Anda di halaman 1dari 9

GELAR YESUS SEBAGAI ANAK MANUSIA

DISUSUN OLEH
NAMA: FRANSISKA RAHAWARIN
SEMESTER:IV
TUGAS: KRISTOLOGI

SEKOLAH TINGGI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


SANTO YOHANES PENGINJIL AMBON
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan judul”GELAR YESUS SEBAGAI
ANAK MANUSIA”penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini.penulis menyadari bahwa paper ini
tidaklah sempurna maka itu penulis mohon maaf apabila ada kata yang salah dalam paper
besar harapan penulis Agar paper ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca.
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tokoh Yesus dalam realitas hidupnya, diberikan berbagai macam gelar yang memiliki arti
dan makna tertentu bagi komunitas dari sang pemberi nama itu. Sebab tokoh ini dikenal,
dimengerti dan dipahami dalam realitas sekelompok orang yang hidup pada zamannya yang
dikenal secara baik. Dalam pemaknaan gelar Yesus sebagai Anak manusia yang
merepresentasikan sosok sebagai manusia yang memiliki orang tua, haus, lapar dan
marah.Konsili Khlsedon berusaha mengungkapkan rahasia pribadi Yesus dengan
menggarisbawahi kesatuan antara keallahan dan kemanusiaan dalam diri Yesus, dan
sebenarnya mereka mengungkapkan dalam rumusan-rumusan dogmatika apa yang pada
halaman-halaman kitab Injil diungkapkan dalam bentuk ceritera mengenai asal-usul Yesus
(cerita tentang masa kanak-kanak Yesus), yakni: lahir baik: dari manusia maupun: dari Allah.
Daftar silsilah Yesus bermuara pada Yusuf. Kaitan Yesus dengan umat manusia diperlihatkan
melalui Yusuf. Laki-laki yang rendah hati ini berdiri pada awal dan fajar keselamatan. Dialah
yang menurut hukum Yahudi merupakan kaitan Yesus dengan umat Israel, maka Yusuf ini.
Kemanusiaan Yesus juga ditunjukkan lewat cerita dalam Injil Yohanes: Ia membuat cambuk
dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Allah, lalu Ia marah dan membalikkan meja-
meja disitu. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah tetapi Ia juga adalah
manusia yang mengalami hal kemanusiaan seperti manusia-manusia yang lain. Menarik
ialah, bahwa para pengarang injil tidak malu menceritakan peristiwa ini. Bahwa mungkin
saja orang lain selain mereka yang percaya kepada Yesus mereka bias beranggapan dan
bertanya-tanya bahwa bahwa kenapa Yesus bertindak brutal seperti itu padahal Dia Tuhan?
Hal ini sebenarnya oleh pengarang Injil mau menunjukkan sesuatu tentang hakikat Yesus.
Gereja pertama hendak menunjukkan hakikat kemanusiaan Yesus. Dengan demikian,
kemanusiaan Yesus telah memperlihatkan dengan jelas bahwa walaupun orang-orang
Kristen mula-mula berpegang pada keagungan Tuhan Yesus, namun mereka tidak
meragukan bahwa Ia juga benar-benar manusia. Namun di tengah kondisi kemanusiaannya
itu, Ia merupakan tokoh yang tidak berdosa. Hal ini diungkapkan dalam pernyataan Yesus
sendiri bahwa Ia tidak berdosa, tetapi ada tanda-tanda di dalamnya yang mendukung
ketidakberdosaan Yesus itu. Pengetahuan ini penting, sebab justru melalui Yesus sebagai
manusia, kita dapat bertemu dengan Sang Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia.

TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan paper ini yakni Agar para pembaca dapat mengetahui
Tentang gelar Yesus sebagai anak manusia dan juga dapat mengetahui bahwa gelar Yesus
sebagai anak manusia diungkapkan dalam kitab suci sebanyak berapa kali.

BAB II

PEMBAHASAN
Anak Manusia (atau Putera Manusia; bahasa Inggris: Son of Man) adalah sebuah istilah
dalam kekristenan yang merujuk pada keturunan Adam (manusia pertama). Teologi
ini menyoroti kedudukan seseorang yang memiliki otoritas untuk menyampaikan
suatu pesan dari Allah pada manusia.[1] Alkitab menyebutkan Anak Manusia dalam
kerangka yang berbeda-beda dan bermakna luas seperti menunjuk pada
kemanusiaan Yesus, walaupun bukan suatu penyangkalan terhadap ketuhanan-Nya.
[2] Anak Manusia menjadi bentuk penjelmaan Kristus sebagaimana Yesus dengan
tegas menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan dalam berbagai kesempatan dan sebagai
manusia.[3] Hakikat Anak Manusia adalah keilahian dan manusiawi yang menyatu
dalam satu pribadi.[2]
Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini diuraikan bahwa Anak Manusia dalam Perjanjian
Baru tampak dari ucapan Yesus sebagai Anak Manusia untuk menerangkan watak
dan misi-Nya.[4] Perkataan Yesus yang didasarkan pada wahyu Daniel dalam Daniel
7:13.[4] Sementara dalam Perjanjian Lama, istilah Anak Manusia mengacu pada
keberadaan seseorang manusia yang berbeda dari Yesus, seperti sapaan Allah
kepada Yehezkiel yang disebutkan sembilan puluh kali. Browning menjelaskan, istilah
Anak Manusia mengacu pada sebutan umat Israel yang dpertentangkan dengan
binatang supranatural dalam simbol budaya dari bangsa-bangsa sekitar.[2] Seperti
perumpamaan Henokh bahwa Anak Manusia adalah makhluk surgawi atau tokoh
supranatural yang memerintah atas suatu kerajaan yang universal di mana terdapat
pelaksana keselamatan dan penghakiman.
Yesus sebagai anak manusia Bahwa, mula-mula orang sesaman-Nya menjumpai Yesus
sebagai seorang manusia biasa, sama seperti mereka sendiri. Dalam istilah bahasa Yunani,
ada dua istilah yang menunjuk kepada manusia, yaitu: Anthropos dan Aner. Anthropos
menunjuk kepada orang sebagai makhluk atau sekaligus sebagai contoh konkret manusia.
Sedangkan, aner yang lebih menunjuk kepada orang sebnagai kepala rumah tangga, suami,
bapa, pribadi laki-laki dan anggota manusia. Dalam PB, Yesus disebut dengan kedua nama
itu. Misalnya, pada waktu Yohanes Pembaptis melihat-Nya dan berkata, “….Kemudian
dariku akan datang seorang (=aner) yang telah datang mendahului aku, sebab Dia telah ada
sebelum aku”…(I Yoh 1:30), atau seperti ajakan putri Samaria,…”Mari lihat! Di sana ada
seorang (anthropos) yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.
Mungkinkah dia Kristus”… (Yoh 4:29). Selain itu Dalam pewartaaan Petrus berbicara tentang
Yesus sebagai…”Yesus dari Nazaret, seorang (=Aner) yang telah ditentukan Allah dan
dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan, mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang
dilakukan Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu….. (Kis 2:22). Dengan
demikian sebutan Yesus sebagai manusia, mengandung beberapa makna yang patut
ditelusuri, yaitu:

1. Orang-orang disekitar Yesus mengakui-Nya sebagai manusia utuh dan alamiah. Bagi
mereka Yesus bukan orang setengah-setengah, campuran manusia dewa. Hal ini
berpangkal dari kenyataan bahwa, orang-orang yang hidup di sekitar Yesus yang
hidup bersama-Nya, berjalan, makan, berbicara dan menemani-Nya tak melihat
sesuatu yang aneh pada-Nya. KemanusiaanNya utuh: Ia manusia paripurna.
2. Dalam kemanusiaan Yesus, tampil kuat kuasa Allah yang jelas. Manusia dan Allah
bertemu dalam pribadi itu tanpa persimpangan, tanpa jembatan. Kemanusiaan dan
KeAllahan tidak bertentangan. Kemanusiaan terbuka, sehingga Allah mampu
bersemayam di dalam-Nya. Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupaNya (Bnd. Kej 1:26). Manusia
membawa citra Allah, ada hubungan mesra antara Allah dan manusia dan hal ini
secara bermutu tinggi pada diri Yesus.
3. Memahami kemanusiaan Yesus secara kristologi berarti memandang Yesus sebagai
manusia, yang teruji dan terbukti pantas serta layak menjadi alat Allah melaksanakan
karya penyelamatan-Nya, maka Yesus di angkat (diadopsi) menjadi anak-Nya.

Jika ditelusuri kembali Kisah Para Rasul 2: 22..” Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan
ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan
yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatankekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda
yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang
kamu tahu…., maka menjadi jelas ada tiga hal yang diperhatikan di dalam-Nya, yaitu:

- Yesus disebut dengan nama diri-nya


- Disebut asal-usul, tempat kediaman, lingkungan hidup manusia: Nazaret.
- Disebut seorang (aner), yaitu manusia sepenuhnya.

Di dalam Injil kita membaca bahwa Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia (lih. Mat
16:13. Mrk 8:27). Maka mungkin orang bertanya, jika Kristus adalah Putera Allah, mengapa
Ia menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia? Sebab memang istilah “anak manusia”
dapat diartikan sebagai sebutan untuk seorang manusia (lih. Ayb 25:6, Bil 23:19; Mzm 8:4;
Sir 17:30), dengan segala keterbatasannya sebagai seorang manusia; atau sebagai sebutan
seorang nabi, seperti kepada nabi Yehezkiel (lih. Yeh 2:1, 3, dst). Namun demikian,
sebenarnya istilah “Anak Manusia” mempunyai kaitan dengan penglihatan Nabi Daniel
tentang Sang Mesias yang tercatat dalam kitab Daniel:“Aku terus melihat dalam penglihatan
malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia;
datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan
kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari
segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah
kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak
akan musnah.” (Dan7: 13-14)Maka, Yesus menggunakan istilah “Anak Manusia” sebab Ia
bermaksud mengidentifikasikan diri-Nya dengan Sang Mesias yang disebutkan di Kitab
Daniel. Demikian pula bagaimana Yesus menyebutkan istilah “Anak Manusia” ini dengan
penggambaran lainnya, yaitu awan-awan di langit dengan kekuasaan dan kemuliaan-Nya”
(lih. Mat 24:30; Mrk 14:61-62).Dalam Kitab Perjanjian Baru, Yesus menyebut diri-Nya
sebagai “Anak Manusia” di sepanjang masa pengajaran-Nya. Kadang ia menyebut istilah itu
dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan manusia, seperti istirahat (Mat 8:20; Luk 9:58),
makan dan minum (Mat 11:19; Luk 7:34), dan penderitaan (Mrk 8:31). Namun demikian,
Yesus juga menggunakan istilah Anak Manusia ketika mengklaim kuasa ilahi, seperti hak
untuk mengampuni dosa (Mat 9:6; Mrk 2:10; Luk 5:24), mengatasi Hari Sabat (Mat 12:8;
Mrk 2:28; Luk 6:62). Di Injil Yohanes, Anak Manusia berdiri sebagai Hakim (Yoh 5:27) sebagai
seorang yang turun dari Surga dan dan akan kembali ke Surga (Yoh 6:62); Pengantara antara
langit dan bumi (Yoh 1:51) dan dimuliakan oleh Tuhan yang dimuliakan-Nya (Yoh 13:31).

Yesus mengacu kepada istilah “Anak Manusia” yang disebut dalam Dan 7:13 ketika Ia
mengatakan kemuliaan-Nya di surga (Mat 19:28; 25:31) dan bahwa Kerajaan Allah adalah
kepunyaan-Nya (Mat 16:28; Luk 9:26-27). Di dalam kedua kejadian tersebut Ia menyebutkan
“awan-awan di langit” ketika Ia menubuatkan kedatangan-Nya kembali (Mat24:30; Mrk
13:26) dan pada saat pembelaan-Nya di hadapan mahkamah agama (lih. Mat 26:64; Mrk
14:62).Namun apa yang terunik dari penyebutan diri-Nya sebagai “Anak Manusia” adalah
bahwa Yesus menghubungkan identitas-Nya sebagai Anak Manusia itu dengan misi
Penebusan-Nya yang digenapi-Nya melalui penderitaan. Di dalam nubuat-nubuat-Nya
tentang kisah sengsara-Nya yang disebutkan di dalam Injil, Ia menyebut diri-Nya sebagai
Anak Manusia (Mat 12:14; 17:12,22; 20:18; Mrk 9:31:10:33; Luk 9:44; 18:13). Yesus ingin
menghubungkan diri-Nya dengan yang disebut sebagai “Anak Manusia” dalam Kitab Daniel
7:13; “yang diurapi” yang disingkirkan (lih. Dan 9:26), dan “hamba yang menderita” (Yes 52-
53). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa penderitaan dan penghinaan yang diterima-
Nya sampai wafat-Nya adalah suatu pendahuluan yang harus dilalui-Nya sebelum mencapai
kejayaan-Nya di Surga.

Anda mungkin juga menyukai