Anda di halaman 1dari 3

Nama : Marianus Nolo

NIM : 170510043

Semester : V (Lima)

Mata Kuliah : Antropologi Teologi I

Dosen Pengampuh : Raidin Sinaga

DOSA ASAL

1. Pengantar
Dosa merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kenyataan bahwa Gereja mengajarkan tentang dosa asal. Mengapa
demikian? Karena banyak orang menganggap atau mengartikan bahwa dosa asal adalah satu
orang bersalah, maka satu kelompok semua bersalah atau dihukum karena dosa itu. Berawal
dari pngertian ini: Adam, manusia pertama berdosa dan karena itu, Allah menghukum seluruh
umat manusia dengan kematian. Gagasan tentang dosa asal tidaklah demikia. Jika demikain
apa itu gagasan tentang dosa aasal yang sesungguhnya?
2. Suatu Definisi Tentang Dosa Asal
Dosa asal adalah suatu keadaan atau situasi yang mempengaruhi setiap orang, sehingga
segala keputusan bebasnya dan segala kegiatannya diarahkan secara salah, sehingga manusia
pada akhirnya merusak dirinya, hidup sosial dan lingkungan hidup. Keadaan demikian tidak
diciptakan oleh Tuhan melainkan berasal dari keputusan bebas dan perbuatan manusia dalam
sejarah. Setiap manusia dilahirkan demikian di dalam situasi demikian dan akan dipengaruhi
oleh dari dalam batinnya1.
Dalam ajaran resmi Gereja tentang dosa asal dikatakan bahwa dalam Adam seluruh
umat manusia bersatu “bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual”. Karena
“kesatuan umat manusia ini”, semua manusia terjerat dalam dosa Adam, sebagaimana semua
terlibat dalam keadilan Kristus. Tetapi penerusan dosa asal adalah suatu rahasia, yang tidak
dapat dipahami sepenuhnya. Namun melalui wahyu dapat diketahui bahwa Adam tidak
menerima kekudusan dan keadilan asali untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh kodrat manusia.
Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakuan dosa pribadi, tetapi dosa ini
menimpa kodrat manusia, yang selanjutnya diwariskan dalam keadaan dosa. Dosa itu

1
Geogre Kirchberger, Allah Menggugat Sebuah Dogmatik Kristiani (Maumere: Ledalero, 2007), hlm.
298.
diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan, yaitu melalui penerusan kodrat
manusia, yang kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Dengan demikian dosa asal adalah dosa
dalam arti analog: ia adalah dosa yang orang “menerimanya”, tetapi bukan melakukannya,
suatu keadaa, bukan perbuatan2.

3. Dosa Asal Menurut St. Agustinus3


Gagasas dosa asal dalam pandangan St. Agustinus dilatarbelakangi oleh ketika
Agustinus digelisahkan oleh sulitnya memahami penderitaan dan kejahatan di dunia ini. Jika
Allah, asal mula segala sesuatu, adalah baik, mengapa ada kejahatan di dunia ini. Dari mana
asal usul kejahatan? Dalam usahanya memahami misteri kejahatan ini, Agustinus mendengar
ajaran manikheisme yang mengatakan bahwa di dunia ini ada dua prinsip yang saling bertarung
dan menarik manusia, yaitu prinsip baik (Allah) dan prinsip Jahat (setan). Berdasarkan prinsip
ini kejahatan berasal dari setan. Meskipun aliran ini memberikan jawaban asal usul kejahatan,
namun Agustinus tidak merasa puas. Hingga pada akhirnya Agustinus menolak prinsip ini. Dia
menekankan kebebasan manusia dan tanggung jawab manusia atas perbuatannya. Menurut
Agustinus kejahatan adalah suatu privation (kekurangan) dari realitas (yang baik). Sebab
kejahatan (malum) bukanlah Tuhan melainkan ciptaan, lebih tepat, kesalahan yang ada dalam
ciptaan, terutama manusia.
Kesalahan itu berupa menaruh akal budi di bawah keingnan-keinginan. Kesalahan
adalah ketidaktaatan pada hukum-hukum ilahi, yang berarti menjauhi kebaikan tertinggi
(Tuhan). Sesuai dengan gagasan ini, Agustinus mendefinisikan dosa sebagai “factum vel
dictum vel concupitum contra aeternumlegem” (perbuatan atau kata-kata atau keinginan yang
bertentangan dengan hukum abadi). Hukum abadi adalah kehendak Tuhan yang
memerintahkan sipeliharanya tata kodrati dan melarang diganggunya tata itu. Karena itu dosa
selalu merupakan penjauhan dari Tuhan.
Manusia menjauhkan diri dari dari Tuhan disebabkan oleh manusia dianugerahi
kehendak bebas. Manusia berbuat jahat dari kehendak bebasnya. Oleh karena itu, manusia
harus bertanggung jawab atas dosanya.
Tanggapan Agustinus Terhadap pemikiran Manikheisme yang menekankan tanggung
jawab manusia atas dosanya belum secara langsung menyangkut dosa asal. Pembahasan

2
Katekismus Gereja Katolok, diterjemahkan oleh Herman Embuiru (Konverensi Wali Gereja Regi
Nusa Tenggara: Nusa Indah}, no. 404.
3
Paskalis Edwin, Perempuan Sumber Dosa (Malang: Dioma, 2001), hlm 253-257.
tentang dosa asal ketika Agustinus menanggapi ajaran pelagianisme. Pelagius meremehkan
kekuatan dosa dan sangat optimis dalam memandang manusia dan kemampuannya. Dalam
menanggapi pandangan Pelagius, Agustinus menekankan adanya dosa dalam setiap manusia
selama ia belum dibebaskan melalui pembaptisan. Argumennya ia didasrkan pada Rm 5:12, ia
menandaskan bahwa karena satu orang (Adam) berdosa, semua manusia ditentukan untuk
dihukum selama rahmat penyelamat tidak membebaskannya. Agustinus menafsirkan ajaran
Paulus dalam Rm 5:12 dan 1 kor 15:21-22 sebagai ajaran yang menandaskan bahwa dosa Adam
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain melalui sperma sang ayah dalam
persetubuhan. Dosa adam diwariskan kepada keturunannya bukan hanya keturunannya meniru
Adam melainkan secara otomatis. Hal ini sesuai dengan keyakinannya bahwa manusia tidak
bisa menyelamatkan dirinya hanya dengan meniru Kristus, melainkan dengan rahmat Roh
Kudus. Namun Agustinus memberi catatan bahwa yang diwaris umat manusia bukanlah dosa
orang tua aatu semua leluhurnya melainkan hanyalah dosa Adam. Berkenaan dengan kehendak
bebasa ia mengatakan bahwa meskipun tidak semua orang menghendaki dasa asal, tidak
seorang pun bisa dilepaskan dari dosa asal karena semua orang adalah keturunan (berasal dari)
Adam.

Anda mungkin juga menyukai