Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara khusus dalam ajaran Kekristenan sering mendapat serangan bahkan tuduhan yang
menyatakan ajaran dalam Kekristenan adalah ajaran sesat, serangan-serangan itu dapat berasal
dari kelompok yang berkepercayaan diluar Kristen maupun di dalam Kekristenan. Tentu bagi
kita orang percaya merasa kurang nyaman karena tuduhan tersebut. Umat Kristen sering
mendapat serangan dari dalam Kekristenan yang beraliran Advent, kaum Advent menyatakan
bahwa dalam Alkitab tidak di temukannya perintah untuk beribadah di hari Minggu atau hari
pertama dalam seminggu namun di Alkitab terdapat perintah untuk beribadah pada hari ketujuh
yaitu hari Sabat/Sabtu kemudian kaum Advent ini juga menyatakan bahwa orang Kristen sesat
karena mengikuti perintah Kaisar Konstantin yang mengubah hari Sabat menjadi Hari Minggu
pada tahun 321 M, Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis hendak membahas bagaimana
umat Kristen yang beribadah pada hari Minggu memberi pembelaan Imannya tentang hari Sabat
kepada kaum Advent ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hari Sabat?
2. Mengapa Kaum Advent Beribadah Di Hari Sabat/Sabtu?
3. Mengapa Umat Kristen Beribadah Di Hari Minggu?
C. Tujuan
1. Mahasiswa/i Dapat Mengetahui Pengertian Hari Sabat.
2. Mahasiswa/i Dapat Memberikan Pembelaan Imannya Terhadap Kaum Advent.
3. Mahasiswa/i Dapat Menjelaskan Makna Hari Minggu (Sabat Kristen) Kepada Kaum
Advent.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kata Sabat

Istilah Sabat berasal dari bahasa Yunani, Sabbaton yang artinya hari ketujuh dalam minggu.
Secara etimologis, kata Sabat tidak dapat diperoleh penjelasan yang tepat. Banyak ahli
menyimpulkan bahwa Sabat itu dari kata kerja “syabat”, yang berarti berhenti dari sesuatu (Yos.
5:12; Neh. 6:3; Ayb. 32:1; Yes. 24:8).1

B. Hari Sabat Bagi Gereja Advent

Gereja Advent percaya bahwa "prinsip-prinsip utama hukum Allah diwujudkan dalam
Sepuluh Perintah Allah", dan perintah ini adalah "mengikat bagi semua orang di segala zaman".
Meskipun hukum upacara dan upacara kurban dari Perjanjian Lama telah digenapi oleh kematian
Yesus Kristus, Sepuluh Perintah Allah tetap berlaku untuk orang Kristen. Kata-kata Yesus
Kristus dalam Matius 5:17-20 adalah dasar untuk keyakinan ini.

Gereja Advent percaya bahwa hari ketujuh tiap pekan, yakni Sabtu, adalah hari Sabat
Alkitabiah yang ditetapkan Allah "untuk tujuan luhur memperkaya hubungan Allah dan
manusia". Perlu dicatat bahwa Sabat adalah pesan berulang dalam Alkitab yang disebutkan
dalam kisah Penciptaan, di Gunung Sinai, dalam pelayanan Yesus Kristus, dan dalam pelayanan
para rasul. Hari Sabat berfungsi sebagai peringatan mingguan untuk Penciptaan dan merupakan
simbol penebusan, baik dari perbudakan Mesir dan perhambaan dosa. Dengan memelihara hari
Sabat, manusia diingatkan cara Tuhan membuat mereka kudus, seperti yang ia lakukan untuk
hari Sabat. Orang Advent menunjukkan kesetiaan mereka kepada Allah dengan menjaga perintah
dalam Sepuluh Perintah Allah. Hari Sabat juga merupakan waktu bagi orang Advent untuk
digunakan untuk Allah dan dengan sesama manusia.

Orang Advent percaya bahwa Sabat bukan hanya hari istirahat tetapi juga dimaksudkan
sebagai hari kudus bagi orang percaya untuk bertumbuh secara rohani. Meskipun Gereja Advent
tidak percaya bahwa mereka diselamatkan oleh memelihara Sabtu sebagai hari Sabat, mereka
memahami makna yang jauh lebih besar pada pemeliharaan hari Sabtu dibandingkan makna hari
1
Leland Ryken, Kamus Gambaran Alkitab, (Surabaya; Momentum, 2011), hal. 936
kudus bagi denominasi Kristen lain yang beribadah pada hari Minggu. Gereja Advent
mengajarkan bahwa tidak ada bukti berubahan hari Sabat ke hari Minggu dalam Alkitab. Mereka
sebaliknya mengajarkan bahwa perubahan itu disebabkan oleh kebiasaan berkumpul orang-orang
Kristen di Roma pada hari Minggu yang tujuannya untuk membedakan diri dari Yahudi dan
untuk menyelaraskan diri dengan otoritas politik. Perubahan ini menjadi lebih universal diterima
setelah Kaisar Romawi Konstantinus I menitahkan kesucian Hari Minggu tahun 321 M.2

C. Hari Sabat Dalam Perjanjian Lama

Hari Sabat ditentukan sebagai hari peristirahatan. Karena Allah beristirahat, manusia yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah juga harus istirahat.

1. Sabat Penciptaan

Perintah Keempat dimulai dengan kata-kata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel.
20:8). Beberapa orang berkeyakinan bahwa peringatan Sabat dimulai di Kitab Keluaran, tetapi
kata Ingatlah tidaklah berarti mengenalkan sesuatu hal yang baru kepada orang-orang, kata itu
mengarahkan mereka untuk mengingat sesuatu dari masa lampau. Ingatlah membawa kita
kembali ke waktu penciptaan, saat pertama kali waktu diciptakan. Karena itu, ide hari Sabat
tidak dimulai dari manusia atau dari sekelompok manusia, tetapi dari Allah. Allah tidak
memberkati hari itu untuk kepentingan manusia yang telah di ciptakan-Nya pada hari yang
keenam. Hari Sabat ditetapkan untuk manusia untuk kebahagiaan mereka, sukacita dan
penyegaran. Dengan demikian, hari Sabat tidak hanya menjadi satu hari libur bagi orang yang
bekerja. Tujuan mengambil jeda dari pekerjaan adalah untuk merayakan besarnya kuasa dan
otoritas Allah yang telah dinyatakan-Nya dalam penciptaan langit dan bumi. Hari Sabat
dimaksudkan untuk menjadi hari dimana kita berhenti melakukan pekerjaan rutin supaya kita
bebas untuk melaksanakan hal-hal rohani seperti ibadah dan pelayanan. Tujuan utama manusia
adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya. Kita bisa menikmati Dia
setiap hari tetapi hari-hari kita begitu padat karena pekerjaan kita yang membuat kita frustasis
sehingga hari-hari kita menjadi tidak menyenangkan.

2
https://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Gereja_Masehi_Advent_Hari_Ketujuh#:~:text=Gereja%20Advent%20percaya%20bahwa
%20hari,memperkaya%20hubungan%20Allah%20dan%20manusia%22., di akses pada 22 Februari 2022 pukul 09.00 WIB
2. Sabat Eksodus

Sabat Eksodus ini mengacu kepada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Sabat
Eksodus dirayakan untuk memperingati penciptaan ditambah memperingati penebusan yang
dikerjakan Allah yang dahsyat dalam peristiwa Eksodus. Dengan demikian, Sabat menjadi tanda
kovenan dan merupakan simbol dari hubungan khusus dalam anugerah antara Allah Penebus dan
orang-orang pilihan-Nya. Hari Sabat di Perjanjian Lama merupakan hari untuk bersukacita.
Mereka membayangkan Sabat dalam Perjanjian Lama sebagai hari yang mengekang yang
dipenuhi dengan peraturan yang tidak berkesudahan dan larangan-larangan. Tetapi sebenarnya
tidak seperti itu, orang-orang tidak harus bekerja. Mereka diberi kesempatan untuk berkumpul
dengan keluarga dan teman dari pagi sampai sore untuk menikmati hadirat Allah, mereka dapat
memainkan musik yang menyenangkan dengan harpa dan bernyanyi bersukacita dengan Mazmur
dari lubuk hati mereka.3

D. Hari Sabat Bagi Yesus Kristus (Perjanjian Baru)

Kitab-kitab Injil mencatat enam insiden dimana Yesus “bermasalah” dengan para pemimpin
Yahudi berkaitan dengan pemaknaan hari Sabat, yaitu :

a. Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat ( Mat. 12:1-5)


b. Yesus Kristus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat (Mat.
12:9-14)
c. Yesus Kristus menyembuhkan perempuan yang dirasuki roh selama delapan belas tahun
pada hari Sabat (Luk. 13:10-17)
d. Menyembuhkan seorang yang sakit busung air pada hari Sabat (Luk. 14:1-6)
e. Menyembuhkan seorang lumpuh dikolam Betsaida pada hari Sabat (Yoh. 5:1-18)
f. Menyembuhkan seorang buta sejak lahirnya pada hari Sabat (Yoh. 9:1-41).4

Dari Keenam insiden-insiden diatas, perlu dicatat bahwa Yesus tidak bermaksud meniadakan
atau mengubah esensi dari hari Sabat di hadapan para pemimpin Yahudi tetapi membawa
pengertian dan penerapan yang benar terhadap makna hari Sabat. Tentu dari keenam insiden
tersebut Yesus memberi respon-respon kepada para pemimpin Yahudi ini, respon-respon

3
Bruce A. Ray, Merayakan Sabat, (Surabaya; Momentum, 2006), hal. 36-63
4
Alkitab Terjemahan Baru
tersebut dapat dibuat kesimpulannya yaitu hari Sabat diadakan untuk manusia, sehingga
dihadapan Allah manusia lebih penting dari pada hari Sabat, oleh sebab itu makna Perhentian
hari Sabat boleh diubah demi kesejahteraan dan kebaikan manusia dan hanya Yesuslah yang
berhak mengubahnya karena Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. 5 Oleh karena itu, kita orang-orang
Kristen yang beribadah pada hari minggu tentu harus hidup di dalam pengajaran Juru Selamat
kita. Adapun alasan-alasan lain bagi kita beribadah pada hari Minggu yaitu sebagai berikut :

a. Sabat Kebangkitan

Sabat kebangkitan (Sabat Kristen) menyatukan makna dari Sabat Penciptaan dan Eksodus
serta mengubahnya menjadi satu perayaan kebangkitan Yesus dari kematian. Dengan demikian,
Sabat di Perjanjian Baru menjadi suatu tanda dari penggenapan karya penciptaan baru yang telah
diselesaikan dan karya penebusan yang besar yang telah digenapkan. Ini menjadi suatu tanda dari
Kovenan Baru yang disahkan dengan darah Yesus. Tanda sunat di dalam Kovenan Lama diubah
menjadi tanda Babtisan dalam Kovenan Baru, Paskah dalam PL diubah menjadi Perjamuan
Kudus dalam PB (Luk. 22:7-20).

Kovenan Baru tentunya memperkenalkan suatu perubahan penting dalam penerapan atau
praktik dari perintah Keempat ini, tetapi Pribadi yang membentuk kontinuitas dari yang lama
sampai kepada yang baru adalah Pribadi yang sama, yaitu Yesus Kristus yang adalah tetap sama,
baik dahulu maupun sekarang dan sampai selama-lamanya. Sebagai Pencipta, Dia memberkati
hari Sabat dan menjadikannya kudus. Sebagai Penebus, Dia menentukan hari itu sebagai sebuah
tanda dari Kovenan anugerah. Sebagai Tuhan atas hari Sabat, Yesus mengklaim adanya
hubungan yang tidak terputus dengan hari Sabat. Dengan demikian, ini berarti bahwa Yesus
yang menetapkan Sabat Penciptaan. Dan Yesus pulalah yang menguduskan Sabat Eksodus serta
memilihnya sebagai tanda Kovenan. Sabat Perjanjian Lama adalah milik Yesus, Sabat ini adalah
hari Tuhan juga, arti dari Sabat selalu sama, yaitu menyatakan bahwa peristirahatan yang
sesungguhnya hanya di dapatkan didalam Kristus.

Peristirahatan yang sesungguhnya hanya ada di dalam Yesus, firman Tuhan: Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati
5
Dr. Robert G. Bratcher dan Dr. Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Markus, (Jakarta; Yayasan Karunia Bakti
Budaya Indonesia), hal. 98
dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun
ringan. (Mat. 11:28-30). Kata yang di pakai Yesus dalam ayat ini yaitu avna,pausij yang
merupakan akar kata Pause yang berarti Istirahat atau Jeda (dalam TB LAI menjadi Kelegaan
dan Ketenangan). Dengan demikian, Yesus berkata, “Peristirahatan yang dijanjikan dan dinanti-
nantikan dalam Penciptaan dan Eksodus hanya dapat ditemukan di dalam Aku. Marilah kepada-
Ku hai kamu yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi Peristirahatan ini
kepadamu”.

Kapankah Dia melakukan itu? Yesus bangkit pada hari pertama dari satu minggu. Pada
Minggu pagi itu Dia menyelesaikan penciptaan baru, menggenapi penebusan yang baru dan utuh
serta dengan kebangkitan-Nya Ia menguduskan satu hari yang baru untuk perayaan Kovenan
Baru. Orang-orang pilihannya dapat beristirahat dalam Kepenuhan dan Kegenapan dari apa yang
Yesus telah kerjakan. Selanjutnya, dalam Alkitab hari Pentakosta terjadi pada hari Minggu sama
seperti hari Kebangkitan Tuhan kita. Hari pertama dari seminggu ini adalah konfirmasi ganda
bagi perubahan hari Kudus. Kristus bangkit dan Roh Kudus di karuniakan pada hari Minggu.
Christopher Wordsworth, melihat tiga lampu sorot yang diarahkan pada hari Minggu :

1. Pada-Mu, saat Penciptaan, Terang dilahirkan pertama kalinya.


2. Pada-Mu, bagi Keselamatan kami, Kristus bangkit dari kubur.
3. Pada-Mu Tuhan kami, Sang Pemenang, Roh Kudus dikirim dari sorga.

Setelah Kebangkitan Tuhan Yesus, terjadi sesuatu yang kontras terhadap kebiasaan
sebelumnya, yaitu murid-murid Tuhan Yesus bertemu dan melakukan penyembahan pada hari
yang pertama dari seminggu (Kis. 20:6-11, Why. 1:10 dan 1 Kor. 16:1-4). Hari Minggu adalah
suatu perayaan akan kebangkitan kita didalam Dia, sesuatu kesempatan yang di berikan Allah
untuk saling menguatkan dalam anugerah-Nya. Dengan meneladani praktik para Rasul, kita pun
berkumpul pada hari pertama dari seminggu untuk merayakan Kebangkitan Tuhan kita dari
kematian dan untuk mendapatkan peristirahatan di dalam karya yang telah digenapi-Nya.

b. Sabat Final (Kekalan)

Sabat Kebangkitan bukanlah Peristirahatan yang Final sebab masih ada satu peristirahatan
Sabat bagi umat Allah pada masa yang akan datang, yakni Sabat Final. Sabat Final ini adalah
Sabat yang di anugerahkan Tuhan bagi umat-Nya untuk masuk dalam Perhentian-Nya yaitu
Surga (Ibr. 3:11). Umat Allah dapat masuk di dalam Peristirahatan ini bukanlah hasil usahanya
sendiri tetapi hanya oleh anugerah-Nya kita menerima pembenaran sejati sekalipun kita berada
dalam ketidaklayakkan dan keberdosaan. Oleh karena itu, jalan satu-satunya untuk masuk dalam
Perhentian ini hanya melalui karya Yesus Kristus yang telah digenapi. Untuk masuk kedalam
Peristirahatan Allah kita umat Allah harus memiliki ketekunan sebagai orang kudus, menuruti
perintah Allah dan iman kepada Yesus (Why. 14:13).6

Hari Sabat ditetapkan sebagai hari perayaan atas karya Allah yang sangat ajaib, dan bukan
hari perbudakan untuk menaati aturan-aturan manusia, dan itulah yang akan membuat hari Sabat
menjadi hari penyegaran baik fisik ataupun rohani seseorang secara utuh. Jadi saat membahas
perintah Tuhan untuk “Mengingat dan Menguduskan Hari Sabat,” kita jangan lagi terfokus pada
pertanyaanpertanyaan yang sempit tentang aktivitas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
pada hari Sabat, melainkan Bagaimana Tuhan atas hari Sabat menginginkan Saudara dan saya
untuk menggunakan hari itu untuk kebaikan kita dan terutama untuk kemuliaan-Nya.

Ada empat prinsip umum dalam mengingat dan menguduskan Hari Sabat :

1. Kudus (Holily), Dalam Bahasa Ibrani “Kados” arti utamanya bukan “suci tak berdosa”
tapi "terpisah" atau “istimewa.” Jadi hari Sabat harus menjadi hari yang istimewa atau
berbeda dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
2. Suka Cita (Happily), karena di hadapan Allah yang Mahabesar segala duka cita pasti
tersingkir, diganti dengan suka cita. Bukan semata-mata suka cita secara fisik berupa
tepuk tangan, nyanyian, atau tarian, tapi yang terutama adalah suka cita yang ada dalam
hati atas kebaikan Allah.
3. Sejahtera (Honestly), jadi tidak perlu dibuat daftar yang terdiri dari 1500 peraturan,
dengan sejahtera berdasarkan hikmat yang Tuhan berikan
4. Rendah Hati (Humbly), karena tentunya ada banyak pertanyaan dan perbedaan
pandangan tentang suatu aktivitas tertentu, jadi jangan pernah menghakimi orang lain
dengan merasa diri lebih rohani dalam menjalani Hari Sabat.

BAB III
6
Bruce A. Ray, Merayakan Sabat, (Surabaya; Momentum, 2006), hal. 36-63
PENUTUP

Kesimpulan

Gereja Advent percaya bahwa hari ketujuh tiap pekan, yakni Sabtu, adalah hari Sabat
Alkitabiah yang ditetapkan Allah "untuk tujuan luhur memperkaya hubungan Allah dan
manusia". Perlu dicatat bahwa Sabat adalah pesan berulang dalam Alkitab yang disebutkan
dalam kisah Penciptaan, di Gunung Sinai, dalam pelayanan Yesus Kristus, dan dalam pelayanan
para rasul. Namun kita tidak perlu tersinggung apabila saudara kita dari kaum advent ini
menyatakan kita sesat, tetapi yang perlu kita lakukan adalah memberi pembelaan yang benar
kepada mereka atas ajaran yang kita imani. Berdasarkan pembahasan hari Sabat di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa :

a. Perintah untuk menjalankan hari Sabat di Perjanjian Lama bermakna mengadakan


perhentian dari segala pekerjaan oleh semua anggota keluarga, termasuk orang asing,
budak dan binatang peliharaan. Terdapat dua alasan Allah memerintahkan orang Israel
menjalankan hari Sabat. Alasan pertama menyentuh dimensi vertikal agar umat Israel
mengenang Allah untuk mengadakan persekutuan yang penuh sukacita dengan-Nya dan
mengakui Allah sebagai Pencipta yang mengatur, memelihara dan memiliki segala
sesuatu, termasuk orang Israel. Alasan kedua berhubungan dengan dimensi horizontal
yang mengingatkan bangsa Israel bagaimana Allah telah melepaskan mereka dari
penderitaan sebagai budak dimasa lampau.
b. Yesus sebagai Tuhan atas hari Sabat, Yesus Kristus memiliki otoritas untuk mengubah
makna dari hari Sabat. Makna perhentian hari Sabat yang diberikan-Nya adalah
perhentian sebagai hasil dari kelepasan dari beban dosa dan perhentian eskatologis yang
akan diterima semua orang percaya dalam dunia kekal di surga. Unsur yang
berkesinambungan dari perintah melaksanakan hari Sabat adalah perintah untuk
mengadakan hari perhentian sebagai kesempatan untuk beribadah, melayani Allah dan
sesama serta bersekutu dengan sesama. Sedangkan unsur-unsur yang tidak
berkesinambungan adalah keharusan untuk mengadakan hari perhentian pada hari
ketujuh.

Anda mungkin juga menyukai