Anda di halaman 1dari 15

Nama : Desy Thalia Rizki

Jojor Shintia Manullang

Ting/jur : III/PAK

Mata Kuliah : Teologi PB II

Dosen : Dr. Jhon Riahman Sipayung

MENGALI “SUFFERING THEOLOGY” DAN “HOPE THEOLOGY” DARI


PERSFEKTIF PETRUS DAN REFLEKSINYA DALAM MENGHADAPI DAMPAK
PENDERITAAN PANDEMIK CORONA SAAT INI

I. Pendahuluan
Suffering adalah penderitaan dari kata dasar derita (pascho). Penderitaan ialah
tekanan yang dihadapi seseorang yang datang dari luar diirnya untuk memberikan pengaruh
dari luar diirnya untuk memberikan pengaruh yang baik kepada orang. Manusia tidak dapat
meloloskan diri dari penderitaan itu datang dari berbagai sudut kehidupan. penderitaan itu
datang dari hubungan yang terputus dengan Allah. Oleh sebab itu penderitaan apa sajakah
yang dapat ditimbulkan oleh dampak pandemic covid-19. Melalui teologi penderitaan dari
sudut pandang persfektif Rasul Petrus, Rasul Petrus mengingatkan untuk tetap terus
berpengharapan kepada Allah ditengah penderitaan. Untuk itu akan kami paparkan dibawah
ini mengenai Theology Suffering dan Hope Theology dari persfektif Petrus refleksinya dalam
menghadapi dampak penderitaan pandemik corona saat ini. Semoga sajian ini bermanfaat
bagi kita semua. Tuhan Memberkati.
II. Pembahasaan
A. Suffering Theology dari Persfektif Petrus Dalam Mengahadapi Dampak
Penderitaan Pandemi Corona Saat ini
2.1. Pengertian Teologi
Istilah Teologi berasal dari dua akar kata dalam istilah Yunani, yaitu theos dan
logos/logia. Theos berarti ‘Allah’ atau ‘Ilah’ dan logos berarti perkataan, firman, atau
wacana. Jadi, makna teologi secara etimologi adalah wacana (ilmiah) mengenai Allah atau
ilah-ilah. Istilah ini telah dipakai orang Yunani jauh sebelum adanya Gereja Kristen untuk
menunjuk pada ilmu mengenai hal-hal ilahi. Sekarang kata teologi dapat dipakai dengan

1
makna umum dan luas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata teologi dirumuskan
sebagai ilmu pengetahuan tentang Ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan
kepada Allah dan agama terutama berdasarkan pada kitab-kitab suci). Dalam Gereja Kristen,
teologi mula-mula hanya membahas ajaran mengenai Allah, kemudian artinya menjadi lebih
luas, yaitu membahas keseluruhan ajaran dan praktik Kristen. 1 Teologi adalah ilmu yang
berusaha menemukan rumusan-rumusan iman dalam yang membangun Alkitab. Berteologi
adalah upaya menggali dogma yang membangun pemahaman tentang keilahian termasuk
melalui pemberitaan teks-teks yang sulit atau yang sering bertentangan antara satu dengan
lainnya.2
Teologi adalah suatu pendekatan terhadap kenyataan secara menyeluruh. Teologi
bertujuan menjelajahi kenyataan. Lebih singkat lagi teologi bertujuan meneliti dimensi
kenyataan yang teramat penting bagi makna keberadaan manusia, dimensi itu disebut “Yang
Kudus”. Dalam ruang lingkup yang kudus ini terdapat fenomena yang mendorong kita untuk
merumuskan pernyataan Allah yang sebenarnya.3
2.2. Pengertian Suffering
Defenisi “suffering” adalah penderitaan dari kata dasar derita (pascho), yang yang
didalam PB dipakai sebanyak 42 kali. Penderitaan ialah tekanan yang dihadapi seseorang
yang datang dari luar diirnya untuk memberikan pengaruh dari luar diirnya untuk
memberikan pengaruh yang baik kepada orang tersebut. Manusia tidak dapat meloloskan diri
dari penderitaan itu datang dari berbagai sudut kehidupan. Penderitaan itu datang dari
hubungan yang terputus dengan Allah. dimulai dari kegagalan hubungan Adam dan Hawa
dengan Allah, maka manusia mulai merasakan penderitaan. C.S. Lewis mengatakan bahwa
penderitaan adalah warisan eksitensi dunia jiwa (manusia) hidup di bumi. 4 NIV (New
International Version ) memakai kata suffering atau diterjemahkan pengujian, ujian,
penggodaan, godaan. Bromiley mengartikan testing atau temptation. 1Petrus 4:12 refer more
specifically to the test of persecution, but argues that this should be meet the joy because it
means participation in the suffering of Christ. Jadi istilah ini menujukkan bahwa adanya
pengujian, ujian, penggodaan, godaan yang akan dihadapi orang percaya. Penderitaan yang
dialami orang percaya sebagai partisipasi di dalam penderitaan Kristus.5
2.3. Pengertian Penderitaan secara umum
1
B. F. Drewes & Julianus Mojau, Apa itu Teologi? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 16-17.
2
Agus Jetron Saragih, Kitab Ilah (Medan: Bina Media Perintis, 2016), 3.
3
Paul Elvis, Ambang Pintu Teologi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998), 2.
4
C.S. Lewis, The Problem of Pain (New York: The Macmillan Co., 1994)
(https://www.researchgate.net/publication/348348773_Mission_in_Suffering_Context diakses pada 01 Maret
2021 pukul 14:05)

2
Secara umum penderitaan adalah menanggung sesuatu yang tidak menyenangkan.
Kata “penderitaan” berasal dari kata dasar “derita” yang berarti “keadaan yang menyedihkan
seperti kesengsaraan, penyakit yang harus ditanggung.”6 Terkait dengan penderitaan, The
American Heritage Dictionary Of The English Language, mengartikannya sebagai sakit
secara jasmani, tapi bisa juga secara psikologis seperti tekanan emosi atau perasaan yang
setiap orang berusaha untuk menghindarinya; atau sakit secara mental, psikologis dan
jasmani7. Dari kata penderitaan Kamus Bahasa Indonesia mengartikan penanggungan.
Penderitaan merupakan bagian dari umat manusia di manapun ia berada baik di negara maju,
maupun yang kurang maju, kecil maupun besar, komunis maupun kapitalis, agama maupun
sekuler. Hanya bentuk, tingkatan dan penyebabnya saja yang berbeda-beda. Penderitaan
melampaui horison waktu, ia ada dulu, sejak zaman dahulu kala sampai sekarang dan juga di
masa mendatang. Penderitaan adalah fakta universal. Penderitaan adalah fakta yang tidak
hanya universal tetapi juga “seolah-olah” abadi8
2.4. Penderitaan dalam Persepktif Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, ada dua istilah yang dipakai untuk menjelaskan tentang
“penderitaan.” Pertama, kata Yunani paskho adalah istilah umum untuk sesuatu yang
dilakukan terhadap seseorang.9 Dalam PB kata pascho dipakai 42 kali, sering dipakai untuk
menjelaskan penderitaan Kristus tepatnya kematian Kristus dan penderitaan mereka yang
menjadi pengikutNya. Kedua, kata Yunani thlipsis mempunyai arti umum “tekanan,” beban
yang berat bagi hati orang. Kata itu dipakai juga mengenai siksaan besar (Mrk. 13:19, 2 Tes.
1:6, dan, Why. 7:14). Dalam PB, orang-orang percaya dan rasul-rasul mengalami
penderitaan. Saudara-saudara (orang percaya) telah tersebar karena penganiayaan yang
timbul sesudah Stefanus dihukum mati (Kis. 11:19). Paulus sebagai seorang rasul menderita
adalah fakta penderitaan. “Penderitaan” atau passion dalam studi PB ialah penderitaan dan
kematian Yesus; dan passion sebagai kisah penderitaan mencakup seluruh masa penderitaan
Yesus mulai dari perjamuan akhir (Mrk. 14), penahanan, pengadilan, penyaliban dan
pemakaman, sebagaimana dicatat dalam ke empat Injil. Tetapi, penggunaan istilah passion
atau penderitaan Yesus itu hanya kita jumpai dalam (Kisah Rasul 1:3). Bila orang yang
5
Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary of The New Testament (Grand Rapids, Michigan:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1986), 822. (file:///C:/Users/Acer/Downloads/95-Article%20Text-
144-1-10-20200330.pdf diakses pada 01 Mar. 2021 pukul 13:30)
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3 (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), 256.
7
B. Kreysen Purba, “Menderita Karena Pilihan: Sebuah Renungan Tentang Imperatif Penderitaan Di
Tengah Komunitas Yang Pluralistik”, Jurnal TeologiStulos (Bandung: STTB,2010),28
8
Bedjo Lie, “Penderitaan Menurut Agama Buddha: Sebuah Tinjauan Kritis Dari Perspektif Kristen”
(Artikel), www.gkri-exodus.org.com diakses pada 01 Maret 2021 pukul 14:16
9
J.D. Douglas, Ensiklopedi Allkitab Masa Kini (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997) 244.

3
beriman jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, mereka itu harus bersukacita, oleh karena
ujian imannya mengerjakan tekun (Yak. 1:2-3). Jadi, sengsara adalah segala sesuatu yang kita
alami yang tidak menyenangkan, menyakitkan, merugikan baik yang disebabkan oleh orang
lain (eksternal) maupun diri sendiri (internal). Dalam hal ini, sengsara diakibatkan karena
mengikut Kristus dan setiap orang percaya pasti akan mengalami sengsara. Yesus menuntut
iman dari orang Krsiten yang menderita sengsara karena Ia sendiri juga mengalami sengsara
yang berat, sehingga ia ditinggalkan Bapa-Nya.10
2.5. Pengertian Teologi Penderitaan

Teologi penderitaan adalah suatu ajaran yang mempelajari bagaimana kehidupan


orang percaya yang mengalami penderitaan dan tindakan Allah dalam menolong umatNya
yang dalam penderitaan. Istilah ini dapat merujuk pada paham yang mengharuskan setiap
orang Kristen untuk menderita selama di dunia supaya memperoleh kekayaan dan
kebahagiaan sorgawi.

2.6. Siapakah Rasul Petrus?

Santo Petrus (Simon nama aslinya, Petrus, atau Kefas nama yang diberikan Yesus)


adalah salah seorang dari dua belas rasul Yesus dan Paus pertama umat Kristiani. Ia adalah
seorang nelayan dari Galilea yang diberi posisi pemimpin oleh Yesus (Matius
16:18, Yohanes 21:15-16). Ia dan saudaranya, Andreas adalah rasul pertama yang dipanggil
oleh Yesus. Simon dinamakan sebagai Petrus atau "batu karang", yang mengisyaratkan
bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. Menurut Injil
Yohanes (Perjanjian Baru di Alkitab Kristen) Petrus lahir di Betsaida (Yohanes
1:44), Galilea, dan ayahnya bernama Yohanes (Yohanes 1:42) atau Yunus (Matius 16:17).
Dikisahkan juga bahwa Yesus pernah menyembuhkan ibu mertua Petrus yang berarti Petrus
pernah menikah. Sebelum ia mengikuti Yesus, ia dan saudaranya, Andreas bekerja sebagai
penjala ikan (nelayan). Dalam Injil Matius dan Markus diceritakan bahwa Petrus sedang
mencari ikan di danau Genesaret ketika Yesus menghampiri mereka dan berkata, "Mari,
ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Dalam Injil Lukas
diceritakan bahwa Yesus naik ke perahu Petrus untuk mengajar orang banyak di tepi danau
Genesaret, kemudian ia menunjuk Petrus untuk menebarkan jalanya karena ia tahu bahwa
Petrus semalaman tidak mendapatkan ikan. Petrus mematuhi petunjuk Yesus dan ia serta
nelayan lainnya mendapat ikan dalam jumlah besar. Dengan mujizat tersebut Petrus menjadi
10
W.R.F. Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 324

4
percaya kepada Yesus bersama-sama dengan Yakobus dan Yohanes. Andreas tidak
disebutkan dalam kisah ini. Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa Andreas adalah salah
satu murid Yohanes Pembaptis yang pergi untuk mengikut Yesus. Ia lalu memanggil
saudaranya, Simon, dan menceritakan bahwa ia telah menemukan Mesias. Andreas lalu
membawa Petrus kepada Yesus dan Yesus menamakan Simon "Kefas" (bahasa Aram) untuk
'batu', bahasa Yunani maskulin: "Petros", feminim: "Petra". Di kemudian hari nama
Yunaninya banyak digunakan karena bahasa Yunani adalah bahasa universal pada waktu itu.
Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan
dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."(Yohanes 1:42) Yesus menamai Simon sebagai Petrus
atau "batu karang", yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di
atas Petrus. (Matius 16:18)11

2.7. Perspektif Rasul Petrus Tentang ”Penderitaan Kristus”

Kata Perspektif dalam Kamus Besar Bahas Indonesia menggunakan kata benda yang
artinya adalah melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagimana yang
terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar dan tingginya) dan merupakan
pandangan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia menggunakan kata perspektif
dalam bentuk kata benda (in drawing) yang artinya dalam gambaran 12 Jadi berdasarkan
definisi di atas maka kata perspektif adalah gambaran yang melukiskan suatu pandangan
seseorang yang dapat dilihat dan dapat dipaparkan kepada orang lain. Dalam hal ini adalah
pandangan Rasul Petrus mengenai penderitaan Kristus. Kata penderitaan adalah keadaan
yang menderita yang harus ditanggung”. Penderitaan diartikan “tekanan, beban yang berat
bagi hati seseorang atau siksaan berat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan
kata penderitaan adalah menderita, penggunaan dan persaingan.

Dalam suratnya, untuk kata “penderitaan” Petrus memakai kata Yunani πάορω
(pascho, penderitaan secara badani). Dalam Perjanjian Baru, kata ini terutama dipakai untuk
menunjuk kepada penderitaan Kristus dan penderitaan orang percaya. Kata “penderitaan” ini
muncul di surat 1 Petrus dalam bentuk kata kerja sebanyak 12 kali (2:19, 20, 21, 23; 3:14, 17,
18; 4:1, 15, 19; 5:10). Kata “penderitaan” ini dalam bentuk kata benda muncul sebanyak 4
kali (1:11; 4:13; 5:1, 9). Jika dijumlahkan seluruhnya, maka ada 16 kali Petrus memakai kata
“pascho.” Hal ini tentunya memiliki maksud dan tujuan tertentu dari si penulis. Dan
11
https://id.wikipedia.org/wiki/Simon_Petrus diakses pada 01 Maret 2021 pukul 20:54
12
Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
PN. Balai Pustaka, 1995.) 760

5
memang, adalah merupakan kesengajaan oleh Petrus seringnya menggunakan kata
“penderitaan” dalam suratnya. Maksud dan tujuannya yang utama adalah untuk memberikan
pengertian yang benar mengenai penderitaan sebagai orang percaya mengapa terjadi dan
bagaimana menyikapinya. Kata yang senada dengan penderitaan yang juga terdapat dalam
kitab 1 Petrus ini adalah kata πεηξαοκόζ, yang artinya “pencobaan”, (muncul dua kali 1:6;
4:12). Kedua, kata itu disertai dengan frasa “yang diuji kemurniannya dalam api” (1:7) dan
“nyala api siksaan yang datang sebagai ujian” (4:12). Kedua kata dan frasa tersebut
memberikan gambaran lengkap mengenai pendertiaan yang dialami oleh orang percaya.13
Dalam 1 Petrus, “kemanusiaan Yesus Yang sejati diterima sebagai hal yang benar,
dan tidak diungkapkan secara panjang lebar lagi. Dalam kematianNya Ia menanggung dosa-
dosa kita dalam tubuhNya pada kayu salib (1 Petrus 2:24), karena itulah Ia menjadi teladan
bagi orang percaya (1 Petrus 2:21). Petrus menunjukkan bahwa dalam keadaanNya sebagai
manusia Kristus dibunuh karena dosa-dosa kita (1 Petrus 3:18). Ada hubungan yang erat
antara penderitaan orang-orang percaya demi nama Kristus dan penderitaan Kristus sendiri,
seperti yang dikatakan oleh Petrus dalam (1 Petrus 4:12-14). Kristus disalibkan ini adalah
cara pemerintah Roma dalam menghukum criminal14
Penderitaan dan kematian Yesus Kristus adalah bagi pendamaian manusia dari dosa.
Kisah penderitaan Yesus Kristus untuk keselamatan dunia dipercakapan dalam status
kerendahanNya yang bermula dari kelahiran oleh anak dara dan mencapai puncak pada
kematian.15

Dalam (1 Petrus 2:18-21) menjelaskan beberapa hal yang menjadi perspektif rasul
petrus tentang “penderitaan Kristus” kedatangan Kristus ke dalam dunia melalui inkarnasi,
dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang sudah inkarnasi,
dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang sudah jatuh dalam
dosa. Dalam hal ini pun Kristus mengalami penolakan dan dianiaya serta menerima
perlakuan yang sangat tidak adil. Dan menekankan bagaimana penderitaan yang dialami
gereja masa kini dalam pertumbuhan gereja. Ketundukkan Kristus memberikan teladan bagi
orang percaya untuk lebih tunduk kepada sesama terlebih kepada Tuhan. Kristus sendiri taat
sampai mati di kayu salib dan teladan telah ditinggalkanNya bagi orang percaya Kristus
adalah Allah sejati dan manusia yang sejati yang berkuasa atas kehidupan orang percaya

13
Carl R. Holladay, A Critical Introduction to the New Testament, (Nashville: Abingdon Press, 2005),
697 file:///C:/Users/Acer/Downloads/12-23-1-SM.pdf diakses pada 01 maret 2021 Pukul 21:17
14
Stephen Tong, Kristen Sejati Vol. I, (Surabaya: Momentum, 2005), 37
15
Niko Syukur Dister, Teologi Sistematika Allah Penyelamat Vol. I, (Yogyakarta: Kanisuss, 2004), 153

6
bahkan menyerahkan nyawanya bagi dunia yang penuh dengan dosa. Dia rela menderita demi
umat manusia yang telah jatuh dalam dosa karena tidak mampu untuk menyelamatkan
diriNya sendiri, melainkan dengan karya Kristus. Penderitaan selalu menyertai kehidupan
manusia, karena melalui penderitaan kuasa Tuhan nyata bagi orang yang bertahan di
dalamnya. Penderitaan merupakan cara Tuhan untuk menyadarkan umatNya supaya tidak
bersandar pada kekuatan sendiri melainkan bersandar pada Allah yang memberikan
pengharapan dalam setiap kesesakan, serta menyadari bahwa Kristus telah terlebih dahulu
menderita bagi umat manusia. Demikain halnya kepada gereja yang mengalami penderitaan
dan penganiayaan harus siap untu menghadapi penganiayaan dan penderitaan tanpa harus
menyerah dan menyangkal iman di hadapan Tuhan karena melalui hal itu gereja semakin
mengalami pertumbuhan. Sejak zaman para rasul sudah ada penganiayaan bagi gereja-gereja
dan sampai saat ini gereja tidak pernah termusnahkan justru gereja semakin berkembang
karena pendirinya adalah Kristus sebagai kepala dan didirikan di atas batu karang (bdk Mat.
16:18).16 Jadi berdasarkan paparan diatas jelas bahwa kedatangan Kristus ke dalam dunia
melalui inkarnasi, dengan satu tujuan untuk menyatakan kuasa Allah bagi manusia yang
sudah jatuh dalam dosa. Dia datang dengan kerendahan hatiNya. Dalam hal ini pun Kristus
mengalami penolakkan dan dianiaya serta menerima perlakuan yang sangat tidak adil. Maka
penderitaan dan kematian Kristus dalam perspektif rasul Petrus adalah Dia adalah Allah yang
menunjukkan kerendahan hatinya serta menerima perlakuan yang tidak adil dari orang-orang
tidak mengenal kasih. Walaupun dalam keadaan seperti itu Kristus tetap menunjukkan belas
kasihan dan memberikan pengampunan kepada dunia.

Dengan demikian, bahwa penderitaan yang terjadi terhadap orang percaya bukanlah
suatu kebetulan melainkan suatu perintah untuk turut menderita bersama Kristus. Penderitaan
dan kesesakan yang dialami karena perjuangan iman yang diijinkan oleh Tuhan untuk
membuktikan kemurnian iman (1Ptr. 1:7). Ketika sesuatu yang tidak diharapkan terjadi,
ketika penderitaan datang,orang Kristen tidak perlu mempertanyakan apalagi meragukan
pemeliharaan Tuhan, sebab Allah mengontrol setiap situasi dan Ia memiliki kuasa untuk
menopang orang percaya dari penderitaan yang akan datang. Allah dapat memakai
penderitaan untuk memurnikan iman. Orang Kristen harus mengerti bahwa Allah mampu
melihat iman yang benar dan iman yang pura-pura dan menggunakan penderitaan sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan-Nya. Petrus menyampaikan suatu realita, Rasul Petrus
menulis dua kali you are blessed atau beatitude (anda diberkati atau bahagia). Pemakaian
16
file:///C:/Users/Acer/Downloads/99-Article%20Text-183-1-10-20200304%20(1).pdf diakses pada 01
Maret 2021 Pukul 15:54

7
beatitude keduanya dalam konteks penderitaan (1 Ptr. 3:14; 4:14).17 Dengan kata lain,
walaupun orang percaya dicela dan dihina karena nama Kristus, namun mereka adalah orang
yang berbahagia, orang yang diberkati. Orang percaya yang dicela atau dihina karena nama
Kristus mereka memiliki kebahagiaan yang melimpah sebab Roh Kemuliaan, yaitu Roh Allah
ada padamu. Orang percaya yang menderita dapat mengalami kemuliaan-Nya melalui Roh
Kudus. Orang-orang yang mati syahid dapat menaikkan pujian kepada Allah sementara
berada di tengah api pencobaan yang ganas, dianiaya, dipenjarakan dan mati tanpa mengeluh
atau mengadakan perlawanan terhadap orang-orang yang menangkap mereka. Petrus
menasihatkan kepada orang percaya jangan ada dari kamu harus menanggung hukuman
karena kejahatan. Dapat juga diterjemahkan seseorang yang selalu mendapat hukuman atau
mengalami penderitaan karena selalu melakukan kejahatan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sekalipun seseorang sudah percaya kepada Tuhan, jika melakukan
kejahatan, tidaklah luput dari hukuman. Oleh karena itu, Petrus menasehatkan agar semua
orang percaya menjaga jangan lagi ada yang menderita karena melakukan kejahatan,
melainkan karena kita orang percaya.18

2.8. Refleksinya Teologi Penderitaan Dalam Menghadapi Dampak Penderitaan


Pandemik Corona Saat Ini

Penderitaan merupakan realitas yang tak terelakkan. Kali ini, dunia berhadapan
dengan pandemi COVID-19 yang menyebabkan penderitaan di beberapa aspek kehidupan
manusia seperti kesehatan, sosial, ekonomi, psikologis, hingga religius.. Pandemi covid-19
telah mendatangkan banyak keputusasaan dan ketidakpastian di seluruh dunia.
Kecemasan dan ketakutan dirasakan di mana mana. Pemerintah berbagai negara
menerapkan lock down atau pembatasan aktivitas sosial warganya. Masyarakat
diminta tinggal di rumah, bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Aktivitas publik di
bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain, banyak yang ditutup. Krisis ekonomi
menjadi ancaman serius bagi semua negara. Bagi umat Kristen, salah satu masalah yang
timbul dari pandemi Covid-19 adalah mereka terpaksa beribadah di rumah. Pembahasan
tentang teologi penderitaan kembali mencuat dimasa pandemi covid-19. Tema yang berkaitan
dengan hal tersebut kemudian menjadi pokok yang menarik perhatian dalam dunia.. Dalam
sejarah Alkitab dapat disaksikan bahwa Allah sejak semula merancangkan hal yang baik bagi
17
Geoffrey W. Bromiley, Theological Dictionary (Gremany: Wm. B. Eerdmans Publishing, 1985), 548
18
file:///C:/Users/Acer/Downloads/95-Article%20Text-144-1-10-20200330.pdf diakses pada 01 Maret
2021 pukul 22:03

8
manusia dan ciptaan yang lain, Dia menciptakan segala sesuatu baik adanya (Kej.1-2).
Demikian juga Allah merancangkan kebaikan bahkan rela merendahkan diri-Nya untuk demi
keselamatan manusia (Fil.2:6-11). Dalam konteks ini dapat dilihat bahwa Allah yang maha
baik adalah pencipta segala yang baik. Penderitaan sendiri secara terminologi diartikan
sebagai suatu keadaan yang menyedihkan atau sakit yang harus ditanggung. penderitaan
merupakan bagian dalam hidup manusia yang tidak dapat dihentikan atau dihindari
sepenuhnya. Penderitaan akan menjadi masalah manusia bahkan merupakan masalah teologi
Kristen yang tidak akan terselesaikan sampai kapanpun. Yang terpenting adalah adalah sikap
setiap orang dalam menghadapi atau menerima penderitaan tersebut. Penderitaan dan
kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Haruslah dipahami dalam konteks kekristenan
bahwa orang Kristiani menjadi kuat dalam penderitaan karena memiliki harapan. Harapan
memampukan orang beriman untuk terus mengasihi Allah dalam segala persoalan yang
dihadapinya. Berkaitan dengan situasi covid-19 saat ini manusia memang diperhadapkan
pada situasi penderitaan. Situasi di mana wabah ini membuat manusia tidak
berkutik. Manusia tidak mampu mengandalkan diri sendiri melainkan sifat spiritual manusia
mengarahkan dirinya untuk keluar dari kekuatan dirinya dan melihat kekuatan lain di luar
dirinya yakni Allah. Dalam penderitaan dan situasi maut umat Kristiani diajak untuk terus
menghayati harapan dengan sungguh-sungguh. Iman yang dimiliki seharusnya menjadi
senjata utama dalam berpengharapan kepada Allah. Sambil menantikan keselamatan yang
datang dari pada Allah sendiri, umat manusia harus terus menerus memupuk kerinduan,
sambil tetap percaya dengan bertekun pada kehendak Allah. penderitaan bukan akhir dari
kehidupan, melainkan penderitaan menguatkan orang untuk terus memperbaiki diri dan
mempersiapkan diri menuju pada harapan kebersatuan dengan Allah.  Melihat Allah sebagai
kekuatan melawan penderitaan dan kematian berarti percaya bahwa Allah yang menderita
tidak mengekalkan penderitaan atau Allah sendiri hancur dalam penderitaan.  Keterlibatan
Allah di dalam penderitaan tidak membuat penderitaan menjadi tanpa akhir, tetapi
menempatkan penderitaan itu pada satu horizon harapan akan berakhirnya penderitaan. 19

B. Hope Theology dari Persfektif Petrus Dalam Mengahadapi Dampak


Penderitaan Pandemi Corona Saat ini
2.1. Sejarah Munculnya “Theology Of Hope”
Salah satu pencetus munculnya teologia pengharapan ini adalah Jurgen Moltmann
yang lahir di Hamburg, Jerman pada tahun 1926. Ia adalah seorang professor teologi
19
https://lomes.id/pandemi-covid-19-dalam-perspektif-teologi-pengharapan/ diakses pada 02 Maret 2021
pukul 1529

9
sistematika dari Universitas Tubingen. Ia mulai ide tentang pengharapan manusia ketika ia
ditahan sebagai tahanan perang di Inggris, di mana pengharapan selalu berada di antara hidup
atau mati. Pada tahun 1948 ia mulai belajar teologi di Tubingen di sana ia memperoleh gelar
doktornya.20
Perang Dunia (PD) II telah membawa Eropa porak-poranda dan membawa pengalaman
yang sangat mengecewakan. Perang dingin juga selama tahun 1950an dan 1960an membawa
ancaman bencana nuklir. Para pemuda memberontak terhadap situasi dengan berdemonstrasi
di kampus-kampus mereka. Sementara di Jerman sendiri, terjadi perdebatan antara pengikut-
pengikut komunis dengan kapitalis, antara pengikut Marxisme dengan orang Kristen.
Moltmann sangat dipengaruhi oleh seorang temannya yang Marxisme, Ernst Bloch, dan
juga dipengaruhi oleh perdebatan antara Marxist denga orang Kristen di kampus Tubingen.
Hasilnya, ia mampu menghasilkan tiga buah buku teologi yang sangat berpengaruh, yaitu
Theology of Hope (1965), The Crucified God (1974) dan The Church in the Power of the
Holy Spirit (1977). Melalui buku Theology of Hope Moltmann mengemukakan bahwa Allah
dalam Alkitab memiliki masa depan sebagai hakekat-Nya yang sebenarnya oleh karena itu
Dia yang selalu ada di depan kita dan yang mempertemukan kita dengan janji-janji di masa
depan.21
2.2. Doktrin Teologia Pengharapan
Dalam Teologi Pengharapan ini Moltmann memiliki pangajaran-pengajaran yang
berbicara tentang seluruh dimensi iman Kristiani yang dilihat sebagai berada di masa depan.
Satu-satunya soal dimasa teologia adalah masalah masa depan. Dalam pengajarannya ini
Moltmann menginginkan supaya teologia berbicara tentang Allah yang bersifat teologis. Ia
meninggalkan cara menggambarkan Allah sebagai tokoh yang kekal, yang tanpa bergerak
berada di tempat yang tinggi atau menggambarkan Allah sebagai yang terdalam dari manusia.
Sebab Allah bukan yang berada di tempat yang tinggi atau berada di tempat yang terdalam
melainkan ia berjalan mandahului kita, serta dari depan menarik kita menuju ke masa depan.
Allah mendahului perjalanan hidup kita. Ialah Allah Keluaran (Allah-Exodus), Allah yang
membebaskan kita dari segala kuasa. Ialah Allah sejarah Allah yang membangkitkan kita dari
antara orang mati. Ialah Allah masa depan, Allah yang mengajarkan kita untuk berharap.22

20
http://padarangan.blogspot.com/2010/08/teologi-pengharapan.html (Diakses pada 02/03/2021, pukul
11:44).
21
http://tindaonn.blogspot.com/2014/04/theology-of-hope.html (Diakses pada 02/03/2021, pukul 11:44).
22
Harun Hadiwijono,Theologia Reformatoris Abad ke 20,(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1985),h. 113-114
Diakses pada http://tindaonn.blogspot.com/2014/04/theology-of-hope.html

10
Pengaharapan Kristiani, menurut Moltmann, bukanlah pengharapan akan kedatangan
“dunia yang baru” melainkan pengharapan akan kedatangan Allah yang mentransformir atau
memperbaharui dunia yang ada sekarang ini. Jadi, jelaslah bahwa Moltmann tidak berfikir
tentang spritual heaven, tempat yang disediakan Kristus diseberang sana (Yoh. 14: 2). Bagi
Moltmann, kerajaan Allah belum hadir oleh karena realita dunia yang buruk sekarang ini. Ia
tidak menerima kesaksian Alkitab akan kehadiran kerajaan Allah secara rohani dalam hidup
orang-orang percaya. Baginya kehadiaran anugerah Allah dalam pertanggung-jawaban iman
kristiani ditengah sejarah, tidak sama dengan kehadiran kerajaaan Allah sendiri.23
2.3. Teologia Pengharapan Dalam Presfektif Petrus
Teologi pengharapan diawali dengan kebangkitan Kristus. Melalui iman, orang percaya
terikat kepada Kristus, dan oleh karena itu kita memiliki pengharapan akan kebangkitan
Kristus dan pengetahuan bahwa Kristus akan kembali. Teologi pengharapan adalah tentang
pengharapan orang percaya, pengharapan yang menopang dan membawa setiap orang
percaya dalam melalui kehidupan. Seperti dikatakan dalam (1 Petrus 1:3) "Terpujilah Allah
dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan
kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang
penuh pengharapan." Ini adalah pengharapan yang mengubah kita dan mengubah dunia. Kita
berharap bahwa janji-janji Tuhan sudah dalam proses pemenuhan.24
Rasul Petrus meminta agar orang-orang yang telah dipilih oleh Allah dan yang telah
dikuduskan  oleh Roh Kudus supaya taat kepada Kristus dan penuh kegembiraan walaupun
ditimpa berbagai-bagai pencobaan. Alasanya karena Kuasa Kebangkitan Yesus Kristus telah
memberi hidup yang penuh pengharapan.
Hidup Yang Penuh Pengharapan Menuru Petrus
1. Hidup Yang Telah Dilahirkan Kembali. (1 Petrus 1:3, 23-25)

Ciri hidup yang telah dilahirkan kembali:

1. Menerima bahagian yang tidak dapat binasa yaitu hidup yang kekal (ayat 4 dan 23)
2. Menerima pemeliharaan Allah (ayat 5)
3. Menerima hidup yang dikuduskan oleh Roh (ayat 2)
4. Hidup yang telah dilahirkan kembali adalah hidup yang penuh pengharapan untuk
memperoleh keselamatan (ayat 9) dan kemuliaan serta pemeliharaan Allah. (ayat 5)
23
Yakub B. Susabda,Teologi Modern II,(Malang:Yayaysan Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1984),h. 131, 141 Diakses pada http://tindaonn.blogspot.com/2014/04/theology-of-hope.html
24
https://hokimtong.org/pembinaan/implikasi-theology-of-hope-jurgen-moltmann-bagi-gereja/ (Diakses
pada 02/03/2021, pukul 13:07).

11
2. Hidup Yang Telah Ditebus (1 Petrus 1:18)
1. Ditebus oleh darah Allah, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang tak bercela. (1 Petrus 1:19)
2. Hidup yang penuh dengan Kasih Kristus (1 Petrus 1:22)
3. Hidup yang telah ditebus oleh Darah Allah adalah hidup yang penuh pengharapan.25

2.4. Hope Teology Dalam Menghadapi Pandemi saat ini

Dalam situasi saat ini, di mana keganasan pandemi covid-19 yang semakin hari
semakin menyerang secara membabi buta makhluk yang bernama. Masih adakah sedikit
ruang bagi kita untuk berharap? Kalau kita menjawab ya atas pertanyaan ini, lantas
pertanyaannya kemudian adalah: Harapan seperti apa yang perlu kita hidupi? Tentu, harapan
dimaksudkan di sini bukan berarti pasif; tidak melakukan apa-apa; dan hanya menunggu saja
kapan harapan itu terwujud. Harapan tidak identik dengan pasrah; berharap bukan berarti lari
dari dunia ini. Ketekunan dalam berharap justru harus ditunjukkan dengan menjalankan
tanggung jawab dalam hidup. Untuk konteks kita saat ini, di mana pandemi covid-19 semakin
meluas, harapan yang mesti kita bangun ialah, pertama, wabah ini pasti akan berlalu dari
kehidupan kita. Ini adalah harapan kita; kedua, “bahwasannya di mana bahaya itu ada, di situ
tumbuh juga “kuasa” untuk menyelamatkan.Akan tetapi, tanpa adanya harapan dan
kepedulian dari pihak kita, kuasa itu mustahil tumbuh. Bahaya melatih kita untuk peduli,
yaitu bertanggung jawab dengan tidak berkumpul, untuk berbela rasa tanpa menyentuh, untuk
setia kawan tanpa merangkul. Ketiga, harapan untuk konteks kita saat ini dapat juga berarti
berdisiplin diri, taat terhadap arahan atau anjuran dari yang berwajib demi keselamatan
semua orang, dan peduli dengan keadaan orang-orang di sekitar kita. Melalui harapan seperti
ini, tragedi kemanusiaan ini segera akan berlalu dari hidup kita.

Teologi pengharapan Jurgen Moltmann menekankan hal penting dalam hidup umat
beriman yakni pentingnya menaruh harapan kepada Kristus. Pengalaman penderitaan pribadi
dan juga kehancuran bangsa Jerman, menyadarkan Moltmann akan pentingnya harapan
terjadinya perubahan hidup ke arah yang lebih baik di masa depan.Tentu di masa ini, manusia
sedang dilanda wabah covid 19. Dari peristiwa ini tentu manusia mempunyai pengharapan
yang besar untuk mampu keluar dari situasi tersebut.Pengharapan ini bukan tanpa Allah,
melainkan bersandar pada Allah, secara khusus salib dan kebangkitan Kristus. Inilah
landasan pengharapan Kristiani.Akan tetapi, iman akan Kristus ini harus diwujudkan dalam
25
https://kemah-injil.org/2018/03/27/hidup-yang-penuh-pengharapan/ (Diakses pada 02/03/2021, pukul
15:24).

12
tingkah laku konkret, yakni mengubah dunia yang penuh penderitaan ini menjadi dunia yang
lebih baik. Dengan demikian, pengharapan kristiani bukan hanya ucapan, tetapi dibuktikan
melalui aksi yang nyata yang menghadirkan Kristus.Inilah pengharapan yang realistis;
pengharapan yang menyentuh persoalan konkret para pengikut Kristus. Gereja dipanggil
untuk pergi dan melayani dunia, membangun dunia baru sambil menaruh harapan kepada
Kristus.26 

III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa suffering adalah penderitaan dari
kata dasar derita (pascho). Penderitaan itu datang dari hubungan yang terputus dengan Allah.
dimulai dari kegagalan hubungan Adam dan Hawa dengan Allah, maka manusia mulai
merasakan penderitaan. Maka sebab itu pandangan atau persepktif Rasul Petrus adalah
melihat penderitaan ini, Penderitaan selalu menyertai kehidupan manusia, karena melalui
penderitaan kuasa Tuhan nyata bagi orang yang bertahan di dalamnya. Penderitaan
merupakan cara Tuhan untuk menyadarkan umatNya supaya tidak bersandar pada kekuatan
sendiri melainkan bersandar pada Allah yang memberikan pengharapan dalam setiap
kesesakan, serta menyadari bahwa Kristus telah terlebih dahulu menderita bagi umat
manusia. Lalu Teologi pengharapan diawali dengan kebangkitan Kristus. Melalui iman,
orang percaya terikat kepada Kristus, dan oleh karena itu kita memiliki pengharapan akan
kebangkitan Kristus dan pengetahuan bahwa Kristus akan kembali. Teologi pengharapan
adalah tentang pengharapan orang percaya, pengharapan yang menopang dan membawa
setiap orang percaya dalam melalui kehidupan. Oleh sebab itu jika dikaitkan dengan covid-19
adalah orang Kristiani menjadi kuat dalam penderitaan karena memiliki harapan. Harapan
memampukan orang beriman untuk terus mengasihi Allah dalam segala persoalan yang
dihadapinya. Berkaitan dengan situasi covid-19 saat ini manusia memang diperhadapkan
pada situasi penderitaan. Dalam penderitaan dan situasi maut umat Kristiani diajak untuk
terus menghayati harapan dengan sungguh-sungguh. Iman yang dimiliki seharusnya menjadi
senjata utama dalam berpengharapan kepada Allah. Sambil menantikan keselamatan yang
datang dari pada Allah sendiri, umat manusia harus terus menerus memupuk kerinduan,
sambil tetap percaya dengan bertekun pada kehendak Allah. 
IV. Daftar Pustaka

26
https://jubi.co.id/wabah-covid-19-di-papua-dalam-perspektif-manusia-sebagai-makhluk-
berpengharapan/ (Diakses pada 02/03/2021, pukul 16:00).

13
Ali, Lukman. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, PN. Balai Pustaka, 1995.
Bromiley, Geoffrey W. Theological Dictionary of The New Testament Grand Rapids,
Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1986.
Bromiley, Geoffrey W. Theological Dictionary Gremany: Wm. B. Eerdmans
Publishing, 1985.
Browning, W.F.R. Kamus Alkitab Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Dister, Niko Syukur. Teologi Sistematika Allah Penyelamat Vol. I, Yogyakarta:
Kanisuss, 2004.
Douglas, J.D. Ensiklopedi Allkitab Masa Kini Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 1997.
Elvis, Paul. Ambang Pintu Teologi Jakarta: BPK Gunung Mulia,1998.
Hadiwijono, Harun. Theologia Reformatoris Abad ke 20, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1985.
Holladay, R. Carl. A Critical Introduction to the New Testament, Nashville:
Abingdon Press, 2005.
Lewis, C.S. The Problem of Pain New York: The Macmillan Co, 1994.
Lie, Bedjo. “Penderitaan Menurut Agama Buddha: Sebuah Tinjauan Kritis Dari
Perspektif Kristen” (Artikel).
Majau, Julianus. & Drewes B. F. Apa itu Teologi? Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2003.
Purba, B. Kreyse. “Menderita Karena Pilihan: Sebuah Renungan Tentang Imperatif
Penderitaan Di Tengah Komunitas Yang Pluralistik”, Jurnal TeologiStulos Bandung: STTB,
2010.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
3 Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Saragih, Agus Jetron. Kitab Ilah Medan: Bina Media Perintis, 2016.
Susabda, B. Yakub. Teologi Modern II, Malang:Yayaysan Lembaga Reformed Injili
Indonesia, 1984.
Tong, Stephen. Kristen Sejati Vol. I, Surabaya: Momentum, 2005.
V. Sumber Referensi

file:///C:/Users/Acer/Downloads/95-Article%20Text-144-1-10-20200330.pdf diakses
pada 01 Maret 2021 pukul 22:03

14
file:///C:/Users/Acer/Downloads/99-Article%20Text-183-1-10-20200304%20(1).pdf
diakses pada 01 Maret 2021 Pukul 15:54
http://padarangan.blogspot.com/2010/08/teologi-pengharapan.html (Diakses pada
02/03/2021, pukul 11:44).
http://tindaonn.blogspot.com/2014/04/theology-of-hope.html (Diakses pada
02/03/2021, pukul 11:44).
https://hokimtong.org/pembinaan/implikasi-theology-of-hope-jurgen-moltmann-bagi-
gereja/ (Diakses pada 02/03/2021, pukul 13:07).
https://id.wikipedia.org/wiki/Simon_Petrus diakses pada 01 Maret 2021 pukul 20:54
https://jubi.co.id/wabah-covid-19-di-papua-dalam-perspektif-manusia-sebagai-
makhluk-berpengharapan/ (Diakses pada 02/03/2021, pukul 16:00).
https://kemah-injil.org/2018/03/27/hidup-yang-penuh-pengharapan/ (Diakses pada
02/03/2021, pukul 15:24).
https://lomes.id/pandemi-covid-19-dalam-perspektif-teologi-pengharapan/ diakses
pada 02 Maret 2021 pukul 15:29

15

Anda mungkin juga menyukai