Anda di halaman 1dari 14

KEHIDUPAN

TOLERANSI
BERAGAMA
KELOMPOK 2 (12):

1. KHOFIFAH AISAH AMINI

2. TRIA SRI LESTARI


z
3. M. ALDHI USWANSAF

4. ADEL YUHENDRA

5. DEMI LAILATUL RAHMI

6. SHINTA OKTAVIA

7. JENEFRI MARDIANTI

8. MUHAMMAD IQBAL
Konsep
z
Toleransi Kehidupan Beragama

Kata toleransi berasal dari bahasa latin yaitu “tolerare” yang artinya sabar membiarkan sesuatu.
Dalam pengertian singkat, toleransi berarti menghargai perbedaan yang ada dalam lingkungan
sekitar. Dalam konteks yang luas, toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia dalam
menghargai dan menghormati sesuatu yang dilakukan oleh orang lain terutama bila sesuatu yang
berbeda dengan dirinya, baik secara etnis, budaya, ras, kelompok, maupun agama.
sejauh manakah konsep toleransi antar umat beragama dapat diterapkan? Yang namanya suatu
konsep pasti ada batasannya tidak bebas secara mutlak, termasuk toleransi juga. Toleransi
memiliki batasan-batasan tersendiri dalam penerapannya. Jadi, jangan karena ada istilah
toleransi kita bisa atau harus ikut juga kepercayaan yang lain yang bukan merupakan kpercayaan
kita sendiri dan mengorbankan akidah. Dalam prinsip Islam terdapat batasan-batasan toleransi
yaitu selama toleransi tersebut tidak melanggar atau melewati batas akidah Islam. Toleransi di
dalam pandagan Islam membiarkan mereka melakukan peribadahan, perayaan agamanya tanpa
kita campur tangan di dalamnya dalam bentuk apapun. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an :
 
Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku” (QS. Al-Kafiruun :6)
 
Konsep
z Toleransi Kehidupan Beragama

Dari ayat tersebut di jelaskan bahwa agama yang kamu anut itulah agama yang menjadi
pedomanmu sampai akhir hayat, jadi lakukanlah perintah sesuai agamamu. Dan agamaku yang
aku anut itu menjadi pedoman hidupku juga sampai akhir hayat jadi aku akan melaksanakan
perintah-perintahnya. Jadi tidak dapat dianggap bahwa agamamu adalah agamaku juga. Apa
yang kamu kerjakan harus aku kerjakan juga. Masing-masing mengerjakan suatu perintah
berdasarkan kepercayaannya sendiri, tidak boleh campur tangan antara umat beragama yang
satu dengan lainnya.
Kerjasama/Hubungan Intern Umat Beragama
z

Agama Islam diturunkan Allah SWT untuk mengatur kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri, tetapi membutuhkan hubungan dengan makhluk lainnya.
Sesuai dengan hakikat manusia itu agama Islam mengatur hubungan antar manusia, baik sesama
muslim maupun muslim dengan umat lainnya.
Agama Islam mengatur hubungan sesama umat Islam dengan mengembangkan ukhuwah Islamiah
(persaudaraan sesama muslim) yang didasarkan atas kesamaan iman, karena itu perbedaan-
perbedaan sebagai akibat perbedaan dalam penafsiran di tengah umat Islam tidak boleh menjadi
faktor pemicu perpecahan umat Islam. Hubungan antara seorang muslim dengan muslim yang lain
digambarkan seperti hubungan antara satu anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya yang
bersatu secara utuh. Nabi Muhammad SAW menggambarkan hubungan muslim dengan muslim,
dalam sabdanya:
“Perumpamaan orang-orang yang beriman bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh merasakan sakitnya (HR Muslim dan Ahmad).
Hal ini didukung oleh firman Allah SWT dalam Surah Al-Hujarat 49: 10, yang mengandung arti:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”.
 
Kerjasama antar Umat Beragama
 
z

1. Arti Kerjasama antar Umat Beragama


Sebagai suatu bangsa yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama, setiap pemeluk agama yang
satu dengan yang lain harus selalu menjalin kerjasama dalam rangka usaha mencapai cita-cita dan
tujuan nasional. Tanpa kerja sama, harapan yang kita inginkan tidak akan dapat terwujud. Kerja
sama berati bekerja bersama-sama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama.
Kerja sama antarumat beragama bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama yang satu
dengan ajaran agama yang lainnya. Kerja sama antarumat beragama tidak dilakukan dalam
menjalankan ibadah, tetapi dalam bidang-bidang sosial kemasyarakatan, pendidikan, dan
kebudayaan untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kerja sama
antarumat beragama harus ditanamkan dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan,
terutama yang menyangkut kepentingan bersama. Bila kerja sama dapat dilakukan dengan itikad
baik untuk kebenaran maka selain kerukunan, sikap kekeluargaan juga dapat terbina antarumat
beragama sehingga mempermudah tercapainya tujuan dan cita-cita nasional.
 
Kerjasama antar Umat Beragama
 
z

2. Contoh Kerjasama Antarumat Beragama


Kerja sama antarumat beragama tidak dilakukan dalam menjalankan ibadah, tetapi dilakukan
dalam kegiatan sosial, kemasyar akatan, pendidikan, dan kemanusiaan. Dalam menjalankan ibadah
tidak ada kerja sama antarumat beragama yang satu dengan yang lain. Menjalankan ibadah agama
menjadi tanggung jawab para pemeluk agama itu sendiri. Bekerja sama antarumat yang berbeda
agama dalam beribadah, berarti telah mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan lainnya.
Hal ini tentu tidak dibolehkan oleh agama manapun. Contoh kerja sama antarumat beragama dapat
diterapkan dalam kegiatan berikut:
1. Bekerja sama dalam membangun rumah, jembatan, jalan, gedung-gedung sekolah, lapangan
olahraga, tempat penampungan air, tempat MCK, gedung pertemuan desa, dan kegiatan-kegiatan
pembangunan fisik lainnya.
2. Bekerja sama dalarn perayaan atau pesta perkawinan, pesta ulang tahun, dan perlombaan-
perlombaan, baik kesenian maupun olahraga.
Kerjasama antar Umat Beragama
 
z

3. Sikap dalam Kerjasama antar Umat Beragama


Kerja sama antar umat beragama ditandai dengan adanya sikap-sikap sebagai berikut;
1. Saling menghormati lembaga keagamaan yang seagama & berbeda agama
2. Sikap saling menghormati hak & kewajiban umat beragama
3. Saling menghormati umat agama seagama & berbeda agama
Kebebasan beragama merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asasi
manusia lainnya. Sebab kebebasan beragama itu langsung bersumber dari martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragama bukan pemberian negara & bukan
pemberian golongan. Oleh sebab itu, agama tidak dapat dipaksakan kepada & oleh seseorang.
Agama & kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan. Kerja sama antarumat beragama dapat
memperkokoh persatuan & kesatuan bangsa & negara.
Kerjasama antar Umat Beragama
 
z

Di dalam hubungan kerja sama sesuai dengan norma & nilai-nilai yang tersurat & tersirat di
dalam Pancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yakni kerja sama yang didasari sikap-
sikap berikut ini;
1. Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah
2. Toleransi hidup beragama, kepercayaan & keyakinan masing-masing
3. Tidak memaksakan agama & kepercayaannya kepada orang lain
4. Bekerja sama dan menolong tanpa membeda-bedakan agama.
Hubungan dan kerjasama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang,
bahkan dianjutkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Dari sudut pandang itulah kita
sebagai umat manusia yang menganut agama yang berbeda dapat membentuk suatu kerja sama
yang baik untuk masyarakat, bangsa dan negara. Setiap orang yang menjadi warga negara
Indonesia hendaknya menerapkan budaya saling bekerja sama antarsatu sama lain, meskipun
berbeda agama. Dalam kehidupan sosial, perbedaan agama bukanlah suatu alasan untuk kita
menghindari kerjasama dengan orang lain.
Jadi dengan demikian, kerja sama antarumat beragama merupakan bagian dari hubungan
sosial antarmanusia yang tidak dilarang dalam ajaran agama. Adanya kerja sama antarumat
beragama maka kita bisa menghindari berbagai konflik yang dapat saja terjadi di antara kita dan
menghindari sikap ketidakadilan terhadap mereka yang lain agamanya.
Kerjasama umat beragama dengan pemerintah
z

Negara dan Agama saling membantu, menolong, dan kerja sama untuk mensejahterahkan
masyarakat. Negara atau pemerintahan menjadi fasilitator dalam kebebasan beragama dan
toleransi antar umat beragama.
Agama di Indonesia mempunyai arti, posisi dan peranan atau fungsi yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, yaitu:
1. Sebagai factor motivatif(dorongan akhlak)
2. Sebagai factor kreatif dan innovative(dorongan semangat kerja )
3. Sebagai factor integrative (keserasian aktivitas)
4. Sebagai sublimatif ( menjamin ketulusan)
5. Sebagai sumber inspirasi budaya bangsa Indonesia
Keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat yang berbeda kepercayaan merupakan wujud
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Namun, tidak jarang hal tersebut justru mendorong
berbagai keributan/kerusuhan. Hal tersebut dikarenakan rendahnya jiwa nasionalisme bangsa, yaitu
jiwa yang mengikat kita pada satu rasa dan satu tujuan. Modal sosial terbentuk karena trust
(kepercayaan) masyarakat terhadap apa yang mereka dengar dan lihat. Pancasila berperan penting
dalam segala hal, begitu pula dalam keagamaan.
Kerjasama umat beragama dengan pemerintah
z

Hubungan pemerintahan dan agama diIndonesia lebih menganut pada asas keseimbangan
yang dinamis, jalan tengah antara sekularisme dan teoraksi. Keseimbangan dinamis ialah tidak ada
pemisahan agama dan politik, namun masing-masing dapat saling mengisi dengan segala
peranannya. Agama tetap memiliki daya kritis terhadap negara dan negara punya kewajiban-
kewajiban terhadap agama.
Dalam konsep ini, Institusi Agama dan pemerintahan yang berada dalam satu lokasi atau
konteks kehidupan namun keduanya tidak saling mencampuri. Agama diciptakan untuk menghantar
manusia mencapai hidup dan kehidupan masa depan eskhatologis, hidup setelah kehidupan
sekarang, yang tidak lagi di batasi dimensi. Sedangkan negara diciptakan agar ada kesejahteraan,
keteraturan dalam hidup bermasyarakat, sosialisasi, mengembangkan serta membangun sarana-
sarana penunjang hidup dan kehidupan sesuai dengan kemampuan.
Manusia adalah makhluk beragama dan bernegara. Agama memberikan nilai-nilai moral, norma
pelajaran tentang tanggung jawab individu dan sosial serta memberi petunjuk mencapai kebaikan
setelah kematian. Sedangkan dari negara manusia mendapat jaminan ketertiban dan kenyamanan
dalam kehidupanya didunia.
Batas toleransi kehidupan beragama menurut
Islam z
Kekeliruan yang sering muncul dalam hal toleransi adalah menganggap toleransi itu sama
dengan sinkretisme, padahal itu dua hal yang sama sekali berbeda. Sinkretisme adalah suatu
proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan, dan hal seperti
terlarang dalam Islam. Harus ada ketegasan dalam memahaminya, jangan sampai toleransi
dianggap sinkretisme atau sebaliknya, sinkretisme yang disamarkan menjadi atau dianggap sebagai
sikap toleransi. Toleransi beragama dalam Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan
apalagi mencampur-adukkan ritual ibadah. Harus ada garis pemisahan yang jelas dalam konteks
interaksi sosial (muamalah) dimana toleransi dikaitkan, sehingga tidak saling mengganggu
keyakinan ibadah masing-masing ummat beragama.
Toleransi antar umat beragama yakni adalah jenis toleransi di mana kita saling menghargai
perbedaan, hidup rukun damai, bersahabat dan bergaul akrab dengan umat agama lain. Dapat
berhubungan bisnis, boleh berhubungan sosial namun tidak boleh saling campur aduk dalam ritual
ibadah. Syariat Islam sendiri telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam memasuki agama
Islam (La ikraha Fiddiin). Makna toleransi yang lebih tepat dalam Islam adalah samahah atau
tasamuh artinya bersikap mudah dan tenang, halus atau moderat, lapang dada alias tidak ekstrim
dalam konteks pergaulan sosial.
Batas toleransi kehidupan beragama menurut
Islam z
Kita sebagai umat beragama memiliki komitmen kepada Tuhan kita. Umat Muslim punya
komitmen terhadap Allah dan Rasul, Umat Kristen punya komitmen dengan Tuhan Yesus, Umat
Budha punya komitmen dengan sang Budha, Umat Hindu punya komitmen dengan Sang Hyang
Widhi dan seterusnya. Komitmen inilah merupakan batas toleransi dan ini sebenarnya harus
dipegang teguh oleh masing-masing umat dalam menjalankan keyakinan agamanya masing-
masing.
Contoh dapat kita ambil pada adanya perbedaan mendasar antara perayaan Hari Raya Idul Fitri
dan Perayaan Natal. Hari raya Idul Fitri atau Lebaran merupakan perayaan umat Islam atas
kemenangan berjuang melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh. Ini bukan perayaan pokok
Akidah Ketuhanan. Sedangkan Perayaan Natal adalah perayaan kelahiran Yesus. Dari sinilah maka
umat Islam diberi batasan yaitu dilarang untuk ikut berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar
umat Kristiani, seperti Natal tadi.
Toleransi itu ada batasnya. Dalam pergaulan dunia, bergaulah kita dengan seluas-luasnya
pergaulan dan dengan siapapun. Namun jika itu sudah menyangkut akidah, itu murni hubungan
manusia dengan Tuhan. Seperti contoh tadi, Natal adalah perayaan pokok akidah bagi umat
Kristiani. Sedangkan lebaran itu bukan perayaan akidah, hanya perayaan kemenangan setelah
berpuasa satu bulan.
Batas toleransi kehidupan beragama menurut
Islam z
Jadi, toleransi itu adalah bentuk hubungan sosial sesama manusia. Batas toleransi
adalah komitmen kita terhadap Tuhan. Jika itu menyangkut akidah, tidak ada kata
toleransi. Jadi Untuk saudara yang beragama Islam, Kristen/Katholik, Hindu, Budha, dan
seterusnya, haruslah berpegang teguh pada ajaran agama kita masing-masing. Jangan
pernah mencoba melakukan ritual atau percampuran ritual apapun yang bukan berasal
dari agama kita karena Itu melanggar komitmen kita dengan Tuhan kita. Bagimu
agamamu bagiku agamaku. Yang paling penting adalah kita hidup saling menghormati
dan saling mengasihi. Itulah toleransi.
 
z

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai