Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Bidat-Bidat

Gnotisisme dan Docetisme

Nama

Martianus Laia

Tugas diserahkan Kepada

Dr. Kasiatin Widianto

Sebagian tugas dari matakuliah

Sejarah Gereja Umum

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA

Surabaya, 2020
PENDAHULUAN

A. Pengertian Bidat

Dari sejarah jelas terlihat bahwa gereja selalu menghadapi ancaman dari dua
arah yakni dari dalam gereja dan dari luar gereja. Ancaman dari luar gereja berupa
penganiayaan, pembunuhan, penghancuran, dan lain-lain, sedangkan ancaman dari
dalam sulit diduga, bagaikan musuh dalam selimut yang membawa dampak yang
fatal bagi iman kepercayaan kita. Ancaman dari dalam berbentuk ajaran-ajaran yang
menyesatkan yang mau menyelewengkan ajaran Alkitab. Ancaman dari para bidat
bukan hanya ada pada gereja abad pertama saja, melainkan juga terdapat pada abad-
abad berikutnya bahkan sampai saat ini. Karena itu kita perlu berjaga-jaga dan
mewaspadai para bidat yang seringkali menyusup ke dalam gereja dengan rupa-rupa
angin pengajaran yang menyesatkan.

Bidat (Bhs Inggris: Heresy, Yunani: hairesis) muncul 9 kali dalam


Perjanjian Baru. Menurut kamus Yunani karya monumental W.F Arndt dan F.W.
Gingrich yg diterjemahkan oleh W. Bawer's, semula kata ini bersifat netral, tanpa
konotasi negatif, yaitu dimengerti sebagai kelompok/sekte. Dalam PB, penggunaan
kata bidat dalam arti penyimpangan terhadap ajaran, pertama kali dapat ditemukan
dalam 2 Pet.2: 1, di mana di sini rasul Petrus menegaskan adanya guru-guru palsu.
Petrus menulis: "Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus
mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka
sendiri" (2 Pet.2: 1).

Menurut para pakar bahasa, para teolog, bidat dapatlah diartikan sebagai
berikut:

1) Bidat berasal dari kata Arab, bida’ah yang memiliki pengertian sebagai suatu ajaran
atau aliran yang menyimpang dari ajaran resmi.
2) Bidat ditinjau dari sudut historis adalah persekutan Kristen yang kecil yang dengan
sengaja memisahkan diri dari gereja, dan ajarannya menekankan iman Kristen yang
berat sebelah, sehingga teologi dan praktek kesalehannya pada umumnya
membelokkan firman Allah.
3) Bidat diterjemahkan dari kata Yunani, “hairesis” yang artinya “pilihan:” Kata ini
dapat menunjuk pada suatu sekolah filsafat yang pengikutnya adalah orang-orang
pilihan.
4) Dalam Kisah Para Rasul, kata bidat diterjemahkan dengan istilah “mazhab”. Lukas
mencatat, “Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-
orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati” (KPR. 5:17).
5) Pemakaian kata bidat dalam pengertian modern mengenai kekeliruan secara doktrin,
termasuk dalamnya penyangkalan akan Juruselamat. Petrus mencatat, “Sebagaimana
nabi-nabi palsu dahulu tampl di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara
kamu aka nada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran
sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyngkal Penguasa yang telah
menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas
diri mereka” (2 Ptr. 2:1).
PEMBAHASAN

Berikut Adalah contoh ajaran yang menyimpang dari ajaran Alkitab:


B. Gnostisisme

Gnostisisme (Yunani. γνωσις - gnôsis, harfiah : pengetahuan). Gnostik


adalah sebuah aliran (agama) yang meyakini gnosis (pengetahuan) sebagai satu-
satunya jalan keselamatan. Gnostisisme adalah suatu aliran yang berakar dari tulisan-
tulisan filsafat Yunani kuno. Secara tradisional aliran mengacu pada ajaran sesat
yang aktif bergerak pada abad 2 sM. Gnostisisme adalah aliran bidaah yang
diklasifikasi pada kelompok bidaah dualistis. Wujud Gnostik adalah salah satu
sinkretisme yang dualistis-pantheistis, yang berusaha menggabungkan filsafat barat
dengan agama timur masuk ke dalam kekristenan.1 Asal-usul gnostisisme tetap
tinggal tidak jelas tetapi dapat dipastikan bahwa gnotisisme sudah ada sejak awal
kekristenan. Ada yang menduga aliran ini berasal dari Mesopatamia lalu menyusupi
Yudaisme sebelum berkontak dengan kekristenan awal. Gnostik baru berkembang
pesat antara tahun 130 dan 180 Masehi. Pusat-pusat gnostis terdapat di Alexandria,
Anthiokhia dan (untuk periode tertentu) Roma.2

Para pengikut aliran ini mengklaim bahwa pengetahuan yang tersembunyi


tentang Allah dan dunia, yang tidak seorangpun pernah memilikinya. Akar dari aliran
ini ditemukan dalam tulisan Yahudi seperti Philo dan Alexsandria (20 BC-40 AD).
Aliran ini sepenuhnya dikembangkan oleh filsuf non Yahudi, yang menekankan pada
sifat kejahatan, sifat Allah dan hubungannya dengan dunia, dan arti dari keberadaan
masa sekarang. Adapun beberapa penganut Gnostik antara lain Saturnius. Ia lahir
pada abad kedua yang berasal dari Antiokhia yang juga sebagai murid dari Simon
dan Monader. Ia adalah orang yang menyangkal bahwa Tuhan dilahirkan oleh
manusia dan menganggap Yesus sebagai tubuh insan biasa yang tidak memiliki
kekuatan supranatural bahkan berada satu tingkat daripada malaikat. Tokoh yang

1
Dr. H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), 19.

2
Eddy Kristianto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 28.
berbicara cukup kuat dalam Gnosticisme adalah Valentinas. Lahir di Lower, Mesir
dan mengembangkan serta mengajarkan Gnosis sekitar tahun 136-160 Masehi.3

1. Tokoh-Tokoh Gnostisisme

Ada banyak tokoh-tokoh yang lahir dalam Gnostisisme dan sangat


fundamental dengan alirannya. Tokoh-tokoh tersebut seperti Theodotus,
Valentinus, Ptolemaeos murid Valentinus, Basiledes, dan Marcion. Marcion
kemudian membuat alirannya sendiri dengan memasukkan banyak pikiran Gnostik
ke dalam ajarannya. Alirannya kemudian disebut dengan Marcionisme. Mereka
semua menyampaikan pemikirannya dan menyerang Gereja dengan pemikirannya
itu.

a. Theodotus

Theodotus memberikan rumusan umum tentang gnosis. Rumusan umum itu


adalah pengetahuan akan memberi jawaban-jawaban yang memberikan kebebasan
terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar: siapakah kita sebelumnya? Dari apakah
kita dibebaskan? Apa itu kelahiran? Apa itu kelahiran kembali? Ide mendasar untuk
menjawab pertanyaan itu adalah batung manusia yang terdalam rindu akan
kesatuan dengan Allah sejati, sempurna tapi tidak dikenal. Akan tetapi karena
takdirnya yang aneh yakni dibuang ke dunia yang tak sempurna yang bukan ciptaan
dari Allah mahatinggi, tetapi ciptaan satu adaan yang lebih rendah dan tak
sempurna dan memimpin dengan kuasa jahat. Manusia dibebaskan dari kungkunga
si jahat ini hanya bila dia dengan bernar mengenal dirinya dan sadar bahwa dia
terpisah dari Allah sempurna. Ia mengatakan bahwa hanya pengetahuan ini yang
memungkinkannya kembali ke dunia cahaya tempat kediaman Allah.

b. Valentinus

Menurut Valentinus, Dunia yang penuh penderitaan yang kita pandang ini,
tidak mungkin merupakan ciptaan suatu Allah yang baik. Allah dalam Perjanjian
Lama adalah Allah yang jahat. Allah yang maha baik itu diperkenalkan oleh
Kristus. Kristus adalah salah seorang dari roh-roh yang hidup dalam dunia terang,
tetapi Ia turun dari dunia atas untuk menembus percikan-percikan terang yang telah
3
Tokoh-tokoh Gnosticisme yang berpengaruh kuat dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/indonesia.org, diakses tanggal 28 februari 2020.
menjadi roh orang-orang tertentu yang terkurung dalam tubuh. Kristus mengajar
kepada roh-roh itu tentang asal-usul mereka dan tentang jalan untuk kembali ke
dunia terang. Kristus sendiri tidak mempunyai tubuh manusia. Tubuhnya yang
dipercakapkan dalam Injil hanyalah semu, sehingga pura-pura saja Ia mati di atas
kayu salib. Kristus menebus kita bukan dengan jalan kematian dan kebangkitan,
keselamatan itu diperoleh dengan jalan mengingkari tubuh kita (askese) dan
memiliki pengetahuan rahasia tentang jalan ke dunia terang. Ptolemaeos, murid
Valentinus menjadikan tradisi apostolik atau kata-kata Yesus sendiri sebagai
pendukung ajarannya. Hal ini tampak dari tulisannya yakni Surat kepada Flora.4

c. Basiledes

Basiledes menyampaikan ajarannya tentang Yesus Kristus yang dianggap


sesat oleh Gereja. Ia berpendapat bahwa bukan Yesus yang menderita sengsara,
melainkan Simon dari Cyrene, yang terpaksa menanggung salibnya sebagai ganti-
Nya. Simon disalibkan, akibat kesilapan dan kekeliruan, sebab rupa Simon telah
diubah olehNya, agar orang mengira bahwa dialah Yesus. Padahal Yesus sedang
berdiri di dekat dengan rupa Simon sambil menertawakan mereka. Patutlah orang-
orang percaya tidak percaya kepada dia yang disalibkan, melainkan kepada Dia
yang datang dalam rupa seorang manusia, dan yang hanya dianggap disalibkan dan
yang disebut Yesus. Kalau seseorang percaya kepada dia yang disalibkan itu, maka
ia masih seorang budak.

d. Marcion

Marcion adalah salah satu tokoh yang mempengaruhi ajaran gnostisisme.


Dia merupakan seorang yang berkehendak kuat dan cakap dalam berorganisasi. Dia
seorang kaya kelahiran Asia Minor di bandar Sinope di pesisir laut hitam. Pada usia
muda dia berkonflik dengan pemimpin Kristen lokal, kemungkinan karena
perbedaan pendapat mengenai tafsiran atas ajaran Paulus. Dia dikeluarkan dari
jemaat di kotanya dan juga ditolak oleh pihak pemimpin Kristen Asia. Sekitar
tahun 140 Marcion datang ke Roma dan bergabung dengan komunitas Kristen yang
diberinya banyak sumbangan finansial. Bagi Marcion, Allah Perjanjian Lama
bukanlah Allah yang benar, Bapa Yesus Kristus, tetapi hanya Allah yang keras dan

4
Dr. Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 1988), 43.
adil yang melalui Hukum Musa meletakkan beban berat yang tak tertanggung
kepada orang Yahudi. karena pemikiran Marcion yang aneh membuat orang
menolak dia dalam jemaat kristen. Akhirnya pada musim gugur tahun 144 dia
terpaksa meninggalkan Gereja Kristen.5

2. Ajaran Gnostisisme

a. Teologi Tri Tunggal dalam Gnosticisme

Dalam bagian ini akan dibahas mengenai teologi Tri Tunggal menurut
Gnosticisme. Tri Tunggal dalam Gnosticisme sangatlah berlawanan dengan
apa yang diajarkan di dalam Alkitab. Tokoh mayor yang berbicara mengenai
hal ini adalah Bassilides yang hidup dan menghasilkan karyanya antara tahun
90-150 M. Tokoh ini secara langsung tidak membahas tentang ide Tri Tunggal
tetapi membahasnya lebih kepada filsafat ketuhanan.

Tri Tunggal yang sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang


diajarkan di dalam Alkitab. Menurut Gnosticisme, Tuhan Bapa yang tertinggi
itu mempunyai tujuh macam gaya ketuhanan yaitu nous (roh), logos (kalam),
phronesia (pikiran), sophia (hikmat), dynamika (gaya), dikaiyossin (keadilan)
dan eirene (perdamaian). Tujuh macam gaya ini mengalami perkembangan,
dan akhirnya menjadi malaikat-malaikat yang terbagi dalam 356 Golongan.6
Hal yang senada juga disampaikan oleh Chris Marantika mengenai konsep
Allah dalam Gnosticisme: Demiurge menurut pandangan mereka adalah Tuhan
yang lebih rendah dari Theos dan tak sempurna, yang tak berpengetahuan,
pencipta materi yang jahat, termasuk dunia dan isinya. Ia Bapak kegelapan,
yang dari dalamnya dilahirkan sophia atau hikmat, ibu dari semua Archon,
yang berjumlah 356 banyaknya.7

Hubert Jedin (ed.), History of the Church From the Apostolic Comunity to
5

constantine, Jilid I, (London: Burns & Oates, 1980), 190-191.

Esra Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus: sebuah Pendekatan Historis, Teologis
6

dan Filosofis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002), 85.


7
Chris Marantika, Kristologi (Yogyakarta: Iman Press, 2008), 9.
Dari pendapat ini, pada dasarnya Gnosticisme menerima pandangan
polytheisme yang dimodivikasi sehingga seolah-olah memiliki pemikiran yang
benar tentang Allah Tri Tunggal.

Tokoh Gnosticisme lain yang membahas mengenai doktrin Allah Tri


Tunggal adalah adalah Marcion yang hidup dan berkarya sekitar tahun 100-160
M. Dapat dikatakan bahwa marcionisme merupakan pengembangan dari
filsafat Gnosticisme. Pandangannya mengenai Allah adalah sama dengan
pandangan Basiledes, hanya ditambahkan bahwa Tuhan orang Yahudi yang
terancam dengan kedatangan Kristus (Anak yang tertinggi) itu akhirnya
membunuhNya di kayu salib, tetapi sebagai akibat dari perbuatannya, ia harus
menyerahkan kepada Tuhan tertinggi semua orang yang percaya akan
penyaliban Yesus.8

Marcionpun tidak membahas hubungan Bapa dan Anak secara lebih


mendalam, hanya saja dikatakan bahwa Tuhan Yesus yang diutus oleh Allah
Bapa itu tidak memiliki tubuh jasmani melainkan hanya memiliki tubuh semu.
Ia tidak dilahirkan, tetapi Ia menampakkan diri dengan sekonyong-konyong.
Jadi dalam Gnosticisme tidak mengakui adanya kesatuan dalam Tri Tunggal,
serta keunikan yang ada dalam Tri Tunggal itu.

b. Kristologi dalam ajaran Gnosticisme

Gnostik memandang Kristus sebagai ciptaan yang tertinggi, tidak


mempunyai tubuh dalam inkarnasi sebab Ia sangat suci untuk disejajarkan
dengan suatu bentuk kejahatan. Ajaran ini menyatakan Kristus tidak berwujud
nyata dan tidak mengakui Allah menjadi manusia. Ia yang Maha kudus tidak
dapat berdiam dalam tubuh yang berdosa. Ia hanyalah roh yang menampakkan
diri dengan tubuh manusia. Mereka juga menyangkal kebenaran yang ada di
dalam diri Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia, bahkan pelayanan-Nya
yang ada di dunia ini yaitu penebusannya di kayu salib juga mereka ragukan.

Marcion, sebagai pengembangan dari Gnosticisme juga menyangkal


mengenai kemanusiaan Kristus. Mengenai penolakan keilahian Kristus,
Marantika menjelaskan seperti berikut ini: Marcion di bagian akhir abad kedua

8
Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus, 86.
bersedia menerima pernyataan bahwa Kristus sungguh-sungguh mati, namun
kelahiran-Nya tak sejati. Dalam tafsiran Injil Lukan ia mengetengahkan
kelahiran Kristus secara rinci. Marcion berpendapat bahwa Kristus yang ilahi
itu sekedar menampakkan diri-Nya pada masa Tiberius sehingga umat
Kristiani mengetahui bahwa Ia turun dari Sorga. Inkarnasi Kristus bagi
pengikutnya adalah suatu ilusi.9

Penyangkalan atas kemanusiaan Kristus berarti juga menolak


keberadaan-Nya yang unik serta tidak ada duanya. Begitu juga dengan
penolakan Inkarnasi-Nya sebagai manusia, merupakan penolakan terhadap
kebenaran Alkitab oleh sebab dalam Alkitab sendiri diajarkan mengenai
inkarnasi Kristus guna melaksanakan kehendak Bapa untuk menyelamatkan
umat manusia.

Dari ajaran Gnosticisme yang menyimpang tentang pribadi Kristus,


maka muncullah beberapa ajaran baru yang sangat bertentangan dengan Iman
Kristen. Van Den End menjabarkan beberapa doktrin tentang Kristus yang
muncul dari ajaran Gnosticisme ini.

Beberapa pandangan yang muncul mengenai Kristus antara lain


Alogoi, yaitu pandangan yang menolak Kristus sebagai Firman, sebagai
pernyataan Allah, tidak ada trinitas karena Allah adalah satu. Kristus adalah
guru yang hebat, tetapi bukan Allah. Adoptionism, yaitu pandangan yang
menyatakan bahwa Kristus dilahirkan sebagai seorang manusia, kemudian
Allah mengangkat Dia menjadi anakNya. Subordinationism, yaitu pandangan
yang mengatakan bahwa Kristus bersifat Ilahi tetapi merupakan subordinat dari
Bapa. Kristus lebih rendah dari Bapa dan tidak satu dengan Bapa. Modalism,
yaitu pandangan yang mengatakan bahwa Kristus hanyalah nama lain dari
Allah.10

Ajaran-ajaran mengenai Kristus yang diajukan oleh Gnosticisme


merupakan bentuk penolakan dari Kristologi yang Alkitabiah. Secara tidak
langsung juga segala pandangan ini menyerang keilahian Kristus, dimana Ia
adalah Allah 100%, juga menyerang kemanusiaan Kristus, dimana Ia adalah

9
Marantika, Kristologi, 14.
10
Van Den End, Harta Dalam Bejana (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 32.
manusia 100%. Dengan menentang ajaran Kristus, Gnosticisme juga
menentang segala pemikiran Kristen yang Alkitabiah. Fakta-fakta historis
mengenai pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus ditentang oleh
Gnosticisme melalui beberapa pandangan yang muncul mengenai Kristus itu.

c. Soteriologi dalam ajaran Gnosticisme

Keselamatan dalam Gnosticisme sangat bertolak belakang dengan


pengajaran Kristen. Tenney mendefinisikan keselamatan dalam Gnosticisme
adalah sebagai berikut: Gnostik, seperti yang tersirat dalam namanya (diambil
dari kata Yunani gnosis, “ilmu pengetahuan”), adalah suatu sistem yang
menjanjikan keselamatan melalui pengetahuan. Menurut para penganut
Gnostik, Allah terlalu agung dan terlalu kudus untuk dapat menciptakan dunia
materi dengan segala kehinaan dan kebobrokannya.11

Keselamatan dalam Gnosticisme adalah berdasarkan atas


pengetahuan. Yang dimaksud pengetahuan ini adalah abstrak. Gnosticisme
berpendapat bahwa penebusan Kristus ialah dari dunia rohani yang masuk ke
dalam dunia materi yang berdosa serta mengajarkan hikmat yang sejati pada
umat manusia. Manusia dapat membebaskan diri dari ikatan materi maka ia
akan dapat kembali kepada Allah. Kristus adalah Roh yang nampak dalam
bentuk manusia. Kristus tidak mengenakan tubuh manusia. TubuhNya yang
diungkapkan Injil adalah tubuh maya saja. Sehingga Ia pura-pura mati di kayu
salib. Ia menebus manusia bukan dengan kematian dan kebangkitan, melainkan
melalui ajaran-ajaran yang diberikanNya secara mendasar.

Gnosticisme berpendapat juga bahwa keselamatan adalah pembebasan


roh dari tubuh yang jahat. Kristus mengerjakan penebusan dengan datang dari
dunia roh ke dalam materi atau dunia yang jahat agar mengajar manusia
tentang pengetahuan yang benar ini. manusia dapat membebaskan diri dari
ikatan materi maka ia akan dapat kembali kepada Allah.12 Jadi Gnostik
menolak doktrin dasar kekristenan tentang inkarnasi, pelayanan secara fisik,
serta kematian diatas kayu salib.

11
Tenney, Survei Perjanjian, 91.

12
Van Den End, Harta dalam bejan, 35.
Gnosticisme juga menolak adanya kebangkitan tubuh nantinya
sebagai janji Allah untuk menjemput umat-Nya. Kebangkitan tubuh sebagai
suatu hal yang tidak mungkin karena setiap tubuh atau materi adalah berdosa.
Karena tubuh adalah berdosa dan akan binasa pada saat kematian, maka tidak
salah untuk hidup dalam kebejatan serta tidak bermoral. Jiwa akan tetap murni
ditengah-tengah kesenangan fisik. Karena tubuh adalah berdosa maka tubuh
harus menderita, diabaikan serta dianiyaya. Jadi kebejatan turun dari tubuh
yang berdosa.

Bagi Gereja, Gnostisisme merupakan tantangan besar. Di satu sisi,


Gnostisisme membawa ajaran-ajaran yang bertolak belakang dengan ajaran
Gereja. Di sisi lain, Gnostisisme menggunakan istilah-istilah yang ada dalam
iman Kritiani dan mengembangkan apa yang telah ada dalam Gereja Kristen.
Hubungan yang terjadi antar umat Kristen yang kurang erat dan bersifat
aksidental. Perlawanan terhadap Gnostisisme dengan dasar biblika pun sia-sia.
Sebab, ketika seseorang melawan Gnostisisme dengan naik banding terhadap
Kitab Suci, dengan segera kaum Gnostisisme memberikan tafsiran-tafsiran
rohani tentang ayat terkait sebagai balasan. Hal ini semakin mempersulit
Gereja untuk membendung Gnostisisme, dan Gnostisisme itu hanya dapat
dibendung dengan pendapat umum dalam Gereja. Namun untuk mencapai
tahap itu, perlu waktu yang sangat lama.

Pendapat umum pada akhirnya terbentuk setelah mengalami proses


selama sepuluh tahun. Darinya diputuskan tiga asas untuk menghadapi
Gnostisisme: Kanon, pengakuan iman dan Uskup.

1. Asas pertama adalah Kanon (ukuran atau daftar). Para penganut Gnostisisme saat
itu mengedarkan kitab-kitab yang kabarnya ditulis oleh murid Yesus. Dalam hal ini
Gereja harus menentukan kitab-kitab mana saja yang sungguh-sungguh ditulis oleh
murid Yesus dan mana saja yang ditulis oleh para penganut Gnostisisme untuk
menyebarkan pengaruhnya dalam Gereja. Keempat injil yang ada sekarang adalah
hasil dari kanonisasi resmi Gereja saat itu dan dengan mudah menerima tanggapan
positif dari umat beriman. Dengan demikian, jarak antara Gereja dan Gnostisisme
semakin jelas.
2. Asas kedua adalah Gereja membutuhkan ringkasan pokok-pokok iman Kristiani.
Yang tertua ialah “Yesus adalah Tuhan,” (Roma 1:3; Filipi 2:5-11), yang kemudian
berkembang menjadi “Pengakuan Iman Rasuli,” atau yang kita kenal sekarang
sebagai “Syahadat Para Rasul.” Dalam pengakuan pokok-pokok iman ini, secara
eksplisit kata Gnostisisme memang tidak disebut, tetapi jelas untuk melawan
Gnostisisme.
3. Asas ketiga adalah Uskup, Uskup dipandang sebagai pengganti para Rasul. Sebab,
dalam setiap karya misinya, para Rasul mentahbiskan seseorang menjadi uskup,
memberinya pengajaran dan uskup ini lah yang kemudian akan meneruskan apa
yang telah mereka terima dari para Rasul yang berasal dari Yesus sendiri.
Pentahbisan uskup baru oleh beberapa uskup semakin menguatkan keyakinan
bahwa para uskup ini memiliki warisan rasuli yang benar. Dengan demikian, para
uskup menerima wewenang untuk mengartikan dan menrapakan kedua poin di
atas.13

C. Doketisme

Doketisme merupakan salah satu bida'ah tentang Yesus Kristus. Bida'ah ini
berkembang pada abad pertama gereja. Tidak banyak sumber yang secara mendalam,
mengupas bida'ah ini secara khusus. Bida'ah ini lebih merupakan suatu
kecenderungan daripada suatu doktrin yang utuh yang menyertakan pula rumusan-
rumusan ajaran yang padat berisi.14 Doketisme diperkenalkan dalam skala besar oleh
Julius Cassianus. Gerakan ini berjalan jauh di belakang, tetapi dia dianggap sebagai
pendiri dari sistem kepercayaan.

Doketisme berasal dari kata Yunani dokein, dalam bahasa Inggris to appear
yang berarti melihat, tampak. Bidat ini mengajarkan bahwa Yesus Kristus tampaknya
atau kelihatannya saja sebagai manusia. Atau dengan kata lain, putra Allah hanyalah
seolah-olah saja seperti manusia.15

13
Dr. Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia, 1988), 46-
47.
14
Kristiyanto, Eddy. Selilit Sang Nabi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 457-460.

15
Effendi, Mochtar, "Doketisme." In Ensiklopedi Agama dan Filsafat (Palembang:
Universitas Sriwijaya, 2001), 15.
Para Doketis berkeyakinan bahwa seorang penebus ilahi (yang berasal dari
Allah) tidak dapat menderita. Ketika ide doketik ini mulai meresap dalam kelompok
kristiani, satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana dengan Yesus yang wafat
di salib.

Para Doketis praktisnya merujuk pada injil Markus yang sudah ada pada
waktu itu. Walaupun Markus tidak pernah bermaksud agar tulisannya tentang kisah
pelayanan dan penyaliban Yesus disalahmengertikan namun pendeknya dari kisah
yang dia tulis membuka kesempatan bagi interpretasi yang salah dari para Doketis.
Markus memulai injilnya dengan kisah pewartaan Yohanes pembaptis sebagai
persiapan bagi kedatangan Yesus. Dalam peristiwa selanjutnya, Yesus
dipermandikan Yohanes Pembaptis. Peristiwa turunnya Roh Kudus atas Yesus ketika
dibaptis di sungai Yordan juga merupakan hal penting yang menjadi dasar
pertimbangan para Doketis. Roh kudus itulah yang menyertai Yesus dalam karya
pelayanannya. Roh itu pulalah yang memampukan Dia dalam melakukan ha-hal yang
besar.

Para doketis juga berpendapat bahwa selama penderitaan di salib, Roh


Kristus itu meninggalkan tubuh manusiawi Yesus dan kembali ke kepenuhan. Di sini
dapat dilihat sekali lagi bagaimana intrepretasi yang salah itu akan mereduksi
inkarnasi menjadi kehadiran temporal. Dalam beberapa bentuk, Doketisme
berkeyakinan bahwa Yesus Kristus melepaskan diri (melarikan diri) dari kematian
yang memalukan, misalnya menukar tempat kematian dengan Yudas Iskariot atau
Simon dari Kirene, pada saat-saat terakhir sebelum drama penyaliban. Sebenarnya
dalam Injil pun sudah muncul tulisan-tulisan peringatan terhadap kecendrungan
Doketisme, misalnya I Yohanes 4:1-3: "saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah;
sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.
Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus
Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh , yang tidak
mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang
dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah di dalam
dunia." Teks dapat dijadikan salah satu petunjuk bahwa Doketisme ini bahkan sudah
ada sejak jaman para rasul.
Docetisme mengajarkan bahwa tubuh fisik Yesus hanya suatu penyimpangan
atau ilusi. Ide ini merupakan produk dari filsafat Gnostik. Kaum Gnostik percaya
bahwa materi adalah jahat. Oleh karena itu, Yesus tidak dapat menjadi Allah yang
berinkarnasi karena tubuh fisik tidak bisa baik. Docetisme mengajarkan bahwa
Kristus spiritual masuk ke dalam Yesus manusia pada saat pembaptisannya dan kiri
saat Dia disalibkan. Mereka percaya bahwa tujuan utama Yesus adalah untuk
membebaskan kita dari kekuasaan materi (yang jahat). Dia tidak bisa datang dalam
bentuk materi, karena materi adalah apa yang Dia datang untuk mengatasi. Bid'ah ini
juga menyangkal kebangkitan karena tubuh fisik Yesus masih akan materi

Docetisme merupakan sebuah istilah yang menyakan bahwa Yesus Kristus


tidak sungguh-sungguh manusia, melainkan hanya tampak sebagai manusia.16
Doktrin ini mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya tampaknya saja
mempunyai tubuh.17 Maka dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus
hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya berpura-pura saja menderita dan mati.
Dekotisme bukan sebuah mazhab atau sekte, tetapi suatu cara berpikir tentang Yesus
Kristus yang sejak zaman para rasul muncul dalam bentuk yang beraneka ragam.
Pada dasarnya pandangan Doketisme ini dipengaruhi oleh ajaran Filsafat Yunani
yang mempertentangkan unsur materi dan rohani.18

Pandangan kelompok doketisme meyakini bahwa Yesus hanya memiliki sifat


keilahian tanpa sifat kemanusiaan, sedangkan tubuh yang dimiliki-Nya hanya tubuh
maya, sehingga kematian-Nya bukanlah penderitaan yang sesungguhnya. Dengan
begitu kelompok ini menolak keyakinan yang menyatakan Allah telah menjadi
manusia. Paham doketisme mendasar keyakina pada pemahaman bahwa materi pada
hakikatnya adalah jahat, sedangkan Allah tidak memiliki perasaan serta pemahaman
manusiawi lain.19 Dengan pemahaman seperti itu dapat kita katakan kalau doketisme
memiliki paham yang hampir sama dengan Gnostik. Bidat ini tidak saja merongrong
inkarnasi merupakan fakta, melainkan juga validitas penebusan dosa dan
kebangkitan tubuh.20 Itu artinya hadiran Yesus bukanlah sebagai manusia sejati,

16
A. Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja Jilid II (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004),
76.
17
Nico Syukur Dester OFM, Teologi Sistematika I ‘Allah Penyelamat’ (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), 133.
18

19
Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung mulia, 1993), 201.
sehingga penderitaan-Nya diyakini hanya bersifat semu, dengan begitu manusia tidak
memiliki pengharapan untuk terbatas dari kutuk dosa.

1. Kelompok pendukung
a. Basilides
Ia berpendapat bahwa Yesus memang telah dilahirkan dan hidup sama seperti
manusia tetapi Ia didiami oleh Kristus hanya untuk sementara. Basilides menolak
penyaliban Yesus dengan berpendapat bahwa yang sebenarnya disalibkan adalah
bukan Yesus tetapi Simon orang Kirene. Menurutnya Yesus secara ajaib menyerupai
diri seorang Simon orang Kirene dan tempatnya di kayu salib digantikan oleh Simon
orang Kirene.21

b. Valentinus

Ia berpendapat bahwa Yesus yang diceritakan di dalam Injil-Injil hanyalah


bersifat roh. Yesus kelihatan memiliki tubuh tetapi sebenarnya hanya tubuh
bayangan. Bagi Valentinus tubuh Yesus berbeda dari tubuh manusia. Yesus datang
ke dalam dunia melalui Maria seperti air yang mengalir melalui satu saluran pipa
dan tubuhnya tidak bersifat fisik.

c. Cerdon
Ia adalah seorang doketis yang berpendapat bahwa Yesus tidaklah lahir dari
anak dara Maria bahkan Ia tidak lahir sama sekali. Yesus memang datang ke dalam
dunia sebagai anak Allah tetapi tidak di dalam daging.

d. Marcion

Sama halnya seperti Cerdon, Marcion berpendapat bahwa Yesus tidak


pernah lahir namun secara tiba-tiba muncul dari surga pada tahun ke lima belas
pemerintahan Tiberius. Menurut Marcion Yesus bukanlah manusia dan tidak
memiliki tubuh sama sekali sehingga ia juga menolak penderitaan dan kematian
Yesus.

2. Kelompok penentang

20
Charles C. Ryrie, Teologi dasar, Buku 1 (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001), 341.

21
Samuel B. Hakh, Melihat Kemuliaan Tuhan (Jakarta: UPI STT Jakarta, 2003), 72.
a. Ignatius dari Antiokhia
Menurut Ignatius, Yesus Kristus sungguh-sungguh hadir dari anak dara
Maria, dibaptis oleh Yohanes dan menderita di bawah pemerintahan Pontius
Pilatus. Ia menegaskan bahwa Kristus adalah sekaligus Ilahi dan manusia.22

b. Ireneus

Ireneus menentang Doketisme dan hal tersebut tampak dalam karyanya


yakni Melawan Bidaah. Menurut Ireneus sebelum akhir abad kedua terdapat empat
bentuk ajaran sesat yakni:23

1. Manusia Yesus hanya untuk sementara waktu saja didiami oleh Sang Kristus
yaitu sejak pembaptisan sampai penyaliban.
2. Kristus hanya memiliki tubuh semu saja.
3. Kristus mempunyai tubuh yang kelihatan tetapi bukan dari perawan (ex
virgine), melainkan berasal dari surga melalui perawan.
4. Oknum yang disalibkan saat peristiwa penyaliban bukanlah Kristus melainkan
Simon orang Kirene.

Ireneus bersama dengan Tertulianus bersama-sama menolak dan menyerang


Doketisme ini. Mereka sama-sama mempertahankan bahwa Yesus Kristus adalah
benar-benar dan sungguh-sungguh manusia yang lahir, menderita dan mati di kayu
salib.24

22
Michael Collins & Matthew A.Price, Menelusuri Jejak Kristianitas (Yogyakarta: Kanisius.
2006), 41.
23
Nico Syukur Dister OFM, Teologi Sistematika 1 - Allah Penyelamat (Yogyakarta:
Kanisius, 2004), 133.

24
C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 105.
DAFTAR PUSTAKA

A. Heuken SJ, Ensiklopedia Gereja Jilid II (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka,
2004).

Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung mulia, 1993).

C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi (Yogyakarta: Kanisius, 2005).

Charles C. Ryrie, Teologi dasar, Buku 1 (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2001).

Chris Marantika, Kristologi, peny., Karel M. Siahaya (Yogyakarta: Iman Press,


2008).

Dr. H. Berkhof, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988).


Dr. Th. Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,
1988).

Eddy Kristianto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa (Yogyakarta: Kanisius, 2002).

Effendi, Mochtar, "Doketisme." In Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (Palembang:


Universitas Sriwijaya, 2001).

Esra Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus: sebuah Pendekatan Historis, Teologis
dan Filosofis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2002).

Hubert Jedin (ed.), History of the Church From the Apostolic Comunity to
constantine, Jilid I, (London: Burns & Oates, 1980).

Kristiyanto, Eddy. Selilit Sang Nabi (Yogyakarta: Kanisius, 2008).

Michael Collins & Matthew A.Price, Menelusuri Jejak Kristianitas (Yogyakarta:


Kanisius. 2006).

Nico Syukur Dester OFM, Teologi Sistematika I ‘Allah Penyelamat’ (Yogyakarta:


Kanisius, 2004).

Samuel B. Hakh, Melihat Kemuliaan Tuhan (Jakarta: UPI STT Jakarta, 2003).

Anda mungkin juga menyukai