Anda di halaman 1dari 15

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2

BAB II KONSEP ANAK ALLAH DALAM PERJANJIAN LAMA........................................3

BAB III ANAK ALLAH MENURUT INJIL MATIUS.............................................................5

Eksegesis................................................................................................................................5

Teologi Anak Allah dalam Injil Matius..................................................................................9

Yesus yang menjadi agen Allah di bumi............................................................................9

Yesus, Allah Yang Mahatinggi...........................................................................................9

Allah yang menjelma menjadi manusia...........................................................................10

Yesus, sebagai Tuhan yang layak untuk disembah...........................................................10

Yesus yang menyelamatkan.............................................................................................10

BAB IV IMPLIKASI DAN PENUTUP...................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

Anak Allah merupakan satu gelar yang dimiliki oleh Yesus Kristus. Di dalam Injil

Matius, penyebutan tersebut menjadi bagian yang melekat dalam pelayanan dan khususnya

status Yesus Kristus sebagai manusia. Namun, gelar “Anak Allah” tidak disebutkan di dalam

Perjanjian Lama. Perjanjian Lama memberikan gelar “anak manusia” kepada utusan Allah,

seperti yang disebutkan di dalam Kitab Daniel. Penyebutan tersebut menunjukkan bahwa

gelar “Anak Allah” tidak muncul pada masa Perjanjian Lama.

Ada beberapa pendapat mengenai Yesus sebagai “Anak Allah”. Kaum Ebionit

memandang Yesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Anak Allah pada peristiwa

baptisan.1 Kemudian, Arius berpendapat bahwa Yesus hanyalah makhluk saja, dan Yesus

menjadi teladan bagi manusia yang lain sehingga Yesus diangkat Allah menjadi Anak-Nya.2

Ajaran Arius ini mengalami kemunduran setelah kalah di sebuah konsili di Nicea,

pengikutnya semakin berkurang dan hampir punah.3 Namun ajaran tersebut tidak serta merta

punah. Pada masa selanjutnya Saksi Yehova meneruskan ajaran Arius ini.

Bagaimanapun juga, penyebutan Anak Allah di dalam Injil merupakan sesuatu yang

baru. Perjanjian Lama sendiri tidak pernah menyebutkan mesias, bahkan menyebut mesias

akan disebut Anak Allah. Perjanjian Lama hanya mengatakan bahwa Allah akan mengutus

seorang hamba yang akan mengalami penderitaan dan menebus manusia dari dosa. Injil

Matius menuliskan Yesus sebagai Anak Allah sebanyak sembilan kali. Dari sembilan kali

penyebutan itu tidak ada satupun merupakan pernyataan yang keluar dari Yesus sendiri.

Penyebutan Yesus sebagai Anak Allah menjadi perdebatan di kalangan orang Yahudi pada

1
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum (Bandung: Biji Sesawi, 2013), hal. 58.
2

Dr. H. Berkhof & Dr. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995), hal. 53.
3

Ibid., hal. 53-54.


masa itu. Namun sekali lagi Yesus tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah,

orang lainnlah yang menganggapnya demikian.

BAB II

KONSEP ANAK ALLAH DALAM PERJANJIAN LAMA

Penyebutan anak Allah di dalam Perjanjian Lama tidak mengacu kepada Yesus

Kristus. Kitab Kejadian menyebut mengenai anak-anak Allah yang hidup pada masa sebelum

terjadinya air bah (Kej. 6:2, 4). Anak-anak Allah yang dimaksud di sini bukanlah malaikat,

tetapi manusia, umat Allah atau orang-orang benar.4 Kemudian Kitab Ayub juga

menyebutkan tentang anak-anak Allah yang menghadap TUHAN (Ayb. 1:6; 2:1). Hosea 1:10

juga tidak menunjukkan apapun mengenai mesias, namun mengenai umat Allah.

Penyebutan anak Allah di dalam Perjanjian Lama memiliki suatu makna yang erat di

kalangan orang Yahudi. Orang Israel disebut anak-anak Allah yang memberikan kesan

tentang suatu hubungan yang lebih intim yakni bangsa Israel dianggap bangsa pilihan Allah

dan karena itu dibedakan dengan bangsa-bangsa lainnya.5 Istilah ini anak Allah di sini

mempunyai arti secara kolektif bukan individu. Sedangkan pemakaian secara individu

terdapat di dalam Hosea 11:1.

Konsep mesianis sendiri sebenarnya muncul pada masa di mana bangsa Israel

mengalami keterpurukan dan kemudian menginginkan sebuah kejayaan yang pernah dialami

pada masa raja Daud. Istilah anak Allah digunakan secara khusus bagi raja yang teokratis.6 II

Samuel 7:14 adalah janji kepada anak Daud bahwa Allah akan menjadi Bapanya. Janji ini

tidak hanya berhenti pada Salomo saja, tetapi juga keturunan-keturunan selanjutnya sampai

kepada Mesias, anak Daud.

4
Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah, Jilid I/1 Perjanjian Lama (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1978),
hal. 55.
5

Donald Gutrhie, Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, Manusia, Kristus (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2008), hal. 339.
6
Donald Gutrhie, hal. 340.
Allah menjanjikan kedatangan seorang putera yang akan disebut sebagai Penasihat

Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai (Yes. 9:5-6). Kemudian

Yesaya 11:1 menyebutkan bahwa utusan Allah yang akan datang disebut sebagai tunas yang

keluar dari tunggul Isai. Utusan Allah akan mengadili dengan adil dan meruntuhkan

kejahatan di muka bumi (Yes. 11:1-10). Yesaya 42:1 menyebut mesias sebagai “hamba-Ku”,

“orang pilihan-Ku”, yang berkenan kepada-Nya.

Istilah hamba di dalam Perjanjian Lama dipakai untuk sebutan sebelum istilah mesias

muncul. Ini adalah istilah pribadi dan paling menonjol untuk mewakili ajaran PL tentang

mesias.7 Pengharapan yang sangat besar terhadap kedatangan seorang pembebas adalah

harapan yang sama besarnya seperti kejayaan di masa raja Daud sehingga beberapa kali

mesias disebutkan sebagai orang yang berasal dari tahkta Daud.

Pada masa zaman antar Perjanjian, konsep Mesias sebagai Anak Allah muncul. Ada

keterangan-keterangan dari sastra Apokaliptik Yahudi maupun naskah-naskah Laut Mati

meskipun hanya sedikit. Satu-satunya gagasan itu terdapat di dalam tulisan apokaliptik

Yahudi yaitu Henokh 105:2 dan kemudian kitab Apokaliptik Ezra lebih jelas teridentifikasi

bahwa Mesias adalah Anak Allah (Apokalipsis Ezra 7:28-29; 13:32, 37, 52; 14:9).8 Namun

sebenarnya dua penanggalan dari penulisan tulisan-tulisan tersebut kurang akurat sehingga

timbul keraguan atasnya. Naskah-naskah Laut Mati lebih relevan meskipun jumlahnya tidak

banyak.9 Yang jelas di sini ialah istilah Anak Allah untuk mesias telah dipikirkan.

Theological Wordbook of The Old Testament, ed. R. Laird Harris, ‫( ֶעבֶד‬Chicago: The Moody Bible Institute of
7

Chicago, 1981), electronic edition BibleWorks v. 9.


8

Donald Gutrhie, hal. 340.


9

Ibid.
BAB III

ANAK ALLAH MENURUT INJIL MATIUS

Injil Matius adalah tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan Yesus sebagai

Mesias, Anak Allah. G. Stanton menyebut Matthew does not intend to tell us about his own

community but rather about the story of Jesus of Nazareth.10 Matius mencoba untuk

meyakinkan kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias. Matius menyebutkan bahwa

Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah. Pengakuan tersebut muncul dalam beberapa

peristiwa yang tertulis dalam Injil tersebut. Yang pertama, pengakuan Iblis mengenai

keilahian Yesus sebagai Anak Allah (4:3, 6; 8:9). Kemudian peristiwa Yesus berjalan di atas

air memunculkan pengakuan tersebut (14:33), pengakuan Petrus (16:16), keraguan Imam

Besar (26:63), dan juga orang-orang yang berada pada saat Yesus disalibkan (27:40, 43).

Eksegesis

Hal yang menyulitkan studi ini ialah bahwa Yesus tidak secara langusng menyebut

diri-Nya sebagai Anak Allah. Ada kemungkinan bahwa penyebutan tersebut mungkin akan

membuat suatu konflik di antara orang Yahudi. Menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah

berarti menyebut diri-Nya sendiri sebagai Allah. Orang Yahudi tidak akan menerima itu.

Orang Yahudi setuju dengan konsep Anak Allah, namun jelas bahwa menerima itu dengan

situasi yang ada akan membuat semuanya lebih rumit. Terlebih lagi konsep mesianis orang

Yahudi berada di titik pandang yang berbeda dari tujuan spiritualis mesias Yesus.

Yesus tidak secara langsung berkata bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Tetapi

pernyataan-Nya yang menyebut diri-Nya sebagai Anak dan Allah sebagai Bapa menunjukkan

suatu relasi yang erat antara Yesus dengan Allah.

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal

Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang

kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. (Mat 11:27)


10
Dr. David Iman Santoso, Theologi Matius: Intisari dan Aplikasinya (Malang: Literatur SAAT, 2009), hal 7.
Perkataan Yesus ini menimbulkan suatu perbincangan di antara orang Yahudi. Pada waktu itu

Yesus tidak sedang berbicara dengan murid-murid-Nya saja, tetapi juga kepada banyak orang

(11:7). Sehingga wajar apabila pada saat Yesus disalibkan ada orang-orang yang menyebut

Yesus telah membuat pernyataan sebagai Anak Allah (27:40, 43).

Bapa dikenal oleh Anak mengenal Bapa. Kedekatan Yesus dengan Bapa membentuk

suatu gagasan mengenai kemesiasan Yesus. S. Joseph Kidder mengatakan bahwa hanya

Mesias yang diangkat secara ilahi yang dapat berdiri sebagai korban untuk seluruh umat

manusia.11 Kedatangan Yesus sebagai Anak ada hubungannya dengan misi-Nya di dunia.

Ketika Yesus dibaptis, ada suatu penyataan ilahi yang muncul. “… lalu terdengarlah suara

dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku

berkenan." (Mat 3:17) Allah menyebut Yesus sebagai Anak yang dikasihi dan kepada-Nya

Allah berkenan. Ini menunjukkan hubungan yang erat antara Bapa dengan Yesus, hubungan

yang tidak dapat dipisahkan seperti halnya bapa dengan anak. Yesus juga beberapa kali

menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Joseph sekali lagi mengatakan bahwa Yesus sebagai

Anak datang sebagai agen Allah di bumi dan Tuhan senang dengan Anak-Nya yang menjadi

pelayan untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya.12

Relasi yang dibangun antara Anak dengan Bapa adalah suatu relasi yang spesial.

Pengakuan Petrus (16:16) memperlihatkan bahwa orang Yahudi memiliki perspektif bahwa

Mesias adalah Anak Allah. Pertanyaan Yesus ini mengacu kepada pandangan orang tentang

diri-Nya. Tidak semua orang Yahudi mempercayai kemesiasan Yesus. Yesus ingin

mengetahui bagaimana pendapat para murid mengenai diri-Nya.

S. Joseph Kidder, “Christ, the Son of the Living God: The Theme of the Chiastic Structure of the Gospel of
11

Matthew”, Journal of the Adventist Theological Society, 26/2 (2015): 149-170.


12

Ibid.
Kaisarea Filipi mungkin adalah tempat yang sama dengan Baal-Gad di PL. Baal ialah

dewa yang disembah di sana pada zaman PL dan kemudian orang Yunani mengganti dewa

Baal dengan dewanya dan kotanya diberi nama Paneas.13 Pertanyaan Yesus dimaksudkan

sebagai sebuah deklarasi bahwa Yesus adalah lebih tinggi daripada dewa-dewa yang

disembah di Kaisarea Filipi, Yesus adalah Anak Allah seperti pengakuan Petrus tentang diri-

Nya. Pengakuan Petrus tidak berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Allah, yang disebut Yesus

sebagai Bapa-Nya (16:17). Di sini Yesus menyebut bahwa Allah adalah Bapa-Nya dan Yesus

tidak menolak pengakuan Petrus tentang diri-Nya sebagai Anak Allah. Ini berarti Yesus

sebagai Anak Allah adalah Yesus Yang Layak Disembah.

Pencobaan di padang gurun menjadi saksi bagaimana Iblis mencobai Anak Allah.

Demikian Iblis menyebut Yesus sebagai Anak Allah: Lalu datanglah si pencoba itu dan

berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi

roti." (Mat 4:3) “… lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu

ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-

Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk

kepada batu." (Mat 4:6) Iblis memakai pernyataan di dalam Mazmur 91:11-12, di mana

Allah akan mengirim malaikat-malaikat untuk menjaga Yesus Kristus sebagai usaha

menjatuhkan Yesus. Kata “jika” di dalam bahasa Yunani ei adalah sebuah kata yang

menyatakan suatu kondisi fakta yang dianggap benar atau menetap.14 Hal ini

memberitahukan bahwa Iblis hendak melihat bagaimana Yesus sebagai Anak Allah bertahan

dalam kondisi sebagai manusia. Yesus sebagai Anak Allah tidak sedang menunjukkan

otoritas Yesus sebagai Allah, tetapi kemampuan Yesus dalam menghadapi cobaan dan Yesus

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, s. v. B. O Banwell, “Kaisarea Filipi” (Leicester: Universitas and Colleges
13

Christian Fellowship, 1982), hal. 494.


14

Barbara Friberg, Timothy Friberg, and Neva F. Miller, Analytical Lexicon of the Greek New Testament, “εἰ”
(Grand Rapids: Baker Books, 2000), electronic edition BibleWorks v. 9.
dalam hal ini memperlihatkan hubungan-Nya dengan Bapa yaitu Yesus menghormati Allah

sebagai Bapa-Nya.

Kemudian, peristiwa lainnya yang menunjukkan bagaimana orang mengakui bahwa

Yesus adalah Anak Allah ialah ketika Yesus berjalan di atas air (14:33). Dan orang-orang

yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Mat

14:33) Pada waktu itu Yesus sedang tidak bersama-sama dengan murid-Nya karena Yesus

pergi ke bukit untuk berdoa (14:22-23). Setelah beberapa jauh, nampaklah kepada para

murid yang sedang berlayar dan terombang-ambing di lautan Yesus berjalan di atas air. Di

sinilah kemudian para murid ketakutan dan menganggap Yesus adalah hantu (14:26). Para

murid tidak mengenali-Nya dengan baik, sehingga Yesus berkata bahwa itu adalah diri-Nya.

Peristiwa ini kemudian menyadarkan para murid tentang sesuatu hal, dan mengakui bahwa

Yesus adalah Anak Allah (14:33).

Penghormatan para murid kepada Yesus ialah dengan memberi penyembahan kepada

Yesus yang adalah Anak Allah. Para murid di sini mulai memahami status Anak Ilahi-Nya.15

Penyembahan tidak mungkin dilakukan apabila para murid tidak menghormati Yesus sebagai

yang lebih tinggi dari dewa-dewa atau oknum-oknum lain. Artinya, Anak Allah adalah status

ilahi yang dimiliki Yesus sebagai Yang Layak Disembah. Sekali lagi Yesus tidak menolak

perkataan dari para murid yang berkata bahwa Yesus adalah Anak Allah dan juga menerima

penyembahan dari para murid. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang layak

disembah oleh para murid. Jelas bahwa di sini Yesus sebagai objek ilahi karena di dalam PB

pemujaan hanya diberikan bagi raja ilahi.16

Kembali pada teks Matius 11:27. Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya.

Panggilan tersebut bukan tanpa adanya alasan. Konsep kebapaan Allah pada masa itu mulai

pudar. Hal ini terlihat dari hubungan umat Allah dengan Allah sendiri. Allah sebagai Bapa,
15
TDNT Dictionary, electronic edition BibleWorks v. 9.
16

TDNT Dictionary, electronic edition BibleWorks v. 9.


sebagaimana merupakan janji Allah kepada keturunan Daud, kehilangan makna di antara

bangsa Israel. Yesus ingin mengembalikan persekutuan tersebut dengan menyatakan diri-Nya

sebagai Anak yang berserah penuh kepada Bapa. Orang Yahudi membutuhkan Allah sebagai

Bapa dalam kehidupannya, tidak hanya sekadar memberikan korban persembahan dan

melakukan hukum Taurat. Harapan bangsa Yahudi mengenai Mesias sebatas pemerintahan-

Nya secara fisik menghilangkan tujuan Mesias yang hendak mengembalikan hubungan antara

Allah dengan anak-anak-Nya. Dengan kata lain, kedatangan Yesus Kristus adalah misi-Nya

untuk menyelamatkan umat manusia dari murka Allah dengan mengembalikan hubungan

yang intim antara manusia dengan Allah.

Teologi Anak Allah dalam Injil Matius

Dari eksegesis yang sudah dilakukan, maka didapati bahwa Anak Allah di dalam kitab

Matius adalah:

Yesus yang menjadi agen Allah di bumi

Kedatangan Yesus ada kaitannya dengan penggenapan janji antara Allah dengan

manusia mula-mula (Kej. 3:15) dan penggenapan janji Allah kepada umat Israel mengenai

kedatangan Mesias. Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Yesus Kristus, Anak

yang memperlihatkan sang Bapa dan pekerjaan-pekerjaan-Nya melalui pengajaran, mukjizat,

pengusiran roh, kematian dan kebangkitan-Nya. Jelas sekali bahwa Yesus menjadi

pengantara antara manusia dengan Allah, dan melalui-Nya Allah dipermuliakan. Sebagai

Anak, Yesus Kristus selama pelayanan-Nya di dunia mampu menunjukkan bahwa Allah itu

dekat dengan manusia dan karena kasih-Nya maka Allah datang ke dunia untuk membawa

manusia kembali kepada-Nya melalui Anak.

Sebagai agen Allah, Yesus diberi kuasa untuk menyatakan pekerjaan Allah. Yesus

mengadakan banyak pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh manusia bahkan nabi-nabi-

Nya. Mukjizat dan tanda-tanda telah menjadi pekerjaan Yesus yang bertujuan untuk
memuliakan Bapa-Nya. Maka dari itu, Yesus disebut sebagai utusan atau hamba Tuhan dan

sekaligus Anak Allah yang Mahatinggi.

Yesus, Allah Yang Mahatinggi

Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi adalah suatu deklarasi otoritas Anak Allah atas

segala sesuatu. Yesus Kristus lebih tinggi dari dewa-dewa yang ada. Dewa-dewa yang

notabene dibuat oleh manusia tidak mempunyai kekuatan apapun di hadapan Yesus Kristus.

Penegasan Yesus tentang pengakuan Petrus bahwa diri-Nya adalah Anak Allah menyatakan

masa pemerintahan-Nya yang akan digenapkan dalam kehidupan manusia. Yesus itulah

Allah, Yesus itulah yang berkuasa yang atasnya segala sesuatu diserahkan kepada-Nya.

Allah yang menjelma menjadi manusia

Yesus Kristus adalah seorang manusia yang hidup sebagaimana manusia hidup. Yesus

dapat merasa lapar dan haus, lelah dan kuatir. Kesempatan itu kemudian dipakai oleh Iblis

untuk mencobai-Nya, meskipun kemudian Iblis gagal. Anak Allah adalah Yesus sebagai

manusia. Sebagai Anak, Yesus taat kepada Bapa-Nya dan berserah kepada-Nya. Yesus tidak

mengklaim diri-Nya mampu untuk menghadapi segala hal, tetapi Yesus merendahkan Diri-

Nya seperti ketika Yesus mengalami kegentaran di taman Getsemani (Mat. 26:37-39). Allah

sepenuhnya menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus namun tidak menghilangkan

keilahian-Nya sebagai Allah.

Yesus, sebagai Tuhan yang layak untuk disembah

Yesus tidak lain adalah Tuhan. Para murid memahami hal ini ketika melihat

bagaimana Yesus berjalan di atas air. Yesus tidak menolak para murid-Nya yang memanggil-

Nya Anak Allah dan tidak menolak juga penyembahan yang dilakukan oleh para murid.

Allah adalah satu-satu-Nya yang layak disembah. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa Anak

dan Bapa tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Teks-teks di dalam Matius juga

memperlihatkan bagaimana Yesus menerima penyembahan seperti ketika kelahiran-Nya


(Mat. 2:2, 8), penyembahan dari seorang yang sakit kusta (Mat. 8:2), penyembahan seorang

kepala rumah ibadat (Mat. 9:18), dan orang yang datang untuk meminta kesembuhan dari

Yesus (Mat. 17:14). Ini menandakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang sendiri ke

dunia.

Yesus yang menyelamatkan

Yesus sebagai Anak Allah datang ke dunia untuk sebuah misi. Misi Yesus ialah untuk

maksud penyelamatan. Kedatangan Yesus adalah pengorbanan diri-Nya sebagai penebusan

atas manusia yang telah kena murka Tuhan karena dosa. Untuk melepaskan manusia dari

hukuman dosa, maka Yesus datang untuk menyerahkan diri-Nya sebagai ganti tebusan. Tidak

ada korban yang lebih sempurna dari korban seorang Mesias yang dipilih Allah secara ilahi.

Selain daripada membebaskan manusia dari hukuman dosa, Yesus juga datang untuk

memperbaiki atau mengembalikan relasi antara manusia dengan Allah. Dosa telah

memisahkan manusia dari Allah sehingga diperlukan penebusan untuk hal tersebut. Yesus

taat sampai akhir sebagai manusia dan telah menunjukkan keilahian-Nya melalui

kebangkitan-Nya sehingga Yesus layak disebut sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi yang

menyelamatkan.
BAB IV

IMPLIKASI DAN PENUTUP

Jadi, Anak Allah ialah gelar Yesus Kristus yang menunjukkan diri-Nya sebagai Allah

yang menjelma menjadi manusia yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Bapa

karena Yesus adalah Allah sendiri yang menyatakan kuasa-Nya untuk menyelamatkan umat

manusia melalui pengorbanan-Nya di kayu salib dan mengembalikan relasi yang benar antara

manusia dengan Allah.

Meskipun Perjanjian Lama tidak berbicara secara detail mengenai gelar Anak Allah

kepada Yesus Kristus, tetapi ide gagasan itu muncul pada masa Perjanjian Lama. Zaman

intertestamental juga berperan memunculkan istilah Anak Allah kepada Mesias sehingga

menarik sebuah makna yang mendalam di dalam Injil Matius dan juga Injil Sinoptik lainnya.

Gagasan itu muncul untuk menunjukkan peran daripada mesias di dalam karya penyelamatan

Allah bagi umat-Nya. Namun lebih daripada itu, Perjanjian Baru, khususnya Injil Matius

berpandangan Yesus datang tidak hanya sekadar menyelamatkan tetapi juga sebagai Anak

Allah yang adalah Tuhan.

Dengan demikian, dari semua yang sudah dibahas di atas maka ada beberapa nilai-

nilai kehidupan yang dapat diterapkan di dalam kehidupan orang percaya masa kini, sebagai

berikut:

1. Orang percaya harus memiliki hubungan yang intim dengan Allah melalui doa,

persekutuan atau ibadah-ibadah, dsb., karena Yesus Kristus telah memperbaiki

hubungan antara orang percaya dengan Allah. Hubungan yang intim akan membawa

orang percaya kepada pengenalan akan Allah yang mendalam dan memahami karya

Allah dalam hidupnya. Yesus sebagai Anak juga memiliki relasi yang baik dengan
Bapa-Nya, Yesus sering menyendiri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Orang percaya

perlu memiliki sikap yang demikian untuk membangun kerohaniannya.

2. Orang percaya harus memberitakan Injil, sebagaimana orang percaya telah menerima

keselamatan dari Yesus Kristus. Anak Allah datang untuk menyelamatkan dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu. Sama seperti halnya dengan orang percaya.

Orang percaya adalah orang-orang yang terpanggil untuk melaksanakan tugas

penyelamatan melalui berita Injil, seperti yang tertuang di dalam Matius 28:19-20.

Memberitakan Injil bukanlah beban yang diberikan, tetapi sebuah timbal balik atas

karunia Allah di dalam Yesus Kristus kepada orang percaya yang disebut sebagai

ucapan syukur atas belas kasihan Allah.

3. Orang percaya harus menjadi orang-orang yang menyembah Allah dengan sikap yang

benar untuk menghormati kehadiran-Nya.

4. Orang percaya harus taat dan setia di dalam kehidupannya sebagai orang-orang yang

telah diselamatkan sampai akhir seperti Yesus telah setia dan taat.

Akhir kata, orang percaya adalah orang-orang yang diangkat sebagai anak-anak Allah.

Anak-anak Allah adalah berharga bagi Tuhan, dan di dalam diri anak-anak Allah harus

tercermin kehidupan Anak Allah yang Mahatinggi untuk menghormati perasn serta karya-

Nya di dalam dirinya.


DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Terjemahan Baru

Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah, Jilid I/1 Perjanjian Lama. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1978.

Berkhof, H. & I.H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995.

BibleWorks v. 9.

Culver, Jonathan E. Sejarah Gereja Umum. Bandung: Biji Sesawi, 2013.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, s. v. B. O Banwell. Leicester: Universitas and Colleges

Christian Fellowship, 1982.

Friberg, Barbara, Timothy Friberg, and Neva F. Miller. Analytical Lexicon of the Greek New

Testament. Grand Rapids: Baker Books, 2000.

Gutrhie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, Manusia, Kristus. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2008.

Kidder, Joseph. “Christ, the Son of the Living God: The Theme of the Chiastic Structure of
the Gospel of Matthew”. Journal of the Adventist Theological Society.
Santoso, David Iman. Theologi Matius: Intisari dan Aplikasinya. Malang: Literatur SAAT,

2009.

TDNT Dictionary

Theological Wordbook of The Old Testament, ed. R. Laird Harris. Chicago: The Moody

Bible Institute of Chicago, 1981.

Anda mungkin juga menyukai