Anda di halaman 1dari 12

Yesus Sebagai Juru Selamat

Disussun Oleh

Pipit Hastari Budiarto/ 01555-1

PROGRAM STUDI TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MORIAH GADING SERPONG

2021/2022
Pendahuluan

Dalam dunia ini, khususnya di Indonesia terdapat banyak kepercayaan dan keyakinan
dari setiap masing-masing orang. Setiap kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki setiap orang
berbeda-beda dan kepercayaan itu dipegang dengan erat oleh setiap mereka yang menganutnya.
Dalam kepercayaan dan keyakinan tersebut munculah agama didalamnya. Agama merupakan
suatu hal yang dimana merupakan kebutuhan umat manusia untuk dapat mengenal Tuhan yang
akan menjadi tempat pemujaan dimana merupakan kebutuhan dari ciptaan untuk mengenal Sang
pencipta untuk disembah sehingga ciptaan juga dapat mencari keselamatan dari Sang pencipta
tersebut.
Menurut Zakiah Darajat mengungkapkan bahwa agama sebagai suatu perasaan dan
pengalaman bani insan secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan
apa yang dipandangnya sebagai Tuhan atau Sang Pencipta. Dengan kata lain agama dapat
diartikan suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal
memegang peraturan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup dan
kebahagiaan kelak.
Aspek-aspek pokok yang terkandung dalam suatu agama: pertama, agama adalah sistem
credo (tata keimanan atau tata keyakinan) terhadap adanya sesuatu yang mutlak. Kedua, agama
adalah satu sistem ritual (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu. Ketiga,
disamping merupakan credo dan sistem ritual, agama juga adalah suatu sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya.1
Dalam setiap agama masing-masing memiliki ajarannya dengan kepercayaannya yang
ada didalamnya yang dimana ketika seseorang terikat dengan agama tersebut maka ia akan
melakukan suatu hal yang berkaitan dengan agamanya tersebut. Agama mengikat dengan
ajarannya baik tentang aturan yang ada didalamnya dan juga keselamatan yang ditawarkan oleh
agama tersebut.
Keselamatan adalah suatu yang realita yang ada dibalik banyak frase yang berbeda dan
sering kali membingungkan dan menjadi salah satu dari tujuan yang bertantangan dengan agama-

1
Dr. Abbdullah Ali, Agama dalam Ilmu Perbandingan, Bandung: Nuansa Aulia, 2007, hlm 23-24
agama lain dan juga kesemalatan ini adalah suatu kebahagiaan kekal dalam pembenaran dan
pengudusan orang berdosa.2
Agama, seperti agama Islam, Hindu, Budha, dan Konghucu, terdapat banyak keselamatan
yang ditawarkan. Tetapi perlu diketahui bahwa agama Kristen adalah bertolak ukur dari
perkataan Yesus yang terdapat dalam Yohanes 14:6 bahwa “Yesus adalah Jalan satu-satunya
keselamatan itu”, namun terdapat agama lain yang mengatakan bahwa melalui agama mereka
dapat juga diselamatkan.
Keselamatan yang sesungguhnya adalah melalui Yesus Kristus, hanya melalui Dia
manusia memperoleh keselamatan itu dan masuk menjadi bagian dalam kerajaan surga dan
melihat Allah. Tapi jalan keselamatan yang dianut oleh agama Kristen ini menjadi suatu
pertantangan bagi agama-agama lain dan juga dapat dipertanyakan bahwa apakah benar
keselamatan itu hanya ada pada Yesus saja.
Ini merupakan suatu hal yang membuat agama lain tidak mau mengikuti ajaran Kristen
sebab mereka mengatakan bahwa ini adalah ajaran yang sesat. Karena mereka memiliki ajaran
dan kepercayaan tersendiri, begitu juga agama Kristen yang mempertahankan bahwa jalan
keselamatan hanya melalui Yesus dan tidak ada jalan lain selain melalui Yesus itu sendiri yang
telah menunjukkan jalan keselamatan melalui kematian dan kebangkitan-Nya.
Konsep keselamatan adalah suatu hal yang penting sekali untuk dijelaskan ditengah-
tengah dunia ini terkhususnya bagi Indonesia yang masih tidak ada kepercayaan mengenai
keselamatan yang dipegang oleh keselamatan. Misi adalah satu hal yang relevan untuk dilakukan
oleh setiap orang yang percaya kepada Yesus yang telah menyelamatkan manusia untuk
disampaikan kepada orang lain tentang jalan keselamatan hanya melalui Yesus Kristus yang
telah mati bagi manusia dan Dia telah menyelematkan manusia belenggu dosa.

Latar Belakang

Kehadiran Yesus Kristus di dunia bukan merupakan sebuah kebetulan. Kehadiran_nya


merupakan sebuah penggenapan nubuat yang telah Allah sampaikan kepada Adam dan Hawa.

2
Peter Kreeft dan Ronald K. Tacelli, Pedoman Apologetik Kristen, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000,
hlm 143.
Yesus Kristus hadir karena pengutusan dari sang Bapa, ia di kirim menjadi satu-satunya Juru
selamat bagi semua umat manusia yang berdosa. Di dalam kitab Yesaya 7:17, Tuhan
menyampaikan: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda (perawan) mengandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel.”, sedangkan di dalam
kitab Yesaya 9:5 juga ada tertulis, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera
telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada diatas bahu-Nya, dan nama-Nya disebut
orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Dan semuanya itu
telah dengan adanya kelahiran Yesus Kristus ke dunia.

Di dalam Yohanes 1:1,14 ada tertulis “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di
antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”. Ayat ini menjadi salah satu
ayat yang turut menjelaskan eksistensi Allah secara fisik dalam rupa manusia. Menjadi titik
berangkat penjelasan identitas Yesus itu sendiri, dalam Yohanes 14:6, Tuhan Yesus berkata
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku.” Dalam perkataan-Nya ini Yesus ingin menegaskan identitasnya sebagai sang
Juru selamat itu sendiri. Ia hadir untuk menjadi pendamai dan pengantara sabg manusia berdosa
dengan Bapa. Maka ayat ini seringkali menjadi dasar keselamatan bagi orang percaya.

Pembahasan

Identitas Yesus Kristus


Yesus Kristus adalah Allah yang sejati, pernyataan ini dapat dibuktikan dari beberapa
gelar yang terdapat dalam surat Ibrani 1:1-4. Hampir semua orang pernah mendengar tentang
Yesus Kristus, meskipun Ia hidup dibumi sekitar 2.000 tahun yang lalu. Namun banyak orang
yang merasa binggung tentang siapa sebenarnya Yesus itu.
(1) Pencipta, Ia adalah pencipta alam semesta dan tanpa Dia dunia ini tidak aka nada (Yoh.
1:3; Kol. 1:16). Kristus adalah Tuhan yang menciptakan langit (sorga) dan Bumi (Ibr.
1:10).3

3
Nursenta Dahlia Purba, Keilahian Yesus Kristus Dalam Surat Ibrani 1;1-4, Surabaya: STII, 2006, Hlm. 17.
(2) Kristus (Mesias). Di terjemahkan dari bahasa Ibrani mashiah yang berarti “diurapi”. Di
Israel istilah ini pertama digunakan untuk seorang raja, sebagai orang yang diurapi oleh
Allah. Kedua istilah ini di kenakan kepada seorang imam untuk melaksanakan tugas
seorang nabi yang diurapi. (Mat. 2:4; 24:5)
(3) Anak Daud. Pemakaian Sebutan ini pertama kali dipakai pada abad pertama sebelum
Kristus. Hal itu tercermin dalam Mazmur Salomo (Maz 17). Ketika muncul kekristenan
maka sebutan itu di kenakan kepada Yesus sebagai penggenap janji Tuhan.
(4) Tuhan (Yoh. 13:13). Sebutan Tuhan (kurios) digunakan untuk Allah atau ilah dan
pemerintah-pemerintah di Mesir, Yunani, dan Romawi. Sebutan ini di kenakan kepada
seseorang dengan maksud untuk menunjukkan kekuasaan bahkan status keilahian yang Ia
miliki.
(5) Anak Manusia (Mat 26:45). Sebutan ini yang dipakai dalam Alkitab terutama
Perjanjian Baru dapat diterjemahkan dengan “seseorang”. Sebutan ini dalam kitab
Yehezkiel dipergunakan lebih dari 90 kali, yang digunakan oleh Allah untuk menyapa
sang nabi sebagai manusia.
(6) Anak Allah (Ibr. 1:5). Sebutan ini sering digunakan dalam dunia Timur Tengah purba,
sebagai suatu penanda terhadap raja-raja pada waktu itu. Gelar Anak Allah ini biasanya
dikenakan pada waktu dilakukan ritus pengangkatan sebagai raja.4
Berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya, Petrus adalah rasul yang memiliki pengenalan
yang cukup baik tentang siapa Yesus Kristus. dalam Kis. 10:43, ketika ia berkhotbah kepada
sekelompok orang, dia mengingatkan mereka akan semua yang dikatakan para nabi tentang
Yesus. Tidak hanya itu, ia juga menyampaikan bagaimana keselamatan itu dapat mereka terima
(mengalami pembenaran di hadapan Allah) di dalam Yesus Kristus.
Dave Hagelberg memberikan pendapatnya tentang surat Ibrani ayat 1:1-2 yang dituliskan
sebagai berikut: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita dengan pengantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini
Ia telah berbicara kepada kita dengan pengantaraan anak-Nya yang telah ia tetapkan sebagai
yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta”,
Hagelberg berpendapat, dengan menggunakan kata “dalam berbagai cara” penulis surat Ibrani

4
Dr. Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan tentang Yesus. Bandung: Jurnal Info Media, 2008, hlm 129-
175
bermaksud menyatakan bahwa dahulu Firman Allah disampaikan melalui mimpi, pengelihatan,
beban para nabi, sejarah yang ditulis, berita dari malaikat dan lain sebagainya. Tetapi bagaimana
jika semua hal tersebut dibandingkan dengan pernyataan Tuhan Yesus, Firman Allah yang Hidup
dan pengajaran-Nya? Memang semua cara yang digunakan Allah tersebut mulia, namun tidak
sebanding dengan penyataan Allah sendiri sebagai Firman yang hidup, Yesus Kristus Tuhan
Kita.5
Kurang lebih 700 tahun sebelum kelahiran Yesus, Mikha telah menubuatkan peristiwa itu
dalam Mikha 5:1. Secara akal manusia kemampuan untuk mengetahui apa yang akan terjadi jauh
di masa yang akan datang adalah hal yang mustahil. Mikha dapat bernubuat demikian karena
Roh Allahlah yang memberitahukannya, karena pada masa Perjanjian Lama Allah berbicara
langsung kepada para nabi. Tidak hanya itu, Yesaya pun juga telah bernubuat dalam Yesaya 7:1,
“Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia akan
menamakan Dia Imanuel.” Dan masih banyak lagi ayat referensi yang menyatakan tentang
identitas Yesus Kristus, diantaranya: Matius 8:28-29; 16:15-17; 27:54, Lukas 1:35, Yoh. 5:23,
dan lain sebagainya.
Melalui hal ini penulis dapat mengetahui bahwa setiap cara yang digunakan Allah untuk
menyampaikan Firman-Nya kepada manusia, Ia selalu mereposisikan diri-Nya, hal itu
menunjukkan bahwa Allah berfirman bukan hanya dari singgah sana-Nya yang jauh, namun Ia
juga turun ke bumi, menyatu dengan keberadaan hidup manusia sebagai ciptaan-Nya, baik
kepada seseorang sebagai Pribadi atau sebagarai representasi umat. Identitas Yesus sebagai Allah
yang sejati, dapat dibuktikan karena ia memiliki sifat-sifat Allah sebagai berikut:
a. Maha Kuasa, hal ini bisa dibuktikan dalam pekerjaan yang Ia lakukan dan dicatat di
dalam Perjanjian Baru, yaitu:
- Menyembuhkan banyak orang sakit (Mat 9:27-30; 14:14,35-36; Yoh. 9:1-3, 6-7)
- Membangkitkan orang mati (Luk. 7:14-15; 8:54-44; Yoh. 11:43-44)
- Menakhlukkan Setan (Mat. 8:14; 12:22; Luk. 13:10-13)
- Mengendalikan alam semesta (Mat. 8:26-27; 14:24-43; 17:24-27, 21:18-19)
- Memelihara segala sesuatu di seluruh alam semesta (Kol. 1:17; Ibr 1:3)

5
Dave Hagelberg, Tafsiran Ibrani dari Bahasa Yunani. Bandung: Kalam Hidup, 2003, Hlm. 8
- Memegang segala kuasa atas bumi dan surga (Mat. 28:18; Yoh. 3:35; Ef. 1:20-22;
Flp. 2:9-11)
b. Maha Tahu, sifat ini bisa di lihat melalui beberapa ayat referensi sebagai berikut:
- Yesus mengetahui masa lalu manusia (Yoh. 1:47,48; 4:5-19; 11:3-14)
- Mengetahui pikiran manusia (Mat. 9:3-4; Mrk. 2:8; Luk. 6:7-8; Yoh. 2:24-25)
- Mengetahui masa depan manusia (Mat. 26:30-35, 74-75; Luk. 5:4-6,; 22:10-13; Yoh.
21:18)
- Mengetahui hal-hal yang tersembunyi (Mrk. 14:12-16; Yoh. 1:48)
- Ia adalah sumber hikmat dan pengetahuan (1 Kor 1:24; 2:7; Kol. 2:3)6
Tujuan Inkarnasi Yesus
Kata inkarnasi atau incarnation merupakan kata serapan dari bahasa Latin, yaitu in carne
yang memiliki secara harfiah “Di dalam daging”. Dalam konsep Inkarnasi Yesus, ia hadir ke
dunia dengan mengambil wujud yang lain yaitu manusia. Dalam kekristenan dan sejarah dunia
Inkarnasi hanya terjadi satu kali saja, yaitu hanya pada Yesus Kristus. Peristiwa ini nyata terjadi
pada saat penggenapan kelahiran Yesus melalui Rahim anak dara Maria.
Pemahaman Allah mengambil rupa sebagai manusia didasarkan kepada Kristologi
Kenosis Paulus, pada konsep ini Allah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa sebagai
seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia (Flp. 2:5-8). Ketika Allah menciptakan
Adam, ia menciptakannya segambar dengan Allah atau akrab didengar dengan Imago Dei (Kej.
1:26-27). Namun, karena pelanggarannya ia telah gagal menggenapi itu, karena dosa membuat
hubungan manusia dengan Allah menjadi terpisah. Selain itu pengenalan manusia kepada Allah
menjadi rusak total, oleh karena itulah Allah mengambil rupa sebagai manusia sebagai Pribadi
Yesus Kristus. Ia 100% Allah namun Dia juga 100% manusia. Jika Yesus mengambil rupa
sebagai manusia dan menanggalkan keilahian-Nya, Dia tidak akan bisa mengalahkan maut
karena akan melanggar natur-Nya yang kekal dan tak terbatas. Yesus datang ke dunia memiliki
tujuan agar manusia merdeka dari bayang-bayang maut sebagai hukuman atas dosa, Allah
berkehendak melalui kehadiran-Nya di dunia supaya citra manusia sebagai ciptaan dan
kepunyaan-Nya kembali utuh. Melihat inisiatif Allah ini, penulis dapat mengetahui bahwa Ia

6
Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati. Doktin-doktrin Alkitabiah Mendasar, Jakarta: Gereja Yesus Sejati, 2014,
Hlm. 120-121.
menunjukkan diri-Nya bukan kanya sekedar sebagai pencipta, melainkan sebagai pemelihara dan
juga penyelamat umat manusia.
Keselamatan Menurut Kristen
menurut pandangan agama Kristen bukan karena usaha manusia untuk mendapatkan
keselamatan itu, tetapi Yesus yang datang ke dunia ini yang dapat mengerakannya terhadap
manusia untuk mendapatkan keselamatan. Oleh karena itu manusia hanya menerima keselamatan
melalui Yesus.
Kekristenan adalah proses mengajar dan belajar. Allah mengajar kepada kita yang diajar
dan dididik. Sebagai hasilnya adalah dikembalikannya manusia kepada rancangan Allah semula.
Proses keselamatan ini juga sama dengan menemukan kumuliaan Allah yang hilang. Manusia
menemukan apa yang kurang atau hilang yang sebenarnya dibutuhkan dari segala hal. Untuk
mewujudkan keselamatan atas manusia, Allah memberikan kuasa kepada mereka yang
meneriman-Nya, supaya menjadi anak-anak Allah. Dari pihak manusia keselamatan harus
dipahami sebagai perjuangan melawan kodrat dosa di dalam dirinya.7 Keyakinan bahwa untuk
menyelamatkan manusia yang berdosa dengan menghapuskan dosa mereka dan mendamaikan
diri mereka dengan Allah, Yesus Kristus telah mati disalibkan sebagai pengganti semua manusia
lainnya.
Bagi orang Kristen, ini adalah jalan keselamatan satu-satunya yang paling
realistik (berhubung, menurut akidah Kristen, manusia tak memiliki daya apapun untuk
menyelamatkan diri mereka sendiri) yang disediakan Allah di bawah kolong langit bagi seluruh
umat manusia sehingga harus diberitakan dan diperkenalkan kepada seluruh umat manusia (atau
kepada segenap bangsa di dunia) demi mengubah dunia dan seluruh umat manusia (kegiatan
pemberitaan keyakinan nomor dua inilah yang disebut gereja sebagai pemberitaan injil atau
evangelisasi).
Dalam keselamatan agama Kristen terdapat juga Kasih Karunia Allah. Kasih karunia
adalah kemurahan yang diterima tanpa bekerja. Dalam keselamatan, kasih karunia adalah
kebaikan hati Allah yang mendorong Dia untuk menyatakan kemurahan kepada manusia yang
tak layak. Semua orang yang berbuat dosa seharusnya menerima hukuman. Mereka tidak pantas
menerima pengampunan karena kertidaktaatan mereka kepada Allah. Tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada menusia dengan mengutus Yesus Kristus untuk mati sebagai pengganti

7
Dr. Erastus Sabdono. Keselamatan Di luar Kristen. Jakarta: Rehobot Literature, 2016, hlm 4-5.
mereka. Karena kasih karunia Allah, Ia mengutus Anak-Nya untuk menanggung hukuman
karena dosa mereka, melepaskan mereka dari kuasanya dan memandang mereka seolah-olah
tidak pernah berbuat dosa.8

Yesus Satu-satunya Jalan Keselamatan


Keselamatan melalui Yesus memang mendatangkan persoalan dengan agama lain yang
harus diatasi. Namun selain mengatasi persoalan ekstern tersebut, ternyata dikalangan Kristen
sendiri klaim mengenai finalitas keselamatan melalui Yesus yang menjadi pokok perdebatan
juga yang sangat sengit. Sebab di dalam univrsilitas dan Partikularitas Kristus yang dipegang
kuat oleh penganut eksklusivisme, pada umumnya dianut oleh kelompok injili yang mengklaim
bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Implikasinya ialah mengakui bahwa
tidak ada keselamatan diluar Tuhan Yesus, serta menolak jalan keselamatan apapun selain jalan
keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus saja. Banyak orang yang seringkali keliru dalam
memilih jalan keselamatan, persis yang tertulis dalam Amsal 14:12 “Ada jalan yang disangka
lurus, tapi ujungnya menuju maut.”, padahal Yesus sendiri sudah cukup jelas menyatakan, bahwa
tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Dia. “Akulah Jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh.
14:6), Dalam Kis. 4:12 juga dikatakan, “Dan Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Dari ayat-ayat tersebut penulis dapat belajar,
bahwa jika seseorang percaya pada jalan lain selain Yesus Kristus untuk mendapatkan
keselamatan maka orang tersebut telah salah jalan.
Menurut Aristoteles kebenaran itu hanya satu, bukan banyak atau plural. Dalam
penyataan umum atau teologi natural tidak bisa menghasilkan pengenalan Allah yang
menyelamatkan, sedangkan penyataan khusus merupakan penyataan Allah melalui Tuhan Yesus
Kristus untuk menyelamatkan manusia berdosa. Hal ini ini sangat kontras dengan kaum
pluralisme. Tetapi mereka hanya melihat baiknya penyataan umum maupun penyataan khusus
adalah identik dalam segala arti dan makna saja.9

8
David D. Duncan. Hidup dalam Kristus: Suatu Perjalanan Mengenai Keselamatan. Malang: Gandum
Mas, hlm 17.
9
Pdt. Dr. Stevri Indra Lumintang, Theologi Abu-Abu Pluraslisme Agama, Malang: Gandum Mas, 2009,
hlm 203.
Dari sudut pandang Allah, keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam membawa
manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran, dari kematian ke kehidupan kekal. Dari sudut
pandang manusia keselamatan mencakup segala berkat yang berada di dalam Kristus, yang bisa
di peroleh dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. keselamatan bersifat
perorangan, nasional dan dunia semesta. Keselamatan itu berpusat pada Pribadi yang paling
besar, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.10
Tidak seorangpun dapat diselamatkan hanya dengan perbuatannya yang baik di dunia ini,
tetapi dengan iman yang menyelamatkan.11 Kita percaya Tuhan Yesus bukan karena Ia adalah
Orang yang saleh, Guru yang agung atau Manusia yang sempurna, tetapi karena Ia adalah
Juruselamat yang satu-satunya. Dalam sejarah manusia hanya Yesuslah Juruselamat.12
Berbicara tentang karya penyelamatan yang Yesus kerjakan, tidak lepas dari sifatnya
yang adil namun juga pengasih dan juga pengampun. Melalui sejarah umat Israel yang panjang,
dalam Perjanjian Lama kita dapat mengetahui sifat bangsa Israel yang keras kepala, tegar
tengkuk, dan seringkali berpaling ke illah lain, akan tetapi Tuhan selalu sabar dalam menghadapi
umat pilihan-Nya itu. (Hos. 4; Ul. 4:37;7:8 dan seterusnya). Pada masa sekarang orang percaya
perlu memahami, bahwa sifat kasih yang terdapat dalam pribadi Allah tidak disebabkan oleh
karakteristik manusia, namun sifat kasih ini karena murni kehendak Allah. Dalam sisi yang lain
ada terdapat sifat-sifat Allah yang dinyatakan dalam Alkitab sehubungan dengan sifat kasih atau
terlihat serupa dengan sifat kasih, yaitu diungkapkannya sifat Allah yang masih menahan murka-
Nya atau sabar, penuh belas kasihan, maupun sebagai pribadi yang berlimpah kasih karunia.
Ketiga hal tersebut dianggap serupa sebagai wujud kasih Allah dalam Pribadi Yesus. Dan hal-hal
tersebut telah direalisasikan Yesus Kristus dengan merendahkan diri-Nya dan menjadi manusia
bahkan Ia juga telah rela menyerahkan nyawanya untuk menebus manusia. (1 Yoh. 3:16).13 Oleh
karena penumpahan darah Kristus manusia diampuni, sebab tanpa penumpahan darah tidak ada
pengampunan (Ibr. 9:22) dan oleh karena pengorbanan-Nya kita dibenarkan oleh Allah (2
Kor.5:21). Konsep kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan pusat dari jalan
yang harus ditempuh Allah untuk menyelamatkan manusia.

10
Dr. Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, Yogyakarta: ANDI, 1991, hlm 15.
11
Kalis Stevanus. Jalan Masuk Kerajaan Surga: Bagaimana Mangetahui Bahwa Anda Sudah Selamat.
Salatiga: Widya Sari Press, 2014, hlm 37.
12
Dr. Peter Wongso. Soteriologi: doktrin Keselamatan. Malang: SAAT, 1991, hlm 91.
13
Herman Bavinck, Dogmatika Reformed, Surabaya: Momentum, 2006, Hlm. 109-110
Dalam Perjanjian Baru pengampunan menggunakan kata aphesis yang dapat
diterjemahkan sebagai memisahkan sesuatu. Ketika manusia mendapatkan pengampunan dari
Allah, maka dosa akan dijauhkan dari manusia karena sifat Allah yang Kudus. Pengampunan dan
pembenaran akan diterima ketika manusia beriman kepada Yesus dan mengalami pertobatan
yang sejati.14
Inti dari semuanya itu ada hal yang harus kita pahami tentang Yesus sebagai Juru
Selamat ialah bahwa Yesus menyelamatkan manusia dari dosa. Lalu apa saja keuntungan bagi
orang yang beriman kepada Yesus? Beberapa keuntungannya sebagai berikut:
- Yesus menyelamatkan manusia dari hukuman dosa (Mat. 25:46; Luk. 16:19-31; Wah.
20:11-15). Dalam beberapa ayat referensi tersebutbisa dipelajari, bahwa di sana ada
satu tempat hukuman yang mengerikan untuk selama-lamanya bagi setiap orang yang
menolak jalan Tuhan. Ysus mati di atas Kayu Salib dan menderita menggantikan kita
sebagai orang berdosa sehingga kita tidak harus menanggung penghukuman atas dosa
kita.
- Yesus menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Ketika seseorang memutuskan untuk
menjadi orang percaya, maka Yesus menaruh Roh Kudus ke dalam hati orang
Kristen. Dengan demikian, mereka mendapat kemenangan atas dosa karena kuasa
Yesus ada di dalam diri mereka (Flp. 4:13). Roh Kudus berfungsi sebagai penghibur
dan penolong yang mengarahkan manusia kedalam kebenaran dan juga mengajarkan
kita segala kebenaran (Yoh. 14:26)
- Yesus menyelamatkan kita dari perbuatan dosa. Manusia pada dasarnya mencintai
dosa. Terlebih orang yang di luar Kristus atau tidak mengenal Allah mereka suka
melakukan kejahatan (berbohong, membunuh, mencuri, seks bebas dll.). Namun
berbeda dengan orang yang sudah dibenarkan di dalam Kristus, mereka akan menjadi
pribadi yang memiliki hati nurani baru, dan rindu melakukan kehendak Allah dalam
hidupnya.
Setiap orang yang telah menerima keselamatan dari Kristus, tentu saja memiliki tanggung
jawab kepada Allah, yaitu menjalankan keselamatan itu dengan sebaik-baiknya dengan
melanjutkan misi Allah untuk mengalahkan penguasa Dunia, dengan menjadi terang dan damai
melalui keberadaan setiap orang percaya.

14
Christopher Luthy, Catatan Teologi Sistematika III, Makasar: STT Jaffray, 2019, Hlm. 25
Kesimpulan

Karena dosa bersifat universal, maka pada dasarnya manusia itu menyukai dosa. namun
manusia tidak mampu melakukan penyelamatan atas dirinya sendiri, maka mereka memerlukan
pribadi yang membebaskan mereka dari belenggu dosa, dan yang mampu melakukan misi
penyelamatan tersebut adalah Yesus Kristus. Bapa berinisiatif mengutus Anaknya yang Tunggal
sebagai jalan pengembalian citra manusia yang sudah rusak dengan harapan mereka bisa kembali
kepada kebenaran Allah dan menjadi bagian dari Kerajaan Sorga yang kekal. Dalam konsep
keselamatan ini kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Yesus merupakan pelaksanaan rencana
Allah untuk mweujudkan misi penyelamatan dunia, maka dari itu Allah menjadikan kematian
Yesus sebagai pusat jalan keselamatan. Dan sejarah penyaliban Yesus merupakan klimaks dari
pelaksanaan rencana Allah dalam mewujudkan misi penyelamatan. Keselamatan yang
didapatkan orang percaya ini, menimbulkan akibat bahwa setiap orang percaya memiliki
tanggung jawab atas hidup mereka dan atas keselamatan yang diberikan Allah.

Anda mungkin juga menyukai