Anda di halaman 1dari 6

HERMEN BIBLIKA PL 1

KELOMPOK 1
Anggota : Gandama Robintang Pandiangan (20.3633)
Nathalie Darettasania Munthe (20.3648)
Vaciel Anna Mishalca Tobing (20.3658)
Wando Sampetua Pasaribu (20.3660)

TAFSIR NARASI
Genesis 1:9-13

Genesis 1:9-13 “Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul
pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering." Dan jadilah demikian. Lalu Allah
menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa
semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda,
tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah
yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian. Tanah itu
menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala
jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya
itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.”

1:9 Berfirmanlah Allah: “Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian.
“Berfirmanlah Allah” (Ibr: wayyomer’elohim). Rumusan pembuka ini adalah satu
rumusan tetap yang mengawali cerita tentang setiap ciptaan (lih. ay,3,6). Isinya adalah
keputusan dan perintah Allah untuk menghadirkan suatu ciptaan. Setelah rumusan pembuka
ini menyusullah apa yang dikehendaki Allah sebagai ciptaan-Nya.
“Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat…” (Ibr:
yiqqawu hammayim mittakhat hasysyamayim ‘el-maqom ‘ekhad). Bentuk kata Ibrani yang
dipakai pada awal perintah ini seolah-olah menunjukkan bahwa sejumlah air yang di bawah
terkumpul sendiri. Memang bentuk refleksif dari akar kata Ibrani qawah bisa berarti
demikian. Tetapi itu hanyalah kesan atau bayangan tentang sifat air yang mengalir dan
mencari tempat yang lebih rendah untuk bekumpul. Kesan seperti ini dapat dihindari kalau
kata perintah wayyomer pada bagian pembuka di awal ayat 9 ini tidak dikesampingkan. Jika
bentuk refleksif yiqqawu yang dipakai di sini dipahami dengan baik sehubungan dengan
perintah pada awal ayat 9 ini, maka mau atau tidak mau harus disimpulkan bahwa
berkumpulnya air di bawah itu adalah akibat perintah Allah dan menjadi satu peristiwa yang
terus terjadi.
Air yang di atas telah ditahan dengan bentangan langit, yaitu cakrawala atau kubah.
Kini giliran air yang “di bawah langit” (Ibr.: mittakhat hasysyamayim) dikurung pada satu
tempat. Keterangan “di bawah langit” tampaknya bukan hanya petunjuk tempat, melainkan
lebih dari itu. Jika langit dapat diartikan secara simbolik, yaitu sebagai kuasa-kuasa ilahi yang
bertentangan dengan Allah Israel, keterangan “segala air di bawah langit” harus ditempatkan
dalam alur pengertian ini.
Ayat ini memberitahukan bahwa Allah memberi karakter atau sifat pada air dan darat,
air memiliki ciri yang akan selalu mencari tempat yang paling rendah sehingga pada akhirnya
air itu akan bersatu pada satu titik yang bermuara pada laut. Sedangkan darat adalah bentuk
banding dari kata air atau basah, sehingga tempat yang tidak berair itu akan disebut darat, ini
menandai untuk persiapan ciptaan lainnya, pada gilirannya seperti ayat selanjutnya.

1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
“Lalu Allah menamai yang kering itu darat,…” (Ibr.: wayyiqra ‘elohim layabasyah
‘erets). Tentang pemberian nama lihat ay. 5. Walaupun “tanah kering” (Ibr.: yabash) sudah
diuraikan di atas (lih. ay.9), di sini tanah kering itu disebut “darat” (Ibr.: ‘erets). Keterangan
ini menarik perhatian oleh karena tanah kering itu disebut darat. Yang paling penting dari
hubungan ini ialah pemberian nama ‘erets. Di sini nama tersebut dipakai sebagai lawan dari
laut atau air. Meskipun demikian, pengertian ini tidak dapat dilepaskan dan hubungannya
dengan pernyataan dalam ayat 1 pasal ini. Ini berarti bahwa Allah membuka harapan baru
karena Ia menciptakan bumi baru (bnd. Yes 65:17;66:22).
“Allah melihat bahwa semuana itu baik” (Ibr.: Wayare ‘elohim ki-tob). Penilaian ini
pertama-tama adalah pemberian nilai atas pekerjaan Allah yang sesuai dengan kehendak-
Nya. Dalam konteks sejarah dan pengalaman umat Yehuda pada zaman itu, kondisi
kehidupan baru yang dinilai baik itu adalah kehidupan baru yang menjamin kebebasan hidup
umat yang kembali dari pembuangan. Kini tanah air mereka telah tersedia kembali bagi
pembangunan masa depan yang terjamin dalam kuasa Allah.
Apa yang difirmankan Allah tidaklah bertentangan dengan hukum alam yang ada
khususnya sifat air. Pada kenyataannya air sifatnya mengalir selalu mencari tempat yang
paling rendah.

1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-


tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang
berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi." Dan jadilah demikian.
"Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda...” dalam kitab bahasa Ibrani,
“tanah” menjadi terjemahan dari kata ibrani “ha’arets”, yang terjemahan sesungguhnya
merujuk kepada “bumi”. Bumi dikehendaki Allah untuk melakukan pekerjaannya yaitu
menghasilkan (Ibr. tadsye) “tunas” (Ibr. zera), tumbuhan berbiji, pohon buah – buahan. Kata
kerja yang digunakan yaitu “bertunas” (Ibr. mazria). Ada proses penciptaan yang Tuhan
kehendaki, namun tidak melewati sebuah proses. Bumi harus menghasilkan, maka Tuhan
memerintahkan bumi menjadi sosok ibu bagi tumbuh – tumbuhan dan bagi ciptaan lainnya.
Teks ini dibuat juga untuk mematahkan argumen – argumen mitologi yang berkembang pada
saat itu, dimana kesuburan tanah berasal dari dewi kesuburan atau dewi tanah, dan digantikan
dengan transendensi Allah sebagai penguasa atas tanah ataupun bumi. Penggunaan jenis –
jenis tumbuhan yang berbeda seperti tunas, tumbuhan berbiji, ataupun pohon berbuah
kemungkinan hanya sebagai pengetahuan terkait flora, namun secara esensi, ditekankan
kepada proses pertumbuhannya.
“Al ha’arets” jika diterjemahkan kata ini bertuliskan “biarkan bumi menghasilkan
hasil... di bumi”. Bumi yang digambarkan sebagai sosok ibu, semakin diperjelas dengan
kalimat penutup dari firman Allah, bahwa apa yang dilahirkan bumi, itu yang diperoleh bumi.
Lalu ditutup dengan kelegaan penulis bahwa semua sudah berlalu (Ibr. way’hi ken). Bumi
telah melakukan apa yang ditugaskan Allah dan melewati prosesnya hingga melahirkan tunas
dan segala pohon – pohon berbiji dan berbuah, dan bumi tidak akan berhenti untuk selalu
melahirkan tunas – tunas muda yang baru.
1:12 “ Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat
bahwa semuanya itu baik ”.

Lalu diayat 12 dikatakan tanah menumbuhkan tunas- tunas muda serta segala tumbuh-
tumbuhan yang berbiji. tidak digunakan kata "menciptakan" atau "membuat" bagi tumbuh-
tumbuhan, melainkan hanya ada perintah bagi tanah untuk menumbuhkan mereka. di ayat ini
ciptaan itu sendiri terlibat dalam ciptaan Tuhan. Tanah itu menanggapi perintah Allah dalam
ketaatan yang tepat. perhatikan pengulangan yang hampir persis antara perintah di ayat 11
dan pelaksanaannya di ayat 12. Mungkin kita sekali lagi memiliki polemik halus melawan
gagasan penyembahan berhala.

Tidak ada perjuangan dengan materi dalam kisah penciptaan ini, tidak seperti mitos
yang begitu umum dalam kata alkitabiah. Ada tafsiran teologi yang melihat bahwa Allah
telah memberikan kemampuan bagi tanah (atau bumi) yang asalnya gersang, untuk
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setelah diperintahkan oleh Allah, kemampuan itu
dinyatakan. Sekali lagi kita mendapat penilaian dari Tuhan bahwasannya Ia melihat bahwa
ciptaan itu bagus. Sama seperti munculnya tanah kering diperlukan untuk hewan darat dan
manusia untuk hidup, demikian juga munculnya makanan untuk keperluan mereka. Kedua
hal ini diperlukan untuk kehidupan dan kesejahteraan hewan dan manusia adalah "baik" di
mata Tuhan.1

1:13 “Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.”


‫ויהי־בקר יום הששי׃ פ‬
wa ye·hi-e·reb wa ye·hi-bo·ker y·om ha·syi·syi: (p̄).
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Sebutan ini diulang enam kali dalam pasal ini dan selalu diikuti dengan perhitungan hari:

 ‫יום אחד׃‬ yom ekhad (Kejadian 1:5) = hari satu (Ahad; Minggu).


 ‫יום שני׃‬ yom syeni (Kejadian 1:8) = hari kedua (Senin).
 ‫יום שלישי׃‬ yom syelisyi (Kejadian 1:13) = hari ketiga (Selasa).
 ‫יום רביעי׃‬ yom rebi'i (Kejadian 1:19) = hari keempat (Rabu).
 ‫יום חמישי׃‬ yom khamisyi (Kejadian 1:23) = hari kelima (Kamis).
1
Kissling, Paul (2004). Genesis, Volume 1. College Press. ISBN 9780899008752. Hal. 107
 ‫יום הששי׃‬ yom hasyisyi (Kejadian 1:31) = hari keenam (Jumat)

Kata Ibrani untuk hari adalah ‫יום‬ (yom). Biasanya kata ini artinya suatu hari sepanjang
24 jam (bandingkan Kejadian 7:17; Matius 17:1), atau bagian siang dari suatu hari ("hari"
sebagai lawan dari "malam"). Tetapi kata ini bisa juga dipakai untuk jangka waktu yang tidak
tentu (misal: "musim panen," Amsal 25:13). Banyak orang percaya bahwa hari-hari
penciptaan merupakan hari dalam arti 24 jam karena digambarkan sebagai terdiri atas
"petang" dan "pagi" (Kejadian 1:5; bandingkan Keluaran 20:11). Yang lain percaya bahwa
"petang" dan "pagi" hanya berarti bahwa suatu petang mengakhiri tahap penciptaan tersebut
dan keesokan paginya merupakan awal yang baru lagi.2

Kejadian 1:13 itu merupakan bagian dari pergantian hari, dimana Allah mengerjakan
segalanya dalam waktu yang cenderung berjalan konstan. Petang menunjukkan gelap yang
Allah pisahkan atas terang sedangkan pagi menunjukkan sisi terang yang merupakan bagian
sisi lain dari petang sebelum benda-benda penerang diciptakan.

2
The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit
Gandum Mas. 1993, 1994.
DAFTAR PUSTAKA
Kissling, Paul (2004). Genesis, Volume 1. College Press. ISBN 9780899008752.

The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa
Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.

Anda mungkin juga menyukai