Dapat diketahui bahwa studi ilmu sosial dan agama tidak diletakkan pada posisi sebagai sumber ajaran atau nilai kehidupan. Sosiologi agama tidak memandang agama dengan pendekatan baik ataupun buruk, tetapi sosiologi agama lebih berposisi sebagai alat yang bertujuan utama untuk menjelaskan realitas beragama baik pada level individu, komunitas, maupun masyarakat. Menurut Dillon, sosiologi agama memperlakukan agama sebagai fakta sosial yang dapat diobservasi secara empiris. Sebagai suatu fakta sosial, agama juga seperti fenomena sosial lain yang dapat dipelajari dalam berbagai evel dan unit analisis berdasarkan berbagai konsep teoritis dan desain penelitia yang merupakan ciri disiplin sosiologi. Pendapat dillon ini semakin menegaskan lagi bahwa sosiologi agama merupakan ilmu sosial yang menggunakan pespektif sosiologi dalam menjelaskan, dan memahami berbagai cara bagaimana agama berlaku di masyarakat. Sosiologi agama tidak berusaha untuk membuktikan kebenaran tentang keberadaan tuhan. Sosiologi agama juga tidak bertujuan untuk menunjukkan kecocokan antaa science dan religi atau agama dan ilmu dan pengertahuan. Fokus utama dari sosiologi agama adalah berupaya untuk dapat memahami keercayaan para penganut agama, lalu menjelaskan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan cara pandang atas dunia, praktik-praktik sosial keagamaan, identitas kelompok keagamaan, interpretasi atas nilai-nilai keagamaan, perbedaan bentuk ekspresi keagamaan dan interelasinya dengan tindakan individu atau kelompok. Singkatnya sosiologi agama tidak mempelajari agama tetapi sosiologi agama mempelajari orang yang beragama.
Michelle Dillon, “The Sociology in Late Modernity”. In Michele Dillon (ed). Hand Book of the Sociology of Religion