Bagian pertama yang menggunakan 7 kata bisa kita bisa kita temukan di 4
varians teks Yunani. Misalnya, di varians Westcott and Hort, lalu varians
[NA27 variants], w/o Diacritics, UBS4 variants w/o Diacritics.
Sedangkan dalam 3 varians yang berbeda ada satu kata ganti orang yang
ditambahkan, yaitu kata ganti “auton” yaitu kata ganti akusatif maskulin orang
ketiga tunggal, sehingga menjadi;
Sehingga dalam mencari makna aslinya kita menemukan dua perbedaan teks,
yang secara khusus di frasa pertama,
yaitu
kita mengasihi, atau kita mengasihi dia. Dalam hal ini kita perlu menjelaskan
tatabahasanya, dalam jaringan konteks, sehingga kita menemukan makna
sejatinya
Sebelum masuk dalam tata Bahasa Yunaninya, saya ingin terlebih dahulu
menguraikan latar belakang surat ini, sehingga saudara sekalian bisa memahami
jaringan utuh, makna dari 1 yohanes 4: 19 ini.
1. Pertama, surat ini tidak memiliki pengantar yang formal terjadi dalam
penulisan surat dalam budaya helenisme, seperti penulis, pengantar
penutup surat dan lain sebagainya yang biasanya menandakan sebuah
surat. Hal itu terjadi, ternya karena surat ini sengaja dituliskan kepada
semua orang orang-orang percaya daerah efesus dan sekitarnya yang
menghadapi masalah internal gereja yaitu guru-guru palsu dari kelompok
gnostic khusunya dibawah pimpinan sekte Cerinthus yang menyangkal
keillahian Yesus.
2. Pada abad pertama berdirinya gereja, kelompok perintis bidat yg
membuat kekacauan di hampir semua komunitas komunitas gereja,
mereka dikenal dengan nama ‘Gnostik’ (Yunani, gnosis artinya
‘pengetahuan’) ciri dari gerakan ini adalah, mereka mempunyai ilmu
khusus tentang Allah dan teologi, yang biasanya didapatkan oleh
pemimpin mereka berdasarkan cara “gnostic”.
ciri ini mengalamai modifikasi dari abad ke abad, di mana di abad ini
berevolusi menjadi 2 bentuk. Yang pertama, berbentuk hamba hamba
Tuhan, yang sering mendapatkan wahyu khusus dari Allah, di mana
biasanya wahyu itu bertolak belakang dengan kesaksian para rasul [injil].
Yang kedua, berbentuk saintic, atau ragam ragam pengembangan ilmu
pengetahauan yang menolak dalil dalil fundamental Alkitab.
Para Gnostik percaya bahwa tubuh fisik Yesus itu bukanlah yang sebenarnya,
namun hanya “terlihat” demikian. Roh-Nya turun kepada-Nya pada saat Dia
dibaptis, namun meninggalkan-Nya sebelum Dia disalibkan.
Namun selain 2 ciri khas di atas, ada satu hal dampak gnostitisme yang paling
menyentuh sendi sendi iman orang percaya saat itu, yaitu;
Merusak cara kerja keselamatan di dalam diri orang percaya. Secara khusus
mereka mengajarkan 3 pokok penting yang menjadi kebalikan ajaran Yesus
Kedua, tidak perlu hidup kudus kuhusunya tidak perlu terpisah dari dosa (1Yoh
3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17)
Ketiga, tidak diperlukan iman yang menyelamatkan mereka (bd.1Yoh 1:6; 5:4-
5).
Ketiga pokok di atas justru menjadi antitesa dari ajaran Yesus, karena Yesus
justru mengajarkan ketiga hal itu di dalam satu tema besa, KASIH.
Akibat dalil dalil gnostic itu, mereka secara otomatis terjadi pertikaian di
dalam saudara saudara di dalam tubuh kristus.
Nah, latar belakang tersebut, membuat suadara saudara dapat memahami apa
sebenarnya yang hendak diutarakan Yohanes di ayat 19 ini.
di atas telah saya uraikan bahwa ada dua varias di frasa pertama, yaitu antara
Jika kita menggunakan varians Nestle Greek New Testament dan 3 varians
lainnya, maka menjadi kita mengasihi. Tentu ini yang diikuti oleh panitia
sehingga muncul tema kasih persaudaraan. Tetapi apakah kita mengasihi ini
merujuk kepada saudara? Atau kepada Tuhan?
Kalau kita menggunakan varians binzantium, tekstus rezeptus, atau teks greek
ortodoks church, maka harunya menjadi kita mengasihi dia. Kata dia ini adalah
kata ganti orang ketiga tunggal, dan tentu saja ini merujuk pribadi tunggal.
Jika kita melihat maknanya di jaring ayat 20, maka kata frasa pertama ini
merujuk kepada Tuhan. Karena di katakan, agapho ton teon [kita mengasihi
tuhan]. Sedangkan jika kita melihatnya dijaring ayat 19, maka frasa ini merujuk
kepada kasih. Namun apakah yang dimaksud kita mengasihi kasih? Atau kah
karena Allah itu kasih, maka kita mengasihi Allah? Namun jika kita memeriksa
keseluruhan jaringan yang ada di dalam konteks ini, maka jelas sekali bahwa
yang dimaksudkan di frasa pertama ini merujuk kepada kita mengasihi Allah.
Jadi meski dalam dua varians mengatakan kita mengasihi atau kita mengasihi
dia, kedua varians itu bermakna kita mengasihi Allah. Dengan demikian
terjemahan ayat 19 ini yang tepat adalah “kita mengasihi dia [yang merujuk
kepada Allah] karena dia [allah] pertama mengasihi kita”.
Jika pernyataan ini kita telaah, menjadi lucu, kalau kita membuat tema kasih
persaudaraan.
Karena ayat ini membahas sebab akibat kasih kita kepada Allah, karena Allah
dahuluan mengasihi kita. Waktu saya meneliti ayat ini, saya bertanya tanya
bagaimana saya harus memaknakan tema kasih persaudaraan ini dengan tepat
sesuai dengan ayat yang diberikan? Ini menjadi tugas yang hamper hamper
mustahil, atau jangan jangan para ahli teolog ini ingin mencobai saya ya?
Hanya Allah saja yang tahu dan panitia yang tahu kebenarannya.
Tetapi meskipun demikian saya akan menyatukan tema dengan teks yang
kurang yangbung ini
Pertama. Penggunaan dua kata kerja yang unik yang pertama modusnya
present indikatif [agapōmen] [atau kita mengasihi] dengan modus aorist aktif
[ēgapēsen], maksudnya kasih kita sekarang akibat kasih Allah yang sudah
dikerjakan di masa lampau. Jika Allah tidak mengasihi, masa lampau, kita kita
tidak mungkin mengasihi Allah. Artinya kedua kata kerja ini hendak
menekankan kinerja kasih Allah yang sudah terjadi.
Kalau saudara mengasihi allah, saudar harus menunjukkan wujud kasih kepada
Allah dengan meniru wujud kasih Allah yang utama dan yang terpenting it
Banyak orang berbicara kasih tetapi sedikit yang paham cara kerja kasih yang
sejati. 4 sistem kerja kasih yang perlu saudara pahami.
Pertama kasih itu berkorban [agapae] inilah yang diwujudkan kasih Allah.
Kasih itu emosi yang kuat, atau dorongan nafsu yang tidak dapat
dibendung [eros] yoh 3; 16
Kasih itu keluarga [storge]
Kasih itu persaudaraan [philia]. Atau kasih persaudaraan.