Anda di halaman 1dari 2

JAWABAN TEORI JOHN DOMINIC CROSSAN MENGENAI TEORI YANG

MENYANGKAL KEBANGKITAN YESUS

Teori John Dominic Crossan


Teori yang dipertahankan John Dominic Crossan (salah seorang pakar kajian Yesus
sejarah dan salah seorang pendiri dan Fellow the Jesus Seminar di Amerika Serikat) bahwa
Yesus dari Nazaret tak pernah dalam sejarah sampai diadili oleh Imam Besar Kayafas, lalu oleh
gubernur Roma penguasa provinsi Yudea, Pontius Pilatus, yang menjatuhinya hukuman mati
karena suatu tuduhan bahwa dia mengklaim dirinya raja orang Yahudi di suatu negeri yang
sedang dijajah kekaisaran Romawi.
Menurut Crossan (dan banyak pakar lain) kisah-kisah Yesus diadili yang dapat dibaca dalam
kitab-kitab Injil Perjanjian Baru bukanlah kisah-kisah sejarah faktual, melainkan kisah-kisah
fiktif yang dibuat berdasarkan model-model yang diambil dari teks-teks Perjanjian Lama (dan
kisah-kisah paralel di luar kanon Alkitab), lalu disejarahkan, dihistorisasi.
Crossan menegaskan bahwa kisah-kisah pengadilan Yesus dalam Injil-injil bukanlah “history
remembered” (sejarah yang diingat), melainkan “prophecy historicised”, yakni nubuat-nubuat
dalam PL yang diberi bingkai sejarah artifisial, sebuah fabrikasi sejarah dengan berpola pada
model-model yang ditemukan dalam teks-teks profetis Perjanjian Lama.
Pemalsuan (fabrikasi) sejarah ini dilakukan para penulis kitab-kitab Injil Perjanjian Baru
terutama karena mereka ingin menyalahkan orang Yahudi, para pemuka keagamaan dan massa
Yahudi, sebagai aktor-aktor sesungguhnya yang menyebabkan Yesus dihukum mati melalui
penyaliban, dan mereka makin cenderung mau membela dan membenarkan bahkan
menguduskan Pontius Pilatus dan membebaskannya dari segala kesalahan yang menyebabkan
Yesus dihukum mati. Tegasnya, kisah-kisah Injil tentang pengadilan Yesus memuat ideologi
politik pro-Romawi, dan anti-Yahudi, dari umat Kristen Perjanjian Baru.
Alasan Crossan bahwa kisah-kisah ini berisi pemalsuan sejarah seratus persen antara lain adalah:
Yesus dari Nazaret terlalu hina dina dan tak berarti untuk sampai bisa bertemu berhadapan muka
dalam suatu pengadilan Yahudi ataupun dalam suatu pengadilan Romawi dengan figur-figur
politik penting tertinggi Yahudi dan Romawi; kalau dari kisah-kisah Injil tentang pengadilan
Yesus ini dipreteli unsur-unsur profetisnya (yang ditarik dari Perjanjian Lama) dan unsur-unsur
sastrawinya yang memuat tema “orang benar yang dihina lalu dihukum mati kemudian
dibenarkan Allah” (tema umum dalam kisah-kisah Perjanjian Lama mengenai orang-orang
benar), maka yang tersisa dalam kisah-kisah ini hampir tak ada sesuatu pun yang dapat
dikategorikan sebagai sejarah.
Ada banyak poin yang pembaca akan temukan, yang dipertahankan Crossan untuk menopang
teorinya bahwa kisah-kisah Injil tentang pengadilan Yesus adalah fabrikasi atau pemalsuan
sejarah.
Melalui berbagai pendekatan dan sudut pandang analitis lintas-ilmu, saya memperlihatkan
kelemahan-kelemahan teori Crossan, dan akhirnya menyimpulkan bahwa Yesus dari Nazaret
mungkin sekali pernah diadili oleh suatu pengadilan Romawi, meskipun ihwal bagaimana
persisnya pengadilan itu berlangsung kita tak pernah akan tahu lagi.
Hemat saya, ada “historical core” (inti sejarah) di dalam kisah-kisah Injil Perjanjian Baru
mengenai Yesus yang diadili, yang telah dibumbu-bumbui oleh berbagai unsur naratif lainnya
demi melayani kebutuhan-kebutuhan politis kekristenan Perjanjian Baru ketika mereka, sebagai
minoritas, harus berjuang untuk mendapatkan dukungan Roma dalam melawan orang-orang
Yahudi yang telah menolak mereka.
Buku ini sangat informatif dan instruktif bagi siapa saja yang mau mengetahui aspek-aspek
tertentu kehidupan suatu figur penting Yesus dari Nazaret sebagai sosok historis, bukan sosok
mitologis doktrinal.
Kematian Yesus, jika ditelaah dari sudut sejarah, bukanlah suatu kematian yang direncanakan
Allah untuk menebus dosa seisi dunia, melainkan terjadi karena permainan berbagai faktor
sosial-politik dan militer pada zamannya, yang kurang dimengerti oleh Yesus sendiri sebagai
seorang tak terpelajar dan tak berarti dari provinsi Galilea.
Kalau Yesus tahu bagaimana kekuasaan-kekuasaan politik, militer dan agama berinteraksi dalam
zamannya, mungkin sekali dia tidak akan berdemonstrasi di Bait Allah pada perayaan Paskah
Yahudi tahunan, suatu tindakan yang menentukan akhir kehidupannya.

Anda mungkin juga menyukai