Latar Belakang
II. Tempat dan tanggal Penulisan: Surat ini ditulis dari kota Efesus, sebagaimana nyata dari 16:8 dan
15:31, diperkirakan pada akhir 55 M, saat Paulus sudah mau meninggalkan Efesus. Paulus mengutus
Timotius ke Korintus saat penulisan surat ini (1 Kor. 4:17), tetapi Timotius sudah kembali bersama Paulus
di Kis. 20:3-4, jadi surat ini ditulis antara Kis. 19:21-22 dan 20:3-4.
III. Tujuan Penulisan: Paulus mendapat laporan langsung dari keluarga Kloe yang menceritakan
berbagai kekacauan yang terjadi di jemaat Korintus. Paulus menulis surat untuk membenarkan masalah-
masalah tersebut, sekaligus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan praktis dan doktrinal yang muncul
dalam jemaat Korintus.
IV. Latar Belakang: Korintus kota perdagangan yang kaya raya, tetapi bejat. Di sana ada kuil Aphroditus,
dewi cinta, dengan ribuan pelacur bakti. Immoralitas begitu merajalela di kota ini, sehingga muncul kata
korinthiazomai yang berarti “hidup immoral seperti seorang Korintus” yaitu bermain dengan pelacur. Kota
itu juga memiliki stadion, yang menyelenggarakan pertandingan tiap 2 tahun (Isthmian Games), yang
pamornya nomor dua di dunia waktu itu, hanya kalah dengan Olimpiade. Rasul Paulus tiba di Korintus
pada perjalanan misi kedua, sekitar tahun 51 M, berkhotbah dengan efektif serta mendirikan jemaat di
kota tersebut. Paulus menghabiskan waktu sekitar satu setengah tahun di kota Korintus dan belakangan
seorang pengkhotbah bernama Apollos sempat melayani di kota Korintus. Dalam perjalanan misi ketiga,
ketika Paulus sedang berada di Efesus, ia mendapat kabar dari kunjungan keluarga Kloe tentang berbagai
masalah yang muncul di jemaat Korintus. Paulus menulis surat ini untuk membantu menyelesaikan
masalah ini.
V. Tema: Surat ini sarat dengan pembahasan berbagai isu praktis dalam jemaat dan juga kehidupan orang
percaya, antara lain: sifat jemaat, perpecahan dalam jemaat, disiplin jemaat, berbagai aturan dalam
kebaktian jemaat, karunia-karunia rohani, pernikahan, kebebasan Kristiani dalam hal makanan, peran
perempuan, doktrin kebangkitan, dan lain-lainnya. Semua ini sangat berguna bagi orang Kristen sampai
hari ini.
1
Outline: Jemaat yang Bermasalah
I. Pendahuluan: (1:1-9)
A. Salam Paulus (1:1-3)
B. Syukur Paulus (1:4-9)
II. Laporan akan Berbagai Masalah (1:10-6:20)
A. Perpecahan Dalam Jemaat (1:10-4:21)
1. Hikmat Allah (1:10-3:4)
a. Para pemecah belah yang sombong (1:10-17)
b. Hikmat Salib Kristus (1:18-25)
c. Panggilan bagi yang tidak terpandang (1:26-31)
d. Pemberitaan Paulus penuh kuasa (2:1-5)
e. Hikmat Allah yang tersembunyi (2:6-3:4)
i. Penyingkapan Hikmat Allah (2:6-13)
ii. Respons terhadap Hikmat Allah (2:14-3:4)
(a) Manusia Alami (2:14)
(b) Orang Kristen Rohani (2:15-16)
(c) Orang Kristen Kedagingan (3:1-4)
f. Para Pekerja Allah (3:5-4:21)
i. Petani (3:5-9)
ii. Pembangun (3:10-23)
(a) Dasar yang kuat (3:10-11)
(b) Bahan yang bermutu (3:12-17)
(c) Kepemilikan penuh (3:18-23)
iii. Hamba (4:1-5)
iv. Tahanan (4:6-13)
v. Bapa (4:14-21)
(a) Teladan seorang bapa (4:14-17)
(b) Disiplin dari seorang bapa (4:18-21)
B. Disiplin dalam Jemaat (5:1-13)
C. Pertentangan dalam Pengadilan (6:1-8)
D. Pencemaran dalam dunia (6:9-20)
1. Bait Kecabulan (6:9-18)
2. Bait Roh Kudus (6:19-20)
III.Jawaban atas berbagai Pertanyaan (7:1-16:4)
A. Masalah Pribadi (7:1-11:1)
1. Tentang Perkawinan (7:1-40)
a. Perkawinan dan Selibasi (7:1-9)
b. Perkawinan dan Perceraian (7:10-24)
c. Perkawinan dan Pelayanan (7:25-38)
d. Perkawinan dan Kawin ulang (7:39-40)
2. Tentang Makanan Berhala (8:1-11:1)
a. Kebebasan Kristiani dan Penyerahan diri (8:1-13)
i. Pengetahuan dan Kasih (8:1-3)
ii. Berhala dan Allah (8:4-6)
iii. Yang lemah dan yang kuat (8:7-13)
b. Kebebasan Kristiani dan Pengorbanan diri (9:1-27)
i. Hak Paulus akan dukungan finansial (9:1-14)
2
ii. Penolakan Paulus menggunakan haknya (9:15-27)
c. Kebebasan Kristiani dan Pengendalian diri (10:1-11:1)
i. Peringatan dari sejarah Israel (10:1-13)
ii. Cawan roh jahat (10:14-22)
iii. Perjamuan seorang teman (10:23-11:1)
B. Masalah Umum (11:2-14:20)
1. Tentang peranan wanita (11:2-16)
2. Tentang Perjamuan Tuhan (11:17-34)
a. Tuduhan kesalahan (11:17-22)
b. Praktek Perjamuan (11:23-34)
3. Tentang karunia-karunia rohani (12:1-14:40)
a. Kerjasama: Karunia rohani dalam tubuh Kristus (12:1-31)
i. Pendahuluan (12:1)
ii. Landasan (12:2-3)
iii. Sumber (12:4-6)
iv. Manifestasi (12:7-11)
v. Baptisan (12:12-13)
vi. Tubuh (12:14-27)
vii. Distribusi (12:28-30)
viii. Dinamika (12:31)
b. Keterbatasan Karunia Rohani (13:1-13)
i. Terbatas Kepentingannya (13:1-7)
ii. Terbatas masa kerjanya (13:8-13)
c. Pembangunan tubuh Kristus: perbandingan Nubuat dengan Bahasa Lidah (14:1-40)
i. Perlunya Pengertian (14:1-25)
ii. Perlunya Ketertiban (14:26-40)
C. Tentang Kebangkitan (15:1-58)
1. Berita Kebangkitan (15:1-11)
2. Jika tidak ada Kebangkitan (15:12-19)
3. Makna Kebangkitan (15:20-34)
4. Cara Kebangkitan (15:35-49)
5. Misteri Kebangkitan (15:50-57)
6. Tekad (15:58)
D. Tentang Persembahan (16:1-4)
IV. Kesimpulan (16:5-24)
A. Rencana Paulus (16:5-9)
B. Teman sekerja Paulus (16:10-20)
C. Perpisahan Paulus (16:21-24)
3
Ringkasan Setiap Pasal:
Pasal Satu
Paulus menyapa jemaat Allah yang berada di Korintus, dan mengucap syukur atas kekayaan rohani
mereka dalam Kristus (1:1-9). Dia menantang mereka mengenai perpecahan dan juga hikmat yang agung
yang hanya didapatkan di dalam Kristus (1:10-31).
Pasal Dua
Dia menekankan karya Roh Kudus bagi orang-orang Kristen, memberikan mereka kuasa (2:1-5),
memberikan mereka hikmat (2:6-12), dan menerangi mereka (2:13-16).
Pasal Tiga
Jemaat Korintus perlu ditegur oleh Paulus karena kedagingan mereka yang muncul dalam
pertikaian dalam jemaat (3:1-7). Bukannya terbagi-bagi karena mengikuti manusia tertentu, seharusnya
setiap orang percaya dalam jemaat adalah sesama pekerja dengan Kristus yang akan dihakimi oleh Kristus
untuk pelayanan setiap individu pada takhta pengadilan Kristus (3:8-15). Sang Rasul memperingatkan
siapapun yang mau merusak jemaat untuk kemuliaan pribadi bahwa ia akan dihancurkan oleh Allah (3:16-
23).
Pasal Empat
Sang pelayan dari Tarsus berargumen bahwa pelayanan adalah suatu tugas yang dipercayakan (4:1-
5), bukan ajang untuk kesombongan (4:6-8). Paulus adalah teladan kerendahan hati dalam posisi yang
tinggi, dan mengajark orang-orang Korintus untuk mengikuti dia (4:9-16). Dia mau meneruskan
pengajarannya kepada mereka melalui Timotius atau dirinya sendiri (4:17-21).
Pasal Lima
Kesombongan orang-orang Korintus muncul dalam fakta bahwa mereka mengabaikan immoralitas
dalam tubuh jemaat (5:1-2). Sang Rasul menasihati mereka dengan obat alkitabiah untuk membereskan
dosa yang publik ini dalam jemaat – yaitu dengan disiplin jemaat (5:3-5; bd. Mat. 18:16-18). Mereka yang
tidak mau taat kepada kepemimpinan Kristus dalam ketundukan kepada FirmanNya harus disingkirkan
(5:6-8). Rupanya dia sudah pernah menulis kepada jemaat Korintus tentang dosa-dosa publik yang tidak
boleh ditoleransi. Jemaat harus mengeluarkan orang yang jahat itu, demikian perintahnya (5:9-13).
Pasal Enam
Kesombongan anggota-anggota jemaat itu meluber juga kepada fakta bahwa mereka menuntut satu
sama lain di pengadilan. Mereka memandang kepada otoritas lain di luar tubuh Kristus untuk
menyelesaikan isu-isu dalam jemaat, dan dengan demikian merendahkan otoritas Kristus (6:1-4). Ada
orang-orang yang cukup bijak dalam jemaat di Korintus untuk menyelesaikan konflik dalam jemaat (6:5).
Dia mengingatkan mereka bahwa orang-orang jahat tidak mewarisi Kerajaan Allah, hanyalah orang-orang
berdosa yang sudah diperbaharui, seperti mereka, yang mempunyai Roh Allah tinggal dalam tubuh mereka
masing-masing (6:9-20).
Pasal Tujuh
Setelah mengurus masalah-masalah moral, Rasul Paulus kini menuliskan jawaban-jawaban
terhadap surat yang sebelumnya jemaat Korintus tuliskan kepada dia tentang moralitas dan pernikahan.
Jawaban dia sepertinya disusun berdasarkan pertanyaan-pertanyaan mereka: 1) Apa itu pernikahan dan
fungsinya (7:1-7)? 2) Apakah perpisahan/perceraian itu boleh, baik antara sesama orang percaya maupun
antara orang percaya dan tidak (7:10-16)? 3) Bagaimana dengan pernikahan dalam masa-masa
penganiayaan (7:18-35)? 4) Apa tanggung jawab seorang ayah dalam pernikahan (7:36-38)? dan terakhir
4
5) Bolehkah seorang janda menikah lagi (7:39-40)? Paulus membangun jawabannya di atas dasar
pewahyuan sebelumnya (Kitab Suci dan pengajaran Tuhan Yesus), dan menambahkan lagi dengan otoritas
Rasul yang diinspirasikan.
Pasal Delapan
Kecongkakan kristiani akan mempengaruhi kebebasan kristiani. Paulus memahami hal ini dan
menyinggungnya (8:1-3). Orang-orang Korintus menyadari bahwa berhala-berhala kafir bukanlah apa-apa
dan merasa bahwa dengan kebebasan pengetahuan mereka yang sudah diterangi, mereka bebas untuk
makan daging berhala secara terbuka, tanpa memperhatikan bahwa kelakuan ini menyebabkan sebagian
orang tersandung (8:4-10). Paulus menegur mereka karena menyebabkan orang Kristen yang lebih lemah
untuk tersandung, dan memberikan prinsip mengekang kebebasan demi pembangunan orang lain (8:11-
13).
Pasal Sembilan
Paulus memperluas pembahasan tentang kebebasan Kristen dengan dirinya sendiri sebagai contoh,
mengindikasikan bahwa dia dan Barnabas mempunya kebebasan untuk mengharapkan pembiayaan dari
jemaat Korintus (9:1-14), tetapi bahwa dia sengaja membatasi kebebasannya ini agar tidak menjadi batu
sandungan bagi orang lain, dan dengan demikian menghalangi usaha Injil (9:15-23). Dia menekankan
penguasaan diri dalam segala hal, bahkan ketika Kristus memberikan kebebasan (9:24-27).
Pasal Sepuluh
Hamba Allah ini menggunakan contoh Israel di padang gurun untuk memperlihatkan bagaimana
kesombongan mereka memimpin kepada penyembahan berhala dan immoralitas yang menjadi mengikuti
mendatangkan penghakiman yang besar (10:1-13). Dia menyajikan beberapa prinsip untuk membantu
para petobat non-Yahudi ini untuk mengatasi isu-isu praktis ketika berhadapan dengan potensial skenario-
skenario sulit dalam hubungan dengan penyembahan berhala. Berhala dalam konteks agamawi harus
dihindari (9:14-22), dan berhala dalam konteks sosial harus ditangani secara alkitabiah dan penuh kasih
supaya jangan ada yang tersandung oleh kebebasan kita (9:23-33).
Pasal Sebelas
Kesombongan juga melemahkan prinsip kepemimpinan yang Allah berikan dalam rumah tanggan
dan gereja: suami adalah kepala dari istri (11:1-3). Praktek kafir untuk menciptakan kebingungan gender
melalui panjang rambut muncul juga dalam jemaat Korintus. Laki-laki adalah kepala dari perempuan dan
tidak memerlukan penutup kepala saat mendekati Allah (11:4). Rupanya ada sebagian perempuan, yang
diselamatkan dari prostitusi kuil dengan rambut yang dicukur, yang berlanjut dengan rambut yang dicukur
tersebut di dalam jemaat (11:5-9). Kebingungan gender ini memungkinkan malaikat-malaikat (setan-
setan) untuk memperhatikan perempuan yang memberontak sebagai target mereka (11:10). Paulus
memberikan beberapa prinsip untuk keteraturan dalam kebaktian umum jemaat: 1) laki-laki tidak
memerlukan penutup kepala, rambut mereka tidak semestinya panjang dan kebancian (11:11-14). 2)
mantan pelacur kuil yang cukuran rambutnya belum tumbuh lagi sepantasnya memakai penutup, dan
perempuan yang mempunyai rambut panjang tidak memerlukan penutup karena dia berada dalam
ketundukan kepada suaminya (11:15-16). Kesombongan mereka juga mempengaruhi Perjamuan Tuhan
karena mereka penuh perpecahan dan dingin satu sama lain (11:17-20). Kesombongan kelompok ini
meluber ke dalam Perjamuan Tuhan dan membahayakan kesehatan dan kehidupan anggota-anggota
jemaat (11:21-30). Perjamuan seharusnya adalah waktu pengujian diri untuk memeriksa apakah seseorang
dalam persekutuan yang benar dengan Tuhan dan memperlihatkan sikap yang baik terhadap anggota-
anggota tubuh (11:31-34).
5
Pasal Dua Belas
Kebodohan adalah hasil dari kesombongan orang-orang Korintus ini, demikian tegas Paulus,
karena mereka tidak memahami persatuan Roh Kudus dalam kemajemukan dalam tubuh Kristus di
Korintus (12:1-12). Keinginan Paulus adalah agar mereka bersatu dalam ordinansi dan pelayanan karena
Kristus adalah kepala dan mereka adalah tubuh yang ditaruh Allah menjadi satu sesuai rencanaNya
(12:13-27). Penangkal untuk kesombongan bersama ini adalah kasih bersama (12:28-31).