Anda di halaman 1dari 5

Duduk di Sebelah Kanan

Suatu Kajian Dogmatis Terhadap Makna Duduk di Sebelah Kanan Dalam Pengakuan Iman Rasuli dan
Relevansinya Masa Kini

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengakuan iman rasuli sering sekali kita dengar dan ucapkan khususnya pada saat hari minggu. Setiap gereja
selalu mengucapkan doa pengakuan iman rasuli, namun apakah jemaat mengerti dan memahami sebenarnya apa arti
pengakuan iman rasuli tersebut dan kenapa harus diucapkan dan selalu ada dalam liturgi gereja.

Dalam doa pengakuan iman rasuli ada terdapat kata duduk disebelah kanan kata ini mengacu pernyataan
bahwa Yesus setelah mati duduk disebalah kanan Allah mengapa hal demikian? kenapa tidak disebelah kiri?
Pernyataan duduk disebelah kanan dalam pengakuan iman rasuli ini tentu memiliki makna dan tentu saja tidak
dirumuskan begitu saja. Pada kali ini penulis akan membahas tentang makna duduk disebelah kanan dalam doa
pengakuan iman rasuli dan bagaimana merelevansikannya dalam kehidupan jemaat di Pos PI River Valley
Simalingkar

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis berikan, ialah:

1. Apakah arti dan makna duduk disebelah kanan dalam doa pengakuan iman rasuli?
2. Apakah setiap orang setelah mati akan duduk disebelah kanan Allah?
3. Apakah relevansi duduk disebelah kanan pada masa kini?
II. Pembahasan
2.1. Sejarah Doa Pengakuan Iman Rasuli
Pada akhir abad ke-2 M, terdapat satu unsur penting dan fundamental bagi ajaran gereja yaitu Kredo atau
pengakuan iman. Sejak semula sebenarnya telah ada formula-formula kredo. Dalam PL Israel menekankan keesaan
Allah, dalam gereja mula-mula misalnya “Yesus adalah Tuhan” (Mat 16:17; 1Kor 12:3), (Yunaninya”kyrios”= yang
memerintah, yang berkuasa), Raja Israel (Yoh 1:49). “Tidak ada seorangpun yang dapat mengaku: Yesus adalah
Tuhan, selain Roh Kudus’.

Pada saat itu gereja mau menolong anggota-anggotanya dengan menyusun suatu pernyataan kepercayaan
yang ringkas. Di dalam 1 Tim 6:12-16 tentang suatu jemaat, yang di dalam penghambatan telah mengikrarkan
“pengakuan yang baik”. Jadi sudah banyak formula pengakuan iman namun belum ada keseragaman.1

Kemudian muncullah Bapa gereja seperti Irenaeus dan Tertulianus yang berusaha merumuskan pengakuan
iman itu di dalam tulisan-tulisan mereka. Akan tetapi, walaupun demikian soal keseragaman masih sangat sulit
dilakukan oleh karena perbedaan-perbedaan pendapat. Namun pada abad ke-2 satu dari pengakuan iman yang paling
tua dikanonisasikan dalam gereja yakni Pengakuan Iman Babtisan Romawi yang umumnya disebut sebagai
Romanum (R). Menurut Rekonstruksi Hans Lietzmann, bentuk mula-mula dari konfesi ini sangatlah sederhana yang
terdiri dari:

”Aku percaya di dalam Allah Bapa yang Mahakuasa;


Dan di dalam Yesus Kristus, satu-satunya Anak-Nya diperanakkan, Tuhan kita,
Dan di dalam Roh Kudus, gereja yang kudus, kebangkitan daging.”2

Jadi pada formula yang sangat sederhana ini aslinya terdiri dari afirmasi yang bersisi tiga. Menjelang akhir
abad ke-2 M, defenisi yang lebih tepat ditambahkan pada pasal yang ke-2 dan ke-3. Dalam penambahan tersebut
pada pasal ke-2 ditekankan mengenai kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus. Mungkin ini ditujukan kepada
bidat-bidat kristologis seperti Gnostik terutama ajaran tentang doketisme. Kurang lebih kredo inilah yang beredar
dalam kebanyakan jemaat Kristen di Barat (Roma, Aquileja, Milan, Revena, Kartago, dan Hippo).

1
G.C van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 34
2
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 41
1
Kredo ini dianggap berasal dari para Rasul kemudian meneruskannya kepada generasi berikutnya. Bertolak
dari konsepsi seperti itu, maka lahirlah kemudian legenda mengenai asal-usul Pengakuan Iman Rasuli dalam tulisan
Rufinus “Penjelasan tentang Pengakuan Imannya” (sekitar 404 M). Menurut legenda ini, setelah para Rasul
menerima karunia berbahasa lidah (glosolalia) pada hari Pentakosta, Tuhan mengutus mereka untuk memberitakan
firman Allah kepada segala bangsa. Tetapi sebelum berangkat mereka memutuskan untuk menetapkan suatu dasar
bersama bagi pemberitaan mereka, sehingga dengan demikian mereka tidak mengajarkan ajaran yang berbeda.
Tradisi ini diturunkan ke generasi berikutnya secara oral. Berdasarkan pemahaman ini muncullah istilah Pengakuan
Iman Rasuli.3

Pengakuan iman Rasuli atau Symbolum Apostolicum adalah sebagai bentuk yang tidak dituliskan langsung
oleh para Rasul. Itu hanyalah suatu ringkasan yang popular mengenai pengajaran yang bersifat rasuli atau sesuai
dengan pengajaran Rasul yang kemudian digunakan oleh gereja mula-mula.4 Dengan demikian Pengakuan Iman
Romanum yang diyakini berdasar pada pengajaran Rasul, itu jugalah diangkat dalam rumusan Pengakuan iman
Rasuli hanya saja masih ada penambahan-penambahan.

Teks dalam bahasa Latin ditulis oleh Rufinus (390), dan teks Yunani ditulis oleh Marcellus Ancyra (336-
341) jadi pengakuan tersebut berbentuk 2 kolom. Demikianlah bentuk rumusan Pengakuan Iman Rasuli yang
diangkat dari Romanum: 5

The Old Roman Form/rumusan The Received Form/ Rumusan yang


Romanum diterima (berikut tambahan)

1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang 1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang
Maha Kuasa Maha Kuasa [Pencipta Langit dan Bumi]. Ini
dirumuskan pada akhir abad ke-7,
ditambahkan untuk menentang ajaran
gnostik, yang memisahkan Allah yang benar
dengan Allah pencipta (Demiurgos).

2. Dan dalam Yesus Kristus, AnakNya yang 2. Dan di dalam Yesus Kristus AnakNya
tunggal Tuhan kita; yang tunggal Tuhan Kita;

3. Yang Lahir dari Roh Kudus melalui anak 3. Yang [dikandung] dari Roh Kudus, lahir
dara Maria; dari anak dara Maria.

4. Yang menderita di bawah pemerintahan 4. [Menderita] di bawah pemerintahan


Pontius Pilatus dan dikuburkan; Pontius Pilatus, [disalibkan (mati)] dan
dikuburkan

Dia turun kedalam kerajaan maut;

5. Pada hari yang ketiga bangkit dari antara 5. Pada hari yang ketiga bangkit dari antara
orang mati; orang mati;

6. Naik ke Sorga; Duduk di sebelah kanan 6. Naik ke sorga; Duduk di sebelah kanan
Bapa; [Allah] Bapa [Yang Maha Kuasa];
Penambahan ini mdibuat untuk mempertegas
artikel I.

7. Dari sana akan datang untuk menghakimi Dari sana akan datang untuk menhakimi
orang yang hidup dan yang mati. orang yang hidup dan yang mati.

8. Dan kepada Roh Kudus; 8. [Aku percaya kepada] Roh Kudus;


“Credo” bentuk primitive yang tidak
diragukan dan segera berkembang dalam
rumusan pembabtisan, dan memberi

3
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah , 44
4
Philp Schaff (ed), The Creeds of Christendom Vol I, (Baker Book House, 1983), 14
5
Philp Schaff (ed), The Creeds of Christendom Vol I, (Baker Book House, 1983), 19
2
ungkapan yang lebih jelas dan dekat pada
ajaran Trinitatis.

9. Gereja Yang Kudus; 9. Gereja yang Kudus dan [Katolik]


[Persekutuan orang Kudus]; Penegasan
persekutuan orang kudus di sorga, kemudian
diperluas maknanya menjadi persekutuan
orang percaya, yang hidup dan yang mati.

10. Pengampunan dosa; 10. Pengampunan dosa;

11. Kebangkitan daging. 11.Kebangkitan daging;

12. [Dan hidup yang kekal]. Kehidupan yang


kekal menunjuk pada orang yang percaya
pada kematian dan kebangkitan Yesus
Kristus.

Khusus menyangkut rumusan “Duduk di Sebelah kanan Allah Bapa” merupakan suatu jawaban atas
serangan terhadap ajaran Kristen tentang Yesus Kristus. (Kristologi). Pada awalnya hal ini banyak dituliskan oleh
Bapa-bapa gereja khususnya Tertulianus. Ia adalah seorang penulis Kristen yang terbesar di abad ke-2 dan ke-3. Ia
seorang apologet yang selalu membawa kemusnahan total bagi lawannya, tetapi ia tidak pernah menaruh dendam. Ia
mencurahkan seluruh hidupnya untuk membuktikan imannya yang konsisten serta pandangan lawan yang tidak
konsisten. Salah satu bidat yang sangat ia tentang adalah Marcion, yakni orang murtad terbesar pada abad ke-2.6

Dalam tulisan Tertulianus ditekankan bahwa Putra Allah sudah ada, Imanen, kekal di dalam Allah Bapa.
Keduanya berhubungan erat, Allah menyatakan diri dalam dunia lewat inkarnasiNya. Pada saat itu Marcion muncul
dengan ajaran yang menolak Allah Khalik (Perjanjian Lama) dan menerima Yesus (Perjanjian Baru). Yesus turun ke
bumi ini dengan memakai tubuh maya (dosetisme). Allah khalik merasa dirinya terancam sebab itu ia mengiktiarkan
pembunuhan Yesus di kayu salib. Dengan demikian percaya pada Yesus berarti harus menyangkal Allah Khalik.
Yang paling mengherankan, Marcion memang percaya pada Yesus namun tidak menerima ajaran yang mengatakan
bahwa Yesus akan datang kembali dan tentang kebangkitan daging.7

Dalam tulisannya, Tertulianus menentang Marcion, ia ingin mempertegas bahwa sebenarnya Yesus Kristus
akan datang kembali. Ia mengutip Maz 110:1 “Allah menjanjikan bahwa Yesus akan duduk di sebelah kananNya”.
Orang yang mengganti kemuliaan Allah kepada penyimpangan manusia yang menyerahkan berbagai berhala di bait
dengan tujuan untuk memurnikan diri dari nafsu duniawi dan kesalahan, maka orang itu akan terkutuk. Ungkapan
dalam Mazmur itu berarti kemuliaan yang maha tinggi, tempat kebenaran dan kebahagiaan. 8 Kemungkinan besar
tulisan ini benar-benar dipertimbangkan dalam hal penegasan antara rumusan “Naik ke Sorga” dan “dari sana akan
datang”. Artinya sekarang Yesus sedang memerintah atas sorga dan bumi dan Ia pasti akan datang untuk yang kedua
kalinya. Demikianlah rumusan ini ada dalam pengakuan iman Rasuli.

2.2. Terminologi “Duduk Disebelah Kanan Allah Bapa”


Dalam Perjanjian Lama, disebut ‫) יָשַ ב‬yasab( atau ‫( מובשב‬mosab) yang artinya mengacu pada penaikan tahta
dan kediaman raja. Raja memiliki hak istimewa untuk duduk (mosab), menduduki (ysb) tempat perjamuan. Ini
semua akan lebih tegas ketika Ia melaksanakan tugas pemerintahannya. ‘Tahta’ merupakan symbol dari kekuasaan
raja. Hal ini dapat dilihat dalam Mazmur 110:1 dalam hal penobatan raja, suatu kalimat perintah yang dutujukan
oleh Allah pada “tuanku”: duduklah di sebelah kananku (seb limini), kemudian disusul dengan rumusan “sampai aku
membuat musuhmu berlutut di kakimu”. Raja Yerusalem dinobatkan dalam konteks sorgawi. 9

6
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2003), 12
7
H. Berkhof, I.H. Ensklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 23
8
Alexander Roberts, James Donaldson, Ante Nicene Fathers, (Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing Company, 1957), 419
9
G. Johannes Botter Weck, Helmer Ringgren (ed), The Dictionary of The Old Testament, (Michigan:WM. B. Eerdmans Publishing Company,1990), 430-431
3
Ungkapan ‘sebelah kanan’ right hand’ disebut ‫ ׳ ָֽמן‬berarti suatu hak istimewa. (Kej. 48:14,19). Sebelah kanan
juga berarti tempat terhormat: tuanku duduk di sebelah kanan raja (Mazmur 110:1), berarti raja adalah saluran
kekuasaan Allah. Ketika tangan kananNya digunakan untuk melakukan suatu tindakan, berati kekuatan akan
bertambah. Ketika Allah memegang dengan tangan kanan, orang yang dipegang tersebut akan dikuatkan. Jadi
ungkapan sebelah kanan berarti lambang kekuatan/ kemuliaan.10

Sedangkan dalam PB, δεκ- δεχομαι menjadi δεξιος berarti Right “kanan”
lawan kata dari αριστερος atau ευωνυμος (left) “kiri”. Tangan sebelah kanan Allah merupakan simbol dari kekuatan.
Dengan tangan kananNya menyelamatkan umat dengan menghukum musuh kebenaran (Mazmur 20:8) dan
membantu umatNya dalam segala situasi. Δεξιος digunakan untuk mengekspresikan keagungan Kristus. Dalam
Kisah 2:34, Petrus berkata bahwa kenaikan Kristus ke sebelah kanan Allah Bapa merupakan keagungan kekuatan
tindakan Allah yang dipenuhi melalui tangan kananNya sebagai puncak mujizat Yesus. Ini adalah penggenapan
Mazmur sebagai pemahaman mesianis di Perjanjian Baru dan tradisi Yahudi oleh Matius 22:41 dan melalui
pernyataan Yesus di depan Mahkamah Agama. Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah keturunan Daud dengan tidak
meniadakan kemesiasanNya. Rumusan ini dianggap sebagai cara mengekspresikan kemuliaan Kristus. Yesus tidak
bertujuan menjadi seorang politis Mesianis. Dia tidak bermaksud menjadi raja kota melainkan raja tahta Allah.
Yesus mengungkapkan posisi di sebelah kanan Allah Bapa karena Dia tidak bertujuan menjadi raja Yahudi
melainkan raja atas seluruh bumi. Artinya setelah kebangkitan maka mereka akan melihat pemenuhan dari
pengakuan Kristus, yakni kemulianNya di sebelah kanan Allah Bapa. Melalui keagungan di sisi Allah, Yesus dari
Nazaret menjadi Kristus dan Kyrios dunia.11

Ungkapan καθιςω berarti duduk, menduduki. Ini merupakan ungkapan kekuasaan ketika raja duduk pada
tahtaNya, Dia benar-benar memiliki kekuasaan. Dalam PB, raja mesianis dinobatkan oleh Allah dan umatNya.
Konsep ini menjelaskan kiasan yang berulangkali disebutkan dalam Matius 26:64; Markus 14:62; Lukas 22:69;
Kolose 3:1; Ibrani 1:3; 8:1;10:12; 12:2).12

2.3. Makna Duduk di Sebelah Kanan menurut tokoh


Dalam tulisan Agustinus, Ia hendak menjelaskan dasar dari rumusan “duduk di sebalah kanan Allah Bapa”
yakni dari Mazmur 110:1. Mazmur ini adalah suatu perjanjian yang pasti ditujukan kepada Yesus. Akan tetapi
agaknya, kata-kata ini mula-mula diperuntukkan bagi raja Israel, yang pada saat itu naik tahta. Ruang singgasana di
istana Salomo bersambung kepada bagian selatan Bait Allah, tempat Allah “diam” di ruangan yang mahakudus.
Demikian dinyatakan bahwa raja memerintah di sebelah kanan Allah, sebagai tanda menunjuk pada pemerintahan
Allah. Di kemudian hari mazmur ini dikenakan oleh penafsir-penafsir Yahudi kepada mesias yang dinanti-nantikan.
Akan tetapi kerinduan akan kedatangan mesias itu biasanya dicampurkan dengan nasionalisme bangsa Yahudi yang
mencita-citakan pemulihan kerajaan Daud di Yerusalem. 13

Jadi menurut kepercayaan Kristen saat ini tidak diragukan lagi bahwa Yesuslah yang dimaksudkan dalam
Mazmur ini. Kini Yesus duduk di sebalah kanan Allah Bapa setelah kebangkitan dan kenaikanNya. Kita tidak
melihat peristiwa itu akan tetapi kita mempercayaiNya. Kita membacanya dalam Alkitab, mendengar itu
dikotbahkan kemudian mengatakan dalam pengakuan iman.

Kata duduk dalam bahasa Latin “ sedit”, sedisse, sedes” artinya tinggal dalam kota beberapa waktu”.
Namun bukan berarti dia tidak akan bangkit berdiri dan berjalan. Dalam hal ini kita percaya bahwa Yesus ada di
sana untuk memberi berkat “memberkatimu”.14 Pendapat Agustinus ini didukung oleh Wolfhart Pannenberg yang
menyatakan bahwa pernyataan duduk disebelah kanan tidak harus dipahami sebagai ruang atau tempat. Makna yang
terkandung di dalam adalah kemuliaan Kristus dan kesatuanNya dengan Bapa. Dalam arti Yesus Kristus ambil
bagian dalam tindakan keAllahan dan kemahakuasaanNya yang kekal dan tidak berkesudahan (Luk 1:33).

Menurut Dr. G.C. Van Niftrik, kata duduk bukanlah berarti “Isitrahat atau ketidak-aktifan. Kata duduk
bermaksud menyatakan kemuliaan Kristus sebagai Kyrios yang memegang segala kuasa. Duduk berarti bertahta
sebagai raja yang sungguh memerintah. Pekerjaan Kristus masa kini ialah berdasarkan kematian dan
kebangkitanNya yaitu pengampunan dosa dan pendamaian kita dengan Allah yang berwujud dalam hidup kita kini
dan di sini.

10
G. Johannes Botter Weck, , The Dictionary of The Old Testament,100-102
11
Gerhard Kittel (ed), The Dictionary of New Testament, (Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing Company,1976), 37-39
12
Gerhard Kittel (ed), The Dictionary of New Testament, 440-444
13
Philip Schaff (ed), Nicene and Post Nicene Fathers of Christisn Church, Sant. Augustin exposition on the Book of Psalms, vol III,(Michigan: WM. B. Eerdmans publishing Company, 1956), hal. 541-542
14
Philip Schaff (ed), Nicene and Post Nicene Fathers of Christisn Church, Sant. Augustin exposition on the Book of Psalms, vol III,(Michigan: WM. B. Eerdmans publishing Company, 1956), 541-542
4
Dalam Alkitab kata “ kemuliaan” itu dipergunakan sebagai terjemahan kata Ibrani kabod yang di dalamnya
terdapat hakekat Allah, yang perbuatanNya adalah hebat serta ajaib. Manusia tidak akan tahan memandang
kemuliaan Tuhan (Yes 6:1-7). Karena itu ada dikatakan tentang suatu awan yang menyelubungi kemuliaan Allah
dan sekaligus menjadi tanda kehadiranNya. Jadi manusia tidak boleh meniadakan kemuliaan dan harus mengakui
bahwa hanya Dia saja Allah sesungguhnya yang hidup dan berfirman dan bertindak.

Dalam Alkitab, sering juga muncul istilah “tangan kanan Allah” sebagai kiasan yang menyatakan
“Kekuasaan dan kekuatan Allah”. Secara konkrit umat Israel telah mengalami kekuasaan “tangan kanan” Allah itu:
Allah telah menyatakan kekuasaanNya dalam melepaskan serta menyelamatkan umat Israel. Berdasarkan kesaksian
Perjanjian Lama itu, maka kita insaf bahwa ungkapakan “Duduk di sebelah Kanan Allah Bapa” menyatakan bahwa
Kristus memegang serta menjalankan kuasa-pemerintahan.15

III. Analisa dan Refleksi


Penulis memberikan angket kepada jemaat Pos PI River Valley Simalingkar untuk melihat sejauh mana
jemaat gereja memahami dan memaknai arti duduk disebelah kanan. Penulis memberikan angket kepada 10 orang
untuk mewakili jemaat Pos PI River Valley Simalingkar.

No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah jemaat mengerti arti pengakuan
1. 3 7
iman rasuli
Apakah jemaat tahu arti duduk disebelah
2. 5 5
kanan dalam pengakuan iman rasuli?
Apakah jemaat percaya bahwa ketika
3. meninggalkan dunia (mati) mereka akan 6 4
berada duduk disebelah kanan Allah?

Dari hasil angket yang penulis berikan kepada jemaat Pos PI River Valley Simalingkar menunjukkan bahwa
kebanyakan dari mereka tidak memahami sebenarnya arti doa pengakuan iman rasuli dan hanya mengikuti apa yang
menjadi liturgi gereja tanpa mengetahui arti sebenarnya rumusan doa pengakuan iman rasuli tersebut.

Doa pengakuan iman rasuli ini dirumuskan dengan menggunakan konsep kerajaan dimana lebih banyak
melihat situasi kehidupan Israel pada masa pemimpinan Daud dimana letak kerajaan raja Daud berada disebelah
kanan bait Allah hal ini memberikan kesan bahwa orang yang berada diposisi sebelah kanan merupakan orang
kepercayaan yang memiliki kuasa yang sama dengan pimpinannya atau rajanya. Dalam konteks masa ini jemaat
merupakan orang yang diberikan kepercayaan dan tanggung-jawab yang sama dengan pimpinannya sehingga
memiliki tugas yang sama dengan Yesus. Sehingga jemaat Pos PI River Valley Simalingkar juga memiliki tugas dan
tanggung jawab yang sama seperti Yesus dalam menyampaikan injil kepada sesamanya.

IV. Kesimpulan
1. Arti dan makna duduk disebelah kanan tidak harus dipahami sebagai ruang atau tempat. Makna yang
terkandung di dalam adalah kemuliaan Kristus dan kesatuanNya dengan Bapa yang memegang segala kuasa.
Duduk berarti bertahta sebagai raja yang sungguh memerintah. Dalam arti Yesus Kristus ambil bagian dalam
tindakan keAllahan dan kemahakuasaanNya yang kekal dan tidak berkesudahan.
2. Dari makna duduk disebelah kanan bahwa setiap orang setelah mati akan duduk disebelah kanan Allah,
sebab manusia itu memiliki hak untuk duduk sebelah kanan Allah. Akan tetapi kembali kepada manusia itu,
bagaimana manusia itu merespon kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk duduk disebelah kanan
Allah tersebut.
3. Doa pengakuan iman rasuli ini dirumuskan dengan menggunakan konsep kerajaan yang merupakan orang
kepercayaan memiliki kuasa yang sama dengan pimpinannya atau rajanya, sehingga dalam hal ini jemaat
diberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang sama dengan pimpinannya sehingga memiliki tugas dan
tanggung jawab dalam menyampaikan injil kepada sesamanya.

15
G.C. van Niftrik, B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 298-235
5

Anda mungkin juga menyukai