“AMOS YONG”
KELAS : 2B
DOSEN PENGAMPU : Pdt. Mixon A. Simarmata, M. Th.
5
Amos Yong dan Estrelda Y. Alexander, Afro-Pentecostalisme; black pentecostal and
Charismatic Christianity in History and Culture, New York: NYU Press, 2011, Hlm. 23-40.
John Calvin dan John Knox dan mempraktikkan bentuk pemerintahan gereja
Presbiterian yang dipimpin oleh perwakilan penatua (presbiter)).
Pertumbuhan Afro-Pentakostalisme akan mengubah lanskap keagamaan Protestan
kulit hitam, dimana pada tahun 1940, Afro-Pentakostalisme akhirnya berkembang dan
menjadi terbagi lebih dari lima puluh denominasi dan banyak jemaat independen.
Secara geografis, itu mencakup semua wilayah Amerika Serikat dan melalui jaringan
geografisnya yang tumpuh tindih, menciptakan dibasis organisasi nasional untuk postur
publik Afro-Pentakosta di masyarakat sipil kulit hitam. Di tahun 2006, Gerakan
Pentakosta Amerika kontemporer melewati satu mil batu, dengan merayakan ulang
tahunnya yang ke-100. Di rentang waktu itu, Sektor Amerika sangat berpengaruh, tidak
hanya berhadapan dengan cabang aliran Pentakostalisme, tetapi juga diseluruh Gereja
Kristen.6 Di rentang waktu itu, ditandai dengan berawal dari pemulihan dan penekanan
pada kontribusi Afrika-Amerika yang harus mengakui peran orang Kristen kulit hitam
dalam meletakkan dasar kebangkitan pentakosta. Pada abad ke-19, gerakan Pentakostal
ini ternyata semakin berkembang hingga akhirnya menekankan pemanggilan Gereja
kembali ke dalam sikap kesalehan pribadi yang lebih dalam melalui pengalaman
pengudusan dan penyalehan hidup.
6
Minggus Pranoto S., Discerning The Spirit (S): Dalam Kuasa Politik: Sebuah Perspektif
Teologi Pentakostal, STT Abdiel, Ungaran, Jawa Tengah, 2019, Hlm. 87-94.
7
Andrew Davies dan William Kay, Teologi Amos Yong dan Wajah Baru… Hlm.17-19.
8
Junifrius Gultom, Pneumatologi Amos Yong dan Refleksi Missiologi: Perspektif
Pentakosta/Kharismatik Indonesia, Jakarta: STT Bethel Petamburan, 2018, Hlm. 19-21.
secara positif dalam peningkatan Kerajaan Allah di dalam dunia ini. Pneumatologi yang
lebih sering dikaitkan dengan kelompok baik Pentakosta maupun Kharismatik, yang
mana bagi Pentakosta maupun Kharismatik menganggapnya supaya menjadi fokus
utama atau sebagai Missio Dei dalam meningkatkan Kerajaan Allah, sehingga dalam
hal ini bagi mereka, Gerejanya pun dapat turut ambil peran secara aktif di dalam tujuan
pemisian pemberitaan Allah di seluruh bumi.9 Pendekatan Amos Yong terhadap
Pneumatologi ini bersifat dialogis, disebabkan oleh yang pada dasarnya kelompok baik
Pentakosta maupun Kharismatik selalu mempertahankan keadaan yang telah menjadi
kebiasaan dan selalu berlaku bagi mereka mengenai Karunia Roh Kudus.10 Yong juga
berpendapat bahwa Roh Allah dapat hadir di dalam setiap orang di dalam kepelbagaian
dan kepelbagaian tersebut menjadi satu kesatuan. Kesimpulan yang dapat diambil
mengenai Konteks Pneumatologi yang dibawakan oleh Amos Yong ini adalah bahwa
Roh Kudus mempunyai peran yang besar dalam pertumbuhan dan perkembangan di
dalam Misi Allah bagi Gereja dan masyarakat.11
D. Garis-garis besar yang dimunculkan
Terdapat kriteria pneumatologis, dimana dapat dijelaskan tentang Firman dan Roh
yang bersatu dalam bentuk Kasih. Ia menjelaskan bahwa Hati adalah pusat pemersatu
manusia pikiran, kemauan, emosi dan tubuh yang dibentuk oleh pertemuan dengan Roh.
Dalam hubungan ini, pengalaman kharismatik merupakan tanda awal dari masuknya
orang percaya ke medan kekuatan Roh. Sakramentalitas pengalaman Pentakosta-
Kharismatik kemudian dapat dibawa lebih jauh kepada alam yang disebut Santo Paulus
sebagai “buah-buah Roh”. Disposisi yang muncul dari bawah pengaruh kuat Roh
diungkapkan secara kognitif dan somatik lebih integratif daripada itu dibentuk oleh diri
sendiri atau roh lainnya. Dengan cara ini, pengalaman Kharismatik dan kehidupan
Kharismatik terus menerus membentuk imajinasi pneumatologis, dan sebaliknya.
Kemudian yang kedua, yakni Perubahan Pneumatologis dalam Teologi agama dimana
Amos Yong dalam hal ini menekankan buat para teolog agar membantu jemaat Gereja
dalam berbahasa roh dan juga agar jemaat dapat membedakan kapan dan dimana roh itu
berbicara agar tidak ada semua nya dianggap oleh jemaat adalah roh. Juga diketahui
bahwa Amos Yong juga menekankan agar para teolog Gereja mengikutsertakan
pneumatologi dalam memecahkan masalah perbedaan yang ada di ruang lingkup
Gereja. Lalu, yang ketiga ialah tentang Perubahan Pneumatologis dalam Teologi agama.
Amos Yong dalam hal ini menekankan buat para teolog agar membantu jemaat Gereja
dalam berbahasa roh dan juga agar jemaat dapat membedakan kapan dan dimana roh itu
berbicara agar tidak ada semua nya dianggap oleh jemaat adalah roh. Dan Amos Yong
juga menekankan agar para teolog Gereja mengikutsertakan pneumatologi dalam
memecahkan masalah perbedaan yang ada di ruang lingkup Gereja.
Selanjutnya, Dalam hal ini Amos Yong memberikan tanggapan terhadap orang
Kristen yang menolak kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga orang Kristen tidak bisa
berkembang, karena tidak ada keterbukaan terhadap kemajuan jaman khusus nya dari
ajaran-ajaran agama yang berkembang. Juga yang terakhir dalam pembahasannya
9
Amos Yong dan Rosalynde F. Welch, Theology and down sydrome: Reimagining disability
in late modernity, Waco Texas: Baylor University Press, 2007, Hlm. 32-39.
10
Amos Yong, Spirit-Word-Community, Burlington, USA: Ashgate, 2002, Hlm. 47-64.
11
Wolfgang Vondey dan Martin W. Mittelstadt, The Theology of Amos Yong and the New
Face of Pentecostal Schorlarship: Passion the Spirit, Leiden: Boston, Netherlands, 2013,
Hlm. 25-29.
yakni, terkait Hermeneutis yang dibawakan oleh Amos Yong yang ternyata tidak
terlepas dari pengalaman yang dialami Yong pada saat berargumen bahwa para
penginjil lebih cenderung menyalahkan ilmu pengetahuan yang berkembang, karena
dianggap sebagai masalah yang dapat menghilangkan makna Alkitab dengan segala
ilmu pengetahuan yang berkembang. Maka dari itu, Amos Yong hadir dengan
Hermeneutik Pentakostanya (Penafsiran yang dalam prosesnya harus dilandaskan dan
ditengahi oleh Alkitab yang dipercaya diberikan oleh Roh Kudus pula) 12 yang dia
anggap sebagai solusi dalam memecahkan perbedaan tersebut dan Amos Yong
beranggapan bahwa Roh Kudus hadir untuk menolong umat nya khusus nya para
penginjil nya.
E. Penyelesaian dari Permasalahan Paham Pentakostal yang muncul
Amos Yong memiliki pemikiran bahwa Teologi ialah bagian dari suatu proses
penelusuran akademis dalam rangka pemahaman akan Allah serta dunia juga melihat
realitas kenyataan agama yang merupakan matra pengalaman empiris manusia. 13
Teologi agama merupakan upaya pendekatan iman Kristiani untuk menggambarkan
hubungan di antara Allah terhadap agama lainnya di luar Kristen. Oleh sebab itu, Yong
melakukan sebuah pendekatan “Pneumatologis” melalui karya peranan Roh Kudus
dalam bagian kesatuan Trinitas supaya relasi dan pemahaman agama Kristen dapat
terbangun bersama agama lainnya.14 Bagi Amos Yong, Roh Allah menunjukkan tentang
kebaikan Allah yang harus disebarluaskan Gereja kepada seluruh bangsa. Oleh sebab
itu, Amos Yong melalui kacamata kebaikan dari Allah tersebut melihat hubungan Allah
dengan orang asing lainnya di dalam narasi Alkitabiah. Dengan pendekatan tersebutlah
Amos Yong memberikan sebuah aliran Teologi Pentakosta dan Kharismatik bagi
agama-agama mengenai pemahaman tentang Allah yang berada di dunia dan tentang
manusia yang beragama yang memiliki sebuah spiritualitas. Sebelum dia menggunakan
pendekatan pneumatologis, ia terlebih dahulu membangun sebuah Teologi tafsir yang
trinitian yang memiliki makna sama dengan pendekatan pneumatologikal yang telah ia
lakukan melalui pemikirannya.
Pada perkembangan selanjutnya, Teologi Pentakosta mulai mempertimbangkan
kembali doktrin-doktrin yang telah ada dengan sistematis yaitu mencakup Soteriologi,
Eklesiologi, Pneumatologi, Doktrin Ketuhanan, Doktrin Penciptaan, dan dialog dengan
agama-agama.15 Maka, Yong menawarkan metode diskusi terhadap sifat Teologi
Pentakosta dan membentuk generasi baru sarjana Pentakosta yang dapat melampaui
percakapan tradisional sejarah dan alkitabiah yang telah mendominasi masa lalu yang
pada perkembangannya melalui bukunya untuk menjadi Neo-Pentacostalism.
Kemudian, Amos Yong mulai menyarankan cara-cara yang gamblang (Jelas dan mudah
12
French L. Arrington, “Feedback: Pentecostal Hermeneutic,” Pneuma. The Journal of the
Society for Pentecostal Studies, Vol. 16, No. 1, Spring: Amerika, 1994, Hlm. 104.
13
Amos Yong, Beyonds the Impasse, Grand Rapids, Michigan: Baker Academic, 2003, Hlm.
98-103.
14
Christopher J. Thomas dan Rickie D. Moore, Roh Kontribusi Pentakosta-Kharismatik
Untuk Teologi Agama Kristen Amos Yong, Dalam Jurnal “Teologi Pentakosta”, Seri
Suplemen XX, Inggris: Sheffield Academic Press, 2000, yang diakses pada tanggal 14 Maret
2021, Pukul 11.53 WIB, Hlm. 59.
Robeck Jr., Cecil M., dan Amos Yong, The Cambridge Companion to Pentecostalism, New
15
III. KESIMPULAN
Andrew Davies dan William Kay, Teologi Amos Yong dan Wajah Baru… Hlm. 24-27.
16
17
Amos Yong, Academic Glossolalia? Pentacostal Scholarship, Multi-Diciplinarity, and the
Science-Religion Conversation, Virginia Beach: Regent University School of Divinity, 2005,
Hlm. 71-74.
Andrew Davies dan William Kay, Teologi Amos Yong dan Wajah Baru… Hlm. 27.
18
19
Ernest Williams S., Systematic Theology, Dalam Jurnal “Pneumatology Ecclesiology
Eschatology”, 1981, yang diakses pada tanggal 14 Maret 2021, Pukul 11.09 WIB, Hlm. 19-
25.
Amos Yong dan Jonathan Anderson,
20
Renewing Christian Theology: Systematics for a
Global Christianity, Waco Texas: Baylor University Press, 2014, Hlm. 76-81.
Berdasarkan pembahasan secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa
kriteria pengalaman-pengalaman rohani yang fenomenal dari aliran Pentakosta maupun
kharismatik tersebut, perlu untuk dilihat dari sejauh mana pengalaman itu mampu
melahirkan suatu bentuk tindakan-tindakan etis yang holistik atau secara keseluruhan
terkait dengan hubungan-hubungan komunal yang terpelihara dan diperkuat.
Menimbang hal tersebut, untuk sementara Roh Kudus yang universal itu dapatlah
dikatakan memang sungguh hadir di dalam agama tersebut, namun patutlah menjadi
tantangan bagi seorang Kristen yang tertebus untuk dapat mampu menilai lebih dalam
terkait, apakah agama tersebut sesungguhnya sedang dalam lingkup penyembahan Roh
Kudus atau malah sedang berada dalam lingkup penyembahan kepada roh-roh demonik,
si pengklaim kebenaran.
Melalui pemahaman seperti ini, maka bukan tidak mungkin bagi seorang penganut
bahkan pemimpin aliran Pentakosta maupun Kharismatik, yang tadinya mengklaim
bahwa keadaannya dipenuhi dengan hadirnya Roh Kudus itu, ternyata malah bersekutu
dengan roh-roh denomik juga destruktif. Bukannya tanpa alasan, melainkan berdasar
kepada perkataan Yesus yang dituliskan dalam Alkitab bahwa, “Dari buahnyalah kamu
dapat mengenal mereka” (Mat. 7:20). Sehingga, dapat disimpulkan, jika perbuatan yang
dihasilkan tidak menampakkan petunjuk praksis seperti yang dijelaskan sebelumnya,
maka dapat dikatakanlah bahwa hal tersebut tepat untuk menjadi dasar penjelasan bukti
konkret yang tidak bersesuaian dalam rangka membicarakan peran soteriologisnya
(Keselamatan).
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Yong, Amos,
2003 Beyonds the Impasse,
(Grand Rapids, Michigan: Baker Academic).
Yong, Amos,
2002 Spirit-Word-Community,
(Burlington, USA: Ashgate).
Yong, Amos,
2005 Academic Glossolalia? Pentacostal Scholarship, Multi-Diciplinarity,
and the Science-Religion Conversation,
(Virginia Beach: Regent University School of Divinity).
Yong, Amos,
2000 Discerning the Spirit(s): A Pentecostal-Charismatic Contribution to
Christian Theology of Religions,
(Sheffield, England: Sheffield Academic Press).
Yong, Amos dan Estrelda Y. Alexander,
2011 Afro-Pentecostalisme; black pentecostal and Charismatic Christianity
in History and Culture,
(New York: NYU Press).
Vondey, Wolfgang dan Martin W. Mittelstadt,
2013 The Theology of Amos Yong and the New Face of Pentecostal
Schorlarship: Passion the Spirit,
(Leiden: Boston, Netherlands).
Yong, Amos dan Jonathan Anderson,
2014 Renewing Christian Theology: Systematics for a Global Christianity,
(Waco Texas: Baylor University Press).
Robeck Jr., Cecil M., dan Amos Yong,
2014 The Cambridge Companion to Pentecostalism,
(New York, USA: Cambridge University Press).
Yong, Amos dan Rosalynde F. Welch,
2007 Theology and down sydrome: Reimagining disability in late modernity,
(Waco Texas: Baylor University Press).
Yong, Amos,
2008 Hospitality and the Other: Pentecost, Christian Practices, and the
Neighbor,
(Maryknoll, NY: Orbis Books).
Pranoto, S., Minggus,
2019 Discerning The Spirit (S): Dalam Kuasa Politik: Sebuah Perspektif
Teologi Pentakostal,
(STT Abdiel, Ungaran, Jawa Tengah).
Gultom, Junifrius,
2018 Pneumatologi Amos Yong dan Refleksi Missiologi: Perspektif
Pentakosta/Kharismatik Indonesia,
(Jakarta: STT Bethel Petamburan).
JURNAL
Williams, S., Ernest,
1981 Systematic Theology,
(Dalam Jurnal “Pneumatology Ecclesiology Eschatology” yang diakses
pada tanggal 14 Maret 2021, Pukul 11.09 WIB).
Thomas, Christopher J. dan Rickie D. Moore,
2000 Roh Kontribusi Pentakosta-Kharismatik Untuk Teologi Agama Kristen
Amos Yong ,
(Dalam Jurnal “Teologi Pentakosta”, Seri Suplemen XX, Inggris:
Sheffield Academic Press yang diakses pada tanggal 14 Maret 2021,
Pukul 11.53 WIB).
Davies, D. dan William Kay,
2013 Teologi Amos Yong dan Wajah Baru Beasiswa Pentakosta,
(Dalam Jurnal Pentakosta Global dan Kharismatik Studi Jilid XIV,
Belanda yang diakses pada tanggal 14 Maret 2021, Pukul 13.29 WIB).
Arrington, French L.,
1994 “Feedback: Pentecostal Hermeneutic,” Pneuma.
(The Journal of the Society for Pentecostal Studies, Vol. 16, No. 1,
Spring, Amerika yang diakses pada tanggal 14 Maret 2021, Pukul
17.26 WIB)
LINK INTERNET
https://id. wikipedia. org/wiki/Amos_Yong, diakses pada tanggal 14 Maret 2021, Pukul 20.17
WIB.