Anda di halaman 1dari 4

ISTILAH TRINITAS

Istilah "Allah Titunggal (Trinitas)" ini sering dipermasalahkan dan sering dimengerti
secara salah oleh orang di luar Kristen, dalam upaya mereka menuduh bahwa kita menyembah
Allah yang bersifat politheisme. Kata "Titunggal/ Trinitas" ini memang tidak terdapat dalam
Alkitab. Rumusan Trinitas dicetuskan oleh Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau
Tertulianus, (155–230) salah seorang bapa Gereja gereja dan penghasil banyak tulisan selama
masa awal Kekristenan. Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia berasal
dari keluarga Romawi. Ayahnya seorang perwira tentara Romawi. Ia mendapatkan pendidikan
ilmu retorika dan hukum. Tertulianus sempat menjadi ahli hukum selama beberapa tahun di kota
Roma. Pada tahun 197, ia bertobat menjadi Kristen dan menjadi seorang Apologet. Di sepanjang
hidupnya, ia banyak manghasilkan karya-karya yang bernuansa apologetik melawan kaum kafir
dan Yahudi. Pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 ia merintis sastra Kristiani dalam Bahasa
Latin. Ia seorang yang sangat pandai, dengan gagasan-gagasannya yang orisinil dan segar. Ia
adalah teolog, pujangga Gereja, ahli pidato dan ahli hukum (sipil). Tertulianus dikenal sebagai
seorang genius, pujangga Gereja terbesar di Barat sebelum Agustinus. Ketika orang-orang
Kristen dengan latar belakang Yunani masih berdebat tentang keilahian Kristus serta
hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan
menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita
pegang: yakni Doktrin Trinitas. Rumusan Trinitas pertama (asli) yang dikemukakan oleh
Tertullianus yaitu:

"Tres personae, una substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non
separati - berbeda tak terpisah".

Doktrin ini diciptakan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta yang terdapat dalam
Alkitab mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Anak
dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Dan juga untuk menerangkan hubungan
Firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri. Istilah "Trinitas" tidak
dikenal dalam Alkitab, baik itu Alkitab Perjanjian Lama (PL), maupun Perjanjian Baru (PB).
Sebab Doktrin Trinitas baru diciptakan pasca era para Rasul-rasul Kristus. Doktrin Trinitas
merupakan suatu "sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah.

Sebelum itu, Bapa Gereja Theophilus of Antioch (Yunani: Θεόφιλος ὁ Ἀντιοχεύς -


THEOPHILOS HO ANTIOKHEUS - meninggal tahun 183/ 185 M) telah mengajarkan "Trinitas/
Trinity" ini dengan sebutan dalam bahasa Yunani: Τριάδος - TRIADOS (Reff: To Autolycus,
Book II, Chapter 15).

"... τῆς τριάδος, τοῦ θεοῦ καὶ τοῦ λόγου αὐτοῦ καὶ τῆς σοφίας αὐτοῦ." (... are types of the
Trinity, of God, and His Word, and His wisdom).Dalam perkembangan selanjutnya TRINITAS
YANG KUDUS disebut dengan Αγία Τριάδα - HAGIA TRIADA.
Jadi yang dimaksud dengan Tritunggal bukanlah mengenai ajaran bahwa ada tiga ilah
yang terpisah-pisah yang disebut Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Bukan pula
terdiri dari Isa, Maryam, dan Allah, sebagai tiga tuhan bersatu. Malah bukan pula sebagai Isa dan
Jibril -- sebagaimana yang dimengerti oleh sebagian penulis Muslim yang menyamakan Roh
Kudus itu dengan apa yang terdapat dalam teologia Islam, yaitu nama lain dari malaikat Jibril
adalah ruhulqudus -- yang dipersekutukan dengan Allah. Bukan pula ini tiga nama yang berbeda
dari satu Allah yang bernama Tuhan Yesus Kristus; Bapa = Tuhan, Anak = Yesus, Roh Kudus =
Kristus.

Namun yang disebut Tritunggal adalah suatu istilah dan penjelasan teologis mengenai
keberadaan yang ada di dalam diri Allah yang Esa itu. Haruslah ditegaskan bahwa iman Kristen
adalah suatu iman yang menegaskan tauhid (keesaan Allah) sebagaimana yang nyata dalam ayat-
ayat berikut ini:

* Ulangan 6:4

LAI-TB, Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

KJV, Hear, O Israel: The LORD our God is one LORD:

Hebrew,

‫אֶחֽד ׃‬
ָ ‫שמַע י ִשְׂ ָר ֵאל י ְהוָה ֱאֹלהֵינּו י ְהוָה ׀‬
ְׁ

Translit interlinear, SHEMA' {dengarlah} YISRA'EL {wahai Israel} YEHOVAH (dibaca:


'Adonay, TUHAN) 'ELOHEÊYNU {Allah kita} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay, TUHAN)
'EKHAD {satu, esa}

Kebenaran ayat-ayat Alkitab ini diringkas dalam Pengakuan Iman Nicea, "Aku percaya
pada satu Allah, Sang Bapa, Yang Mahakuasa...." Allah yang Esa yang disebut Bapa ini - bukan
karena jenis kelamin, tetapi sebagai kata kias karena Dia adalah asal-usul dari segala sesuatu,
pemelihara segala sesuatu, pemberi segala sesuatu, dan pembimbing segala sesuatu - adalah
pencipta segala sesuatu. Dalam menciptakan segala sesuatu itu Ia melakukannya melalui
"Firman-Nya"

Karena Firman-Nya Allah, yaitu Ilmu-Nya Allah atau Akal-Budi Allah itu pasti
dikandung dalam Dzat Hakekat Allah sendiri, berarti jika itu dinyatakan atau diucapkan keluar
dari Allah, maka seolah-olah dilahirkan sebagai Anak dari Pikiran Allah tadi, padahal keluar-
Nya dari Allah itu tanpa awal maupun akhir secara kekal. Itulah sebabnya Firman Allah disebut
Anak Allah yang kekal. Meskipun Allah itu secara biologis tak beranak maupun diperanakkan.
Ini disebabkan, karena Allah sebagai asal-usul dan tempat beradanya Firman itu disebut Bapa.
Sedangkan Roh Allah - yaitu prinsip kehidupan dan kuasa Allah - yang ada di dalam hakekat
Allah yang satu bersama Firman itu disebut Roh Kudus.
Yohanes 1:2: Firman Allah itu (sejak semula) adalah bersama-sama dengan Allah dan adalah
Allah. Dan menarik pula bahwa di dalam naskah terjemahan Bahasa Ibrani Ha-Berit memberikan
suatu sajian di dalam pemahaman bahwa: "Dia pada mulanya adalah Allah itu sendiri."

Karena Allah itu Esa, yaitu Bapa tadi, maka haruslah memang Firman-Nya (Anak) itu
berasal dari dan berdiam di dalam Allah yang Esa, yaitu Bapa ini. Demikian pula Roh-Nya pun
harus keluar dari dan berdiam dalam Bapa yang Esa ini. Dengan demikian Keesaan Allah
terjaga. Karena memang Allah itu Satu, Esa, tiada tandingan atau sekutu bagi-Nya. Jadi
Tritunggal Maha Kudus adalah Allah yang Esa (Sang Bapa) yang memiliki dalam Dzat-Hakekat-
Nya yang Esa Firman yang kekal (Anak) dan Roh yang kekal (Roh Kudus) yang melekat satu di
dalam diri-Nya yang Esa itu. Jadi istilah Tritunggal itu bukan mengenai jumlah Allah, namun
mengenai keberadaan di dalam diri Allah yang Esa tiada berbilang, dan satu tiada bandingan itu.
Istilah "MONOTEISM" baru muncul abad 17 oleh Henry Moore (1660).

Doktrin Trinitas merupakan suatu "sistemisasi" penjabaran tentang hakekat Allah. Bapa,
Anak dan Roh Kudus adalah Allah yang Esa (bukan tiga Allah-allah). Bapa, Anak dan Roh
Kudus itu setara dalam kuasa dan kemuliaan-Nya adalah sama. Allah itu Kompleks. Doktrin
Trinitas/ Tritunggal diciptakan untuk membantu kita memahami Allah dan inkarnasi-Nya dalam
Yesus Kristus di bumi ini. Meski rumusan asli Doktrin Trinitas adalah sederhana: "Tres
personae, una substantia - tiga pribadi satu substansi/hakekat"; "Discreti non separati - berbeda
tak terpisah.". Namun dalam penjabarannya, bahkan pada masing-masing denominasi Gereja,
rumusannya bisa bermacam-macam.

Ajaran Allah Tritunggal yang mulanya dirumuskan oleh Tertulianus, kemudian


dirumuskan dalam Konsili di Nikea tahun 325 Masehi, saat itu dirumuskan tentang Allah
Tritunggal, Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yang bersama-sama disembah dan dimuliakan.

Doktrin Trinitas dirumuskan oleh Bapa Gereja Tertulianus ada karena adanya polemik
teologis terutama mengenai pemahaman keilahian Yesus Kristus di kalangan gereja-gereja Barat.
Dalam abad-abad sesudah Konsili di Nikea itu pergumulan tentang perumusan Tritunggal masih
belum mencapai kata sepakat yang memuaskan segala pihak, bahkan cenderung
membingungkan. Rumusan Tritunggal menurut Augustinus berbeda dengan Thomas Aquinas,
berbeda pula dengan John Calvin.

Rumusan Calvin adalah persona atau pribadi Allah Tritunggal sebagai suatu hal yang
berdiri sendiri di dalam kehidupan ilahi, yang satunya dibedakan dengan yang lain, karena sifat-
sifat ilahi yang khas ilahi semata-mata, misalnya Bapa adalah Allah namun Bapa berbeda dengan
Anak meskipun Anak adalah Allah pula.
Dan kemudian masih menjadi polemik berkelanjutan di kalangan Kristen Barat, dengan
munculnya "label-label bidat" misalnya: Arianisme, Modalisme/Sabelianisme, Macedonianisme,
Apollinarisme, Nestorian, Eutikisme, Doketisme, dan Monofisitisme, dan seterusnya. Label-label
itu kemudian dipakai oleh orang-orang Kristen zaman sekarang ini untuk melabeli teman-nya
yang rumusan Trinitasnya "tidak sama" dengan dirinya. Problema dalam variasi yang begitu
banyak tentang "doktrin TRINITAS" versi masing-masing orang Kristen itu, bermuara pada
masing-masing orang "melogikakan Allah" dan "mensistemisasi Allah"

Namun, tidak perlu memusingkan rumusan mana yang benar. Setiap orang Kristen
yang beriman bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah, dia dengan sendirinya sudah
memahami apa itu doktrin Trinitas. Sebab, Doktrin Trinitas yang paling krusial adalah
dalam pemahaman Yesus Kristus Tuhan dan Allah.

Anda mungkin juga menyukai