Anda di halaman 1dari 11

YESUS DAN PEMBERITAAN ESKATOLOGI

DISUSUN

KELOMPOK 7

OLEH:

YOHANNES JEPRI HUTABARAT

JEREMIA PAKPAHAN

PRODI : TEOLOGI

MATA KULIAH : MISIOLOGI

DOSEN PENGAMPU : PDT. ZULKARNAEN, M.TH

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SRIWIJAYA

T.A. 2022/2023
PENDAHULUAN

Keselamatan merupakan topik yang menarik untuk dibahas baik di kalangan masyarakat
awam maupun dalam kalangan teologi. Berbagai pandangan tentang keselamatan turut
mewarnai perjalanan iman Kristen dalam beberapa abad belakangan. Hal ini dikarenakan istilah
keselamatan merupakan salah satu doktrin Kristen yang utama, yakni dalam hubungan dengan
pekerjaan Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa. Paulus juga dalam pandangannya
mengenai keselamatan, tidak hanya berfokus pada pemakaian kata Sozo dan Soteria, namun juga
berfokus pada kata aplutrosisi (penebusan), dikatozis (pembenaran), katallage (pendamaian).1
Memalui hal ini dapat dipahami bahwa keselamatan itu memiliki arti yang luas, yang mencakup
aspek-aspek kebenaran lainnya yang terkandung dalam pembenaran, pendamaian, dan
penebusan.

Keselamatan ini tentunya sangat terkait dengan status keberdosaan manusia sejak manusia
jatuh ke dalam dosa. Hingga saat ini manusia mendapatkan dosa warisan dari Adam dan Hawa.
Keselamatan yang menjadi fokus manusia tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sang
penyelamat tersebut. Seorang yang mampu menyelamatkan manusia tentunya adalah Pencipta
manusia itu sendiri. Keselamatan yang diperoleh manusia itu tentunya bukan karena perjuangan
ataupun usaha yang dilakukan manusia itu sendiri. Tentunya tidak ada cara lain yang dilakukkan
untuk manusia memperoleh keselamatan selain dari penyataan diri Allah sebagai manusia untuk
menyelamatkan manusia.

Melalui keberdosaan manusia itulah yang menjadikan Allah menyatakan dirinya sebagai
manusia turun ke bumi sebagai Juruslamat dunia yaitu Yesus Kristus. Melalui Yesus, kita dapat
melihat masa Perjanjian Lama digenapi satu persatu melalui kehidupan-Nya selama tiga puluh
tiga tahun di dalam dunia. Memalui darah-Nya yang tercurah di kayu salib menjadi puncak
keselamatan yang disediakan oleh Allah dalam diri Yesus Kristus bagi manusia, sehingga
manusia yang percaya kepada karya Yesus beroleh keselamatan.

Pada paper ini, penulis akan menjabarkan konsep keselamatan Yesus bagi semua bangsa-
bangsa.

YESUS
1
Daniel S. Tjandra, “Yesus Kristus Sang Juruslamat,” Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 7, No. 5 (Mei 2022).
Yesus Juruselamat dalam Perjanjian Lama

Keselamatan yang dalam Bahasa Ibrani digunakan dengan kata yeshua memiliki
pengertian kesejahteraan, kemakmuran, pembebasan, keselamatan oleh Tuhan terkhusus dari
kejahatan secara eksternal dan sering kali dimasukkan ke dalam kondisi spiritual. 2 Kata
keselamatan dalam Perjanjian Lama menggunakan kata yasha beserta dengan kata turunannya,
kata tersebut tercatat 353 kali dalam Perjanjian Lama. Kata yasha memiliki konotasi kebebasan
atau keselamatan. Pribadi yang membawa yasha ini disebut sebagai “Juruslamat”.

Jika dilihat pada Perjanjian Lama, tidak dijelaskan secara signifikan mengenai Yesus.
Tetapi nabi Yesaya bernubuat tentang lahirnya seorang Juruslamat. Dia bernubuat, “Sebab itu
Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda. Sesungguhnya seorang anak
dara akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan Ia akan namakan Dia
Imanuel” (Yes. 9:5). Alkitab juga memuat ayat yang menyatakan tentang keselamatan, dalam PL
ada penyataan Allah yang monumental bahwa hanya Dialah Juruselamat (Ibr: Moshia) atau
keselamatan (moshaah). Melalui hal ini, keselamatan dalam ranah PL dapat dipahami sebagai
perbuatan Allah yang melakukan pembebasan ataupun pemeliharaan dari penindasan dan
kesengsaraan. Dalam konteks ini terdapat pemahaman bahwa mereka terbebas dari musuh-
musuh, kesehatan dan pemeliharaan. Dapat dipahami bahwa konsep keselamatan Allah dalam
PL merupakan konsep keselamatan yang ditujukan secara pribadi atau secara perorangan
(perbudakan) kemudian secara nasional yang merujuk kepada umat-Nya dan kepada keselamatan
bangsa-bangsa.

Yesus Juruslamat dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru dengan jelas menggambarkan Yesus sebagai Juruselamat manusia.


Perjanjian Baru menyebutkan Yesus sebagai Juruslamat dalam 1 Yoh. 4:14 dan dalam Kis. 4:12
mengatakan bahwa keselamatan hanya ada melalui dia, karena tidak ada nama lain yang Allah
pilih diantara manusia di bumi yang akan menyelamatkan manusia. Yesus merasakan kematian
demi semua manusia manusia yang beriman kepada-Nya (Ibr. 2:9; Yoh. 3:16). Hal ini tentunya
berbeda dengan keyakinan bangsa Israel. Mereka beranggapan bahwa keselamatan hanya ada
pada mereka ketika mereka melakukan setiap hukum Taurat. Bahwa keselamatan tidak ada pada
bangsa-bangsa lain selain bangsa Israel. Jika kita lihat melalui pelayanan Yesus selama hidup-
2
Ibid., 2.
Nya, hal inilah yang Ia tentang. Bahwa keselamatan itu ada bagi semua orang yang percaya atau
beriman kepada-Nya. Sedangkan orang-orang Farisi ataupun ahli-ahli Taurat tidak memperoleh
keselamatan karena kesombongan atas ilmu yang mereka peroleh.

Melalui kematian Yesuslah semua manusia diselamatkan. Dosa yang menjadi penghalang
antara kita dan Allah, dosa yang mengakibatkan kamatian (Rm. 6:23), telah ditebus oleh Yesu
melalui kematian-Nya di kayu salib. Namun perlu dipahami bahwa untuk bias selamat hany ada
satu cara yakni percaya kepada Yesus.

Misi Yesus

Model misi Perjanjian Baru adalah model Misi Yesus. Ia membentuk masyarakat untuk
hidup di bawah kekuasaan Allah. Dalam Matius 4:13-17 penulisnya melaporkan bahwa Yesus
memulai panggilan-Nya untuk mempertobatkan orang-orang kafir di Galilea, untuk menggenapi
nubuatan dalam Yesaya 28:23 dan 9:2, bahwa "orang yang berjalan dalam kegelapan besar",
yang di atas tadi disebut sebagai wilayahnya bangsa non-Yahudi, "telah melihat Terang yang
besar" dari Yesus (Mat. 4:15-16). Matius 8:5-13 menggambarkan seorang perwira kafir, yang
telah datang untuk percaya kepada Yesus, tentang dia Yesus mengatakan: "Aku belum
menemukan iman yang sebesar ini, tidak, tidak di Israel" (ayat 10) dan menambahkan, bahwa
banyak orang dari ujung-ujung bumi yang jauh akan berpesta dengan para leluhur di Surga,
sementara banyak orang Yahudi ("anak-anak Kerajaan") akan diusir (ayat 12-13).

Dalam kitab Yohanes, Yesus juga menjangkau orang Non-Yahudi. Yohanes


menunjukkan percakapan panjang Yesus dengan wanita Samaria. Ini berakhir dengan pengakuan
dari seluruh kota Samaria, "bahwa ini memang Kristus, Juruselamat dunia" (4:42). "Para
penyembah benar," harus menyembah Dia dalam "roh dan kebenaran," sehingga memberikan
kemungkinan bagi bangsa-bangsa yang tinggal jauh dari Yerusalem sekarang bisa menyembah
Tuhan sama seperti orang Yahudi. Yohanes menekankan dengan kuat bahwa Yesus bukan hanya
Juruselamat orang Yahudi, tetapi untuk semua orang, dan untuk memberitakan Injil kepada
semua bangsa.
PENGERTIAN ESKATOLOGI

Pada umumnya berbicara tentang eskatologi, orang-orang Kristen cenderung akan


membicarakan kitab Wahyu. Hal ini tentunya tidak salah karena kitab Wahyu memiliki isi yang
berbeda dengan kitab-kitab lain pada umumnya. Sebab kitab Wahyu merupakan kitab yang
secara khusus berisi tentang nubuatan akhir zaman. Tetapi sebenarnya nubuat-nubuat mengenai
akhir zaman tidak hanya terdapat dalam kitab Wahyu, tetapi terdapat dalam kitab Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru.3 Doktrin akhir zaman atau eskatologi merupakan doktrin atau
ajaran mengenai persitiwa-peristiwa terkahir, yang seringkali banyak menuai pemikiran-
pemikiran yang kontroversial dari banyak pakar teologi. 4 Hal tersebut dikarenakan keberadaan
dari perisitiwa-peristiwa yang belum tergenapi, sehingga seringkali menuai anggapan yang tidak
tepat bahkan salah kaprah, yang measih terus berkelanjutan dan menjadi polemik

Menurut Donald Guthrie, eskatologi dapat didekati dalam empat bagian utama, yaitu
berkaitan dengan kedatangan Kristus di masa depan, kebangkitan orang percaya, penghakiman,
dan nasib kekal umat manusia.5 Secara terminologis, istilah eskatologis dibangun dari dua kata
Yunani, yaitu eskhatos, yang artinya “akhir” atau “terakhir”, dan logos yang artinya “Firman”
atau “ajaran”.6 Pada umumnya, istilah eskhatos digunakan untuk menjelaskan gagasan mengenai
batas waktu (Mat. 5:26), menerangkan batas atau akhir secara geografis (Kis. 1:8) dan
mengungkapkan suatu limit masa secara temporer (Mat. 12:45). Namun secara teologis, istilah
eskhatos dipakai untuk menjelaskan doktrin eskatologi, yakni mengungkapkan hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan dating yang meliputi: hari pencurahan Roh Kudus (Kis. 2:17), saat
kedatangan Antiktistus (2 Tim. 3:1; Yak. 5:3; 2 Ptr.3:3; Yud. 18:1; 1 Yoh 2:18), akhir
pembinasaan musuh Kristus (1 Kor. 15:26), saat terompet teakhir berbunti menjelang kedatangan
Yesus (1 Kor. 15:52) dan menjelaskan tentang kedatangan Kristus (Ibr. 1:2) serta
mengungkapkan ajaran tentang kebangkitan prang mati dan penghakiman yang akan datang
(Yoh. 6:39-40; 1 Ptr. 1:5) juga menerangkan karakter ilahi Kristus yang Mahakekal (Why.
1:17).7

3
T. J. Boersma, Alkitab Bukan Teka-teki (Surabaya: Momentum, 2006), 1.
4
E. Chrisna Wijaya, “Kekhasan Eskatologi Paulus,” Jurnal Fidei Vol.1, No.1 (Juli 2018), 23.
5
Fati Aro Zega, “Alkitab dan Eskatologi dalam Fakta, Signifikan dan Awasam,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Vol.1, No. 2 (Oktober 2021)
6
Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: Andi, 2004), 1.
7
Welly, Eskatologi…
Alkitab memberikan gambaran tentang Eskatologi sebagai pengajaran Alkitab yang memberikan
kepada manusia suatu perspektif tentang zaman dan untuk hidup di dalam pengharapan akan satu
zaman yang baru.8 Dengan demikian, Eskatologi dapat dimengerti sebagai ajaran yang menunjuk
kepada segala peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan dating, baik dalam kaitannya secara
individu maupun secara keseluruhan dunia ini. Kaitannya dengan individu, yaitu berbicara
mengenai kematian fisik, kondisi antara kematian seseorang dan sebelum kebangkitan akhir dan
kaitannya dengan kedatangan Kristus ke dua kali,, penghakiman dan kondisi terakhir. Konsep
eskatologi dalam Alkitab berbicara tentang kondisi orang-orang percaya dalam kerajaan Allah
pada masa kini dan masa yang akan dating.

Hakikat Eskatologi

Eskatologi memiliki setidaknya empat aspek utama, yaitu berkaitan dengan Satu,
penghakiman Tuhan atas orang fasik, Dua, pernyataan otoritas Allah dalam kerajaan-Nya pada
akhir zaman, Tiga, kedatangan Kristus (Mesias) pada akhir zaman, dan Empat, pahala serta
tempat yang disediakan bagi manusia setelah kematian mereka (Wongso, 1992, p. 11).
Eskatologi adalah “cabang teologi yang membahas doktrin tentang kematian, kondisi manusia
setelah kematian, akhir zaman dunia ini, kebangkitan, penghakiman terakhir, dan nasib akhir dari
yang baik dan yang jahat (Rick Meyers, 2020). Sekalipun Alkitab juga menyatakan bahwa tidak
semua orang akan mati pada saat eskatologi dalam kedatangan Yesus yang kedua.

Keselamatan dalam Eskatologi

Dalam jawaban Tuhan Yesus ada satu hal yang sangat jelas; hidup di dunia ini tidak akan
menjadi mudah. Hampir-hampir tidak dapat dipercaya bahwa masa-masa sulit akan datang.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa hari hari itu akan menjadi hari-hari mengerikan yang tiada
taranya. Tidak ada suatu apapun dalam sejarah dunia pada masa yang sudah lampau yang dapat
dibandingkan dengan apa yang akan dialami oleh umat manusia. “sebab pada masa itu akan
terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang
dan yang tidak akan terjadi lagi” (Matius 24:21).
8
Indriati Tjipto Purnomo, “Relasi Pemberitaan Injil dengan Eskatologi menurut Matius 24:14,” Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristen Vol.2, No.2 (Juni 2022)
eskatologi.pdf
Yesus mengajarkan bahwa ganjaran bagi manusia didasarkan pada sikap mereka
terhadap diri-Nya sendiri. Inilah intisari dari Injil. Keselamatan yang pertama-tama berkaitan
dengan akhir zaman dan yang mencakup jalan keluar dari hukuman Allah pada hari
penghakiman, ialah karunia Allah yang harus diterima melalui iman kepada Kristus dan
penundukan diri kepada ke Tuhan-an-Nya.9 Eskatologi yang sudah diwujudkan terlihat dalam
hal, bahwa penghakiman yang termasuk peristiwa-peristiwa akhir zaman pada intinya terjadi
dalam dunia ini. Orang yang tidak percaya berada dalam hukuman; penghakiman sungguh sudah
terjadi, walaupun hukumannya belum diterapkan. Orang percaya takkan mengalami hukuman,
sebab dia sudah pindah dari dalam maut (yaitu hukuman) ke dalam hidup.

Fakta-fakta Eskatologis

1. Kepastian Kedatangan Yesus Kristus

Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa Kristus pasti akan datang kembali. Dalam
kedatangan-Nya yang pertama, Kristus telah menegakkan kerajaan-Nya, namun hal ini belumlah
final sehingga Ia akan darang kembali untuk menggenapi kerajaan-Nya tersebut. 10 Dengan kata
lain, meskipun Kerajaan Allah itu, Sebagaimana yang kita ketahui di satu pihak telah hadir,
namun dipihak lain masih akan dating. Yesus sendiri menjanjikan hal itu, misalnya di Matius 24-
25. Beberapa kali dalam uraian yang sama menyebutkan "kedatangan Anak Manusia" (24:27, 37,
39, 42, 44). Dia mengatakan, "apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya
(25:3).Penulis Injil lain juga mencantumkan hal ini, dalam Markus 13:26 dan Lukas 21:27,
bahwa orang-orang di akhir zaman akan menyaksikan kedatangan Anak Manusia dalam
kemuliaan-Nya di awan-awan. Yohanes mencatat janji kedatangan Yesus kembali pada saat
Perjamuan Malam (Yoh 14:3).

Selain pernyataan Yesus langsung, peristiwa kedatangan Kristus yang kedua merupakan
aspek penting dalam pewartaan rasuli. Mungkin pernyataan Paulus yang paling jelas muncul di
dalam 1 Tesalonika 4:15-16. Pernyataan lainnya ditemukan dalam 2Tesalonika 1:7; 10; Titus
2:13. Demikian pula dalam 1 Korintus 15:23; 1 Tesalonika 2:19, 3:13: 5:23; 2 Tesalonika 2:1, 8;
1 Timotius 6:14; 2 Timotius 4:1, 8, juga dalam Ibrani 9:28. Penulis lainnya juga menyebutkan

9
eskatologi.pdf
10
Anthony A. Hoekema, Alkitab dan Akhir Zaman (Surabaya: Momentum, 2012), 147.
tentang peristiwa kedatangan yang kedua ini, seperti di Yakobus 5:7-8; 1 Petrus 1:7, 13; 2 Petrus
1:16; 3:4, 12; 1 Yohanes 2:28. Jelas bahwa kepastian kedatangan Kristus yang kedua ini
merupakan doktrin yang secara luas diajarkan dalam PB.

Saat ini, kita hidup di antara kedua kedatangan tersebut. Kita melihat ke belakang dengan
sukacita atas kedatangan Kristus yang pertama dan melihat ke depan dengan penuh pengharapan
atas janji kedatangan-Nya kembali.11 Pengharapan kedatangan Kristus yang kedua kalinya adalah
aspek paling penting dari eskatologi Perjanjian Baru. Hal dapat kita lihat dimana setiap kitab dari
Perjanjian Baru mengarahkan mata kita pada kedatangan Kristus kembali dan mendorong kita
untuk senantiasa siap menyambut kedatangan-Nya. Berita ini terus-menerus diulang di dalam
keempat Injil. Bahkan dalam kata-kata perpisahan dengan murid-murid-Nya, Yesus berjanji
bahwa setelah meninggalkan dunia ini, Ia akan kembali lagi dan membawa mereka bersama-Nya
(Yoh. 14:3).

2. Kebangkitan

Akibat utama dari kedatangan Kristus, dari perspektif eskatologi individual, ialah
kebangkitan orang mati. Hal ini merupakan dasar pengharapan orang percaya ketika menghadapi
kematian jasmani. Sekalipun kematian tidak dapat dielakkan, orang percaya mengantisipasi
bahwa ia dapat dibebaskan dari kuasa kematian. Alkitab dengan jelas menjanjikan kebangkitan
orang percaya. Perjanjian Lama memberikan beberapa pernyataan langsung. Pertama, dalam
Yesaya 26:19 dan Daniel 12:2. Gagasan kebangkitan ini juga muncul dalam Yehezkiel 37:12-14.

Perjanjian Baru membahas masalah kebangkitan melalui jawaban Yesus kepada orang
Saduki yang dicatat di ketiga Injil (Mat 22:29-32; Mrk 12:24-27; Luk 20:34-8). Yohanes
memberi tambahan lagi, salah satunya yang paling jelas dalam Yohanes 5:25, 28-29 dan 11:24-
25. Surat-surat kiriman Rasul Paulus juga memberi kesaksian tentang kebangkitan tubuh di masa
depan. Pasal yang terkenal, 1 Korintus 15, membahas pokok ini secara panjang lebar, khususnya
di ayat 51-52. Juga dengan jelas diajarkan di 1 Tesalonika 4:13-16 dan tersirat di 2 Korintus 5:1-
10.

11
Anthony, Alkitab…, 148
Paulus mengajarkan kebangkitan ketika tampil di hadapan Makhama Agama, dalam Kis
23:6; yang juga mirip, disampaikannya di hadapan Feliks (Kis 24:21). 12 Yohanes memperkuat
doktrin ini di Wahyu 20:4-6, 13. Kebangkitan-Nya adalah landasan bagi iman dan pengharapan
Kristen. Salah satu penegasan ditemukan dalam perkataan Yesus, “sebab Aku hidup dan kamu
pun akan hidup.” (Yoh 14:19).

3. Penghakiman Terakhir

Kedatangan Kristus yang kedua akan membawa penghakiman terakhir. Kenyataan ini
merupakan unsur masa depan yang paling ditakuti. Bagi mereka yang tidak takut akan Tuhan,
terpisah dari Kristus, mereka akan dihakimi bersama orang yang tidak benar. Namun bagi
mereka yang berada dalam Kristus, saat tersebut justru merupakan saat yang dinanti-nantikan,
karena kebenaran hidup mereka akan dibuktikan. Penghakiman ini bukan untuk memastikan
keadaan atau kedudukan rohani seseorang, karena hal itu sudah diketahui oleh Allah. Sebaliknya,
pada saat itu, keadaan dan kedudukan rohani seseorang akan diumumkan pada waktu
penghakiman itu. Di saat inilah seluruh rahasia hati juga dibongkar dan diumumkan di depan
publik universal, dengan aspek-aspek berikut ini.13

Pertama, terjadi di masa depan. Penghakiman terakhir akan terjadi di masa depan, walau,
dalam beberapa kasus Allah telah menyatakan penghakiman-Nya pada masa kini. Misalnya
pengangkatan Henokh dan Elia yang benar ke surga, sebaliknya menghukum dan mendatangkan
banjir ke atas bumi yang sudah “rusak” (Kej 6-7), atau menghancurkan Korah serta kawan-
kawannya (Bil 16). Contoh Perjanjian Baru ialah terhadap Ananias dan Safira (Kis 5:1-11). Di
masa depan masih akan terjadi saat penghakiman yang terakhir. Yesus menyinggung hal ini
dalam Matius 11:24. Pada kesempatan lain, Tuhan berbicara tentang penghakiman yang
dilaksanakan-Nya dalam hubungan dengan kebangkitan mendatang (Yoh 15:27-29). Gambaran
yang lebih lengkap tentang penghakiman ini terdapat dalam Matius 25:31-46. Paulus
memberitahukan bahwa Allah akan menghakimi dengan adil (Rm 2:5, dan rujukan lain, seperti
di Ibrani 9:27; 10:27, dan dalam 1 Petrus 3:7, serta Wahyu 20:11-15. Penghakiman terakhir itu

12
Fati Aro Zega, “Alkitab dan Eskatologi dalam Fakta, Signifikan dan Awasam,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen Vol.1, No. 2 (Oktober 2021)
13
Fati, “Alkitab…
terjadi sesudah kedatangan Kristus yang kedua (Mat 16:27). Gagasan ini terdapat dalam Matius
13:37-43; 24:29-35; 25:31-46.

Kedua, Yesus Kristus Sang Hakim. Dia adalah “Tuhan, Hakim yang adil”. Pada satu sisi ini
melegakan, karena Kristus telah mati bagi kita, Dia yang mengasihi kita dan sungguh-sungguh
memperhatikan kepentingan kita. Namun di sisi lain, mencemaskan. Kalau Kristus telah
mengorbankan diri-Nya sendiri dengan sepenuh hati bagi kita, tetapi jika pelayanan kita tidak
sepenuh hati, Dia “akan menolak” kita (Morris, 2014, p. 85).

Ketiga, Subjek Penghakiman. Semua orang akan dihakimi (Mat 25:32; 2Kor 5:10; Ibr 9:27).
Paulus mengingatkan bahwa “kita semua harus menghadapi tahta pengadilan Allah” (Rm 14:10).
Pada saat itu semua rahasia akan diungkapkan, semua yang pernah terjadi akan dinilai, termasuk
dosa semua orang percaya. Namun, seperti dikatakan Berkhof, “Alkitab membuat kita percaya
bahwa (dosa-dosa orang percaya) akan dinyatakan, sekalipun akan dinyatakan sebagai dosa-dosa
yang sudah diampuni (Berkhof, 2017, p. 533). Juga, dikatakan oleh Petrus, malaikat-malaikat
jahat akan dihakimi pada saat itu (2Pet 2:4), pernyataan yang sama di dalam Yudas 6.
Sebaliknya, malaikat-malaikat yang baik akan mengambil bagian dalam penghakiman itu dengan
mengumpulkan semua orang yang akan dihakimi (Mat 13:41; 24:31).

Keempat, Dasar Pengahakiman. Orang-orang yang akan menghadapi penghakiman


berdasarkan kehidupan mereka di dunia, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat. (2Kor 5:10). Orang yang berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup
yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum (Mat 7:21-23).
Ukuran dasar yang menilai penghakiman itu ialah kehendak Allah yang telah dinyatakan Yesus
(Yoh 12:48), tidak menolak Yesus. Kelima, Ketegasan Penghakiman. Pada saat keputusan-Nya
telah ditetapkan, hasil penghakiman ini bersifat permanen dan tidak dapat diubah lagi. Orang
yang benar dan orang yang tidak benar akan dikirim ke tempat yang sudah dipersiapkan untuk
mereka.
KESIMPULAN

Melalui pembahasan di atas, kelompok menyimpulkan bahwa keselamatan Yesus itu kepada
semua bangsa. Bahwa keselamatan itu tidak hanya kepada satu bangsa, tetapi kepada semua
orang. Namun, keselamatan itu hanya dapat diperoleh hanya dengan beriman kepada-Nya.
Penggenapan keselamatan itu, akan terjadi di zaman yang akan (eskatologi), bahwa penggenapan
akan terjadi pada masa kedatangan Yesus yang kedua kali. Pada masa kedatangan Yesus yang
kedua kali akan terjadi penghakiman, dimana tiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap
perbuatan yang ia lakukan selama hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai