Anda di halaman 1dari 2

Yesus dan Gagasan Mesianik pada Zaman-Nya

Ada begitu banyak tulisan yang berusaha menjelaskan tentang siapa Yesus itu, namun
tulisan-tulisan itu tidak pernah cukup untuk menggambarkan sosok Yesus. Dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru kita menemukan bahwa para penulis pun mencoba menggambarkan sosok
Yesus dari berbagai sudut pandang. Akan tetapi, pertanyaan-pertanyaan seputar identitas Yesus
tidak pernah habis terjawab. Salah satu cara untuk menjelaskan tentang identitas Yesus adalah
dengan memulai dari pembahasan tentang tradisi-tradisi mesianik yang berkembang sejak
zaman Perjanjian Lama hingga pada zaman Yesus.

Jemaat perdana memulai pembahasan tentang Yesus dengan bertitik tolak pada
kebangkitan. Membahas tentang Yesus mulai dirasa penting setelah adanya peristiwa
kebangkitan. Peristiwa bangkitnya Yesus dari kubur menjadi buah bibir dan pokok bahasan
yang sangan populer pada masa itu. Dari sana lah orang mulai bertanya-tanya tentang identitas
Yesus. Apakah Ia ini utusan Allah? Apakah Ia ini Anak Allah? Atau apakaha Ia ini Mesias?
Penelitian tentang latar belakang Yesus pun dimulai.

Ada 27 kitab dalam Perjanjian Baru yang menuliskan tentang Yesus. Masing-masing
kitab itu memiliki sudut pandang dan perspekitf yang berbeda-beda. Akan tetapi, kita dapat
mengidentifikasi adanya unsur-unsur refleksi Kristologis yang sama yang dapat menyatukan
seluruh kitab itu. Kita dapat mengatakan bahwa Krsitologi Pejanjian Baru merupakan
Kristologi yang menjelaskan tentang Yesus yang bangkit dalam terang Kitab Suci. Refleksi
atas kebangkitan Kristus menjadi titik tolak seluruh kitab Perjanjian Baru. Setelah
mengidentifikasi kesamaan tersebut, perlu juga mengangkat perbedaan-perbedaan yang
menunjukkan ciri khas dan penekanan Kristologis masing-masing kitab.

Perlu disadari bahwa Kitab Suci Perjanjian Baru tidak menampilkan sejarah yang
benar-benar ilmiah tentang Yesus. Dengan kata lain, perlu dibedakan antara Yesus historis dan
Kristus iman. Masing-masing penulis menampilkan Yesus sebagai pribadi yang berperan
dalam hidup jemaatnya. Identitas dan pribadi Yesus berperan sebagai referensi untuk
menyelesaikan sejumlah permasalahan yang timbul di dalam masing-masing jemaat. Bertolak
dari peristiwa salib dan kebangkitan Kristus, para penulis berusaha menerangkan dan
menjawab sejumlah persoalan konkret yang dihadapi oleh jemaat saat itu.

Persoalan utama yang dihadapi para penulis Injil adalah bagaimana menjelaskan
kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus yang mati di kayu salib itu adalah mesias. Memang
di dalam Perjanjian Lama tidak ada rumusan yang jelas dan sistematis tentang siapa mesias itu.
Akan tetapi, banyak orang Yahudi yang tidak setuju bahwa Yesus adalah mesias karena Ia mati
di kayu salib. Bagi orang Yahudi, salib adalah kutuk (bdk. Ul. 21:22-23), sehingga tidak
mungkin mesias yang diurapi Allah adalah orang yang dikutuk.

Perlu juga diketahui bahwa di dalam tradisi Yahudi terdapat beberapa gagasan mesianik
yang berkembang. Di dalam Perjanjian Lama, kita dapat menemukan perkembangan gagasan
tentang mesias tersebut. Awalnya, mesias dianggap sebagai figur historis-praktis yang akan
bangkit dari keturunan Daud (bdk. 2 Sam 7). Akan tetapi, ketika menghadapi kenyataan bahwa
keturunan Daud malah membawa kehancuran, yakni dengan mendatangkan berhala-berhala
yang membuat Tuhan murka, gagasan tentang mesias bergeser menjadi figur eskatologis. Dari
sana berkembang juga gagasan mesianik rajawi, imami, dan nabi. Gagasan mesianik rajawi
merupakan pengharapan akan munculnya seorang raja damai yang akan membebaskan Israel
dari penjajahan.

Pada zaman Yesus, gagasan-gagasan semacam itu masih berkembang di antara orang
Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai