Anda di halaman 1dari 6

Abir Syahputra Gea (18111045)

Teologi 2018A / Eksegesis Perjanjian Baru-1

Kejadian 1:1-5
Langit dan bumi terbentuk bukan dengan sendirinya tapi ada Pribadi yang
menciptakan. Penciptaan langit dan bumi menjadi bahasan yang unik jika dipahami secara
mendalam, karena tidak diketahui kapan penanggalannya berdasarkan catatan-catatan yang
ada. Meskipun tidak ada dijelaskan dalam Alkitab kapan waktu yang tepat diciptakannya
seluruh alam semesta namun sebagai orang percaya langit dan bumi ada penciptanya.
Selain itu, adalah hal yang penting mengetahui asal usul dunia, khususnya Kitab
Kejadian 1:1-5. Ayat ini banyak sekali diperdebatkan oleh para ahli teolog, geologi dan ilmu
modern lainnya. Namun, jika dipahami secara benar naskah Alkitab tidak menunjukkan
kemustahilan ilmiah dan karena itu dapat diterima apa adanya. Dan penulis Kitab Kejadian
ini adalah Musa yang menerima ilham dari pada Roh Kudus.
Garis-garis besar Kej. 1:1-5:
Kej. 1:1 → Asal usul langit dan bumi

Kej. 1:2→ Bumi belum teratur

Kej. 1:3-5 → Pemisahan gelap dan terang; pemisahan waktu

Kejadian 1:1
‫ֱֹלהים אֵ ֥ת ַהּׁש ַ ָ֖מי ִם וְאֵ ֥ת ָהאָ ֶֽרץ׃‬
֑ ִ ‫אׁשית ּב ָ ָ֣רא א‬
֖ ִ ‫ְּב ֵר‬
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
In the beginning God created the heavens and the earth. (NIV)

Kata beresyit (‫אׁשית‬


֖ ִ ‫ )ּב ְֵר‬atau pada mulanya, kata be dalam penggunaan bahasa Ibrani
adalah kata depan yang memiliki arti di, dalam dan di dalam. Dan kata re’syit yang memiliki
arti awal, mula, permulaan. Penggabungan antara kedua kata itu, membuktikan ada masa
yang tak terbatas. Jadi, bre’syit diartikan, dimulanya …, menjelaskan ada waktu yang sedang
dibicarakan dan posisi waktunya tidak ditentukan, namun waktu itu ada sebelum segala
sesuatu diciptakan.
Kemudian ada kata bara (‫ )ּב ָ ָ֣רא‬artinya adalah karya atau cipta. Ini termasuk dalam
kata kerja, orang ketiga tunggal, maskulin, jadi bisa diterjemahkan sebagai, “dia
menciptakan”. Kata ‘Bara’ bila dibentuk menjadi kata kerja perfect maka sesuai
pengertiannya adalah menciptakan. Kata bara ini digunakan secara ekslusif dalam Alkitab
bagi aktifitas atau tindakan Allah.
Indikasi kata dalam Kej. 1:1, yang pertama adalah bre’syit t menandai bahwa
preposisi tersebut dimaksudkan jauh diluar masa penciptaan hari pertama. Apabila
diterjemahkan pada awalnya atau pada mulanya, ini memberi makna bahwa kata bre’syiyt
dimaksudkan terjadi sebelum pemisahan siang dalam malam seperti yang terdapat dalam ayat
3-4. Yang kedua, bahawa Kej. 1:1 Musa menerima pengilhaman dari Tuhan, sehingga Musa
menginformasikan kepada para pembacanya bahwa sebelum hari penciptaan, Allah ada
menjadikan yang tidak ada menjadi ada dan itu diluar dari hari-hari penciptaan, seperti
diayat-ayat selanjutnya. Perlu diketahui, kata pada mulanya digunakan dengan kata bre’syiyt
sedangan kata hari pertama digunakan dengan kata ‘yom ‘ekhad’ yang berarti pertama. Jadi,
kata bara’ yang terdapat dalam Kejadian 1:1 mengandung satu kreasi sedangkan dalam ayat-
ayat lainnya seperti pada Kejadian 1:5 digunakan dengan kata ‘yhiy’ adalah
ucapan/perkataan/Firman.
Kata ‘hasysymayim’ akar kata dari syamayim, yang berarti sorga atau langit. Dalam
konteks ini syamayim bukanlah yang dimaksud sorga tetapi seperti yang telah dijelaskan di
atas bahwa syamayim adalah: langit yang luas yang tidak ada batasnya. Apa bila kata
syamayim dalam konteks ini dipaksakan dengan arti sorga karena menggunakan kata yang
sama, maka harus diartikan bahwa langit yang luas yang tidak ada batasnya adalah milik
kepunyaan Allah, Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku (Yes. 66:1).
Kata ‘ha’arets’ bisa diterjemahkan sebagai bumi, tanah, darat. Meski arets
diterjemahkan dengan bumi, bukan berarti yang dimaksud bumi atau tanah, daratan yang saat
ini kita diami, melainkan maksudnya ada tempat atau sesuatu tempat yang tidak ada menjadi
ada. Ditempat itulah Allah meletakkan ciptaan-Nya. Ungkapan langit dan bumi maksudnya
adalah seluruh alam semesta, termasuk langit dan bumi dan semua yang ada di dalam bumi.

Kejadian 1:2
‫ ְוהָאָ֗ ֶרץ ָהי ָ ְ֥תה‬2 ‫מְר ֶ ֖חפֶת עַל־ּפְנֵ ֥י הַּמָ ֽי ִם׃‬
ַ ‫ ְו ָה ָ֗א ֶרץ ָהי ָ ְ֥תה תֹ֙ה ּ֙ו ָו ֔ב ֹהּו ְו ֖ח ֹׁשְֶך עַל־ּפ ְֵנ֣י תְ ֑הֹום ו ְ֣רּו ַח אֱֹל ִ֔הים‬WTT
‫תֹ֙ה ּ֙ו ו ָ֔ב ֹהּו ו ְ֖ח ֹׁשְֶך עַל־ּפ ְֵנ֣י תְ ֑הֹום ו ְ֣רּו ַח אֱֹל ִ֔הים ְמ ַר ֶ ֖חפֶת עַל־ּפְנֵ ֥י הַּמָ ֽי ִם׃‬
Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air. (ITB)
Now the earth was formless and empty, darkness was over the surface of the deep, and the
Spirit of God was hovering over the waters. (NIV)
Antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2, ada waktu yang tidak terbatas, dalam waktu
yang tak terbatas itu kemungkinan ada peristiwa yang telah terjadi hingga pada ayat 2
difirmankan “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya”.
Kata yang digunakan weha’arets... yang berarti ‘dan bumi itu’.Kata waw digunakan untuk
melanjutkan dan memberitahukan setelah ayat 1 ada peristiwa yang terjadi yaitu bahwa ‘dan
bumi itu gelap gulita, dan bumi (sekitarnya) itu berantakan (tidak berbentuk) dan kacau
(gelap).’
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa ada kata Ibrani tohu wavohu (‫ )תֹ֙ה ּ֙ו ו ָ֔ב ֹהּו‬jika
secara literal diterjemahkan sebagai “tandus”, “kosong”, “kekacauan tanpa bentuk”. Dan kata
tohu sesungguhnya ingin menjelaskan bentuk yang kurang sempurna. Yer. 4:23; Yes. 34:11
kata vohu/bohu menggambarkan penghukuman Allah. Kedua kata ini, tohu wavohu dalam
Kej. 1:2 digambarkan seperti penghukuman Allah karena “tandus dan kosong”. Dan hal
inilah yang menjadi celah bagi penganut Gap Theory, namun dalam Yes. 45:18 menegaskan
bahwa Allah tidak menciptakan bumi kosong, namun belum siap huni. Kenapa demikian?
Karena air dan darat belum terpisah, bunga maupun binatang juga belum ada.
Kata wekhosyekh (‫ )ו ְ֖ח ֹׁשְֶך‬yang artinya gelap gulita, secara metafora ini mengarah
kepada penghukuman Allah, kejahatan. Jadi, ayat ini sebenarnya ingin menjelaskan bahwa
bumi masih perlu dikerjakan Allah sebelum dihuni oleh manusia.
Kata weruakh elohim merakhefet ál-pene hamayim (‫)ו ְ֣רּו ַח אֱֹל ִ֔הים ְמ ַר ֶ ֖חפֶת עַל־ּפְנֵ ֥י הַּמָ ֽי ִם‬
artinya ‘Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Kata ini ingin menjelaskan bahwa
Roh Allah hadir untuk meninjau ciptaan-Nya dari yang tidak ada menjadi ada. Sebab, Roh
Allah mulai bekerja, dan, jika Ia bekerja, siapa atau apa yang bisa menghalangi-Nya? Allah
dikatakan menciptakan dunia dengan Roh-Nya (Mzm. 33:6; Ayb. 26:13, KJV; TB: “nafas-
Nya”).
Dahulu yang menafsirkan Kej. 1:2 ini ada hubungannya dengan Yes. 14:12. Karena
terjadinya kekacauan (ketidakteraturan). Dimana dikekalan ada malaikat yang menentang dan
ingin menyemai TUHAN, akibatnya ia dijatuhkan ke bumi. Yesaya memanggil malaikat
tersebut sebagai ben-syakhar (putra fajar). dan latin diterjemahkan sebagai Lucifer.

Kejadian 1:3
֖ ִ ‫ ַוּיֹ֥א ֶמר א‬WTT
‫ֱֹלהים י ִ ְ֣הי ֑אֹור וַ ֽיְהִי־אֹֽור׃‬
Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.”Lalu terang itu jadi. (ITB)
And God said, "Let there be light," and there was light. (NIV)

Kata wayyomer (‫)וַּיֹ֥אמֶ ר‬menunjukkan bagaimana cara Allah menciptakan dunia ini,
yaitu dengan Firman Allah. Jadi, ketika Allah menciptakan sesuatu tidak perlu alat untuk
menjadikan sesuatu, hal ini dibuktikan dengan dalam kata yehi … wayehi. Semakin
menegaskan bahwa ada kuasa dalam Firman-Nya. Dia berfirman, maka semuanya jadi,
benar-benar jadi, terlaksana dengan baik, dan untuk selama-lamanya, bukan sekadar untuk
gagah-gagahan, dan untuk memenuhi kebutuhan sekarang, sebab Dia memberi perintah,
maka semuanya ada: bagi Dia itu adalah dictum, factum – sepatah kata, dan sebuah dunia.
‘Or (‫ ) ֑אֹור‬memiliki arti terang ataupun siang. Namun, makna dari kata ini bukanlah
seperti yang terjadi sekarang ini, maksudnya terjadi pertukaran antara siang dan malam
karena rotasi bumi dan sumber cahaya dari matahari, karena matahari belum diciptakan.
Selain karena matahari, jika kita lihat di ayat sebelumnya, ada kata khosyekh yang artinya
kegelapan, belum teratur, jadi untuk menutupi kegelapan (belum teratur) itu diciptakan-Nya
terang (teratur). Jadi, makna terang disini mengarah kepada keteraturan atau sesuatu yang
menerangi bumi.

Kejadian 1:4
‫ִי־טֹוב ַוּיַב ֵ ְּ֣דל אֱֹל ִ֔הים ּבֵ ֥ין ה ָ֖אֹור ּובֵ ֥ין הַחֹֽׁשְֶך׃‬ ִ ‫ ַו ַּי ְ֧רא א‬WTT
֑ ‫ֱֹלה֛ים אֶת־ה ָ֖אֹור ּכ‬
Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipasahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (ITB)
God saw that the light was good, and he separated the light from the darkness. (NIV)

Allah telah menata kembali ciptaan-Nya, sehingga ada pemisahan antara siang/terang
(teratur) dan malam/gelap (Ketidakteraturan), inilah maksudnya ‘dipisahkan-Nyalah terang
itu dari gelap’. Allah memisahkan kedua hal ini karena Allah tidak menyukai
ketidakteraturan. Kenapa? Pertama, karena ketidakteraturan itu tidaklah baik. Kedua, Tuhan
selalu menginginkan ada keteraturan (bdg. 1 Kor. 14:40). Ketiga, Tuhan sangat ingin ada
keteraturan pada ciptaan-Nya karena ada rencana besar yang akan Allah lakukan, yaitu
menciptakan manusia untuk memelihara bumi.
Ada makna lain dari ayat ini, dimana Allah membagi-bagi waktu antara gelap dan
terang secara terus menerus dan teratur. Meskipun gelap sekarang diusir oleh terang, namun
kegelapan tidak dikutuk dan disingkirkan untuk selama-lamanya. Allah sudah membagi-bagi
waktu seperti itu antara terang dan gelap, karena Ia ingin mengingatkan kita setiap hari
bahwa dunia ini adalah dunia campuran dan perubahan. Di sorga ada terang yang sempurna
dan abadi, dan tidak ada gelap sama sekali. Di neraka, ada kegelapan yang teramat pekat, dan
tidak ada secercah terang sedikit pun.

Kejadian 1:5
֤ ִ ‫ ַוּי ִ ְק ָר֙א א‬WTT
‫ֱֹלהים׀ לָאֹו ֙ר י֔ ֹום ְול ַ֖ח ֹׁשְֶך ָ ֣ק ָרא ָ ֑ליְלָה וַ ֽיְהִי־ ֶע ֶ֥רב וַ ֽיְהִי־ ֖ב ֹקֶ ר יֹ֥ום אֶ ָחֽד׃ פ‬
Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi,
itulah hari pertama. (ITB)
God called the light "day," and the darkness he called "night". And there was evening, and
there was morning—the first day. (NIV)

Kata erev (‫) ֶע ֶ֥רב‬ yang artinya petang dan boqer (‫ ) ֖ב ֹ ֶקר‬yang artinya pagi,
menunjukkan bahwa ada perubahan waktu. Allah memberi nama atas kedua hal itu, sebagai
bukti bahwa Allah atas keduanya. Dia adalah Tuhan atas segala waktu, dan akan tetap
demikian, hingga siang dan malam berakhir, dan aliran waktu tertelan dalam lautan
kekekalan. Setelah adanya penataan ulang yang dilakukan Allah atas ketidakteraturan itu,
semua menjadi baik (terang/sempurna) itulah yang dilakukan Tuhan sebagai hari yang
pertama.
Berbicara mengenai kata hari, yom (‫ )יֹ֥ום‬ada beberapa pendapat mengenai hal ini,
yaitu:
1. Teori hari harfiah: 1 hari sama dengan 24 jam
2. Teori hari - zaman: kurun waktu yang tidak terbatas
3. Teori hari harfiah dengan kesenjangan: 1 hari sama dengan 24 jam namun
dipisahkan oleh beberapa kurun waktu lamanya yang tidak terbatas.
4. Teori hari penyataan: hari-hari itu bukanlah hari penciptaan, namun hari
penyataan.
Dalam Perjanjian Lama sendiri maksud dari kata hari memiliki 4 arti:
1. 12 jam siang (dibandingkan dengan 12 jam malam), Kej. 7:14; 8:22.
2. 24 Jam (siang dan malam), Kej. 7:17; 31:23
3. Waktu dan musim, Kej. 30:14; Amsal 25:13
4. Satu waktu khusu, Yes. 2:12; Yer. 50:31.
Jadi, konteks yang sesuai makna dari hari dalam penciptaan adalah 24 jam, yaitu:
1. Arti 24 jam adalah arti yang biasa. Hanya diberi arti yang lain jika jelas dalam
konteks dan setiap kali “hari” dijelaskan dengan nomor, artinya selalu 24 jam.
2. Frase “Jadilah petang dan jadilah pagi” yang menjelaskan “hari” mendorong
pengertian 24 jam.
3. 7 hari dalam penciptaan dipakai sebagai dasar bagi Israel untuk bekerja [6 hari] dan
istirahat [1 hari] (Kel. 20:11; 31:17).
4. Dalam Kejadian 1:14, kata “hari” terdapat dalam hubungan dengan kata “tahun.” Hal
ini jelas sekali dipakai dengan arti yang biasa, yaitu tahun sebagai 365 hari dan hari
24 jam.

Anda mungkin juga menyukai