BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
Eksegesis................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Anak Allah merupakan satu gelar yang dimiliki oleh Yesus Kristus. Di dalam Injil
Matius, penyebutan tersebut menjadi bagian yang melekat dalam pelayanan dan khususnya
status Yesus Kristus sebagai manusia. Namun, gelar “Anak Allah” tidak disebutkan di dalam
Perjanjian Lama. Perjanjian Lama memberikan gelar “anak manusia” kepada utusan Allah,
seperti yang disebutkan di dalam Kitab Daniel. Penyebutan tersebut menunjukkan bahwa
Ada beberapa pendapat mengenai Yesus sebagai “Anak Allah”. Kaum Ebionit
memandang Yesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Anak Allah pada peristiwa
baptisan.1 Kemudian, Arius berpendapat bahwa Yesus hanyalah makhluk saja, dan Yesus
menjadi teladan bagi manusia yang lain sehingga Yesus diangkat Allah menjadi Anak-Nya.2
Ajaran Arius ini mengalami kemunduran setelah kalah di sebuah konsili di Nicea,
pengikutnya semakin berkurang dan hampir punah.3 Namun ajaran tersebut tidak serta merta
punah. Pada masa selanjutnya Saksi Yehova meneruskan ajaran Arius ini.
Bagaimanapun juga, penyebutan Anak Allah di dalam Injil merupakan sesuatu yang
baru. Perjanjian Lama sendiri tidak pernah menyebutkan mesias, bahkan menyebut mesias
akan disebut Anak Allah. Perjanjian Lama hanya mengatakan bahwa Allah akan mengutus
seorang hamba yang akan mengalami penderitaan dan menebus manusia dari dosa. Injil
Matius menuliskan Yesus sebagai Anak Allah sebanyak sembilan kali. Dari sembilan kali
penyebutan itu tidak ada satupun merupakan pernyataan yang keluar dari Yesus sendiri.
Penyebutan Yesus sebagai Anak Allah menjadi perdebatan di kalangan orang Yahudi pada
1
Jonathan E. Culver, Sejarah Gereja Umum (Bandung: Biji Sesawi, 2013), hal. 58.
2
Dr. H. Berkhof & Dr. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995), hal. 53.
3
BAB II
Penyebutan anak Allah di dalam Perjanjian Lama tidak mengacu kepada Yesus
Kristus. Kitab Kejadian menyebut mengenai anak-anak Allah yang hidup pada masa sebelum
terjadinya air bah (Kej. 6:2, 4). Anak-anak Allah yang dimaksud di sini bukanlah malaikat,
tetapi manusia, umat Allah atau orang-orang benar.4 Kemudian Kitab Ayub juga
menyebutkan tentang anak-anak Allah yang menghadap TUHAN (Ayb. 1:6; 2:1). Hosea 1:10
juga tidak menunjukkan apapun mengenai mesias, namun mengenai umat Allah.
Penyebutan anak Allah di dalam Perjanjian Lama memiliki suatu makna yang erat di
kalangan orang Yahudi. Orang Israel disebut anak-anak Allah yang memberikan kesan
tentang suatu hubungan yang lebih intim yakni bangsa Israel dianggap bangsa pilihan Allah
dan karena itu dibedakan dengan bangsa-bangsa lainnya.5 Istilah ini anak Allah di sini
mempunyai arti secara kolektif bukan individu. Sedangkan pemakaian secara individu
Konsep mesianis sendiri sebenarnya muncul pada masa di mana bangsa Israel
mengalami keterpurukan dan kemudian menginginkan sebuah kejayaan yang pernah dialami
pada masa raja Daud. Istilah anak Allah digunakan secara khusus bagi raja yang teokratis.6 II
Samuel 7:14 adalah janji kepada anak Daud bahwa Allah akan menjadi Bapanya. Janji ini
tidak hanya berhenti pada Salomo saja, tetapi juga keturunan-keturunan selanjutnya sampai
4
Dr. F. L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah, Jilid I/1 Perjanjian Lama (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1978),
hal. 55.
5
Donald Gutrhie, Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, Manusia, Kristus (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
2008), hal. 339.
6
Donald Gutrhie, hal. 340.
Allah menjanjikan kedatangan seorang putera yang akan disebut sebagai Penasihat
Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, dan Raja Damai (Yes. 9:5-6). Kemudian
Yesaya 11:1 menyebutkan bahwa utusan Allah yang akan datang disebut sebagai tunas yang
keluar dari tunggul Isai. Utusan Allah akan mengadili dengan adil dan meruntuhkan
kejahatan di muka bumi (Yes. 11:1-10). Yesaya 42:1 menyebut mesias sebagai “hamba-Ku”,
Istilah hamba di dalam Perjanjian Lama dipakai untuk sebutan sebelum istilah mesias
muncul. Ini adalah istilah pribadi dan paling menonjol untuk mewakili ajaran PL tentang
mesias.7 Pengharapan yang sangat besar terhadap kedatangan seorang pembebas adalah
harapan yang sama besarnya seperti kejayaan di masa raja Daud sehingga beberapa kali
Pada masa zaman antar Perjanjian, konsep Mesias sebagai Anak Allah muncul. Ada
meskipun hanya sedikit. Satu-satunya gagasan itu terdapat di dalam tulisan apokaliptik
Yahudi yaitu Henokh 105:2 dan kemudian kitab Apokaliptik Ezra lebih jelas teridentifikasi
bahwa Mesias adalah Anak Allah (Apokalipsis Ezra 7:28-29; 13:32, 37, 52; 14:9).8 Namun
sebenarnya dua penanggalan dari penulisan tulisan-tulisan tersebut kurang akurat sehingga
timbul keraguan atasnya. Naskah-naskah Laut Mati lebih relevan meskipun jumlahnya tidak
banyak.9 Yang jelas di sini ialah istilah Anak Allah untuk mesias telah dipikirkan.
Theological Wordbook of The Old Testament, ed. R. Laird Harris, ( ֶעבֶדChicago: The Moody Bible Institute of
7
Ibid.
BAB III
Injil Matius adalah tulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan Yesus sebagai
Mesias, Anak Allah. G. Stanton menyebut Matthew does not intend to tell us about his own
community but rather about the story of Jesus of Nazareth.10 Matius mencoba untuk
meyakinkan kepada orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias. Matius menyebutkan bahwa
Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah. Pengakuan tersebut muncul dalam beberapa
peristiwa yang tertulis dalam Injil tersebut. Yang pertama, pengakuan Iblis mengenai
keilahian Yesus sebagai Anak Allah (4:3, 6; 8:9). Kemudian peristiwa Yesus berjalan di atas
air memunculkan pengakuan tersebut (14:33), pengakuan Petrus (16:16), keraguan Imam
Besar (26:63), dan juga orang-orang yang berada pada saat Yesus disalibkan (27:40, 43).
Eksegesis
Hal yang menyulitkan studi ini ialah bahwa Yesus tidak secara langusng menyebut
diri-Nya sebagai Anak Allah. Ada kemungkinan bahwa penyebutan tersebut mungkin akan
membuat suatu konflik di antara orang Yahudi. Menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah
berarti menyebut diri-Nya sendiri sebagai Allah. Orang Yahudi tidak akan menerima itu.
Orang Yahudi setuju dengan konsep Anak Allah, namun jelas bahwa menerima itu dengan
situasi yang ada akan membuat semuanya lebih rumit. Terlebih lagi konsep mesianis orang
Yahudi berada di titik pandang yang berbeda dari tujuan spiritualis mesias Yesus.
Yesus tidak secara langsung berkata bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Tetapi
pernyataan-Nya yang menyebut diri-Nya sebagai Anak dan Allah sebagai Bapa menunjukkan
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal
Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
Yesus tidak sedang berbicara dengan murid-murid-Nya saja, tetapi juga kepada banyak orang
(11:7). Sehingga wajar apabila pada saat Yesus disalibkan ada orang-orang yang menyebut
Bapa dikenal oleh Anak mengenal Bapa. Kedekatan Yesus dengan Bapa membentuk
suatu gagasan mengenai kemesiasan Yesus. S. Joseph Kidder mengatakan bahwa hanya
Mesias yang diangkat secara ilahi yang dapat berdiri sebagai korban untuk seluruh umat
manusia.11 Kedatangan Yesus sebagai Anak ada hubungannya dengan misi-Nya di dunia.
Ketika Yesus dibaptis, ada suatu penyataan ilahi yang muncul. “… lalu terdengarlah suara
dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan." (Mat 3:17) Allah menyebut Yesus sebagai Anak yang dikasihi dan kepada-Nya
Allah berkenan. Ini menunjukkan hubungan yang erat antara Bapa dengan Yesus, hubungan
yang tidak dapat dipisahkan seperti halnya bapa dengan anak. Yesus juga beberapa kali
menyebut Allah sebagai Bapa-Nya. Joseph sekali lagi mengatakan bahwa Yesus sebagai
Anak datang sebagai agen Allah di bumi dan Tuhan senang dengan Anak-Nya yang menjadi
Relasi yang dibangun antara Anak dengan Bapa adalah suatu relasi yang spesial.
Pengakuan Petrus (16:16) memperlihatkan bahwa orang Yahudi memiliki perspektif bahwa
Mesias adalah Anak Allah. Pertanyaan Yesus ini mengacu kepada pandangan orang tentang
diri-Nya. Tidak semua orang Yahudi mempercayai kemesiasan Yesus. Yesus ingin
S. Joseph Kidder, “Christ, the Son of the Living God: The Theme of the Chiastic Structure of the Gospel of
11
Ibid.
Kaisarea Filipi mungkin adalah tempat yang sama dengan Baal-Gad di PL. Baal ialah
dewa yang disembah di sana pada zaman PL dan kemudian orang Yunani mengganti dewa
Baal dengan dewanya dan kotanya diberi nama Paneas.13 Pertanyaan Yesus dimaksudkan
sebagai sebuah deklarasi bahwa Yesus adalah lebih tinggi daripada dewa-dewa yang
disembah di Kaisarea Filipi, Yesus adalah Anak Allah seperti pengakuan Petrus tentang diri-
Nya. Pengakuan Petrus tidak berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Allah, yang disebut Yesus
sebagai Bapa-Nya (16:17). Di sini Yesus menyebut bahwa Allah adalah Bapa-Nya dan Yesus
tidak menolak pengakuan Petrus tentang diri-Nya sebagai Anak Allah. Ini berarti Yesus
Pencobaan di padang gurun menjadi saksi bagaimana Iblis mencobai Anak Allah.
Demikian Iblis menyebut Yesus sebagai Anak Allah: Lalu datanglah si pencoba itu dan
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi
roti." (Mat 4:3) “… lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu
Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk
kepada batu." (Mat 4:6) Iblis memakai pernyataan di dalam Mazmur 91:11-12, di mana
Allah akan mengirim malaikat-malaikat untuk menjaga Yesus Kristus sebagai usaha
menjatuhkan Yesus. Kata “jika” di dalam bahasa Yunani ei adalah sebuah kata yang
menyatakan suatu kondisi fakta yang dianggap benar atau menetap.14 Hal ini
memberitahukan bahwa Iblis hendak melihat bagaimana Yesus sebagai Anak Allah bertahan
dalam kondisi sebagai manusia. Yesus sebagai Anak Allah tidak sedang menunjukkan
otoritas Yesus sebagai Allah, tetapi kemampuan Yesus dalam menghadapi cobaan dan Yesus
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, s. v. B. O Banwell, “Kaisarea Filipi” (Leicester: Universitas and Colleges
13
Barbara Friberg, Timothy Friberg, and Neva F. Miller, Analytical Lexicon of the Greek New Testament, “εἰ”
(Grand Rapids: Baker Books, 2000), electronic edition BibleWorks v. 9.
dalam hal ini memperlihatkan hubungan-Nya dengan Bapa yaitu Yesus menghormati Allah
sebagai Bapa-Nya.
Yesus adalah Anak Allah ialah ketika Yesus berjalan di atas air (14:33). Dan orang-orang
yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Mat
14:33) Pada waktu itu Yesus sedang tidak bersama-sama dengan murid-Nya karena Yesus
pergi ke bukit untuk berdoa (14:22-23). Setelah beberapa jauh, nampaklah kepada para
murid yang sedang berlayar dan terombang-ambing di lautan Yesus berjalan di atas air. Di
sinilah kemudian para murid ketakutan dan menganggap Yesus adalah hantu (14:26). Para
murid tidak mengenali-Nya dengan baik, sehingga Yesus berkata bahwa itu adalah diri-Nya.
Peristiwa ini kemudian menyadarkan para murid tentang sesuatu hal, dan mengakui bahwa
Penghormatan para murid kepada Yesus ialah dengan memberi penyembahan kepada
Yesus yang adalah Anak Allah. Para murid di sini mulai memahami status Anak Ilahi-Nya.15
Penyembahan tidak mungkin dilakukan apabila para murid tidak menghormati Yesus sebagai
yang lebih tinggi dari dewa-dewa atau oknum-oknum lain. Artinya, Anak Allah adalah status
ilahi yang dimiliki Yesus sebagai Yang Layak Disembah. Sekali lagi Yesus tidak menolak
perkataan dari para murid yang berkata bahwa Yesus adalah Anak Allah dan juga menerima
penyembahan dari para murid. Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang layak
disembah oleh para murid. Jelas bahwa di sini Yesus sebagai objek ilahi karena di dalam PB
Kembali pada teks Matius 11:27. Yesus menyebut Allah sebagai Bapa-Nya.
Panggilan tersebut bukan tanpa adanya alasan. Konsep kebapaan Allah pada masa itu mulai
pudar. Hal ini terlihat dari hubungan umat Allah dengan Allah sendiri. Allah sebagai Bapa,
15
TDNT Dictionary, electronic edition BibleWorks v. 9.
16
bangsa Israel. Yesus ingin mengembalikan persekutuan tersebut dengan menyatakan diri-Nya
sebagai Anak yang berserah penuh kepada Bapa. Orang Yahudi membutuhkan Allah sebagai
Bapa dalam kehidupannya, tidak hanya sekadar memberikan korban persembahan dan
melakukan hukum Taurat. Harapan bangsa Yahudi mengenai Mesias sebatas pemerintahan-
Nya secara fisik menghilangkan tujuan Mesias yang hendak mengembalikan hubungan antara
Allah dengan anak-anak-Nya. Dengan kata lain, kedatangan Yesus Kristus adalah misi-Nya
untuk menyelamatkan umat manusia dari murka Allah dengan mengembalikan hubungan
Dari eksegesis yang sudah dilakukan, maka didapati bahwa Anak Allah di dalam kitab
Matius adalah:
Kedatangan Yesus ada kaitannya dengan penggenapan janji antara Allah dengan
manusia mula-mula (Kej. 3:15) dan penggenapan janji Allah kepada umat Israel mengenai
kedatangan Mesias. Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia melalui Yesus Kristus, Anak
pengusiran roh, kematian dan kebangkitan-Nya. Jelas sekali bahwa Yesus menjadi
pengantara antara manusia dengan Allah, dan melalui-Nya Allah dipermuliakan. Sebagai
Anak, Yesus Kristus selama pelayanan-Nya di dunia mampu menunjukkan bahwa Allah itu
dekat dengan manusia dan karena kasih-Nya maka Allah datang ke dunia untuk membawa
Sebagai agen Allah, Yesus diberi kuasa untuk menyatakan pekerjaan Allah. Yesus
mengadakan banyak pekerjaan yang tidak pernah dilakukan oleh manusia bahkan nabi-nabi-
Nya. Mukjizat dan tanda-tanda telah menjadi pekerjaan Yesus yang bertujuan untuk
memuliakan Bapa-Nya. Maka dari itu, Yesus disebut sebagai utusan atau hamba Tuhan dan
Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi adalah suatu deklarasi otoritas Anak Allah atas
segala sesuatu. Yesus Kristus lebih tinggi dari dewa-dewa yang ada. Dewa-dewa yang
notabene dibuat oleh manusia tidak mempunyai kekuatan apapun di hadapan Yesus Kristus.
Penegasan Yesus tentang pengakuan Petrus bahwa diri-Nya adalah Anak Allah menyatakan
masa pemerintahan-Nya yang akan digenapkan dalam kehidupan manusia. Yesus itulah
Allah, Yesus itulah yang berkuasa yang atasnya segala sesuatu diserahkan kepada-Nya.
Yesus Kristus adalah seorang manusia yang hidup sebagaimana manusia hidup. Yesus
dapat merasa lapar dan haus, lelah dan kuatir. Kesempatan itu kemudian dipakai oleh Iblis
untuk mencobai-Nya, meskipun kemudian Iblis gagal. Anak Allah adalah Yesus sebagai
manusia. Sebagai Anak, Yesus taat kepada Bapa-Nya dan berserah kepada-Nya. Yesus tidak
mengklaim diri-Nya mampu untuk menghadapi segala hal, tetapi Yesus merendahkan Diri-
Nya seperti ketika Yesus mengalami kegentaran di taman Getsemani (Mat. 26:37-39). Allah
sepenuhnya menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus namun tidak menghilangkan
Yesus tidak lain adalah Tuhan. Para murid memahami hal ini ketika melihat
bagaimana Yesus berjalan di atas air. Yesus tidak menolak para murid-Nya yang memanggil-
Nya Anak Allah dan tidak menolak juga penyembahan yang dilakukan oleh para murid.
Allah adalah satu-satu-Nya yang layak disembah. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa Anak
dan Bapa tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Teks-teks di dalam Matius juga
kepala rumah ibadat (Mat. 9:18), dan orang yang datang untuk meminta kesembuhan dari
Yesus (Mat. 17:14). Ini menandakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang sendiri ke
dunia.
Yesus sebagai Anak Allah datang ke dunia untuk sebuah misi. Misi Yesus ialah untuk
atas manusia yang telah kena murka Tuhan karena dosa. Untuk melepaskan manusia dari
hukuman dosa, maka Yesus datang untuk menyerahkan diri-Nya sebagai ganti tebusan. Tidak
ada korban yang lebih sempurna dari korban seorang Mesias yang dipilih Allah secara ilahi.
Selain daripada membebaskan manusia dari hukuman dosa, Yesus juga datang untuk
memperbaiki atau mengembalikan relasi antara manusia dengan Allah. Dosa telah
memisahkan manusia dari Allah sehingga diperlukan penebusan untuk hal tersebut. Yesus
taat sampai akhir sebagai manusia dan telah menunjukkan keilahian-Nya melalui
kebangkitan-Nya sehingga Yesus layak disebut sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi yang
menyelamatkan.
BAB IV
Jadi, Anak Allah ialah gelar Yesus Kristus yang menunjukkan diri-Nya sebagai Allah
yang menjelma menjadi manusia yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Bapa
karena Yesus adalah Allah sendiri yang menyatakan kuasa-Nya untuk menyelamatkan umat
manusia melalui pengorbanan-Nya di kayu salib dan mengembalikan relasi yang benar antara
Meskipun Perjanjian Lama tidak berbicara secara detail mengenai gelar Anak Allah
kepada Yesus Kristus, tetapi ide gagasan itu muncul pada masa Perjanjian Lama. Zaman
intertestamental juga berperan memunculkan istilah Anak Allah kepada Mesias sehingga
menarik sebuah makna yang mendalam di dalam Injil Matius dan juga Injil Sinoptik lainnya.
Gagasan itu muncul untuk menunjukkan peran daripada mesias di dalam karya penyelamatan
Allah bagi umat-Nya. Namun lebih daripada itu, Perjanjian Baru, khususnya Injil Matius
berpandangan Yesus datang tidak hanya sekadar menyelamatkan tetapi juga sebagai Anak
Dengan demikian, dari semua yang sudah dibahas di atas maka ada beberapa nilai-
nilai kehidupan yang dapat diterapkan di dalam kehidupan orang percaya masa kini, sebagai
berikut:
1. Orang percaya harus memiliki hubungan yang intim dengan Allah melalui doa,
hubungan antara orang percaya dengan Allah. Hubungan yang intim akan membawa
orang percaya kepada pengenalan akan Allah yang mendalam dan memahami karya
Allah dalam hidupnya. Yesus sebagai Anak juga memiliki relasi yang baik dengan
Bapa-Nya, Yesus sering menyendiri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Orang percaya
2. Orang percaya harus memberitakan Injil, sebagaimana orang percaya telah menerima
keselamatan dari Yesus Kristus. Anak Allah datang untuk menyelamatkan dengan
penyelamatan melalui berita Injil, seperti yang tertuang di dalam Matius 28:19-20.
Memberitakan Injil bukanlah beban yang diberikan, tetapi sebuah timbal balik atas
karunia Allah di dalam Yesus Kristus kepada orang percaya yang disebut sebagai
3. Orang percaya harus menjadi orang-orang yang menyembah Allah dengan sikap yang
4. Orang percaya harus taat dan setia di dalam kehidupannya sebagai orang-orang yang
telah diselamatkan sampai akhir seperti Yesus telah setia dan taat.
Akhir kata, orang percaya adalah orang-orang yang diangkat sebagai anak-anak Allah.
Anak-anak Allah adalah berharga bagi Tuhan, dan di dalam diri anak-anak Allah harus
tercermin kehidupan Anak Allah yang Mahatinggi untuk menghormati perasn serta karya-
Bakker, F. L. Sejarah Kerajaan Allah, Jilid I/1 Perjanjian Lama. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1978.
Berkhof, H. & I.H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995.
BibleWorks v. 9.
Friberg, Barbara, Timothy Friberg, and Neva F. Miller. Analytical Lexicon of the Greek New
Gutrhie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, Manusia, Kristus. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2008.
Kidder, Joseph. “Christ, the Son of the Living God: The Theme of the Chiastic Structure of
the Gospel of Matthew”. Journal of the Adventist Theological Society.
Santoso, David Iman. Theologi Matius: Intisari dan Aplikasinya. Malang: Literatur SAAT,
2009.
TDNT Dictionary
Theological Wordbook of The Old Testament, ed. R. Laird Harris. Chicago: The Moody