Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS FAJAR

AGAMA KRISTEN PROTESTAN


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

PENDAHULUAN

LAHIRNYA AGAMA KRISTEN

Benih Agama Kristen sudah ada di bumi ini hampir 2000 tahun sebelum lahir ke muka bumi, yakni
ketika Allah memanggil untuk menjadi berkat bagi segala bangsa (Kej. 12:1-3)..
Agama Kristen lahir ketika Firman Allah menjadi manusia yang dalam diri Yesus Kristus dan
tinggal bersama dengan manusia (Yoh. 1:14).
Dan manusia menerima Dia dan diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12).
Ketika Yesus menyelesaikan karya penyelamatan Allah melalui kematian-Nya di kayu salib,
bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga dan bersama dengan Allah Bapa mengutus Roh
Kudus ke atas murid-murid-Nya pada hari Pentakosta, maka resmi kekristenan lahir. Kekristenan
secara resmi lahir pada hari Pentakosta di Yerusalem.

Kekristenan dapat diartikan sebagai hubungan pribadi antara orang-orang percaya dengan Allah
dalam Yesus Kristus. Hubungan ini adalah hubungan ketaatan, loyalitas, kepada Yesus Kristus dan
menjadi pokok utama iman dan kepercayaan yang menuntun kepada ikatan persekutuan dengan
segala orang percaya di segala tempat dan segala abad.

ALASAN PEMBERIAN NAMA KRISTEN

Nama Kristen bukanlah nama yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus, atau diberikan oleh murid-
murid Tuhan Yesus. Nama itu merupakan ejekan yang diberikan oleh penduduk Antiokhia, Syiria
kepada kelompok kecil orang-orang yang baru saja pindah ke kota itu pada tahun 45 M. Dari
kesaksian Kisah Para Rasul 11:19-30 menunjukan pemberian nama kepada pendatang baru di kota
itu. Mereka itu adalah murid-murid Yesus yang datang ke kota itu karena penganiayan besar yang
mereka alami karena iman kepada Yesus Kristus. Dengan kata lain mereka menjadi surat Yesus
Kristus yang dibaca oleh penduduk Antiokhia, sehingga untuk pertama kalinya mereka disebut
Kristen (Kis. 11:26).

Dalam perkembangannya, nama Kristen diterima oleh orang-orang percaya sebagai identitas diri
tanpa merasa malu atau merasa rendah diri, tetapi diterima dengan sukacita dan kebanggaan diri
pribadi dan persekutuan orang percaya dalam sejarah umat Kristiani.

CIRI KHAS AGAMA KRISTEN

Wujud dari kasih Allah akan dunia ini maka agama Kristen lahir dan berkembang hingga kini.
Kekristenan sendiri ada di muka bumi karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga
rela mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia (Yoh. 3:16). Jadi sebenarnya ciri khas
agama Kristen adalah kasih. Alkitab yang dimiliki oleh umat Kristen menjadi pedoman hidupnya
adalah Kitab Suci Kasih. Seluruh isi Alkitab diringkas dalam Mat. 22:37-40 yang
berbunyi,”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum
Taurat dan Kitab para Nabi.”

1|Page
MENGENAL ALLAH

Mengenal Allah adalah suatu gagasan yang khas dari Perjanjian Lama.
- “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang
menutupi dasar laut.“ (Habakuk 2:14).
- "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah" (Hosea 4:6).
- “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul
seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang
mengairi bumi” (Hosea 6:3)

Pada dasarnya Allah adalah misteri tetapi sekaligus pribadi yang mudah diketahui dan dikenal.
Pengetahuan dan pengenalan kita akan Allah itu terjadi sejauh Allah itu sendiri menyatakan diri-
Nya kepada manusia. Jadi kalaupun manusia bisa mengetahui dan mengenal Allah karena Allah
sendirilah yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Mustahil manusia mengetahui Allah
dari daya pikirannya yang terbatas, karena Allah itu adalah tak terbatas dibandingkan dengan akal
manusia yang sangat terbatas.

Hidup dengan Allah adalah suatu pengalaman pribadi yang menyadari penuh bahwa Allah mengerti
dan memahami hidup kita. Pengenalan kita akan Allah akan sangat menentukan sejauh manakah
kita hidup dalam Dia. Dan pengenalan kita akan Dia akan menentukan sejauh manakah kita merasa
aman di tengah-tengah hidup yang penuh dengan tekanan.

Jadi, mengenal Allah berarti mengetahui bagaimana Allah itu, mengerti dan memahami Allah
berdasarkan pengalaman pribadi (mempunyai hubungan yang intim dengan Dia) dan hal itu
tidaklah mungkin tanpa Yesus Kristus.

Untuk mempelajari Doktrin Allah maka kita harus terlebih dahulu mempunyai presuposisi (pra
anggapan) umum sbb.:
1. Bahwa Allah ada - Pra-anggapan "Allah ada" adalah penting seperti apa yang dipaparkan
oleh Alkitab: Kej 1:1; Maz 14:1; Ibr 11:6; Yoh 7:17; Maz 10:3-4. Keberadaan Allah bukan
dalam "ide" atau "kuasa" tapi sebagai "Pribadi".
2. Bahwa Allah telah menyatakan Diri melalui PenyataanNya (wahyu). Allah menyatakan Diri
melalui ciptaan, sejarah, hati nurani, Alkitab dan Yesus Kristus. Mark 11:6; Kej 1:1; Yoh
7:17.
3. Bahwa manusia diciptakan oleh Allah dengan kemampuan untuk dapat mengenal/ mengerti
tentang Allah
Pengetahuan manusia tentang Allah
a. Pengetahuan yang sudah ada secara naluriah
b. Pengetahuan yang harus diusahakan - Hosea 6:3.
4. Hanya dengan pencerahan Roh Kudus manusia dapat mengenal Allah bahwa karena
kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka manusia tidak lagi dapat mengenal Allah dengan
benar, kecuali kalau Roh Kudus memberikan pencerahan kepada manusia. 1Kor 2:13-14;
Yoh 16:13; 2 Pet 1:20-21.

PENGENALAN AKAN ALLAH

1. Allah dapat dikenali


a. Pengertian Allah menurut Alkitab
1. 1Yo 5:20; Yoh 17:3
2. Yoh 4:24; 1Tim 6:16
3. Mal 2:10; Yoh 14:9b
4. Kel 15:11 Maz 147:5
b. Pengertian bahwa Allah tidak dapat dimengerti tapi dapat dikenali
1. Allah tidak dapat dimengerti/dipahami secara mutlak - Ayub 11:7; Yes 40:18;
Ul 29:29
2. Tapi dapat dikenali secara pribadi - Yoh 14:7; Yoh 17:3; 1Yo 5:20

2|Page
2. Penyataan Allah (Wahyu) sendiri sebagai syarat mutlak untuk pengenalan akan Allah
a. Penyataan Allah adalah perbuatan Allah yang menyatakan/menunjukkan kebenaran-
kebenaran-Nya kepada manusia.
b. Penyataan (Wahyu) sebagai sumber untuk mengenal Allah
1. Wahyu Umum:
a. Sarana Penyataan Umum: sejarah, alam semesta dan hati nurani
b. Penyataan Umum terbatas
c. Maz 19:2, 3; Roma 2:14, 15
2. Wahyu Khusus:
a. Sarana Penyataan Khusus: Yesus Kristus dan Alkitab
b. Perbedaan Penyataan umum dan khusus
c. Bil 12:6-8; Ibr 1:1-2; 2 Pet 1:20,21

NAMA-NAMA ALLAH

1. Nama Allah secara umum


Nama-nama Allah tidak diberikan oleh manusia karena manusia tidak mengenal Allah.
Allah sendirilah yang telah rela menyatakan diri kepada manusia supaya mereka mengenal
Allah. Nama-nama Allah diberikan oleh Allah sendiri sebagai penyataan Diri. Dengan
demikian berarti bahwa nama- nama Allah tersebut merupakan manifestasi dari Allah
sendiri, baik itu sebagai penyataan akan sifat-sifat Allah atau hubungannya dengan manusia.

Cara Allah memberikan nama/sebutan-Nya adalah dengan merendahkan diri, menemui


manusia dan memakai bahasa manusia, yang terbatas, supaya manusia memahami dan
mengerti. Oleh karena itu nama-nama yang diberikan kepada manusia bukanlah suatu
penyataan lengkap (sempurna) yang daripadanya kita bisa mengetahui semuanya tentang
Allah. Nama-nama Allah yang dikenal manusia ada dalam banyak kata/ungkapan karena
Pribadi Allah tidak mungkin bisa diungkapkan hanya dengan satu nama/ungkapan sebutan
saja.

2. Arti Nama-Nama dalam Alkitab Perjanjian Lama

a. YHWH = Yahweh
Musa adalah manusia pertama yang dikaruniai hak istimewa untuk mengenal nama
pribadi Allah. Sebelumnya nama Allah yang dikenal adalah: Allah Abraham, Ishak,
Yakub; kepada Musa Tuhan menyatakan diri sebagai YaHWeH = "Aku adalah
Aku" (Kel 3:15).
Dalam Bahasa Ibrani: Ehyeh Asher Ehyeh = "Aku akan ada yang Aku ada." atau
"Aku akan menjadi yang Aku akan menjadi." Nama ini menjadi nama yang
sakral/agung. Hukum dalam Ima 24:26 menjadi sangat ditakuti. Karena begitu
takutnya orang Israel menyebut nama "YHWH" itu dengan salah maka mereka
mengganti dengan "Adonai " ketika membaca Alkitab.
YaHWeH = Nama diri (par exellence) yang hanya dipakai untuk Allah, dalam
bentuk tunggal. Dipakai + 5321 kali dalam Perjanjian Lama.
Arti teologis:
1. Allah itu ada - Yer 2:11; Yes 46:1-9; 1Kor 8:4-6.
2. Allah itu untuk kita - Kel 3:12
3. Allah itu tidak berubah - Yes 43:10-11; 48:12; Ibr 13:8
4. Allah itu kekal - Yes 40:28
5. Allah itu akan ada selamanya - Yes 46:13; 56:6-7; 60:3; Wah 22:3-5; 22:20
Nama-nama gabungan yang dipakai dalam bentuk majemuk
6. YHWH -- Yireh (Kej 22:14) Arti: Tuhan menyediakan
7. YHWH -- Nissi (Kel 17:15) Arti: Tuhan adalah panji-panjiku
8. YHWH -- Shalom (Hak 6:24) Arti: Tuhan itu damai sejahtera
9. YHWH -- Sabbaoth (1Sa 1:3) Arti: Tuhan semesta alam
10. YHWH -- Makkaadeshkem (Kel 31:13) Arti: Tuhan yang menguduskan
11. YHWH -- Roi (Maz 23:1) Arti: Tuhan adalah gembalaku
12. YHWH -- Tsidkenu (Yer 23:1) Arti: Tuhan Adalah keadilan kita
3|Page
13. YHWH -- Shammah (Yeh 48:35) Arti: Tuhan hadir disitu
14. YHWH -- Elohim-Israel (Hak 5:3; Yes 17:6) Arti: Tuhan, Allah Israel.

b. Adonai
Adonai berarti "Tuan" dalam bentuk tunggal; seperti yang pakai sebagai tuan yang
berhak terhadap budak-budak jaman dahulu. Dalam bentuk jamak sama dengan
Elohim. Kata ini menunjukkan suatu otoritas mutlak bahwa Allahlah yang memiliki
Israel/umat-Nya.

c. El, Elohim, dan Elyon


Elohim adalah nama jenis dan berarti Allah. Ul 6:4: "YHWH adalah Elohim, YHWH
itu Esa." Elohim (Bentuk tunggal: "Eloah") mungkin berasal dari "alah" artinya
dilingkupi ketakutan. El dari kata "ul", artinya kuat dan berkuasa. Elyon diturunkan
dari kata "alah" juga, artinya ke atas atau ditinggikan.
Nama Elohim kadang-kadang juga dipakai untuk menunjuk kepada allah palsu atau
berhala (Kej 35:2,4; Kel 12:12; 18:11; 23:24). Elohim, sebuah bentuk jamak yang
khas dalam Perjanjian Lama dan tidak muncul dalam bahasa Semetik yang lain. Ada
3 pandangan mengenai hal ini:
1. Arti politeistik. Aslinya kata ini memiliki pengertian dari Allah yang banyak
(jamak). Tetapi kemudian berkembang menjadi tunggal (monoteistik).
2. Arti penuh keagungan, kebesaran. Karena kata jamak Elohim selalu diikuti
dengan kata kerja/sifat/ganti tunggal, maka Elohim memberikan pengertian
tunggal tetapi untuk menunjukkan keagungan-Nya, maka dipakai bentuk
jamak.
3. Arti Trinitarian. Elohim menunjukkan arti jamak dari Allah Tritunggal,
bahwa Allah Israel lebih dari satu pribadi tetapi Esa (satu). Pengertian ini
harus diterangi dengan penafsiran Perjanjian Baru kepada Perjanjian Lama
(Progresive Revelation).

Nama-nama gabungan
1. El-Shadai (Kej 17:1; 28:3; 35:11; Kel 6:3; Maz 91:1-2) Arti: Allah yang maha
kuasa yang sedang berdiri seperti gunung --> kuat, teguh, tidak goyah.
2. El-Elyon (Kej 14:19) Arti: Allah yang maha tinggi; kedaulatanNya.
3. El-Olam (Kej 21:33, Maz 100:5; 103:17) Arti: Allah yang kekal -- Tidak
berubah
4. El-Roi (Kej 16:13) Arti: Allah yang melihat

3. Arti nama-nama Allah dalam Perjanjian Baru


a. Theos
Bentuk yang setara dengan Elohim dalam Perjanjian Lama (dipakai juga untuk allah
orang kafir). Dalam pemakaian Perjanjian Baru, Theos memiliki arti:
1. Ia satu-satunya Allah yang benar dan Esa Mat 23:9; Rom 3:30; 1Ko 8:4,6; Gal
3:20; 1Ti 2:5
2. Ia unik Yang benar, yang kudus, yang bijaksana 1Ti 1:17; Yoh 17:3; Wah
15:4; Rom 16:27; Mat 6:24
3. Ia Transenden Pencipta, pemelihara alam semesta Kis 17:24; Ibr 3:4; Wah
10:6
4. Ia Juruselamat mengutus Anak-Nya menjadi Penebus. 1Ti 1:1; 2:3; 4:10; Tit
1:3; 2:13; 3:4; Yoh 3:16

b. Kurios/Kyrios
Nama eksplisit Allah, seperti YHWH dalam Perjanjian Lama, artinya: "Alfa &
Omega"; "Yang dulu ada, Yang sekarang ada dan Yang akan tetap ada"; "Yang awal
dan Yang akhir" (Wah 1:4, 8, 17; 2:8; 21:6; 22:13) arti kata ini menekankan
supremasi (otoritas) sebagai Tuan, Bapak, Pemilik, Penguasa dan juga Suami (1Pe
3:6) atau berhala-berhala (1Ko 8:5).
Berhubungan dengan Allah, maka arti kata ini adalah menyatakan kuasa- Nya dalam
sejarah, dalam alam semesta dan kekhalikkan-Nya. Kristus disebut sebagai Kurios =

4|Page
Tuhan, juga Rabbi atau Tuan (Mat 8:6) Pernyataan Tomas, "Tuhan dan Allahku"
(Yoh 20:28). Yesus disebut dengan kesetaraan Allah Perjanjian Lama oleh orang-
orang Kristen mula-mula.

c. Bapa/Pater
Allah juga disebut dengan nama Bapa dalam Perjanjian Baru. Hal ini dihubungkan
dengan sifat hubungan antara Allah dan Bangsa Israel. Secara teokratis ini
memberikan penyataan bagaimana Allah berdiri bagi Israel.
Dalam Perjanjian Baru terdapat dalam 1Ko 8:6, Efe 3:15; Ibr 12:9; Yak 1:18. Dalam
pengertian Trinitarian, ungkapan ini menunjukkan hubungan antara Allah Anak
(Yesus) dan Allah Bapa. Dalam hal ini memberikan pengertian bahwa Allah berdiri
bagi orang-orang percaya sebagai anak-anak rohani-Nya.

SIFAT-SIFAT ALLAH

Allah itu Mahahadir -- yaitu, Dia ada di mana-mana pada saat yang bersamaan. Pemazmur
mengatakan bahwa ke manapun kita pergi, Allah ada di situ; Allah melihat segala sesuatu yang
kita lakukan.

Allah itu Mahatahu -- yaitu, Ia mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui bukan saja
perbuatan kita tetapi juga pikiran kita. Apabila Alkitab berbicara tentang pra-pengetahuan
Allah, yang dimaksudkan ialah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang
tersembunyi bagi-Nya.

Allah itu Mahakuasa -- yaitu, Allah itu sangat berkuasa dan memiliki kekuasaan mutlak atas
segala sesuatu dan semua ciptaan. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa Allah mempergunakan
segala kuasa dan kekuasaan-Nya pada segala waktu; misalnya, Allah mempunyai kuasa untuk
membinasakan semua dosa, tetapi Dia memilih untuk tidak melakukan hal itu hingga akhir
sejarah. Dalam banyak hal, Allah membatasi kuasa-Nya, menyalurkannya melalui umat-Nya;
dalam hal ini kuasa-Nya itu tergantung pada tingkat kesediaan dan penyerahan kita kepada
Allah.

Allah itu Mahatinggi -- yaitu, Dia berbeda dan terlepas dari ciptaan-Nya. Diri dan keberadaan-
Nya lebih besar dan lebih tinggi daripada tatanan yang diciptakan-Nya. Ia tinggal dalam
keberadaan yang sempurna dan murni, jauh di atas apa yang telah diciptakan-Nya. Dia sendiri
tidak pernah diciptakan dan berada terpisah dari ciptaan. Akan tetapi, kemahatinggian Allah
tidak berarti bahwa Allah tidak mampu tinggal di tengah-tengah umat-Nya sebagai Allah
mereka.

Allah itu Kekal -- yaitu, Dia ada dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Tidak pernah
ada waktu, baik di masa lalu maupun di masa depan, ketika Allah tidak ada atau takkan ada; Ia
tidak terikat dengan waktu manusia dan oleh karena itu paling baik dapat dilukiskan dengan
"Aku ada" (Yunani "ego eimi").

Allah Tidak-berubah -- yaitu, sifat-sifat Allah tidak berubah, dalam berbagai kesempurnaan
atau dalam maksud-Nya bagi umat manusia; akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak
pernah mengubah maksud-maksud-Nya yang sementara sebagai tanggapan atas tindakan
manusia. Misalnya, Ia mungkin mengubah maksud-Nya untuk menghukum karena pertobatan
sungguh-sungguh dari orang berdosa. Lagi pula, Ia tetap bebas menanggapi kebutuhan-
kebutuhan umat manusia dan doa umat-Nya. Alkitab sering berbicara tentang Allah yang
mengubah pikiran-Nya sebagai akibat doa yang tekun dari orang benar.

Allah itu Sempurna dan Kudus -- yaitu, Dia sama sekali tanpa dosa dan benar sama sekali.
Adam dan Hawa diciptakan tanpa dosa tetapi dengan kemampuan untuk berbuat dosa. Pada
pihak lain, Allah tidak dapat berbuat dosa. Kekudusan-Nya juga mencakup pengabdian-Nya
untuk melaksanakan maksud-maksud dan rencana-Nya.

5|Page
Banyak ciri khas dari Allah yang Esa dan benar, khususnya sifat-sifat moral-Nya, memiliki
kesamaan dengan sifat-sifat manusia; akan tetapi, sifat-sifat Allah semua berada dalam taraf
yang jauh lebih tinggi daripada di dalam diri kita. Misalnya, sekalipun baik Allah maupun
manusia memiliki kemampuan untuk mengasihi, tidak ada manusia yang mampu mengasihi
sampai ke taraf dan intensitas kasih Allah. Selain itu, harus ditekankan bahwa kemampuan kita
untuk mengamalkan sifat ini terkait dengan penciptaan kita menurut gambar Allah; dengan kata
lain, kita seperti Allah, bukan Allah seperti kita.

Allah itu baik. Segala yang pada mulanya diciptakan Allah itu baik adanya, suatu perluasan
dari sifat Allah sendiri. Allah tetap baik kepada ciptaan-Nya dengan menopangnya demi semua
makhluk-Nya; Allah bahkan memelihara orang fasik. Allah baik secara khusus kepada umat-
Nya yang berseru kepada-Nya di dalam kebenaran.

Allah itu kasih. Kasih-Nya adalah kasih yang tidak mementingkan diri sehingga merangkul
seluruh dunia dari umat manusia berdosa. Ungkapan utama dari kasih tersebut ialah pengutusan
Anak-Nya yang tunggal Yesus untuk mati karena orang berdosa. Lagi pula, Allah memiliki
kasih keluarga yang khusus bagi mereka yang melalui Yesus diperdamaikan kepada diri-Nya.

Allah itu Penyayang dan pengasih; Ia tidak memusnahkan umat manusia seperti yang patut
kita terima karena dosa kita, tetapi menawarkan pengampunan sebagai karunia yang cuma-
cuma untuk diterima melalui iman kepada Yesus Kristus.

Allah itu Berbelaskasihan. Berbelaskasihan berarti ikut merasa sedih karena penderitaan
orang lain, disertai keinginan untuk menolong. Karena mengasihani umat manusia, Allah
menyediakan pengampunan dan keselamatan; demikian pula, Yesus, Anak Allah menunjukkan
belas kasihan bagi orang banyak ketika menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tahanan dan sembuhnya penglihatan bagi yang
buta serta membebaskan yang tertindas.

Allah itu Sabar dan Lamban Marah. Allah pertama kali mengungkapkan sifat ini di Taman
Eden setelah Adam dan Hawa berbuat dosa, ketika Ia tidak membinasakan umat manusia
sebagaimana hak-Nya. Allah juga sabar pada zaman Nuh ketika bahtera itu sedang dibangun.
Dan Allah masih sabar dengan umat manusia yang berdosa; sekarang ini Ia tidak menghakimi
untuk membinasakan dunia, karena dengan sabar Ia memberikan kesempatan pada setiap orang
untuk berbalik dan bertobat.

Allah adalah Kebenaran. Yesus menyebut diri-Nya sendiri "kebenaran" (Yunani "alêtheia"),
dan Roh Kudus dikenal sebagai "Roh Kebenaran". Karena Allah sepenuhnya dapat diandalkan
dan benar di dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan-Nya, firman-Nya juga
dilukiskan sebagai kebenaran. Selaras dengan fakta ini, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa
Allah tidak membiarkan kebohongan atau dusta dalam bentuk apa pun.

Allah itu Setia; Allah akan melaksanakan apa yang telah dinyatakan-Nya dalam Firman-Nya,
melaksanakan semua janji dan peringatan-Nya. Kesetiaan Allah seharusnya mendatangkan
hiburan yang tak terkatakan kepada orang percaya dan ketakutan besar akan hukuman atas
semua orang yang tidak bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus.

Allah itu adil; bersifat adil berarti bahwa Allah menopang tatanan moral semesta alam, dan
dalam perlakuan-Nya terhadap umat manusia Ia bersikap benar dan tidak berdosa. Tekad Allah
untuk menghukum orang berdosa dengan maut bersumber pada keadilan-Nya; Ia marah
terhadap dosa karena Ia mengasihi kebenaran. Dia menyatakan murka-Nya terhadap segala
bentuk kefasikan, khususnya penyembahan berhala, ketidakpercayaan, dan perlakuan tidak adil
terhadap sesama manusia. Yesus Kristus, yang juga disebut sebagai "Orang Benar" juga
mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan.

Perhatikan bahwa keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Sebaliknya, untuk
memuaskan keadilan-Nyalah Dia mengutus Yesus ke dalam dunia sebagai karunia kasih-Nya
dan sebagai korban-Nya karena dosa demi kita, supaya memperdamaikan kita dengan diri-Nya
sendiri. Penyataan Allah yang terakhir akan Diri-Nya ialah Yesus Kristus; dengan kata lain,

6|Page
jikalau kita ingin sepenuhnya mengerti kepribadian Allah, kita harus memandang kepada
Kristus, sebab dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan.

TRITUNGGAL

1. Pengertian/definisi
Tritunggal adalah satu doktrin yang paling penting dalam iman Kristen.
Definisi: Allah yang esa, yang ada secara kekal sebagai 3 Pribadi yaitu Allah Bapa dan
Putra dan Roh Kudus, yang masing-masing pribadi itu penuh sempurna ke-Allahannya.

2. Bukti-bukti Alkitab
Memang istilah Tritunggal tidak muncul dalam Alkitab, namun demikian, ide dan
prinsipnya ada di banyak tempat di Alkitab.
1. Perjanjian Lama memberikan penyataan yang tidak lengkap. Kej 1:26; 3:22; 11:7
Maz 45:6-7; 110:1 Yes 63:10; 48:16; 6:8 Mal 3:1-2 Hab 1:7
2. Perjanjian Baru memberikan konsep yang lengkap tentang Tritunggal. Mat 3:16-17;
28:19 1Kor 12:4-6 2Ko 13:14 1Pe 1:2 Yud 20:21

3. Isi doktrin Tritunggal


Memang untuk mengerti secara penuh doktrin ini adalah tidak mungkin. Namun demikian,
semua fakta-fakta dalam Alkitab kita dapat menyimpulkan (mengerti kebenarannya)
pengajaran ini.

Ada 3 pernyataan penting dalam definisi Allah Tritunggal:


1. Allah adalah 3 Pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
2. Masing-masing Pribadi Allah itu adalah Allah yang sempurna.
3. Mereka 3 Pribadi tetapi Allah yang Esa; satu esensi Penjelasan:
a. Allah adalah 3 Pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus). Hal ini dinyatakan jelas
dalam Alkitab (Yoh 1:1-2; 1Yo 2:1; Ibr 7:25; Rom 8:27; Mat 28:19; Yoh 16:7).
Masing-masing pribadi Allah ini mempunyai kepribadian, kehendak, perasaan,
termasuk juga Roh Kudus.
Secara jelas dikatakan Roh Kudus bukan hanya kuasa dan kekuatan tetapi juga
Pribadi. Jelas kelihatan dalam bahasa Yunani, kata ganti orang Roh Kudus tidak
diberikan gender netral, kata ganti orang. Demikian juga kata "Para kletos"
hanya dipakai untuk pribadi orang (Yoh 14:26; 15:26).

b. Masing-masing Pribadi Allah itu adalah Allah yang sempurna.


1. Ke-Allahan Bapa tidak terlalu sulit untuk diterima karena Alkitab jelas
sekali menyebutnya.
2. Ke-Allahan Anak kadang diragukan, tapi bukti-bukti Alkitab jelas
menyebutnya. (Yoh 1:1, 6, 13, 18; Yoh 20:28; Ibr 1, 8; Kol 2:9; Yes 40:3).
Ada atribut-atribut personal tertentu yang dengannya 3 pribadi itu
dibedakan: Bapa – Pencipta, Anak – Penebus, Roh Kudus - Yang memberi
kelahiran baru
3. Ke-Allahan Roh Kudus juga disebutkan jelas dalam Alkitab (Mat. 28:19;
Kis 5:3-4; 1Kor 3:6; Maz 139:7-8; 1Kor 2:10-1 l; Yoh 3:5- 7).

c. Mereka 3 Pribadi tetapi Allah yang Esa; satu esensi Allah adalah Allah yang Esa
(satu); ketiga Pribadi Allah ini tidak hanya satu dalam tujuan, tapi mereka juga
adalah satu esensi dan satu hakekat. (Kel 6:4-5; 1Ra 8:60; Yes 45:4-6; 1Tim 2:5;
Yoh 17:22; Rom 3:30; Zak 2:9).
Kesimpulan: Seluruh esensi yang tidak terbagi dari Allah, secara setara dan
penuh dimiliki oleh ketiga Pribadi, tetapi Ketiganya mempunyai kesatuan
mereka dalam satu esensi.
Subsistensi dan tindakan dari ke 3 Pribadi ditandai oleh satu tingkatan yang jelas
dan tertentu dan tidak saling mendahului. Allah Putra secara kekal diperanakkan
oleh Bapa, Allah Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Anak dari kekekalan.
7|Page
2. Analogi Tritunggal
1. Alam : air - es – uap; matahari - sinar – energi; akar - ranting – batang; awan –
hujan - salju/es; bunga – bau - warna
2. Psikologis: Intelektual - perasaan - kehendak
3. Roh - Jiwa - Tubuh
Namun kesemua analogi di atas tidaklah bisa menggambarkan Tritunggal secara
tepat.

3. Hubungan antara ketiga Pribadi Tritunggal


1. Ketiga Pribadi Allah Tritunggal mempunyai perbedaan dalam fungsi utamanya.
Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus mempunyai kesetaraan di dalam keAllahannya
tetapi tidak di dalam menjalankan fungsinya, karena Allah Bapa memegang
pimpinan tertinggi (sesuai dengan nama yang diberikan "Bapa").
Allah Bapa memberikan ketetapan Allah. Anak menjalankan ketetapan Allah. Roh
Kudus menjaga dan memelihara pelaksanaan ketetapan Allah
2. Dalam hal keselamatan
1. Allah Bapa merencanakan dan mengirim Anak ke dunia. Yoh 3:16;
Gal 4:4; Efe 1:9-10
2. Anak taat kepada Bapa dan melaksanakan penebusan. Yoh 6:38; Ibr
10:5-7
3. Roh Kudus dikirim oleh Bapa dan Anak untuk mengefektifkan
penebusan. Yoh 14:26; Yoh 16:7; Yoh 15:26 .

1. Pentingnya doktrin Tritunggal dalam iman Kristen


1. Doktrin Keselamatan akan mengalami kesulitan besar, kalau kita menolak ke-
Allahan Anak dan Roh Kudus
2. Doktrin pembenaran hanya melalui iman akan sulit diterima, kalau kita menolak ke-
Allahan Yesus dan Roh Kudus.
3. Kalau Yesus bukan Allah yang sejati, maka kita tidak bisa lagi menyembah Dia
seperti apa yang diperintahkan Alkitab.

8|Page
MANUSIA DAN DOSA

PENCIPTAAN: MENGAPA MANUSIA DICIPTAKAN?

1. Manusia diciptakan untuk kemuliaan nama Tuhan

Allah tidak memerlukan ciptaan, tetapi manusia dan segala ciptaan diciptakan untuk memuliakan
Dia (Yes. 43:7; Ef. 1:11-12). Jadi semua kita diciptakan untuk melakukan segala sesuatu untuk
memuliakan Dia (I Kor 10:31).

2. Tujuan Manusia Hidup

Tujuan kita hidup adalah memuliakan dan menikmati persekutuan dengan Dia (Yoh 10:10). Jadi
sukacita persekutuan dengan Tuhan terjadi bila memasuki hadirat Allah. Ini sebuah pengalaman
nyata dalam kehidupan sehari-hari bersama Tuhan.
Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah bukan kesombongan bahwa Allah memuliakan
diriNya dalam penciptaan? Bukan, karena Allah sebagai pencipta Ia tidak merampok kehormatan
dari suatu makhluk. Dia adalah pencipta sehingga Dia layak mendapatkan semua kemuliaan (Wah
4:11).
Manusia dalam penciptaan diberi harkat dan mandat khusus yaitu sebagai pemerintah dunia di
bawah kuasa Allah (Kej 1:27-2:3). Yang walaupun sudah jatuh ke dalam dosa, harkat dan mandat
itu masih ada.

3. Catatan tentang Evolusi:

Evolusi adalah salah satu teori yang mencoba memberikan penjelasan tentang asal mula manusia
dan ciptaan ini. Teori ini bagi kekristenan ditolak. Alkitab mengajarkan teori penciptaan langsung
Adam dan Hawa sebagai manusia dan tidak melalui proses awal yang bukan manusia. Kita juga
menolak pandangan teistik evolusionis yang mengatakan bahwa Allah terlibat dalam proses
penciptaan dalam materi yang sederhana dan terjadi proses evolusi sesudahnya. Di manakah Allah
terlibat dalam penciptaan dalam pandangan ini: 1) penciptaan materi pada permulaan; 2) penciptaan
bentuk kehidupan yang sederhana; 3) penciptaan manusia. Kita menolak bentuk random mutasi
karena penciptaan merupakan desain Allah. Para ahli evolusionis yang sekular pun kadang tidak
sepakat satu dengan yang lainnya dengan asal suatu makhluk.

Bagi kita, mikroevolusi tidak masalah karena tidak dapat disangkal misalnya lahir bentuk manusia
yang berbeda, binatang warna beda, tumbuh-tumbuhan yang sama dengan warna yang beda. Tetapi
ini bukan yang dibahas dalam teori evolusi. Teori evolusi berpandangan "substansi yang tidak
hidup memunculkan materi hidup yang pertama, yang selanjutnya bereproduksi kembali dan
berkembang biak dan menghasilkan makhluk yang hidup sampai sekarang maupun yang sudah
musnah." Lebih lanjut dikatakan bahwa bentuk sel tunggal yang menjadi makhluk hidup; seleksi
alam, yang kuat yang bertahan. Apakah ini benar? Seleksi alam tidak mengubah bentuk tetapi dari
segi pertahanan. Yang kuat saja yang bertahan. Bila asumsi mereka benar tentunya tidak ada
gunanya makhluk hidup, moral tidak perlu, serta hidup untuk diri sendiri saja karena proses evolusi
alam ini.

MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH

Arti gambar dan rupa Allah


Kejadian 1:26-30; 2:7; 3:14-19; Maz. 8

Dalam bahasa Ibrani sebagai bahasa asli PL, kata “gambar” adalah TSELEM yang berarti gambar,
patung, model yang asli. Sedangkan “rupa” disebut dengan istilah DEMUTH yang berarti salinan,
tembusan yang asli. Dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli PB, “gambar” disebut
9|Page
dengan istilah EIKOON yang berarti bentuk yang asli atau perwujudan yang dilukiskan, yang
tampak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , “gambar” berarti tiruan barang (orang, binatang,
tumbuhan, dll.) yang dibuat dengan coretan pensil dsb pada kertas, lukisan. “Gambaran” adalah
hasil menggambar, bayangan, uraian, keterangan, penjelasan. “Rupa” diartikan sebagai keadaan
yang tampak diluar, tampang muka, wujud atau apa yang tampak (kelihatan), bentuk.

Memiliki “gambar” atau “rupa” Allah, dalam pengertian yang paling sederhana, berarti kita dibuat
menyerupai Tuhan. Adam tidak menyerupai Tuhan dalam arti Tuhan memiliki darah dan daging.
Alkitab berkata bahwa “Allah itu Roh” (Yohanes 4:24) dan karena itu memiliki keberadaan tanpa
tubuh. Namun tubuh Adam mencerminkan hidup Tuhan karena diciptakan dengan kesehatan yang
sempurna dan tidak tunduk pada kematian.

Gambar Allah menunjuk pada bagian non-material dari manusia. Hal ini membedakan manusia dari
binatang dan memampukan manusia menjalankan “kekuasaan” sebagaimana direncanakan Allah
(Kejadian 1:28), dan memampukan manusia berkomunikasi dengan PenciptaNya. Keserupaan ini
adalah dalam hal mental, moral dan sosial.

Secara mental, manusia diciptakan sebagai makhluk yang rasional dan berkehendak – dengan kata
lain, manusia dapat menggunakan pikirannya dan dapat memilih. Ini adalah refleksi dari akal budi
dan kebebasan Tuhan. Manusia memiliki citra atau sifat-sifat Allah seperti: mengasihi, sabar,
memiliki kehendak, pikiran, keinginan, pengetahuan, kebenaran, perasaan. Allah memiliki sifat
mencipta dan memelihara ciptaanNya. Tetapi Allah juga dapat menghukum ciptaanNya bila
melakukan pelanggaran (Kej. 3:14-19). Kedua sisi ini hendaknya dipahami dengan benar bahwa
kecenderungan Allah dalam mencipta, memelihara dan mengasihi ciptaanNya lebih besar daripada
keinginanNya untuk menghukum yang bersalah.

Secara moral, manusia diciptakan dalam kebenaran dan kepolosan yang sempurna, suatu refleksi
dari kesucian Tuhan. Tuhan melihat semua yang diciptakanNya (termasuk manusia) dan
mengatakan, “sangat baik” (Kejadian 1:31). Hati nurani kita atau “kompas moral” adalah sisa dari
keadaan yang asli itu. Ketika seseorang menulis hukum, mundur dari kejahatan, memuji kelakuan
baik, atau merasa bersalah, orang itu meneguhkan fakta bahwa kita diciptakan menurut gambar
Allah.

Secara sosial, manusia diciptakan untuk bersekutu. Hal ini mencerminkan ketritunggalan Allah dan
kasihNya. Di taman Eden, relasi manusia yang terutama adalah dengan Tuhan (Kejadian 3:8
menyiratkan persekutuan dengan Tuhan), dan Tuhan menciptakan perempuan pertama karena
"tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18). Setiap kali seseorang menikah,
berteman, memeluk anak kecil, mengikuti kebaktian, dia menyatakan bahwa kita diciptakan
menurut gambar Allah. Manusia tidak bisa terlepas dari keterkaitannya sebagai milik Allah.
Manusia dituntut untuk hidup sesuai dengan kehendakNya dan ini hendaknya tercermin baik dalam
hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan dan alam semesta ini. Manusia
tidak bisa hidup untuk dirinya sendiri (manusia = makhluk sosial), karena semua kebutuhannya
dipenuhi oleh keberadaan ciptaan Allah lainnya, mulai dari udara, air, tumbuhan, binatang, bahkan
manusia lainnya.

Karena diciptakan menurut gambar Allah, Adam memiliki kebebasan untuk memilih. Meskipun dia
diberikan pribadi yang suci, Adam memilih yang jahat dan memberontak melawan PenciptaNya.
Dengan berbuat demikian, dia mencemarkan gambar Allah yang ada dalam diriNya, dan
mewariskan keserupaan yang rusak itu pada semua keturunannya, termasuk kita (Roma 5:12). Saat
ini kita masih memiliki gambar Allah (Yakobus 3:9), namun kita juga menanggung bekas-bekas
dosa. Secara mental, moral, sosial dan fisik kita memperlihatkan efek-efek dari dosa.

Manusia adalah mahkota ciptaan Allah

Manusia diciptakan pada hari keenam. Manusia diciptakan dengan cara yang berbeda dengan
ciptaan lain, dimana dalam menciptakan alam Allah hanya berfirman dan jadilah seperti yang
difirmankanNya. Sebaliknya, manusia diciptakan Allah dengan menggunakan debu tanah dan
kemudian diberi nafas. Hal ini yang membuat manusia berbeda dengan ciptaan lainnya, dan

10 | P a g e
sekaligus menempatkan manusia sebagai “mahkota ciptaan Allah”. Kalau ciptaan lainnya dinilai
Allah sebagai yang baik (Kej. 1:10), maka manusia dinilai sebagai yang “amat baik” (Kej. 1:31).

Tanggung jawab manusia sebagai gambar dan rupa Allah

Gambar dan rupa Allah yang ada pada manusia hendaknya terwujud dalam hidup manusia melalui
ketaatannya dalam melakukan kehendak Allah. Menurut Kej. 1:28; 2:7, manusia diberi tanggung
jawab untuk mengolah bumi, berkuasa dan memelihara ciptaan Allah yang lain. Tanggung jawab di
sini berarti melakukan perbuatan-perbuatan yang bukan hanya menguntungkan dirinya sendiri
melainkan untuk kepentingan dan berkat bagi sesama dan lingkungannya. Hal ini menjadi bukti dan
teladan bagi sesamanya, sehingga gambar dan rupa Allah yang ada padanya menjadi nyata dan
dirasakan oleh setiap orang melalui cara berpikir, bertutur kata dan berbuat, yang tujuan akhirnya
adalah memuliakan Allah.

Tanggung jawab ini hanya diberikan kepada manusia bukan kepada ciptaan lainnya. “Berkuasa” di
sini tidak boleh diartikan, bahwa manusia dapat menggunakan kuasanya dengan bebas. Sebaliknya,
ini berarti manusia mendapat tugas untuk mengatur seluruh alam dan kehidupan di muka bumi ini.
Dalam keterkaitannya dengan Allah, manusia mempunyai hubungan yang khusus dengan Allah,
yaitu manusia adalah makhluk yang dapat bergaul dengan Allah dan hal ini tidak ada pada ciptaan
yang lain. Hal ini sangat istimewa, melalui hubungan khusus ini manusia dapat mengetaui dengan
baik, apa yang dikehendaki Allah darinya secara pribadi.

Kejatuhan Manusia: Gambar Allah telah rusak

Apakah mungkin setelah manusia jatuh ke dalam dosa dapat dikatakan serupa dengan Allah?
Sebenarnya manusia masih memiliki gambar Allah. Buktinya kisah Nuh di mana dia mendapat
otoritas dari Allah untuk menghukum, di mana dikatakan manusia adalah diciptakan dalam gambar
Allah (Kej 9:6, Yak 3:9).
Tetapi gambar Allah di dalam manusia sudah rusak waktu jatuh ke dalam dosa. Moralitas manusia
telah rusak dan tidak menggambarkan karakter Allah yang kudus. Begitu juga intelektualnya telah
terkontaminasi, hubungan dengan sesama telah dirusakkan oleh egoisme dan kepentingan diri.

Sudarmo (teolog) menyebutkan bahwa sesudah kejatuhan, gambar Allah secara khusus telah rusak
total (hilang), sedangkan gambar Allah secaa umum masih ada tetapi juga telah terkontaminasi.
Gambar Allah yang khusus di mana telah rusak total adalah pengetahuan, kebenaran, dan kesucian.
Sedangkan gambar Allah yang umum masih ada walaupun terdistorsi yaitu intelektual, kemauan,
jiwa, roh.

Beberapa aspek dari gambar dan rupa Allah:

a. Aspek moral: (1) Manusia adalah makhluk yang secara moral bertanggungjawab kepada
Allah; (2) manusia memiliki hati nurani mengenai benar dan salah, baik dan jahat; (3) bila
manusia mengikuti perintah Allah, maka manusia akan merefleksikan gambar Allah dalam
kehidupan yang suci dan benar.

b. Aspek rohani: (1) Manusia bukan hanya soal fisik, tetapi juga ada eksistensi spiritualitas
pada dirinya; (2) Manusia karenanya bisa berhubungan dengan Allah, memuji Dia, berdoa,
mendengar Firman Allah; (3) dan akhirnya Manusia adalah kekal di mana dia akan hidup
selamanya.

c. Aspek mental: (1) Manusia mempunyai kemampuan untuk berargumen dan berpikir secara
logis yang membedakan kita dari binatang. Jadi manusia mempunyai pikiran abstrak dan
bukan hanya soal keterampilan teknis saja; (2) pemakaian bahasa yang kompleks dan abstrak
sungguh membedakan kita dari binatang; (3) Manusia juga memiliki kesadaran akan masa
depan, juga adanya kesadaran bahwa manusia ingin hidup setelah kematian yang membuat
manusia ingin hidup berkenan kepada Allah. Dapat dikatakan bahwa Allah menaruh kekekalan
di hati manusia (Pkh. 3:11); (4) Gambar dan rupa Allah nampak juga dalam kreatifitas manusia
11 | P a g e
seperti musik, seni, literatur, dan juga penemuan ilmu dan tektnologi yang berkembang pesat;
(5) Manusia juga memiliki emosi yang kompleks dan berbeda sekali dengan binatang.

d. Aspek relasi: manusia dapat mengadakan relasi dengan Tuhan. Namun ada beberapa aspek
relasi yang lain: (1) Bila manusia hidup dalam Allah, maka manusia memiliki solidaritas dan
kedalaman hidup secara bersama sebagai komunitas, dalam pernikahan, dalam keluarga, dalam
persekutuan di gereja; (2) Dalam penciptaan manusia baik pria dan wanita diciptakan sejajar,
hanya perbedaan peran waktu Allah menciptakan kita. Ini beda dengan penciptaan binatang, di
mana makhluk yang satu bisa memakan makhluk lainnya; (3) Dalam relasi dengan ciptaan,
manusia diberikan kuasa untuk memerintah dan memelihara ciptaan dan ketika Kristus
kembali manusia yang percaya akan ikut memerintah bersama Kristus (I Kor 6:3; Kej 1:26,28;
Maz 8:6-8).

Implikasi praktis sebagai gambar Allah

Sebagai orang percaya kita harus seringkali berefleksi atas manusia sebagai gambar dan rupa Allah,
di mana itu akan membuat kita kagum dan bersyukur sebagai ciptaan yang berharga di mataNya. Di
sini setiap orang yang ingin mendalami Firman Allah tentang siapakah manusia akan menyadari
betapa berharga dan pentingnya manusia atas seluruh ciptaan.
Manusia adalah gambar dan rupa Allah, yang walaupun dalam kejatuhannya masih menunjukkan
hal itu (lihat diskusi di atas). Secara praktis, bahwa penyakit, kelemahan, kecacatan, bahkan dosa
tidak menghilangkan status manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Ini berarti setiap manusia
mempunyai kedudukan yang sama, baik orang tua, orang sakit, kecacatan berhak mendapat
perlindungan dan hormat sebagai manusia.

DOSA MANUSIA

1. Kejatuhan Manusia

Kej 3:1-7 berbicara tentang dosa pertama yang dilakukan manusia yang dalam hal ini adalah Adam
dan Hawa. Dan inilah yang kemudian menjadi berita yang paling substansi dalam Alkitab yaitu
dosa manusia. Memang ada yang menolak tafsiran dalam Kej 3 ini sebagai tafsiran harfiah dan ada
yang menggantinya dengan tafsiran mitologis. Artinya kesejarahannya diragukan, walaupun inti
beritanya benar tentang manusia dan kondisi moralitasnya.

Pandangan yang populer saat ini adalah pandangan historis di mana tidak semua dapat ditafsirkan
secara harfiah, tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi ada dibatasi ruang dan waktu. Alkitab
berbicara tentang fakta kejatuhan yang benar terjadi (Roma 5:12-13), lokasi kejatuhan di taman
Eden (Kej 2:10-14), dan Adam disebutkan sebagai nenek moyang pertama dalam keturunan bangsa
Yahudi (Kej 4:1; 5:4; 11:27; Luk 3:38). Dapat disimpulkan bahwa kejatuhan adalah peristiwa yang
sungguh terjadi dalam sejarah manusia.

Implikasi dari kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah fakta sejarah. Dengan menerima ini maka
karya penyelamatan Yesus sungguh bermakna. Paulus dalam Rm 5:12 menjabarkan tentang
kejatuhan sebagai tema awal yang menjelaskan tentang karya Kristus di kayu salib.

Memang harus diakui ada kesulitan dalam menjelaskan kondisi saat sebelum kejatuhan, karena
Alkitab ditulis oleh manusia sesudah kejatuhan, karena kita ingat bahwa kejatuhan menyebabkan
ketidaksempurnaan dalam esensi manusia. Begitu pula waktu menjelaskan keadaan di surga dalam
kitab Wahyu memakai bahasa simbolis. Tetapi terlepas dari semua itu, bahwa berita tentang dosa
harus melibatkan kesadaran diri kita sebagai orang yang sudah jatuh ke dalam dosa. Begitu pula
manusia harus melihat dirinya sebagai orang yang memberontak melawan Allah.

2. Asal Mula Dosa

12 | P a g e
Alkitab mengajarkan bahwa asal mula dosa masuk ke dunia adalah karena pelanggaran Adam dan
Hawa. Itu dimulai dari godaan Iblis yang mengambil bentuk ular, yang menanamkan benih di hati
manusia hal ketidakpercayaan (untrust dan unbelief). Manusia jatuh karena pengaruh eksternal
yaitu ular, yang adalah instrumen dari Iblis (Yoh 8:44, Roma 16:20). Dosa Adam adalah makan
buah yang dilarang Tuhan. Namun secara prinsip Adam telah melakukan hal yang mendasar yaitu
tidak mau tunduk kepada kehendak Allah dan melakukan kompromi.

Intelektulitasnya menunjukkan dosa sombong dan ketidakpercayaan, serta yakin dapat menjadi
sama seperti Allah. Itu sebabnya manusia kemudian mendapatkan hukuman yaitu dinyatakan
bersalah, mengalami kerusakan gambar Allah, dan mengalami kematian (Kej 3:19, Rom5:12, 6:23).

3. Sifat dan Jangkauan Dosa

a. Sifat Dosa

Istilah dosa dalam Alkitab cukup beragam dan banyak, dan ini harus dilihat sebagai tema
pemberontakan manusia dan intervensi anugerah dan kasih Allah kepada manusia.
Dalam PL kata dosa adalah khattat (Kel 32:30) serta istilah khet (Maz 51:11). Istilah ini muncul
ratusan kali dalam PL untuk menjelaskan "pikiran yang tidak mengenai sasaran atau membuat
salah". Istilah pesya (Ams 28:13) artinya pemberontakan aktif atau pelanggaran terhadap kehendak
Allah. Ada juga istilah syaga (Im 4:12) menjelaskan tentang pikiran yang memilih jalan sesat.
Istilah lain adalah awon (I Raj 17:18) yang berarti memutar di mana dihasilkan dari dosa yang
menimbulkan rasa bersalah.

Dalam PB kata dosa adalah hamartia (Mat 1:21) yang berarti tidak kena sasaran dan meliputi
gagasan kegagalan, salah dan perbuatan jahat. Adikia (I Kor 6:8) yang berarti ketidakjujuran atau
ketidakadilan. Ada juga istilah parabasis (Rm 4:15) mengenai pelanggaran hukum. Istilah anomia (I
Yoh 3:4) berarti tidak ada hukum. Asebeia (Tit 2:12) yang berarti tidak mengenal Allah, dan juga
ptaio berarti tergelincir secara moral (Yak 2:10).

Dari istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa sifat dosa yang paling hakiki adalah bertujuan
memberontak melawan Allah (Maz 51:6; Rm 8:7; Yak 4:4). Kita tidak bisa menguranginya dengan
menjelaskan bahwa dosa berarti pementingan diri sendiri atau kesombongan. Dosa adalah
menjelaskan bahwa manusia ingin mengambil tempat sebagai Allah (Kej 3:5). Peristiwa kejatuhan
menjelaskan tentang pemberontakan manusia dengan mempertanyakan integritas Allah.

b. Jangkauan Dosa

Akibat dari dosa adalah bahwa semua manusia telah berbuat dosa dan tidak ada seorang pun yang
benar (Rm 3:1-10, 23; Maz 14:1). Di sini menggambarkan bahwa jangkauan dosa bersifat
universal. Hanya manusia Yesus yang tidak berdosa (Ibr 4:15). Keuniversalan dosa bersifat
menyeluruh kepada semua manusia di segala abad dan tempat.

Tetapi penyebaran dosa bukan hanya secara waktu dan tempat, tetapi juga memengaruhi seluruh
eksistensi manusia menjadi rusak total (total depravity). Kehendaknya, pikiran dan pengertian,
perasaaan, ucapan dan perilaku manusia telah rusak semuanya. Jadi seluruh kepribadian manusia
telah rusak oleh karena dosa. Dosa telah merusak inti dari esensi manusia yaitu hati-nya (Mrk 7:21-
23).

Memang ada kelihatan orang baik, tetapi kalau diamati tidak ada lagi manusia yang dikatakan baik
itu statusnya asli sebelum kejatuhan manusia. Kejatuhan secara total ini menyebabkan kita
memerlukan penebusan secara total di dalam Kristus. Jadi kerusakan total berarti bahwa ia tidak
memiliki kemampuan secara total untuk menyelamatkan dirinya.

4. Dosa Waris

13 | P a g e
Ketidaktaatan Adam menghasilkan dosa warisan bagi manusia selanjutnya, di mana Alkitab
mengajarkan bahwa dosa Adam melibatkan seluruh umat manusia (Rm 5:12). Kita harus mengerti
bahwa maksudnya adalah Adam sebagai perwakilan manusia telah membuat kita berdosa dan oleh
persatuan di dalam Yesus membuat kita dibenarkan.

Apakah itu dosa warisan? Dosa waris bukanlah dosa Adam yang diwarisi keturunannya. Perlu
diketahui bahwa tidak ada istilah dosa waris dalam Alkitab. Dosa waris hanyalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan akibat yang ditimbulkan oleh dosa Adam.

Akibat ketidaktaatan Adam hubungan Allah dan manusia menjadi rusak dan terputus sehingga
menyebabkan seluruh keturunan Adam telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Dosa Adam
membuat natur manusia menjadi rusak. Oleh karena terputusnya hubungan manusia dengan Allah
dan kerusakan natur manusia maka seluruh manusia keturunan Adam mempunyai kecenderungan
untuk berbuat dosa.

5. Pengaruh Dosa

1. Dalam hubungan dengan Allah

Dosa menyebabkan: (1) manusia tidak layak untuk menghadap Allah; (2) tidak sanggup melakukan
kehendak Allah; (3) tidak benar di hadapan Allah; (4) tidak peka lagi terhadap Firman Allah.
Semua ini nampak dalam keangkuan manusia menentang pemerintahan Allah. Akibatnya manusia
di bawah kutukan hukum dosa.

2. Dalam hubungan dengan sesama manusia

Kelihatan dosa menyebabkan Adam dan Hawa saling mempersalahkan, yang terus berlanjut kepada
kehidupan manusia yang saling menyalahkan. Dosa akhirnya menyebabkan konflik antara
sesamanya. Begitu pula dosa menghasilkan eksploitasi manusia atas manusia.

3. Dalam hubungan dengan dirinya

Dosa menyebabkan ada "perkelahian" dalam dirinya yang mengakibatkan ada ketakutan dalam
dirinya, atau menghasilkan pemujaan diri, bahkan penipuan pada diri sendiri. Akibatnya juga
muncul rasa malu dan hilang kepercayaan diri sendiri.

4. Dalam hubungan dengan alam

Manusia dalam melihat alam tidak lagi melihatnya sebagai ciptaan Allah yang harus dipelihara,
tetapi mengeksploitasinya sehingga menimbulkan berbagai macam pencemaran dan kehancuran.
Manusia tidak lagi hidup harmonis dengan alam.

6. Status Dosa Dalam Kehidupan Orang Percaya

Bahwa manusia akhirnya hanya dapat diselamatkan oleh intervensi ilahi yaitu Kristus sendiri.
Tetapi apakah manusia terbebas dari dosa? Akibat kejatuhannya, maka manusia tetap berpotensi
untuk jatuh ke dalam dosa. Namun pengampunan senantiasa diberikan kepada kita (I Yoh 1:9) dan
yang paling penting adalah kita tidak lagi di bawah hukuman kutuk dosa. Di dalam proses
kehidupan manusia setelah percaya inilah disebut proses pengudusan (sanctification), di mana
manusia selalu meminta Roh Kudus berkarya di dalam dirinya dan mengingatkan manusia akan
dosanya. Pemazmur selalu mengingatkan dirinya bahwa penting baginya untuk meminta Allah
menguji dirinya sendiri dan mengenali jalannya.

2. Perjanjian Penebusan Allah

14 | P a g e
Bahwa Allah telah menetapkan pada diriNya suatu perjanjian penebusan bagi manusia yang sudah
jatuh ke dalam dosa. Ia sendiri datang mencari manusia dan berinisiatif menyelamatkan manusia. Ia
menetapkan kovenan (perjanjian) dalam menyelamatkan manusia. Ada dua perjanjian yang Allah
berikan:

a. Perjanjian Penebusan

Sejak semula Allah telah menubuatkan bahwa Yesus Kristus akan datang ke dunia menjadi
manusia untuk menyelamatkan manusia (Ibr 7:22). Dia adalah Adam yang kedua yang memberikan
kehidupan (1 Kor 15:45).

Penebusan dalam Kristus: Pemulihan progresif kepada Gambar Allah


Alkitab PB menyebutkan bahwa penebusan dalam Kristus secara progresif ada pemulihan gambar
Allah di dalam manusia yang percaya kepadaNya. Misalnya, kita adalah ciptaan baru yang terus
menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khalikNya (Kol
3:10). Pertumbuhan iman Kristen juga digambarkan supaya menjadi serupa dengan Kristus dalam
karakter moral kita (Roma 8:29).

Kedatangan Kristus yang kedua kali: Pemulihan sempurna gambar Allah


Yesus adalah gambar Allah (II Kor 4:4; Kol 1:15). Dan inilah janji dan pengharapan manusia
bahwa pada waktu Kristus datang yang kedua kalinya, maka kita akan menjadi serupa dengan
Kristus secara sempurna (I Kor 15:49). Allah sudah menetapkan kita untuk menjadi serupa dengan
Kristus (I Yoh 3:2).

b. Perjanjian Anugerah

Setelah diselamatkan oleh karya Kristus, maka orang yang telah ditebus diikat dalam perjanjian
anugerah di mana dia dinyatakan sebagai milik Allah, dan Allah menganugerahkan kepadaNya
segala berkat keselamatannya dan berbagai pemberian dengan iman. Perjanjian ini bukan usaha
manusia mendapatkan keselamatan tetapi ada tanggung jawab untuk mengikat diri dalam perjanjian
berkat Allah yaitu ketaatan.

15 | P a g e
KESELAMATAN

"Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia- nyiakan keselamatan yang sebesar itu"
Ibrani 2:3

Pada bagian yang lalu, kita sudah mempelajari hubungan antara manusia dengan Allah. Manusia,
karena pilihannya sendiri, telah berdosa kepada Allah. Dia memerlukan keselamatan. Melalui
hidup, kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah membuka jalan keselamatan untuk semua
manusia. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua manusia akan diselamatkan. Beberapa syarat
tertentu harus dipenuhi sebelum seseorang dapat diselamatkan.

Ada dua bagian dalam keselamatan: bagian ilahi dan bagian manusiawi; bagian Allah dan bagian
manusia. Bagian ilahi adalah kelahiran baru yang diberikan oleh Roh Allah dalam hati orang
percaya. Kita menyebutnya pengakuan iman yang baru dan ini sebagai bagian manusia. Pengakuan
iman yang baru berarti perubahan arah. Ketika seseorang mengalami pengakuan iman yang baru,
jalan hidupnya berubah. Ada dua tahap pengakuan iman:

1. Pertobatan

Sebelum seseorang dapat diselamatkan, dia harus bertobat atas dosa- dosanya. Apakah
pertobatan itu?

o Pertobatan adalah lebih dari sekedar kesadaran. Tak seorangpun dapat diselamatkan
sampai dia merasa sadar akan dosa- dosanya. Lihatlah perbedaan antara orang Farisi dengan
pemungut cukai. Orang Farisi tersebut tidak melakukan apa-apa. Dia seorang yang berdosa,
tetapi dia tidak merasa sadar akan dosa-dosanya. Pemungut cukai itu berteriak: "Ya, Allah,
kasihanilah aku, orang yang berdosa." Lukas 18:13. Dia menyadari keadaannya yang
berdosa dihadapan Allah.

o Pertobatan adalah lebih daripada perasaan berdukacita, menderita karena dosa.


Banyak orang yang merasa berdukacita karena dosa mereka, namun mereka tidak bertobat.
Alkitab berkata tentang dua macam dukacita; yaitu dukacita ilahi dan dukacita dunia: Sebab
dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan
dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
2 Korintus 7:10.

o Pertobatan adalah perubahan pikiran tentang dosa dan dalam hubungannya dengan
Allah, dan tentu saja, perubahan hidup. Pertobatan adalah berbalik dari dosa dalam takut
akan Allah. Meskipun demikian, sekedar perubahan bukanlah berarti pertobatan yang sejati.
Seseorang mungkin berubah karena berbagai alasan. Pertobatan yang sejati adalah
merupakan pengalaman batin yang nampak dalam perubahan yang bisa dilihat dari cara
hidup seseorang.

o Pertobatan adalah penting. Ini bukanlah keselamatan, tetapi merupakan sesuatu yang
menyertai keselamatan. Keselamatan tidak akan terjadi tanpa pertobatan.

o Ketika seseorang sungguh-sungguh bertobat, dia tidak hanya memutuskan untuk


tidak melanjutkan berbuat dosa, tetapi juga memperbaiki dosa-dosanya di masa lampau
seperti yang dilakukan Zakheus dalam Lukas 19:8. Tetapi Zakheus berdiri dan berkata
kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan
sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

16 | P a g e
Bagian yang kedua, setelah pertobatan adalah:

2. Iman

Iman yang membawa keselamatan bukanlah iman terhadap sebuah buku, bahkan meskipun
buku tersebut adalah Alkitab. Juga bukanlah iman kepada sebuah syahadat, bagaimanapun
bagusnya syahadat tersebut. Ini bukanlah iman kepada sebuah lembaga, meskipun lembaga
tersebut adalah gereja. Iman yang menyelamatkan adalah iman kepada Tuhan Yesus Kristus
Anak Allah.

Ada beberapa unsur iman.

o Adanya kepercayaan. Ini disebut bagian intelektual dari iman. Supaya dapat
diselamatkan, seseorang harus percaya sesuatu. Selanjutnya, karena imannya adalah kepada
Tuhan Yesus Kristus, dia harus percaya sesuatu tentang Kristus. Dia harus percaya bahwa
Yesus Kristus adalah Anak Allah yang sejati yang datang ke dunia untuk hidup tanpa dosa,
mati karena dosa-dosa kita dan bangkit kembali dari antara orang mati untuk menjadi
Juruselamat bagi semua orang berdosa yang mau percaya.

o Harus ada penerimaan. Agar diselamatkan, seseorang harus menerima Yesus


Kristus sebagai Juruselamatnya pribadi. Dia harus mengakui sendiri karya keselamatan
Kristus. Seseorang mungkin percaya bahwa makanan dapat menjaga tubuh tetap hidup,
tetapi dia akan kelaparan sampai mati jika tidak memakan makanan tersebut.

o Iman termasuk di dalamnya penyerahan. Iman yang menyelamatkan bukan


hanya kepercayaan kepada Kristus dan penerimaan Kristus sebagai Juruselamat, tetapi juga
penyerahan kepada Kristus. Seseorang yang sadar akan dosanya, sadar juga bahwa dia
adalah seseorang yang terhilang. Dia mencari Yesus Kristus, harapan keselamatan satu-
satunya dan menyerahkan dirinya sendiri kepada Dia sebagai Tuhan atas hidupnya.

Beberapa Kebenaran Mengenai Keselamatan

Untuk hal yang sangat penting ini perlu adanya pemikiran yang jernih dan perhatian yang serius
pada Alkitab, karena dalam hal ini banyak orang yang membuat kesalahan.

1. Keselamatan adalah suatu karunia


"tetapi karunia Allah, ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita" Roma 6:23.
Perbuatan yang baik tidak akan menyelamatkan kita. Kita diselamatkan untuk melakukan
perbuatan yang baik. Hal ini sudah menjadi suatu pelajaran yang sulit dipelajari bagi orang-
orang. Mereka sudah berusaha keras untuk mendapatkan keselamatan dengan perbuatan baik
atau kehidupan mereka yang baik.

2. Seseorang harus memiliki pengalaman keselamatan secara pribadi


Banyak orang yang mungkin diselamatkan pada waktu yang sama, tetapi setiap orang harus
mengalami keselamatan untuk dirinya sendiri. "Demikianlah setiap orang di antara kita akan
memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah." Roma 14:12. Setiap
orang bisa berbicara secara pribadi kepada Allah. Orang tersebut tidak perlu seorang pendeta
atau sponsor untuk mendekatkan diri kepada Allah. Setiap orang harus bebas untuk membaca
dan mengerti firman Tuhan untuk dirinya sendiri. Dia harus bebas menyembah Tuhan sesuai
dengan bimbingan Tuhan dalam hatinya.
17 | P a g e
3. Keselamatan ada Tiga Tahap
Ada tahap permulaan, tahap pertumbuhan dan kemudian ada pengalaman akhir yang membawa
kita untuk hidup bersama Allah. Ada keselamatan dari rasa bersalah karena dosa, keselamatan
dari kuasa dosa, dan akhirnya, keselamatan dari kehadiran dosa.

4. Keselamatan Berlangsung Selama- lamanya


Ketika seseorang sungguh-sungguh diselamatkan, keselamatannya itu berlangsung untuk
selama-lamanya. Hal ini benar oleh karena Allah telah menjanjikannya; lebih dari itu, arti dari
kata-katanya; lebih dari itu, artidari kata-katanya menyatakannya juga. Keselamatan berarti
kelahiran baru. Pada waktu orang diselamatkan, ia lahir dari Allah. Ini merupakan suatu
pengalaman bagi setiap orang. Ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kita menerima
karunia hidup yang kekal, sebab kita sudah menjadi anak-anak Allah.

5. Keselamatan Disediakan Bagi Setiap Orang


Kasih Allah akan isi dunia ini membuat Dia mengirim Anak-Nya ke dunia. "Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal" Yohanes 3:16.

18 | P a g e
ETIKA KRISTEN

“Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di
mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di
bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri
bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang
duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama
dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang
durhaka)” (Kolose 3:1-6).

Walaupun Alkitab bukan sekedar daftar “perintah” dan “larangan”, namun Alkitab memberi kita
instruksi terinci mengenai bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang Kristen. Alkitab adalah
satu-satunya kitab yang kita perlukan untuk mengetahui bagaimana menghidupi kehidupan Kristen.
Namun demikian Alkitab tidak secara eksplisit menguraikan segala situasi yang kita akan hadapi
dalam kehidupan kita. Kalau begitu bagaimana Alkitab cukup? Di situlah Etika Kristen diperlukan.

Definisi Etika
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika Kristen adalah prinsip-prinsip yang disarikan dari iman Kristen yang menjadi dasar tindakan
kita. Walaupun Firman Tuhan mungkin tidak menyinggung dan membicarakan seluruh situasi yang
mungkin kita hadapi dalam kehidupan kita, prinsip-prinsipnya memberi kita standar yang harus kita
ikuti dalam situasi-situasi di mana tidak ada instruksi yang eksplisit.

Isu-isu Etika

1. Aborsi
Mazmur 139: 13-16: Engkaulah yang membentuk sejak aku bakal anak melindungi aku dalam
kandungan ibuku. Aku akan memuji-Mu karena tercipta dengan kedahsyatan dan keajaiban; Luar
biasa perbuatan tangan-Mu dan jiwaku benar benar mengetahuinya. Kerangkaku tiada tersembunyi
bagi-Mu saat aku dijadikan dalam kerahasiaan dan p enuh keahlian terekam pada bagian bumi yang
terbawah. Firman Tuhan di atas menerjemahkan bahwa aborsi berarti menentang Tuhan, apapun
alasannya.

2. Eutanasia
Terdapat beberapa macam eutanasia yang diaplikasikan sesuai dengan kejadian. Etika Kristen tidak
berdiri kaku dalam salah satu macam eutanasia, yaitu eutanasia pasif , secara moral benar (alinea
ke4, hal.205). Meninggalkan alat pendukung agar dapat mati secara wajar, tidak mengandung unsur
pembunuhan. Tidak beda dengan jaman sebelum ditemukannya alat pemacu jantung, dahulu orang
tidak dapat bertahan untuk jantung agar tetap berdenyut sebab tidak alat pendukung, sekarang
sudah ada, namun jika dilepas, fungsi jantung berhenti. Bukan karena kewajaran organ tubuh
bekerja tetapi dipaksa bekerja. Itulah mengapa dianggap wajar dan etika Kristen dapat bijaksana
menyikapi eutanasia pasif ini.

3. Hukuman Mati

19 | P a g e
Dalam suatu negara, aturan Hukuman Mati, pasti ada. Dalam aturan aturan yang Allah sabdakan
kepada Musa juga terdapat hukuman mati, jadi tatanan suatu negara membutuhkan hukum hukum
tertinggi, asalkan tidak jatuh kepada orang yang salah.

4. Perang
Akan sangat membingungkan jika dipertanyakan, secara etika Kristen, apakah perang itu bermoral?
Allah mempersiapkan bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian, Kanaan dengan tubuh yang
harus sehat, generasi baru yang kuat untuk siap perang mengusir tuan-tuan tanah, hamba-hamba
berhala. Ada bangsa yang harus ditumpas dengan perang sampai habis, sehabis habisnya atas
perintah Allah. Perang tidak haram bagi mata Allah.
Perang yang haram bagi Allah kita adalah apabila kita menciptakan perang diantara sesama umat
yang dikasihiNya, Allah benci akan hal itu, Ia memiliki perhitungan sendiri dan akan bertindak
sekehendakNya untuk mengadili orang orang yang memicunya.

5. Ketidaktaatan terhadap Pemerintah


Kita diminta untuk bersikap bijak dengan isu ini. Negara kita yang berdasarkan Pancasila pada
kenyataannya, pemerintah sendiri sering berpaling dari prinsip sila ke satu. Namun demikian kita
tidak bisa radikal dan bertindak gegabah, kita harus luwes dan pandai memainkan peran kita dititik
tersebut. Sikap Daniel dapat menjadi radikal, namun halus dan berwibawa oleh kepandaian
hikmatnya melobi sikapnya, walau raja sendiri kalah oleh titah yang keluar dari mulutnya, sebab
tersandung oleh seruan rakyat dan mentri mentri lain, namun Daniel tahu benar bahwa raja
menyayangingya. Daniel tidak mempengaruhi raja, namun dari sikap nya raja mengakui pendirian
Daniel yang luarbiasa itu.
Pemerintah adalah wakil Allah, mereka yang duduk dalam jabatannya adalah atas kehendak Allah,
jadi baik-baiklah kita bersikap.

6. Homoseksualitas
Allah membenci homoseksualitas, bukan berarti tidak pada heteroseksualitas. Kaum hetero yang
berzinah bukan dengan pasangannya, diluar nikah pun Allah benci. Jelasnya Tuhan menciptakan
pasangan “ADAM AND EVE not ADAM AND STEVE”

7. Pernikahan dan perceraian


Pernikahan itu adalah yang dikehendaki Allah, dan bukan berkali kali tetapi satu kali. Allah
menciptakan satu Adam dan satu Hawa, tidak dua Adam, satu Hawa atau sebaliknya. Ketika
mendapat puncak persoalan, mereka tidak pernah cerai, beratus tahun tetap bersama.
Pernikahan adalah kudus dan sakral, sebab itu pilihlah yang dikehendaki Allah, bukan kehendak
egois kita. Kita tidak dapat bercerai dari yang sudah disatukan kecuali mati.

8. Ekologi
Satu isu unik yang tidak terpikir tetapi sangat penting dan unik untuk dibahas. Kadang terlupakan
bahwa lingkungan yang benar, baik dan subur itu satu keharusan, sebab Allah sendiri menitahkan
untuk menjaga kesehatan lingkungan. Allah menetapkan sabat tanah pada tahun ke tujuh, karena
demi mensejahterakan generasi mendatang dan kelanggengan hidup bangsa pilihanNya sendiri.
Allah mengajar bahwa, lingkungan yang sehat akan menjadi kekayaan dan keuntungan kita juga
nantinya. Kita diajar untuk berpikir panjang, tidak “short”, dangkal. Begitu kita melanggarnya, kita
menuai akibatnya, kadar tanah yang minus, bencana alam, hasil bumi yang tipis, bahan makanan
yang tidak berkualitas, dan akhirnya penyakit penyakit baru yang mematikan banyak muncul. Jika
kita berani dan bertindak dari merenung dan melakukan awal yang baik kembali, memulai dari
lingkungan kecil kita, itu akan memberkati yang lainnya.

Dengan menggunakan prinsip-prinisp yang kita temukan dalam Alkitab, orang-orang Kristen dapat
menentukan jalan yang harus ditempuh dalam situasi apapun. Dalam kasus-kasus tertentu ini
merupakan hal yang sederhana, seperti peraturan hidup yang terdapat dalam Kolose 3. Dalam
kasus-kasus lain kita perlu menggali lebih dalam. Roh Kudus mendiami setiap orang percaya dan
bagian dari peranan-Nya adalah mengajar bagaimana seharusnya kita hidup: “Tetapi Penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan
segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu” (Yohanes 14:26). “Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu
terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana
pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta
20 | P a g e
—dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di
dalam Dia” (1 Yohanes 2:27). Dia akan menunjukkan kita prinsip yang kita perlu pegang dalam
situasi tertentu.

Walaupun Firman Allah tidak membicarakan segala situasi yang kita hadapi dalam hidup kita,
Firman Allah cukup untuk kita menghidupi kehidupan Kristen. Untuk kebanyakan hal kita tinggal
melihat apa yang dikatakan Alkitab dan mengikuti arah yang diberikan. Dalam kasus-kasus di
mana Alkitab tidak memberi petunjuk yang eksplisit untuk situasi tertentu, kita perlu melihat
prinsip yang melatarbelakanginya. Sekali lagi dalam kasus-kasus tertentu itu merupakan hal yang
mudah. Kebanyakan dari prinsip yang orang-orang Kristen ikuti adalah cukup untuk hampir semua
situasi. Dalam kasus yang langka di mana tidak ada petunjuk Kitab Suci yang eksplisit maupun
prinsip yang jelas, kita perlu bersandar kepada Allah. Kita mesti membuka diri kita kepada Roh-
Nya. Roh Kudus akan mengajar kita dan menuntun kita dalam Alkitab untuk mendapatkan prinsip
yang kita perlu pegang sehingga kita dapat berjalan dan hidup sebagaimana layaknya orang
Kristen.

21 | P a g e
HUBUNGAN IMAN KRISTEN, IPTEK DAN SENI

Dewasa ini perkembangan zaman dapat dikatakan sangat begitu pesat. Semua sektor kehidupan
mengalami perkembangan, semuanya itu menuju ke pembaharuan yang belum ada sebelumnya
maupun perkembangan dari sebelumnya. Karena manusia merupakan satu-satunya ciptaan Allah
yang termulia, maka manusia memiliki akal budi, yang diberi amanat untuk berkuasa serta
mengembangkan bumi dan isinya.

Pelaksanaan amanat itu diawali dengan kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan sendiri oleh
manusia, dari sana manusia memperoleh pengetahuan serta dapat menghasilkan seni. Hal itu
mulanya ditujukan untuk bertahan hidup, seperti bercocok tanam, berternak, dan belum
menunjukan adanya usaha untuk mengembangkan semuanya itu secara maksimal.

Ilmu pengetahuan, merupakan langkah manusia untuk berkembang menuju kemajuan, dengan cara
mengidentifikasikan benda-benda/ proses dalam alam secara objektif.
Kebudayaan dan seni merupakan prestasi atau hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam alam ini.
Kemampuan untuk berprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya ada pada manusia
yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Alfred North Whitehead(1861-1974) menyatakan agama dan iptek merupakan dua kekuatan yang
besar di dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia. Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan
teknologi dapat saling menopang satu sama lain, sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana
seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaran-ajaran fundamental dalam agama yang dapat
menggoyahkan iman percaya Kristen. Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang
diakibatkan oleh ilmu pengetahuan. Alkitab yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-
orang yang yang tidak sama cara pemikirannya dari zam an ke zaman.
Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan adalah, iman tidak harus bersaing dengan
penjelasan ilmu, iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dibantu dengan pemikiran:
bagaimana mungkin suatu ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya (Allah) yang telah menjadikan
segala sesuatunya ada sebelum manusia ada.

Alkitab Dan IPTEKS

1. Sumber IPTEKS adalah Allah


Alkitab mengatakan “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang
yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Amsal 1:5). Dari ayat ini kita bisa lihat
bahwa Allah sebenarnya menghendaki kita manusia untuk terus mengembangkan diri,
menambah ilmu dan pengertian. Hal I ni berarti bahwa kita tidak perlu menjauhi IPTEKS tapi
justru terus mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.

2. IPTEKS dalam Alkitab


Secara filosofis, setelah kejatuhan ke dalam dosa, ide dan pemikiran manusia selalu dipengaruhi
oleh dua hal: manusia dengan ide dan pemikiran yang telah dipulihkan oleh Allah atau ide dan
pemikiran yang tetap dalam dosa. Dua pengaruh ini aka n tampak terlihat pada tujuan dan
karya-karya manusia dalam IPTEK.

22 | P a g e
Allah mendorong IPTEKS yang mempermuliakan diri-Nya:
 Dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh membuat kapal
untuk menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air bah dan kebobrokan
moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun bahan telah ditentukan
oleh Allah (Kej 6:14-15).
 Ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9), Allah sendiri telah
menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci
tersebut (Kel 25:1-27:21). Kemudian kita membaca bahwa kemuliaan Allah memenuhi
Kemah Suci tersebut (Kel 40:35).
 Tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7-8). Dari contoh-contoh
di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi ataupun menutup segala
perkembangan IPTEK. Kita pun melihat dalam contoh-contoh ini bahwa setiap teknologi
selalu di kaitkan dengan keselamatan dan maksud Allah terhadap manusia dan dunia.

Allah menentang setiap penciptan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok,
ataupun bangsa. Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
 Ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang ditentang bukanlah pendirian
kota dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang mencari nama dan ingin menyamai
Allah (Kej 11:4).
 Kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat menyebabkan dia banyak
mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan berhala (1 Raj
11:1-13).
 Ketika murid-murid menunjuk pad bangunan Bait Suci, Yesus mengatakan bahwa
bangunan tersebut akan diruntuhkan (Mat 24:1-2).
 Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang dibangun selama
empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yoh 2:16).

3. IPTEK bagi kemuliaan Allah


Keluaran 35:30-36:1 mencatat bahwa Allah menunjuk orang-orang yang telah dipilih-Nya
untuk membuat segala keperluan untuk membangun bait Allah. Kemudian Allah
memperlengkapi mereka dengan segala keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala
pekerjaan untuk membuat segala rancangan tentang bait Allah. Allah memberikan Rohnya
untuk membuat mereka mampu menyelesaikan pembangunan bait Allah seperti yang
difirmankan-Nya (ayat 31). Melalui ayat ini kita tahu bahwa sumber segala pengetahuan dan
keahlian adalah Allah. Dan semua itu dipakai untuk melakukan kehendak-Nya (Kel 36:1).

Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal sejarah manusia.
Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai gambar Allah dan sebagai
pribadi yang berakal budi. Allah sendiri adalah pencipta alam semesta, pendorong dan pencetus ide
terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa Yesus sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia
adalah seorang yang mengerti pondasi dan mekanika tanah (Mat 7:24-27). Allah tidak pernah
membatasi daya cipta dan kreasi manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan
tujuan penciptaan IPTEK dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-
pandangannya terhadap Allah, manusia dan alam semesta.

HASIL-HASIL IPTEK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA


Secara ringkas dapat disebutkan hasil positip dan hasil negatip dari IPTEK. Secara positip, hasil
dan penemuan teknologi telah banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi umat manusia.
Bila pada masa lalu seorang perencana bangunan bertingkat memerlukan berhari-hari ataupun
berbulan-bulan dalam melakukan perhitungan-perhitungan struktur, kini dengan bantuan software
bisa dilakukan dengan waktu kurang dari seminggu dalam kondisi ketelitian dan ketepatan yang
jauh lebih tinggi. Demikian pula perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran telah banyak
membantu analisis dan penangan pasien secara lebih tepat dan cermat.

Dengan perkembangan video, TV, antene parabola, satelit komunikasi, komunikasi antarkota,
antarpulau dan bahkan antarbenua bukan merupakan suatu kesulitan yang besar. Penginjilan pun

23 | P a g e
dapat dilakukan dengan mudah memakai hasil-hasil teknologi tersebut. Revolusi dalam teknologi
transportasi seperti pesawat terbang, kereta listrik, kapal laut ataupun perkembangan mobil, telah
memungkinkan suatu perjalanan yang cepat, aman dan nyaman. Dunia rumah tangga juga
mengalami terobosan teknologi yang revolusioner, alat dapur, mesin cuci sampai pemotong rumput
telah banyak membantu manusia dalam menghemat waktu dan tenaga dalam tugas-tugas rumah
tangga.
Namun demikian harus pula kita akui bahwa di samping keuntungan-keuntungan kita dapati pula
kerugian-kerugiannya dari hasil perkembangan IPTEK. Beberapa krisis yang dapat timbul,
misalnya, sebagai dampak IPTEK adalah:
Pertama, krisis sosial-ekonomi. Perkembangan teknologi yang cepat akan memacu para produsen
untuk terus mengadakan pembaruan terhadap produknya agar mereka bisa menguasai pasar dan
memiliki daya saing yang kuat di pasaran. Ambil contoh suatu produk komputer dan software pada
IBM-PC, hampir setiap tahun mereka selalu menawarkan pembaruan dan produk baru. Akibatnya,
masyarakat mau tidak mau juga harus dipacu untuk terus hidup mengikuti perkembangan
teknologi. Untuk mengikuti perkembangan teknologi perlu suatu biaya yang tidak kecil, sehingga
hanya mereka yang memiliki finansial yang kuat sajalah yang akan dapat mengambil manfaat dari
perkembangan teknologi tersebut. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga banyak mengurangi tenaga
manusia untuk diganti dengan tenaga mesin, sehingga krisis pengangguran menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari suatu era teknologi.
Kedua, krisis media. Kemajuan dalam setiap produk teknologi telah memungkinkan nilai-nilai
yang amoral seperti ide-ide pornografi, kekejaman dan sadistis dapat disalurkan dan dinikmati
melalui TV, video, disket komputer dan lain-lain, secara sempurna. Kenyataan ini secara tidak
langsung telah menawarkan model-model keriminalitas dalam suatu masyarakat, sehingga mereka
didorong melakukan hal yang sama, sehingga, bukanlah hal yang mustahil bila masyarakat
memasuki "nilai-nilai" yang disesuaikan dengan teknologi yang ada. Sebagai contoh, hubungan
seks tanpa nikah saat ini merupakan hal yang normal bagi masyarakat karena mereka banyak
melihat model baik melalui koran, televisi ataupun film, baik dari luar maupun dalam negeri.
Lebih dari itu televisi menjadikan manusia memiliki hobi baru, yaitu sebagai penonton; sedangkan
waktu-waktu untuk berdoa, bekerja menjadi terabaikan karena acara-acara televisi lebih menarik
perhatian.
Ketiga, krisis mental. Manusia menjadi egois, tak pernah memperhatikan orang lain, memburu
kemewahan dan kekayaan, memandang rendah agama. Mentalitas lain yang berkembang dalam era
teknologi saat ini adalah mental kompromi, suatu mental yang menginginkan berpijak pada dua
dunia sekaligus. Mentalitas yang menerima dan berbuat kenyataan yang salah meskipun dia
mengetahui hal itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran. Inilah suatu era di mana banyak
orang Kristen kehilangan wajahnya sebagai orang percaya!

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa meskipun IPTEK terus berkembang dan moral
masyarakat terus merosot namun sifat dasar mereka masih tetap sama dengan apa yang dikatakan
oleh firman Allah. Ide dan produk manusia dalam era IPTEK ini tetap berada dalam dialektis dua
pengaruh, pengaruh kebenaran dan ketidakbenaran, pengaruh kesucian dan dosa, tesis dan antitesis,
sehingga relevansi Alkitab tidak pernah pudar, sebagaimana perkataan Tuhan Yesus, "Langit dan
bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (Luk 21:33).
Dalam menghadapi perkembangan IPTEK dan pengaruhnya, sikap Yesus kiranya menjadi model
dari iman Kristen dalam menghadapi pembaharuan dan perubahan. Yesus dalam menghadapi
zaman tidak pernah kembali ke belakang, Ia selalu berpandangan ke depan, dan menerima
perubahan dan pembaharuan (Mat 9:16-17). Namun pandangan dan perbuatan Yesus tidak pernah
mengubah kebenaran Allah dan kompromi terhadap pandangan dunia.
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap kristiani yang
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia sebagaimana tertulis
dalam Kejadian 1:28. Pengaruh tersebut makin diperlukan dalam menghadapi era IPTEK saat ini,
sehingga hal ini menjadi tanggung jawab setiap ilmuwan Kristen. Lebih dari itu iman Kristen harus
merupakan penyaring segala ide IPTEK yang bertentangan dengan iman Kristen.
Gaya hidup kristiani harus mempunyai sikap selektif, menahan diri untuk memilih dan memiliki
produk-produk teknologi, agar tidak jatuh ke dalam sekularisme dan teologi kemakmuran. Lebih

24 | P a g e
dari itu, hidup kasih, yang makin ditinggalkan oleh manusia era IPTEK ini, pada kenyataannya
justru makin diperlukan dan makin membawa kesejukan bila diterapkan pada masa kini.

KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA

I. Pengertian Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar umat
beragama dalam masyarakat multikultural sehingga umat beragama dapat hidup rukun, damai &
berdampingan.
Definisi kerukunan hidup antar umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

II. Makna Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Kerukunan mengandung makna hidup dalam kebersamaan. Oleh karena itu, dalam usaha membina
kerukunan hidup bangsa kita yang menganut berbagai agama dan kepercayaan itu, kita harus
berusaha membangun semangat dan sikap kebersamaan di antara penganut berbagai agama dan
kepercayaan di kalangan bangsa kita

Nilai kerukunan hidup antar umat beragama di pandang dari aspek sosial-budaya menempati posisi
yang sangat sentral, penting dan strategis bagi kesatuan bangsa Indonesia untuk menjadi perekat
kesatuan bangsa yang sangat handal. Melalui ikatan semangat kerukunan hidup antar umat
beragama akan mampu membangun atau memperkokoh persatuan masyarakat Indonesia yang
tersebar di berbagai daerah dan pulau menjadi sebuah komunitas negara kesatuan yang sangat solid.
Tanpa ikatan semangat kerukunan hidup antar umat beragama, masyarakat Indonesia akan sangat
rentan, rapuh dan hidup dalam suasana yang tidak nyaman karena penuh dengan rasa kecurigaan,
ketegangan, dan bahkan akan sering muncul konflik-konflik kekerasan yang berkepanjangan. Oleh
karena itu, solidaritas, kerjasama dan kerukunan hidup antar umat beragama diperlukan agar
terciptanya kedamaian, ketentraman, dan tidak ada pertentangan antar umat beragama.

III. Pandangan Kristen Mengenai Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Mengenai nilai - nilai kerukunan yang terdapat dalam umat Kristen yang perlu diingat yaitu
terciptanya kesatuan pelayanan bersama yang berpusat pada kasih Kristus. Di depan kita ada
kebhinekaan masyarakat, pluralisme agama, kemiskinan maupun kekayaan yang dapat
mengganggu iman dan kepercayaan seseorang. Kita sadar bahwa banyak masalah - masalah yang
dihadapi, namun kita harus bersyukur bahwa sudah banyak masalah yang dapat diselesaikan walau-
pun hasilnya belum memuaskan. Karena situasi umum masyarakat kita kompleks dan menantang,
begitu juga situasi kekristenan yang memprihatinkan karena berkaitan dengan pertumbuhan baik
yang bersifat kuantitas maupun kualitas yang semu. Oleh karena itu perlu lebih kritis dalam menilai
pertumbuhan yang bersifat ke dalam, artinya berkaitan dengan gereja - gereja, agar jangan terlalu
gegabah untuk mengatakan sudah banyak yang kita perbuat dalam kesatuan pelayanan. Di samping
itu kita dituntut bersama atas misi yang sama terhadap pelayanan bagi masyarakat untuk menjadi
berkat bagi setiap orang. Kita perlu menjadi teladan berbuat baik dalam bermasyarakat sehingga
misi Kristus akan tergenapi. (Galatia 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita,
marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman).

Kesatuan pelayanan itu didasarkan atas ketaatan dan kesetiaan kepada misi yang dipercayakan
sebagai umat yang satu dan yang menerima tugas yang satu, dari Kristus untuk dunia.

25 | P a g e
IV. Nilai – nilai Yang Perlu Dikembangkan Untuk Menjalin Kerukunan Hidup Antar Umat
Beragama

1. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya;


2. Saling menghormati, menghargai dan bekerja sama antara pemeluk agama, antara berbagai
golongan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah yang sama - sama
bertanggung jawab membangun bangsa dan negara;
3. Saling tenggang rasa dengan tidak memaksakan agama kepada orang lain;
4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban setiap manusia, tanpa
membedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan
lain-lain;
5. Saling menolong dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

V. Fungsi Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

1. Menjaga ketentraman masyarakat;


2. Saling menghormati antar umat beragama;
3. Mencegah terjadinya pertentangan antara agama yang satu dengan yang lainnya;
4. Mempersatukan perbedaan antar umat beragama.

VI. Sikap - sikap Antar Umat Beragama

1. Sikap Eksklusivisme : sikap yang hanya mengakui agamanya yang paling benar dan baik.
2. Sikap Inklusivisme : sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu - satunya jalan menuju
keselamatan. Misalnya agama Kristen dapat mengakui keberadaan agama lain tetapi
keselamatan hanya melalui YESUS KRISTUS.
3. Pluralisme : sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain sebagai agama
yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti ini, maka
tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerja sama
dalam rangka kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan. Pluralisme bangsa
Indonesia merupakan keunikan serta kekayaan yang harus disyukuri. Hidup dalam
masyarakat bangsa yang pluralis dangan sendirinya menuntut sikap toleransi serta
solidaritas yang tinggi dan hal itu menghasilkan suatu dunia baru dimana masyarakat
menjadi sangat heterogen dalam suatu wilayah tempat tinggal, maka solidaritas dan
toleransi telah menjadi syarat utama dalam membangun kehidupan bersama.
4. Fundamentalisme agama adalah suatu sikap hidup beragama yang militan, yang juga tidak
menghendaki idiologi - idiologi lain hidup di sampingnya karena nilai-nilai kebenaran
hanya ada pada dirinya.

Kerukunan Ditinjau dari Sudut Pandang Pancasila dan UUD 1945

Titik pijak dari pengembangan kerukunan adalah Pancasila dan pembukaan UUD 1945
yang dituangkan dalam sila ke 5 tentang “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ” dan
UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 mengatakan tentang:
1. Negara berdasarkan ketuhanan yang maha esa,
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap - tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing -
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pluralis dari segi suku, agama dan budaya kita.
Berbagai arus pemikiran modern, setiap agama berbulat dengan persoalan adaptasi, dialog
sekaligus identitas. Disatu pihak agama harus berakar pada sejarah dan tradisi, tetapi agama harus
membuktikan diri sebagai kekuatan atau gerakan liberatif yang terbuka terhadap dialog dan kerja
sama. Sikap pluralisme menjadi jembatan terciptanya toleransi, persaudaraan dan persahabatan
antarumat beragama, antar suku dan bangsa.

26 | P a g e
Kerukunan Ditinjau dari Sudut Pandang Agama Kristen

Dalam 1 Korintus 1:10-18; 3:9 menguraikan tentang nasehat kepada jemaat yang realitas
hidupnya pengakuan terhadap golongan masing - masing sebagai suatu tindakan yang menunjukan
keduniawian dan kemanusiaan.
Nasehat kepada jemaat di Korintus memberi gambaran pada suatu konteks kehidupan
bangsa dan negara. Salah satu ciri khasnya adalah negara yang majemuk dengan perbedaan yang
dimiliki, bukanlah menjadi suatu alasan atau wadah untuk menciptakan dan melahirkan satu
perpecahan dalam kehidupan beragama dengan cara saling mempersalahkan atau menggangap
bahwa agama yang diyakininya yang paling benar sementara agama lain adalah salah, tetapi
hendaklah keberagamaan atau perbedaan yang ada dipahami sebagai suatu anugerah dalam
mewujudnyatakan serta menyampaikan kabar keselamatan dan karya-NYA dalam dunia.
Dengan demikian ada keseimbangan antara kerukunan antar umat beragama dengan
pemerintah yang dilihat sangat bergantung pada pemahaman dan penataan yang benar mengenai
hubungan antar agama dan negara dimana inrelasi antara agama dan negara dirumuskan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan kedua - duanya melaksanakan fungsi mereka masing - masing
seoptimalnya.
Jadi orientasi yang seharusnya dipegang baik oleh agama dan negara dalam membina
kerukunan antar umat beragama adalah bagaimana melayani TUHAN dan bagaimana melayani
umat sebaik - baiknya.
Dialog merupakan bentuk yang hakiki dari manusia sebagai makhuk sosial. Jadi dialog
antar umat beragama merupakan suatu temu wicara antara 2 pembicara, antara dua atau lebih
pemeluk agama yang berbeda untuk mengadakan pertukaran pendapat atau nilai dan informasi
keagamaan pihak masing - masing untuk mencapai bentuk kerja sama dalam semangat kerukunan.
Dengan demikian, kehidupan Bangsa dan Negara yang memiliki keanekaragaman agama
yang diwarnai dengan kesadaran tentang rasa saling menghargai, mengasihi, memberi dan
menerima satu dengan yang lain dan akan melahirkan suatu kehidupan yang harmonis dan tentram
untuk kehidupan bersama.

27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai