Anda di halaman 1dari 14

BAB 5

KERUKUNAN HIDUP ANTARUMAT BERAGAMA

Hidup dalam situasi keberagaman di Indonesia yang sangat plural selalu membawa kita pada
perjumpaan dengan yang lain yang berbeda dengan diri kita sendiri. Dalam proses perjumpaan itu
dibutuhkan adanya dialog agar kehidupan dan relasi dengan umat lain dapat berjalan dengan lebih
baik. Sebagaimana ditekankan oleh Raimundo Panikkar, dialog adalah langkah awal realistis yang
mungkin kita jalani Ketika berhadapan dengan pralitas, khususnya adalah plurtilas keberagaman.
Salah satu bentuk dialog yang mungkin diwujudkan dalam konteks negara kita adalah hidup rukun
dan bersikap telaran dengan umat beragama ain yang berbeda dengan kita.

Apa itu kerukunan hidup antar umat beragama

Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi,
saling pengertian, saling menghormati, dan saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya serta kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Sebagai istilah teknis,
konsep kerukunan hidup umat beragama terbentuk pada tamggal 30 November 1967 saat
diselenggarakan Musyawarah Antar Agama di Gedung Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Jakarta.
Musyawarah tersebut terjadi karena timbul ketegangan antar berbagai agama dibeberapa daerah
yang jika tidak segera diatasi akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Dasar kerukunan hidup antarumat beragama

Dasar utama kerukunan hidup antarumat beragama adalah UUD 1945, pasal 29: negara menjamin
kemerdekaaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanua masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya itu. Dasar yuridis ini diturunkan dalam beberapa Peraturan
dibawahnya. Penetapan Presiden RI No. 1 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau
penodaan agama. Keputusan Bersama Menag dan Mendagri No 1 tahun 1969 tentang Aparatur
Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan kelancaran pengembangan dan ibadat agama oleh
pemeluk-pemeluknya. Surat Kawat Mendagri No 264 th 1975 perihal penggunaan rumah tinggal
sebagai tempat ibadat. Instruksi Menag No 4 th 1978 tentang kebijaksanaan mengenai aliran-aliran
kepercayaan. Keputusan Menag no 84 th 1996 tentang petunjuk palaksanaan penganggulangan
kerawanan kerukunan hidup umat beragama.

Hambatan kerukunan hidup antarumat beragama

Hambatan intern yakni hambatan dari dalam lingkungan umat beragama itu sendiri seperti Saling
curiga, sikap menyamakan semua agama seolah-olah sama (semua agama sama menyembah
Tuhan), merasa agamanya yang paling benar agama yang lain salah.

Hambatan ekstern yakni hambatan dari luar lingkungan umat beragama misalnya agama dijadikan
alat politik sementara, kondisi ekonomi yang semakin menyulitkan masyarakat untuk hidup, dan
yang merisaukan adalah krisis multi dimensi. Fenomena maraknya narkoba, pornografi/pornoaksi
dan seks bebas, saling menghujat dalam masyarakat, hoaks, kode etik media yang diabaikan,
kemiskinan, pengangguran, terakhir pandemi covid-19 dll semuanya merupakan tanda-tanda krisis
multi dimensi yang melanda negeri kita.

Cara mengatasi hambatan kerukunan hidup beragama


1. Pendekatan pragmatis: pendekatan keamanan dengan menumpas setiap anarki dan
kekerasan. Memang seketika bisa teratasi tapi gejolak itu masih tersimpan seperti bara
dalam sekam.
2. Pendekatan legalistik: dengan peraturan perundang-undangan yang memberi rambu-rambu
perilaku umat beragama sehingga masing-masing merasa terlindungi. Memang inipun tidak
cukup, karena sifatnya masih terpaksa, padahal iman mengandaikan keiklasan ketulusan.
3. Pendekatan sosio institusional: para pemimpin agama berperan untuk menyadarkan
anggota jemaatnya untuk menjaga kerukunan, saling menghormati. Bahkan sering para
pemuka agama mengadakan forum komunikasi untuk menjaga kerukunan hidup antar umat.
4. Pendekatan kultural: kebiasaan mengadakan dialog untuk saling memahami dan mengerti
kemudian mencari titik temu dalam Kerjasama atau dalam hidup bersama. Kalau jumat
karyawan bisa istirahat lebih awal untuk memberi kesempatan umat muslim menunaikan
ibadat. Bisa saja disepakati masuknya lebih pagi atau jam istirahatnya yang digeser.
5. Pendekatan teologis: idealnya kerukunan dibangun dari dalam diri setiap umat beragama
dengan cara menghayati iman secara benar. Menghindari sikap eksklusif dan memupuk
sikap inklusif dan pluralis. Tetap berpedang pada iman dan aqidah masing-masing tapi saling
menghormati keyakinan orang lain.

Tampaknya pendekatan sosio kultural dan pemahaman teologis yang benar seperti menjadi cara
membina dan menjaga kerukunan hidup antar umat beragama yang ideal dan harus diusahakan
bersama. Usaha ini tentu membutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak, pemerintah, masyarakat
dan pemerintah secara Bersama-sama.

Satu kebenaran yang jelas kita yakini adalah bahwa Tuhan menghendaki semua manusia hidup
Bersama dengan rukun. Tuhan juga tidak ingin iman kepada Allah menjadi alasan untuk bertengkar
dan terpecah belah. Allah maha besar, kebenaranNya tidak bisa hanya di klaim oleh satu orang, satu
kelompok, satu aliran saja.

TOLERANSI HIDUP ANTARUMAT BERAGAMA

Sikap toleran adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh semua umat beragama untuk
mewujudkan hidup rukun antar umat beragama.

Apa itu toleransi hidup antar umat beragama

Toleransi atau Toleran secara bahasa kata ini berasal dari bahasa latin “tolerare” yang berarti
"sabar dan menahan diri". Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan
menghargai antarkelompok atau antarindividu (perseorang-an) baik itu dalam masyarakat ataupun
dalam lingkup yang lain. Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak
terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam
pluralitas kehidupan yang kita hadapi di Indonesia, kita dituntut untuk bersikap positif yakni mau
bersabar, saling memahami orang lain, dan saling menghormati.

Dasar toleransi hidup antarumat beragama

Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila. KeTuhanan Yang Maha Esa, menjadi pedoman hidup
bersama di Indonesia. Selama warga masyarakatnya mengakui keberadaan Tuhan apapun Namanya
maka mereka berhak hidup di Indonesia. UUD 1945, pasal 29, ayat 2: Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaannya. UU ini kemudian diturunkan dalam beberapa Peraturan
Perundangan dibawahnya, untuk menjabarkan detil tehnisnya. Pancasila dan UUD 1945 pasal 29
sebagai dasar toleransi hidup beragama harus diwujudkan dalam kehidupan nyata dimanapun.

1. Toleransi dalam kehidupan berkeluarga: ini menjadi awal hidup bertoleransi dalam lingkup
yang lebih luas. Dalam keluraga harus terjadi komunikasi, saling terbuka, saling
mengingatkan, saling memahami dan saling mengasihi.
2. Toleransi di dalam kehidupan kampus: di kampus kita hidup dengan banyak orang yang
berbeda ras, suku dan agama. Sikap saling menghargai, saling peduli dan peka terhadap
kebutuhan orang lain, termasuk karyawan. Kepedulian itu termasuk berbela rasa, simpati
dan empati atas kesulitan merek.
3. Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat: di masyarakat, toleransi dimulai dan diakhiri
dengan menggunakan bahasa kemanusiaan, tanpa pandang bulu, bentuknya saling
membantu mereka yang kesusahan, miskin dan tertindas.
4. Toleransi dalam kehidupan bernegara: bentuk toleransi ini dimulai dengan menjadi warga
negara yang baik, taat hukum dan bayar pajak. Kritik membangun bila ada kebijakan
pemerintah yang salah, yakni dengan memberi solusi yang berguna bagi masyarakat banyak.
5. Toleransi dalam kehidupan beragama: kenyataannya di Indonesia kita hidup dalam
keberagaman agama yang diatur dan dilindungi undang-undang. Maka mau tidak mau hidup
rukun, saling menghargai dan menghormati orang yang mempunyai keyakinan dan agama
berbeda adalah keniscayaan. Satu Langkah positif yang bisa dibuat adalah mengadakan
dialog, membuat Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB)

Prospek toleransi hidup antarumat beragama

Toleransi antar umat beragama menajadi sesuatu yang penting untuk kehidupan negara kita, karena
berbagai keanekaragaman yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perjalanan waktu
jika orang tidak mampu bersikap toleran makai ia akan tergeser dan terpinggirkan. Keterbukaan
akan kebenaran dalam agama lain dan juga kesadaran bahwa agamanya bukanlah satu-satunya
agama yang benar. Bahwa agama yang diyakini adalah benar itu memang. Kesadaran untuk
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan mulai semakin semarak. Setiap pemeluk agama semakin
disadarkan bahwa agamanya tidak berdiri sendiri. Agamanya selalu ada dalam kebersamaan dengan
agama yang lain untuk memuliakan Allah dan memperjuangkan penghormatan terhadap
keberadaaan sesama manusia. Maka dari itu toleransi menjadi sesuatu yang harus ada untuk
kehidupan bangsa ke depan.

KESIMPULAN

Di benua Asia, agama dan juga penganutnya harus berjumpa dengan pluriformtas keyakinan/agama.
Agama yang tidiak mau bersentuhan dengan kenyataan itu akan ditinggalkan oleh para
penganutnya. Perjumpaan dengan umat yang beragama lain terlaksana ketika dalam kehidupan
bermasyarakat mereka berusaha hidup rukun dan toleran dengan orang lain yang berbeda dengan
dirinya. Kerukunan dan toleransi adalah salah satu jalan yang bisa ditempuh demi terwujudna
kehidupan yang lebih manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 2002

Budi Purnomo, Pr. Jalan-jalan Toleransi demi Kasih dan Keadilah. Jogjakarta: Kanisius, 2002.

Coward, Harold. Pluralisme, Tantangan Bagi Agama-agama. Jogjakarta. Kanisius. 2003

Heuken SJ. A. ensiklopedi Gereja II. Jakarta: CLC. 1992

Sinaga, Martin L, (ed). Agama-agama Memasuki Milenium Ketiga. Jakarta: Grasindo. 2000.
BAB 3

AGAMA AGAMA BESAR DI DUNIA

Koentjaraningrat menjelaskan istilah agama, religi dan kepercayaan. Agama adalah istilah untuk
menyebut agama-agama formal yang diakui di Indonesia. Sedangkan religi adalah istilah untuk
menhyebut sisitim-sistim kepercayaan yang tidak diakui sebagai agama. Kepercayaan adalah sesuatu
yang mempnyai makna khas lebih pada penghayatan pribadi manusia dalam hubungannya dengan
yang ilahi. Dengan demikian aliran kebatinan tidak harus memeluk salah satu agama yang diakui di
Indonesia. Bahkan sejak Gus Dur menjabat sebagai presiden, Kong Hu Cu diakui sebagai agama resmi
di Indonesia, meskipun Budha dan Kong Hu Cu lebih senang menyebut tidak sebagai agama tetapi
sebagai jalan hidup yang benar, atau filsafat hidup yang benar atau tuntunan hidup yang benar.
Mereka bicara tentang bagaimana harus hidup benar supaya terjadi harmoni dalam kehidupan baik
dalam relasi dengan sesama manusia maupun dengan alam semesta.

Berikut kita akan bicara tentang agama-agama besar di dunia dalam arti apa faham mereka tentang
keselamatan.

HINDU

Keselamatan untuk semua orang. Tidak perlu menjadi orang hindu untuk mencapai keselamatan.
Bahkan jika orang tidak percaya akan adanya Tuhan, ateis dan agnostic dapat mencapai
keselamatan. Keselamatan dalam hindu dikenal sebagai self realisasi atau moksha. Lepas dari
lingkaran reinkarnasi, karma. Lingkaran kelahiran Kembali seturut karmanya. Moksa adalah tujuan
hidup yang utama bagi umat Hindu. Bila manusia lepas dari proses reinkarnasi, atman Kembali
kepada brahman. Brahman adalah kekuatan suci yang menyangga segala yang ada. Ada 4 jalan
menuju keselamatan: jalan bakti (ibadat penuh kasih) pure adalah tempat pemujaan mereka, jalan
karma (perbuatan baik), jalan jnana (membebaskan diri dari keterikatan duniawi dg membaca kitab
suci), dan jalan yoga (disiplin spiritual).

BUDHA

Menurut ajaran Buddha, “keselamatan” adalah kondisi di mana seorang sampai menemukan
kelepasan di nirwana (keabadian). Nirwana bukanlah suatu lokasi, melainkan suatu kondisi, yaitu
keterlepasan dari penderitaan. Atau suatu keadaan dimana orang tidak lagi terbakar oleh nafsunya.
Itulah situasi damai. Ketenangan mutlak. Nirwana bisa dicapai ketika asih hidiup di dunia, namun
situasi itu tidak bisa dibayangkan oleh manusia yang masih terikat oleh hal-hal duniawi. Nirwana
adalah kenyataan abadi, lenyapnya semua nafsu, berakhirnya penderitaan. Bagi umat budha bahagia
dan derita adalah buah karma di masa lalu. Manusia harus membebaskan diri dari dendam dan
benci. Mengutamakan kasih terhadap sesama mahluk hidup. Egoisme harus dibasmi supaya
penderitaan mahluk lain (entah manusia, hewan maupun tumbuhan) bisa dihindari bahkan
sebaliknya berusaha membahagiakan mereka. Vihara tempat ibadah mereka.

YUDAISME
Agama yahudi disebut yudaisme. Allah mereka disebut Yahwe. Leluhur mereka adalah Abrahan.
Monotheisme diawali dari sini. Allah Abraham juga Allah umat katolik, kristen dan islam.
Pengalaman pembebasan mereka dari tanah mesir menuju tanah terjanji menjadi pengalam
keselamatan bahwa Yahwe akan melindungi dan membimbing mereka. Yahwe bukan hanya akan
melindungi dan membebaskan mereka dari perbudakan bangsa Mesir, tetapi dari dosa yang telah
dibuat oleh Adam sehingga mereka terusir dari taman Eden. Yahwe akan mengembalikan tanah
terjanji itu.

KATOLIK

Inti ajaran Katolik sama dengan Kristen tetapi bukan hanya Kitab Suci (Sola Scriptura) yang menjadi
sumber wahyu Allah melainkan juga tradisi dan Magisterium atau kuasa mengajar gereja. Bukan
orang yang mengatakan ‘percaya pada Kristus’ yang diselamatkan melainkan juga harus
melaksanakan perintah-perintahnya. Inti perintahnya adalah kasih kepada Allah melebihi segala
sesuatu dan kasih kepada sesame seperti pada diri sendiri.

ISLAM

Ada dua dasar utama dalam agama Islam yang akan membimbing menuju keselamatan yakni rukun
islam dan rukun iman. Rukun Islam yakni tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
salat lima waktu, zakat, puasa dan ibadah haji bagi yang mampu secara ekonomi. Rukun iman yaitu
iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada
nabi dan rasulNya, iman kepada hari kiamat dan iman kepada takdir. Keselamatan dianugerahkan
kepada umat yang beriman kepada Allah SAW dan mengerjakan amal sholeh (Al Bayyinah 98). Al
Qur’an menyatakan bahwa keselamatan adalah hasil sinergi antara iman dan amal manusia (q.sal
Baqarah 25).

KRISTEN

Orang Kristen percaya bahwa Allah telah mengutus Putra tunggalNya untuk menyelamatkan
manusia dari belenggu dosa. Inti imannya adalah Yesus dikandung karena kuasa Roh Allah,
disalibkan pada pemerintahan Pontius Pilatus, wafat dan dimakamkan. Pada hari ketiga bangkit dari
antara orang mati. Naik kesorga duduk disisi Allah Bapa. Sola fides adalah inti iman keselamatan
mereka. Kalau kita percaya pada Kristus maka kita akan diselamatkan. Sola scriptura, hanya kitab
suci sumber wahyu ilahi. Hanya dari kitab suci orang mendapatkan perintah-perintah bagaimana
harus hidup menurut ajaran Kristus.

KONG HU CU

Kong Hu Cu bukan suatu agama seperti halnya Budha, melainkan suatu falsafah hidup, kode etik
hidup yang baik. Pemeluk Kongfusianisme selalu ingin hidup damai, mencari harmoni, selalu mencari
jalan tengah. Menjadi tugas manusia untuk menghormati leluhurnya, tempat pemujaan untuk para
leluhur disebut kelenteng. Konfusianisme sangat menekankan keutamaan moral seperti kejujuran,
sopan, tanggap terhadap orang lain. Kesejahteraan seseorang bermula dari keluarga. Maka hormat
bakti pada orang tua dan leluhur sangat dijunjung tinggi. Konfusianisme lebih menekankan hidup
baik selama di dunia ini dari pada bicara tentang sorga. Yang dan ying menjadi simbul keseimbangan
atau harmoni. Inti keselamatan adalah hidup baik, hormat pada orang tua, sopan dan tanggap
terhadap kesusahan orang lain.

ALIRAN KEPERCAYAAN

Sebelum agama muncul, manusia sudah menyadari adanya kekuatan lain di atas manusia. Fenomena
sesaji di laut, di pohon besar yang dianggap keramat, di kawah gunung dan lain-lain menunjukkan
bahwa manusia mencoba berdamai dengan kekuatan-kekuatan itu. Aliran kepercayaan biasanya
lebih menjaga harmoni dengan alam dari pada agama-agama modern. Misalnya aliran kepercayaan
Parmalim di tanah Batak, hutan yang disebut tombak adalah sesuatu yang sakral dan harus dijaga
kehidupannya karena merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Mata air adalah homban, yang
berarti suci dan tidak boleh dikotori. Hal yang sama dilakukan suku Dayak di Kalimantan. Aliran
kepercayaan biasanya hidup dalam masyarakat agraris yang sangat mempertahankan harmoni
dengan alam, karena itulah konsep keselamatan mereka. Menjaga harmoni dengan kekuatan alam.
Menyakiti atau mengganggu kekuatan alam akan berakibat pada kesengsaraan bahkan kematian.

KEBATINAN JAWA

Filosofi jawa Manunggaling Kawulo-Gusti menjadi tujuan kehidupan. Sebenarnya bukan hanya
tujuan tetapi juga asal mula kehidupan itu sneidir. Manusia berasal dari Tuhan dan akan Kembali
kepada Tuhan. Itulah konsep keselamatan jawa. Kebahagiaan sejati letaknya bukan pada materi
tetapi dalam kebersamaan dengan Tuhan. Mengapa? Kerana Tuhan itulah sumber kebahagiaan, jadi
menemukan Tuhan dalam hati berarti menemukan kebahagiaan itu sendiri.

Secara ekonomis, orang disebut Bahagia kalau mampu bersikap penuh syukur atas apa yang
diterima. Selalu merasa cukup atas apa yang sudah diterima. Sikap ini membuat ia bahagya.
Sebaliknya orang akan tidak bahagya meskipun berlimpah materi tetapi tidak pernah merasa cukup,
tidak bersyukur atar anugerah Allah. Situasi tidak bahagya inilah situasi tidak selamat, sebaliknya
situasi selamat adalah situasi bahagya, penuh syukur dalam hidupnya.

DAFTAR PUUSTAKA

____________________, Agama Asli Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. 1972

Achmad, N. Pluralisme Agama, Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta: penerbit Buku kompas, ed
2001

Jacob, T. Paham Allah dalam Filsafat, Agama-Agama dan Teologi. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Jacobus Tarigan. Religiositas, Agama dan Gereja Katolik. Jakarta: Grsindo, 2007.
BAB 2

AGAMA SEBAGAI SARANA MENGENAL TUHAN

BERIMAN BERAGAMA
Secara etimologi beriman dari kata dasar iman. Iman (bahasa Yunani: πίστιν— pisti) adalah rasa
percaya kepada Tuhan. Percaya mengandikan suatu sikap penyerahan diri seutuhnya, seperti
seorang anak dipelukan ibunya melihat binatang buas di kebun binatang. Anak itu percaya kalau
ibunya akan melindunginya. Demikian juga iman kepada Allah, menyerahkan diri seutuhnya pada
Allah, percaya akan kasih perlindungannya. Sekaligus berharap akan perlindunganNya atas segala
ancaman yang mungkin timbul. Iman, Harapan dan Kasih menjadi satu kesatuan sikap manusia pada
Allah.

Agama adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Iman
lebih penghayatan pribadi dalam hubungannya dengan hal yang suci itu. Dalam agama ada iman dan
, wahyu. Dalam agama tersimpan seluruh sejarah relasi manusia dengan Allah. Baik berupa tradisi
lisan maupun tulisan yang dinamakan kitab suci. Maka kalau ingin mempelajari siapa Allah menurut
agama tertentu, bacalah kitab suci mereka. Karena disana terekam secara tertulis perjalanan
komunikasi Allah dan manusia. Itu kita namakan wahyu dan iman.

IMAN WAHYU

Wahyu adalah Allah yang memperkenalkan diri dan maksud-maksudnya kepada manusia. Wahyu
merupakan petunjuk dari Allah yang diturunkan untuk manusia melalui para nabi dan rasul. Siapa
Allah dan apa petunjuk-petunjukNya itu sekarang ini bisa kita baca dalam Kitab Suci dari banyak
agama. Bisa dikatakan wahyu Allah ada dalam kitab suci. Inilah yang dimasud kalau dikatakan agama
menjadi sarana mengenal Tuhan. Namun wahyu Allah tidak dapat dibatasi hanya dalam kitab suci.
Allah tetap bisa mewahyukan diriNya melalui tanda-tanda alam, penampakan seperti dulu pernah
(nabi Musa di Gunung Sinai dalam bentuk lidah api), mimpi (nabi Yusup: 7 hewan gemuk dimangsa 7
hewan kurus, 11 ikat padi tunduk ke 1 ikat padi) dll.

Iman merupakan tanggapan manusia terhdap Allah yang mewahuyukan diri itu. Bentuk positif dari
tanggapan itu adalah kepercayaan kepada Allah yang mewahyukan diri, wujud kepercayaan itu
adalah penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Allah yakni dengan mengikuti petunjuk-
petunjukNya.

UNSUR-UNSUR AGAMA

Penghayatan iman memerlukan agama karena agama mengejawantahkan iman secara manusiawi.
Dalam praktek tidak ada iman tanpa agama tetapi bentuk agama berbeda-beda, maka sulit
merumuskan definisi umum tentang agama dan unsur-unsurnya (suharyo, 2000:17-18). Berikut
disajikan sejumlah gejala yang pada umumnya ada pada agama:
1. Jemaat
Umat yang merasa terikat oleh iman yang sama. Mereka merasa dipersatukan oleh Allah.
Misalnya Umat islam, umat katolik, umat hindu, umat budha, umat Kristen, umat kong hu cu
dsb.
2. Tradisi
Semua agama mempunyai sejarah, tokoh-tokoh yang diagungkan, ajaran tentang kebenaran,
moralitas, tata cara beribadah dan buku suci. Semua ini disebut tradisi entah ditulis atau
tidak ditulis.
3. Ibadat
Ada banyak perbedaan peribadatan dalam agama satu dengan yang lain. Ada yang melihat
ibadat sebagai ungkapan pertemuan antara manusia engan Allah. Ada juga yang membatasi
ibadat sebagai ungkapan ketaqwaan dan saling meneguhkan keyakinan iman. Untuk
menjamin kebersamaan dalam ibadat diperlukan adanya ritus atau tata upacara ibadat.
4. Tempat Ibadat
Lokasi yang dikhususkan bagi pertemuan umat beriman dengan Allah. Dalam tempat ibadat
ini terdapat juga tanda dan sarana atau hal lain yang dipandang sebagai suci.
5. Petugas Ibadat
Orang yang oleh jemaat tertentu dipandang mempunyai kemampuan dan daya kesucian.
Mereka diberi kehormatan dan tempat istimewa. Fungsi dan kuasa orang itu terutama
memimpin kebaktian bahkan lebih luas lagi menyangkut bidang lain sebagai pemimpin
agama dalam arti luas.

FUNGSI AGAMA

1. Agama memberi arti hidup


Hidup terasa berarti bukan saja karena kita mempunyai sumbangan positif pada sesame,
tetapi juga bila dimotivasi oleh nilai-nilai luhur dalam agama.
2. Agama menyatukan orang beriman
Agama dapat menyadarkan manusia sebagai sesama ciptaan Allah. Orang beriman merasa
sesaudara dan sepanggilan dalam iman. Perasaan ini mendorong orang beriman untuk
berdamai dengan semua mahluk.
3. Agama menguatkan hidup
Agama dapat memperkokoh dan memperteguh manusia dalam memperjuangkan
kehidupannya. Agama dapat mendorong orang untuk hormat dan taat pada norma yang
berlaku.
4. Agama mengajar dan mendidik orang
Norma agama dapat mempengaruhi orang untuk hidup baik dan mengarahkan hidupnya
pada Allah. Agama mempengaruhi orang untuk mengambil keputusan dengan bebas, sesuai
dengan nilai-nilai yang berguna bagi sesama.
5. Agama sebagai alat kontrol sosial
Agama dapat mengendalikan dan mencegah, mengoreksi, mengingatkan serta mengadili
tindakan yang menyimpang dari norma.
6. Agama mempunyai fungsi penyelamatan
Agama dapat mempengaruhi orang untuk hidup hati-hati dan mendekatkan diri pada Allah.
Agama dapat menuntun orang untuk Kembali ke jalan Tuhan.
7. Agama sebagai alat perubahan
Agama dapat merubah sikap dan perilaku orang untuk hidup baru yang lebih baik,
meninggalkan masa lampau yang penuh dosa dan mendorong orang untuk mencari
kesempurnaan.
8. Agama mewariskan dan menawarkan nilai-nilai luhur
Nilai-nilai agama dapat menjadi alternative dalam memecahkan dan menghadapi soal-soal hi
dup yang beraneka macam.

MOTIVASI BERAGAMA

Orang memeluk agama tertentu tentu punya alas an. Motivasi beragama ini berkaitan dengan
pengalaman hidupnya. Pengalaman ini mendorong orang untuk secara sadar mengarahkan hidupnya
kepada Allah melalui agama tertentu. Beberapa motivasi itu dapat diuraikan sebagai berikut:

• Manusia mengalami misteri ketidakpastian hidup sehingga mencari Yang Illahi untuk
menolong hidupnya.
• Manusia mengalai keterbatasan kemampuan hidup makai a mencari Yang Tidak Terbatas
yakni Allah.
• Manusia disadarkan bahwa agama merupakan wadah yang dapat menolong tumbuhnya
kesadaran akan hidup kekal dan perlunya keselamatan.
• Dalam proses perjalan hidup, suatu saat manusia disadarkan atau bahkan mengalami
terpanggil untuk dididik menjadi beriman dan bertaqwa. Ia mengalami sapaan Tuhan yang
mengubah hidupnya menjadi baik.
• Manusia ingin hidupnya terkontrol dan terarah pada nilai yang baik dan mutlak.
• Fakta bahwa manusia tidak dapat menjamin hidupnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi,
kendatipun menawarkan berbagai kemudahan hidup namun tidak jarang menawarkan pula
sesuatu yang mengancam eksistensi hidup manusia itu sendiri.

DARTAR PUSTAKA

Dokumen Konsili Vatikan, Dei Verbum, artikel 2 dan 5

Dokumen KWI. Iman Katolik

Suharyo, I, Pr. Kamus Teologi

Departemen Agama RI. Arah Bimbingan, hlm. 15-22. Amanat GBHN 1988-1993
BAB 1

MANUSIA SEBAGAI PANGKAL HIDUP BERAGAMA

MANUSIA

Terhadap manusia dapat diajukan dua pertanyaan filosofis: Apakah manusia itu? Siapakah manusia
itu? Pertanyaan pertama menunjuk pada kenyataan bahwa manusia memiliki kemiripan dengan
benda-benda lain, sekaligus memiliki perbedaan. Pertanyaan ke dua menunjukkan ciri khas manusia
sebagai makhluk yang berakal budi dan unik.

HAKEKAT MANUSIA

Badan

Yang dimaksud dengan badan adalah seluruh sisi kehidupan manusia yang menunjukkan segi fisik
material. Badan adalah segala seuatu yang menyangkut aspek jasmaniah manusia. Jasmaniah
meliputi seluruh bagian badan manusia seperti kepala, mata, hidung, telinga, tangan, kaki dll.
Seluruh aspek badan manusia juga dimiliki oleh makhluk hewan lain meskipun dalam bentuk yang
berbeda

Jiwa

Aspek jiwa manusia nampak dalam gejala seperti emosi atau perasaan susah senang, kecerdasan,
watak, pikiran, minat dll. Aspek ini sifatnya melekat pada manusia tapi tidak dapat dimasukkan
dalam aspek badan jasmani. Meskipun muncul selalu bersama dengan badan, kalau menangis keluar
air mata, kalau tangan kecepit terasa sakit. Takut berdiri bulu kuduk dll.

Meskipun pada binatang ada gejala-gejala kejiwaan namun hanya pada manusia ada kemampuan
untuk mengontrol jiwa wakni dengan akal budi dan kehendak. Misalnya perut terasa lapar tapi
karena sedang puasa maka tidak akan makan sebelum waktunya. Manusia manusia mengatur dan
mengelola perasannya dengan akal budi dan kehendaknya.

Roh

Roh bukan bidang ilmiah empiris, tetapi pengertian roh selalu berada dalam kontek iman atau
kepercayaan dan yang misteri. Seperti jiwa selalu menyertakan badan seperti mata sembab karena
sedih habis menangis. Demikian juga roh juga selalu melibatkan jiwa dan badan ketika bersentuhan
dengan yang misteri. Ketika kita percaya ada kekuatan gaib di pohon beringin samping rumah tua,
bulu kuduk berdiri dan ada perasaan takut, unsur badan dan jiwa terlibat dalam pengalam akan yang
misterius itu. Yang misterius itu dalam agama disebut Tuhan, Sang Yang Widi, Gusti, Allah, Tian,
dewa dewi dll. Secara umum pengalaman itu disebut pengalaman akan yang transenden.
Pengalaman nabi Musa di gunung sinai Ketika melihat yang tranden dalam bentuk bunga-bunga api
tapi tidak membakar semak.

Aspek rohaniah merupakan aspek fundamental yang membedakan manusia dari binatang dan
makhluk lain. Roh diciptakan khusus untuk manusia. Dalam kisah penciptaan digambarkan sesudah
Allah membentuk manusia dari debu tanah lalu Allah menghembuskan roh/nafas kehidupan maka
jadilah manusia. Benda dan makhluk lain diciptakan Allah hanya dengan sabda maka jadilah
demikian. Selama manusia tidak mampu memberikan penjelasan secara tuntas tentang sifat dan ciri
roh, maka roh hanya bisa dibahas daam konteks iman.

Kesatuan Badan, Jiwa dan Roh

Ketiga aspek diatas merupakan satu kesatuan. Badan bisa hidup dan ada bila ada jiwa, dan roh.
Aristoteles menyebut jiwa merupakan suatu unsur yang memberikan wujud (forma) terhadap badan
(materia). Badan saja bukan manusia (jenasah), jiwa saja juga bukan manusia. Roh yang menyatu
dengan badan menjadikan manusia bisa tertawa karena senang, menangis karena sedih. Roh
semacam energi yang menghidupkan manusia. Harmoni dan kesatuan ketiganya menjadi penting
dalam diri manusia. Menomorsatukan badan/materia akan mengorbankan jiwa dan roh. Misalnya
tidak membatasi makanan akan menimbulkan banyak penyakit dan kematian. Atau terlalu hanyut
dalam kesedihan atau kemarahan dalam waktu lama akan menggerogoti kesehatan badan dan
berujung pada kematian.

DIMENSI MANUSIA

Dimensi Pibadi

Pribadi berasal dari bahasa latin persona. Persona dari bahasa Yunani proposon yang berrti topeng,
wajah yang kelihatan. Dalam kesenian Yunani setiap peran/pemain mengenakan topeng, dan
mereka akan memerankan karakter seperti topeng yang dipakai. Setiap topeng mempunyai karakter
yang khas/unik. Pribadi berarti subyek yang unik dengan kekhasan masing-masing.

Boethius mendefinisikan manusia sebagai rasionalis naturae individua substansia. Artinya Substansi
individual yang berkodrat rasional. Rasional karena mempunyai akal budi yang membedakannya
dengan makhluk lain. Individu karena masing-masing pribadi mempunyai keunikannya sendiri yang
tidak sama satu dengan yang lain. Substansi karena dia mandiri, tidak bergantung pada substansi
lain, tidak seperti benalu yang bergantung pada pohon yang dihinggapinya. Thomas Aquino
menyebut kemandirian ini dengan istilah otonom. Maka Emmanuel Kant menegaskan bahwa
manusia harus diperlakukan sebagai subyek bukan obyek atau alat dan sarana, entah untuk tujuan
politik, ekonomi maupun tata sosial.

Dimensi Sosial

Manusia disebut sebagai makhluk sosial, keberadaannya mengandaikan orang/makhluk lain.


Kelahiranku mengandaikan ada ibu dan ayah. Menyebut diri sebagai mahasiswa mengandaikan ada
dosen dan perguruan tinggi. Pedagang membutuhkan pembeli. Dst. Manusia ada ketergantungan
dengan orang dan makhluk lain, ketergantungan sosial. Petani membutuhkan lahan untuk
menanam. Nelayan membutuhkan laut untuk mencari ikan. Peternak membutuhkan binatang untuk
dipelihara.

Dalam pranata sosial-lah esensi pribadi manusia mungkin dan bisa direalisasikan. Dalam masyarakat
seseorang bisa mengatakan saya berbeda dari yang lain, saya unik. Dengan demikian dua dimensi
hakiki manusia (pribadi dan sosial) tidak bisa dipisahkan dan “ada secara bersamaan”. Masyarakat
mengandaikan kumpulan pribadi-pribadi. Keduanya menjalin hubungan timbal balik, saling
melengkapi. Tidak bisa saling memperalat. Itulah yang dimaksud harmoni sosial. Makhluk lain (entah
sesame manusia atau alam) tidak boleh diperalat untuk kepentingan pribadi/kelompok tertentu.
Dimensi Transenden

Dengan akal budi/rasio nya manusia menyadari keberadaannya sekaligus keberadaan sesuatu yang
melampaui dirinya. Sesuatu yang transenden. Siapapun nama dari yang transenden tersebut.
Dengan menyadari keterbatasannya manusia menyadari bahwa ada yang tidak terbatas. Menyadari
kelemahannya sekaligus mengakui ada yang sempurna. Pengakuan ini (bahwa manusia makhluk
yang terbatas maka ada entitas yang tidak terbatas) mengandaikan tidak ada manusia yang ateis
murni. Yang ada ateis dalam arti tidak setuju dengan rumusan transendensi yang di buat oleh agama
tertentu. Dengan rasionya manusia sampai pada keyakinan akan keberadaan Allah. Dan Allah
menjadi tujuan hidupnya.

1. Pengalaman Religius
Dalam hidup manusia ada pengalaman yang menggetarkan, menakutkan seperti misalnya
salah satu anggota keluarga kita sakit dan dokter sudah angkat tangan. Keluarga pasrah dan
tak ada lain yang bisa dibuat selain berharap pada yang membuat hidup dan…sembuh. Kita
merasa ada campur tangan ilahi. Kecelakaan bus masuk jurang, satu orang selamat entah
bagaimana dia terlempar ke luar dan menyangkut di pohon. Orang bilang ada campur
tangan makhluk yang tidak tampak. Gempa bumi semua bangunan di kota rata dengan
tanah, seorang bayi masih hidup diantara reruntuhan rumah dalam pelukan ibunya yang
sudah meningeal. Kita bilang Tuhan masih melindungi. Pengalaman-pengalaman diluar nalar
ini direfleksikan dan sampai pada kesimpulan bahwa ada kekuatan di luar manusia yang
nyata dialami.
2. Hati Nurani
Setiap manusia mempunyai Hati Nurani yang menuntun manusia untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan karena itu baik. Hati Nurani ini seolah berdiri sendiri diluar control
pribadi. Dia muncul dengan sendirinya atas setiap peristiwa yang dialami. Contoh orang buta
mau menyeberang, kita melihat dan dalam hati ada bisikan supaya kita menolong
menyebarangkan, meskipun kita sedang tergesa-gesa. Keputusan bisa menolong atau tidak
menolong tapi bisikan untuk menolong itu ada dan menuntut. Kita merasa lega, tenang
kalua menuruti bisikan itu, sebaliknya kita merasa bersalah kalua tidak melakukan tuntutan
itu. Keputusan yang kita ambil setiap kali ada bisikan itu menentukan kualitas kita sebagai
orang baik atau tidak. Dan bisikan dalam hati itu oleh Thomas Aquinas disebut hukum kodrat
yang akan menuntuk kita kembali pada Tuhan tujuan hidup manusia. Tuntutan Nurani itu
sering kita sebut suara Tuhan.
3. Dinamika Kehendak
Setiap manusia mempunya keinginan atau kehendak, namun keinginan itu tidak pernah
terpuaskan setiap kali dicapai. Misalnya waktu kecil kita ingin sepeda roda tiga, agak besar
ingin sepeda, kemudian motor, mobil, sesudah lulus ingin kerja, beli rumah, investasi
property atau deposito dst. Setiap kali dicapai selalu muncul keinginan baru yang lebih.
Manusia tidak pernah bahagia, apalagi kalua tidak tercapai. Pencaharian itu sampai pada
kesimpulan apa yang bisa memuaskan keinginan manusia, apa yang bisa membuat manusia
bahagya. Sampai pada suatu kesimpulan ada yang maha sempurna yang membuat kita puas
Ketika memilikinya. Dialah Tuhan pemilik segala sesuatu. Maka mereka yang memiliki Tuhan
dalam hidupnya, dia akan terpuaskan dan tidak menginginkan yang lain lagi. Dalam agama
muncul konsep bersatunya atman brahman, hidup dalam Tuhan, manunggaling kawulo
Gusti.
Kesatuan Dimensi Personal, Dimensi Sosial dan Dimensi Transendental

Dalam manusia sekaligus ada tiga dimensi tersebut. Sebagai pribadi/personal dia tidak bisa hidup
sendiri tetapi membutuhkan kehadiran orang lain. Keberadaan pribadi hanya dapat dipahami dalam
kebersamaan dengan masyarakat sekitarnya. Di kantor dengan rekan kerja dan atasan, di kampus
dengan rekan mahasiswa dan dosen pengajar. Main bola ada team dan lawan. Di gereja atau di
masjid untuk beribadat ada imam dan jemaat yang lain. Kehadiran pribadi selalu dalam
kebersamaan sosial, juga dalam penghayatan akan adanya yang transenden. Pengalaman ini bukan
hanya pengalaman pribadi dengan yang ilahi namun pengalaman bersama menuju penyelamatan.

AGAMA

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman atau sistem kepercayaan. Tapi iman
dan agama tidak sama. Agama adalah suatu sistem kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Iman lebih penghayatan pribadi dalam hubungannya dengan hal yang suci itu.
Dalam agama ada iman dan wahyu yang akan diterangkan dalam bab 2.

MANUSIA DAN AGAMA

Kembali ke sub judul bab 1 Manusia sebagai Pangkal Tolak Hidup Beragama. Kalau agama adalah
system kepercayaaan yang berhubungan dengan yang transenden. Hanya manusia yang mempunyai
dimensi transcendental yang bisa mengalami dan mencoba memahami pengalaman itu. Kalau yang
transenden itu bersifat rohani, maka hanya manusia yang mempunyai hakekat rohani yang bisa
berelasi dengan Allah yang bersifat rohani.

Jadi hakekat manusia yang mempunyai sifat rohani dan dimensi manusia yang mempunyai unsur
transcendental membuat manusia mampu berelasi dengan Allah yang transenden dan rohani itu.
Dalam agama manusia bisa menemukan dan mencoba memahami Allah, karena dalam agama
pengalaman dengan Allah yang transenden dan rohani itu dicoba diceritakan dalam kitab-kitabnya.

Daftar Pustaka

Bertens, Kees. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius 1975.

Driyarkara, N. Filsafat Manusia. Yogyakarta: kanisius. 1969.

Sutrisno, FX. Mudji. Manusia dalam Pijar-Pijar Kekayaan Dimensinya. Yogyakarta: Kanisius. 1993.

Tjahjadi, S.P. Liy. Hukum Moaral: Ajaran Immanuel Kant tentang Etika dan Imperatf Kategoris.
Yogyakarta: Kanisius. 1991.

Anda mungkin juga menyukai