Anda di halaman 1dari 7

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GAMALIEL

MATA KULIAH : Soteriologi


DOSEN : Dr. Ir.Timotius Haryono, M.Th..
TUGAS : Artikel Tentang Soteriologi Rasul
Paulus
NAMA : Samwel Luhut Maruba Siahaan
DIKUMPULKAN : Selasa, 20 Maret 2021

SOTERIOLOGI RASUL PAULUS

Pendahuluan
Topik soteriologi memiliki kedudukan yang penting dalam ilmu
teologi dan pelayanan Kristen, begitu juga dengan topik tentang
Kristologi. Doktrin soteriologi memiliki peran penting bagi kepentingan
etika lingkungan, demikian pula dalam pelayanan pastoral yang
membutuhkan refleksi pastoral dari soteriologi, kemudian bagi
pelaksanaan penginjilan doktrin soteriologi juga memiliki peran yang
penting. Oleh sebab itu, kajian tentang soteriologi perlu diperkaya
sehingga dapat memberikan sumbangan bagi ilmu teologi.

Ajaran tentang keselamatan dikenal dengan istilah soteriologi.


Kata soteriologi berasal dari kata Yunani soterion yang berbentuk
netral dari nomina feminim soteria yang berarti keselamatan. Soteria
pula berasal dari nomina soter berarti penyelamat, juru selamat kalau
berbentuk verba berarti menyelamatkan, melepaskan dari bahaya
kehancuran. Keselamatan adalah topik yang sering dibicarakan dan
tidak pernah berakhir. Ada banyak referensi buku yang membahas
tentang keselamatan dan dibicarakan dalam berbagai kajian agama
seperti diskusi, seminar yang membahas tentang keselamatan,
berbagai pendapat dan asumsi dibangun untuk menemukan arah dan
kepastian dari keselamatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
keselamatan menuntut jawaban dan kepastian. Ajaran keselamatan
merupakan pokok bahasan yang luas dalam Alkitab. Masalah itu
mencakup seluruh waktu, baik kekekalan di masa lampau maupun
kelak.1

1
Desti Samarenna, “Konsep Soteriologi Menurut Efesus 2:1-10,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika 2, no. 2 (December 10, 2019): 247–264.
Klaim kebenaran (truth claims) atas satu agama terhadap agama
lain adalah bagian yang melekat dan tidak dapat dilepaskan dari setiap
agama. Oleh Karena itu, ajaran keselamatan di dalam agama menjadi
bagian penting yang harus dipegang teguh oleh pemeluknya dan
menjadi pedoman penting dalam melakukan ritual-ritual sebagai orang
beragama. Pemahaman akan keselamatan yang ada di dalam agama-
agama saat ini, nampaknya sudah menjadi hal yang dicari-cari orang
semenjak filsafat Yunani berkuasa, sekitar empat atau lima ratus
tahun sebelum masehi. Sejarah mencatat bahwa keselamatan pada
waktu itu didapatkan melalui dewa-dewi mitologi Yunani yang
dipercaya akan memberikan keselamatan melalui persembahan atau
sesaji, bahkan memerlukan ritus inisiasi.2

Inilah yang menjadi tantangan rasul Paulus, ketika


memperkatakan dan menjelaskan Injil di dunia Helenis, rasul Paulus
harus berhadapan dengan mitologi dewa-dewi Yunani. Rasul Paulus
kemudian menggunakan ide-ide Helenis di dalam mewartakan Injil
dengan tetap memakai dasar iman yang merupakan kelanjutan
Yudaisme. Hal tersebut dilakukan supaya dapat diterima dengan
mudah oleh masyarakat di dunia Helenis tersebut. Namun yang perlu
diperhatikan, rasul Paulus dengan tegas mewartakan bahwa
Kekristenan adalah satu-satunya agama yang membawa kebenaran
(keselamatan).

Rasul Paulus mewartakan Injil dengan pimpinan Roh Kudus, dan


semangat yang membara dalam memberitakan, sehingga dalam Injil
nyata kebenaran Allah bahkan tidak ada lagi perbedaan antara Yahudi
dan non Yahudi apabila sudah percaya kepada Yesus Kristus.
Keselamatan yang diperoleh hanya di dalam Yesus Kristus, tentunya
akan menunjukkan hasil yang baik sebaga efek keselamatan yang
diperoleh.3

2
Iwan Kurniawan, “KONSEP KESELAMATAN MENURUT RASUL PAULUS DALAM SURAT ROMA DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA” (Universitas Duta Wacana,
2016), https://katalog.ukdw.ac.id/1979/1/01110025_bab1_bab5_daftarpustaka.pdf.
3
Irwanto Berutu, “PANDANGAN PAULUS TERHADAP INJIL,” Jurnal Sotiria 3, no. 2 (n.d.): 108–115,
accessed April 27, 2021, https://studylibid.com/doc/225872/pandangan-paulus-terhadap-injil-oleh.
Soteriologi Rasul Paulus

Sebelum beranjak kepada Soteriologi dari rasul Paulus, terlebih


dahulu untuk mengetahui latar belakang Paulus ini. Dikarenakan ini
hal yang berkaitan dengan setting waktu, tempat dan keadaan dimana
rasul Paulus bertobat dan memberitakan karya keselamatan Allah
tersebut.

Latar Belakang Rasul Paulus

Rasul Paulus memiliki latar belakang dari suku Benyamin dan


anggota Farisi yang sangat aktif dalam kegiatankegiatan keagamaan
Yahudi. “Paulus lahir di Tarsus sebagai warga Negara Roma”1 . Latar
belakang ini sangat penting diketahui sehingga kita bisa melihat bahwa
Paulus bukan orang sembarangan, dalam Kis. 16:37 memberi
penjelasan singkat tentang keberadaan bahwa” Tetapi Paulus berkata
kepada orangorang itu: tanpa diadili mereka telah mendera kami,
warga Negara Roma, di muka umum, lalu melemparkankan kami
kedalam penjara”. Bahkan lebih jelas lagi pernyataan Rasul Paulus
dalam Fil. 3: 5-6 ‘disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari
suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum
taurat aku orang Farisi. Paulus secara tidak langsung ingin
menegaskan bahwa ia keturunan orang Yahudi yang senantiasa
berpegang kepada hukum Taurat.
Rasul paulus mengalami perubahan atau istilah yang kita kenal
‘bertobat’ adalah suatu peralihan dari agama Yahudi kepada pengikut
Kristus, yaitu pada waktu perjumpaannya dengan Kristus dalam
perjalanannya ke Damsyik menjadi suatu momen bersejarah dan
sekaligus mengambill komitmen menjadi pemberita Injil (Kis 9).
Paradigma Paulus berubah secara drastis menyatakan “Kristus adalah
akhir Taurat” (Rm.10:4) maksudnya Taurat hanya sebagai permulaan
untuk mengenali keberadaan sebagai ciptaan Allah, tetapi wujud
semuanya merujuk kepada Yesus Kristus yang diutus Bapa sebagai
jalan dan kehidupan bagi mereka yang percaya kepadanya, Tom Jacobs
menjelaskan” Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, dalam bahasa
Yunaninya “telos nomou” ‘nomos’ artinya hukum, sedangkan untuk
kata ‘’telos Arndt-Gingrich (Bauer) memberikan tiga arti: 1).Termination
(kesudahan), 2).rest (Istirahat), 3).duties (patuh), dijelaskan bahwa
“zaman iman” datang sesudah “zaman Taurat”.
Rasul Paulus dikenal sebagai Rasul yang memiliki dedikasi tinggi
sebagai hamba Tuhan, melakukan tugas panggilannya memberitakan
Injil. Hal ini dilakukannya karena merasa berhutang budi kepada
Yesus Kristus yang telah menyerahkan nyawaNya kepada manusia
berdosa. Dalam Kitab Roma 1:1-2 menyatakan: “ Aku telah dipanggil
menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah, Injil itu
telah dijanjikan sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam
kitab-kitab suci”. 4
Hal inilah yang melatar belakangi kehidupan Paulus menjadi
rasul Kristus, untuk memberitakan kabar baik ‘Injil’ pertama-tama
kepada orang Yahudi tetapi selanjutnya kepada bangsa non Yahudi.
Dasar hidupnya terletak kepada Kristus, Kristus sebagai sentral
pemberitaannya sepanjang abad. Sekalipun banyak mengalami
tekanan dan tantanagan dari bangsa Yahudi tetapi paulus tetap
semangat melaksanakan tugas dan panggilan, sebab paulus
memahami arti dan tujuan hidupnya sebagai hamba Allah.

Konsep Rasul Paulus Tentang Keselamatan

Paulus memberikan pengertian soteria secara esklusif hanya


dalam kaitan dengan hubungan antara Allah dan manusia, sedangkan
bilamana menyinggung kelepasan dari bahaya dan bencana, Paulus
memakai rhoumai. Penggunaan sozo dan soteria oleh Paulus
mempunyai aspek eskatologis (lihat 1 Kor 5:5; bd. Roma 5:9; Fil. 1:28; I
Tes 5:8-9), khususnya menyangkut keselamatan dari murka Allah.
Akan tetapi karena Paulus juga mengartikan murka Allah dalam
konteks kekinian, yang dimana soteria menyangkut aspek kekinian
dalam pemahaman Paulus. 5

Keselamatan dari murka Allah sebenarnya adalah salah satu sisi


dari pengertian Paulus tentang soteria. Pada sisi yang lain, soteria
4
Ibid.
5
T Haryono, Soteriologi Alkitabiah (SIMPOSIUM PASTI, n.d.).
mencakup tentang pemulihan kembali kemulian (doksa) yang tidak lagi
dimiliki oleh manusia berdosa (Rom. 3:23), untuk serupa dengan eikon
(gambaran) Anak Allah (Rom. 8:29; Fil 3:20-21).
Karya Keselamatan Yesus menurut Rasul Paulus:
 Roma 1: 16-17, Rasul Paulus mewartakan bahwa Injil adalah
kekuatan Allah, yang menyelamatkan setiap orang percaya
kepada Injil. Kehidupan orang yang benar kan hidup dalam iman
terhadap Injil.
 Roma 3:25-26, Kristus Yesus menjadi dasar penebusan,
penyucian, pendamaian, keselamatan, kemuliaan bagi orang
yang pecaya.
 1 Korintus 15:2-5, Injil memberikan keselamatan bagi orang yang
percaya.
 2 Korintus 2:14, Kristus Yesus membawa kemenangan.
 Galatia 1:4; 2:20; 3:13; 4:5; 5:24; 6:14, Kristus Yesus yang
membebaskan orang percaya dari Hukum Taurat dan dosa dan
menempatkan pada posisi merdeka. Dalam Kristus Yesus orang
percaya disediakan kelepasan dari kutukan dosa, kutukan
hukum, dan kutukan diri sendiri.
 Efesus 4:21-32, Menerima dan percaya kepada Kristus Yesus
memberikan hidup baru dan juga memberikan ajaran mengenai
bagaimana cara hidup baru.
 Filipi 3:20-21, Didalam Kristus Yesus, mengubahkan tubuh yang
hina, menjadi tubuh yang mulia.
 Filipi 4:13, Didalam Kristus Yesus, ada kekuatan.
 Kolose 1:21-23, Percaya kepada Yesus akan diiperdamaikan, dan
dikuduskan.
 I Tesalonika 5:23, Percaya kepada Yesus, kehidupan akan
menjadi sempurna atas pemeliharaan-Nya.
 I Tesalonika 4:13-18, Percaya kepada Yesus, akan mendapatkan
kebangkitan kembali.
 I Timotius 1:15, Yesus datang kedunia untuk menyelamatkan
orang berdosa dan menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan semua
orang (2:6).
 Ibrani 10:5-10, Kristus Yesus sebagai persembahan yang
sempurna untuk menghapuskan dosa manusia.
Keadaan Manusia Berdosa
Rasul Paulus juga memberikan ulasan tentang keadaan orang
yang berdosa:
 Mengalami pemberontakan terhadap Allah (Roma 8:7)
 Bermusuh dengan Allah (Roma 5:10; Kol. 1:2-10.
 Ketidaktaatan (Roma 11:32; bd. Gal. 3:22)
 Tidak memiliki kemuliaan (Roma 3:23)
 Mendapatkan maut (Roma 6:23).

Istilah-istilah dalam Keselamatan menurut Paulus


Pemahaman Paulus tentang makna karya penyelamatan Allah di
dalam Kristus dapat diketahui juga melalui penggunaan kata
apolutrosis (penebusan) oleh Paulus. Pengertian dasar kata apolutrosis
ialah pembebasan melalui pembayaran tebusan. Hal ini bisa dilihat
dari Efesus 1:7 (“Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya”) dan Roma
3:24 dalam nama penebusan berhubungan erat dengan kurban
pendamaian Kristus. Penekanannya adalah pada harga penebusan
manusia. Dengan kata lain, melalui kematian Kristus di kayu salib
harga tebusan untuk pembebasan manusia telah terbayar.

Paulus mempunya istilah lain lagi untuk memaparkan makna


karya keselamatan Allah dalam Kristus, yakni Katallage (perdamaian,
rekonsiliasi), dan kata kerjanya Katallaso (memperdamaikan). Paulus
menjelaskan makna keselamatan dari segi katallage ini hanya dua kali
secara mendalam, yaitu Roma 5:8-11 dan 2 Kor 5:17-21.

KESIMPULAN
Kesimpulannya ialah bahwa konsep keselamatan menurut rasul
Paulus tidaklah muncul begitu saja, namun hal tersebut berkaitan
dengan pemikiran, ide atau pengertian yang dipahami oleh dirinya.
Maka, konsep keselamatan bagi rasul Paulus tidaklah dapat dilepaskan
dari pengertian yang dipahami melalui refleksi pribadinya atas sejarah
keselamatan Israel di masa lampau yang dihubungkan dengan
tindakan penyelamatan Allah melalui karya Yesus Kristus.
Kesadarannya sebagai hamba Kristus dan seorang utusan dari Allah
telah menjadi tugas dan tanggung jawab Paulus untuk memberitakan
Injil tentang Anak-Nya kepada orang-orang bukan-Yahudi. Injil yang
diberitakan oleh Paulus berkaitan erat dengan keselamatan yang telah
dijanjikan Allah melalui para nabi dan kitab suci sebelum Paulus. Bagi
Paulus, janji Allah tersebut telah digenapi melalui karya Anak Allah
ketika menjalankan tugas-Nya sebagai manusia (Mesias), yaitu
mengorbankan diri di kayu salib supaya orang yang percaya kepada-
Nya memperoleh keselamatan.

Berita keselamatan yang dibawa oleh rasul Paulus kepada jemaat


Roma telah mengatasi semua perbedaan (Rm. 1:14-15), sehingga
keselamatan dapat diperoleh oleh semua orang melalui Injil (Rm. 1:16-
17). Injil itu berisi tindakan penyelamatan Allah melalui karya Anak
Allah yang telah mati disalibkan, dikubur, dan bangkit. Bagi setiap
orang yang beriman atau percaya kepada Yesus Kristus sang Anak
Allah, maka akan memperoleh keselamatan melalui tindakan
pembenaran Allah. Maka, berita keselamatan itu telah mematahkan
konsep-konsep keselamatan partikular, yang di klaim oleh agama-
agama tertentu, secara khusus agama Yahudi.

Anda mungkin juga menyukai