan sesama
walaupun terdapat berbedaan.

Anda mungkin juga menyukai