Anda di halaman 1dari 6

Nama : John Lenon Nainggolan

NPM : 140510027
Semester : X (Sepuluh)
Mata Kuliah : Mariologi
Dosen : Alfons Very Ara, Lic. S.Th

DOGMA MARIANIS
-Ringkasan Materi kuliah Mariologi-

Hubungan Bunda Maria dengan Yesus Kristus menjadikan Bunda Maria memperoleh
tempat yang teramat istimewa dalam Gereja Katolik. Keistimewaan ini dituangkan oleh Gereja
Katolik dalam rumusan dogma berdasarkan data-data biblis dan refleksi iman umat Allah.
Dogma tersebut ialah Maria Bunda Allah, Maria Bunda Perawan, Maria Dikandung Tanpa Noda,
dan Maria Diangkat ke Surga.
1. Maria Bunda Allah
Secara biblis, dasar penetapan Maria sebagai Bunda Allah ialah ajaran Rasul Paulus kepada
jemaat di Galatia. Dalam Gal 4:4, Paulus menegaskan peran Bunda Maria dalam inkarnasi, Allah
menjadi Manusia. Allah adalah Tuhan yang Mahatinggi dan Mahabesar. Walaupun demikian,
Allah tidak tinggal di dalam kemahabesaran dan kemuliaan yang teramat tinggi itu sehingga
manusia tidak dapat mengenal-Nya. Kepada manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, Allah telah
merencanakan keselamatan. Supaya manusia yang hendak diselamatkan mengenal Dia yang
menyelamatkan maka Dia harus menghadirkan diri sebagai manusia agar dapat dikenal oleh
manusia itu. Itulah inkarnasi. Syarat utama agar Allah yang Mahatinggi dapat menjadi manusia
ialah Dia harus tunduk pada hukum manusia yaitu lahir dari rahim seorang wanita. Maria
seorang gadis sederhana dari Galilea, secara istimewa dipilih Allah untuk melahirkan Putera-
Nya. Maria sebagai wanita yang melahirkan Yesus Sang Allah Putera disebut Bunda Allah.
0. Maria Bunda Perawan
Gereja tetap mengimani Maria sebagai perawan, meskipun telah mengandung dan
melahirkan Yesus, Putera Allah. Pembentukan Putera Allah dalam Rahim Maria terjadi secara
alami dan bukan karena campur tangan laki-laki. Maria mengandung bukan dari laki-laki, tetapi
dari Roh Kudus. Iman Gereja tentang keperawanan Maria dijelaskan dalam tiga fase. Pertama,
virginitas ante partum, menjelaskan kesadaran Maria akan panggilan Allah. Maria tetap hidup
sebagai perawan semata-mata untuk Allah. Sebagai manusia, Maria “menggugat” Allah perihal

1
bagaimana ia mengandung tanpa bersuami. Namun karena iman, Maria percaya akan kuasa
Allah dan daya cipta dalam Roh Kudus. Kedua, virginitas in partum, menjelaskan Konsep
bernuansa Kristologis dan bukan Mariologis. Sebab dengan ini hendak dinyatakan ketundukan
Allah kepada hukum manusia. Ketiga, virginitas post partum, menjelaskan bahwa Maria tetap
perawan bahkan setelah melahirkan Yesus. Gereja memberikan landasan teologis bahwa sedari
awal, Maria merelakan diri sepenuhnya untuk menjadi Hamba Tuhan dan Ibu Yesus
(keperawanan spiritual). Oleh karena itu, sangatlah wajar, pantas dan masuk akal apabila Maria
tidak lagi merelakan diri untuk seseorang yang lain.
0. Maria Dikandung Tanpa Noda
Dogma ini menjelaskan bahwa keistimewaan Maria. Maria adalah manusia biasa yang
memiliki konkupisensia. Namun, Maria tidak berdosa karena kebebasannya sebagai manusia
sangat diarahkannya hanya kepada Allah. Dia mampu mengesampingkan dirinya sendiri agar
kehendak Allah terjadi. Dogma Maria dikandung tanpa noda yang diimani Gereja hendak
menyatakan bahwa Maria tidak berdosa.
0. Maria Diangkat ke Surga
Penetapan dogma ini juga berkaitan dengan perdebatan tentang kubur Maria. Sebagai
manusia, Maria kiranya mati dan dikuburkan selayaknya manusia pada umumnya. Perumusan
dogma ini tidak hendak menekankan pentinya mengetahui secara historis apakah Maria sungguh
diangkat ke surga dengan jiwa dan tubuhnya.
Penyempurnaan isi dogma oleh Gereja menekankan bahwa Maria diangkat ke dalam
kemuliaan surga. Hal ini tentu membuat umat beriman semakin mudah memahami
ketidakberdosaan Maria. Terlepas dari fakta historis Maria meninggal, kemudian badannya
diangkat ke surga atau tidak, Maria telah diperkenankan masuk ke dalam kemuliaan Allah, dapat
berjumpa langsung dengan Allah, penciptanya. Tidak ada hal yang dapat menghalangi Maria
untuk mulia bersama Allah. Maria tidak berdosa sehingga dia harus melewati api penyucian dan
penghakiman. hanya orang berdosa yang perlu dimurnikan dan dihakimi. Maria adalah seorang
manusia murni yang taraf hidupnya berada di level ilahi atau level surgawi.

2
Relevansi Pastoral
Ajaran Gereja tentang Maria menekankan peran dan kedudukan Maria dalam tata
keselamatan. Maria ditempatkan sebagai anggota Gereja yang telah memperoleh keselamatan
dan kemuliaan Allah. Ajaran Gereja tentang Maria muncul dari penghayatan dan refleksi umat
beriman. Maria dalam pengalaman hidupnya menunjukkan ketaatan dan kesetiaan total kepada
kehendak Allah. Maria adalah pribadi yang secara utuh membaktikan dirinya kepada Yesus
Kristus dengan kesediaannya untuk mengemban tugas sebagai Bunda Allah dalam iman dan
dengan ketaatan total kepada penyelenggaraan ilahi. Dengan demikian, Maria adalah teladan
bagi Gereja, sebab di dalam Maria tampak sejarah keselamatan. Dalam diri Maria dan melalui
Maria menjadi nyata peranan manusia dalam sejarah dan di dalam tata penyelamatan.
Sebagai calon imam, kiranya penting untuk memahami dengan baik hakikat dogma
Gereja tentang Maria sebagai bekal dalam karya pastoral baik melalui katekese atau melalui
khotbah kepada umat. Mempelajari dan memahami dengan baik dogma Gereja tentang Maria
membuka wawasan kita akan peran dan kedudukan Maria dalam tata Keselamatan Allah.
Dengan demikian penghormatan dan berbagai praktek devosional kepada Bunda Maria dalam
hidup menggereja dan umat beriman tidak jatuh pada pemahaman dan penghayatan iman yang
salah dan keliru. Sehingga, setiap umat beriman mampu mempertanggungjawabkan ajaran iman
Gereja dan mampu membela ketika berhadapan dengan umat dari keyakinan yang berbeda
dengan Katolik.
Selain itu, kiranya ketaatan dan kekudusannya Maria menjadi contoh bagi Gereja dan
seluruh umat beriman. Ketaatan iman Maria sampai di kaki salib Kristus, hendaknya mendorong
kita juga untuk taat sampai akhirnya, bahkan ketika tidak ada dasar untuk berharap. Ketaaatan
Bunda Maria ini mencakup ketaatan dalam mendengarkan Sabda Tuhan dan melaksanakannya.
Kekudusan Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru juga menjadi teladan bagi kita. Dengan
tingkatan yang berbeda, kita juga adalah menjadi tabut/ bait Allah. Terutama pada saat kita
menyambut Kristus dalam Ekaristi kudus. Seperti Maria yang bergegas melayani Elizabeth,
maka kita, setelah ‘mengandung’ Kristus di dalam tubuh kita, selayaknya bergegas melayani
sesama yang membutuhkan.

3
KHOTBAH HARI RAYA MARIA DIKANDUNG TANPA NODA DOSA

Saudara/i terkasih, hari ini Gereja universal merayakan hari raya Maria dikandung tanpa
noda dosa. Maria dikandung tanpa noda dosa merupakan salah satu dari empat dogma Gereja
tentang Maria. Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX mengumumkan Dogma

Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda dosa. Gereja menyadari bahwa,

penyematan Maria dikandung tanpa noda dosa kepada Maria bukan tanpa dasar.

Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa berhubungan dengan peran istimewanya

sebagai Ibu Tuhan Yesus. Maria adalah sarana yang dipakai Allah dalam inkarnasi-

Nya turun ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Maria melahirkan

Yesus Kristus yang adalah Allah. Sebagaimana Allah adalah kudus, maka tidak

mungkin Ia dilahirkan dari rahim seorang wanita yang telah terkontaminasi oleh

dosa. Inilah dasar mengapa Gereja menyematkan gelar kepada Bunda Maria

dikandung tanpa noda dosa. Sebab sejak awal Allah telah memilih dan

mempersiapkan Maria untuk melahirkan Putra-Nya Yesus Kristus di dunia dalam

tata keselamatan.

Pertanyaanya, apakah Bunda Maria bukan manusia biasa seperti kita dan

manusia lainnya?

Harus disadari, Maria adalah manusia biasa. Dia bukan malaikat yang dilindungi

oleh Allah dari dosa. Gereja menempatkan Maria sebagai anggota Gereja. Artinya,

sebagai anggota Gereja, Bunda Maria sama dengan kita sebagai manusia biasa

yang tidak terlepas dari kecenderungan-kecenderungan manusiawi atau

konkupisensia. Letak perbedaaanya dan keunggulan Maria adalah Maria mampu

secara total mengarahkan dan menyerahkan dirinya pada kehendak Allah. “Aku ini

hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”, menegaskan penyerahan

diri Maria yang total pada kehendak Allah. Sejak awal, Maria telah mngarahkan dan

menyerahkan dirinya secara total pada kehendak Allah dan ia tetap setia

4
sepanjang perjalanannya mendampingi Yesus Kristus sampai kebangkitan-Nya dari

alam maut. Kesanggupan dan kesetiaan itulah yang menjadikan diri Maria menjadi

wanita yang penuh rahmat dan terberkati oleh Allah. Maria dalam kebebasannya

sebagai manusia selalu mengarahkan dirinya kepada kehendak Allah.

Oleh karena itu, penyematan gelar Maria dikandung tanpa noda dosa, bukan

mau mengatakan bahwa Maria adalah seorang yang telah dilindungi oleh Allah dari

dosa. Ia adalah manusia biasa seperti kita yang juga memiliki kecenderungan-

kecenderungan manusiawi. Maka, hal penting yang harus kita sadari dari perayaan

Maria dikandung tanpa noda dosa adalah, bagaimana kita belajar dan meneladani

keberimanan Maria dalam pengalaman dan perjalanan hidup kita sebagai orang

beriman. Kita harus menyadari, meskipun Maria telah dipilih Allah dari semula

untuk melahirkan Putra-Nya ke dunia, tidak serta merta menjadikan Maria terlepas

atau terbebas dari berbagai pergumulan, kesulitan dan penderitaan dalam

perjalanannya mendampingi Yesus Kristus Putra Allah. Justru disana Maria nyata

mengalami berbagai bentuk pergumulan, kesulitan dan penderitaan, tetapi dalam

semua situasi itu, ia mampu berpasrah, berserah dan tetap setia kepada Allah.

Dalam hal ini kita patut belajar dari Maria. Ditengah berbagai situasi yang kita alami

dan hadapi dalam perjalanan hidup kita, mampukah kita berserah, berpasrah dan

tetap setia kepada Allah dan iman kita? Atau kita justru terlarut dalam

kecenderungan manusiawi kita dan terarah kepada kehendak kita? Seperti Maria

karena penyerahan, kepasrahan dan kesetiaan kepada Allah, ia akhirnya mampu

mengarahkan seluruh dirinya kepada kehendak Allah, dan karena itu segala berkat

dan rahmat Allah memenuhi dirinya, demikian juga kita akan mengalami dan

memperoleh rahmat dan berkat Allah dalam perjalanan hidup kita. Amin.

5
6

Anda mungkin juga menyukai