16-Teologi
Terangkanlah iman Gereja tentang dosa asal dan bagaimana dosa asal dipahami dalam
teologi kontemporer.
Kerangka Jawaban:
1. Iman Gereja tentang Dosa Asal
1.1. Terminologi Dosa Asal
- Pecatum originale dalam konteks asal usul yang tunggal (origene unum) yaitu
dosa Adam.
− Unique proprium, tetapi bukan dosa pribadi (personale).
− Sudah ada dalam kodrat kita sebagai manusia sebelum kita dilahirkan.
1.2. Dasar Biblis tentang Dosa Asal
1.2.1 Perjanjian Lama
# Secara implisit terdapat dalam Kej 3 (tradisi Y)
# Konsep yang dekat tetapi tidak identik dengan dosa asal
- Salah Warisan
- Salah kolektif
# Perbedaan antara salah warisan dengan dosa asal (ada 2)
1.2.2 Perjanjian Baru
● Roma 5:12-21
● Konteks ajaran tentang pembenaran oleh rahmat dan iman menurut St. Paulus
● Wafat dan Kebangkitan Kristus membebaskan kita dari dosa dan maut.
● Konsep dosa asal:
Dosa asal Universal
Asal Usul dosa
1.3. Dosa asal dalam Tradisi
1.3.1 Pandangan Agustinus
- Rahmat mutlak perlu untuk selamat
- Umat manusia: massa damnata
- Cacat kodrati: ketidateraturan nafsu dan keinginan
- Anak kecil harus dibaptis
1.3.2 Pandangan Thomas Aquinas
1
Tesis No. 16-Teologi
- Hilangnya kebenaran asali yang telah diterima oleh manusia pada saat
penciptaan. Kebenaran asali mengatasi kodrat alami.
- Ada solidaritas umat manusia. Maka perbuatan Adam mem-pengaruhi
seluruh umat manusia.
1.4. Konsili Trente
Membahas fakta, hakekat dan (sarana) penghapusan dosa asal
1.5 Dosa Asal Menurut Katekismus Gereja Katolik
Membahas pewarisan, akibat dan penghapusan dosa asal
2. Pemahaman tentang dosa asal dalam teologi kontemporer
2.1 Perbedaan Pandangan Mengenai dosa Asal
2.1.1 Padangan Para Ahli yang Konservatif
2.1.2 Padangan Para Ahli yang Progresif
2.2 Rumusan Pandangan Para Teolog Progresif tentang Dosa Asal
• Setiap manusia lahir:
1. Dalam keadaan dosa
2. Tidak oleh karena kesalahannya sendiri
3. Melainkan karena lahir dalam keadaan konkret umat manusia
yang berupa keadaan dosa
4. Dan yang berdasarkan kesalahan pada awal mula
2
Tesis No. 16-Teologi
kesan mengenai ‘dosa warisan’ yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akan tetapi
gagasan seperti ini tak pernah dirumuskan secara ekspilisit.1
1
Nico Syukur Dister, Teologi Sistematik II (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 169.
2
Kosmas J. Tumanggor, Antropologi Kristen II. (Sinaksak: STFT St. Yohanes, [tanpa tahun terbit]),
hlm. 12 -13. [diktat].
3
Tesis No. 16-Teologi
orang dapat menjadi pembicara. Tidak satu pun teks ini yang mengatakan bahwa “salah
diwarisi dari Adam”.
• Salah kolektif
Ide ini menyebar lebih ke sisi (samping), pada waktu yang sama (dan tidak berturut).
Suku Benyamin mengikuti salah satu dari beberapa anggotanya (hak. 20;12-48); orang-
orang Amalek dibantu oleh Tuhan (Yos. 7:24-25), seluruh kaum Dathan dan Abiram (Bil.
16:27-33), karena dosa raja-raja mereka, karena mereka ikut salah raja mereka. Dalam satu
teks disebut semua Israel dihukum karena dosa Daud, meski mereka tidak ikut dosanya sama
sekali (2 Sam. 24:1-7). Sebagai raja, ia mewakili bangsanya, maka dosanya juga merupakan
tanggungjawab rakyatnya.
Ide ini dikritik di dalam Perjanjian Lama sendiri, khususnya Yehezkiel (18) dan
Yeremia (31:29-30). Nabi-nabi ini menolak prinsip penghakiman: “Ayah makan buah
anggur asam, gigi anak yang menderita”. [Dalam Perjanjian Baru (Yoh. 9:3), Yesus dengan
jelas menolak salah warisan yang simplistis].
3
Kosmas J. Tumanggor, Antropologi …, hlm. 14.
4
Tesis No. 16-Teologi
4
Kosmas J. Tumanggor, Antropologi …, hlm. 14-16.
5
Tesis No. 16-Teologi
Inti ajaran tentang dosa asal adalah “ketidaktaatan satu orang [Adam] membuat
semua orang pendosa”. Pertentangan dengan Kristus dan ketaatan-Nya serta akibatnya
menunjukkan bahwa ajaran ini merupakan “a necesaary negative counterpart” pada ajaran
tentang rahmat penyelamatan Kristus yang universal dan efektif. Ini juga bertentangan
dengan ketidakmampuan hukum. Hukum hanya sebagai kristalisasi dosa yang
diuniversalkan dan dipersonifikasikan, oleh maut masuk ke dunia melalui Adam.
Yang kita peroleh dari Paulus ialah :
a) universalitas dosa yang mencakup semuanya, juga terdapat pada tempat lain dalam
PB (bdk. “dosa dunia” (Yoh.1:29; “jika kamu yang adalah jahat …” Luk 11:13; Mat. 7:11);
b) dan berada di bawah pelanggaran Hukum Kristus;
c) atas cara tertentu berasal dari dosa Adam, manusia pertama dan yang pertama dari
ciptaan.
5
Kosmas J. Tumanggor, Antropologi …, hlm 16-18; bdk. juga Dister, Teologi …, hlm. 155-161; bdk.
juga George Kirchberger, Pandangan Kristen tentang Manusia dan Dunia (Ende: Nusa Indah, 1986), hlm.
125-133.
6
Tesis No. 16-Teologi
tercemar. Seharusnya dibuang saja? Tetapi Allah tidak membuangnya. Dia menyelamatkan
beberapa darinya oleh rahmat Kristus.
Apakah Allah menyelamatkan semua? Agustinus menjawab ‘tidak’. Hal ini
disebabkan oleh pandangan Agustinus bahwa:
# Allah tidak wajib menyelamatkan satupun; bila beberapa orang diselamatkan-Nya, itu
hanya karena rahmat saja.
# Tak seorangpun dapat menjamin keselamatan tanpa rahmat-Nya yang menyelamatkan.
7
Tesis No. 16-Teologi
6
Kosmas J. Tumanggor, Antropologi …, hlm. 18; bdk. juga Kichberger , Pandangan …, hlm. 133-
145.
7
Nico Syukur Dister, Teologi …, hlm. 1676-170; bdk. juga Kirchberger, Pandangan …, hlm. 133-
145.
8
Tesis No. 16-Teologi
mengenai dosa asal telah disaring dan dimurnikan terus-menerus, sampai akhirnya
dirumuskan secara tetap dalam dogma Trente. Konsili Trente lebih bermaksud untuk
menegaskan daripada menerangkan ajaran tradisional Gereja Katolik, dan menghindari
bahasa skolastik sambil berusaha memakai bahasa biblis dan patristik.
Ajaran Trente tentang dosa asal dituangkan dalam “Dekret tentang Dosa Asal” (17
Juni 1546), yang memuat enam kanon dengan sebuah kata pengantar. Kanon terakhir lebih
bersifat Mariologi yang menegaskan dogma Maria Terkandung tanpa dosa (Maria
Immaculata). Dan kelima kanon tersebut membahas fakta, hakikat dan penghapusan dosa
asal.
9
Tesis No. 16-Teologi
imitatione). Istilah ‘karena pembiakan, bukan karena tiruan’ harus ditafsirkan dalam Tradisi.
Secara spontan, istilah ini menimbulkan kesan mengenai dosa ‘warisan’ yang diturunkan
dari generasi ke generasi. Namun gagasan ini tidak pernah dirumuskan secara eksplisit.
Mengapa? Karena yang relevan secara teologis dalam keseluruhan Tradisi ialah pembaptisan
diterimakan ‘demi pengampunan dosa’, juga kalau diberikan kepada anak-anak kecil. Setiap
orang membutuhkan penebusan Kristus. Dan pahala Kristuslah yang menghapuskan dosa
asal.
10
Tesis No. 16-Teologi
dosa asal dan mengarahkan manusia untuk kembali kepada Allah. Meskipun demikian,
akibat dosa asal untuk kodrat manusiawi (yakni concupiscentia, kekuasaan maut, kehilangan
kekudusan dan keadilan asali) tetap tinggal dalam manusia. Manusia diharuskan untuk
berjuang secara rohani untuk mengatasinya.
8
Katekismus Gereja Katolik. Ende: Arnoldus, 1998. no. 402-405.
11
Tesis No. 16-Teologi
arti analog: ia adalah dosa, yang orang “menerimanya”, tetapi bukan melakukan, suatu
keadaan, bukan perbuatan.9
9
9 Katekismus …, no. 403-404.
12
Tesis No. 16-Teologi
10
Nico Syukur Dister, Teologi …, hlm 171- 174, bdk. James L. Connor “Original Sin: Contemporary
Aproaches”, dalam Theological Studies inc. vol. 29. no. 2, (Unitet State: Theological Faculties of the Society
of Jesus, 1968), hlm. 215-240.
13
Tesis No. 16-Teologi
Adam. Karena itu, penolakan Adam terhadap panggilan surgawi dari manusia pertama
berarti juga penolakan seluruh umat manusia. Hal yang sama juga berlaku bagi rahmat Allah.
Rahmat yang diberikan oleh Allah kepada Adam juga kena kepada seluruh umat manusia.
14
Tesis No. 16-Teologi
kelalaian yang membuatnya menolak eksistensi untuk bersatu dengan Kristus sehingga ia
berdosa. Situasi kelalaian itu disebut dengan dosa asal. Dalam arti tertentu, situasi itu
“dikehendaki” oleh Allah agar tampak pilihan bebas dan usaha manusia untuk mendekatkan
diri dan bersatu dengan Kristus.
15
Tesis No. 16-Teologi
Kekhasan dosa asal ialah bahwa keadaan terpisah itu tidak berdasarkan kesalahan
sendiri. Maka dosa asal adalah dosa “pra-pribadi”. Konsep ‘pra-pribadi’ harus dimengerti
secara eksistensial. Maksudnya bahwa:
#Dosa asal merupakan dasar dosa-dosa pribadi. Dengan demikian, dosa asal itu
sudah ada pada orang yang belum (dapat) melakukan dosa pribadi karena masih di bawah
umur.
#Hidup manusia terjalin dalam situasi dan sejarah sehingga manusia ditentukan oleh
tempat dan kedudukannya dalam seluruh realitas tersebut. Memang manusia memiliki
kebebasan untuk melaksanakan diri dan menentukan arah hidupnya. Tetapi manusia tidak
bebas atas sikon yang ditemukannya sebagai fakta, lingkungan dan keadaan dari mana ia
bertolak untuk berbuat ini atau itu. Keadaan ini disebut pra-pribadi karena sudah ada dan
menentukan tindakan manusia yang konkret, sebelum (pra) ia pribadi mengambil tindakan.
16
Tesis No. 16-Teologi
• Bagaimana ‘oleh ketidaktaatan satu orang semua orang menjadi pendosa’ (Rom.
5:19)?;
• Siapakah satu orang itu?
Jawaban teologi klasik:
Dosa Adam membuat segala keturunanya menjadi celaka, sebab Tuhan menetapkan
Adam sebagai ‘bapa bangsa manusia’. Ini berarti teologi klasik menganut monogenisme
biologis dan teologis.
17
Tesis No. 16-Teologi
Sumber Bacaan :
18