Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PSIKOLOGI AGAMA

Tentang

Perkembangan Psikologi Agama

Oleh

RAHMI FADILAH : 1814030033

Dosen Pengampu

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1441 H/2020M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia yang dianggap sebagai insan yang
supernatural mempunyai latar belakang sejarah yang cukup lama, hal tersebut
dapat dilihat dari para ilmuan yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda.
Begitupun agamawan yang banyak mengemukakan paradigmanya terhadap
informasi kitab suci, hubungan vertical dan horizontal manusia yang saling
berkaitan dengan Allah SWT.
Para psikolog agama melihat hubungan manusia dengan keyakinan
sendiri yang membawa pada faktor kejiwaannya. System yang demikian
merupakan suatu dimensi yang sangat relevan terhadap kajian yang mereka
yakini secara empiris dengan menggunakan pendekatan psikologi.
Menurut psikolog agama, ada batas-batas tertentu yang harus di ikuti
dalam problematika agama dilihat sebagai fenomena yang secara empiris
dapat dipelajari dan diteliti kebenaranya. Tetapi ada atonom tertentu yang
tidak sama sekali untuk dikaji secara empirisnya.
Ada dua arus besar yang terjadi ketika wacana psikologi agama
digelindingkan. Arus besar tersebut menjadi pendorong utama lahirnya
psikologi agama yang islami. Arus pertama adalah kebangkitan islam. Arus
kedua adalah kritisisme dalam dunia ilmu pengetahuan modern. Kedua arus
besar tesebut adalah hal yang menjadi latar belakang perkembangan psikologi
agama. Untuk itu penulis melihat upaya yang dihasilkan dalam makalah ini
lebih jelas lagi untuk dikaji.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Psikologi Agama di Kawasan Barat?
2. Bagaimana Perkembangan Psikologi Agama di Kawasan Timur?
3. Bagaimana Perkembangan Psikologi Agama di Indonesia?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Tidaklah mudah untuk menentukan kapan Psikologi Agama mulai
dipelajari. Kita tidak bisa menemukan mengenai Psikologi Agama dalam kitab
Agama manapun. Tetapi hubungan antara kejiwaan dengan agama banyak
diungkap dalam kitab suci. Dari sini tampaknya, Allah telah memberikan sinyal
kepada kita bahwa nantinya akan muncul suatu disiplin ilmu yang khusus
mempelajari gejala jiwa yang diakibatkan oleh pengaruh agama dalam diri
seseorang.1
A. Perkembangan Psikologi Agama di Kawasan Barat
Edwin Diller Starbuck lah yang dianggap sebagai peletak dasar bagi
penelitian modern dalam hal psikologi agama. Hal ini tercermin dari dalam
bukunya yang berjudul The Psychology of Religion, An Empirical Study of
Growth of Religions Counsciousness yang terbit tahun 1899.[8] Walaupun
sebenarnya Starbuck adalah murid dari William James, namun dalam bidang
Ilmu Jiwa Agama ia telah melampaui gurunya. Atau dapat dikatakan bahwa
perkembangan James karena hasil karya muridnya.
Selain itu, ilmuwan-ilmuwan yang telah ikut andil dalam
perkembangan ilmu Psikologi Agama antara lain:
1. George Albert Coe2
George Albert Coe menaruh perhatian banyak terhadap penelitian
ilmiah dalam bidang ilmu jiwa Agama. Beliau menggunakan hipnotis
dalam usahanya untuk mencari hubungan antara reaksi-reaksi agamis:
dengan watak temperamen. Buku yang berjudul The Spiritual Life terbit
pada tahun 1900 menjadi bukti atas karyanya. Selain itu, George Albert
Coe juga membuat sebuah buku yang berjudul The Psychology of
Religion.

2. James H. Leuba
1
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Cet. V hal. 1
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17. H. 18 - 32

2
Leuba termasuk seorang yang pertama-tama meneliti agama dari
segi ilmu jiwa. Dia mempunyai pandangan obyektif, sehingga ia berusaha
keras untuk menjauhkan ilmu Jiwa Agama dari unsur-unsur kepercayaan,
yang tidak dapat dilakukan pada percobaan-percobaan ilmiah atau
pemikiran logis.
Leuba dalam penelitiannya menjelaskan phenomena agama dengan
cara fisik, misalnya dikemukakannya persamaan antara kefanaan seorang
mistik dengan orang-orang yang terkena pengaruh minuman keras.
Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist, vol. XI Januari 1901,
dengan judul “Introduction to a Psycological Study of Religion”.
Kemudian tahun 1912 diterbitkan buku dengan judul Psycology Study of
Religion.
3. G. Stanley Hall
Stanley Hall juga menggunakan cara-cara yang sama dengan
Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran
materialistis, dimana ia telah berusaha mempelajari perasaan agama
terutama mengenai peristiwa konversi pada remaja, dengan menggunakan
angka dan statistik.
Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada tahun 1904,
ditemukannya persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap
individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis
lain. Maka umur dimana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur
itu pula lah timbulnya perasaan-perasaan agama yang ekstrim.
4. William James
Karya beliau adalah The Varieties of Religious Experience pada
tahun 1900 – 1901, William James memberikan kuliah tentang natural
religion di Universitas Edinburgh.
Hasil karya William James yang sangat berharga tentang Ilmu Jiwa
Agama telah membangkitkan semangat pada banyak ahli-ahli jiwa untuk
mengadakan penelitian-penelitian sehingga ilmu Jiwa Agama dapat
berkembang dalam masa 15 tahun berikutnya. Pada tahun 1904 mulai

3
terbit majalah : The Journal of Religious Psychology, dan The American
Journal of Religious Psychology and Education yang berlangsung sampai
tahun 1915. Selain itu, terbit pula buku dengan judul The Psychology of
Religious Experience oleh E.S. Ames, pada tahun 1910. Emile Durkheim
pun ikut andal dalam memperkaya ilmu Jiwa Agama dengan terbitnya
buku dengan judul The Elementary Form of the Religious Life.3
5. George M. Stratton
Pada tahun 1911 terbit buku Psychology of Religious Life yang
ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang dikemukakannya cukup
menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber agama itu adalah
konflik jiwa dalam diri individu.
6. James B. Pratt
Perkembangan Ilmu Jiwa Agama semakin maju, terutama dengan
terbitnya buku The Religious Conciousness pada tahun 1920 oleh James B.
Pratt. Kendatipun Pratt sebagai guru besar dalam ilmu filsafat, namun ia
pernah mengadakan suatu riset secara empiris ilmiah dalam bidang Ilmu
Jiwa Agama, ketika menjadi mahasiswa pada Universitas Harvard.
7. Rudolf Otto
Di Jerman terbit pula buku Das Heilige oleh Rudolf Otto yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1923. Yang
terpokok dalam buku tersebut adalah pengalaman-pengalaman psikologis
dari pengertian tentang kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam
hal ini adalah sembahyang.
8. Pierre Bovet
Bovet adalah seorang rektor di Akademi “J.J. Rousseou”. Beliau
telah mengadakan penelitian dan hasilnya dibukukan dengan judul Le
Sentimen Religieux et la Psychologie de l’Enfant. Bovet menyimpulkan
bahwa agama anak-anak tidak berbeda dari agama orang dewasa.

9. R.H. Thouless

3
Ibid,

4
Pada tahun 1922 Thouless kembali mempelajari Ilmu Jiwa Agama
dengan cara-cara dan dasar-dasar penelitian secara filsafat yang kemudian
pada tahun 1923 diterbitkannya buku dengan judul An Introduction to the
Psychology of Religion.
Thouless menentang pendapat orang-orang yang mengatakan
bahwa penelitian ilmiah akan menghilangkan keyakinan beragama; ia
berpendapat sebaliknya, dimana penelitian secara ilmiah akan dapat
menjadi sandaran yang kuat bagi agama. Thouless berpendapat bahwa
seorang ahli jiwa, apabila ia melukiskan sesuatu yang disangkanya
berjalan menurut peraturan-peraturan jiwa, ia tidak menghindari
kemungkinan ditafsirkannya secara agama pada akhirnya.4
10. Sante de Sanctis
Dia adalah guru besar pada Universita Roma, dimana ia
mengumpulkan pendapat-pendapat lama dan yang baru, dengan
menyimpulkan penelitian dan diskusi-diskusi yang telah lalu dan
kemudian menjadikannya sebagai titik permulaan bagi penyelidikan yang
baru. Dalam bukunya Religious Conversion dia menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Fluornoy, dan menjauhi peristiwa konversi bersama
atau masyarakat seluruhnya, karena hal tersebut merupakan fakta sosial
yang kompleks dan ia juga menghindari penelitian terhadap tokoh-tokoh
agama seperti dilakukan oleh william James.
11. Sigmund Freud
Dalam penelitian terhadap agama, perhatian Freud banyak
tertumpah kepada aspek-aspek sosial dari agama itu.
12. Karl R. Stolz dengan bukunya The Psychology of Religious Living yang
terbit tahun 1937
13. Paul E. Johnson dengan bukunya Psychologi of Religion terbit tahun
1945.
14. Gordon W. Allport dengan bukunya The Individual and His Religion
terbit tahun 1950.
4
Rusmin Tumanggor, M.A., Ilmu Jiwa Agama, The Psychology of Religion, Jakarta :
Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014. Hal. 1-2

5
15. Elizabert B. Harlock dengan bukunya Child Development terbit tahun
1942.
Selain ilmuwan-ilmuwan tersebut, ternyata sejak tahun lima
puluhan sudah muncul gerakan Psikologi Islam. Gerakan tersebut
didorong oleh tuntutan real untuk mengatasi krisis yang dihadapi umat
manusia. Gerakan ini hanyalah satu bagian dari suatu gerakan menyeluruh
yang berusaha menentang dan menunjukkan alternatif lain terhadap
konsepsi manusia.5
B. Perkembangan Psikologi Agama di Kawasan Timur
Tampaknya, benih-benih Psikologi Agama sudah muncul di negara-
negara Islam (baca: Timur). Hal ini ditandai dengan adanya karya-karya
Ilmiyah keislaman yang membahas tentang jiwa manusia kaitannya dengan
Agama (Islam). Adapun ilmuwan tersebut antara lain:
1. Ibnu Arabi
Filsafat mistis Ibnu Arabi telah diuraikan butir-butir kajian
kejiwaan yang tidak jauh berbeda dengan yang dikaji dalam psikologi
modern. Selain itu, psikologi empiris, sifat-sifat dan fungsi-fungsi jiwa dan
teori tentang mimpi yang dibahas oleh Ibnu Arabi pun dibahas oleh
Sigmund Freud.
2. Abu Hamid al-Ghazali
Dalam bukunya Ihya Ulm al-Din dan al-Munqiz Minal Dhalal al-
Ghazali membahas seputar pengaruh ajaran agama terhadap kehidupan
keagamaan.
3. Ibnu Sina
Dalam bukunya al-Syifa, Ibnu Sina mengatakan bahwa
kebahagiaan itu integral dengan akhlak. Kebahagiaan akan diperolehnya
bila seseorang mampu memilih yang baik dan menyingkirkan yang tidak
baik.
4. Al-Razi

5
Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Quran, Jakarta : Paramadina, 2000, cet. I, Hal. 264

6
Bukunya yang berjudul al-Thib al-Ruhany Al-Razi menguraikan
perihal pengobatan dan penawaran kejiwaan.
5. Dr. Abdul Mun’im Abdul Aziz al-Maligy
Bukunya Tatawwur ay-Syu’ur Addiniy Inda al-Tiflwal Murahiq.
Dari para ilmuwan tersebut,, tampak bahwa ilmuwan muslim masa
silam telah banyak menyinggung bahasan tentang psikologi agama dan
kesehatan mental. Sayangnya kajian Timur belum mendapat perhatian yang
seksama.
Menurut Ramayulis, salah satu kemungkinan keterlambatan
perkembangan Psikologi Agama di Timur diakibatkan oleh sulitnya
memperoleh sumber klasik setelah kejatuhan kekuasaan Islam. Satu hal lagi
yang menyebabkan keterlambatan tersebut juga karena selama ini para
ilmuwan Islam disibukkan dengan masalah yang menyangkut kepentingan
politik dalam usaha membebaskan diri dari penjajahan ketimbang menekuni
pengetahuan seperti Psikologi agama. Hal tersebut didukung dengan
munculnya tulisan-tulisan dari sejumlah ilmuwan Islam setelah terbebas dari
penjajahan Barat.
Contohnya pada tahun 1955, Al-Malighy telah berhasil menulis buku
yang berjudul Tatawwur ay-Syu’ur Addiniy Inda al-Tifl wal Murahiq. Buku
tersebut membahas tentang perkembangan rasa agama pada anak-anak dan
remaja. Selain itu, Al-Malighy kembali menerbitkan bukunya yang membahas
tentang Psikologi yang berjudul Al-Nurnuwu Al-Nafsy yang terbit tahun 1957.
Buku selanjutnya yang muncul adalah Rub al-Din, al-Islamy karya Afif Abd
al-Fatah tahun 1956 disusul karya Musthafa fahmi, At-Shihah Al-Nafsyah
tahun 1963.
Dengan kata lain, Abd al-Mun’im Abd Al-Aziz al-Malighy lah yang
memulai langkah awal mengkaji psikologi agama secara utuh dilihat dari
karyanya.6

C. Perkembangan Psikologi Agama di Indonesia

6
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002. Hal. 8

7
Di Indonesia, kajian tentang psikologi agama mulai muncul dan
diminati orang bahkan telah dimasukkan dalam materi pendidikan di fakultas-
fakultas di lingkungan perguruan tinggi agama. Universitas Gajah Mada juga
andil dalam peran tersebut. Hal ini ditandai dengan terbitnya jurnal Pemikiran
Psikologi Islami KALAM. Selain itu, Universitas Muhamammadiyah
Surakarta tahun 1994 mengadakan Symposium Nasional Psikologi Islam.
Zakiah Daradjat tampaknya sangat tertarik mempelajari Psikologi
Agama dilihat dari karya-karya ilmiyah yang sudah beliau sumbangkan.
Diantara karyanya adalah 1. Ilmu Jiwa Agama, 2. Kesehatan Mental, 3.
Remaja, Harapan dan Tantatangan 4. Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, 5.
Pendidikan Agama dan Kesehatan Mental. 6. Shalat Menjadikan hidup
Bermakna (1988), 7. Kebahagiaan, 8. Haji Ibadah yang Unit, 9. Puasa
Meningkatkan Kesehatan Mental (1989), 10. Do’a Menunjang Semangat
Hidup (1990), 11. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (1991).7
Adapun Ilmuwan lain yang telah andil dalam perkembangan Ilmu
Psikologi Agama di Indonesia adalah Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori
Suroso dengan karyanya Psikologi Islami, Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi (1994). Disusul dengan terbitnya buku Integrasi Psikologi dengan
Islam, menuju Psikologi Islami (1995).
Selain itu, Abdul Aziz Ayadi dan Ramayulius pun ikut meramaikan
perkembangan Psikologi Agama dengan menerbitkan buku Psikologi Agama
Kepribadian Muslim Pancasila dan Psikologi Agama. Sukanto Mulyomartono
dengan karyanya Nafsiologi, Suatu pendekatan Alternatif atas Psikologi
(1986), Zuardin Azzaino dengan karyanya Asas-asas Psikologi Habiyah,
Sistem Mekanisme Hubungan antara Ruh dan Jasad (1990). Yahya Jaya
dengan karyanya Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan mental dan
Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
kesehatan Mental. Ahmad Syafe’i Mufid dengan karya yang berjudul Zikir
sebagai Pembina Kesehatan Mental. Z. Kasijan yang berjudul Larangan
Mendekati Zina dalam al-Qur’an Tinjauan Psikologis. Rahmat Djatmika

7
Ibid, h. 9

8
dengan karya Shalat sebagai Pengendali Mental. Abdul Mujib yang berjudul
Fitrah di Kepribadian Islam. Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir dengan judul
Nuansa-nuansa Psikologis Islam begitu juga dengan karya Baharuddin yang
berjudul Paradigman Psikologi Islam.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia.
Ikatan adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat
ditangkap pancaindra, namun mampu mewarnai kehidupan. Psikologi agama
merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku
manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang
dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usiamasing-
masing.Sejarah Psikologi Agama Perhatian secara psikologis terhadap agama
setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah
memikirkan tentang arti hidup.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-
tokoh yang memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan,
bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan
psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan psikologis. Pesatnya
perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya
yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia
manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang banyak
manfaatnya
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 Cet. V

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17.

Mubarok, Achmad, Jiwa dalam Al-Quran, Jakarta : Paramadina, 2000, cet. I

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002

Tumanggor, Rusmin, Ilmu Jiwa Agama, The Psychology of Religion, Jakarta :


Kencana prenadamedia Group. Cet. I, 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai