Anda di halaman 1dari 83

Buku Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Lama

Nama : Mutiara Meylan


Prodi : Pendidikan Agama Kristen
Grup/Semester : A/I

Mata Kuliah : Pengantar Pengetahuan Perjanjian Baru


Dosen Pengampu : Dr. Haposan Silalahi, M.Th.

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI


TARUTUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1
PENGENALAN KITAB PERJANJIAN BARU

A. Pengertian Pembimbing Perjanjian Baru


Pembimbing Perjanjian Baru adalah ilmu yang menyelidiki masalah-masalah historis yaitu tentang asal-
usul penyusunan tulisan-tulisan Perjanjian Baru, tradisi teks dan masalah pengumpulan tulisan-tulisan tersebut.
1

Willy Marxen mengatakan bahwa pembimbing Perjanjian Baru menerangkan peristiwa atau hal-hal
yang terjadi dibelakang suatu tulisan, tradisi atau situasi bagaimana bahkan bahan-bahan yang dipakai untuk
mengungkapkan isi tulisan (naskah) sehingga kita sampai kepada pemahaman yang jitu tentang sesuatu kitab
(tulisan). Sedangkan Duyverman mengatakan bahwa tujuan ilmu Pembimbing adalah untuk menyumbangkan
bahan-bahan formil untuk pengertian-pengertian se-baik-baiknya tentang Firman Allah. jadi bukan bahan
material. Maksudnya bukan terutama isi Firman itu yang dibentangkan. Itulah tugas yang khas dari cabang
teologia lainnya misalnya tafsiran dan teologia biblika.

B. Pembagian Ilmu Perjanjian Baru


Dalam prakteknya, tugas pembimbing dibagi lagi dalam dua bagian yang besar, yaitu :
1. Pembimbing Khusus (Special Introduction)
Dalam bagian ini diperiksa seluk-beluk semua kitab satu persatu. Supaya uraian itu teratur, maka bangian
ini selalu diikuti oleh serentetan pertanyaan-pertanyaan mengenai siapakah pengarang kitab tersebut, kapan
dan dimanakah kitab itu ditulis, kepada siapakah kitab itu ditujukan dan apa yang menjadi maksud
penulisan kitab tersebut, apakah pengarang menggunakan sumber-sumber, apakah kitab itu merupakan satu
keseluruhan.
Pembimbing Umum (General Introduction)
Membicarakan mengenai Perjanjian Baru seluruhnya. Bagian ini mempunyai dua ranting, yakni :
 Ilmu Salinan (Textual Criticism)
Merupakan cabang pengetahuan Perjanjian Baru yang menerangkan bagaimana suatu tulisan (naskah)
ditransmisikan atau diterjemahkan sampai terjadi suatu buku/kitab/surat sebagaimana yang kita baca
sekarang dalam Perjanjian Baru. Hal ini jugalah yang disebut dengan ilmu yang berusaha menentukan
bunyi nats yang paling asli. Atau dengan kata lain disebut pemeriksaan salinan-salinan lama dari
perjanjian baru untuk menentukan bunyi nats yang agaknya paling mendekati bunyi nats yang semula,
yang sejati.2
 Kanon (Ilmu Kanon)
Pemeriksaan dengan cara bagaimana Perjanjian Baru itu berangsur-angsur diakui gereja sebagai Firman
Allah.

1. Ilmu Salinan
Sama seperti Perjanjian Lama demikian juga dengan kitab suci Perjanjian Baru tidak sekali jadi tulis,
apalagi diturunkan dari langit. Karangan-karangan bermacam-macam yang akhirnya membentuk Perjanjian
Baru umat Kristen tidak serta merta dikenal dan diterima oleh umat Kristen sebagai kitab suci. 3
Yesus sendiri boleh dikatakan pasti tahu membaca dan menulis. Kemahiran itu di zaman itu sudah
tersebar luas di kalanggan orang yahudi. namun demikian agaknya Yesus tidak menuliskan apa-apa mengenai
pekerjaan dan pelayanan-Nya yang telah dilaksanakan-Nya di bumi ini + 3 ½ tahun, Ia pun tidak mendiktekan

1
W. Georg Kummel, Introduction To The New Testament (Nashville Abingdom, New York: 1966), 25.
2
Drs. M.E. Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru (BPK-GM, Jakarta: 2000), 13-14
3
Duyverman, Pembimbing ke Dalam PB, 13-14
2
apa-apa kepada seorang penulis untuk dituliskan atau dibukukan, dan para murid-Nya juga bukanlah wartawan
yang menulis segala sesuatu paristiwa atau pembicaraan mengenai Yesus, sebab para murid tersebut
sebenarnya tidak mengetahui akan keberadaan Yesus yang sebenar-Nya, hal ini nampak dari peristiwa Yesus
yang mengalami sengsara, yang mana para murid tersebut meninggalkan-Nya dan tercerai berai karena
ketakutan, dan tak seorangpun yang berani untuk ikut serta, dan ketakutan untuk mengambil resiko. Namun
setelah hari Pentakosta, para rasul tersebutpun berhasil menangkap semua makna akan kedatangan Yesus, dan
memahami dengan benar bahwa Yesus adalah anak Allah, dan benar-benar sebagai Mesias untuk bertindak
menyelamatkan manusia.
Dengan dilatar belakangi pencurahan Roh Kudus tersebutlah, para rasul (murid) merasa harus
menjelaskan dan memberitakan kepada semua manusia, mengenai siapakah Yesus dan apa yang telah Yesus
perbuat untuk manusia (bnd. Kis. 2).
Dengan demikian pemberitaan para rasul tersebut mengenai Yesus, hanya sebatas ingatan para rasul
tersebut mengenai kehidupan, perbuatan/pekerjaan,pengalaman mereka dengan Dia, khotbah dan pelayanan
yang telah dilakukan oleh Yesus baik sebelum maupun setelah Yesus wafat dan bangkit, yang diberitakan dari
mulut kemulut melalui khotbah dan Kerigma para rasul tersebut, sehingga tersebar di palestina dan wilayah
Roma. Ajaran atau pemberitaan saksi-saksi pertama itu juga diterima sebagai firman yang berwibawa atau
dengan kata lain bahwa sabda Yesus yang diberitakan para saksi tersebut berwibawa, sama seperti Perjanjian
Lama dan tidak kalah dengan Firma n Allah yang tertulis serta sebagai Firman yang berwibawa diteruskan
dalam tradisi pengikut-pengikut Yesus setelah hari Pentakosta. Mungkin pemberitaan lisan tersebut mengalami
perubahan sesuai dengan tempat dan keberadaan para pendengarnya, sehingga pendengar tersebut meresap ke
dalam hati para pendengar sehingga mereka tertarik dan menjadi yakin serta mau mengikut jejak mereka
sebagai pengikut Kristus. Dan pemberitaan dari mulut ke mulut inilah yang disusun dan dikumpulkan menjadi
bahan-bahan untuk dituliskan atau dibukukan.
Namun selama Rasul-rasul hidup dan bekerja, belum tersa ada keperluan untuk menulis pewartaan
tentang diri Yesus Kristus. Lama-kelamaan para Rasul menjadi tua, maka merasa dianggap perlulah digugah
sebuah kisah yang agak lengkap dan panjang oleh karena beberapa keperluan, antara lain :
1. Untuk keperluan Pengajaran Iman Kristen
2. Untuk keperluan pemberitaan Firman
3. Untuk keperluan penerusan Tradisi
Hal tersebut lebih jelas nampak setelahan berdirinya jemaat Kristen pertama dan merambat serta membentuk
kelompok-kelompok atau jemaat-jemaat tersendiri yang berupa “” (jemaat rumah), mereka berhubungan
satu sama lain melalui utusan dan surat-surat (bnd. Kis. 15:2.20.23; II Kor. 3:1). Terutama rasul-rasul atau
orang lain yang telah mendirikan jemaat tersebut, kadang-kadang dengan alasan khusus mengirim surat-surat
(bnd. II tes. 2:2.15; Kol 4:16; I Kor. 5:90. Memang di zaman itu, khususnya antara kelompok-kelompok orang
Yahudi yang terpencar-pencar di mana-mana, surat-menyurat sudah lazim (bnd. Kis. 9:2; 22:5). Maka tidak
mengherankan bahwa karangan-karangan tertua dari umat Kristen berupa surat.4
Dengan demikian tidak dapat dihindari, bahwa dalam penyusunan kisah tersebut dapat mempergunakan
bahan-bahan lisan yang sudah tersebar dan tidak terlepas dari penambahan-penambahan kalimat oleh si penulis
itu sendiri untuk menghubungkan dan memisahkan bangian-bangian yang menurut pandangannya harus
dihubungkan atau dipisahkan. Dan juga kemungkinan si penulis tidak memasukkan hal-hal yang kurang sesuai
dengan pengakuan atau pandangan si penulis tersebut.
Meskipun jemaat-jemaat Kristen pertama menganut iman kepercayaan yang pada dasarnya sama, namun
jangan dipikirkan terlalu seragam. Sebab disamping kesamaan dasariah ada perbedaan cukup besar dalam hal
4
Groenen, Pengantar Ke Dalam PB, 19

3
menceritakan tentang Yesus dan mengungkapkan iman kepercayaan itu, sebab pada masa itu belum ada jabatan
yang berperan sebagai pengawas umum dan pemersatu semua jemaat, khususnya sebelum Yerusalem di
tempatkan sebagai pusat pertama. Sehingga melalui beberapa rasul atau orang tertentu, menuliskan hal-hal
mengenai iman kepercayaan terhadap Kristus. Sebagai upaya untuk mendapatkan kebenaran mengenai Kristus.
Pada saat itu banyak karangan yang beredar dan yang bermacam-macam mutunya, akhirnya sangat
membingungkan dan mengacaukan umat beriman. Para jemaat mula-mula sukar untuk membedakan karangan
mana menyalurkan tradisi gereja yang sejati dan karangan mana yang menyeleweng. Semuanya seolah-olah
kelihatan berwibawa. Sehingga dengan demikian iman sejati para jemaat mula-mula terancam dan umat mulai
mencari kepastian sehubungan dengan isi kepercayaannya.

1.1 Bahan- bahan yang dipakai dalam Ilmu Salinan


Sebagaimana kita ketahui naskah asli Pernjanjian Baru itu ditulis tangan dalam bahasa dan huruf
Yunani. Pada abad pertama dan kedua Masehi telah terdapat naskah-naskah itu antara lain adalah karya-karya
sasterawan besar Yunani. Dengan demikian naskah Perjanjian Baru hanyalah merupakan salah satu saja dari
naskah-naskah Yunani yang ada. Sampai sekarang telah ditemukan tidak kurang dari 5000 potongan-potongan
naskah-naskah asli dari buku-buku Perjanjian Baru. Potongan-potongan itu hanya memuat sebagian kecil saja
dari buku-buku yang bersangkutan, dan berasal dari tempat serta waktu yang berbeda-beda.5
1.1.1 Naskah Tulisan tangan
Sebelum tahun 1500 M, belum ada cetak mencetak. Maka yang dipakai menyalin adalah tulisan tangan.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa hal mengenai naskah Perjanjian Baru :
1. Penentuan waktu atau tahun asal naskah
Cara menentukan waktu atau tahun asal-usul naskah-naskah tulisan tangan dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan yang cermat dan seksama terhadap keadaan (atau konteks) dimana naskah tersebut
ditemukan, bentuk naskah, bahan (tinta dan ‘kertas’) yang dipakai serta gaya tulisannya. Para ahli tulisan
kuno ternyata sudah memperkembangkan semacam ‘ukuran’ untuk penentuan waktu atau sesuatu
naskah. ‘Ukuran’ yang mereka pakai itu dipertegas dengan suatu cara lain yang cukup dapat dipercaya.
Cara tersebut disebut “proses carbon 14’, yaitu suatu cara ilmiah untuk menentukan jenis ‘Carbon” (atau
orang) yang terdapat pada bahan yang dipakai untuk menulis naskah tersebut.
2. Papyrus
Bahannya yang pertama-tama dipergunakan adalah “Papirus” semacam kertas tulis kuno yang terbuat
dari lembaran-lembaran daun tumbuh-tumbuhan semacam pohon Palem. Bahan ini rapuh dan mudah
rusak serta tidak tahan lama, walaupun demikian sampai sekarang masih ada tulisan Perjanjian Baru
dalam bentuk papirus yang disimpan dalam Museum. Papirus yang tertua yang masih dipelihara adalah
dengan kode P45 dan P46, sehingga dari padanya sering diperoleh pengertian yang lebih jitu, matang
mengenai berbagai arti dari berbagai kata dalam Alkitab. Naskah tulisan tangan (manuskrip) tertua
dalam Perjanjian Baru adalah robekan-robekan Papyrus Injil Yohanes. Naskah tersebut berangkalai
berasal dari permulaan abad ke-2 Masehi. Manuskrip tertua ini hanya memuat beberapa ayat saja.
3. Unisial
Naskah tulisan tangan yang ditulis di kulit binatang. Bentuknya biasanya berupa gulungan dan lebih
lama daya tahannya ketimbang Papyrus. Manuskrip kulit binantang ini jumlahnya lebih banyak
ketimbang papyrus. Tulisan tangan pada kulit binatang ini biasanya hanya terdiri dari huruf-huruf besar
saja yang disebut dengan “majuskel:. Manuskrip Unisial ada dua yaitu :
a. Kodek Vatikanus

5
Groenen, Pengantar Ke Dalam PB, Kanisius, 19-20
4
b. Kodek Sinaitikus
Kedua kodek unisial ini juga memuat seluruh kitab Perjanjian Lama. Sampai sekarang ada 250
manuskrip Unisian yang ditemukan.
4. Minuskel
Tulisan tangan pada perkamen (kulit binatang) yang hanya memakai huruf-huruf kecil saja, dan kata-
kata ditulis secara bersambung, dengan huruf miring. Cara ini lebih memudahkan dan mempercepat
penulisan. Sampai sekarang ada + 25000 manuskrip minuskel yang sudah ditemukan.
5. Sumber-sumber lain
Disamping manuskrip-manuskrip tersebut, masih ada lagi + 2000 manuskrip yang berisi perikop-
perikop Perjanjian Baru bahasa Yunani. Dan ada terjemahan-terjemahan kedalam bahasa Syria, Ethopia,
Latin, Armenia, dan lain-lain. terjemahan kuno itu bisa dipakai sebagai bahan perbandingan dalam
mempelajarai kitab-kitab Perjanjian Baru.

1.2 Kesalahan-kesalah dalam Ilmu Salinan


Didalam proses salin menyalin dengan tulisan tangan ini sulit sekali dihindarkan kesalahan menyalin.
Adapun macam-macam kesalahan dalam penyalinan antara lain:
1. Penyebab yang tidak disengaja
Mencakup kesalahan-kealahan yang dibauat para penyalin baik karena salah mendengar teks
ataupun karena salah menuliskan teks. Adapun kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
 Melompat satu kata atau satu baris
 Menulis kata atau satu kalimat dua kali
 Membalikkan urutan – urutan huruf dalam satu kata]membalikkan urutan-urutan kata-kata dalam
satu kalimat.
2. Penyebab yang disengaja
Seorang penyalin dapat merasa dipaksa untuk memperbaiki ejaan atau tata bahasa dari suatu naskah
yang disalinnya tanpa mempersoalakan apakah yang disalinnya tersebut benar atau salah. Selain itu
penyalin juga dapat memutuskan untuk menyusun ulang susunan kata-kata atau kalimat sekaligus
menambahkan sesuatu jika dipandang perlu. Seorang penyalin juga dapat mengubah teks dengan
sengaja karena pertimbangan teologis dan doktrinan. Dan untuklebih jelas lagi mengenai ilmu
salinan ini akan dipelajari dalam mata kuliah Hermeneuik.
Beberapa catatan tambahan alam Ilmu salinan
1. Pembangian bab demi bab perjanjian Baru dikerjakan pada tahun 12000 M oleh Bishop besar Canterburry.
2. Pembagian ayat demi ayat (mempunyai ayat bernomor urut) dikerjakan oleh Robert Stephen pada tahun
1553.
3. Salinan Perjanjian Baru kedalam bahasa Inggiris (KJV) dikerjakan pada tahu 1611 dan salinan kemudian
disebut dengan RJV dikerjakan pada tahun 1885.
4. Terjemahan kedalam bahasa Jerman, Kitab Perjanjian Baru dekerjakan pada tahun 1552 oleh Marthin
Luther, dan Perjanjian lama pada tahun 1534
5. Vulgata adalah Alkitab resmi Roma katolik dalam bahasa latin sejak abad 4. Tahin 1549 dalam konsisli
Tridentium mensahkan teks Vulgata tersebut.

2. Kanonisasi Perjanjian Baru


Kanon berasal dari bahasa Ibrani yaitu “Kanech” yang artinya tangkai jerami yang dipakai sebagai
batang/alat pengukur. (Maz. 19:5; Ayub. 38:5; Gal. 6:16) sehingga kanon sering diartikan sebagai tolak ukur,
ukuran.

5
Daftar kitab sebagaimanan lambat laun ditetapkan menjadi ukuran yang itu guna mengukur kitab-kitab
manakah termasuk Alkitab. Dengan daftar resmi itu umat Kristen dapat tahu karangan-karangan yang menjadi
kitab Sucinya. Karangan-karangan lain, entah siapa penulisnya dan bagaimanapun juga mutu dan bobotnya,
bukan kitab suci. Misalnya karangan-karangan berobot para pujangga gereja, dokumen konsili-konsili yang
memuat ajaran-ajaran dan petunjuk sejatai dan berwibawa, tidak termasuk Alkitab.
Sebagaimana yang telah dibicarakan dalam salinan, Yesus tidak meninggalkan tulisan-tulisan dan para
rasul tersebut juga bukan wartawan yang setiap saat menulis mengenai segala aktivitas pelayana yang dilakukan
oleh Yesus. tetapi hal itu bukan berarti bahwa orang Kristen mula-mula tidak mempunyai kitab suci, sebab
jemaat mula-mula memakai kitab Perjanjian Lama. Dan Kitab Perjanjian Lama tersebut juga sudah dipakai
sebelum kekristenan perdana oleh agama Yahudi, hal ini jelas dapat dilihat dalam pembacaan kitab nabi-nabi di
Sinagoge-sinagoge. Yesus sendiri juga selalu mempergunakan kitab Perjanjian Lama dalam beberapa
ucapannya antara lain dalam Yoh. 5, Mat. 5:7; Luk. 4:21 dan nats yang lain.
Pada tahun 100 M, sudah ada Injil , seperti yang disebut dalam didache (pengajaran kedua belas Rasul).

2.1 Latar Belakang Penerimaan Kanon


Gereja beranggapan bahwa tidak pernah suatu kitab menjadi Firman Allah karena pengesahan gereja,
sebab bukan gereja yang menjadikan suatu kitab menjadi kitab suci, melainkan kitab yang tertentu, melalui
peran serta Roh Kudus menjadi Firman Allah (berisi Firman Allah). Oleh karena itu, tidak pernah suatu kanon
“mengesahkan” tetapi mengakui, menerima , menyangsingkan. Maka dalam penentuan kanon tersebut, kuasa
Allah bekerja. Hal-hal yang dibuat oleh gereja dalam menentukan patokan, sehingga kitab tersebut dinyakini
berisi firman Tuhan, yaitu :
 Kitab tersebut berasal secara langsung atau tidak langsung dari Rasuli (bersifat Rasuli atau tidak).
 Kitab itu dipergunakan umum di gereja-gereja pada saat itu.
 Kitab itu tua dan didukung oleh tradisi.

6
PERJANJIAN BARU: NAMA DAN ISINYA

1. Nama
Nama Perjanjian Baru, yang merupakan bangian kedua dari Kitab suci, berasal dari bahasa lain yaitu
‘Novum Testamentum’, yang merupakan terjemahan dari bahasa Yunani ‘ He Kaine Diatheke’. Istilah Yunani
ini biasanya digunakan untuk menyatakan ‘suatu pesan atau wasiat terakhir’. 6
Perjanjian Baru adalah suatu catatan mengenai sifat serta perwujudan dari kesepakatan yang baru antara
Allah dan manusia melalui Kristus. Allah yang menyususn isi dari kesepakatan tersebut, manusia dapat
menerima atau menolaknya tetapi tidak dapat mengubahnya, dan bila manusia menerimanya, baik ia maupun
Allah terikat kewajiban untuk memenuhi segala tuntutannya. Perjanjian Lama terdiri dari wahyu mengenai
kekudusan Allah dalam suatu standar kebenaran hukum dan siapa yang menerimanya harus turut memelihara
hukum itu dengan tulus. Perjanjian yang baru berupa suatu wahyu mengenai kekudusan Allah dalam diri Purta
yang Maha benar, yang memberikan kekuasaan kepada setiap orang yang menerima-Nya supaya menjadi Anak-
anak Allah dengan membenarkan mereka (Yoh. 1:12).

2. Isi
Isi dari Perjanjian Baru terdiri dari pembukaan rahasia tentang janji Allah yang baru melalui catatan
kata-kata yang diucapkan oleh Yesus dan para pengikut-Nya. Perjanjian Baru meliputi dua puluh tujuh buku
yang berbeda dari sembilan orang Penulis. Dokumentasi ini ditulis dalam kurun waktu setengah abad lebih, atau
mungkin paling tidak sejak tahun 45 M hingga tahun 100 M.
Latar belakang sejarah yang terasa di dalamnya meliputi seluruh abad yang pertama, dan latar belakang
pemikiran kebudayaannya mundur hingga abad keempat atau kelima aatau sebelum Masehi.
Isi Perjanjian Baru, menurut para ahli, Perjanjian Baru dibagi dalam beberapa bagian. Martin Schlunk
menyatakan bahwa pembagian kitab Perjanjian Baru, adalah sbb :
1. Kitab-kitab Sejarah, meliputi Keempat Injil dan Kisah para Rasul
2. Kitab-kitab Pengajaran, meliputi Kitab Roma - Yudas
3. Wahyu
Sedangkan M.E Duyverman, menyatakan bahwa pembagian Perjanjian Baru, sbb :
1. Injil dan Kisah Para Rasul
2. Ketiga belas Surat Paulus dan Ibrani
3. Surat-surat Am
4. Wahyu

6
Merrill. C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang, Gandum Mas: 1999), 159
7
DUNIA PERJANJIAN BARU

Perjanjian Baru menceritakan tentang salah satu gerakan agama dan sosial yang paling menarik di dunia.
Isinya seperti perpustakaan kecil yang terdiri dari surat-surat pribadi, kitab-kitab sejarah dan teologi. Kitab-
kitab ini ditulis oleh berbagai penulis pada waktu dan tempat yang berlainan di kekaisaran Roma selama abad
pertama Masehi. Tetapi semuanya merupakan bagian dari kisah yang sama, yang mencerminkan semangat dan
pengabdian para pengikut Kristus mula-mula.7
Perjanjian Baru merupakan kitab kuno yang begitu besar pengaruhnya hingga pada masa kini. Menurut
standar modern, para penulisnya berpendidikan rendah. Namun jutaan orang membaca Perjanjian Baru secara
teratur dan menemukan di dalamnya inspirasi bagi kehidupan sehari-hari. Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis di
daerah terpencil kekaisaran Roma kuno tetapi ternyata beritanya tetap relevan bagi orang-orang dengan
berbagai latar belakang budaya di segala waktu dan tempat. Banyak orang yang sudah memiliki atau ingin
memilikinya. Sewaktu mereka membacanya, mereka sering mengalami bahwa cara pikir dan gaya hidup
mereka sudah diubah.8

1. Umat Perdana
Permulaan kekristenan dimulai hanya dengan kehidupan satu orang yang begitu mengesankan, yakni
Yesus dari Nazaret. Ia dilahirkan kira-kira tahun 4 SM dalam sebuah keluarga Yahudi dari golongan pekerja
biasa (Mat. 2:1; Luk. 2:1-7). Ia terkenal sebagai guru agama dan menjadi sorotan khalayak ramai hanya tiga
tahun sebelum ia menjalani hukuman ia mati secara tragis pada kayu salib di tangan penguasa Roma (Luk.
23:33).
Meskipun demikian dalam waktu yang singkat itu ia menyampaikan berita mengenai Allah yang sangat
besar pengaruhnya bukan hanya kepadaumat-Nya sendiri, tetapi jugaatas jalanya sejarah dunia selanjutnya Jika
dilihat secara kasad mata memang penampilan Yesus tidaklah begitu luar biasa dalam konteks pedesaan
Palestina, tempat Ia hidup dan bekerja. Merupakan hal yang biasa pada zaman itu bahwa ada ratusan guru
seperti Yesus yang bekeliling menyampaikan ajaran mereka. Mereka yang sering disebut dengan “Rabi” ini
adalah orang-orang yang berbakat dan mempunyai pengertian yang hebat. Para “rabi” tersebut mengumpulkan
orang-orang dan membentuk kelompok-kelompok kecil pengikut disekeliling mereka sebagai upaya untuk
melestarikan pengajaran mereka.9 Namun ada hal yang membedakan Yesus dari para rabi Yahudi lainnya,
pengajaran Yesus yang paling berpengaruh justru bukan terhadap para petani sederhana di pantai Danau galilea.
Karena dalam waktu yang sangat singkat setelah kematian-Nya, kepribadian-Nya dan pengajarannya
mempunyai pengaruh yang besar di tempat-tempat yang jauh dari Palestina.
Sekitar tahun 30 M. Yesus dihukum mati dan disalibkan. Tetapi peristiwa itu nyatanya tidak
menghentikan apa yang dimulai oleh Yesus, meskipun menurut para orang-orang yang telah menyalibkan
Yesus tersebut, bahwa dengan kematian yesus maka berakhirlah akan sesuatu yang berhubungan dengan nama
Yesus.10 Namun malah sebaliknya dengan kematian Yesus tidak dapat diikat oleh kematian, sebab Dia bangkit
pada hari ketiga dan naik kesorga dan mencurahkan Roh Kudus pada hari kelima puluh setelah kebangkitan-
Nya, tepat pada perayaan Pentakosta. Pertrus menyampaikan khotbahnya yang pertama di depan umum, berasal
dari hampir setiap kota penting di dunia kuno (Kis. 2:9-11).

7
Jhon Drane, Memahami Dunia Perjanjian Baru (Pengantar Historis-Teologis), Jakarta, BPK-GM, 2001, 19.
8
Ibid., 19
9
Ibid., Jhon Drane, 20
10
Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, 30

8
Mulaipad a saat itu pengikut-pengikut Yesus mulai membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan
sekitarnya, bahkan sampai ke kota Roma, sehingga semakin berkembang dan menjadi banyak yang menjadi
pengikut yang mempercayai Yesus sebagai Mesias.
Maka dapat dikatakan bahwa dengan kematian, kebangkitan tersebut merupakan dasar suatu
pengalaman yang baru dengan Yesus yang tadinya wafat, sejumlah pengikut-Nya dahulu berkelompok dan
tercerai berai. Namun mereka diteguhkan dan sekaligus dijernihkan oleh pengalaman tersebut.11
Para pengikut Yesus itu menyebarkan iman dan keyakinannya kepada kaum sebangsa dan bahkan ada
pewartaan terhadap bangsa lain. dengan inti pewartaan adalah tentang Yesus yang telah mati ternyata hidup
kembali dan telah naik ke sorga.
Pengikut-pengikut yang percaya kepada Kristus tersebutlah yang disebut dengan jemaat pertama. Tidak
berselang begitu lama perhatian ‘pers’ di dunia romawi dialihkan pada pengikut-pengikut Yesus. “Orang-orang
Kristen membentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia di antara mereka sendiri, yang berada di luar sistem
hukum.suatu masyarakat yang samar-samar dan misterius yang didirikan dengan cara memberontak dan untuk
mencari untung….mereka membentuk gerombolan rendahan. Persekutuan mereka mengadakan pertemuan-
pertemuan pada malam hari dengan upacara-upacara khidmat dan pesta pora keji….mereka menghina kuil-kuil,
seakan-akan gedung-gedung itu adalah makam. Mereka mengangap remeh kepada para dewa dan
menertawakan upacara-upacara suci kita…..sama seperti tumbuhnya semak belukar, tempat-tempat
persembunyian yang menjijikan para komplotan yang jahat ini, sedang berkembang di seluruh
dunia.…menyembah seorang penjahat yang telah dihukum mati dan.kayu salib dimana Ia dihukum mati sama
saja dengan mendirikan tempat penyembahan yang cocok bagi orang-orang keparat yang bejat dan sesat”
(Origen, Against Celsus 8.17; 3.14; Minucius Felix, octavianus 8.4; 9.1-6). Hal inilah yang dituduhkan oleh
dunia Romawi terhadap para pengikut Kristus pada abad pertama Masehi.
Orang-orang Kristen, sudah pasti tidak setuju dengan tuduhan-tuduhan seperti itu. Mereka tidak
menyembah seorang penjahat yang telah dihukum mati, melainkan menyembah seorang yang benar – benar
hidup dan menyertai mereka ke mana pun mereka pergi (Kis. 2:32). Ini merupakan faktor terpenting yang
menjamin keberhasilan seluruh gerakan Kristen. Para pengikut Yesus percaya bahwa bahwa Ia tidak mati,
melainkan hidup, sehingga mereka bersedia mengambil resiko yang sangat besar untuk menyebarkan
pemberitaan-Nya. Pemukulan, pemenjaraan, kapal karam dan segala macam penganiayaan – malahan maut
pun–merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan jemaat mula-mula (Kis. 12:1-5; II Kor. 11:23-27).12 Inilah
yang membuat semagat para jemaat perdana semakin berkobar-kobar untuk memberitakan khabar baik bagi
sampai ke ujung bumi.
Sekitar Tahun 40 M, para jemaat perdana tersebut menyebar di luar rangka masyarakat Yahudi
Palestina. Adapun sebabnya adalah sebagaian karena bentrokan dengan pimpinan Yahudi di Yerusalem.
Terpaksa mereka melarikan diri, terutama ke Antiokhia, sebuah kota besar diaderah Syria. Di sana mereka
mulai nampak sebagai suatu kelompok tersendiri. Mereka malah barangkali diberi nama tersendiri, yaitu
‘orang-orang Kristen’ (bnd. Kis. 11:26). Di Palestina sendiri orang-orang percaya terutama tesebar di daerah
pedalaman, meskipun pusat mereka di Yerusalem (bnd. Kis. 8:4-5.26.40;9:32).13
Di Antiokhia orang –orang Kristen mulai menyebarkan kenyakinannya kepada orang-orang bukan
Yahudi dan terhadap Yahudi yang berdiaspora (bnd. Kis. 11:20). Mereka malah mulai mengirim utusan-
utusannya ke mana-mana (bnd. Kis. 13:2-3) untuk mewartakan kabar baik tentang Yesus.

11
Ibid., Groenen, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, 30
12
Jhon Drane, 21
13
Groenen, 32
9
Iman kepercayaan Kristen mulai merambat di luar rangka masyarakat dan kebudayaan Yahudi, masuk
ke masyarakat dan kebudayaan Yahudi, masuk ke masyarakat dan kebudayaan lain, yaitu dunia Yunani-
Romawi.
Namun ditengah-tengah keberadaan jemaat perdana, muncul soal berat dan malah bentrokan sengit di
kalangan orang-orang Kristen sendiri.masalahnya ialah apabila orang yang tidak berbangsa Yahudi mau
menggabungkan diri dengan kelompok-kelompok orang Kristen, diharuskah menjalankan berbagai aturan
agama Yahudi yaitu dengan melaksanakan sunat dan peraturan-peraturan tentang makanan dan sabat.
Dengan demikian jumlah orang yang bukan Yahudi terus bertambah banyak. Lama kelamaan mereka
menjadi mayoritas. Dan orang-orang Kristen semakin menjauhkan diri dari masyarakat dan agama Yahudi.
semakin mereka nampak sebagai suatu agama lain.
Perstiwa yang maha penting terjadi pada tahun 70 M. pada tahun 66 orang-orang Yahudi di Palestina.
Memberontak melawan penjajahan orang Roma. Perang itu mengganas sampai tahun 70. Pada tahun itu
Yerusalem direbut oleh tentara Roma dan dibakar habis. Maka pusat bangsa Yahudi hancur. Rupanya orang-
orang Kristen di Palestina enggan ikut serta dalam pemberontakan itu. Namun mereka turut terpukul dan
kehilangan pusatnya juga. Pengarauh mereka pada umat Kristen semakin melemah dan pusat umat Kristen
berpindah ke tempat-tempat lain. Maka orang-orang Kristen yang tidak berkebangsaan Yahudi semakin lepas
menempuh jalannya diri.
Maka sekitar tahun 100 M, agama Kristen sudah berdiri sendiri. Umat Kristen yang berpangkal pada
agama dan masyarakat Yahudi sudah menyendiri. Hampir seluruh umat itu hidup dalam rangka kebudayaan
Yunani di dalam batas negara Roma.14
Kedudukan jemaat – jemaat Kristen dalam tata negara Roma agak tidak menentu. Sebab keberadaan
jemaat Kristen perdana banyak mengalami penganiayaan dan pengejaran-pengejaran oleh pemerintahan Roma,
bahkan lebih kejamnya, jemaat Kristen dikambinghitamkan oleh Kaisar Nero, sebagai dalang pembakaran kota
Roma. Bahkan orang-orang Yahudi juga kerap kali turut menghasut masyarakat untuk menindak jemaatjemaat
Kristen. Misalnya di Palestina sendiri dan Syria, gangguan terutama datang dari pihak pimpinan Yahudi.
Pada jangka waktu yang sama, yaitu antara tahun 40 dan 120 M, muncul semua karangan yang
terkumpul dalam Perjanjian Baru. Karangan-karangan itu terlibat dalam hal ihwal umat perdana itu. Dan
didalamnya juga tercermin peralihan dari rangka agama dan masyarakat Yahudi (terutama masyarakat
pedalaman, daerah pedesaan) kepada rangka masyarakat Yunani-Romawi yang berpusat di kota-kota.3)
Maka guna memahami karangan-karangan itu dengan lebih baik perlulah kiranya para pembaca
Perjanjian Baru dewasa ini tahu mengenai dunia Yahudi dan dunia Yunani-Romawi selama abad pertama
Masehi, zaman terbentuknua umat Kristen yang perdana.

2. Dunia Yahudi
2.1 Dari segi Politis
Selama Perjanjian Baru terbentuk bangsa Yahudi dan negeri palestina tetap di bawah naungan negara
Roma. Tetapi di dalam rangka yang tetap sama itu kedudukan politis bangsa yahusi berubah-ubah. Sebelum
zaman masehi palestina sudah di bawah kekuasaan Roma. Akibat pertikaian kerusuhan di dalam negeri Yahudi
yang diperintah oleh keturunan makabe, Roma serta kekuatan militernya turun tangan.15
Sampai tahun 63 SM. Roma telah menguasai 13 propinsi yang terbentang dari Spanyol di barat sampai
Sisilia di Timur. Pada tahun itu kaisar Romawi yang bernama Pompeius, mendirikan propinsi baru, yaitu
propinsi Pontus dan Siria di wilayah Bintunia. Dari Siria Pompeius merencanakan untuk memperluas daerahnya
ke Selatan, ke wilayah kerajaan Nabatia. Kerajaan Nabatia adalah kerajaan Arab dengan ibukotanya Petra.

14
Groenen, 32
15
Jhon Drane, 34
10
Tetapi sebelum ia berangkat ia telah harus campur tangan dalam persoalan orang Yahudi. Sejak tahun 67 SM.
Yahudi dilanda perang sipil antara Hirkanus dengan Aristobulus. Dua orang pemimpin perang ini adalah anak-
anak Alexander Yaneus, yang merangkap jabatan raja dan imam agung di Yerusalem, telah meninggal.16
Sebenarnya orang-orang yahudi sendirilah yang meminta bangsa Romawi memberi perhatian juga pada
masalah-masalah di Palestina. Sebagaimanan kita ketahui hal yang sudah dimulai oleh Yudas Makabe. Akan
tetapi campur tangan yang lebih jauh dari bangsa Romawi dalam urusan-urusan dalam negeri Yehuda
berlangsung sesudah Alexander Yaneus mangkat. Pada waktu itu jandanya yang bernama Salome memengang
kekuasaan sebagai pemimpin Yahudi. Salome mengangkat putera tertuanya yang bernama Hirkanus II menjadi
Imam Besar pada masa pemerintahannya. Salome juga bersikap bersahabat dengan kaum Farisi. Ternyata
putranya yang termuda, yakni aristobulus II berkeinginan pula untuk merebut kekuasaan negara untuk itu ia
menjalin hubungan persahabatan dengan kaum Saduki.
Setelah Salome mangkat pecahlah peperangan saudara antara kedua putera itu, yang masing-masing
didukung oleh kelompok-kelompok pendukungnya dalam masyarakat Yahudi. dalam pertempuran di dekat
Yerikho, Hirkanus II mengalami kekalahan dan dengan demikian Aristobulus II menjadi penguasa Yudea. Akan
tetapi Hirkanus II ternyata memperoleh bantuan dari seorang sahabatnya yang pada waktu itu menjabat sebagai
gubernur Idumea, yakni Antipater.17
Di samping itu ia juga memperoleh pertolongan dari raja Nabatea. Dengan dukungan-dukungan itu
Hirkanus II segera melancarkan serangan ke Yerusalem. aristobulus II berhasil luput dari kekalahan karemnaia
ditolong oleh Jenderal Scaurus dari Roma. Perang ini berlangsung ketika jenderal Pompeius berusaha merebut
seluruh kekuasaan Palestina dan Siria menjadi wilayah Romawi.
Hirkanus II dan Aristobulus II sama-sama menyadari kehadiran bangsa Romawi sebagai suatu kekuatan
adijaya yang baru di kawasan itu. Karena itu mereka berdua saling berlomba memperebutkan simpati dan
dukungan bangsa Romawi bagi kepentingannya masing-masing. Merekamasing-masing membujuk Pompeius
untuk mendukung salah satu dari mereka. Pompeius lalu mengundang keduanya datang ke Damaskus agar ia
dapat memutuskan mana dari antara keduanya yang akan memperoleh dukungannya. Ternyata ia kemudian
memutuskan bahwa Hirkanus II yang lebih berhak atas tahta di Yudea daripada saudaranya.
Aristobulus II mundur da dalam suatu peperangan di lembah sungai Yordan, ia dikalahkan. Tetapi
penduduk Yerusalem masih terus mendukungnya. Melihat hal ini maka pompeius menyerbu Yerusalem. orang-
orang yahudi di kota itu memberikan perlawanan yang gigih, sehingga pompeius harus bertempur sampai ke
dalam Bait Allah sekalipun. Dalam peperangan tersebut 12.000 orang Yahudi tewas sebagai korban.
Aristobulus II sendiri tertangkap dan dibawa sebagai tawanan ke Roma. Pompey mengangkat Hirkanus II
sebagai imam agung, dan menawan Aristobulus beserta seluruh keluarga dan banyak tawanan lainnya ke
Roma.18 Diantaranya Aristobulus II dan kedua putranya yang bernama Antigonus dan Alexander. Tetapi
Alexander berhasil melarikan diri dan kembali ke Yehuda dia mana ia bersembunyi dan menunggu kesempatan
untuk bangkit. Kemudian juga Aristobulus berhasil lolos dari penjara Roma.
Dia mengadakan gerakan bawah tanah serta menghasut untuk mengadakan pemberontakan. Maka pecalah
perang dalam negeri Yehuda. Tetapi pemberontakan yang dipimpin oleh Aristobulus dan Alexander tidak
berhasil.
Perkembangan dari keadaan ini ialah seluruh daratan rendah di psisir pantai palestina, daerah Samaria
dan daerah di seberang sungai yordan digaungkan menjadi salah satu propinsi Romawi. Hirkanus II diiznkan
memerintah di Yerusalem namun bukan sebagai raja, melainkan sebagai Imam Besar dan sebagai Ethnarkh.
“Ethnarkh” adalah gelar yang diberikan oleh orang-orang Roma kepada penguasa suatu bangsa taklukan yang

16
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan (Jakarta, BPK-GM, 2001), 281
17
David F. Hinson, Sejarah Israel (Jakarta, BPK-GM, 2000), 265
18
M.C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang, Gandum Mas, 1997), 37
11
diperbolehkan terus mempertahankan hukum-hukum dan adat istiadat mereka, namun tetap mengakui
kekuasaan Romawi.
Sejak waktu itu para penguasa yahudi menjalankan kekuasaan mereka dengan bergantung pada
dukungan wibawa dari pemerintahan Romawi. Karena itu hirkanus II kehilangan ekuasaan politiknya dan hanya
kemudia dipengang oleh Antipater beserta keluarganya, dan merekalah yang menjai penguasa sipil di Yudea. 19

Antipater
Antipater berkuasa di Yudea ketika Pompeius meninggal dunia dalam peperangan dan ketika Julius
Caesar berhasil memulihkan kekuasaannya atas seluruh kekaisaran Romawi. Pada waktu itu Antipater
menolong Julius Caesar menciptakan keamanan di wilayah palestina dan sebagai atas jasa Julius Caesar
mengangkatnya sebagai seorang warga negara Roma dan sebagai gubernur Yudea serta mengizinkannya
membangun kembali tembok Yerusalem. Di bawah pemerintahan Antipater orang-orang Yahudi diizinkan
memiliki lembaga pengadilan sendiri,serta dibebasakan dari pendudukan dan wajib militer. Sekalipun demikian
orang-orang Yahudi membenci Antipater karena ia bukan seorang Yahudi melainkan seorang Idumea, yakni
seorang keturunan Esau, dari bangsa Edom, yang dibenci oleh orang-orang Yahudi. Namun demikian Ia
berlagak Yahudi, sementara bergaya hidup Yunani. Antipater juga adalah seorang wakil pemerintah Roma dan
memerintah dengan keadilan dan disiplin yang sangat ketat.
Herodes Agung
Ketika Julius Caesar terbunuh, orang-orang Yahudi menggunakan kesempatan itu untuk meracuni
Antipater. Akan tetapi Marcus Anthonius segera berhasil kembali menguasai kembali keadaan di Plaestina. Ia
kemudia menunujukkan Faesal dan Herodes untuk bersama-sama menjadi Tetrakh, dan menyetujui
pengangkatan pengangkatan Hirkanus II sebagai Imam Besar. Deorang tetrakh adalah seorang penguasa yang
menerima kekuasaannya dari pemerintahan Romawi dan yang berkuasa suatu wilayah atau negeri mewakili
pemerintaha Roma. Seorang Tetrakh lebih rendah kedudukannya dan kurang berwibawa dari pada seorang raja
atau seorang Etnarkh.20
Octavianus dan Marcus Anthonius bersama-sama menunjuk Herodes sebagai raja Yudea dan
menolongnya melakukan peperangan untuk merebut kembali kerejaannya. Herodes bertindak tegas dengan
menghukum orang-orang yang menentangnya dan membebankan .pajak kekayaan yang berat. Sepanjang
pemerintahannya terjadi banyak persekongkolan untuk menjatuhkannya, tetapi ia selalu bertindak dengan kejam
memadamkan setiap persekongkolan tersebut.
Herodes terkenal, karena melakukan pembangunan gedung-gedung besar, yakni benteng-benteng
pertahanan, istana-istana dan gelangang-gelanggang olah raga ia juga membangun Bait Allah secara megah
(Mulai th. 20 SM dan belum seluruhnya selesai ketika dibakar pada tahun 70 M).
Herodes adalah manusia yang berwatak ganas, galak dan tidak kenal ampun terhadap siapa saja yang
dicurigai. Bahkan ia menghukum mati istrinya, karena dicurigai bersekongkol dengan lawannya yang ingin
menggulingkan kekuasaannya. Kedua anaknya juga dibawa kepengadilan dan mereka juga di hukum mati.
Kekejamannya juga nampak nyata antara lain, dengan perintahnya agar anak-anak kecil yang berusia dua tahun
ke bawah di Betlehem dibunuh, setelah ia didatangi oleh tiga orang majus yang mencari Yesus (Mat. 2:1-8).
Namun dengan demikian ia tetap orang kepercayaan kaisar Roma.
Perpecahan Dalam Kerajaan Herodes
Herodes Agung telah menyusun rencana pewarisan tahta kerajaannya kepada ketiga orang putranya,
yaitu Arkelaus, Antipas dan Filipus, dimana mereka masing-masing berkuasa atas suatu bagian wilayah
kerajaannya.

19
David F. Hinson, Sejarah Israel (Jakarta, BPK-GM, 2000), 265-26
20
David F. Hinson, 267
12
Arkelaus memerintah di Yudea, Samaria dan Idumea. Antipas di berkuasa atas wilayah Galilea dan
Perea. Sedangkan Pilifus purtanya yang ketiga, diberinya kekuasaan atas wilayah Iturea yang letaknya di arah
Timur dananu Galilea. Dan hal tersebut disetujui oleh kekaisaran Romawi. Namun ketiga putra Herodes agung
tersebut tidak seorangpun yang boleh menggunakan gelar raja.
Arkelaus adalah seorang yang sangat kejam dan berambisi sama seperti ayahnya. Ia bukanlah seorang
pemerintah yang baik, sehinggga sesudah sepuluh tahun masa pemerintahannya ia kemudian dipecat oleh
pemerintahan Romawi. Wilayah kerajaannya ditempatkan di bawah seorang penguasa Romawi yang bergelar
prokurator. Di antara prokurator yang memerintah wilayah kerajaan inia ada seorang namanya sangat terkenal,
yakni Pontius Pilatus, karena dia mengadili dan menghukum mati Yesus.
Herodes Antipas memerintah atas Galilea dan Perea dari 4 SM – 39 M. sangat sedikit pengetahuan kita
tentang kejadian-kejadian dalam masa pemerintahannya. Akan tetapi suatu tindakannya yang terkenal adalah
ketika ia menceraikan istrinya dan kemudian mengawini istri saudaranya, yakni Herodias. Perbuatannya ini
membuat Yohanes Pembaptis mengecam; akibatnya Yohanes dibunuh olehnya.
Filipus memerintah suatu wialayah yang penduduknya terdiri dari orang-orang yang bukan Yahudi. ia
ternyata memerintah dengan baik dan adil. Ia membangun kota kaisare Filipi dan Betsaida. Ia mengawini
Salome, putri Herodes yang meminta kepala Yohanes pembaptis di dalam sebuah piring. Filipus meninggal
dunia pada tahun 34 M.21

Herodes Agripa I
Herodes Agripa I adalah cucu dari Herodes Agung.ketika Filipus meninggal dunia, ia menyerahkan
wilayahnya kepada Herodes Agripa untuk diperintah. Begitu juga dengan Antipas ketika ditangkap dan
dibuang, wilayahnya dimasukkan menjadi wilayah Herodes Agripa juga. Pada tahun 41 M, Herodes agripa
memerintah tas suatu wilayah yang luasnya terdiri dari wilayah Yudea sendiri dan ditambah dengan wilayah
lain yang tadinya dipimpin oleh Prokurator. Jadi ia berhasil menjadi raja dan memerintah atas seluruh wilayah
kerajaan Herodes Agung dahulu.
Herodes Agripa sangat mendukung dan memperhatikan kepentingan orang Yahudi, sehingga kaum
Farisi sangat menghargainya. Ia tidak menyetujui penyembahan kepada kaisar dipaksakan kepada orang Yahudi
dan ia pula yang bertindak tegas terhadap orang-orang Kristen ketika mereka terlibat dalam pertentangan
dengan orang-orang Yahudi ( Kis. 12:2). Pada tahun 44 M Herodes Agripa I meninggal secara tiba-tiba dengan
sangat tersiksa, setelah ia menuntut disembah sebagai Allah (Lih. Kis. 12:20-23). Anaknya tidak dapat
mengantikannya karena terlalu muda untuk menerima tanggung jawab seluruh kerajaan tersebut. sehingga
seluruh wilayah tersebut dikembalikan di bawah kekuasaan seorang prokurator.
2.1 Dari segi Sosio-Ekonomis
Di bawah tempurung politis tersebut yang pada dasarnya asing hiduplah bangsa Yahudi di palestina.
Oleh Roma daerah itu dipandang dan diperlakukan sebagai wilayah jajahan. Umumnya negara Roma cukup
toleran dan membiarkan bangsa-bangsa bahwahannya mengurus perkaranya sendiri, selama bangsa-bangsa
tahlukannya tidak memberontak (dan membayar upeti). Tata hukum Roma cukup ketat. Tetapi pelaksanaannya
sebagian besar tergantung pada raja-raja dan pejabat setempat. Pejabat-pejabat itu kerap kali korup dan raja-
raja bertindak semaunya. Pengawasan dari atas kurang sekali. Pada dasarnya Roma, pemerintah pusat, puas
kalau pajak masuk pada waktunya. Dengan pajak itu mesti dibayar baik aparat tentara serta aparat pemerintah,
maupun kehidupan mewah kalangan atas orang-orang Roma dan penguasa setempat.22
Raja-raja setempat, seperti misalnya di Palestina raja Herodes Agung serta keturunannya, kerap kali
lebih keras daripada penguasa-penguasa Roma. Yang mana kerap kali raja-raja membutuhkan banyak uang.

21
David F. Hinson, 269-270
22
Groenen, Pengantar K Dalam Perjanjian Baru, 36
13
Uang tersebut diperlukan untuk dukungan politis di Roma dan mengongkosi penghidupan istana dan antek-
anteknya. Raja Herodes Agung dan keturunannya tidaklah hemat. Mereka mencoba meniru penguasa-peguasa
Roma dan kaisar, mendukung dan memajukan kebudayaan Yunani, terutama dengan membangun kota-kota
gaya Yunani, gedung-gedung dan istana-istana mentereng.
Dengan demikian maka rakyat jelata lah yang menjadi korban penguasa-penguasa asing atau setengah
asing. Hanya segelintir orang setempat, kalangan atas, turut menarik keuntungan. Mereka menajdi kaki tangan
penguasa-penguasa itu. Rakyat banyak di Palestina pada umumnya petani, khususnya di daerah Galilea yang
cukup subur. Sebaliknya daerah Yudea agak kering dan tandus. Ada peternak dan petani buah-buahan di
samping perdangangan. .
Sistem pajak menjadi beban rakyat. Sistem itu sebenarnya rangkap dua macam pajak, antara lain :
a. Pajak keagamaan (bagian sepersepuluhan dari hasil bumi, pajak tahunan bagi Bait Allah).
b. Pajak negara
Pajak ini di bagi dalam dua bagian yaitu :
1. Pajak bagi pemerintahan Roma, biasanya pajak ini ditarik melalui raja atau penguasa
setempat.
2. Pajak buat pemerintahan daerah (raja), dan ini ada dua bagian yaitu: pajak yang langsung
ditarik pegawai negara, yaitu pajak perorangan dan pajak tanah. Namun ada juga pajak tidak
langsung, bea cukai dan sebagainya.
Kesadaran politis rakyat jelata tidak ada atau sangat tipis. Mereka menenrima dan memikul saja beban
pemerintahan yang tidak pernah merakyat. Tetapi akibat kemiskinan, kemelaratan dan tekanan ekonomi
mengakibatkan banyak rakyat tersebut melarikan diri. Bahkan ada yang membetuk gerombolan penyamun dan
perampok. Kadang-kadang itu menjadi suatu wabah sosial, khususnya apabila ekonomi pada umumnya
merosot.
Masyarakat Palestina terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Lapisan pertama
Dalam lapisan ini kebanyakan orang Yahudi, rakyat jelata. Secara sosio-ekonomi lapisan ini miskin sampai
melarat. Sitindas dan diperas oleh lapisan-lapisan yang lain. Secara politis rakyat jelata tidak berdaya
2. Lapisan kedua
Orang – orang pribumi yang terkemuka. Kaum aristokrat itu menjadi tuan tanah, pedangang atau pengawai
tinggi. Demi kedudukannya sebagian dari mereka menjadi kaki tanga penguasa politis, entah raja setempat
entah penguasa Roma. Satu-satunya golongan yang benar-benar berkuasa justru raja-raja dan pegawainya.
3. Lapisan ketiga, para peguasa politis.23
Antara golongan paling bawah dan golongan-golongan atas tidak hanya ada perbedaan-perbedaan
kedudukan sosio-ekonomis, tetapi juga dalam kebudayaan juga. Sebab meskipun berkebangsaan dan
beragama yahudi, namun kalangan atas berkebudayaan Yunani, dan dalam rangka agama Yahudi pun
mereka menganut tata cara Yunani. Sebaliknya para rakyat jelata setia pada adat istiadat nenek moyang, jadi
berkebudayaan Yahudi dan berbahasa Aram. Akibat perbedaan tersebut sering terjadi ketengangan antara
kota-kota (besar) dan daerah, yang terutama didiami rakyat jelata (petani, peternak, nelayan). Sehingga
sering para rakyat jelata atau penganguran akan dibawa ke kota untuk mencari nafkah dengan menjadi
buruh harian, budak, atau menjadi pengemis saja dan mereka tentu saja tidak dianggap sebagai ‘warga kota’.
2.2 Dari segi sosio-religius
Masyarakat Yahudi bukanlah suatu masyarakat seragam. Dalam ajaran atau dogma, dalam agama
Yahudi, ada dua hal yang ditekankan yaitu :

23

14
 Yang utama adalah Tauhid
Hanya ada satu Allah Yang Maha Esa, Allah Israel.
 Ajaran kedua yaitu pemilihan Israel oleh YHWH sebagai umat-Nya
Kenyakinan inilah pada dasarnya membuat orang Yahudi merasa diri “lebih” dari bangsa-bangsa
lain.
Sehingga dengan demikian, dalam agama Yahudi yang lebih ditekankan adalah hal-hal yang bersifat
prakrtek saja, seperti upacara-upacara keagamaan dan kelakuan sesuai dengan Hukum Taurat, Hukum Musa.
Ke-Yahudian Palestina terdiri dari adanya kelompok yaitu :
1. Kaum Saduki
Dalam golongan ini adalah para imam besar dan imam kepala. Menurut hikayat, nama Saduki berasal
dari nama Zadok, imam besar pada zaman Daud dan Salomo. Keluarga Zadok memengang jabatan
imam pada masa penawanan (II Taw. 31:10; Yeh. 40:46; 44:15; 48:11), dan rupanya nama itu terus
digunakan sebagai sebutan bagi kelompok imam hingga pada zaman Kristus.
Orang-orang Saduki memengang ketat tafsiran harafiah Taurat, yang mereka anggap lebih tinggi
kekuasaannya dari pada Kitab nabi-nabi atau tulisan para Imam. Sebagai penganut rasionalis dan
antisupernaturalis, mereka menyangkal keberadaan malaikat dan roh (Kis. 23:8). Dan tidak
mempercayai kekekalan pribadi. Agama mereka menekankan tata susila yang resmi dan pemikiran yang
rasional. Secara oportunis, kaum saduki adalah kelompok opurtinis yang bersedia untuk memihak mana
pun yang sedang berkuasa asalkan dengan demikian mereka dapat mempertahankan kedudukan dan
pengaruhnya.24 Sehingga sikap politis para imam kalangan kaum Saduki, agak mendua. Itu dilakukan
sebagai upaya untuk mempertahankan kedudukan dan wewenang mereka. Dalam kehidupan sehari-hari
para imam Saduki condong menyesuaikan diri dengan kebudayaan Yunani.25
2. Kaum Farisi
Nama ini diambil dari kata kerja “Parash”, yang berarti memisahkan. Mereka adalah kelompok yang
memisahkan diri, atau kaum Puritan Yudaisme, yang menghindari segala hubungan dengan dunia
kejahatan dan berusaha menaati hukum lisan maupun tulisan secara mutlak sampai pada hal-hal yang
sekecil-kecilnya.26
Di zaman Perjanjian Baru orang-orang Farisi pada umumnya tidak turun tangan di bidang politik secara
langsung. Karena mereka sangat tidak setuju bahwa umat Allah yang terpilih dikuasai orang asing yang kafir
atau setengah kafir. Mereka hanya menerima keadaan nyata, sebab demikian kehendak Allah. pada saat-Nya
sendiri Allah akan turun tangan. Tidak pantas manusia mencoba menolong Tuhan. Keadaan nyata merupakan
hukuman atas dosa. Saat Allah mungkin dapat dipercepat dengan menjadi setia kepada hukum-Nya dan kepada
aturan-aturan tradisi. Untuk sementara waktu kaum Farisi tidak terlalu merepotkan diri dengan keselamatan
seluruh bangsa, tetapi terlebih dengan keselamatan tiap-tiap orang.27 Antara kaum Farisi dan kaum Saduki ada
ketengangan, dikarenakan sikap yang berbeda terhadap Alkitab, tegasnya Hukum Taurat.
Dalam menafsirkan hukum, kaum Farisi menggunakan kiasan-kiasan untuk memberikan elastisitas dalam
penerapan hukum itu pada pelbagai perkara baru yang bakal muncul. Mereka menjungjung tinggi hukum lisan
atau adat-istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya. Mereka
mempercayai adanya roh, malaikat, kekekalan jiwa dan kebangkitan tubuh. Mereka menjalankan kewajiban
doa dan pusa dan membayar persepuluhan dari harta mereka dengan teliti (Mat. 23:23; Luk. 11:42). Mereka

24
Meririll C. Tenney, Survey PB, 28-29.
25
Groenen, Pengantar ke dalam PB, 43
26
Ibid., Meririll C. Tenney, Survey PB, 28-29.
27
Groenen, 44
15
memelihara hukum Sabat dengan sangat ketat, hingga menyebuhkan orang sakit atau sekedar memetik bulir
gandum sambil berjalankan pun tidak mereka perkenankan (Mat. 12:1,2).
Kohler menguraikan tujuh macam farisi yang fanatik, yaitu : 28
a. Farisi “Pundak”, yang memamerkan perbuatan baiknya di hadapan orang lain bagai menyandang
sebuah selempang di pundaknya.
b. Farisi “Tunggu sebentar”, yang meminta orang lain untuk menunggu sebentar agar mereka
melakukan sebuah perbuatan.
c. Farisi “Buta”, yang menambrak tembok hingga memar karena menutup mata agar tidak melihat
seorang wanita.
d. Farisi ‘Ulekan”, yang berjalan dengan menundukkan kepala agar tidak melihat pemandangan
yang menggoda.
e. Farisi “tukang hitung”, yang selalu menghitung perbuatan baiknya untuk melihat apakah mereka
sudah mengimbangi kesalahan-kesalahannya
f. Farisi “Yang takut pada Allah”, yang seperti Ayub yang benar-benar saleh.
g. Farisi “Yang mencintai Allah”, seperti Abraham.
Maka sering disebutkan bahwa norma-norma rohaniah orang Farisi cederung mengarah pada keangkuhan
dan akibatnya kepada kemunafikan, tetapi cukup tinggi dibandingkan dengan norma umum yang berlaku pada
saat itu.
3. Kaum Eseni
Para penganut aliran ini yakin bahwa dunia seperti sekarang terlalu jahat untuk diperbaiki. Dunia malahan
akan semakin jahat. Tetapi pada saatnya Allah akan turun tangan. Ia akan mengadakan penghakiman, entah
lansung sendiri atau melalui tokoh yang kadang-kadang digelari “Anak Manusia”. Sehingga aliran ini sering
disebut sebagai “apokaliptik”, karena dalam aliran ini harapan yang dikobarkan para nabi terdahulu semakin
diperuncing.29
Aliran ini merupakan persekutuan yang hidup membiara (askese) yang dapat diikuti oleh mereka yang mau
bersedia mematuhi segala peraturannya dan menjalankan suatu upacara penerimaan anggota baru. Mereka
hidup selibat dan mendapatkan generasi penerus melalui adopsi atau dengan menarik pengikut baru, namun
para peneliti lain menyatakan bahwa diantara mereka juga ada yang melaksanakan perkawinan.
Dalam persekutuannya semua harta benda adalah milik bersama, hingga tidak ada orang miskin atau orang
kaya, sehingga kehidupan mereka sederhana, dan memakai pakaian yang sederhana pula. Mereka sangat
memperhatikan peraturan sabat dan mengenai kebersihan pribadi. Maka setiap pelanggar peraturan akan
dihukum.30 Maka sering para ahli mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis merupakan aliran Eseni.
1. Kaum Zelot
Merupakan partai nasionalis fanatik yang ingin membebaskan diri dari Roma dengan jalan kekerasan.
Kepercayaan mereka sangat tegas. Allah satu-satunya Tuhan. Maka mereka tidak ada alasan untuk
memberikan penghormatan kepada kaisar Romawi, kelompok yang mungkin didirikan oleh Yudas dari
Galilea dalam tahun 6 (bnd. Kis. 5:37) ini, menyamakan dirinya dengan pengikut YHWH yang tekun
(Zealous).

28
Merrill C. Tenney, 132
29
Gronen, 46.
30
Ibid. 47, Merryl C. Tenney, 134.
16
KEEMPAT INJIL

Kata Arab “Injil” diturunkan dari kata Yunani “ευαγγελιον”, pada dasarnya berarti kabar
(euanggelion) yang baik (eu) ataupun upah, balas jasa yang diberikan kepada orang yang membawa kabar baik
itu. Kata bendanya “euanggelion” dan kata kerjanya “eunggelesthai’, yang dilatinkan menjadi “evangelium”.
Kata itu diambil alih oleh hampir semua bahasa modern. Hanya bahasa Inggris menyimpang. Orang Inggris
menyebut karangan itu “gospel”. Kata “Inggris” itu (aslinya :godspell) sebenarnya berarti kisah mengenai atau
dari seorang ilahi. Tetapi dalam pemakaian nyata kata itu mau menerjemahkan kata latin “evangelium” dan diisi
dengan kata latin Yunani.31
Maka kata “Injil” dalam Perjanjian Baru pada pokoknya berarti kabar, berita tentang Allah yang
menegakkan pemerintahan-Nya dan menyelamatkan manusia. Atau dengan kata lain sering disebut dengan
pewartaan dari dan mengenai Yesus Kristus, pewartaan tentang keselamatan dari Allah yang terwujud dalam
Yesus Kristus, khususnya melalui wafat dan pembangkitan-Nya (bnd. Rom. 1:1-3; I Kor. 15:1-4). Jadi “Injil“
berarti pewartaan “kabar baik” tentang keselamatan.
Masalah Synoptis
Ketiga Injil yang pertama, mempunyai hubungan yang lebih dekat dalam isi serta pengungkapan kata-
katanya. Oleh sebab itu mereka disebut kitab-kitab Sinoptis, yang berasal dari kata Yunani, “Syn” artinya
bersama-sama, dan Opo artinya melihat, atau optic yang berarti berhubungan dengan mata. Maka dapat
dikatakan Synoptis berarti memiliki pandangan yang sama mengenai kehidupan Kristus, dan istilah ini muncul
sejak tahun 1776 M.
Apabila keempat Injil itu dibaca berturut-turut, maka nyata bahwa ada terdapat kesamaan yang besar
diantara keempat Injil tersebut, misalnya:
1. Yesus memberi makan 5000 orang: Mat. 14:13:21; Mrk. 6:30-44; Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-13.
2. Yesus dieluk-elukkan di Yerusalem: Mat. 21:1-11; Mrk. 11:1-10; Luk. 19:28-38; Yoh. 12:12-15.
3. Yesus menyucikan Bait Allah: Mat. 21:12-17; Mrk. 11:15-19; Luk. 19:45-48; Yoh. 2:13-16.
4. Kebangkitan Yesus: Mat. 28:1-10; Mrk. 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh. 20:1-10.
Namun bila semakin kita teliti dalam menyelidikinya, maka akan terlihat hubungan antara Matius, Markus dan
Lukas, jauh lebih erat dibandingkan dengan Injil Yohanes. Hal tersebut dapat kita lihat, melalui pembuktian
sebagai berikut:
1. Ketiga Injil yang pertama mengandung banyak cerita yang sama, yang tidak terdapat di dalam Injil
Yohanes. Misalnya : Percobaan di padang gurun (Mat. 4:1-11; Mrk. 1:12-13; Luk. 4:1-13), Yesus di
Galilea (Mat. 4:12-17; Mrk. 1:14-15; Luk. 4:14-15), pemanggilan murid-murid (Mat. 4:18-22; Mrk. 1:16-
20; Luk. 5:1-11), Kebangkitan Yesus (Mat. 27:15-33; Mrk. 12:13-27; Luk. 20:20-40), dan masih banyak
lagi ayat yang sama dalam ketiga Injil tersebut.
2. Matius, Markus dan Lukas menceritakan banyak peristiwa yang terjadi di luar Yerusalem, sedangkan
Yohanes lebih berminat menceritakan mengenai apa yang dilakukan Yesus di Yerusalem.
3. Matius, Markus dan Lukas hanya satu kali saja menyebut bahwa Yesus pergi ke Yerusalem, sedangkan
Yohanes mengatakan bahwa Yesus pergi Ke Yerusalem sebanyak empat kali.
4. Pembaptisan Yesus dan penetapan perjamuan kudus, tidak jelas dalam Injil Yohanes, namun dalam Injil
Matius, Markus dan Lukas hal itu merupakan hal yang sangat penting. 32
Oleh karena itu, para ahli berkeinginan menyelidiki ketiga Injil tersebut, mengapa dalam ketiga Injil tersebut
banyak ditemukan berebarapa cerita yang sama?

31
Groenen, Pengantar ke dalam PB, 71.
32
Duyverman, Pembimbing ke dalam PB, 43
17
Perbandingan Injil-Injil synoptis
Bila kita mengamati Injil Matius, Markus dan Lukas, maka kita akan menemukan persamaan bahasa dan
susunan kalimat serta persamaan kata-kata, terutama bila kita membaca bahasa asli Injil Synoptis tersebut,
misalnya (Mat. 5; Mrk. 2:10-11; Luk. 5:24). Kesamaan tersebut dapat dikatakan sungguh aneh, karena mana
mungkin tiga orang yang menyaksikan satu peristiwa, kata-kata dan susunan kalimatnya sama betul.
Apalagi kita mengatahui bahwa Markus bukan seangkatan dengan keRasulan Matius dan Lukas. Dan
ketiga pengarang Injil tersebut juga berasal dari latar belakang yang berbeda, Matius adalah orang Yahudi dan
sebagai pemungut cukai, Lukas adalah seorang Tabib (Kol. 4:14) dan Markus adalah kemungkinan sekali
seorang juru bahasa Petrus (I Pet. 5:13), namun kenapa bisa menuliskan Injil yang memiliki banyak persamaan.
Oleh karena itu pasti ada satu sumber yang dipakai sebagai bahan oleh ketiga pengarang.
Menurut Willy Marxen mengatakan bahwa ada dua sumber yang membentuk asal mula sastra Injil-Injil
Synoptis. Sumber pertama adalah salah satu dari Injil itu sendiri, yakni Markus. Karena Injil Markus merupakan
Injil yang terpendek, dianggap lebih tua, bahasanya kurang baik misalnya, dalam Injil Markus banyak
menggunakan kata-kata “και” (artinya ‘dan’). Sedangkan sumber kedua disamping Markus, yaitu mengandung
bahan-bahan lisan, biasanya disebut sebagai ‘sumber’ perkataan-perkataan atau ‘sumber logia’ dan sering
disebut dengan singkatan “Q”.
B. F Drewes menggambarkan teori sumber penulisan teori sumber penulisan Injil-Injil Sinoptis dalam
suatu skema :

Markus Quelle
M L

Matius Lukas

Skema ini memberi gambaran bahwa pengarang Injil Matius dan Injil Lukas berpengang erat pada
sumber Markus dan sumber “Q”. disamping bahan-bahan khas yang dimiliki oleh pengarang Injil Matius dan
Lukas. 33

33
B. F Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar (Jakarta, BPK-Gunung Mulia, 1999), 17
18
INJIL MATIUS

Injil Matius merupakan Injil yang berada pada urutan pertama dalam Perjanjian baru. Hal tersebut bukan
menunjukkan bahwa kitab tersebut merupakan Injil tertua, namun ada kemungkinan karena beberapa hal, yakni:
1. Injil Matius merupakan Injil yang mempunyai susunan yang paling sistematis/teratur, misalnya:
➢ Mat. 5, 6, 7, menyatukan Hukum-hukum dasar Kerjaan Allah
➢ Mat. 8, 9 menggabungkan cerita-cerita penyembuhan
➢ Mat. 13 mengenai perumpamaan-perumpamaan
➢ Mat. 18 Tentang peraturan gereja
➢ Mat. 23 perkataan Yesus tentang orang-orang Farisi
➢ Mat. 25 tentang akhir zaman.
2. Oleh karena Injil Matius paling dekat dengan Perjanjian Lama, sebab sering kali kita menjumpai dalam Injil
Matius kata-kata yang mengutip Perjanjian lama, dan kata-kata dalam Perjanjian Lama yang dikatakan
dengan “Supaya genap apa yang dikatakan oleh Nabi-nabi” dan semacamnya.
Hal itulah yang memungkinkan, maka Injil Matius ditempatkan pada urutan pertama dalam Perjanjian
Baru.
1. Sumber – sumber
Hampir seluruh bahan yang terdapat dalam Injil Markus terdapat pula dalam Injil Matius dan Lukas.
Namun ada pula bahan-bahan yang terdapat pada Injil Matius dan Lukas, tetapi tidak terdapat pada Injil
Markus. Sumber yang dipakai kedua kitab ini adalah sumber “Q”.34
Perikop Matius 6:19-24 oleh pengarang Injil Matius mengambil bahan ini dari sumber “Q”. dalam
perikop Matius 6:19-24 dapat dilihat kesejajarannya dengan Injil sinoptis lainnya, yaitu : ayat 19-21//Luk.
12:33b, 34; Ayat 22-23// Luk. 11:33-36; Ayat 24// Luk. 16:13.35
Selain bahan Injil Markus dan sumber “Q” terdapat pada Injil Matus. Masih ada pula sumber yang lain.
apabila kita melihat bahan-bahan yang terdapat pada Injil Matius. Tetapi bahan-bahan tersebut bukan berasal
dari Injil Markus dan sumber “Q” serta tidak terdapat pula pada Injil Lukas. Bahan-bahan tersebut bukan
berasal dari tradisi-tradisi yang dilihat oleh pengarang Injil Matius. Yang disebut sumber “M”. sumber “M”
tersebut merupakan bahan khas dari Injil Matius, misalnya Matius 2:1-12; 6:1-8; 13:24-30.
Jadi sebagai kesimpulan mengenai sumber-sumber penulisan Injil Matius adalah dari Injil Markus dan
sumber “Q”. selain itu pula pengarang Injil Matius memiliki bahan khas Matius yang disebut sumber “M”, yang
diterimanya melalui tradisi lisan dan tulisan. dari uraian itu dapat diketahui bahwa pengarang Injil Matius
adalah seorang redaktor yang baik dan bekerja dengan teliti. Ia ingin menggambarkan dengan jelas siapa Yesus
bagi dunia ini.

2.Pengarang Injil Matius


Tradisi gereja berabad-abad lamanya menunjuk bahwa Rasul Matius yang disebut Lewi anak Alfeus
adalah pengarang Injil Matius yang dibicarakan dalam Mrk. 2:14; luk. 5:27-29, Mat. 9:9, 10:3. Ia adalah
seorang pemungut cukai dan kemudian menjadi pengikut Yesus (murid Yesus).
Papias, Bishop di Asia kecil pada abad ke-II, mengatakan bahwa Matius menulis hal-hal tentang Yesus
Kristus dalam bahasa Ibrani, dengan alasan bahwa hanya Matius yang menjelaskan tentang siapa Matius dalam
Mat. 10:3, yaitu Matius pemungut cukai, memang bila dilihat dari kemampuan menulis serta sistematisnya,

34
“Q” oleh orang Jerman disebut quelle artinya Sumber, juga diartikan sebagai kumpulan tradisi tentang Yesus, terutama yang
berisi kata-kata Yesus.
35
B. F Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, 36-37
19
maka Matius yang sebagai pemungut cukai yang sudah cukup terlatih dalam administrasi, akan lebih lancar
dalam hal membuat catatan-catatan dari pada murid yang lain.
Para ahli Perjanjian Baru berpendapat bahwa “Injil Matius” di karang di Syria. Mungkin Rasul Matius
pernah bekerja dalam daerah itu, sehingga jemaat-jemaat Kristen di situ menghormatinya sebagai ‘seorang
Bapak’, begitulah dugaan Prof W. Grundmann dalam buku tafsirannya yang terkenal mengenai Injil Matius.
Kalau itu benar maka orang yang mengarang ‘Injil Matius” itu mungkin sekali dipengaruhi oleh cara mengajar
Rasul Matius.
Sehingga banyak para ahli yang menyatakan tidak dapat dipastikan bahwa Matius pemungut cukai
sebagai penulis Injil Matius. Maka Prof. K. Stendahl berpendapat bahwa injil Matius dikarang bukan seorang
saja, melainkan oleh kumpulan orang yang bekerja sama saling membantu.36
Sehingga penulis Injil Matius tidak dapat diputuskan secara tepat, tetapi yang jelas ia adalah seorang
Kristen-Yahudi yang hidup di salah satu pusat wilayah Siria. Selain itu ia juga menguasaai Kitab suci Perjanjian
Lama dan tradisi hidup bangsanya.

3. Waktu dan Tempat Penulisan


Waktu penulisan Injil ini sangat sulit untuk memastikannya. Kesulitan ini disebabkan banyak pendapat
ahli yang menunjukkan waktu penulisan yang berbeda-beda. Tetapi yang jelas Injil ini ditulis setelah Injil
Markus.
Kemudian dalam Matius 22:7 yang dapat menjadi petunjuk mengenai waktu penulisan kitab ini adalah :
“Maka murkalah raja itu lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-
pembunuh itu dan membakar kota mereka”
ayat tersebut merupakan sebagian dari suatu perumpamaan perjamuan kawin. Ayat ini ditafsirkan sebagai suatu
peristiwa hukuman kepada banyak orang yahudi yang telah menolak perjamuan Kerajaan Allah. banyak ahli
yang mengambil ayat ini sebagai tanda waktu penulisan Injil Matius dan menguhubungkan dengan terbakarnya
kota yerusalem pada tahun 70 oleh pemerintah Romawi. Oleh karena itu pembakaran Bait Allah sudah terjadi,
maka Injil Matius menekankan peristiwa ‘Pembakaran Kota’ itu sebagai hukuman Tuhan kepada orang yang
tiak mendemngarkan peringatan dari-Nya. Jadi mengenai waktu penulisan Injil ini dapat disimipulkan antara
tahun 75-90 Masehi. 37
Banyak ahli menunjuk Syria sebagai tempat penulisan Injil ini. yang dapat dipakai sebagai petunjuknya
yaitu Mat. 4:24a yang berkata :
Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Syria…
Kata dirham, istilah ini untuk mata uang, menurut para ahli justru cocok untuk daearh Syria. Alasan lain
adalah bahasa asing yang dipakai dalam kitab ini adalah bahasa Yunani. Pada zaman itu 20% penduduk Syria
adalah orang Yahudi yang memakai bahasa Yunani. Selain itu pada abad pertama Masehi ada gereja purba di
sana.38

4. Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
a. Susunannya sangat Sistematis
b. Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
c. Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur.
Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang
baru bertobat.

36
J. J de Heer, Tafsiran Injil Matius (Jakarta, BPK-GM, 2001), 3
37
B. F Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, 176
38
Ibid., 176
20
d. Pola Ibrani dalam suatu karangan yaitu yang disebut dengan Parrelismus membrorum. Dua kalimat yang
sejajar, misalnya: Matius 7:7, “Mintalah, maka akan diberi kepadamu, ketuklah, maka akan dibukakan
kepadamu”. Hal ini bertujuan agar pembaca gampang mengingat.
e. Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
➢ selama pelayanan-Nya di Galilea dan
➢ mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
f. Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih
banyak daripada kitab lain di PB, sehingga Matius sering mengutip Perjanjian Lama dengan kata-kata
supaya genap (1:22-23; 2:15).
g. Kerajaan Sorga disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
h. Istilah-istilah Kerajaan Allah, tidak pernah dipakai tetapi kerajaan Surga (psl 13, Mat. 6, Doa Bapa Kami).
Selain itu banyak istilah-istilah Aram yang tidak diterjemahkan, karena kemungkinan pembaca sudah tau
artinya (5:22; 10:25).
i. Matius menekankan
• Standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (psl 5-7; Mat 5:1-7:29);
• Kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian;
• Kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.

5. Tujuan Penulisan
Injil Matius ditulis dalam bahasa Yunani, dan juga menggunakan istilah-istilah Aramaic, maka dapat
dikatakan bahwa Injil ini di tulis bagi jemaat yang berbahasa Yunani dan istilah Aramaica tersebut. dengan
demikian banyak para ahli, sepakat bahwa Injil Matius ditujukan kepada lingkungan yang biasa dengan bahasa
dan adat istiadat Yahudi.
Adapun tujuan Injil Matius adalah:
a. Tujuan Apologetis (pembelaan Iman) Mat. 8:17
Injil Matius merupakan bahan orang Kristen untuk membela ajaran agama Kristen dihadapan orang Yahudi
yang menolak Yesus sebagai Mesias sebab hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya.
Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang
politis.
b. Katekhese (pengajaran).
Prof. Grudmann dalam buku tafsirannya yang terkenal mengatakan: das matthaus-evangelium hat
katechetische Abzweckung’ yang artinya : Injil Matius mempunyai maksud kateketis. Memberi pengetahuan
tentang pokok-pokok ajaran agama Kristen secara teratur. Untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus
adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan.
c. Paranetis (nasehat, teguran)
Menekanakan bahwa dengan masuk jemaat Kristen saja belum cukup bagi seseorang anggota untuk
diselamatkan.39

6. Garis Besar Isi Injil Matius


Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus
menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari
Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh
perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan

39
J. J de Heer, Tafsiran Injil Matius, 6-7
21
umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-
21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat
21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1-25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan
utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
1. Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1-7:29);
2. Pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
3. Perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
4. Sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
5. Ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1-25:46).

Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:


1. Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9;
Mat 8:1-9:38);
2. Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1-12:50);
3. Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1-17:27);
4. Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1-26:46);
5. Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47-28:20). Tiga ayat
yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Sedangkan B. W. Drewes, membuat garis besar Injil Matius, sebagai berikut :
I. 1:1-4:16 Pendahuluan: Memperkenalkan Yesus sebagai Mesias, Orang Nazaret, Anak Allah.
II. 4:17-16:20 Yesus Mesias memberitakan dekatnya pemerintahan Allah, dan reaksi manusia atas Dia.
III. 16:21-28:20 Yesus menyatakan penderitaan-Nya, kematian-Nya, serta kebangkitan-Nya.40

40
B. F Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, 190
22
INJIL MARKUS

Kalimat petama dalam bahasa Yunani berbunyi “arche tou euanggelion Ieson christou” (Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus”, yang artinya bahwa Yesus adalah Injil tersebut. Injil adalah ‘seorang’
Anak Tunggal Allah’.
Kitab Injil tertua yang kita miliki diawali dengan satu kalimat pendek tanpa predikat. Cara mengawali
kitab itu cukup menunjukkan maksud dan tujuan penulisannya. Sejak semula tidak ada diberikan perhatian
kepada si penulis maupun pada tulisannya, melainkan pada permasalahan yang mau diungkapkan. Penulis kitab
itu mau menyampaikan berita, yaitu berita mengenai Injil yang menyaksikan Yesus Kristus.41
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil
tentang Yesus" (Mr 1:1).

1. Pengarang Injil Markus


Menurut cerita-cerita kuno yang berasal dari abad ke-2 Masehi, penulis kitab Injil Markus adalah
seorang yang bernama Yohanes Markus. Ia adalah seorang teman Petrus, yang secara cermat selalu
mendengarkan khotbah-khotbah Petrus. Ia memperoleh bahan cerita dari khotbah-khotbah Petrus itu, yang
kemudian ditulisnya dalam bentuk kitab Injil.42
Eusebius mengatakan bahwa pendengar Petrus mendesak Markus untuk membuat catatan tentang ajaran
yang disampaikan Petrus secara lisan, dan bahwa Petrus memerintahkan untuk membacakan Injil dalam jemaat-
jemaat.43
Menurut Kisah Para Rasul, sekelompok orang Kristen secara teratur bertemu di rumah ibunya di
Yerusalem (Kis. 12:12); Yohanes Markus disebut sebagai teman Paulus dan Barnabas pada wal pekerjaan
Missionaris mereka (Kis. 12:25; 15:37-41). Paulus memujinya dalam dua buah suratnya pada kemudian hari
(Kol. 4:10; Flm. 24), jadi keduanya orang tersebut telah menyelesaikan perselisihan mereka. Ia juga disebut
dengan penuh kasih dalam 1 Petrus 5:13 dan hal itu (tergantung pandangan seseorang mengenai penulis surat 1
Petrus) dapat dianggap sebagai bukti untuk menghubung Markus dengan Petrus serta dengan Paulus.
Maka dapat disimpulkan bahwa Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan
termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena
berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul PB: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; File 1:24), Barnabas (Kis
15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus
memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus.

2. Waktu dan Tempat Penulisan


2.1 Tempat Penulisan
Pada umumnya diperkirakan Markus menulis di Roma, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jemaat di
kota itu. Irenius dan Clemens dari Aleksandria tidak sepakat tentang penyusunanya, tetapi keduanya setuju kitab
tersebut di tulis di Roma. Jika penulis kitab Injil tersebut benar-benar Yohanes Markus, maka nats-nats
Perjanjian Baru si mana ia disebut juga menempatkannya di Roma.44
Tradisi gereja mengatakan bahwa Roma tempat penulisan Injil ini dengan alasan bahwa Petrus
meninggal disana dan tentu saja muridnya tinggal dekat sana juga.

41
M. H. Bolkestein, Kerajaan Yang Terselubung (Jakarta, BPK-GM, 1991), 1
42
Wismoady, Disini Kutemukan (Jakarta, BPK-GM, 2001), 371.
43
Merrill C. Tenney, Survei PB, 199
44
Jhon Drane, Memahamai PB, 209
23
Kitab Injil ini pasti ditulis bagi pembaca bukan-Yahudi. hal ini nampak dari pengunaan ungkapan-
ungkapan bahasa Aram seperti Talita kum atau efata (Mrk. 5:41; 7:34) diterjemahkan dalam bahasa Yunani
demi kepentingan para pembaca Markus. Kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi juga diterangkan sedemikian rupa
sehingga memberi kesan bahwa kebiasaan tersebut tidak dikenal (Mrk.7:3-4). Kemudian ada sejumlah istilah
teknis bahasa latin dalam Injil Markus (4:21; 12:42; 14:65; 15:19) yang memberi kesan kitab Injil tersebut
berasal dari suatu bagian kekaisaran Roma di mana di pakai bahasa latin. Maka sangat masuk akal bila Roma
dianggap sebagai tempat penyusunan kitab ini.

2.2 Waktu Penulisan


Ada dugaan bahwa kesengsaraan dan penganiayaan yang sering disebut dalam Injil Markus memberi
gambaran bahwa para pembacanya sedang ditindas oleh karena iman mereka kepada Kristus (8:34-38; 10:33-
34, 45; 13:8-13). Jika dugaan ini benar, Injil Markus ditulis diantara tahun 60 dan 70 M. ketika kaisar Nero
berusaha menyalahkan orang-orang Kristen mengenai peristiwa terakarnya kota Roma. Penganiayaan
merupakan suatu hal yang lumrah dalam kehidupan jemaat pada abad pertama, sehingga tidaklah mutlak untuk
menghubungkan Injil Markus dengan salah satu penganiayaan setempat yang tidak kita ketahui, walalupun hal-
hal itu sangat nyata bagi mereka yang menderita oleh karenanya.

3. Ciri Khas Injil Markus


Empat ciri utama menandai Injil Markus:
1. Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan
oleh-Nya (Markus mencantumkan 18 mukjizat Yesus dan hanya empat perumpamaan-Nya);
2. Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat-istiadat Yahudi, meniadakan semua
daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran, penggunaan istilah Latin dan menerjemahkan kata-kata
dalam bahasa Aram;
3. Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu
kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan
dengan "seketika itu juga".
4. Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus
dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.

4. Tujuan Penulisan
Kitab Injil Markus ditulis dengan mengigat suatu situasi khusus. Ada sejumlah aspek yang menonjol
dan khusus tentang yesus di dalam Injil Markus. Ia memperkenalkan di sini sebagai tokoh yang sangat
manusiawi. Yesus kadang-kadang marah (1:43; 3:5; 8:13,33; 10:14); ia tidak sanggup melakukan muzijat jika
kondisi-kondisi iman yang tepat tidak terpenuhi (6:1-6); dan Dia tidak menderita secara fisik sedemikian rupa
sehingga hal itu dianggap tidak cocok dengan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah (8:31-33; 9:31). Hal-hal
semacam ini pernah dianggap sebagai tanda dari teologi ‘Primitif” Markus.
Banyak orang Kristen merasa sulit menyesuaikan kenyakinan tentang keillahian Yesus dengan
kenyataan bahwa Ia juga manusia sepenuhnya. Mereka berpendapat bahwa Kristus yang Illahi itu hanya datang
kedalam Yesus yang manusiawi pada waktu baptisan-Nya dan meninggalkann-Nya sebelum penyaliban. Dan
yang memiliki pemahaman seperti ini disebut dengan “Dosetis”, sebab mereka beranggapan bahwa Yesus
hanya kelihatan sebagai manusia (dari kata kerja Yunani ‘Dokeo’ artinya menyerupai). Dengan demikian Injil
Markus merupakan jawaban kepada orang yang menyatakan kemanusiaan Yesus hanya khayalan, Markus
menggambarkan Yesus sebagai mesias illahi yang asal dan makna-Nya tersembunyi dan terungkap dalam
kehidupan seseorang yang sungguh-sungghuh manusia.

24
Selain hal di atas, yang menjadi maksud dan tujuan pengarang adalah, sebagai berikut :
1. Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam oleh masyarakat dan banyak di antaranya
disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid
Kristen di Roma itu terdapat Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di
Roma, Yohanes Markus digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini sebagai suatu antisipasi
yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini. Tujuannya ialah
memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka
untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan,
penderitaan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
2. Untuk memproklamirkan kesukaan tentang kemenangan Allah atas segala kuasa jahat. Kemenangan itu
diwujudkan di dalam dan oleh Yesus Kristus.

5. Garis Besar Isi Injil Markus


Dalam suatu kisah yang bergerak dengan cepat, Markus memperkenalkan Yesus sebagai Putra Allah dan
Mesias, hamba yang menderita. Titik yang menentukan dalam kitab ini adalah episode di Kaisarea Filipi, yang
disusul oleh peristiwa pemuliaan Yesus (Mr 8:27-9:10), ketika identitas dan misi penderitaan Yesus dinyatakan
dengan jelas kepada kedua belas murid-Nya.
Bagian pertama kitab Injil ini memusatkan perhatian terutama kepada mukjizat luar biasa yang
dilakukan Yesus dan pada kuasa-Nya atas penyakit dan setan-setan sebagai tanda bahwa Kerajaan Allah sudah
dekat. Akan tetapi, di Kaisarea Filipi itu Yesus memberitahukan dengan terus terang kepada para murid bahwa
Dia harus "menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari" (Mr 8:31). Banyak ayat dalam kitab ini menyebut penderitaan
sebagai harga kemuridan (mis. Mr 3:21-22,30; Mr 8:34-38; Mr 10:33-34,45; Mr 13:8,11-13). Namun setelah
mereka menderita karena Dia maka Allah akan menyatakan bahwa Ia berkenan kepada mereka, sebagaimana
ditunjukkan dalam kebangkitan Yesus.
B. W. Drewes, membuat susunan garis besar Injil Markus adalah, sebagai berikut :
1:1-13 Permulaan kabar baik
1:14-8:26 Yesus Mesias menyatakan pemerintahan Allah tetapi Dia tidak diterima;
1:14-3:6 Kuasa Yesus dan kedengilan kaum farisi
3:7-6:6a Kegiatan yesus makin meluas, dan ketidakpercayaan orang
6:6b-8:26 Yesus memberi keselamatan kepada orang Yahudi dan Yahudi, dan kebutaan para murid
8:27-16:8a Yesus menyatakan diri sebagai Mesias yangmenderita dan bangkit di Yerusalem, dan
hal mengikut Mesias.
8:27-10:52 Yesus msias akan menderita dan bangkit, dan hal mengikut Dia
11:1-16:8a Yesus, Raja orang yahudi di Yerusalem
11:1-13:37 Pekerjaan Yesus di Bait Allah dan di sekitarnya
14:1-16:8 Penyerahan, kematian dan kebangkitan Yesus. *)

25
INJIL LUKAS

Jika diperbandingkan dengan Injil-injil Sinoptik yang lain, Injil Lukas mempunyai beberapa
keistimewaan. Dua diantaranya yang paling jelas adalah: Pertama, hanya Lukas yang melanjutkan Injilnya
dengan buku kedua yaitu Kisah Para Rasul (1:1-2). Dalam buku kedua itu dikisahkan kelahiran dan
perkembangan gereja mula-mula yang melanjutkan pewartaan sabda dan karya Yesus. Kedua, hanya Lukas
yang mebuka Injilnya dengan sebuah pendahuluan.45 Pengarang Injil Lukas dengan sengaja memilih dan
menyusun bahan-bahan tradisi untuk menyajikan suatu gambaran Yesus Kristus yang khas Injil Lukas.46

1. Sumber-sumber
Pengarang Injil Lukas nampaknya telah menggunakan beberapa macam sumber untuk menyususn
karangannya.47 Sumber-sumber yang dimaksud adalah Injil Markus, bahan Q yang berisi kumpulan-kumpulan
perkataan-perkataan Yesus, dan sejumlah bahan khusus yang dikenal dengan istilah “L”. bahan ‘L’ ini disebut
khusus karena ia hanya dapat ditemukan dalam Injil Lukas (jadi khas Lukas), sedangkan dalam Injil-Injil yang
lain tidak ada. Termasuk di antara bahan khusus ini ialah : cerita-cerita mengenai kelahiran dan masa kanak-
kanak Yesus, silsilah dan cerita – cerita mengenai penampakan-penampakan Kristus yang bangkit dan amanat-
Nya kepada para rasul untuk menginjili dunia.
Susunan bahan-bahan Markus, Q dan ‘L’ dalam Injil Lukas dapat dilihat dalam garis besar berikut ini :
Lukas 1:1-2:52 “L”
Lukas 3:1-6:19 Markus dan Q (merupakan bahan cerita-cerita tentang Yohanes pembaptis dan
pencobaan atas Yesus).
Lukas 6:20-8:3 Q dan ‘L’
Lukas 8:4-9:50 Markus
Lukas 9:51-18:14 Q dan ‘L’
Lukas 18:15-24:11 Markus dan ‘L’
Lukas 24:12-53 ‘L’.48
2. Pengarang Injil Lukas
Tradisi gereja + tahun 200 M yaitu dari kanon Mutatoria, prakata anti Marcion pada Injil Lukas, Irenius,
Clemens dari Aleksandria, Origenes dan tertulianus mengatakan bahwa Lukaslah sebagai pengarang Injil ketiga
ini. tetapi ketepatan tradisi-tradisi ini tidak dapat dipastikan.49
Beberapa kesaksian dari Perjanjian Baru dapatmemberi gambaran yang agak jelas tentang persoalan ini.
dalam surat yang dikirim Paulus kepada Filemon, tertulis : “Salam kepadamu..dari Markus, Aristarkhus, Demas
dan Lukas, teman-teman sekerjaku’ (Filemon 1:24), dan dalam Kol. 4:14.
Nats-nats tersebut memperlihatkan bahwa Lukas merupakan teman seperjalanan Paulus dalam pekerjaan
pemberitaan Injil. Bahkan menurut II Tim. 4:9-11 hanya Lukas saja yang menjadi teman Paulus, yang tetap
setia menenmani Paulus dalam tugas penginjilannya. Lukas adalah seorang bukan Yahudi (kafir) dan berprofesi
sebagai seorang tabib/dokter (lih. Kol. 4:12-24). Dan juga sebagai orang terpelajar dan memahami

45
I. Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik, Yogyakarta, Kanisius, 1993, Hlm. 109. Dari segi bahasa, gaya penulisan memperlihatkan
bahwa tulisan Lukas bercirikan helenis (keYunanian). Lukas juga memakai bahasa Ynani yang halus. Pendahuluan Injil Lukas dalam
bahasa Yunanani hanya satu kalimat saja. Lukas berusaha menyusun kalimat pembukaan bukunya dengan seindah mungkin, dan ia
berhasil.
46
Donald Guthrie, New Testament Introduction (Illinois; Inter-Varsity, 1990), 113.
47
R. Alan Culpeper, The New Interpreter’s Bible (Vol. IX Luke-Jhon), Nashville, Abingdom, 1995, 7.
48
Culpepper, Hal. 7. Seorang ahli bernama Streeter mengajukan hipotesis bahwa Lukas telah terlebih dahulu menulis suatu Injil
yang lebih awal (disebut “Proto-Lukas yang berisis bahan “Q “dan “L”) sebelumnya ia menyatukannya dengan Injil Markus. Akan
tetapi kebenaran teori ini pun masih disangsikan.
49
William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari : Lukas (Jakarta, BPK-GM, 1996), 1
26
kesusasteraan Yunani dengan baik. Keterangan-keterangan di atas cukup menolong kita menyimpulkan bahwa
memang ada kemungkinan bahwa Lukas, teman Paulus yang menyusun kitab Injil Lukas.

3. Waktu dan Tempat Penulisan


Mengenai waktu penulisan tidak ada kepastian. Penulis tentunya menyusun Injil ini sesudah Paulus
berada dalam penjara di Roma, sekitar tahun 63 M, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Nero (54-68M), (bnd.
Kis. 28:30-31). Mungkin juga penulis menyususn Injilnya di atas tahun 70 M, sebab dalam Injilnya itu
disinggung tentang kehancuran kota Yerusalem pada tahun 70 M (Luk. 19:34-44; 21:20-24).50
Karena pengarang Lukas menulis Injilnya untuk para pembaca Yunani, barangkali paling baik
disimpulkan bahwa ia tidak menulisnya di Palestina atau di Syria. 51 Maka beberapa ahli seperti Suharyo,
Groenen, creed mengangap Roma sebagai tempat penulisan Injil ini dengan alsan bahwa dalam Kisah Para
Rasul digambarkan tentang perkembangan agama Kristen dari Yerusalem ke Roma.

4. Penerima
Sidang pembaca Lukas adalah suatu jemaat yang berbahasa Yunani dan mereka bukan keturunan
Yahudi. istilah-istilah Yahudi (dan Aram) tidak terdapat dalam Injil Lukas, kecuali kata “Amin”. Lukas sering
mengalihkan istilah-istilah Ibrani-Aram ke dalam istilah-istilah Yunani, supaya orang-orang Yunani dapat
memahami.
Penulis dalam karangannya juga menyingung beberapa hal khusus dalam dunia kafir; misalnya ; Makan
sambil berbaring (7:36-38). Soal-soal di sekitar Hukum taurat yang menjadi hangat di kalangan jemaat-jemaat
Kristen yahudi ataupun jemaat – jemaat campuran, tidak disinggung dalam Lukas.
Dalam pendahuluan disebutkan bahwa penulis mempersembahkan tulisannyaitu kepada seorang yang
bernama “Teofilus, yang bergelar “yang mulia” (1:1; Kis. 1:1). Ia adalah seorang bukan Yahudi.nama teofilus
mungkin nama baptis yang secara harafiah berarti “kekasih Tuhan” atau “yang dikasihi Tuhan”. Gelar “yang
mulia” (Yun. Κρατιστος)menunjuk kepada seseorang yang mempunyai jebatan tinggi dalam pemerintahan
kekaisaran Romawi. Penulis mengharapkan agar Teofilus membantu membiayai penyebaran Injil.
Keadaan jemaat yang menerima Injil ini rupanya sangat tertekan dan kurang aman. Penulis Lukas tahu
akan suasana demikian, sebab berulangkali ia bernicara tentang pengejaran dan penganiayaan (6:22,23; 12:11,
12; 21:12-19). Iaman mereka gampang lemah dan mudah tergoncang (8:25; 12:28; 17:5; 22:32, 45, 46), sebab
mereka dengan pengharapan yang kuar menantikan kedatangan Tuhan (Parosia), tetapi ternyata belum juga
datang. Penulis menjwab masalah ini dengan menegaskan bahwa jemaat mesti hidup di dunia dan sabar
menantikan kedatangan Tuhan (21:19,28).52

5. Tujuan Penulisan
Tujuan Injil Lukas jelas sekali dalam 1:4 “Supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang
diajarkan kepadamu sungguh benar”. Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna
menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan
Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2).
Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan
Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang
tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan
kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia menurut silsilah

50
Groenen, Pengantar ke dalam PB, 121.
51
Willy Marxen, Pengantar Perjanjian Baru ( Jakarta, BPK-GM, 1996), 194. Bnd dengan pendapat Jhon Martin Creed, The
Gospel According To st. Luke, London, Macmillan, 1950, Hlm. LVI
52
Groenen, 121. Lihat juga Jhon Drane, Memahami Dunia PB, 213
27
Yesus sebagai manusia sampai - kepada Adam (Luk 3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang
dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat
yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.

6. Garis Besar Isi Injil Lukas


Injil Lukas mulai dengan kisahan masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5-2:40) dan satu-satunya
pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan
pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi
pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar:
1. Pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14-9:50),
2. Pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27), dan
3. Minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28-24:43).
Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas,
fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaan-perumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas
dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang
unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting
(Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas
yang khusus ini.

INJIL YOHANES

28
Kitab Injil Yohanes mempunyai latar belakang yang agak kompleks”. Di dalam Kitab ini kita temukan
banyak sekali bahan dan cara berpikir Yahudi. Abraham (Yoh 8:37-40), Musa (Yoh 6:32), para nabi (Yoh 4),
roti manna (Yoh 6:31), hukum Musa (Yoh 7:19) dan sebagainya merupakan bahan-bahan yang sangat terkenal
di dalam agama Yahudi. Semuanya menunjukkan bahwa Kitab Injil Yohanes itu mempunyai latar belakang
Yahudi yang cukup kuat. John Drane (2001:223) mengatakan bahwa Injil Yohanes sangat bersifat Yahudi, hal
ini dikatakannya dari tujuan yang diungkapkan oleh sipenginjil: “Supaya kamu percaya, bahwa Yesus-lah
Mesias, Anak Allah” (Yoh 20:31). 53
Ada sejumlah ucapan-ucapan Yesus yang sejajar dengan ungkapan-ungkapan dalam Perjanjian Lama
yang terdapat dalam Injil ini. Secara khusus ungkapan “      ” “Aku adalah”. Bahwa ungkapan ini
sejajar dengan ungkapan yang terdapat dalam Perjanjian Lama “ ‫“ ”י כ נ א‬aniki” “Aku adalah” atau “ ‫ינא‬
‫“ ”אוה ינא‬ani hu ani” “Aku adalah Aku” yang digunakan oleh Yahweh. 54
Di samping itu, Kitab Injil ini sangat kaya dengan pola pikiran Yunani (helenistis), terutama aliran
pemikiran gnostik. Banyak bahan dari kebudayaan Yunani dan aliran pikiran gnostik yang kita temukan di
dalamnya. Istilah logos, terang, dunia atas dan dunia bawah, dan lain-lain adalah beberapa contoh bahan dari
alam pikiran Yunani gnostik itu. Akan tetapi pengaruh gnostik itu tidaklah mengaburkan makna dari iman
Yohanes misalnya gagasan tentang logos, gagasan logos itu sudah dipengaruhi oleh latar belakang Ibrani,
karena logos dalam arti Yunani mustahil mengambil rupa manusia mengingat bahwa materi bagi Yunani
gnostik adalah mempunyai sifat jahat padahal Yesus sebagai logos telah menjadi manusia.

1. Penulis Kitab
Duyverman mengatakan untuk menentukan pengarangnya hanya terdapat satu pegangan, yakni pasal
21:20, 24. Murid yang di kasihi, yang di waktu mereka sedang makan bersama dengan Yesus, dialah si
pengarang. Ia mengemukakan alasannya, pada saat perjamuan itu hadir 11 orang murid Yesus. Ia bukan Petrus,
sebab ia ini beberapa kali bersama-sama dengan dia (Yoh. 13:23 dyb ; 20:2 dyb ; 21:20 dyb). Lebih lanjut ia
mengatakan bahwa menurut dugaan bahwa di dalam Injil-Injil, ada beberapa peristiwa penting diantaranya
Yesus memilih tiga orang murid serta-Nya: Petrus, Yohanes dan Yakobus (Lukas 9:28 dan Matius 26:37). Jadi
murid yang di kasihi ada diantara mereka, dan pilihan jatuh kepada salah seorang anak Zabdi: Yohanes atau
Yakobus, sementara Yakobus diberitakan mati syahid (Kis. 12:2) sebelum umurnya tua, padahal dari Yohanes
21:23 kita menyimpulkan bahwa murid yang dikasihi itu, meninggal waktu ia sudah tua sekali, sebab timbul
desas-desus bahwa ia tidak akan mati.55
Tradisi Gereja, yang sesuai dengan judul yang tertera pada Kitab Injil ini dalam semua naskah tulisan
tangan, Injil yang ke-empat ini di tulis oleh Rasul Yohanes. Penulis Injil ini memperkenalkan diri dalam Injil
sebagai “saksi mata” (Yoh. 10:35), secara tidak langsung dia menyebut dirinya sebagai Rasul, anak Zebedeus
(Yoh. 21:24, bnd. 21:20-23). Murid yang pada ‘perjamuan malam’ telah menyandarkan dirinya di dekat Yesus
(Yoh. 13:23-26) dan yang sering di sebut sebagai murid yang di kasihi (21:20-24), masih hidup lama sesudah
Hari Raya Pentakosta. Sedemikian lama hidupnya, hingga orang menduga ia satu-satunya Rasul yang akan tetap
hidup hingga kedatangan Yesus kembali. Hanya mengenai Yohanes kita tahu bahwa ia mencapai umur yang
sangat panjang. Selama bagian terakhir kehidupannya ia tinggal di Efesus. Baik Injil itu sendiri maupun tradisi
Gerejawi dengan tegas menunjuk Rasul Yohanes ini sebagai penulis.
Maka kesimpulan yang di dapatkan ialah Yohanes (Rasul) salah satu murid Yesus yang berasal dari
Kafernaun (Mat. 4:1) ayahnya bernama Zebedeus (Mat 4:21) dan ibunya Salome (Mark. 15:46).

53
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, 450
54
C. H Dood, The Interpretation Of The Fourth Gospel (Cambridge At University Press: 1955), 96
55
Duyverman, Pembimbing ke dalam PB, 75
29
Sebelum Yohanes mengikut Yesus dia adalah murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1:35). Kemudian setelah
sia mendengar kesaksiannya Yohanes Pembabtis tentang Tuhan Yesus, lalu dia bersama-sama dengan Andreas
meninggalkan Yohanes Pembabtis untuk mengikut Yesus. Dipantai danau Galilea, mereka dipanggil menjadi
penjala manusia (Mat. 4:21).
Pada saat itu juga mereka meninggalkan segala sesuatu dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada
Tuhan Yesus. Dalam gereja mula-mula tidak ada keragu-raguan sedikitpun mengenai injil Keempat ini. uskup
Irenius (142-202 ) menulis “Yohanes Murid Yesus” dan yang bersandar dekat kepadanya adalah Yohanes pada
waktu dia ditinggal di Efesus”. Juga Klemens dari Alxandria menekankan hal yang sama.

2. Waktu / Tempat Penulisan Kitab


Menurut sumber buku para ahli menafsirkan bahwa injil Yohanes ini ditulis menjelang abad pertama.
Memang ada kemungkinan besar bahwa Yohanes sudah mengenal injil-injil Sinoptis pada waktu ia menulis
injilnya. Alasannya ialah ada sejumlah cerita yang sama diantara injil Yohanes dengan injil Sinoptis. Misalnya,
cerita tentang bagaimana Yesus memberi makan lima ribu orang (Yoh. 6:1-15; Mark. 6:30-44; Matius 14:13-21;
Luk. 9:10-17).
F F Bruce mengatakan bahwa Injil Yohanes ditulis pada abad-abad pertama sesudah Injil Sinoptis dan ia

lebih condong kepada tahun 90 M sebagai tahun penulisannya,56 sementara Duyverman mengatakan bahwa Injil

Yohanes ditulis sesudah tahun 98, karena Yohanes dikatakan meninggal pada usia yang sangat lanjut pada

masa Kaisar Trayanus (98-117), lebih lanjut ia membuat pentarikan, yaitu kira-kira tahun 100 M.57

Mengenai tempat penulisan Injil Yohanes, di dalam Injil ini tidak ada tanda-tanda apapun menunjuk
kepada tempat tertentu, tetapi sejak dahulu para ahli mengatakan Injil ini ditulis di Efesus, dimana Yohanes
bekerja pada tahun-tahun yang terakhir dari hidupnya dan di sana pulalah ia meninggal pada zaman
pemerintahan Trayanus. Dan di daerah Efesus inilah Yohanes mempergunakan tahun-tahun terakhir dari
hidupnya untuk menulis kenangannya dan ajarannya tentang diri dan pekerjaan Yesus. Ia sampai ke Efesus, kita
ketahui dari sejarah Gereja bahwa orang-orang Kristen menyingkir ke dusun Pella sebelah timur Sungai Yordan
(bnd. Mat. 24:15 dyb) waktu kota Yerusalem hendak di kepung oleh tentara Roma (tahun 68), kemudian
separuh lagi tersebar kemana-mana, mungkin Yohanes dengan beberapa teman pergi ke Efesus, lalu menetap di
situ.Hal ini menunjukkan tidak mungkin Injil Yohanes ditulis sebelum tahun 70. Kalau misalnya Yohanes
meninggal sekitar tahun 100, ada kemungkinan injil ini ditulis antara tahun 90 dan 100.Karena tradisi gereja
mengatakan bahwa Yohanes menyelesaikan injilnya baru sebelumnya dia meninggal.
Mengenai tempat penulisan Injil Yohanes, di dalam Injil ini tidak ada tanda-tanda apapun menunjuk
kepada tempat tertentu, tetapi sejak dahulu para ahli mengatakan Injil ini ditulis di Efesus, dimana Yohanes
bekerja pada tahun-tahun yang terakhir dari hidupnya dan di sana pulalah ia meninggal pada zaman
pemerintahan Trayanus. Dan di daerah Efesus inilah Yohanes mempergunakan tahun-tahun terakhir dari
hidupnya untuk menulis kenangannya dan ajarannya tentang diri dan pekerjaan Yesus. Ia sampai ke Efesus, kita
ketahui dari sejarah Gereja bahwa orang-orang Kristen menyingkir ke dusun Pella sebelah timur Sungai Yordan
(bnd. Mat. 24:15 dyb) waktu kota Yerusalem hendak di kepung oleh tentara Roma (tahun 68), kemudian
separuh lagi tersebar kemana-mana, mungkin Yohanes dengan beberapa teman pergi ke Efesus, lalu menetap di
situ

3. Latar Belakang Penulisan

56
F F Bruce, Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta, YKBK/OMF, 2001), 261
57
Duyverman, 77.
30
Injil Yohanes sebagian besar mempunyai latar belakang Yahudi dan bukan Yunani. Dimana pada saat
itu Yohanes sangat menentang agama tokoh-tokoh Yahudi, pada tahun 100 M yaitu pada periode ketika
kitabnya di tulis, rupanya terjadi perpecahan atau percampuran berbagai aliran agama dan kepercayaan
termasuk kekristenan.
Pada saat itu percampuran itu tidak bisa dihindarkan sebab waktu itu tidak banyak jemaat atau orang
Kristen berasal non Yahudi yang terbesar diwilayah Timur tengah kuno maupun disekeliling laut tengah.
Percampuran itu terjadi antara ke Yahudian, ke Yunanian dan Gnostik.

4. Maksud / Tujuan Penulisan Kitab


Seperti yang tertulis dalam Yohanes 20:30-31 dikatakan “memang masih banyak tanda-tanda lain yang
di buat Yesus di depan mata murid-muridNya yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum
disini tealah dicatat supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias Anak Allah dan supaya kamu oleh Imanmu
memperoleh hidup dalam namaNya.
Maksud dan tujuan dari Injil Yohanes adalah memperkokoh dan memperteguh iman gereja Kristen,
bahwa Yesus adalah Anak Allah. Karena pada saat itu gereja Kristen diserang oleh dua macam ajaran sesat
yaitu: gnostisisme dan doketisme. Terhadap kedua macam ajaran itulah Yohanes hendak bersaksi dan
mengatakan keadaan yang sebenarnya.
Injil Yohanes ditulis untuk membina, memperteguh dan menjernihkan iman kepercayaan sidang
pembaca, iman kepercayaan kepada Yesus Kristus. Sebab hanya melalui iman itu orang bersatu dengan Kristus,
menyerap kemuliaan-Nya (bnd. Yoh. 17:22), yaitu Roh Kudus (Yoh. 7:39) dan mendapat hidup kekal. Hidup
kekal itu tidak lain dari “mengenal” (artinya: percaya, menyerah kepada, melekat pada, bersatu dengan) Yesus
Kristus yang telah di utus oleh Bapa (bnd.Yoh. 3:36 ; 5:24 ; 6:40,47 ; 20:31). 58
5. Sumber Penulisan
Kita ketahui bahwa penulis salah seorang dari Murid Yesus. Dari hal ini jelas bahwa sumber /bahan yang
diambil oleh dia adalah dari situasi dan tradisi perjalanan Yesus sendiri.Sumber lain juga diperolehnya dari
Yohanes Pembabtis. Dimana, sebelum dia mengikut Yesus dia adalah murid Yohanes Pembabtis.
Menurut para ahli sebelumnya dikatakan bahwa kitab Yohanes adalah kitab yang termuda dalam
Perjanjian Baru. Melalui peryataan itu bahwa telah banyak kitab-kitab yang telah tersebar pada saat itu.
Terutama kitab injil Sinoptis.
Jadi Yohanes mungkin juga mengambil bahannya dari kitab injil Sinopsis yang sudah beredar saat itu
secara lisan maupun melalui tulisan yang ada.

6. Ciri-ciri khas Kitab


Beberapa ciri khas dari kitab Injil Yohanes antara lain, sebagai berikut :
 Bentuk tata bahasa Yohanes adalah dalam bahasa Yunani
 Injil Yohanes membawa kita lebih jauh lagi tentang Yesus Kristus
 Injil Yohanes membicarakan Yesus sebagai Firman
 Dalam injil ini pentingnya menceritakan pekerjaan Yesus di Yerusalem
 Seringkali dalam injil Yohanes nama Tuhan Yesus memakai ungkapan “Akulah”
 TuhanYesus datang bukan hanya untuk memberitakan injil bahkan ia sendiri adalah injil tersebut.
7. Alamat / Penerima surat

58
Groenen, Pengantar ke dalam PB, 173
31
Dalam tulisannya dua kali Yohanes menyinggung para pembaca secara langsung yaitu, melalui kalimat
“ supaya kamu percaya (19:25,20:31). Dalam hal ini muncul suatu pertanyaan siapakah “Kamu” yang
dimaksudkan dalam hal itu.
Injil ini juga dikarang untuk orang-orang bukan Yahudi. Hal ini diketahui dari kata-kata Aram yang
terdapat dalam kitab ini lengkap dengan terjemahannya. (Yoh.1:38, 41 dyb; 9:7; 19:17; 20:16). 59
Kita tidak tahu dengan pasti yang jelas bahwa bukanlah orang-orang Yahudi. karena ada kemungkinan
kitab ini dituliskan kepada orang Yahudi yang sudah lama tinggal diluar Palestina. Sehingga sudah lupa tentang
hari-hariraya dan adat istiadat mereka.

8. Garis besar Isi Kitab


Prolog : Anak Allah diperkenalkan (1:1-18)
I. Pelayanan Umum Anak Allah
1. Menghadapi pribadi-pribadi (1:19-4:54)
2. Menghadapi orang banyak (5:1-6:71)
3. Pertentangan dengan orang banyak (7:1-11:53)
4. Pelayanannya didepan umum mencapai klimaks (11:54-12)
II. Pelayanan Anak Allah kepada para MuridNya
1. Perjamuan Akhir (13:1-17:26)
2. Percakapamn terakhir (13:31-16:33)
3. Dia Anak Allah (17:1-26)
III. Pelayanan Penderitaan Anak Allah
1. Anak Allah ditangkap dan dihianati (18:1-19:16)
2. Anak Allah disalibkan dan dikuburkan (19:17-42)
3. Anak Allah bangkit (20:1-16)
IV. Pelayanan Khusus kepada Para Murid
1. Persiapan untuk pelayanan (20:11-21:23)
2. Tambahan kata Penutup (21:24-25)

59
Duyverman, Pembimbing ke dalam PB, 76

32
KISAH PARA RASUL

Judul “ Kisah para Rasul” seenarnya kurang tepat melihat isi kitab. Memang nama kedua belas rasul
disebut (Kis. 1:13), tetapi hanya tentang dua, paling-paling tiga rasul ada berita lebih lanjut. Tentang rasul
yakonus hanya dikatakan bahwa ia dibunuh oleh Raja Herodes Agrippa (Kis. 12:2). Tentang rasul Yohanes
(selalu berteman dengan Petrus) ada beberapa berita pendek (Kis. 3:1 dst, 4:13, dst, 8:14dst). Rasul Petrus
memengang peranan cukup penting dalam bangian pertama Kisah Para Rasul 1-12:15, malah boleh dikatakan
sebagai tokoh utama (Kis. 1:15 dst, 2:14 dst, 3:1-5:11; 8:, 14dst,; 9:32-11:18; 12:1 dst,; 15:7 dst). Tentang rasul-
rasul lain tidak ada berita terperinci. Hanya beberapa kali disebut sebagai kelompok (Kis. 2:37. 42-43; 4:33;
5:29; 8:1. 14; 11:1). Sebaliknya cukup banyak diceritakan tentang tokoh-tokoh lain yang menurut pemahaman
penulis (Kis. 1:21-22) bukan rasul sebenarnya. Ada Filipus (penginjil/diakon) ( Kis. 6:5; 8:5 dst; 8:26 dst,;
21:8), Barnabas (Kis. 4:36; 9:27; 11:22 dst; 12:25; 13:1 dst, ; 14:12 dst,; 15:2 dst). Barnabas itu ternyata
seorang tokoh penting. Ada juga (diakon) Stefanus (Kis. 6:5 dst,; 7:59; 8:2; 11:19). Dan terutama ada Saulus
atau Paulus yang setelah masuk Kristen (Kis. 9:1 dst) menjadi tokoh utama bagian kedua Kisah Para Rasul.
Tokoh-tokoh lain hilang dari panggung.60
Melihat kenyataan tersebut, maka judul “Kisah para Rasul” kurang mengena, namun hal itu
kemungkinan besar diberikan oleh jemaat mula-mula yang berada di Roma. Kisah para Rasul sebenarnya
merupakan kisah mengenai “umat rasuli”.

1.Penulis Kitab
Kitab ini merupakan sambungan Injil Lukas dan kedua kitab ini merupakan kesatuan dan ditulis untuk
orang yang sama (Teofilus), baik injil yang menceritakan kehidupan dan pengajaran Yesus, maupun Kisah Para
Rasul yang menceritakan bagaimana pekerjaan Yesus telah berkembang menjadi gerekan Kristen di seluruh
Dunia. Sehingga dapat dipastikan bahwa keduanya ditulis oleh orang yang sama, sebab keduanya ditujukan
kepada Teofilus, engan gaya penulisan serta pemakaian bahasa yang sama. Semua bukti menunjukkan pada
Lukas, dokter bukan yahudi yang menemani Paulus dalam beberapa perjalanan.61

2. Waktu / Tempat Penulisan


Waktu penulisan Kisah Para rasul merupakan persoalan yang perlu diperhatikan yang lebih
kontroversional. Kelompok Tubingen yang dipimpin F. C. Baur menduga Kisah Para Rasul ditulis setelah tahun
100 M.62 Namun di pihak lain ada yang mengatakan bahwa kitab ini diselesaikan agak jauh kemudian sesudah
Injil Lukas, sebab belum pernah kedua kitab ini didampinhkan dalam kanon. Selaku patokan, diambil saja; kira-
kira tahun 85. 63
Dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa penulisan Kisah Para Rasul ini berkisar tahun 80
an yaitu kira-kira tahun 85 Masehi. Alasannya adalah Kisah Para rasul dimulai dengan peryataan “di dalam
bukuku yang pertama Aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus (Kis 1:1)
bukunya yang pertama adalah injil Lukas, dan kita tahu ketika Lukas menulis injil tersebut, ia memasukkan
banyak cerita dan ucapan Yesus yang diambilnya dari Markus yang telah ditulis sebelumnya, karena Maarkus
menulis kitabnya kira-kira tahun 60 dan 70 maka tak mungkin waktu penulisan injil Lukas jauh sebelum tahun
60 dan 70 Masehi. Hal itu berarti Kisah Para Rasul, sebagai jilid II nya tidak mungkin ditulis sekitar tahun 62-
63 Masehi. Mengenai soal tempat penulisan kitab ini sama sekali tidak ada ketentuan.

60
Groenen, Pengantar ke dalam PB, 175
61
Jhon Drane, Memahamai PB, 275
62
Ibid., 276
63
Duyverman, Pembimbing ke dalam PB, 86
33
4. Latar Belakang Penulisan Kitab
Seperti yang telah diterangkan dalam bukunya yang pertama bahwa Lukas menuliskan kitabnya yang
kedua ini dilatar belakangi oleh untuk memberikan kesaksian akan pekerjaan para Rasul-rasul walaupun dalam
halnya Rasul yang di ceritakan tidak semua rasul.
Dalam hal ini rasul-rasul yang sering Lukas singgung ialah Rasul Petrus dan Paulus serta mengisahkan
beberapa pemimpin Kristen mula-mula seperti : Filifus, Yohanes saudara Yesus dan Stefanus.

5. Maksud/Tujuan Penulisan kitab


Mengenai ini Lukas berkeinginan bahwa Kisah Para Rasul merupakan keyakinan agama Kristen melalui
Paulus dan Orang-orang lain, Kekristenan benar-benar telah mengubah dunia, dan rahasia keberhasilannya
adalah cara kuasa bekerja dalam diri orang-orang Kristen pertamanya.
Lukas mendorong pembaca-pembacanya supaya meneladani orang-orang yang telah menjadi Kristen
sebelum mereka, dan untuk melakukan bagi generasi mereka seperti Paulus lakukan begi generasinya. Lukas
juga menekankan bahwa agama Kristen dapat mempunyai hubungan yang baik dengan kekaisaran Romawi.
Pada satu pihak ia berusaha menyakinkan orang-orang Roma bahwa orang-orang Kristemn dapat dipercayai,
dengan menekankan bahwa kepercayaan mereka merupakan penerus sejati dari agama Yahudi. tetapi pada
pihak lain Lukas mengajak para pembaca supaya mengambil sikap positif terhadap kekaisaran Romawi.

6. Sumber Penulisan Kitab


Tentang sumber penulisan maka dapat kita bagi kedalam dua bangian yaitu: sumber tertulis dan sumber
Lisan. Lukas mengambil sumber tertulisnya dari Markus dan Paulus (Kol. 4:10-14 dan Filemon 24) sumber
lisan dia peroleh dari Tradisi-tradisi saat itu.

7. Ciri-ciri Khas Kitab


Beberapa ciri khas Kisah Para rasul, antara lain :
a. Kisah Para Rasul menceritakan tentang perjalanan penginjilan para rasul sendiri
b. Kitab ini bercorak Historis (Sejarah)
c. Gagasan utama Kisah Para Rasul adalah menjadi saksi Kristus
d. Kisah Para Rasul suatu lanjutan dari Injil Lukas
e. Kisah Para Rasul diawalai dengan kenaikan.
f. Kisah para Rasul lebih memfokuskan tulisannya tentang Roh Kudus.

8. Penerima Kitab
Mengingat kalimat awal injilnya, kita harus menghargai sungguh-sungguh kenyataan bahwa Lukas
adalah sejarawan yang pertama dalam Agama Kristen. Kedua bukunya dialamatkan kepada teofilus supaya ia
dapat mengetahui fakta-fakta mengenai Kristen. Melalui Teofiluslah disempatkan pada seluruh orang-orang
Kristen.
9. Garis besar Isi Kitab
Pendahuluan : Rasul-rasul disiapkan dan diberi tugas (1:1-26)
1. Sebelum Kristus naik kesorga (1:1-8)
2. Sesudah Kristus naik Ke sorga (1:9-26)
I. Pekabaran Injil Di Yerusalem (2:1-8:3)
1. Pelayanan Petrus (2:1-5:42)
2. Pelayanan Stefanus (6:1-8:3)

34
II. Pekabaran Injil Di Yudea dan Samaria ( 8:4-11:18)
1. Pelayanan Filifus (8:4-40)
2. Pelayanan Paulus dimulai (9:1-31)
3. Pelayan Petrus berakhir (9:32-11:18)
III. Pekabaran Injil kepada Bangsa-bangsa kafir (11: 19-11:18)
1. Pelayanan Barnabas (11:19-12:25)
2. Pelayanan Rasul paulus (13:1-28:29)
a. Perjalanan Misi yang pertama (13:1-28-29)
b. Sidang Yerusalem (15:1-35)
c. Perjalanan Misi kedua (15:36-18:22_
d. Perjalanan Misi yang ketiga kali (18:23-21:14)
e. Paulus ditawari di Kaisar (23:11-26:22)
f. Paulus sebagiai Di Kaisarea
g. Paulus sebagai tawaran din Roma (27:11-28:29)
Penutup : Tugas diselesaikan sedunia akan diteruskan (28:30-31).

35
PAULUS DAN DUNIA MASA HIDUPNYA

Paulus berasal dari suku Benjamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat, Paulus
adalah seorang Farisi (Fil. 3:5). Dalam Laporan Lukas dalam surat Kisah Para Rasul dapat diketahui bahwa
Paulus adalah seorang Yahudi diaspora yang dilahirkan di Tarsus (lih. Kis. 21:59; 22:3). Tarsus pada zaman
Paulus adalah merupakan kota utama di Propinsi Kilikia daerah sebelah Timur Asia Kecil, dimana di tempat
tersebut kebudayaan Yunani dan Hellenisme mendominasi. Sehingga pendidikan serta pertumbuhan Paulus
banyak dipengaruhi oleh situasi kota Tarsus.
Berkat didikan orang tuanya sebagai seorang Farisi yang fanatik, yang ketat dengan ajaran agama
Yahudi. Paulus menjadi Ibrani asli yang mempunyai sifat puas akan dirinya sendiri sehingga hampir merupakan
kesombongan. Paulus berhasil mendalami agamanya dan sangat mencintai tradisi nenek moyangnya. Memang
Paulus dipengaruhi oleh dunia kelahirannya yaitu Tarsus. Namun tidak dapat dipastikan bahwa Paulus pernah
mengecap pendidikan dari sekolah non Yahudi yang ada di Tarsus. Kemungkinan besar orang tua Paulus akan
melarang dengan tegas untuk mengikuti pendidikan di sekolah bukan Yahudi agar tidak tercemar oleh
kepercayaan mereka. Karena itu orang tua Paulus menyekolahkan ia di sekolah Yahudi yang ada di Yerusalem
(Kis. 22:3; 26:4). Sehingga Paulus mendapat didikan agama Yahudi, yaitu untuk mendalami Taurat dan tradisi
nenek monyangnya dengan sempurna di pusat pendidikan sekolah kaum “Rabbinic” yang dididik oleh Gamaliel
di Yerusalem (Kis. 22:3). Hal ini dapat kita lihat dari kesaksian Paulus sendiri dalam Galatia 1:14, ia adalah
seorang Farisi yang kepintarannya melebihi teman sebayanya, tidak bercacat dalam melakukan Hukum Taurat
(Fil. 3:6). Sehingga secara teologis berarti Paulus di asuh di dalam “Credo” orang Yahudi yang saleh dari
zamannya yaitu percaya kepada satu Allah yang benar dan kudus, kepada Hukum Taurat sebagai pernyataan
yang tidak ada taranya tentang kehendak Allah bagi manusia dan kepada pengharapan akan Mesias. Berkat
pendidikan ini, Paulus berhasil menjadi seorang teolog Yahudi yang begitu mencintai Hukum Taurat dan tradisi
nenek moyangnya. Paulus menjadi seorang yang sangat fanatik terhadap agama Yahudi terutama kepada
Hukum Taurat yang dipandang sebagai kebenaran dan satu-satunya jalan keselamatan manusia. Kefanatikan
Paulus ini bahkan melebihi dari orang Yahudi ortodox Palestina yang menunjukkan kesetiaan dan kecintaanya
terhadap agama Yahudi dengan segala tradisi dan aturan-aturan lainnya.
Dengan pola pemikiran yang fanatik terhadap ajaran agamanya, adalah wajar bila Paulus dari sudut
agama Yahudi melakukan penganiayaan dan menghambat pemberitaan jemaat Kristen mula-mula. Ia begitu
benci kepada Kristus sehingga giat melakukan pengejaran terhadap orang Kristen.
Riwayat hidup Paulus
Tahun 5-10 M Lahir
Tahun 33 M Masuk Kristen
Tahun 36 M Pergi ke Yerusalem
Tahun 36-41 M Berkarya di Siria (Antiokhia), Kilikia, Galatia, Makedonia, Korintus.
Tahun 48 M Pergi ke Antiokhia, Siria
Tahun 49 M Ikut sidang jemaat di Yerusalem dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes.
Tahun 49-51 M Tinggal di kota Efesus
Tahun 51-53 M Tinggal di kota Korintus
Tahun 54-56 M Pernah tinggal di Yunani, di kota Korintus
Tahun 57-62 M Di Yerusalem, Kaisarea dan di Roma dalam tahanan

36
1. Perjalanan Pekabaran Injil Paulus Pertama
Mula-mula Paulus bersama dengan Barnabas pergi ke Siprus (Kis. 13:4-12), Lalu terus, khususnya ke
kota-kota di wilayah Galatia (Kis. 13:14, 51; 14:6-7). Penulis Kisah Para Rasul menceritakan panjang lebar
tentang hal-hal yang dilakukan oleh kedua pekabar Injil itu. Mula-mula keduanya berbicara di hadapan hadirin
di sinagoge Yahudi yang ada di kota-kota itu. Para hadirin rupanya terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
Yahudi asli dan kelompok bukan Yahudi yang sudah masuk agama Yahudi. Kelompok Yahudi asli nampak
kurang berminat pada pemberitaan rasul, tetapi kelompok bukan Yahudi menunjukkan minat yang besar.
Kelompok yang kedua itu kemudian menyebarluaskan berita yang mereka dengar dari kedua rasul itu. Dan
berita baru yang mereka dengar adalah bahwa orang-orang bukan Yahudi dapat menjadi anggota persekutuan
Kristiani langsung tanpa lewat agama Yahudi lebih dahulu. Berita ini menimbulkan keresahan dan kegemaran
di antara orang-orang Yahudi asli. Sehubungan dengan itu para pekabar Injil itu lalu menyatakan, bahwa
orang-orang Yahudi merupakan alamat pertama dari berita baru itu. Tetapi karena orang-orang Yahudi
menolaknya, maka berita baru itu langsung disampaikan kepada orang-orang yang bukan Yahudi. “Memang
kepada kamulah Firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap
dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain“
(Kis. 13:46). Pernyataan Paulus itu menjadi pokok kebijaksanaan yang dipakainya dalam pelaksanaan
pekabaran Injil selanjutnya “pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16; 2:9-10, dll).
Dalam Surat Roma 11:1-27 Paulus memberikan dasar-dasar teologis bagi pokok kebijaksanaannya itu. Akibat
dari pemberitaan para rasul itu ialah tumbuhnya sejumlah persekutuan Kristen asal Yunani di beberapa kota
yang mereka kunjungi, dan munculnya kebencian dari kelompok Yahudi asli terhadap mereka. Kedua akibat
itu berjalan dan bertumbuh bersama-sama sepanjang sejarah gereja mula-mula. Hal itu pula yang ikut berperan
di dalam penentuan nasib hidup para rasul waktu itu.
Setelah kedua rasul itu kembali ke Anthiokia, laporan mereka menimbulkan semangat besar untuk
melanjutkan pekabaran Injil itu (Kis. 14:25, 28; 15:36). Maka dibuatlah rencana perjalanan pekabaran Injil
kedua. Paulus ditunjuk lagi, kini dengan teman sekerja yang baru, yaitu Silas (atau Silvanus). Barnabas tidak
ikut karena ia memilih kembali ke Siprus (Kis. 15:39). Silas adalah seorang warga jemaat Kristen Yerusalem
(Kis. 15:22-23), dan sama seperti Paulus dia juga berwarga negara Romawi (Kis. 16:37).

2. Perjalanan Pekabaran Injil Paulus Yang Kedua


Perjalanan kedua ini dimulai dengan mengunjungi jemaat-jemaat di Asia Kecil yang telah berdiri hasil
perjalanan pekabaran Injil yang pertama (Kis. 15:40-16:5). Setelah itu rasul itu meneruskan perjalanan ke arah
Barat. Setelah tidak menemukan kesempatan dan peluang untuk melakukan pekabaran Injil, mereka terus ke
barat, sampai ke pesisir laut Aegea, di kota Troas (Kis. 16:6-8). Mereka juga tidak dapat memperoleh peluang
di situ, karena itu mereka lalu memutuskan untuk terus menyeberangi ke Eropa, setelah mereka menerima
sebuah penglihatan. “… segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari
penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil
kepada orang-orang di sana” (Kis. 16:10). Keputusan untuk menyeberang ke Eropa itu merupakan titik balik
yang baru, yang untuk selanjutnya sangat berpengaruh bagi seluruh pekerjaan pekabaran Injil Paulus. Hal itu
dapat kita ketahui melalui pembacaan yang teliti terhadap surat-surat yang kemudian ditulis oleh Paulus.
Penyeberangan itu membawa mereka ke propinsi Akhaya, di mana mereka berhasil mendirikan
beberapa jemaat Kristen kecil. Inilah untuk pertama kalinya ke- Kristen-an tumbuh di benua Eropa, tepatnya di
negeri Yunani. Tentu saja usaha para rasul itu mendapat tantangan dari pihak-pihak yang tidak senang, antara
lain :

37
❑ Di kota Filipi persekutuan Kristen itu ditentang oleh para penganut agama Yunani, yang juga membenci
agama dan orang-orang Yahudi (Kis. 16:19-24).
❑ Di Tesalonika Paulus di tentang oleh orang-orang Yahudi asli yang dibantu oleh penguasa, sehingga
Paulus harus meninggalkan tempat dengan segera. Paulus ternyata pergi sendiri, sedangkan Silas
ditinggalkannya di situ (Kis. 17:1-14).
Paulus tiba di kota Athena sendirian (Kis. 17:15) dengan perasaan yang gundah karena harus meninggalkan
orang-orang Kristen baru di Tesalonika sebelum waktunya. Kegundahannya itu tercermin dalam surat-surat
yang dikirimnya ke jemaat Tessalonika (1 Tes. 2:13-3:1-2; Tes. 3:13-15). Dengan kejadian itu ia meninggalkan
Athena dengan hati berat. Lalu ia sampai di kota Korintus. Di situlah keberhasilah Paulus sangat menonjol.
Kota Korintus adalah kota yang besar, ibukota propinsi Akhaya, terletak di tepi laut , menjadi pusat
perdagangan yang ramai dengan segala kemungkinannya. Di situ Paulus meneruskan pekerjaannya sehari-hari
sebagai penjual tenda. Di situ pula ia bertemu kembali dengan Silas (Kis. 18:5, 11, 18). Ia tinggal di situ paling
tidak selama dua tahun. Ia memisahkan diri dari persekutuan sinagoge karena mendapat tantangan dari orang-
orang Yahudi ortodoks. Lalu ia mendirikan pos pekabaran Injil di dekat sinagoge itu, dengan bantuan seorang
pegawai sinagoge. Pos pekabaran Injil itu tadinya adalah rumah seorang penganut agama Yahudi asal Yunani
(Kis. 18:5-8). Sebagaimana sering terjadi, pertentangan seperti itu selalu dipakai oleh orang-orang Yahudi untuk
melibatkan penguasa Romawi setempat. Tapi di Korintus itu penguasa Romawi tidak tertarik, karena
pertentangan itu dianggap pertentangan intern agama Yahudi. Sikap penguasa Romawi setempat itu makin
memberikan semangat kepada Paulus untuk meneruskan usaha pekabaran Injilnya (Kis. 18:12-17). Paulus
berhasil mendirikan persekutuan Kristen yang kuat, bersemangat, dan berjumlah agak besar, dengan
kebanyakan anggotanya berasal dari orang-orang bukan Yahudi. Lalu ia kembali ke Yerusalem, lewat
Anthiokia (Kis. 18:18, 22), dan sempat mampir ke Efesus (Kis. 18:19-21), yaitu pos pekabaran Injilnya yang
kedua.

3. Perjalanan Pekabaran Injil Paulus Yang Ketiga


Perjalan yang ketiga ini kurang diceritakan oleh para penulis Kisah Para Rasul maupun surat-surat
Paulus sendiri. Yang kita ketahui secara singkat ialah bahwa perjalanan yang ketiga ini dilakukan hanya di Asia
Kecil saja, dengan Efesus sebagai pos pusatnya. Efesus adalah juga kota yang cukup besar, subur dengan agama
kesuburannya, dengan dewi Artemis sebagai pujaannya (Kis. 19:27, 34-35). Orang-orang Efesus adalah orang-
orang yang juga suka kepada hal-hal yang baru, termasuk ilmu-ilmu hitam (Kis. 19:18-19).
Paulus tinggal di Efesus kurang lebih selama tiga tahun (Kis. 20:31). Kini, berdasarkan pengalaman
perjalanan yang terdahulu, Paulus nampaknya mempunyai strategi tertentu dalam melakukan pekabaran
Injilnya. mula-mula ia mencoba berhubungan dengan orang-orang Yahudi di sinagoge. Ketika usahanya itu
kurang berhasil, maka ia mengumpulkan orang-orang percaya kepada beritanya di tempat yang netral dan
aman. Mereka membuat pertemuan-pertemuan di situ, yang terbuka untuk siapa saja. Pertemuan-pertemuan itu
ternyata menarik perhatian penduduk dan pengunjung Efesus (Kis. 19:8-10). Bersamaan dengan itu Paulus
rupanya juga telah mengangkat pembantu-pembantu tetap; dan nama-nama mereka kerap kali disebutnya di
dalam surat-surat Paulus. Mereka, antara lain adalah Timotius (Rom. 16:21; I Kor. 4:17; 16:10; Fil. 2:19-23,
dll), Titus (II Kor. 7:6, 13; 8:6-17, 23, dll), Lukas, Tithikus (Ef. 6:21; Kol. 4:7, dll). Para pembantu itu nampak
siap untuk membantu Paulus di Efesus, atau dalam perkunjungan ke jemaat-jemaat yang sudah berdiri, atau
dalam membuka daerah pekabaran Injil yang baru. Dengan cara itu Injil makin tersebar di seluruh Asia Kecil.
Bahkan rupanya ada beberapa jemaat yang langsung berhasil berdiri tanpa usaha langsung dari Paulus, seperti
jemaat Kolose, Laodikia dan Hierapolis (Kol. 1:1-7; 2:1; 4:13-16). Bandingkan juga dengan Kis. 9:10.
Sementara itu kesulitan-kesulitan pun makin bertambah. Ada perlawanan kemarahan dari pihak Yahudi
(Kis. 20:19) dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi (Kis. 19:23-27). Meskipun demikian kita juga
38
mengetahui adanya ‘beberapa pembesar yang berasal dari Asia yang bersahabat dengan Paulus’ (Kis. 19:31).
Perlawanan itu tercatat juga di dalam surat I Korintus 15:32; 2 Kor. 1:8 dll. Dari surat Korintus itu kita
mengetahui adanya satu hal yang tidak dituturkan oleh penulis Kisah Para Rasul, yaitu bahwa pada waktu itu
Paulus sedang menghadapi kesulitan karena adanya kekacauan di jemaat Korintus. Untuk itu Paulus mengirim
beberapa orang pembantunya ke Korintus untuk menyelesaikan kekacauan itu (II Kor. 12:17-18), tetapi ia
sendiri merasa perlu untuk juga datang sendiri ke Korintus (II Kor. 2:1-4). Sekarang kita memiliki dua surat
Paulus ke jemaat Korintus. Tetapi kalau kita simak baik-baik, maka akan jelas bahwa masih ada surat-surat lain
yang dikirim Paulus ke Korintus dalam rangka penyelesaian kekacauan itu. Sayang, bahwa surat-surat yang lain
itu tidak kita miliki. Surat-surat itu semua mengungkapkan secara jelas persoalan-persoalan yang muncul
apabila orang-orang dari berbagai latar belakang dipersekutukan dalam satu persekutuan dalam satu
persekutuan berdasarkan satu iman. Persoalan itu bertambah hebat karena persekutuan yang heterogen itu juga
harus berhadapan dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan yang ada di kota Korintus. Semua persoalan
itu mengancam persekutuan sehingga hampir terjadi perpecahan di dalam persekutuan Kristen Korintus.
Kemungkinan besar bersamaan waktu dengan muncul juga persoalan di tengah jemaat Galatia. Untuk itu
Paulus menulis surat yang keras kepada orang-orang Kristen Galatia.
Kesulitan di Korintus itu pada akhirnya berhasil diatasi. Paulus sendiri kemudian dapat juga
mengunjungi jemaat Korintus setelah menyelesaikan pekerjaan di Efesus. Pada waktu yang baik inilah Paulus
dapat menulis suratnya yang paling berbobot dan terpanjang, yang masih kita miliki sekarang, yaitu surat ke
Jemaat Roma. Dalam surat ini ia mengadakan retropeksi terhadap pekerjaan pekabaran Injilnya di waktu masa
lampau, dan kemudian meilihat kedepan dengan menggariskan rencana pekabaran Injil yang akan datang. Pada
waktu itu ia telah menjelajahi seluruh bagian Timur kekaisaran Romawi, ‘dari Yerusalem sampai ke Illirikum’.
Dan dalam rencana ke depan itu ia berkata, bahwa ‘aku tidak lagi mempunyai tempat kerja di daerah ini’; ia
ingin mengabarkan Injil di tempat-tempat di mana nama Kristus belum dikenal orang. Dan tujuan perjalanan
yang direncanakannya adalah Spanyol. Ia merencanakan untuk singgah di Roma dalam perjalanan ke Spanyol
itu, dengan harapan untuk memperoleh dukungan selanjutnya (Rom. 15:14-29). Paulus mengetahuai bahwa
jemaat Roma bukanlah jemaat hasil pekabaran Injil yang dilakukannya, Ia cukup asing di situ. Itulah sebabnya
maka ia membeberkan lebih dahulu dasar-dasar pekerjaannya secara teologis, untuk menjalin saling pengertian
yang baik, dan menghilangkan segala kemungkinan praduga yang tidak menguntungkan. Penjelasan itu akan
memudahkan semua pihak untuk mengerti rencana Paulus, dan karena itu di harapkan Roma akan memberi
dukungan.

39
PENGENALAN SURAT ROMA

1. Kedaaan Penerima Surat Roma


Pada masa Paulus kota Roma sangat penting. Paulus sendiri menyatakan betapa kuat keinginannya
untuk memberitakan Injil di sana. Sebagai ahli siasat memberitakan injil, ia menyadari pentingnya peranan
jemaat Kristen di pusat kerajaan Romawi itu dan, boleh jadi hal ini mempengaruhi bentuk surat Roma.
Asal-mulanya jemaat Kristen di Roma memang begitu penting sampai kini masih diselubungi oleh
awan sejarah. Namun banyak ahli mencoba menyingkapkan tabir sejarah yang terselubung tersebut dengan
gagasan-gagasan yang dapat didukung oleh fakta-fakta yang logika.
Duyverman (2000:95) mengatakan bahwa: “Sudah pasti bahwa bukan Paulus yang membangunnya;
sepanjang yang kita ketahui, bukan juga Petrus. Dugaan sekarang ialah bahwa dari antara orang Yahudi
diaspora, yang berziarah ke Yerusalem, atau dari orang-orang yang sudah menetap pula di sana (Kis.
2:10; 6:9)”.
Bila Paulus menjelaskan bahwa ia hendak berkenalan dengan mereka (Rom. 1:10-18) hal itu berarti
bukan Paulus yang mendirikan jemaat itu dan jemaat tersebut sudah ada sebelum paulus sampai ke Roma
kemudian hari. Diduga, Petrus (bnd. I Kor. 9:5) sebagai pekabar Injil yang melaksanakan perjalanan jauh,
namun hal inipun tidak dapat di pastikan. Namun di sisi lain ada kemungkinan dari antara orang Yahudi
diaspora yang berziarah ke Yerusalem (paskah) atau dari yang sudah menetap di sana (Kis. 2:10;6-9) yang
menerima Injil di Yerusalem dan membawa serta menyebarkannya di Roma. Atau jemaat di Roma ini mungkin
didirikan oleh orang dari Makedonia dan Asia yang bertobat di bawah pelayanan Paulus, mungkin juga oleh
orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis 2:10). Paulus tidak memandang Roma sebagai
wilayah khusus dari rasul lain (Rom 15:20).
Kita memiliki sedikit sekali keterangan tentang awal mula gereja Roma. Sejauh ini kita hanya
menyinggung hal-hal yang lebih umum, tetapi ada bukti lain yang lebih penting yang harus dipertimbangkan.
Menurut Marxen (1996:114) mengatakan bahwa : “Pada tahun 49 atau 50, Kaisar Claudius mengeluarkan
maklumat yang mengusir semua orang Yahudi dari Roma”. Pendapat di atas menunjukkan adanya pengusiran
terhadap Yahudi karena adanya keributan dalam masyarakat Yahudi tentang seorang yang bernama Christos,
mungkin maksudnya Kristus. Karena keributan itu dianggap intern Yahudi maka orang Kristen non-Yahudi
tetap boleh tinggal di sana (11:5-6, 13:6-17,18;9:3-4; 11:13,280 dan Yahudi (4:2; 7:4: 14:1-15) orang lemah =
Yahudi (15:8) harus keluar dari Roma (Kis. 18:2).
Setelah kaisar berganti (Nero) tahun 54 M, larangan tinggal tidak lagi dilaksanakan dan orang-orang
Yahudi (baik Kristen maupun yang beragama Yahudi) kembali secara berangsur-angsur. Pada waktu Paulus
menulis suratnya, jemaat di Roma merupakan campuran asal Yahudi dan asal kafir, karena itu Paulus berbicara
dalam lingkungan Yahudi maupun Yunani (1:14; 2:17: 3:9). Khususnya pasal 9:11, menerangkan tentang
bangsa Yahudi dan Yunani. Keadaan kedua kelompok ini, merupakan alasan bagi Paulus untuk menerangkan
dalam surat Roma mengenai pengakuan Kristennya, hal itu dapat kita lihat dari penggunaan kata “Semua”
dengan tekanan khusus yang meliputi semua orang percaya, baik Yahudi maupun Yunani (1:6; 2:9; 3:29:
10:12).
Jemaat Roma berasal dari dua bangsa yang berbeda dalam tradisi dan latar belakang agama, bahasa,
kebudayaan, yang dipersatukan dalam satu jemaat, satu Allah. Jemaat tersebut merupakan jemaat rumah
(/oikos) Kis. 1:13-14: 16:5 bnd Kor. 16:19; Kol. 4:15, Flp. 2, suatu persekutuan yang di alami secara
batiniah satu sama lain merupakan satu keluarga (I Tim. 3:4).

40
Akibat dari keadaan jemaat yang berbeda tersebut, sering ada pertengkaran-pertengkaran antara Kristen
Yahudi dan non-Yahudi baik yang bersifat teologis atau hal-hal praktis, rupanya Paulus mengetahui adanya
kesulitan antara kedua kelompok tersebut dan Paulus mencoba membantu menyatukan perbedaan-perbedaan
pemahaman antara orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi, dengan mengirimkan surat kepada jemaat Roma,
sekaligus sebagai media untuk berkenalan dengan jemaat tersebut.

2. Nama Pengarang
Belum ada suatu sangkalan yang mengatakan bahwa surat ini bukanlah surat Paulus (baik dari segi
ajaran maupun pengetahuannya). Duyverman (2000:99) mengatakan bahwa: “Bahkan pengecam yang
keraspun masih mengakui bahwa surat ini adalah Karangan Paulus”.
Hal tersebut juga didukung oleh Hagelberg (2000:4) mengatakan bahwa :
“Rasul paulus sebagai penulis surat ini (Lih. Rom. 1:1) dan banyak hal yang dikatakan oleh penulis
surat ini cocok dengan apa yang dikatakan mengenai Rasul Paulus di dalam Kisah Para Rasul dan surat-
surat lain (bnd. Rom. 15:25-27; Kis. 19:21; 20:1-5; 21:15-19; I Kor. 16:1-5; II Kor. 8:1-12 ; 9:1-5”.

Sehingga berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Paulus adalah sebagai pengarang Surat
Roma.

3. Waktu dan Tempat Penulisan


Acuan-acuan dalam Surat Roma mengenai lokasi di mana Paulus menulis Roma, menunjukkan masa ia
tinggal di Yunani pada akhir safari ketiga penginjilannya (Kis. 20:2). Ia ingin memusatkan perhatiannya ke
dunia barat, karena itu ia ingin segera mengunjungi Roma bahkan Spanyol ( Rom. 15:24,28). Safari
penginjilannya di Timur sudah berakhir sudah berakhir dan ini sesuai Kisah Para Rasul 20. Lagi pula, Paulus
di Akhaya dalam perjalanan menuju Yerusalem, dan menurut Rom. 15:25 ia berharap ke Yerusalem dengan
uang persembahan dari jemaat-jemaat untuk membantu orang-orang Kristen yang miskin di sana.
Menurut Rom. 2:25 tersebut, surat ini ditulis pada waktu mempersiapkan diri untuk perjalanan ke
Yerusalem untuk menyerahkan sumbangan jemaat Makedonia Akhaya. II Kor. 9:1-5;13:1 mengatakan bahwa
persembahan dikumpulkan dan diserahkan pada perjalanan PI yang ke-III. Roma 16:1 mengatakan diantar oleh
Febe seorang pelayan sidang jemaat Kengkrea yaitu tepat disebelah timur Korintus.
Van den End (1995:3) mengatakan bahwa: “Surat ini ditulis di Korintus (15:32), agaknya pada akhir
perjalanan Paulus yang ketiga (15:25), menjelang awal musim pelayaran di wilayah Laut Tengah”.
Baxter (1999:30) mengatakan bahwa:
“Agaknya Paulus menulis surat ini di Korintus ketika ia tinggal di sana tiga bulan lamanya, sesudah
mengalami kegaduhan dan diusir dari kota Efesus (Kis. 20:3). Dan agaknya ia mengirimkannya
perantaraan Febe yang bepergian ke Roma; Febe ini “saudari kita yang melayani jemaat di Kengkrea”
pelabuhan kota Korintus (16:1,2)”.

Dari hasil analisa terhadap pendapat ahli dan keterangan surat Roma itu sendiri maka dapat di ambil
kesimpulan bahwa surat Roma ditulis di Korintus yang tarikh penulisannya dapat di tentukan dengan ketetapan
relatif, kendati masalah kronologi umumnya, dan kronologi Paulus khususnya, tidak memungkinkan penentuan
mutlak. Nampaknya surat ini ditulis antara tahun 57 dan 59 Masehi, cocok dengan semua data yang tersedia.

4. Tujuan Penulisan
Keadaan tertentu mendorong Paulus menulis surat Roma. Paulus berniat memberitakan Injil di Spanyol
menyebabkan dia meminta bantuan jemaat Roma mendukungnya melaksanakan niat itu (bnd. Rom 15:24). Saat
memikirkan kunjungannya ke jemaat Roma, ia terpikir mungkin karunia rohaninya dapat ia layankan kepada
mereka, ia maupun mereka akan terhibur dan ditopang (1:11-12).

41
Mungkin Paulus telah mendengar beberapa kesulitan praktis yang dialami orang Kristen Roma, jadi
dalam suratnya pada bagian etika (terutama ps.14) Paulus berusaha memperbaiki penekanan yang salah itu.
Dalam Rom 16:17-19 disinggung tentang guru palsu yang harus dihindari, tapi ini tak dapat dianggap sebagai
tujuan utama surat Roma, kendati hal itu muncul kemudian sebagai renungan. Dan adalah jelas, bahwa tujuan
menentang ajaran palsu tidak mendominasi surat Roma.
Van den End (1995:3-4) mengatakan bahwa :
“Data mengenai makna penulisan surat Roma yang terdapat dalam surat itu sendiri dapat diringkaskan
sebagai berikut :
1. Berkenalan dengan jemaat Roma, yang tidak didirikan Paulus (1:1dyb)
2. Meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol yang sedang
direncanakan Paulus (15:24)
3. Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang-orang Yahudi di
Yerusalem (15:30-31)
4. Meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian Paulus mengenai sikap jemaat
Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa
Paulus ke Yerusalem (15:30-31)
5. Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat Roma (14:1-15:13)”.

Namun di sisi lain menunjukkan bahwa Paulus menuliskan surat tersebut karena jemaat Roma rupanya
mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15),
Paulus merasa perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun dan ia berusaha
untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja karena sikap yang salah dari orang Yahudi
terhadap mereka yang bukan Yahudi (Rom 2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang
Yahudi (mis. Rom 11:11-36).

5. Tempat Surat Roma Dalam Kanon


Surat Roma merupakan “Magnum Opus” (karya terbesar) Paulus. Baxter (1999:19) mengatakan bahwa
: “Surat ini menunjukkan pengarangnya ahli pikir dan ahli teologia besar. Dalam surat ini ia menguraikan
pokok-pokok ajaran yang paling lengkap dan sempurna”. Luther menamakannya “Karya yang terbesar dalam
perjanjian Baru”.
Dalam pengkanonan Alkitab Septuaginta surat ini merupakan berada pada urutan Keenam (6) dari 27
kitab dalam Perjanjian Baru, dengan kata lain merupakan urutan pertama dalam surat-surat Paulus.

6. Isi Surat Roma


6.1 Ciri Khas Isi Surat Roma
Jika kita membaca surat Roma, maka kita akan menemukan bagaimana ciri-ciri khas isi surat tersebut.
Ada tujuh ciri utama menandai surat ini, yaitu :
1. Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.
2. Paulus menulis dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi ( Rom 3:1,4-6,9,31).
3. Paulus memakai Perjanjian Lama secara luas sebagai kekuasaan Alkitabiah dalam menyampaikan sifat
sesungguhnya dari Injil.
4. Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah
membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.
5. Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam
Kristus untuk masing-masing aspek:
a. Dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1-5:11)
b. Prinsip "dosa" (Yun. he hamartia), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat dosa yang
tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12-8:39).

42
6. Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam
kehidupan orang percaya.
7. Surat Roma berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang Yahudi
(terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang bermula dari Israel dan
akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1-11:36).
6. Struktur Isi
Ditinjau dari sudut sistematika, maka surat ini dibagi dalam dua bagian besar yaitu Roma 1-11
merupakan ajaran (Dogmatika) dan pasal 12-16 merupakan jawaban atas ajaran (etika). Tetapi bila ditinjau dari
isinya, maka susunannya adalah sebagai berikut :
Pendahuluan 1:1-17
✓ Salam Pembuka 1:1-7
✓ Tema Surat 1:16-17
Tema utama surat Roma yaitu Kebenaran Allah
✓ Doktrin (1:18-8:39)
Murka Allah dinyatakan melawan dosa…..1:18-3:20). Inti dari 1:18-3:20 adalah bahwa Yahudi
dan semua bangsa non-yahudi adalah sama-sama tidak benar dihadapan Allah yang benar
sekalipun Yahudi beroleh beberapa hak istimewa.
Tema Pokok Roma 1:18-3:20 adalah bahwa semua manusia membutuhkan pembenaran Illahi.
Kebenaran Allah yang dinyatakan 3:21- 8:39
 Kebenaran Allah dinyatakan melalui Kristus 3:21-31
 Teladan Abraham yang menunjukkan bahwa Pembenaran adalah iman, bukan amal (4:1-25)
 Hasil dari Pembenaran 5:1-21
 Beberapa aspek pembenaran praktis 6:1-7:25
 Akibat pembenaran : Hidup oleh Roh (8:1-39)
Tema Pokok Roma 3:21-8:39 adalah keselamatan adalah perwujudan pembenaran Illahi.
✓ Masalah Israel 9:1-11:36
Hubungan antara Pembenaran dengan bangsa Yahudi (9:1-11:36)
Tema pokok Roma 9:1-11:26 adalah bahwa pembenaran karena iman tidak meniadakan janji
Allah kepada Israel
Peringatan-peringatan Praktis (12:1-15:13)
Himbauan untuk menguduskan diri 12:1-2
a. Pemanfaatan karunia 12:3-8
b. Hubungan Pribadi 12:9-21
c. Hubungan Politik 13:1-7
d. Hubungan Masyarakat 13:8-14
e. Hubungan Persaudaraan 14:1-15:13
Tema pokok Roma 12:1-15:13 adalah pelayanan dalam kehidupan adalah buah dari
pembenaran.
✓ Penutup
Kesimpulan (15:14-33)
 Alasan menulis surat 15:14-21
 Rencana masa depan (15:22-29
 Permohonan akan dukungan doa untuk kunjungan ke yerusalem 15:30-33
Kata-kata Tambahan

43
 Beberapa orang Kristen dikirimi salam pribadi (16:1-16)
 Peringatan tentang guru-guru palsu 16:17-19
 Salam pribadi, berkaitan dan pujian 16:20-27.
7. Tema Utama Surat Roma
Dalam surat Roma ada berbagai hal yang dibicarakan Paulus baik bersifat teologia maupun hal-hal yang
menyangkut kehidupan praktis. Namun dalam hal ini ada beberapa pokok yang merupakan tema utama Surat
Roma. Tema tersebut antara lain :
1. Kebenaran Allah
Pada pengantar surat Roma Paulus mengemukakan mengenai kebenaran Allah, dan menyatakan itu pada
orang percaya (1-17). Paulus menggunakan istilah “” (dikaiosune) artinya kebenaran. Dari
istilah “” (dikaiosune) dalam surat Roma menunjukkan empat segi yang berbeda yaitu :
a. Kesetiaan “” (pistos). Sebab janji-janji Allah harus digenapi sesuai sifat illahi (3:3,4).
b. Murka, segi khas kebenaran yang sangat bertentangan dengan kebenaran (bnd. 1:17; 2:5). Kebenaran
dan murka sesungguhnya tak terpisahkan. Hanya penafsiran yang keliru yang menyatakan kebenaran
Allah tanpa menerima berperannya murka Allah. Sehingga dapat kita nyatakan bahwa Allah murka
karena kebenarannya.
c. Manifestasi kebenaran dalam kematian Kristus, merupakan pernyataan klasik tentang ini terdapat dalam
3:25. Mengenai hal ini dicatat bahwa karunia Allah - Kristus – sebagai korban pendamaian
menyatakan kebenaran Allah; bukan sewenang-wenang tapi mutlak benar dan adil. Hanya dengan
demikian salib dapat menyatakan kebenaran. Sehingga di dalam salib Kristus dinyatakan kebenaran
Allah yang adil dan benar.
d. Kebenaran yang dihubungkan dengan iman “” (dikaiosune) dihubungkan dengan “”
(pistos). Inilah merupakan ciri khas sifat teologi Paulus, yang mengatakan bahwa kebenaran Allah yang
telah dinyatakan dapat diperoleh dengan iman. Kebenaran Allah dinalar aktif dan juga pasif, dan dalam
peran aktif-Nya. Paulus menyatakan bahwa pembenaran itu bukanlah manusia dibuat benar, melainkan
bahwa manusia dihitung benar. Segenap surat Paulus menjelaskan tema ini, yang menjadi azas teologi
Paulus dan teologi Reformasi (Martin Luther).
2. Kebaikan Allah
Dalam surat Roma Paulus banyak berbicara tentang sifat Allah adalah Kasih. Fakta nyata bahwa
kebenaran Allah dinalar aktif dalam penyelamatan manusia, menunjuk pada motif kasih yang di oasu
dengan kekudusan. Paulus khusus mengarahkan perhatian kepada kemurahan, kesabaran dan
kelapangan hati Allah (2:4). Manifestasi tertinggi mengenai kasih Allah yang besar dan kemurahannya
terhadap manusia yang tercela dan telah bernoda, dinyatakan dalam Kematian Kristus bagi manusia
kendatipun kita berdosa (2:8).
Berkaitan dengan penolakan atas Israel, Paulus menonjolkan kemurahan Allah dan tegas menolak
kemungkinan Allah bisa tidak adil (9:15). Untuk mendukung keyakinannya ia mengutip pernyataan
nabi Yesaya, bahwa sepanjang hari Allah mengulurkan tangan-Nya kepada umat Israel yang tidak taat
(10:21) dan Paulus berbicara tentang murka Allah, namun ia segera mengingatkan pembacanya tentang
kebaikan Allah kepada mereka yang terus tinggal di dalam Dia (11:22), dan Allah murah hati (11:32).
Pada bagian praktis sering Paulus berpikir mengenai rahmat Allah. Kehendak-Nya baik, dapat diterima,
dan sempurna (12:2). Allah menerima Allah orang lemah dan orang kuat. Allah disebut ketabahan dan
penghiburan (    ,/tes hypomones kai tes parakleseos 15:5).
3. Kedaulatan Allah

44
Paulus mengemukakan mengenai kedaulatan Allah menentukan pilihan-Nya. Paulus melukiskan
pandangannya dengan merujuk pada zaman Bapak-bapak leluhur dan zaman Musa. Untuk menyakinkan
pembaca yang mempersoalkan kedaulatan Allah menentukan pilihan-Nya sepanjang sejarah Israel, ia
menggunakan ilustrasi tentang tukang periuk dan tanah liat (9:19, dyb), untuk memperlihatkan bahwa
kuasa kedaulatan Allah senantiasa pada dengan kemurahan. Tujuan kedaulatan-Nya terlihat dalam
terhisabnya non-Yahudi dalam penyelamatan, juga dalam janji pemulihan Israel. Paulus menekankan
kedaulatan Allah dalam surat Roma, dan kenyakinan bahwa tindak kebijakan Allah pasti adil, menuntun
Paulus menyanyikan puji-pujian (11:33-36).
4. Kasih karunia (anugerah) Allah
Kualitas kasih karunia baru dapat dimegerti sepenuhnya, jika bobot kengerian dosa manusia diketahui,
dan itu digambarkan jelas dalam surat Roma. Tiga pasal pertama memperlihatkan ketidakmampuan
manusia untuk mencapai kebenaran Allah. paulus bukan hanya menginventarisasikan dosa-dosa non-
Yahudi (ps.1), tapi ia menunjukkan juga kesalahan Isarel kendati mereka mempunyai hak-hak istimewa.
Dalam uraiannya Paulus menekankan keberdosaan harkat manusia dengan memakai istilah sarx
“daging” maksudnya adalah dosa moral bukan fisik. Dan mengaitkan sarx dengan Kristus, Paulus
sangat hati-hati guna membedakan daging-Nya, yang hanya serupa dengan daging berdosa, yakni
daging manusia. Kristus harus menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia. Keharusan itu asasi
dalam ajaran Paulus tentang dua Adam (5:12, dyb). Dalam menceritakan pengalamannya sendiri
bergumul dengan doa (ps.7), Paulus menunjukkan kepekaan terhadap kuasa dosa. Boleh dikatakan dosa
merupakan musuh pribadi yang berusaha sekuat tenaga untuk merusakkan jiwa. Dosa memanfaatkan
daging. Dosa memperhamba semua anggota tubuh untuk berjuang melawan hukum, dan Paulus
menyebutkanya hukum dosa (7:23). Dosa memerosotkan manusia sampai pada keadaan yang sangat
menyedihkan, dari mana hanya Allah melalui Kristus dapat melepaskannya.
Kasih karunia Allah nyata dalam diri Kristus yang mau mati demi manusia, dan hal itu merupakan
pendamaian yaitu mendamaikan manusia dengan Allah. (3:25). Sehingga dengan kasih karunia Allah
manusia diampuni dari hukuman.
5. Hukum Allah
Penilaian Paulus yang begitu tinggi akan hukum Yahudi dijelaskan dalam pernyataannya, bahwa hukum
taurat adalah kudus, benar dan baik (7:12). Paulus juga mengakui manfaat fungsi hukum dalam
menyatakan watak dosa (7:7). Namun, ia mengakui berdasarkan pengalaman pahit, bahwa Taurat sama
sekali tidak berguna sebagai alat penyelamatan, bukan karena kelemahan Taurat itu sendiri (manusia-
suka akan hukum, 7:22), melainkan karena kelemahan manusia itu sendiri. Hukum Allah bukan hanya
mencakup redaksional hukum Musa, melainkan juga ‘hukun Roh’ (8:2). Ajarannya tentang Roh Kudus,
terutama pekerjaan Roh Kudus dalam pengudusan (ps.8), tidak boleh terlepas dari hubungannya yang
erat dengan hukum Allah. di bawah perjanjian baru hukum taurat diukir di lubuk hati, yang bisa terjadi
hanya melalui kehadiran Roh, yang memperkenalkan cara baru untuk menalar tuntutan Allah. dengan
demikian kehidupan Kristen bukanlah ihkwal tunduk kepada hukum yang sah melainkan kehidupan
yang dituntun dan dihidupi oleh Roh berdasarkan hukum baru, mencakup kualitas-kualitas kebenaran,
kegembiraan, dan kasih (bnd. 5:3; 12:11; 14:17; 15:13,30).
8. Nats Penting dalam Surat Roma
Roma 3:10 Tidak seorangpun manusia yang benar
Roma 6:23 Upah dosa adalah maut
Roma 8:14 Yang dipimpin Roh Allah adalah Anak Allah
Roma 8:15 Roh yang mengajar kita tentang Allah

45
Roma 6:28 Segala sesuatu mendatangkan kebaikan
Roma 12:1-2 Ibadah yang benar

PENGENALAN SURAT I KORINTUS

1. Keadaan Jemaat Korintus


Bersama dengan Priskila dan Akwila (1 Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus
mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan
misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan
adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai
macam masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran
rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi. Jhon Drane (2001:350) mengatakan bahwa :
Satu hal yang menjadi ciri khas kota Korintus adalah kebinekaan masyarakatnya. Kedudukannya
sebagai pelabuhan laut yang penting pada salah satu rute yang paling ramai di laut Tengah telah
memastikan hal tersebut. Di jalan-jalan kota Korintus, prajurit – prajurit Roma, orang-orang mistik dari
Timur, dan orang-orang yahudi dari Palestina selalu bertemu dengan filsuf Yunani. Ketika Paulus
memberitakan kabar baik tentang Yesus di kota ini, anggota-anggota dari semua lapisan masyarakat
kosmopolitan ini memberikan tanggapan-tanggapan dan membentuk jemaat Kristen di Korintus.

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani yang
terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota
yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota
ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu. Sebagai kota plebuhan yang makmur dan sebagai
persinggahan para pelaut. Kota itu terkenal dengan kota pelacuran yang paling wahid. Sudah sejaka lama, ada
kuil di puncak bukit Akrokorintus sebagai tempat pemujaan dewi Aprhodite dengan persundalan sucinya.
Disana terdapat 200 wanita menyediakan diri sebagai pelacur suci para imam-imam dan orang-orang yang
meminta kesuburan dari dewi Aprhodite. Hidup ala Korintus artinya hidup dalam pelacuran hebat.
Groonen (1993:227-228) mengatakan bahwa :
Mengingat letaknya masyarakat kota Korintus serba majemuk, juga di bidang agama. Segala macam
agama, aliran dan kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di kota itu. Agama-agama yang
berasal dari Roma dan Yunani, tetapi juga, malah terutama agama-agama yang berasal dari kawasan
Timur, khususnya dari Mesir. . dewi yang paling laku dan paling di puja di kota Korintus ialah Aprodite
(latin : Venus), ialah dewi cinta birahi. Kuilnya banyak dikunjungi orang. Di kota Korintus dahulu dewi
itu dipuja melalui sundal suci, sehingga kuilnya tersedia ribuan pelacur (suci)

Orang Korintus memiliki ritual keagamaan yang melakukan hubungan seksual sebagai ungkapan
pemujaan terhadap dewi Aprodite. Dan hal ini juga mempengaruhi sebagian jemaat Kristen yang ada di
Korintus.
Di tengah-tengah jemaat Korintus, terjadi perpecahan antar jemaat, yang menimbulkan menjadi
beberapa golongan. Keempat golongan tersebut mencerminkan latar belakang yang berbeda-beda dari orang-
orang di Korintus.
Jhon Drane (2001:352) mengatakan bahwa :
 Kaum Libertin, yang menyatakan mereka mengikuti Paulus, mengajak seluruh jemaat supaya jangan
cemas terhadap terjadinya percabulan secara terang-terangan ( I Kor. 5:1-13).
 Kaum Legalis, yang menyatakan diri sebagai pengikut Kefas, membangkitkan persoalan lama
tentang jenis makanan yang boleh dimakan orang Kristen. Tetapi kali ini pertengkarannya adalah
tentang makanan yang telah dipersembahkan di kuil-kuil kafir sebelum dijual kepada umum (I Kor.
8-9).
 Kaum Filsuf, para pengikut Apolos, mengatakan mereka memiliki semacam hikmat yang lebih
unggul dari apapun yang pernah disampaikan Paulus ( I Kor. 1:18-25).
 Kaum Mistik, yang mengatakan diri sebagai pengikut Kristus, mengemukakan bahwa sakramen-
sakramen jemaat berfungsi secara supra alami. (I Kor. 10:1-13).

46
Jemaat Korintus mengalami perpecahan, yang berdampak pada perbedaan-perbedaan pada penafsiran iman
Kristen. Yang satu merasa diri lebih memiliki pengajaran yang baik. Dengan demikian timbullah sikap
membanggakan golongan sendiri dan menganggap golongan lain tidak begitu tepat.

2. Penulis atau Pengarang


Duyverman (2000:107) mengatakan bahwa: “soal ini sekarang bukan lagi soal gaya bahasa, istilah, jiwa
surat, kesemuanya itu adalah corak Paulus asli. Dan Grooenen (1993:231) mengatakan bahwa: Surat I Korintus
pasti karangan Paulus (I Kor. 1:1). Pendapat tersebut menunjukkan bahwa tidak diragukan lagi bahwa Paulus
merupakan penulis surat I Korintus.
Dari ke dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa surat I Korintus merupakan hasil karya
Paulus sendiri.

3. Waktu dan Tempat Penulisan


Pfitzner (2004:10) mengatakan bahwa :
Pada perjalanan misinya yang ketiga. Paulus singgah di Efesus selama tiga tahun (Kis. 19:1-10. 22).
Barangkali menjelang akhir persinggahannya itu (tahun 55 atau 56 M) surat ini di tulis, setelah ia
mengutus Timotius untuk mengunjungi jemaat tersebut (4:7; 6:10). Ia menulis tentang niatnya untuk
menetap di Efesus samapai hari Pentakosta (16:8). Karena dua kali ia mengacu pada kebenaran-
kebenaran Paskah (5:6-8 dan ps. 15), ada yang berpendapat bahwa Paulus mengharapkan suratnya tiba
di Korintus pada waktunya untuk perayaan Paskah.

Duyverman (2000:107) mengatakan bahwa: “Segala sesuatu menunjuk kepada Efesus selaku tempat
asal surat ini. Bukan saja Paulus sendiri yang mengatakan hal itu (I Kor. 16:8), melainkan juga hubungan yang
lancar antara pengarang dan jemaat Korintus menuntut dua tempat yang berdekatan”. Kedua pendapat ahli di
atas menunjukkan bahwa Paulus menulis surat tersebut di kota Efesus, tepatnya kira-kira tahun 55 sampai tahun
56 Masehi.

4. Tujuan Penulisan Surat I Korintus


Duyverman (2001:103) mengatakan bahwa :

Pada masa Paulus menulis surat ini, perhubungannya dengan Korintus adalah giat. Ia mendengar
khabar-khabar tentang jemaat ini ( I Kor. 11:1; 5:1; 11:18), dari orang-orang yang datang
mengunjunginya ( I Kor. 16:17). Ayat-ayat yang terakhir juga menyinggung pemberian bantuan
materill, yeng telah diterima oleh Paulus. Mungkin mereka jugalah pembawa surat-surat yang
disebut pada I Kor. 7:1. Surat itu membuktikan bahwa bukan hanya ada hubungan pribadi,
melainkan juga hubungan yang sungguh-sungguh dengan jemaat. Nyata pula bahwa Paulus sudah
menulis suatu surat yang lebih dahulu dari I Korintus ini ( I Kor. 5:9) jadi surat ini kini lazim
disebut surat yang kedua.
Tujuan penulisan surat I Korintus ini adalah untuk memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di
tengah-tengah jemaat Kristen yang ada di Korintus.
Secara khusus untuk I Kor. 1:10-17, bahwa tujuan ayat ini dituliskan adalah untuk menyelesaikan
persoalan yang terjadi di tengah-tengah jemaat Kristen yang ada di Korintus, yang sedang mengalami
perpecahan. Jemaat yang dulunya merupakan jemaat yang satu, akhirnya oleh pengaruh berbagai latar belakang
yang berbeda. Akhirnya jemaat tersebut pecah menjadi empat golongan yaitu golongan Apolos, Kefas, Paulus
dan Kristus. Dengan demikian terjadilah kekacauan di tengah-tengah jemaat tersebut.
Dalam menyikapi masalah ini, maka Paulus menuliskan I Korintus secara umum dan khususnya
memaparkan I Kor. 1:10-17. Dengan tujuan agar jemaat Kristen yang ada di Korintus tetap satu.

5. Pokok-Pokok Yang dibicarakan dalam surat I Korintus


❑ Tentang Wanita dan Ibadah

47
Wanita-wanita bekas Hetairos yang terpengaruh aliran Libertinis Gnostik juga hadir dalam ibadah ( I
Kor. 11:5). Kebiasaan lama yang walaupun sidang para peguasa istana ribut karena mereka kesayangan,
juga diteruskan dalam ibadah (14:34), akibatnya kebaktian itu menjadi ribut. Jadi, larangan terhadap
perempuan berbicara dalam ibadah (11:34).
❑ Tentang Memakan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala
Tidak ada daging di pasar yang tidak terlebih dahulu dipersembahkan kepada berhala di kuil untuk
diberkati dan membawa untung. Apakah memakannya salah ? Paulus mengatakan tidak ada berhala,
semua daging sama saja, dari manapun asalnya. Tetapi jika memakan daging demikian dapat
menyesatkan yang lain, maka lebih baik tidak memakannya. Memang segala sesuatu halal, tetapi tidak
segala sesuatunya membangun ( I Kor. 6:12; 10:23).
❑ Masalah ibadah (Peraturan Jemaat, Hukum Gereja, Pasal 12:14)
Semua anggota mengambil bagian yang aktif dalam ibadah (14:26), namun harus terjaga supaya tidak
kacau. Dalam ibadah, pelaksanaan perjamuan harus dilakukan dengan dasar kasih. karena kerap sekali di
jemaat Korintus, sering terjadi kesalah pahaman dalam pelaksanaan perjamuan.
❑ Masalah Karunia Roh (pasal 12 dan 14).
Ada kecenderungan bahwa jemaat Korintus yang menerima karuani Roh untuk berbahasa lidah
(glosolalia) menganggap bahwa karunia itu lebih tinggi nilainya disbanding dengan karunia yang lain
(14:5). Kepada tiap-tiap jemaat yang diberi karunia Roh, semuanya harus dipergunakan untuk
membagun ( I Kor. 14) dan yang terutama dari segalanya adalah kasih ( I Kor. 13). Karunia Roh yang
benar ialah bila ia dapat membangun jemaat.
❑ Tentang Kebangkitan ( I Kor. 15)

6. Struktur Isi
❑ 1:1-9 : Pendahuluan
❑ 1:10 – pasal 4 : Perselisihan dalam jemaat
❑ 5-7 : Kesalahan-kesalahan dalam jemaat
❑ 8-10 : Hal memakan daging yang sudah dipersembahkan
❑ 11-14 : Kekurangan/kesalahan dalam jemaat
❑ 15 : Kebangkitan
❑ 16 : Sumbangan untuk jemaat Yerusalem dan penutup.

7. Nats-nats Penting dalam surat I Korintus


I Korintus 1: 10 Pengajaran salib adalah kebodohan
I Korintus 2:9 yang tidak pernah dilihat mata
I Korintus 10:13 Pencobaan yang dialami tidak melebihi kekuatan
I Korintus 11:23-35 Perjamuan Tuhan
I Korintus 13:13 Iman, Kasih & Pengharapan
I Korintus 15 Tentang kebangkitan

48
PENGENALAN SURAT II KORINTUS

1. Latar Belakang
Surat II Korintus merupakan semacam surat pendamaian dan rujuk antara Paulus dan jemaat di
Korintus, karena terjadi bentrokan hebat antara jemaat dan Paulus. Situasi ini terjadi karena adanya orang-
orang yang menghasut jemaat di Korintus, memfitnah dan memburukkan nama Paulus. Siapa orang-orang yang
menghasut jemaat, tidak terlalau jelas. Pastilah mereka orang yang datang dari luar (10:15-16), yaitu orang
Kristen (5:16; 10:7; 11:23) keturunan Yahudi yang datang dari Palestina (11:22). Mereka mengaku diri Rasul
(11:5. 13; 12:11) dan membawa surat rekomendasi (3:1). Meskipun mereka keturunan Yahudi, namun mereka
tidak masuk golongan yang mau membebankan sunat dan hukum Taurat. Mereka membanggakan mendapat
peryataan dan penglihatan khusus (12:1.7.11). maka para pengacau itu rupanya orang Kristen keturunan Yahudi
dari Palestina. Jelas sekali mereka langsung melawan diri Paulus sendiri.
Para lawan itu, sekelompok kecil (2:6; 10:2), memfitnah dan memburukkan nama Paulus. Kelakuan
Paulus tidak mantap dan tidak dapat dipercaya ( 1:15-17), surat-suratnya mendua (3:1-4) dan Injilnya tidak jelas
(4:3). Kelakuan Paulus tidak jernih (5:11) dan menjadi batu sandungan (6:3) serta merugikan jemaat (7:2).
Sebab Paulus dengan licik memperkaya dirinya (12:16) dan hanya pura-pura tidak mau menerima sumbangan
dari jemaat (11:7-9; 12:13). Hanya dari jauh saja Paulus berani (10:1) dan cara bicaranya menjemukan (10:11;
11:16). Paulus sebenarnya bukan utusan sejati (10:14), bukan milik Kristus (10:7), juru bicara-Nya (13:3) atau
rasul-Nya (12:11; 11:5).
Paulus menetapkan dalam hatinya bahwa ia tidak akan ke Korintus lagi, dan gantinya dia menulis surat
yang rupanya pedas, yang disebut dengan “surat dukacita” (2:4, 9; 7:8). Sekaligus di sini kita lihat dengan kata
“aku telah menulis, bahwa ada surat Paulus sebelum surat ini, artinya ada surat yang sebelumnya dikirimkan,
namun hilang, sehingga surat II Korintus ini sebenarnya adalah surat yang ketiga. . agaknya surat yang ketiga
ini diantar oleh Titus (7:6, 13).

2. Maksud dan Tujuan Penulisan Surat


❑ Surat ini adalah surat pembelaan (2:14-7:4) atas kerasulan Paulus terhadap tuduhan-tuduhan atas
pelayanannya. Melalaui surat ini Paulus menyerang balik dengan menyebut pengacau-pengacau
itu orang yang mencari keuntungan diri sendiri (2:17; 11:20), sombong tanpa dasar (10:12, 18;
5:12; 11:12-18), pekerja dan rasul gadungan (11:13). Mereka utusan iblis (11:13-14) yang
memeberitakan Injil, Kristus dan roh yang lain (11:4), orang berdosa yang tidak bertobat (12:21;
13:2).
❑ Tidak lupa Paulus mengingatkan jemaat akan sumbangan ke Jemaat Yerusalem yang menderita
(9:1).
❑ Surat ini adalah surat yang memeberikan pemahaman-pemahan yang mendalam tentang
pemikiran rasul Paulus.
❑ Surat II Korintus adalah penyataan Klasik dalam Perjanjian Baru tentang pelayanan Kerasulan,
yaitu mengenai kemanusiaan Paulus, tuntutan-tuntutan akan kewibawaan ilahi merupakan tema
yang paling ditonjolkan.
3. Penulis

49
Persoalan yang dibicarakan dalam surat ini demikian erat dengan I Korintus, sehingga tidak ada
keraguan tentang penulis surat ini adalah Paulus (bnd II. Kor. 1:1).
4. Tempat dan Waktu Penulisan
Mengenai kapan dan dimana surat II Korintus ditulis, perlu adanya suatu penelitian yang lebih dalam
lagi. G.T Manlay mengatakan : “ Berdasarkan keterangan kitab itu sendiri, kita dapat mengetahui bahwa kitab II
Korintus ditulis di Makedonia (2:13). Mengenai dimana tempatnya di Makedonia, tidaklah dijelaskan. Namun
menurut pikiran bahwa tempatnya adalah Filipi; hal ini didasarkan pada keterangan naskah yang ditangani oleh
Raja James yang mengatakan“ kitab yang kedua kepada Korintus telah ditulis di Filipi, suatu kota besar di
Makedonia oleh Titus dan Lukas. Sedangkan menurut k. Riedel mengatakan bahwa : “surat kedua Korintus ini
ditulis di Makedonia setelah Paulus bertemu dengan Titus. Setelah 3 bulan di Akhaya Paulus meninggalkan
Makedonia paling lambat menjelang April (bnd. Kis. 20:3, 6).
Maka dapat disimpulkan bahwa surat II Korintus ditulis sekitar tahun 56 M . Kis. 20:6 menyatakan
bahwa Paulus berangkat dari Filipi menunju Yerusalem sesudah hari Raya Roti tidak Beragi, yaitu kira-kira
bulan keempat. Paulus juga pernah tinggal di tanah Yunani, tiga bulan lamanya (Kis. 20:3), jadi misalnya untuk
berjalan dari Makedonia ke Korintus dan kembali itu memerlukan waktu kurang lebih dua bulan. Maka berarti
bahwa menurut tarikh Masehi, surat II Korintus di tulis kira-kira tahun 56 M.
Namun berbeda dengan pemahaman dari Groonen, yang menyatakan bahwa tahun penulisan surat ini
sekitar tahun 49-51 Masehi.

5. Struktur Isi
❑ 1:1-7 Pendahuluan
❑ 1:8-6:10 Apologia Paulus
❑ 6:11-9 Peringatan
❑ 10:1-12:8 Pembelaan (apologia)
❑ 12:19-13 Penutup.
6. Nats-nats penting dalam surat II Korintus
II Korintus 3:3 Surat Kristus
II Korintus 3:17 Tuhan adalah Roh
II Korintus 5:17 Ciptaan baru
II Korintus 9:6-7 Memberi menurut kerelaan
II Korintus 12:9 Cukuplah kasih karunia bagimu
II Korintus 13:13 Kasih Karunia Tuhan Yesus

50
PENGENALAN SURAT GALATIA

1. Penerima Surat
Berdasarkan Galatia 1:2 mengatakan: kepada jemaat-jemaat di Galatia. Jadi ada beberapa jemaat
penerima surat ini (surat ini berarti surat edaran). Orang Galatia sendiri adalah orang yang berdiam di daerah
sebelah Utara yang disebut Galatia (tidak termasuk Ikonium, Listra, Derbe dan Psidia). Mereka adalah imigran
dari daerah Prancis yang pindah ke Asia Kecil kurang lebih pada tahun 250 SM. Mereka dianggap biadab oleh
orang-orang Asia Kecil, oleh karena sifat-sifat tipu daya politik dan kasar. Oleh karena itu daerah Selatan
Galatia tidak senang disebut “orang Galatia”, tetapi setelah daerah itu masuk propinsi Romawi, seluruh daerah
itu kemudian bernama propinsi Galatia.
Orang-orang Galatia yang menjadi Kristen berasal dari kekafiran (4:8; 5:2, 3; 6:12, 15). Jadi mereka
belum lama menerima Injil Kristus (I:6). Dahulu mereka memperhambakan diri kepada dewa-dewa yang
sebenarnya bukan Allah (4:8) dan melayani roh-roh dunia (4:9).
Berdasarkan Galatia 4:13 dapat diketahui bahwa pada waktu menulis surat ini, Paulus paling sedikit
telah dua kali mengunjungi mereka (bnd. Kis. 16:6; 18:23).

2. Penulis
Bahwa penulis surat ini dilihat sepanjang sejarah, surat Galatia ketulenannya jarang dikecam, lagi pula
alas an kecaman yang pernah dikemukakan tidak diakui lagi. Inilah salah satu surat yang pada umumnya
dianggap asli, maka penulisnya adalah Paulus sendiri. Paulus menulis surat ini kepada orang-orang Galatia,
karena ia mendengar jemaat di Galatia berbalik dari berita Injil yang telah diberitakan kepada mereka.

3. Keadaan jemaat
Setelah perkunjungannya beberapa kali (dua kali), Paulus mendengar kabar tentang gannguan jemaat
oleh pekabar-pekabar lain yang ingin mnegambil alih jemaat itu dan memindahkan mereka dari Paulus (tersirat
dalam Galatia 1:6-10) yaitu adanya yang memberitakan Injil lain.
Penyesat itu bukan beragama Yahudi, namun mereka adalah orang Kristen yang berasal dari orang-
orang Yahudi, karena itu mereka menekankan sunat selaku tanda Perjanjian Allah (5:2, 3; 6:12, 13; bnd. Kis.
15:29), penekanan akan hari-hari raya Yahudi yang harus dirayakan (4:10), Roh Kudus tidak dapat diterima
tanpa mengikuti taurat Musa (3:2), dan pembenanaran adalah dengan melaksanakan Taurat (3:2). Konsep-
konsep yang demikianlah yang diajarkan oleh penyesat tersebut, sehingga terjadi kericuhan dan perpecahan di
tengah-tengah jemaat yang ada di Galatia.
Penyesat tersebut mencela Paulus karena tidak berbicara mengenai taurat dan sunat, Paulus dituduh
hanya mencari kesukaan manusia saja (1:10).

4. Maksud Penulisan
Dengan menyatakan bahwa Injilnya bukan Injil manusia tetapi Injil Allah, hal ini hendak menentang
perhambaan di bawah taurat. Pembenaran bukan dengan melakukan Taurat (2:16; 3:10-13) dalam hal ini sudah
nyata dalam diri Abraham (3:6-9). Taurat ditambahkan kemudian karena dosa manusia (3:17-22), supaya dunia

51
pada umumnya dan umat pilihan itu pada khususnya dapat dipertahankan sampai Kristus datang (3:24).
Kedatangan Kristus, adalah hal yang terpenting, dan keselamatan hanya dapat diterima oleh Iman (2:16; 3:8).
Perhambaan di bawah Taurat dan perhambaan dibawah berhala-berhala sama saja dihadapan Kristus. sekarang,
manusia telah masuk dalam keluarga besar Allah oleh karena pembebasan Kristus (bnd. 3:28-29; 4:7).
Pembebasan dari taurat bukan berarti kesewenang-wenangan (5:13-14) sebab orang Kristen dipimpin oleh Roh
Kudus untuk membuahkan buah-buah Roh (5:22-23).
Dengan demikian surat ini dituliskan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di tengah-tengah
jemaat Galatia, serta menengaskan persoalan kebenaran pengejaran Paulus.

5. Waktu dan tempat penulisan


Surat Galatia ini ditulis di Antiokhia, tidak lama sebelum sidang Yerusalem. Surat ini di duga ditulis
sekitar tahun 53-57 Masehi, ini dianggap surat Paulus tertua bersama-sama dengan surat Tesalonika.

6. Struktur Isi
❑ 1-2 Riwayat/sejarah
❑ 3-4 Ajaran (dogmatis)atau indikatif
❑ 5-6 Kelakuan (etika) Imperatif

7. Nats-nats penting dalam surat Galatia


Galatia 2:16 Pembenaran oleh Iman
Galatia 2:20 Kristus yang hidup dalam aku
Galatia 3:24 Taurat sebagai penuntun
Galatia 5:22-23 Buah-buah Roh
Galatia 6:15 Bersunat atau tidak bersunat sama saja.

52
PENGENALAN SURAT EFESUS
1. Penerima Surat
Jemaat Efesus adalah jemaat yang didirikan secara tidak langsung oleh Paulus dalam perjalanan PI yang
ke tiga, disana Paulus tinggal selama kurang lebih 2 tahun (Kis. 19:10). Efesus 3:2 memberi informasi kepada
kita bahwa jemaat Efesus hanya pernah “mendengar” tentang Paulus.
Pada abad 11 SM, orang-orang Yunani mendarat di sana dan membuat kota Yunani yang dinamai
Efesus. Sekarang tempat itu berada di daerah Turki, tetapi kota Efesus itu sendiri sudah hilang dalam timbunan
tanah. Nama Efesus pernah terkenal dalam sejarah gereja karena di sana pernah diadakan sinode Oikumene
yang ketiga tahun 431 yang memutuskan melawan ajaran Nestorian yang mengajarkan dua tabiat Kristus tanpa
keesaan zat/tabiat (ajaran Diophisist).
Dewa kota itu adalah dewi Diana (Artemis), oleh karena perkataan “kepada orang-orang kudus di
Efesus” tidak terdapat dalam naskah yang tertua, Marcion mengatakan bahwa sebenarnya surat inilah yang
disebut dalam Kolose 4:6 yang sudah hilang itu, terlebih lagi karena pengarang surat ini hanya “mendengar”
saja tentang mereka, padahal jemaat Efesus jelas di bangun oleh Paulus (Kis. 19:1-12).
2. Keadaan Jemaat
Tidak banyak disinggung dalam surat ini bagaimana keadaan jemaat Efesus ini, kecuali bahwa warga
jemaat itu berasal dari orang kafir (bukan Yahudi) 2:1, 2, 11, 12; 3:11; 4:17) tetapi rupanya orang Yahudi atau
pengaruh Yahudi sudah terasa dalam jemaat itu (2:11, 12; 3:6). Mereka dahulu adalah penyembah Artemeis.
3. Penulis
Kalau Efesus benar sebuah surat samaran, maka timbul dugaan bahwa penulis memakai nama samaran,
tegasnya nama palsu. Dan nama itu tidak lain kecuali nama Paulus.
Efesus 1:1; 3:1 jelas memperkenalkan diri sebagai karangan Paulus yang sedang dalam penjara. Itulah
sebabnya Efesus dikelompokkan oleh para Ahli bersama dengan Filipi, Kolose, Filemon menjadi “surat-surat
dari penjara”. Atas dasar keterangan itu maka sejak abad kedua sampai akhir abad ke delapan belas masehi,
Efesus umum dianggap dan diterima sebagai karangan Paulus (hanya Erasmus yang sepintas lalu
memperlihatkan keraguan). Tetapi sejak abad kedelapan belas keraguan diantara para ahli ilmu tafsir semakin
kuat. Dewasa ini tetap ada sejumlah ahli yang mempertahankan dan membela Efesus sebagai karangan Paulus
dalam penjara. Ditulis sekitar tahun 62 Masehi. Sejumlah ahli blak-blakan menyangkal Efesus sebagai surat
Paulus. Dan ahli – ahli lain tidak berani mengambil pendirian jelas.
Ada cukup banyak alasan-menurut penilaian kami-untuk berkata: hampir saja tidak mungkin Efesus
ditulis oleh rasul Paulus yang mengarang Roma, Korintus, Galatia atau malah Kolose, alasan tersebut antara
lain :
❑ Ada perbedaan kosa kata antara surat-surat paulus dan Efesus.
Banyak kata dan istilah yang terdapat dalam Efesus tidak ada dalam karangan-karangan lain dan
sebaliknya. Ini tentu saja belum membuktikan apa-apa. Seorang penulis yang mahir bisa
memperlihatkan perbedaan perbendaharaan kata yang besar sekali.
❑ Efesus sebenarnya paling dekat dengan Kolose, baik dalam gaya bahasa (dan kosa kata) maupun dalam
pemikiran yang terungkap. Sehubungan dengan Kolose sudah dikatakan bahwa pemikiran yang
tercantum dalam surat itu cukup berbeda dengan pikiran yang ditemukan dalam surat-surat Paulus yang
lain. Itulah sebabnya mengapa Kolose diragukan sebagai karangan Paulus. Tetapi menurut kami

53
perbedaan yang ada diantara Kolose dan surat-surat lain tidak memustahilkan Kolose benar-benar
Paulus.
❑ Terdapat perbendaharaan pemikiran. Dan perbedaan pandangan itulah yang memberikan kepastian
terakhir, bahwa Efesus bukan karangan Paulus.
Dan itulah sebabnya mengapa penulis Efesus yang jelas bukan Paulus, boleh disebut “penerusnya”. Katakan
saja, dia “murid di sekolah (mazbah) Paulus”. Ia berdiri di atas kakinya sendiri tetapi dalam rangka tradisi yang
berpangkal pada Paulus. Tradisi itu dengan bebas diolah, diperkembangkan dan disesuaikan sejauh dianggap
perlu oleh penulis Efesus. Ia seorang “teolog” otonom, tetapi bukan teolog spekulatif belaka yang menciptakan
“sistem sendiri. Demi kepentingan sidang pembaca ia mengaktualkan tradisi Paulus.
Kalau demikian duduk perkaranya, penulis Efesus tidak mengarang di bawah naungan pribadi paulus. Ia
bukan “sekretaris Paulus” yang dengan agak bebas boleh menulis pikiran Paulus. Efesus ditulis waktu Paulus
tidak ada lagi, malah agak lama setelah sang rasul mati. Hanya pikiran sang rasul masih hidup. Paulus paling
lambat wafat sekitar tahun 65 Masehi. Maka Efesus ditulis sesudahnya, meskipun sukar dikatakan kapan persis.
Tetapi tidak boleh juga terlalu dekat pada Paulus. Boleh dikatakan Efesus ditulis sekitar tahun 80-90 Masehi.
Cukup jelas penulis Efesus sendiri seorang Kristen keturunan Yahudi. Ia berbahasa Yunani, sehingga
agaknya bukan seorang Yahudi dari Palestina, tetapi dari perantauan. Penulis memasukkan dirinya ke dalam
kalangan orang Kristen keturunan Yahudi (Ef. 1:11-13; 2:1. 3). Dan ia pun menekankan peranan umat Israel
dalam sejarah penyelamatan (Ef. 2:12-13. 19). Tetapi mengingat gaya bahasa dan alam pikiran penulis, cukup
jelas bahwa ia berkebudayaan Yunani.
4. Pokok-pokok Yang dibicarakan dalam Surat Efesus
❑ Ajaran tentang pembenaran manusia berdosa (2:1-10)
❑ Ajaran tentang Gereja (eklesiologi);
a. Jemaat adalah keluarga Allah (familia Dei) dan Yesus sebagai batu penjuru (2:19-20).
b. Gereja sebagai tubuh Kristus (1:23; 4:16).
❑ Ajaran tentang Kristus (Kristologi); hubungan Kristus dengan gereja seperti hubungan suami istri (5:22-
33).
❑ Ajaran tentang hidup baru (4:23-320
❑ Ajaran tentang fungsi pelayan khusus dan warga jemaat ( dan ini merupakan keistimewaan surat Efesus,
bnd. 4:7-16); pelayan khusus memperlengkapi orang-orang kudus membangun jemaat.
5. Maksud Penulisan
Untuk membimbing anggota jemaat agar lebih mendalami pengetahuannya mengenai anugerah Allah.
6. Struktur Isi
Efesus yang tidak bercirikan surat terdiri atas dua bagian besar yang jelas berbeda (1:3-3:21; 4:1-6:20)
yang diberi kerangka surat (1:1-2; 6:21-34).
❑ Pembukaan (Ef. 1:1-2) meniru pembukaan surat yang lazim dan hampir secara harafiah sama
dengan Kolose 1:1-2. dengan jalan itu karangan Efesus diperkenalkan sebagai karangan yang
diberi kewibaan Paulus.
❑ Bagian Pertama (Ef. 1:3-14)
a. Doa Pujian (1:3-14)
b. Doa Pujian disusul ucapan syukur (1:15-16)
c. Doa permohonan (1:17-19)
❑ Bagian kedua (Ef. 4:1-6:20) penerapan dan ajakan praktis
❑ Penutup karangan (Ef. 6:21-24)
8. Nats penting dalam surat Efesus

54
Efesus 2:14 Ia meruntuhkan tembok pemisah
Efesus 2:19 Bukan lagi orang asing tetapi menjadi rekan Allah
Efesus 4:12 Pelayan khusus memperlengkapi jemaat dalam pembangunan tubuh Krustus
Efesus 6:10-12 Perlengkapan rohani.
PENGENALAN SURAT FILIPI

1. Penerima Surat
Penerima surat ini adalah adalah warga jemaat Kristen yang ada di kota Filipi, juga kepada penilik
jemaat (episkopos) dan Diaken (1:1). Dari si pengirim kita mengetahui bahwa Paulus dan Timotius waktu
penulisan surat ini sedang bersama-sama (1:1). Untuk pertama kali, muncul dalam surat Paulus sebutan penilik
(episkopos) dan diaken.
Paulus pertama sekali mengunjungi kota ini adalah dalam perjalanan PI yang kedua. (Kis. 16:11-40).
Dahulu, kota ini bernama Crenides yang oleh raja Filipus dari Makedonia ayah dari Alexander Agung
membangunnya menjadi kota Filipi tahun 356 SM. Di kota Filipi ini ada berbagai dewa bangsa kafir yang
disembah. Ada lebih dari 20 jenis agama disana. Sewaktu Paulus berkunjung kesana pertama sekali, ternyata
tidak ada disana sinagoge (Kis. 16:13) sehingga terpaksa mereka mereka mencarinya keluar kota. Hal itu
membuktikan bahwa orang yahudi tidak begitu banyak tinggal disana. Dalam perjalanan PI yang kedua ini,
Paulus dan Silas dibantu oleh Lidia seorang perempuan pedagang kain ungu, tetapi mereka tidak lama tinggal
disana oleh karena pekerjaan mereka merugikan usaha perempuan tukang tenung, sehingga mereka
dipenjarakan dan diusir dari sana (Kis. 16:39).
Jadi inilah tempat yang pertama di Eropa yang mendengar berita Injil. Paulus menyampaikan pelajaran
yang sama dalam surat lainnya yang ditulisnya dari penjara yakni surat surat kepada jemaat di Filipi. Sebagian
besar surat Paulus yang dikirim ke Filipi melalui Epafroditus, menyangkut soal-soal pribadi berhubungan
dengan kemungkinan dia akan dibebaskan serta penyataan kasihnya bagi orang-orang Kristen. Jadi penerima
surat ini adalah semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat Diaken (1:1).

2. Keadaan Jemaat
Keadaan jemaat dalam surat ini kurang jelas disebutkan, tetapi kemungkinan adanya penyunat-peyunat
palsu (3:2) yang berasal dari kelompok Yahudi (3:2-16). Terjadi penganiayaan kepada anggota jemaat (1:29).
Bahkan adanya golongan Libertinis di sana, yang menjadikan perutnya sebagai Tuhannya (3:19). Namun yang
pasti jemaat Filipi mempunyai usaha pekabaran Injil (1:5) dan sering memberi dukungan dalam usaha
pekabaran Injil (4:15, 16; 2:25; 4:18).

2. Penulis Surat
Penulis surat Filipi adalah Rasul Paulus. Bukti-bukti yang terdapat didalamnya menyatakan dengan pasti
bahwa surat itu ditulis oleh Rasul paulus. Ada dua macam bukti positif dan bukti negatif, yaitu :
❑ Secara positif surat ini menyatakan peragai dan pikiran Rasul paulus.
❑ Sebaliknya sama sekali tidak ada alasan yang mungkin menyebabkan orang lain memalsukan surat ini.
Surat ini ditulis oleh rasul paulus, juga diakui oleh Irenius, Tertulianus, Clemen dan Alexanria.
Paulus menyebut Timotius sebagai kawan penulis surat ini tetap dari beberapa ayat (1:3, 12-14, 16-26;
2:2, 16-30), bahwa Paulus sendiri yang menulisnya. Paulus berbuat demikian, mungkin karena pada waktu itu
Timotius bersama-sama dengan dia (2:19-23), mungkin juga karena karena dia telah membicarakan isinya
dengan Timotius. Jemaat di Filipi dilahirkan pada perjalanan penginjilan kedua Rasul Paulus (Kis. 16:12-40),

55
bahwa surat ini ditulis dan dikirimkan pada waktu Paulus dipenjarakan di Roma dan inilah pandangan turun
temurun yang diikuti orang banyak.

3. Tempat dan waktu penulisan


Diduga surat ini ditulis dalam penjara Efesus bukan dipenjara Roma, karena disebut dalam surat ini, ia
merencanakan datang ke Filipi setelah dilepaskan (2:24). Mengingat juga kabar tentang Efaproditus yang cepat
diketahui mereka (2:26), tidak mungkin Roma tempat penulisannya (yang berjarak 1200 Km dan 40 hari
Perjalanan darat ke Filipi). Surat ini ditulis sekitar tahun 53-55 Masehi.

4. Maksud Penulisan
Surat ini biasa disebut surat sukacita karena seluruh uraian dalam surat ini didukung oleh sukacita dan
ucapan syukur (1:3, 4, 18, 25; 2:2, 17, 28, 29; 3:1; 4:4, 10). Hubungan pribadi Paulus dengan jemaat ini sangat
istimewa (4:1). Mungkin oleh karena jemaat ini mengerti panggilan pekabaran Injil (1:5) atau oleh karena
mereka sering memberi sokongan dalam usaha PI (4:15, 16; 2:25; 4:18).
Maka alasan pokok penulisan surat ini adalah ucapan terima kasih atas kiriman dan pertolongan jemaat
Filipi (1:3-11; 4:10-20). Selain dari itu, Paulus memberi kabar tentang Efaproditus yang disuruh mereka
melayani Paulus dalam penjara itu, tetapi yang hampir mati oleh karena jatuh sakit (2:27) dan Timotius akan
segera dikirim kepada mereka.
5. Ciri Khas Surat Filipi
Ada lima cirri utma surat Filipi, antara lain yaitu :
❑ Sifatnya yang sangat pribadi dan penuh kasih sayang serta mencerminkan hubungan akrab Paulus
dengan orang percaya di Filipi.
❑ Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan
Kristus.
❑ Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (2:5-11).
❑ Menjelaskan sikap Paulus terhadap penderitaannya, oleh karena kasih karunia Allah ia dapat bersukacita
dalam keadaan bagaimanapun disaat sengsaranya dan kasih untuk yang mengancam semuanya yang tak
putus-putus supaya bersuka cita.
❑ Tidak ada pengantar surat Filipi yang dapat disebut lengkap tanpa menunjuk kepada bagian yang agung
dan termasyur dalam 2:5-11, disinilah kita melihat uraian ajaran Paulus tentang diri dan oknum Kristus
dan maknanya dan jangkauan keselamatan Kristen, dana karena itu Filipi akan tetap berada di baris
depan dalam penelitian tentang Paulus, salam tulisan-tulisan Rasul agung ini tetap menarik perhatian
orang Kristen.
6. Alasan Pokok Pengiriman Surat Filipi
Ucapan terima kasih atas kiriman dan pertolongan jemaat Filipi (1:3-11); 4:10-20). Selain daripada itu,
Paulus hendak memberi khabar tentang Epafroditus yang disuruh mereka melayani Paulus dalam penjara,
Epafroditus hampir mati oleh karena jatuh sakit (2:27) dan Timotius akan segera dikirim kepada jemaat Filipi.

7. Struktur Isi
❑ 1:1-26 Tentang si pembaca dan penulis
❑ 1:27-2:18 Peringatan
❑ 2:19-3-21 Efaproditus yang setia dan guru-guru penyesat
❑ 4 Kegembiraan, ucapan terima kasih

56
8. Nats penting dalam surat Filipi
Filipi 1:21 Hidup adalah Kristus dan mati adalah sebuah keuntungan
Filipi 3:20 Kewarganegaraan kita adalah di surga
Filipi 4:4 Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan
Filipi 4:7 Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal
PENGENALAN SURAT KOLOSE

1. Penerima Surat
Kota Kolose tempat jemaat menerima surat ini berada terletak di Asia kecil yang dilewati jalan raya
dari Efesus ke Timur (Siria ). Sebelum masa Paulus, kota ini sangat penting tetapi kemudian dikalahkan oleh
peranan kota Laodikia dan Hierapolis. Jemaat Kolose kebanyakan atau seluruhnya berasal dari kafir (1:21;
2:13), tetapi orang Yahudi banyak terdapat di daerah ini (bnd. Kol. 2:16; 3:11). Jemaat Kolose tidak didirikan
Paulus dan Paulus sendiri belum pernah ke sana (1:4, 9; 2:1). Tetapi mengenai Paulus, sudah ada dari antara
mereka yang mengetahuinya (2:1), rupanya hal itu diketahui melalu Efapras yang mungkin mendirikan jemaat
itu (1:7; 4:12, 13).

2. Keadaan Jemaat
Bila surat ini adalah surat Paulus yang dibawa oleh Efapras (tersirat dalam Kol. 4:12, 13), apa sebabnya
sekarang Efapras memerlukan semacam rekomendasi dari Paulus ? agaknya, jemaat Kolose terancam oleh
pihak lawan (2:18) yang bicara tentang Malaikat, roh-roh sebagai penguasa dunia dan manusia dan karena itu
harus disembah. Itu artinya, disana terdapat ajaran Sinkretisme yang berisi campuran ajaran Yahudi dengan
kebudayaan/ajaran agama kafir. Pengaruh agama Yahudi adalah : aturan mengenai makanan/minuman, hari-hari
raya, hari sabat (2:16).
Pengaruh kafir: hidup berpantangan, menyiksa diri, menyembah roh-roh malaikat (2:8, 18, 23).
Keyakinan pengajar sesat ini; mereka mempunyai ajaran tentang jalan keselamatan yang lebih indah dan lebih
dalam. Ajaran paulus dianggap sudah umum dan biasa-biasa saja. Sedang mereka mempunyai hikmat dan
pengetahuan, pengertian Rohani dan rahasia Allah (1:9, 10, 26).

3. Maksud penulisan Surat


Maksud penulisan surat ini adalah untuk membimbing oarng Kristen di Kolose kepada pengetahuan
yang lebih dalam dan lebih kokoh mengenai keselamatan mereka (1:9, 28; 2:2, 3), sehingga mereka dapat
melawan ajaran sesat. Untuk mempermudah pemahaman mereka atas surat ini. Paulus memakai istilah-istilah
Sinkritistis itu dalam konteks Kristus seperti rahasia Allah, hikmat. Karena itu dikatakannya; Kristus adalah
Hikmah Allah/rahasia Allah, didalam Dia terhimpun segala hikmat dan mahrifat (2:2, 3).

4. Pokok-pokok yang dibicarakan dalam Kitab Kolose


a. Kristus adalah yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15) di dalam Dia
berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Kristus (ajaran Dogmatis).
b. Siapa yang hidup di dalam Kristus pada waktu dibaptis, telah dikuburkan bersama Dia dan telah
dibangkitkan bersama dengan Dia (2:12).

5. Tempat dan waktu Penulisan


Tidak ada kepastian tentang tempat penulisan surat ini, tetapi surat ini merupakan salah satu surat yang
dikirim dari penjara. Jadi ada kemungkinan, jika penulisnya adalah Paulus, maka dituliskan ketika Paulus
berada di penjara yang ada di Efesus, atau mungkin Kaisarea, atau Roma. Ditulis sekitar tahun 60 M.
57
6. Ciri Khas Surat Kolose
Kolose merupakan suatu dokumen yang memiliki arti yang dalam sekali dan tak ternilai harganya. Pasal
1-2 berisi doktrin-doktrin, pasal 3-4 mengutarakan kehidupan. Uraian ajaran itu berupa pembelaan, karena
Paulus bermaksud memerangi ajaran mistik dan asketis yang bercorak Yahudi dengan pengertiannya yang salah
tentang alam.
Ketegasan Kolose ialah Kristologi yang bersifat Kosmis. Hal itu tampak paling jelas dalam 1:15-20
tetapi mempunyai pengaruhnya dalam seluruh surat, itu disebabkan oleh konteks filsafat orang Kolose, juga
pembebasan arti dosa dirumuskan secara kosmis, kiranya juga pembicaraan mengenai misteri (1:26, 27; 2:2;
4:3) berhubungan dengan pandangan filsafat. Memang juga dalam surat-surat lain ia berbicara mengenai misteri
keselamatan. Tetapi dalam Kolose misteri mencirikan peranan yang lebih besar, dan pewartaan misteri ridak
sama dengan pewartaan Injil.
Jadi kesimpulannya bahwa ciri khas kitab ini adalah lain dari pada tulisan lainnya. Dia berusaha
memerangi ajaran sesat yang berada di Kolose dengan mempertahankan Kristus, karya Kristus (Kristologi).

7. Struktur Isi
❑ 1 : Salam, Ucapan terima kasih dan pengajaran tentang Kristus
❑ 2 : Polemik tentang ajaran sesat
❑ 3-4 : Peringatan (Paranetis)

8. Nats penting dalam Surat Kolose


Kolose 2:6-10 Ilmu pengetahuan tidak boleh didewakan
Kolose 3:8-17 Manusia baru harus menanggalkan perbuatan manusia lama
Kolose 4:1 Berlaku adil

58
PENGENALAN SURAT I TESALONIKA

1. Penerima Surat
Penerima surat ini adalah warga jemaat yang hampir seluruhnya berasal dari kafir (1:9). Jemaat ini
berdiri dalam perjalanan PI Paulus yang kedua (Kis. 17:1-5) bersama dengan Silas dan Timotius. Paulus
dipaksa untuk meninggalkan kota ini, lalu ia pergi ke Berea + 8 Km dari Tesalonika. Baru beberapa hari di
Berea, datang lagi pengacau dari Tesalonika sehingga Paulus meninggalkan kota itu lagi (Kis. 17:13-14). Kalau
Paulus pergi ke Athena sedang Silas dan Timotius dikirim pesan secepat mungkin bergabung dengan Paulus di
Athena.
2. Keadaan Jemaat
Surat ini adalah reaksi Paulus atas khabar Timotius di Athena. Setelah Paulus berangkat dari Tesalonika,
oknum Paulus diserang (2:3-11: berupa apologia/pembelaan). Di kala Paulus masih bersama mereka di
Tesalonika, pada saat itu saat itu, iman dan perbuatan anggota jemaat Tesalonika menjadi teladan bagi semua
orang percaya di Makedonia dan Akhaya (1:7). Oleh karena itu, Paulus bersuka cita, karena pendirian mereka
dalam sengsara (3:3, 4) itulah yang menjadi kegembiraan Paulus. Tetapi justru dengan timbulnya masalah yang
dibawa oleh pengajar-pengajar sesat tentang orang Kristen yang mati sebelum kedatangan Kristus (4:13-18)
sehingga kepercayaan jemaat Tesalonika menjadi goyah.
Dengan demikian muncul persoalan dan tanda Tanya di tengah-tengah jemaat tentang, apakah orang
yang mati diperbolehkan masuk kedalam kerajaan Allah? bila orang percaya dan setia juga sudah mati, kapan
datang hari Tuhan lagi? hal inilah yang menguncang iman dan kepercayaan jemaat di Tesalonika.
3. Maksud Penulisan
❑ Surat ini adalah surat penghiburan dan penguatan bagi jemaat dalam sengsara dengan memberi
penjelasan atas soal-soal yang meragu-ragukan anggota jemaat tentang kedatangan Kristus yang
kedua kalinya (4:13; 5:4). Kristus tidak saja memerintah atas kehidupan melainkan juga atas
kematian (4:14-15).
❑ Melengkapi ajaran yang sudah diberikan kepada jemaat Kristen Tesalonika pada kunjungannya
yang terputus di kota mereka.
4. Waktu dan Tempat Penulisan
Mengingat persoalan yang dibicarakan, diperkirakan para ahli Perjanjian Baru, bahwa Surat ini ditulis
sekitar tahun 51 dan ini merupakan tulisan Perjanjian Baru yang tertua (yang pertama) dan pada waktu itu
Paulus sedang berada di Korintus.
5. Ciri Khas
❑ Surat ini menyoroti tahapan-tahapan tertentu dalam kurun waktu 20 tahun sesudah kematian dan
kebangkitan Yesus.
❑ Surat ini menanamkan eskatologis yang menggelora pada zaman itu, dan cenderung ekses yang tidak
sehat yang cenderung timbul karena gelora itu.
6. Strukstur Isi
❑ 1-3 Berita : ucapan terima kasih atas iman, buah kasih dan pengharapan yang teguh dari jemaat.
❑ 4-5 Kelakuan dan ajaran (etis dan Dogmatis)
▪ 4:1-12 Tentang perilaku
▪ 4:13-5:3 Tentang ajaran

59
▪ 5:4-28 Tentang perilaku
7. Nats penting dalam surat I Tesalonika
I Tesalonika 5:8 Senjata Rohani
I Tesalonika 5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah
PENGENALAN SURAT II TESALONIKA

1. Keadaan Jemaat
Agaknya penindasan atas jemaat masih terasa ada (1:7), namun tekanan utama dalam surat ini adalah
mengenai adanya beberapa orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak mau bekerja (3:11).

2. Maksud Penulisan
❑ Memberi nasehat tentang pandangan yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu lagi
bekerja.
❑ Menghiburkan jemaat dan menguatkan jemaat dalam penindasan, dan hal-hal yang berkisar pada
kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

3. Pokok-Pokok Yang Dibicarakan Dalam II Tesalonika


❑ Tentang pandangan Gnostik yang mengatakan bahwa hari Tuhan telah datang. Mereka telah
diselamatkan dan oleh karena itu mereka telah bebas dari semua beban termasuk bekerja, oleh karena
hal-hal jasmani tidak perlu lagi (2:1-17). Atas hal ini Paulus mengatakan: jika orang tidak mau bekerja,
jangan ia makan (3:10b).
❑ Pandangan keselamatan. sekarang, masih ada yang menahan hari Tuhan (2:7), setelah itu harus datang
lagi hari murtad dan harus dinyatakan dahulu, manusia durhaka harus binasa, baru setelah itu terjadi hari
Tuhan (2:3-12).

4. Waktu dan Tempat penulisan


II Tesalonika ditulis tidak lama sesudah Paulus berada di Akhaya pada perjalanan yang kedua, artinya
surat yang kedua ini tidak berselang lama penulisannya dengan surat Paulus yang pertama. Jadi surat ini kira-
kira dituliskan sekitar tahun 52 di Korintus.

5. Ciri khas
❑ Surat ini ditulis didasarkan khabar-khabar yang telah di dengar oleh Paulus tentang jemaat Tesalonika,
sehingga surat ini berisikan jawaban dari pertanyaan jemaat Tesalonika tentang kedatangan Kristus yang
kedua kalinya.
❑ Berisikan ajaran bagaimana menanti kedatangan Kristus dan sekaligus sebagai penguatan iman jemaat
yang ada di Tesalonika.

6. Struktur Isi
❑ 1 Ucapan tentang terima kasih karena iman jemaat
❑ 2 Kedatangan hari Tuhan yang didahului oleh anti Kristus
❑ 3 Peringatan supaya berdoa syafaat, setia, rajin bekerja dan menegor yang bersalah.

7. Nats-nats Penting dalam surat II Tesalonika


II Tesalonika 3:3 Tuhan adalah setia menguatkan imanmu
60
II Tesalonika 5:10 Orang yang tidak bekerja, janganlah makan

PENGANTAR KEPADA SURAT-SURAT PASTORAL

Surat-surat I dan II Timotius dan Titus berbeda dengan surat-surat Perjanjian Baru lainnya yang ditulis
atau dikatakan ditulis oleh Paulus dalam hal bahwa surat-surat itu ditujukan kepada seseorang. Hal yang sama
pun berlaku bagi Filemon, tetapi surat itu lebih merupakan surat pribadi dari pada surat dengan aturan-aturan
‘kerasulan’ yang diberikan mengenai masalah ‘pribadi’ Filemon, sementara dalam ketiga surat ini para
penerimanya dialamatkan sebagai pejabat, sebagai ‘gembala-gembala’. Karena alasan ini sejak abad 18 surat-
surat ini dikenal sebagai ‘surat-surat pastoral/penggembalaan’. Namanya tidak menerangkan surat-surat itu
sepenuhnya, karena berisikan bukan saja himbauan-himbauan dan nasihat bagi mereka yang memegang jabatan
penggembalaan, tetapi juga aturan-aturan mengenai organisasi gereja. Namun hal-hal ini selalu berkaitan
dengan para gembala itu sendiri, sehingga gagasan ‘penggembalaan’ tampaknya dapat dibenarkan. Selain itu
gagasan tadi mengungkapkan secara jelas kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh ketiga surat itu. Karena itu
tampaknya logis untuk membicarakan surat-surat ini secara bersamaan karena masalah yang diungkapkan
(dalam batas tertentu) dengan cukup tumpang tindih.
Paulus mendapatkan Timotius sebagai rekan pada awal perjalanan Pekabaran Injil yang kedua. Setelah
Paulus mengalami kekecewaan karena perpecahannya dengan Barnabas dan Markus (Kis. 15:39) Tuhan
mempertemukan Timotius dengan Paulus di Listra (Kis. 16:1-3). Paulus memilihnya sebagai rekanan barunya.
Ternyata Timotius kemudian menjadi rekan terdekat Paulus. Ia disebutkan dalam enam surat Paulus yakni
dalam II Korintus 1:1; Filipi 1:1; Kolose 1:1; I Tesalonika 1:1; II Tesalonika 1:1; Filemon 1. Tidak ada rekan
yang lain, yang begitu disebut-sebut Paulus dalam suratnya, sebagaimana yang dilakukan terhadap Timotius.
Bahkan dia disebut sebagai satu-satunya oarng yang sehati dan sepikir dengan Paulus dan yang tidak mencari
kepentingannya sendiri, melainkan kepentingan Kristus (Flp. 2:21-22). Hubungan antara Timotius dengan
Paulus akrab sekali seperti antara anak dengan bapaknya.
Titus sebagai rekan Paulus sebelum perpisahannya dengan Barnabas. Pada saat itu, Paulus bermaksud
pergi ke Yerusalem, bersama-sama dengan Barnabas untuk mengantarkan sumbangan uang dari jemaat
Anthiokhia ke jemaat Yerusalem (Kis. 11:29,30) dan dia mengajak Titus untuk ikut (Gal. 2:1-3). Sekalipun
Titus dalam perkembangan berikut tidak menjadi teman seperjalanan seakrab Timotius, namun ia mendapat
kepercayaan besaar dari Paulus, sehingga diberi tugas khusus untuk memulihkan hubungan Paulus dengan
jemaat Korintus, yang pada saat mengalami ketegangan ( I Kor. 7:6-13).
Kelompok surat ini disebut “surat-surat pastoral”. Pastor berarti gembala. Ketiga surat ini dinamakan
demikian, karena berisi petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana jemaat Tuhan harus digembalakan.
Ketiga surat ini sisinya secara umum sama: keadaan jemaat yang sama, adanya ajaran sesat, latar
belakang historis yang sama. Tetapi yang paling mendekati kesamaan adalah surat I Timotius dan Titus, adapun
persamaannya adalah tentang peraturan jemaat, penentangan terhadap pengajar sesat, tanpa terdapat sesuatu
sistematisasi penyusunan yang jelas. Surat Timotius yang kedua lebih menekankan pada penggembalaan pada
(Gembalanya) yaitu Timotius sendiri selain mengurai tentang pengakuan iman (II Tim. 2:8-13) sedangkan I
Timotius dan Titus menekankan pada tugsa gembalanya ( Timotius & Titus).

61
A. I Timotius
1. Latar belakang
Timotius rupanya bertobat dibawah pelayanan Paulus pada perjalannya yang pertama ke Galatia.
Pertama kali namanya disebut dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam Kis. 6:1, ketika Paulus kembali dari
perjalanannya, dia mungkin menemukan Timotius. Paulus menyebut dia ‘anakku yang sah dalam iman’ (1:2)
dan juga ‘anakku yang kekasih’ (II Tim. 1:2).
Ibunya seorang Yahudi, ayahnya Yunani (Kis. 16:1-3), Timotius telah mengetahui isi Perjanjian Lama
sejak masa kanak-kanaknya (II Tim. 3:14-15), dan setelah ia masuk Kristen maka ia dikenal baik oleh saudara-
saudara di Listra dan Ikonium (Kis. 16:2).
Menurut R. Budiman, latar belakang surat I Timotius adalah selama Rasul Paulus berada dalam penjara
di Roma pada masa tahanan pertama, ia didampingi oleh beberapa pembantu, terutama oleh muridnya yang
setia, Timotius (Flp. 1:1; Kol. 1:1). Paulus dibebaskan tahun 62, sekalipun semuala ia berniat untuk pergi ke
Spanyol (Rom. 15:24-28). Paulus menunda rencana itu ia ingin mengunjungi lebih dahulu jemaat-jemaat di
wilayan Timur. Paulus membawa Timotius dalam kunjungannya ke jemaat-jemaat di Asia kecil. Selesai
perkunjungan ini, Paulus meninggalkan Timotius di Efesus (1:3) dengan tugas untuk melanjutkan pembinaan
jemaat-jemaat disana khusus dalam menanggulangi ajaran sesat. Paulus sendiri melanjutkan perjalannya ke
Makedonia, ia menulis surat I Timotius sekitar tahun 63, sekalipun ia bermaksud melihat Timotius lagi dalam
waktu dekat (3:14). Paulus sementara ini menulis surat untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada muridnya,
cara menata jemaat-jemaat dan melawan ajaran sesat.
Surat ini memberikan kesan bahwa Rasul Paulus sedang menyiapkan Timotius untuk mengambil alih
tugas daripadanya sebagai generasi penerus.

2. Maksud dan Tujuan Penulisan


Surat kiriman ini mempunyai dua aspek, yaitu :
❑ Menitik beratkan pribadi Timotius, dia harus memenuhi beberapa tanggung jawab sebagai hamba
Tuhan dan sebagai pribadi yang harus menjadi Teladan. Hala ini terlihat dalam (1:3-7, 10-20; 4:6-16;
5:1).
❑ Menitik beratkan tanggung jawab jabatannya, dia harus menjaga agar jemaatnya diberi ajaran yang
benar, diorganisasi dan dilayani dengan baik, (pasal 2, 3, 5 dan 6:1-10).
Jadi tujuan penulisan surat ini adalah untuk menolong Timotius baik secara pribadi maupun dalam
pelayanannya, agar dia sampai pada tingkat sebagaimana yang ditulis dalam 4:12-jangan seorang pun yang
menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataamu,
dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, kesetiaanmu dan kesucianmu.
3. Ciri khas
❑ Bersifat nasehat kepada rekan sepelayanan yang masih muda
❑ Bersifat praktis
Nasehat-nasehat praktis itu berkisar pada jemaat setempat dan gembalanya yaitu :
a. Dalam bagian pertama Paulus memberikan nasehat tentang ajaran-ajaran yang sesat.
b. Tentang ibadah jemaat yaitu pentingnya doa syafaat.
4. Struktur Isi
❑ 1 : Salam dan peringatan untuk mempertahankan ajaran yang benar.
62
❑ 2 : Panggilan untuk berdoa
❑ 3 : Petunjuk mengenai penilik jemaat dan diaken
❑ 4 : Petunjuk /peringatan terhadap guru-guru penyesat
❑ 5-6 : Petunjuk mengenai beberapa hal

B. II Timotius
1. Latar Belakang
Surat II Timotius ditulis dari penjara di Roma pada masa tahanan kedua pada tahun 65 M. pengantar
surat ini adalah Tikthikus (4:2). Kali ini keadaan di tempat tahanan lebih berat dari masa tahanan yang pertama
(tahun 60-62), karena pada masa itu ia diperkenankan tinggal dirumah kontrakannya sendiri (statusnya sebagai
tahanan rumah), dan menerima tamu-tamu (Kis. 28:16, 30). Tetapi pada masa tahanan kedua, ia berada di dalam
penjara (1:8), bahkan ia dibelenggu (1:16) dan diperlakukan sebagai penjahat (2:9).
Paulus sudah menjali penyidangan yang pertama (4:16). Untuk sementara ia belum dihukum (4:16, 17),
tetapi Paulus menduga akan dihukum mati dalam waktu dekat (4:6). Semua temannya sudah meninggalkan
Paulus kecuali Lukas.
Dalam rasa kesepian dan firasat, Paulus amat merindukan kedatangan Timotius serta anjuran kepadanya
untuk tetap setia dalam pelayannannya merupakan motif utama dari penulisan – penulisan II Timotius. Paulus
tidak jadi dihukum mati, sekali lagi, ia dibebaskan lalu ia pergi ke Spanyol (tahun 66). Ketika masih di Spanyol
atau sekembalinya di Roma, Paulus dihukum mati (sekitar tahun 66/67).

2. Tujuan Penulisan
❑ Surat ini disebut sebagai surat Pastoral (penggembalaan) yang bertujuan menguatkan hati dan
iman pembaca, dimana Tuhan akan menyediakan mahkota kebenaran, pernyataannya ini
ditujukan kepada Timotius (4:8)
❑ Supaya rekan sekerja Paulus yaitu rekan sekerja Paulus mendapat nasehat-nasehat untuk
menguatkan mereka, baik mengenai tanggung jawab masa kini maupun tanggung jawab yang
akan datang.

3. Ciri Khas
❑ Bersifat sangat praktis
❑ Memuat pesan-pesan terakhir dari Paulus kepada teman sekerja yaitu Timotis

4. Struktur Isi
❑ 1-2 Supaya Timotius jangan berkecil hati dan tetap setia seperti Paulus menghadapi ajaran
sesat.
❑ 3-4 Supaya Timotius serta menurut tiruan Paulus

C. Titus
1. Latar Belakang Surat Titus
Selesai mengunjungi jemaat-jemaat di Makedonia, Paulus bertolak lagi ke Asia Kecil dengan mengajak
Titus kali ini. Jalan yang ia tempuh ialah lewat Troas ( 1 Tim. 4:13) ke Efesus, di tempat dimana ia menjeguk
Timotius sesuai dengan janjinya ( 1 Tim. 3:14). Kemudian ia pergi ke Miletus ( 2 Tim. 4:13), dan dari sana ia
pergi ke pulau Kreta. Di Kreta, Paulus melakukan kegiatan untuk beberapa waktu lamanya, kemudian ia
meninggalkan Titus di pulau tersebut ( Tit. 1:5) dengan tugas membina jemaat – jemaat yang barru. Paulus

63
sendiri melanjutkan perjalanannya ke Akhaya lewat Korintus ( 2 Tim. 4:20). Ia kemudian bermukim di
Nikopolis (Tit. 3:12). Dari sini ia menulis surat kepada Titus di Kreta (tahun 64), dan meminta kepadanya untuk
menggabungkan diri di Nikopolis dan melanjutkan pekerjaan Paulus di daerah itu. Paulus kemudian bertolak ke
Roma dengan maksud untuk melaksanakan rencana PI ke Spanyol yang akan sekian lama tertunda. Agaknya
Titus berhasil dalam usaha pekabaran Injil di sekitar Nikopolis, sebab ia memperluas kegiatannya ke Utara, ke
wilayah Dalmatia di Yunani Barat ( 2 Tim. 4:10).
Sama seperti 1, 2 Timotius, surat Titus berisi petunjuk-petunjuk cara menata hidup jemaat-jemaat dan
mananggulangi ajaran-ajaran sesat. Ajaran sesat yang ada di Kreta, mempunyai banyak persamaan dengan yang
ada di Efesus (1, 2 Tim).

2. Maksud dan Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan surat Titus adalah untuk menasehati Titus dalam tugasnya yang begitu penting di
Pulau Kreta. Jemaat di sana baru berdiri, walaupun ada orang-orang Kreta yang bertobat pada hari Pentakosta
pertama (Kis. 2:11) yang jelas jemaat itu terlantar selama beberapa tahun. Rupanya melalui pelayanan Paulus
dan Titus, jemaat itu mulai hidup kembali, tugas yang diberikan kepada Titus ialah untuk menetapkan penatua-
penatua dan mengatur hal-hal yang lain yang menyangkut ibadah jemaat (bnd. Tit. 2:11-15). Dengan tema surat
Titus adalah “Berusahalah melakukan pekerjaan yang baik”.

3. Ciri Khas Surat Titus


❑ Surat Titus menekankan pekerjaan yang baik.
❑ Bersifat peringatan
❑ Jikalau dalam 1 Timotius Paulus meminta supaya Injil dilindungi terhadap ajaran yang sesat sedangkan
dalam Titus dia meminta supaya Injil itu dipraktekkan.
❑ Dalam surat Titus ini Paulus menjelaskan secara praktis tentang syarat-syarat bagi penatua dan penilik
jemaat ( 1:5-6).

4. Struktur Isi
❑ 1 Tentang jabatan gerejawi, ajaran sesat dan dosa-dosa orang Kreta
❑ 2-3 Kewajiban golongan-golongan dalam jemaat/pemerintah

D. Filemon
1. Latar belakang Surat Filemon
Onesimus itu adalah budak pelarian yang telah melarikan diri dari tuannya yang bernama Filemon. Di
kota Roma dia bertemu dengan Paulus yang kemudian melayani dia, akhirnya Onesimus bertobat dan melayani
Paulus dalam penjara (10-13). Tetapi budak-budak pelarian; jika tertangkap kembali, dapat saja dijatuhi
hukuman mati. Namun demikian Paulus merasa bahwa Onesimus harus kembali ke tuannya yaitu Filemon.
Onesimus bukan hanya sekedar sebagai budak melainkan sebagai saudara dalam Kristus. Onesimus rela
mendengar nasihat paulus untuk kembali kepada tuannya. Setelah Filemon menerima surat ini, maka ia sangat
tergerak dan dia menerima Onesimus kembali sebagai saudara dalam Kristus. menurut tradisi lama maka
Onesimus kemudian menjadi uskup di Efesus.

2. Penulis Surat Filemon

64
Sebenarnya surat Filemon termasuk surat-surat penggembalaan (pastoral) karena bersifat pribadi dan
berisikan nasehat-nasehat pastoral. Inilah sebabnya surat Filemon dalam kanon Perjanjian Baru dimaksudkan
sesudah surat-surat penggembalaan.
Surat Filemon ditulis oleh Paulus (1:1) pada waktu dan situasi yang sama dengan Efesus dan Kolose.
Karena dalam perjalanan ke Asia dia bersama-sama dengan Onesimus yang membawa surat ini untuk Filemon
di Kolose (Kol. 4:7-9; Filemon 10).

3. Penerima Surat
Penerima surat disebut Filemon, Apfia saudara perempuan mereka dan Arkhipas teman seperjuangan
mereka dan jemaat di rumah Filemon. Walaupun demikian, surat ini bersifat pribadi. Mungkin Filemon seorang
wartawan, oleh karena dia mempunyai tempat kebaktian jemaat (ay. 2). Filemon bertempat tinggal di Kolose.

4. Masud dan Tujuan Penulisan


Maksud penulisan disesuaikan dengan tema penulisan surat Filemon, yaitu “Penggembalaan dan
pengampunan Kristen”. Tujuan penulisan surat Filemon melakukan persekutuan Kristen dan bahwa melalui
persekutuan Kristen ini menjadi tolak untuk mengubah pikiran banyak orang tentang masalah perbudakan,
sudah jelas sehingga akhirnya sistem perbudakan juga dihapus sebagai ketentuan sosial. Ini terjadi setelah
pengaruh Kristen makin besar dalam masyarakat dan pemerintah.

5. Ciri Khas Surat Filemon


❑ Surat Filemon lebih bersifat pribadi daripada teologis
❑ Surat Filemon mengandung gambaran yang lebih sempurna dalam sebuah Perjanjian Baru tentang
makna pengampunan. Lagi pula, ia merupakan contoh dari kemahiran Paulus dalam menangani
masalah-masalah kemasyarakatan yang peka.
❑ Ciri surat Filemon dapat dilihat juga dari tema nya yaitu Penggembalaan dan pengampunan Kristen.
❑ Surat Filemon yang pendek umumnya berisiskan permohonan Paulus yang menagani Obesimus.

6. Isi Surat dan Struktur isi


Isi surat Filemon adalah tentang Onesimus budak Filemon yang lari, supaya diterima kembali dalam
kasih (16). Mungkin sewaktu lari, ada kesalahan Onesimus.
❑ Pendahuluan (1-3)
❑ Ucapan Syukur (4-7)
❑ Himbauan Paulus untuk Onesimus (8-12)
❑ Penutup (22-25)

65
PENGENALAN SURAT IBRANI

1. Penerima Surat
Kata-kata kepada orang Ibrani (Pros Ebraios) tidak terdapat dalam naskah yang tertua. Kata-kata ini
baru terdapat pada naskah yang kemudian hari dan mungkin kata-kata ini disenbut karena surat ini banyak
mengutip nats Perjanjian Lama. Dapat dipastikan bahwa karangan ini tidak dialamtkan kepada Jemaat di
Yerusalem, oleh karena pembaca (penerima surat) tidak mendengar sendiri dari Tuhan mereka (termasuk
penulis) diberitakan oleh para pendengar pertama (2:3).
Jika disebut “terimalah dalam dari saudara-saudara di Italia” (13:24) itu berarti bahwa orang Italia
telah mengirim salam kepada jemaat itu. Perkataan “pemimpin” (13:24) terjemahan “hegenenoi” adalah istilah
yang hanya biasa dipakai di Roma. Jadi diduga surat ini dikirim kepada jemaat Kristen di Roma. Salam yang
disebut dalam ayat tersebut adalah salam dari orang Italia di perantauan yang mengirimnya kepada saudara
sebangsanya di Roma.
Keadaan penerima surat jelas diketahui penulis (bila memang ada jemaat si alamat surat ini), yaitu :
mula-mula jemaat berjalan dengan baik dan mereka melayani orang kudus (6:10) . Waktu mereka bertobat,
mereka banyak mengalami penderitaan (10:32), harta mereka dirampas (10:34). Tetapi mereka sekarang perlu
diperingatkan supaya jangan melepaskan kepercayaan mereka (10:35). Sudah ada beberapa anggota jemaat
yang murtad (10:25; 3:12) ada yang lemah dan putus asa (12:3). Seharusnya anggota jemaat itu sudah harus
bisa menjadi pengajar bagi jemaat yang lain, tetapi banyak diantara mereka lamban dalam mendengar (5:11-12)
sehingga perlu lagi mereka diajar tentang azas-azas iman (11:1, dst).

2. Latar belakang
Para pembaca ada di dalam bahaya yang besar. Sudah lama Kristen, tetapi belum dewasa dalam iman
(5:12-14, bnd. 6:1-4), oleh karena itu mereka mungkin akan berbalik kepada agama Yahudi (3:12 dan
seterusnya; 4:11; 12:13) itu sebabnya si penulis menyebut suratnya sebagai kata-kata nasehat (13:22) oleh
karena pembaca begitu membutuhkan kata-kata nasehat itu, maka surat Ibrani ditulis.

3. Penulis Surat Ibrani


Penulis surat Ibrani tidak mencantumkan namanya dan tidak memberi salam. Surat ini tidak mempunyai
alamat seperti biasanya dalam surat-surat yang ditulis pada abad pertama. Ada penafsir-penafsir berkata bahwa
surat ini bukan surat biasa melainkan suatu khotbah dalam bentuk tertulis. Memang benar bahwa menurut
tradisi yang cukup tua, surat ini dikenal sebagai surat yang dialamatkan kepada orang-orang Ibrani. Walaupun
surat Ibrani sendiri tidak menyebut siapa penulisnya, ada beberapa observasi yang dapat menolong kita, antara
lain :
❑ Surat Ibrani ditulis oleh seorang terpelajar yang mempunyai pengetahuan tentang bahasa Yunani yang
sangat tinggi. Seorang penafsir berkata: “tentang bahasa surat Ibrani pada umumnya diakui bahwa ini
adalah bahasa Yunani yang terindah di seluruh Perjanjian Baru”.
❑ Si penulis bukanlah seorang rasul Yesus Kristus. Dia menerima Injil melalui mereka yang mendengar
Tuhan Yesus secara langsung (2:3). Dia termasuk generasi kedua dari orang-orang percaya.

66
❑ Penulis surat Ibrani sangat mengenal Perjanjian Lama secara mendalam, dia memakai LXX
(Septuaginta; terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani ) ketika mengutip dari Perjanjian
Lama.
❑ Ada banyak hal dalam surat ini yang menunjukkan bahwa surat ini ditulis oleh seorang Yahudi, yang
mengenal tokoh-tokoh Kristen yang pertama, walaupun ia sendiri seorang Rasul. Jelaslah bahwa dia
sudah mengenal Timotius (13:23) karena dipanggil “saudara kita”.
❑ Si penulis cukup terkenal sehingga para pembaca langsung menerima surat ini tanpa ragu-ragu
walaupun namanya tidak disebut.
Dalam gereja mula-mula Paulus dan Barnabas sering disebut sebagai penulis surat Ibrani. Tetapi menurut
pandangan kami, teori ini tidak dapat diterima; ada paling sedikit dua hal, yaitu :
❑ Biasanya Paulus menyebut namanya kalau Paulus adalah penulis surat Ibrani, maka surat ini merupakan
satu-satunya kekecualian (Rom. 1:1; 1 Kor. 1:1, dsb).
❑ Paulus sendiri yakin bahwa dia menerima Injil langsung dari Yesus Kristus (bnd. Gal. 1:11). Hal ini
bertentangan dengan kesaksian si penulis dalam Ibrani 2:3.

4. Waktu penulisan
Surat Ibrani ditulis seblum tahun 68 M atau sesudah tahun 80 M. Surat Ibrani ditulis dalam masa hidup
generasi Kristen yang kedua (2:4) dan pada suatu tenggang waktu yang cukup lama setelah itu menjadi percaya
dan bertobat.

5. Sifat Surat
Bila kita membaca permulaan surat ini, tidak ada di sana siapa penulis, salam serta kepada siapa. Gaya
sastra karangan ini sangat dekat dengan cara khotbah dalam rumah ibadat Yahudi yang terletak dalam
lingkungan hellenis (diantara orang Yahudi di Asia Kecil sebenarnya bentuk surat seperti ini lazim seperti surat
1 Yohanes). Namun, bila kita baca surat Ibrani ini, banyak kita temui yang menunjukkan penulis berbicara
kepada pembaca (2:5; 5:11; 6:9; 8:1-; 9:5), kata-kata nasehat ini (paraklesios) berarti khotbah yang bersifat
mengautkan dan membangun jemaat yang sudah lelah dan suram. Walaupun di sana ada salam (13:24-25) hal
ini tidak mengurangi khotbah yang dikirimkan.

6. Maksud dan Tujuan Penulisan Surat


Maksud penulisan surat Ibrani adalah untuk menjawab dilema yang terjadi, sekaligus pengarang hendak
mengatakan bahwa penyataan Allah di dalam Kristus melebihi malaekat dan Musa.

7. Ciri Khas
❑ Kerangka surat ini terdiri dari serangkaian perbandingan yang masing-masing diikuti oleh suatu
peringatan dan suatu nasihat yang biasanya termuat dalam sisipan.
❑ Surat Ibrani ini menyerupai suatu pidato yang diawali oleh suatu peryataan, diikuti oleh suatu
pembuktian yang disesuaikan secara berkala terhadap kebutuhan-kebutuhan para penbacanya dan
diakhiri suatu klimaks yang luar biasa. Kecuali pasal 13 yang sama sekali tidak bergaya surat rasuli
namun lebih patut disebut sebagai pidato.
❑ Sejalan dengan peringatan yang muncul secara berkala dalam surat ini adalah nasihat-nasihat yang
menambah kualitas argumentasinya.
❑ Dalam tema surat Ibrani adalah Kristus adalah jalan yang baru dan yang hidup (10:20) yaitu tentang
“Keunggulan Kristus”.

67
8. Pokok-pokok yang dibicarakan
a. Keselamatan yang nyata dalam Kristus jauh lebih besar dan penting dari yang diyatakan dalam
Perjanjian Lama.
Untuk itu, pengarang terus menerangkan dan menafsirkan perikop-perikop Perjanjian Lama (Maz. 8;
Ibr. 2; Maz. 95; Ibr. 3:4; Maz. 110; Ibr. 7; Yer. 31; Ibr. 8; Maz. 40; Ibr. 10). Imam besar Perjanjian
Lama harus mengorbankan setiap hari korban sedang imam besar Kristus sudah mempersembahkan
dirinya satu kali saja dan berlaku untuk setiap kali yang lain (7:27) Imam besar Perjanjian Lama tidak
membawa darah binatang persembahan, Dia membawa darah-Nya sendiri (9:12).
Cara penulis menafsirkan Perjanjian Lama adalah dengan cara Alegori, setiap perikop dianggap sebagai
gambaran yang perlu diterjemahkan dan berhubungan dengan Yesus Kristus. seperti Maz. 8 dianggap
sebagai masa penderitaan yesus (2:6-7).
Cara penafsiran Perjanjian Lama yang kedua dipakai secara Tipologi; satu orang atau satu kejadian
dalam Perjanjian Lama dianggap merupakan tanda (lambang) typos untuk hal yang nanti dalam
Perjanjian Baru terjadi dengan Yesus Kristus secara sempurna. Imam Melkisedek dari PL (Kej. 14:17,
dst) menjadi lambang imam besar Yesus Kristus (Ibr. 7).
❑ Ajaran tentang yang sudah percaya dalam Yesus Kristus sebagai juru selamat, bila murtad lagi, maka
tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk kembali selamat, karena tidak ada pertobatan kedua (6:4-6;
12:17).

9. Struktur Isi
❑ Yesus : Jurus elamat yang baru dan lebih bai (psl. 1-7)
❑ Golongan : Perjanjian Baru lebih baik (8-10:18)
❑ Imam : Jalan yang benar dan lebih baik (10-13:19)

68
PENGENALAN SURAT-SURAT AM (KHATOLIK)

Surat – surat Am/katolik artinya surat – surat yang dilamatkan secara umum (kata katolik artinya
umum), surat-surat yang tidak dialamatkan kepada jemaat tertentu dan kepada orang tertentu. Katolik berarti
surat-surat itu oleh Kristen umum diterima sebagai kitab suci. Begitulah istilahnya yang dijelaskan oleh
Agustinus. Surat – surat Am ini terdiri dari :
❑ Yakobus
❑ 1 Petrus
❑ 2 Petrus
❑ Yudas
❑ 1, 2 dan 3 Yohanes

A. Surat Yakobus
1. Penerima surat
Dalam surat ini disebut “Kedua belas suku di perantauan”. Karena tidak ada disebut kepada siapa, maka
dianggap seluruh orang Kristenlah penerimanya, yang dimana-mana disebut Israel yang benar ( Gal. 6:16; Fil.
3:3; 1 Pet. 1:2, 17; Wah. 7:4; 14:1). Secara harafiah kedua belas suku diperantauan artinya adalah orang-orang
Yahudi diaspora, tetapi maksud sebenarnya adalah Israel yang orang asing yang tanah airnya di surga (Gal.
6:16; Fil. 3:20; Ibr. 13:14; 1 Pet. 1:17).

2. Keadaan Jemaat
Dari isi surat Yakobus dapat ditarik kesimpulan bahwa para pembaca sedang mengalami banyak
pencobaan (1:2). Yakobus juga tahu tentang keadaan sosial mereka (1:9-10; 5:1-8). Ada pertengkaran diantara
mereka (4:1). Ada kecenderungan untuk mengasihi dunia ini (4:4) serta segala macam harta benda (5:1) oleh
karena kekurangan-kekurangan ini Yakobus menulis untuk menengur dan mengarahkan mereka.
Hidup rukun jemaat terganggu, oleh karena adanya perkelahian, kesombongan (3:4-12; 4:1-6, 11).
Rupanya kebanyakan anggota jemaat miskin (1:9-11; 2:5), pengurus jemaat lebih melayani orang kaya (2:1-4),
yang kaya tidak mengasihi yang sesama manusia dengan kekayaannya (5:1-6; 2:14-16). Mereka ingin
kedudukan yang tinggi dalam jemaat (3:1). Anggota jemaat mengakui percaya kepada Allah secara teoritis saja
(2:14-26).

3. Sifat surat
Menurut isinya, karangan ini tidak dapat disebut surat, karena tidak terdapat suatu gaya hubungan
bhatin sebagaimana surat biasa, dan lebih cocok disebut sebagai uraian ajaran. Isinya tidak lain dari kumpulan
peringatan, nasehat dan ajaran tentang kelakuan yang baik.
Dalam seluruh karangannya Yesus Kristus hanya disebut dua kali saja (1:2; 2:1). Karena itu ada yang
berpendapat bahwa karangan ini adalah karangan Yahudi yang menekankan perbuatan, namun tidak mungkin
dalam karangan yahudi ada pandangan tentang Allah telah memperanakkan kita” (1:18).

69
4. Maksud dan tujuan penulisan surat
Maksud penulisan surat Yakobus adalah untuk memberikan nasehat-nasehat kepada orang-orang Kristen
dan disamping itu banyak kekurangan, pencobaan maupun kecenderungan yang dialami pembaca. Oleh karena
itu maksud utamanya adalah untuk menegur dan mengarahkan mereka. Membimbing anggota jemaat keluar
dari pandangan yang salah kepada hidup yang benar.

5. Penulis
Dalam Perjanjian Baru ada lima yang bernama Yakobus, yaitu :
❑ Yakobus anak Zebedeus (Mrk. 1:19; 3:17; Kis. 12:2, yaitu saudara Rasul Yohanes.
❑ Yakobus saudara Yesus (Mrk. 6:3; 1 Kor. 15:7; Gal. 1:19; 2:9, 12; Kis. 12:17; 15:13; 21:28; Yudas 1)
❑ Yakobus anak Alfeus (Mrk. 3:18).
❑ Yakobus muda (Mrk. 15:40; 16:1)
❑ Yakobus bapa Rasul Yudas (Luk. 6:16; Kis. 1:13).
Penulis surat Yakobus, kemungkinan adalah Yakobus saudara Yesus yang cukup dikenal, yang mungkin
bertobat setelah lebangkitan Yesus (1 Kor. 15:7) dan mungkin akhirnya menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem
(Kis. 12:17; 21:18). Dalam kedudukannya itu, dia bertemu dengan Paulus di Yerusalem (Gal. 1:19; 2:9; Kis.
15:13).
Tetapi gaya bahasa Yunani surat ini yang demikian tinggi, rasanya membuat kita mengambil kesimpulan
bahwa tidak mungkin surat ini dikarang oleh yang tidak disebsarkan dalam dunia yang berbahasa Yunani dan
mungkin dia adalah seorang guru (didaskalos; 3:1).

6. Waktu dan tempat penulisan


Kedatangan Tuhan Yesus dinantikan segera (5:8). Jadi surat ini belum begitu lama ditulis setelah
kebangkitan Yesus. Uraian tentang hubungan antara iman dan perbuatan merupakan koreksi atas tulisan Paulus
dalam Galatia 2:16; 3:5-11. jadi surat ini ditulis setelah surat Galatia, oleh karena itu kemungkinan sekitar tahun
57 Masehi.
Ada hubungan antara surat ini dengan I Petrus, susunannya sedikit banyak mengikuti urutan yang sama,
antara lain :
❑ Yakobus 1:2, 3 ------- 1 Pet. 1:6, 7
❑ Yakobus 1:10-11 ------- 1 Pet. 1:24
❑ Yakobus 4:6 ------- 1 pet. 5:5
❑ Yakobus 4:7 ------- 1 Pet. 5:8,9
❑ Yakobus 5:20 ------- 1 Pet. 4:8
Hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa penulis Yakobus memakai I Petrus atau sebaliknya. Jika
Yakobus ditulis setelah 1 Petrus maka ini berarti Yakobus ditulis sekitar tahun 70 M. Eusibius sendiri (abad
dua) masih menyangsikan keabsahan surat ini, mungkin surat ini lebih muda dari dugaan diatas, amak berbau isi
surat gembala Hermas dan 1 Clement. Tentang tempat penulisan kemungkinan besar di Yerusalem, namun hal
ini tidak dapat dipastikan.

7. Pokok yang dibicarakan dalam surat Yakobus


❑ Perlakuan yang bermuka muka dari pelayan jemaat
❑ Ajaran tentang iman dan perbuatan.
Manusia dibenarkan juga oleh karena perbuatannya, bukan hanya karena iman (2:24). Pengakuan teoritis
(dengan mulut saja) tanpa realitas dalam kenyataan dan usaha, tidak ada gunanya. Mungkin karena Yakobus
melihat bahaya pengakuan teoritis ini maka ia menekankan perbuatan sebagai kesatuan yang utuh dengan iman.
70
Surat ini menjadi penting, setiap kali jemaat lupa bahwa iman berarti suatu keadaan jasmaniah juga. Iman tanpa
perbuatan berarti omong kosong (tidak betul sebaia iman yang benar).

8. Ciri khas
❑ Tidak banyak menyinggung doktrin Kristen yang sistematis
❑ Nama Yesus Kristus sebanyak 2 kali (Yak. 1:1; 2:1), dan mungkin dalam Yakobus 5:8, sinagoge
disebutkan sebagai perkumpulan bukan gereja (Yak. 2:2).
❑ Dalam gaya surat Yakobus ini amat menyerupai ajaran Yesus, terutama tentang khotbah di bukit.
❑ Persamaan dalam pepatah sindiran tentang kebenaran, persamaan dalam gaya bahasa yang akrab dengan
kehidupan sehari-hari di pedesaan. Persamaan dalam teguran-teguran langsung, dan persamaan dalam
topik pembicaraan semuanya ada di dalam surat Yakobus.
❑ Jarangnya pembicaraan Yakobus tentang Kristologi, besarnya tekanan pada etika dan kesamaan yang
jelas dengan ajaran Yesus rupanya menunjukkan bahwa surat ini ditulis pada saat gereja masih berada
dalam lingkungan Yudaisme dan sebelum ia menjadi gerekan keagamaan yang berdiri sendiri.
❑ Yakobus lebih menekankan bahwa Abraham dibenarkan oleh iman sebelum iman itu dimateraikan
dengan perbuatan.
❑ Yakobus menjelaskan bahwa manusia dibenarkan oleh iman, iman dibenarkan oleh perbuatan.
❑ Ciri khususnya melalui tema yaitu: Seputar norma-norma hidup yang benar.

9. Struktur Isi
❑ Pendahuluan (1:1)
❑ Nasehat-nasehat dalam menghadapi pencobaan (1:2-18)
❑ Nasehat-nasehat untuk menjadi pelaku Firman Tuhan (1:19-25)
❑ Bukti iman yang besar (1:26-5:6)
❑ Ajuran dan dorongan (5:7-20)
B. Surat Petrus yang pertama (I Petrus)
1. Penerima Surat
Surat ini dialamatkan kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapodokia, Asia
Kecil dan Bitinia. Maksud dari kata-kata “orang pendatang” disini adalah yang dahulunya sebagai orang kafir
dan sekarang menjadi orang Kristen, jadi mereka ini bukan yang berlatar belakang Yahudi (1:18; 2:10). Mereka
disebut orang yang dipilih (ekklektoi) dan oleh karena itulah mereka disebut musafir yang bertaburan (1:17;
2:11).
Mengingat hal-hal yang konkrit yang berupa ajaran, surat ini agaknya bukan hanya ditujukan kepada
jemaat-jemaat itu, melainkan juga kepada orang-orang Kristen dimanapun berada. Jemaat-jemaat yang disebut
dalam surat ini adalah jemaat-jemaat hasil pekerjaan PI Paulus.

2. Keadaan Penerima Surat


Jemaat-jemaat tersebut berada dalam penderitaan (5:9) bukan karena pelanggaran kesusilaan (4:15-16)
melainkan oleh karena mereka orang Kristen, mereka didakwa dan dihakimi (2:12) mereka dihambat (1:6, 7;
3:14, 17) diejek (3:9, 16) oleh karena Kristen (4:14, 16).
Siapakah yang menindas orang Kristen ? siapakah musuh Kristen itu? ada yang mengatakan;
pemerintah, pada masa kekaisaran Domitianus (81-96), pada masa itu terjadi pengejaran umum terhadap orang
Kristen. Tetapi 1 Petrus 2:13-17 menengaskan ketaatan kepada pemerintah dan sikap positif terhadapnya. Jadi,
mungkin dari sesama manusia dalam masyarakat sekitar jemaat.

3. Sifat dan maksud surat


71
Surat ini bersifat umum (am) artinya kepada setiap orang yang merasa bersangkutan. Maksud surat ini
menasehati dan meyakinkan (5:12) supaya jemaat tidak tawar hati. Penderitaan yang mereka alami berarti:
mereka mendapat bagian dalam penderitaan Kristus, supaya mereka boleh bergembira pada waktu Ia
menyatakan kemuliaan-Nya (4:13). Surat ini berisi nasehat suami istri (3:1-7), pergaulan diantara sesama (4:7-
11; 5:1-9).

4. Pengarang
Menurut penilaian ahli Perjanjian Baru, bahasa surat ini lebih baik dari surat-surat Paulus, maka
diragukan bahwa surat ini ditulis oleh seseorang seperti Petrus yang pendidikannya jauh dibawah Paulus.
Namun dia Petrus memakai Silwanus (Silas) seperti disebut dalam 1 Petrus 5:12; Kis. 15:22-40, mungkin saja
penulisnya bukan Petrus tetapi Silwanus, dan Petrus menjadi konseptornya.
Bila dilihat dari teologianya dan jemaat-jemaat tersebut adalah yang dibangun Paulus, sulit dipercaya
bahwa Petrus yang tidak seide dengan Paulus menulis surat kepada jemaat-jemaat yang dibangun Paulus (Gal.
2:11-14). Bila tidak ada nama Petrus dalam surat ini, maka surat ini dapat ditempatkan dalam kumpulan surat-
surat Paulus.
5. Tempat penulisan
Bila dikatakan dalam surat ini babilon (5:13), kemungkinan ada dua maksudnya, yaitu :
❑ Roma menjadi Babilon yang baru (nama sindiran) karena menjadi pusat kejahatan. Bila itu yang
dimaksud dengan tempat penulisan surat ini, maka surat ini harus ditulis sesudah tahun 75 M karena
nama sindiran tersebut baru timbul setelah pemusnahan Yerusalem tahun 70 M. petrus meninggal tahun
64/66 M, maka tentu bukan Petrus lagi penulis surat ini.
❑ Ada satu nama tempat disebelah Selatan Kairo. Apakah mungkin Petrus sampai ke sana ? tidak ada
khabar tentang itu, tetapi ada tradisi yang mengatakan Markus juru bahasa Petrus adalah Episkopos yang
pertama di sana.

6. Pokok-pokok yang dibicarakan


❑ Yesus Kristus batu penjuru (2:1-10)
❑ Jemaat adalah bangsa yang terpilih, imam dalam kasih karunia Allah yang baru (2:9).

7. Struktur Isi
❑ Pendahuluan (1:1-2)
❑ Keselamatan di dalam Kristus (1:3-2:10)
❑ Nasehat-nasehat tentang kehidupan Kristen (2:11-5:11)

C. Surat Petrus yang kedua (2 Petrus)


1. Penerima Surat
Alamat penerima surat II Petrus adalah tidak ada alamat yang jelas tetapi kalau kita bandingkan dengan
3:1 jelaslah bahwa II Petrus dialamatkan pada orang-orang yang sudah menerima suratnya yang pertama.
Surat ini ditujukan kepada “mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena
keadilan Allah dan Juruselamat kita” (1:1). Jadi, surat ini dapat saja dikatakan ditujukan kepada semua orang
Kristen.
2. Keadaan Jemaat
Pasal dua dengan jelas mengungkapkan tentang pengajar sesat, nabi palsu dan guru palsu, mereka adalah
orang Kristen (2:20, 21), dan mereka bergerak didalam jemaat (2:13). Mereka sudah meninggalkan kebenaran,

72
hidup dalam percabulan (2:13, 14) dan tidak jemu-jemu berbuat dosa serta serakah. Mereka menyangsinkan
kedatangan Kristus kedua kali (3:3-4).
Dalam surat II Petrus memusatkan perhatiannya pada beberapa topik. Ia mulai dengan keselamatan yang
dianugerahkan oleh Allah dalam Kristus dan cara hidup yang seharusnya mewarnai kehidupan orang yang telah
mengalami keselamatan itu. Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya dengan kesaksian para nabi dan kitab
suci, lalu masalah yang timbul karena munculnya guru-guru palsu, dan akhirnya mengenai parosia yang
tertunda.

3. Sifat Surat
bahasa surat ini berbeda sekali dari 1 Petrus. Kesamaan dengan Yudas sangat jelas/erat, yaitu :
❑ 2 Pet. 2:2, 4 ------ Yudas 4, 6
❑ 2 Pet. 2:6 ------ Yudas 7
❑ 2 Pet. 2:10 ------ Yudas 8
❑ 2 Pet. 2:13 ------ Yudas 12
Oleh karena surat Yudas lebih singkat dan tegas maka diduga 2 Petrus ini bergantung pada Yudas. Yudas
dengan terang mengutip surat-surat Apokrif (Yudas 5, 14, 15) dari kitab Henokh, Yudas 9 dari kitab kenaikan
Musa). Hal ini tidak dibuat oleh 2 Petrus mungkin karena ia segan langsung mengutip dari Apokrif.

4. Maksud Surat
Pengarang tidak jemu-jemu menasehatkan penerima atas bahaya dari penyesat. Dia juga menerangkan
tentang cara kedatangan Kristus (3:10-13). Dia menasehatkan juga tentang pengertian Firman, nubuatan Alkitab
tidak boleh dijelaskan atas kehendak perseorangan (1:20). Peringatan-peringatan tentang surat-surat Paulus dan
surat-surat lainnya yang arti sebenarnya diputar balikkan (3:15, 16).
Maksud dan tujuan penulisannya, antara lain :
❑ Memberikan peringatan terhadap pengajar-pengajar sesat yang membentangkan pengajaran-pengajaran
sesat yang membinasakan (2:1)
❑ Tujuan penulisan 2 petrus ini untuk menghadapi masalah-masalah ajaran sesat dan berdasarkan tema
nya, yaitu: “ waspadalah terhadap penyesat-penyesat”.

5. Pengarang
Pengarang memperkenalkan dirinya dengan nama lengkap :Simon Petrus (1:1). Pasal 1:14
mengingatkan kita akan Yoh. 21:18 dst. Walaupun pengarang berusaha keras untuk memberi kesan bahwa
penulis surat ini adalah simon Petrus (1:16-18) dan paulus disebut sebagai saudara yang dikasihi (3:15) tetapi
warna apokrif (2:4-6) dan pasal 3:4 tentang generasi pertama Kristen yang telah meninggal, menunjukkan
bahwa bukan Petrus penulis surat ini.
Origenes sendiri menggolongkan surat ini dalam kelompok tulisan yang diragu-ragukan. Hieronimus
menulis bahwa surat ini disangkal kebanyakan jemaat. Tetapi biarpun surat ini tidak ditulis oleh Petrus sendiri,
mungkin sekali seorang murid Petrus lah yang merasa terdorong untuk menguatkan jemaat dengan memakai
kewenangan orang yang diakui jemaat.

6. Waktu dan tempat Penulisan


Bila surat ini ditulis atas pesan Petrus, maka waktunya adalah ketika ajal Petrus sudah dekat (1:14).
Maka surat ini ditulis sekitar tahun 66 M di Roma, demikianlah menurut tradisi gereja. Tetapi bila 2 Petrus
ditulis setelah surat Yudas, maka waktunya adalah sekitar tahun 110 M.

7. Struktur Isi

73
❑ Pendahuluan (1:1-2
❑ Bertumbuh dalam pengenalan akan Allah (1:3-11)
❑ Berakar di dalam kebenaran (1:12-21)
❑ Tentang pengajar-pengajar sesat (2:1-22)
❑ Tentang kdatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya (3:1-16)
❑ Penutup (3:17-18)

D. Surat Yohanes Yang Pertama (I Yohanes)


1. Penerima Surat
Tidak disebut siapa penenrimanya. Tetapi, nyata benar penulis dan penerima surat mempunyai
hubungan yang erat dengan sapaan: anak-anakku, saudara-saudaraku yang kekasih (2:1, 7, 12, 18, 28; 3:21; 4:1;
5:21)
Bahan di dalam surat ini sendiri tidak ada yang mengingatkan kita kepada pengarang surat ini namun
dapat dikemukakan bahwa orang-orang Kristen yang di sana hangat, haruslah dicari disekitar Efesus.

2. Keadaan Penerima Surat


Agaknya terjadi pepecahan di dalam jemaat oleh pengajaran yang sesat (2:19). Pengajar sesat itu
termasuk aliran gnostik yang disebut Doketisme yaitu yang mengajarkan bahwa Yesus dan Anak Allah harus
dibedakan. Yesus adalah manusia biasa. Sebelum sengsaralah harus dibedakan. Sebelum sengsara dan
kematianNya. Kristus sebagai anak Allah menceraikan diri dari manusia Yesus. Menurut mereka, Tubuh Yesus
Kristus itu khayalan saja, bukan yang sesungguhnya.
Sesuai dengan ajaran gnostik, penebusan berarti kelepasan jiwa dari penjara jasmani dan setelah jiwa
dilepaskan dari penjara tubuh. Tubuh tidak tercemar jiwa lagi, oleh karena itu kemauan daging boleh saja,
apapun perbuatan daging itu, tidak lagi mempengaruhi jiwa yang sudah ditebus tadi (1:8).
Berdasarkan hal itu, pengarang dengan jelas mengatakan bahwa Yesus Kristus datang dalam daging
yang konkrit (4:2,3). Dan arti Kristus bukan terletak pada pengajaran-Nya tetapi pada penebusan dosa seisi
dunia ini. Terhadap ajaran etika gnostik, penulis mengatakan bahwa mereka adalah anti Kristus (2:18).
Bagaimana mungkin memisahkan pengenalan dan pengakuan Allah dari perbuatan. Oleh karena itu
dikatakannya, orang yang telah bersekutu dengan Allah tetapi hidup dalam kegelapan (perbuatan-perbuatan
yang gelap) dia itu berdosa (1:6, 8, 10). Pengarang mengatakan juga, bila kita tidak ada berbuat dosa, maka kita
membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita (1:10 bnd. 5:18; 3:16). Ini menunjukkan
kepada etika gnostik yang menyatakan bahwa jiwa yang telah keluar dari penjara daging tidak lagi berdosa
apapun perbuatan daging itu.
3. Sifat/Maksud Surat
Surat ini merupakan bingkisan terhadap pengajar sesat dan peringatan untuk mengasihi saudara (3:11-
17). Kedua pokok ini terus menerus terkandung dalam surat ini.
Pengarang bermaksud membimbing orang Kristen dalam hal dokrin dan kelakuan. Dan maksud surat ini
adalah supaya mengalami sukacita sebagai hasil persekutuan dengan Allah, dan jalan-Nya ialah menjauhkan
diri dari ajaran sesat dan tinggal tetap dalam ajaran yang benar. Pengarang menulis surat ini untuk menyajikan
penyangkalan atas ajaran sesat.
4. Latar belakang surat
❑ Surat ini timbul guna menampik kegiatan guru-guru penyesat yang telah mengundurkan diri dari
jemaat dan berusaha menggoda orang-orang percaya, Yohanes menyebut mereka anti Kristus
❑ Adanya aliran dari gnostik yang mengajarkan bahwa tubuh Kristus yang disebut Yesus adalah
khayalan, aliran ini disebut Doketisme
74
❑ Surat ini ditulis untuk melawan pengajaran Serinthus yang menganggap Yesus adalah manusia
biasa.
5. Pengarang
Tidak ada keterangan dalam surat ini, siapa pengarangnya, tetapi susunan kalimat yang pararel (1:1
dengan Yoh. 1:1) maka disebutlah Yohanes sebagai pengarangnya.

6. Waktu dan Tempat Penulisan


Mengingat jenisnya ajaran sesat yang disebut dalam surat ini, maka surat ini agaknya ditulis pada akhir
hidup Yohanes yaitu sekitar tahun 90 M dan waktu itu Yohanes berada di Efesus.
7. Ciri Khas
1 Yohanes terdiri dari 7 pertentangan yang berurutan. 7 pertentangan itu melukiskan perbedaan “yang
benar” dan “yang sesat”, yaitu :
❑ Terang dan gelap (1:5-2:11)
❑ Bapak dengan dunia (2:12-17)
❑ Kristus dan anti Kristus (2:18-28)
❑ Pekerjaan yang baik dan pekerjaan jahat (2:29-32)
❑ Roh Kudus dan Roh Penyesat (4:1-6)
❑ Kasih dan Munafik (4:7-21)
❑ Orang yang beramal dari Allah dengan orang-orang lainnya (5:1-21)

8. Struktur Isi
❑ 1:1-4 Pendahuluan
❑ 1:5-2:5 Allah itu terang. Oleh karena itu anak-anak Allah harus berjalan dalam terang.
❑ 2:9-4:6 Allah itu benar (adil). Oleh karena itu dengan kebenaran dapat dibedakan orang-
orang beriman dan anak-anak dunia.
❑ 4:7-5:17 Allah itu kasih. oleh karena itu anak-anak Allah harus saling mengasihi.
❑ 5:18-21 Siapa yang sudah lahir dari Allah akan mengalahkan dosa/dunia dan akan
mengenal hidup yang kekal dan sempurna.

E. Surat Yohanes Yang Kedua (II Yohanes )

1. Penerima Surat
Surat ini ditujukan kepada: Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Ini adalah
kiasan bagi jemaat sebagai pengantin Kristus (bnd. Wah. 22:17). Agaknya jemaat ini hasil pekerjaan pengarang
(ay. 8).
2. Sifat/Maksud Surat
Surat ini bermaksud menasehati jemaat untuk bertahan dalam kasih dan pengakuan yang benar melawan
pengajaran sesat (ay. 7), yang agaknya ajaran gnostik doketisme.
Surat ini memberikan seruan tetap berjalan dalam kebenaran. Dan ditambah nasehat yang keras yaitu jangan
memberi tumpangan kepada guru-guru penyesat dan ia mendorong mereka tetap mengikuti kebenaran yang
sudah ada dalam hati mereka dan menggenapi kasih (4:11).
3. Ciri Khas
Memiliki khas perlambang untuk menyapa suatu jemaat yaitu dengan menggunakan istilah yaitu kepada ibu
yang terpilih dan anak-anaknya.
4. Struktur Isi

75
❑ Salam (1-3)
❑ Ketekunan ; Harus berjalan dalam kasih (4-6)
❑ Doktrin ; Harus berhati-hati terhadap keeratan (7:11)
❑ Salam penutup (12-13)

F. Surat Yohanes Yang Ketiga (III Yohanes)


1. Penerima Surat
Surat ini dialamatkan kepada Gayus. Siapa gayus ini, tidak jelas diketahui tetapi jelas, ia adalah seorang
yang suka memberi tumpangan bagi pekabar Injil (5-6)
2. Sifat/Maksud Surat
Sifat surat ini adalah surat perorangan (personal) mengenai soal-soal jemaat. Maksudnya untuk
menguatkan Gayus dalam kehidupan tetap berjalan dalam kebenaran. Mungkin sekali, surat ini adalah surat
pengantar bagi Demetrius (12).
Gayus perlu dukungan moril, oleh karena pemimpin jemaat bernama Diotrepes sudah menolak
membantu para penginjil yang berjalan-jalan itu. Rupanya telah terjadi struktur monarkhi episkopat, bukan
majelis lagi yang memutuskan perkara, cukup dia saja.

3. Waktu dan Tempat Penulisan


Perlawanan terhadap gnostik adalah sekitar tahun 100 M. Jadi surat ini diperkirakan ditulis tahun 100 M.
menurut tradisi gereja, Yohanes meninggal pada akhir pemerintahan kaisar Domitianus (sekitar tahun 81-96).
Pada umur yang sangat lanjut. Semua ahli Perjanjian Baru setuju bahwa surat ini ditulis di Efesus atau
sekitarnya mengingat ajaran sesat di sana.
4. Struktur Isi
❑ Salam (1)
❑ Gayus; Ibadah dalam kebenaran dan kasih (2-8)
❑ Diotrefes; berbuat jahat dengan membesarkan diri dan berselisih (9-11)
❑ Demetrius; kesaksian baik karena kebenaran dan kesimpulan (12-14)
G. Surat Yudas
1. Penerima Surat
Surat ini ditujukan kepada “mereka yang terpanggil, yang dikasihi, dalam Allah Bapa dan yang
dipelihara untuk Yesus Kristus“ (1). Jadi dapat dikatakan surat ini ditujukan untuk tiap orang Kristen.
2. Keadaan Penerima Surat
Jemaat itu agaknya telah dimasuki ajaran sesat oleh guru-guru palsu (3-16), dan bersifat gnostik seperti
dalam surat Yohanes (dengan sikap etis yang tidak menghargai tubuh yang telah diselamatkan oleh Yesus
Kristus).
3. Sifat/maksud surat
Surat ini seperti surat selebaran anti bidat; bertitik tolak dari peristiwa dalam jemaat itu, penulis
memperingatka orang Kristen untuk melawan para pengajar sesat yang telah memasuki jemaat (4). Mereka akan
dihakimi, seperti malaikat yang telah jatuh ke dalam dosa atau seperti Sodom dan Gomora (6,7).
4. Pengarang
Surat ini menyebut pengarangnya Yudas (ay.1), saudara dari Yakobus, hanya terdapat satu orang
Yakobus yang cukup dikenal yaitu saudara Yesus (Yak. 1:1; I Kor. 17:7, lihat juga Mrk. 6:3; Mat. 13:55).
Tetapi, sangat diragukan Yudas itu penulis surat ini, oleh karena dia mengatakan kepada pembaca: dahulu telah

76
dikatakan kepada kami oleh rasul-rasul Tuhan (17). Kata seperti itu, tidak mungkin keluar dari murid Yesus
sendiri. Juga gaya bahasa Yunaninya yang halus tidak mungkin ditulis oleh seseorang yang lahir dan besar di
Galilea.
5. Waktu dan Tempat Penulisan
Karena kutipannya dari buku Apokrif (ay. 6 – Henokh 6-7, 10-13, 15 – Yudas 14-15) surat ini masih
sangat muda usianya. Diperkirakan sekitar tahun 100 M. sesudah II Petrus, buku inilah yang terkemudian dalam
perjanjian Baru.
KESUSASTRAAN APOKALIPTIK

Untuk memahami kitab Wahyu yang mempunyai gaya sastra tersendiri dalam Perjanjian Baru, kita perlu
meninjau tentang sastra apokaliptik, sebab kitab wahyu ini berakar gayanya seperti sastra apokaliptik.
Didalam lingkungan Yahudi/Kristen mulai dari Daniel, sastra apokaliptik berlimpah ruah sampai abad
ke dua masehi. Kira-kira apa sebabnya? sejak perjuangan keluarga Makabe, pengharapan akan kerajaan Israel
sangat dinanti-nanti. Pengharapan/keyakinan ini membekas dalam sastra apokaliptik sampai Yahudi dikalahkan
sama sekali oleh Roma tahun 70 M. sejak itu pengharapan yang berkobar-kobar diganti dengan penantian diam-
diam dan panjang sabar untuk menahan kesukaran zaman. Apokaliptik adalah buah liar dari nubuatan Perjanjian
Lama. Dari surat Yudas kita mengetahui juga bahwa orang-orang Kristen menambah buku-buku kepada yang
sudah ada dari Yahudi seperti: : Wahyu Yohanes, Wahyu Petrus, Gembala Hermas, dll.
Unsur-unsur pandangan Apokaliptik
3. Ada kepercayaan yang teguh bahwa ada rencana keselamatan Allah yang menjadi dasar perkembangan
sejarah. Inilah azas apokaliptik bahwa segala sesuatu tidak terjadi sendirinya. Kita tidak hanya dapat
seperti buah catur yang disorongkan ke kiri dan ke kanan. Allah yang memimpin melalui taufan sejarah.
4. Rencana keselamatan itu rahasia adanya. Tetapi pengarang tampil kemuka dengan kepastian bahwa
Tuhan telah mengungkapkannya baginya tudung yang menyelubungi rahasia itu supaya orang beriman
terhibur, tahan uji dan percaya.
5. Tanpa kecuali, dunia ini adalah jahat, dalam genggaman si jahat. Waktu tudung yang menyelubungi itu
disingkapkan, si apokaliptis melihat kesesakan/penderitaan masa kini akan bertambah hebat. Khususnya
umat yang terpilih akan mengalami penyiksaan dashyat, kesemuanya akan disertai tanda-tanda dari langit
dan bumi. Sesudah kemelut turun, tibalah masa yang aman sentosa bagi umat pilihan. Tetapi sekali lagi,
segala kuasa si jahat akan berkumpul bertekad membasmi umat pilihan. Kuasa sorgawi melawan bala
tentara si jahat dan menghancur luluhkannya. Hari kiamat telah tiba, segala orang mati bangkit. Tuhan
Allah menghakimi umat manusia. kuasa si jahat dibelenggu selama-lamanya dan dengan itu tibalah
kerajaan damai yang abadi.
Inilah rentetan peristiwa dalam setiap buku apokaliptik, satu sama lain ada variasi di sana-sini. Berhubung
dengan pertentangan diantara dunia yang buruk dan keadaan yang mulia yang akan datang (Mat. 12:32;
Mrk. 10:30; Ef. 1:21; Ibr. 6:5) termulia yang akan datang terjadilah pemisahan yang tegas dalam: antara
dunia ini dengan dunia baru. Timbullah kepercayaan; kosmos ini akan hilang lenyap dan diganti oleh umat
yang baru diatas dunia yang baru. Ada kalanya juga surga menjadi tempat segala orang percaya yang
selamat.
Pengarang biasanya tidak hanya memberi tujuan atas urutan-urutan peristiwa , melainkan juga
memberitahukan bila hal itu akan terjadi dan beberapa lama hal itu berlaku (bnd. Mat. 24:14; Wah. 12:6, 14;
13:5; 20:5) dan selalu disebut ‘masanya sudah dekat” (bnd. Yes. 13:6; Yoel 2:1; Zef. 1:14). Bahan-bahan
tersebut dibentangkan dengan memakai lambing-lambang (bintang, angka-angka, binatang-binatang) dan
kiasan-kiasan kesemuanya diterima dalam mimpi atau khayalan. Seringkali mereka terangkat ketempat lain di

77
dunia ini atau ke sorga. Pengaruh apokaliptik dalam Perjanjian Baru adalah seperti Mrk. 10:30; 1 Kor. 5:51-54;
1 Tes. 4:16, 17; 2 Tes. 2:3-12).
Dari mana asal apokaliptik, tidak diketahui dengan jelas. Sekarang pertanyaan; apakah persamaan wahyu
dan perbedaannya dengan karya apokaliptik ? Penulis Wahyu menerima wahyu dari Yesus dalam khayal (Wah.
1:10), ia terangkat (4:1); dia mempergunakan banyak kiasan-kiasan dan lambang-lambang (Wah. 2:1; 4:5; 5:8;
8:13; 12:13). Rumusannya yang samar-samar mengesankan rahasia (10:4; 13:18; 17:1-6). Kerajaan seribu tahun
sebagai masa umat pilihan (Wah.20:1-6) diakhiri dengan usaha raksasa dari iblis memusnahkan umat pilihan (
Wah. 20:2-10). Dijanjikannya kosmos yang baru ( Wah. 21) waktu segala sesuatu berlalu (Wah. 9:10; 11:2, 11;
12:6, 14; 13:5; 20:5). Lambang-lambang yang dipergunakan berlatar belakang unsur dunia Babel, Parsi dan
Yunani.
Bila kita lihat persamaan gaya diatas, kita melihat juga perbedaan yang sangat menyolok, antara kitab Wahyu
dengan sastra apokaliptik, antara lain :
❑ Bila pengarang apokliptik memakai tinjauan sejarah masa lampau, Yohanes tidak demikian.
❑ Bila pengarang apokaliptik menyamarkan diri dengan memakai nama-nama yang tersohor seperti
Yesaya, Musa, Henokh. Sedangkan Yohanes memakai namanya sendiri.
❑ Bila dalam apokaliptik keselamatan terikat pada suatu bangsa (Israel) dalam Wahyu tiap-tiap suku,
bahasa, kaum dan bangsa diperuntukan keselamatan itu (Wah. 5:9; 9:9).
❑ Penghiburan dalam apokaliptik hanya berdasarkan pengharapan saja, tetapi dalam Wahyu Ia
memberi hiburan pengharapan atas dasar kemenangan Allah yang sudah nyata didalam Yesus
Kristus (Wah. 1:5, 8, 17, 18).

78
PENGENALAN KITAB WAHYU

1. Latar Belakang Historis Umum


Wahyu Yohanes dialamatkan kepada Tujuh jemaat Kristen di Asia. Kitab ini dimulai dari satu bentuk
surat biasa: yaitu dari Yohanes kepada Tujuh jemaat di Asia dan diakhiri dengan salam (22:21). Yang dimaksud
Asia Kecil pada waktu Yohanes adalah propinsi Asia Kecil, sekarang Turki. Pada zaman Yohanes disemua
kota ini terdapat jemaat Kristen, tetapi mereka merupakan minoritas. Menjadi orang Kristen di Asia Kecil
menuntut keberanian yang luar biasa.
Tukang-tukang di Asia Kecil mempunyai kebiasaan untuk mengadakan perjamuan makan besar atau
makan bersama sering sekali dibarengi dengan kemabukan dan percabulan. Bila tukang-tukang Kristen tidak
mau turut serta, maka ini merupakan keheranan dan malahan menimbulkan kemarahan dikalangan tukang kafir
(bnd. I Pet. 4:4).
Hidup sehari-hari orang Kristen menjadi bertentangan dengan kehidupan dan kebiasaan orang kafir yang
menjadi mayoritas. Dikalangan orang Kristen itu ada suatu aliran yang disebut Nicolaus (2:6). Yang bersedia
ikut serta dalam kebiasaan kafir itu yang sangat ditentang oleh Wahyu. Tetapi yang lebih mendapat perhatian
ialah penyembahan (kultus) Kaisar yang disembah sebagai dewa utama (Kaisar Romawi). Keadaan pada waktu
penghabisan kaisar Donatius sangat cocok dengan keadaan dalam kitab Wahyu. Pertikaian gereja dengan
kaisar (kultus kaisar) Roma yang pertama, yaitu Kalligula yang menuntut kehormatan ilahi bagi dirinya, ia suka
disebut dengan : “Dominic As Deus” (Tuhan dan Allah kita). Untuk surat sering ia menulis : “Allah kita
berkenan”. Di Efesus didirikan suatu kuil untuk kaisar Dominitianus (3:14). Penduduk daerah Asia kecil lebih
rajin menyembah kaisar sebagai dewa dari pada di Eropa, karena :
❑ Bagian Timur kekaisaran biasa mendewakan Raja.
❑ Karena mereka tidak melihat kaisar dari dekat, sehingga mereka gampang memuja dia sebagai dewa.
❑ Propinsi Asia Kecil berterima kasih atas pemerintah Romawi, sejak Asia Kecil masuk kekaisaran,
mereka tidak lagi menderita oleh pegawai setempat yang menghabiskan harta mereka.
Karena itulah mereka terdorong untuk menyembah kaisar sebagai dewa utama. Penolakan penyembahan
pada kaisar sebagai dewa dapat dilapor kepada pemerintah. Orang-orang Yahudi setelah atau sejak dulu telah
diijinkan untuk tidak turut dalam penyembahan tersebut, karena mereka telah banyak dikekaisaran Romawi.
Kira-kira 6 % agama Yahudi disebut Religiolicita (agama yang diijinkan). Sebaliknya orang Kristen sangat
tidak terkenal jumlahnya dan tidak termasuk dalam Religiolicita. Oleh karena itu ada dua bahaya yang
mengancam orang Kristen:
1. Mereka mendapat bahaya/murka dari pemerintah.
2. Mereka mendapat bahaya/murka dari penduduk kafir
Memang belum ada penghambatan secara sistematis dari pemerintah secara besar-besaran, tetapi ke Kristenan
telah mulai terancam. Yohanes sebagai nabi telah melihat apa yang akan terjadi yaitu pertikaian yang semakin
tajam antara ke Kristenan dan Kaisar Romawi, inilah yang merupakan latar belakang kitab Wahyu. Dalam psl.

79
11 samapi 20 berkali-kali disebut, orang yang menyembah binatang dan patungnya, kalau ada yang menyebut
dia Kristen, dia sudah dapat ditangkap (2:10) dan telah ada yang mati syahid (6:9).

2. Maksud dan Tujuan Kitab


Pararel dengan kitab Daniel, hanya yang setia sampai mati yang dikaruniai mahkota kehdupan (2:10;
3:11; 13:10). Jadi “tinggal setia dalam iman” sebagai pokok yang tersembunyi dalam kitab ini. Pokok
penghiburan kitab Wahyu kepada yang masih hidup diserukan: berbahagialah orang-orang yang mati di dalam
Tuhan karena segala perbuatan mereka menyertai mereka (14:13).
Tujuan penulisan kitab ini adalah untuk menghibur para jemaat yang merasakan permusuhan dunia yang
makin bertambah juga. Untuk memperingati orang-orang Kristen yang lalai dan ceroboh serta mudah tergoda
untuk meleburkan diri dengan dunia.
Buku Wahyu pada dasarnya tidak bermaksud memberitahukan sesuatu rencana urutan sejarah melainkan
bermaksud memberi penghiburan pada jemaat yang sedang mengalami penganiayaan di Asia. Jemaat dipanggil
dan diperintahkan agar percaya kepada kuasa Allah yang akan menang atas segala lawannya (19:9) Wahyu
tidak berbicara diluar konteks sejarah penganiayaan jemaat pada waktu itu. Siapa yang mencoba menerapkan
simbol-simbol atau lukisan dalam Wahyu secara langsung kepada kehidupan jemaat yang lain pasti salah tafsir.

3. Pengajaran
Kita tidak boleh memaksakan satu tafsiran menurut kehendak kita sendiri. Kita harus menenrangkan
teks Wahyu secara murni dengan melihat tempat kedudukan teksnya atau Sitz in Leben. Dengan demikian
Wahyu bukan suatu buku apokaliptik atau cerita mengenai tahapan-tahapan sejarah tetapi suatu buku
penghiburan bagi jemaat tertentu. Dengan metode apa Wahyu Yohanes harus ditafsirkan? berabad-abad
lamanya kitab ini dipergunakan dengan tafsiran yang disebut “Kirchengeschichlich” artinya memakai buku ini
sebagai buku peramalan yang seksama, berbagai masa dan tokoh dalam sejarah gereja. Penafsiran Protestan
pada tahun 1000 menyatakan bahwa binatang adalah Paus (13) karena menuntut penyembahan. Tafsiran tahun
1300 beranggapan bahwa kerajaan 1000 tahun sudah mulai sejak Franciscus Asisi. Marthin Luther menyatakan
: setiap orang membuat dari kitab ini, apa yang orang itu kehendaki. Setiap orang dapat berbuat apa saja,
memakai buku ini untuk peramalan-peramalan; ada yang menyatakan bahwa binatang itu adalah Stalin,
Napoleon, Paus. Dalam penafsiran Wahyu suatu tugas utama ialah: memperhatikan hubungannya dengan
Perjanjian Lama; terutama dengan Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel dan Zakaria. Oleh karena Wahyu
hendak menerapkan nubuatan baru Perjanjian Lama secara baru dan aktual, tetapi jelas kitab ini adalah surat
peringatan atas zamannya sendiri sebagaimana Raja Babel dalam Perjanjian Lama yang congkak
(Nebukadnezar) dapat muncul kembali dalam diri kaisar Romawi. Berulang-ulang timbul kuasa yang ingin
mendewakan dirinya sendiri, dan hendak membungkamkan gereja.

4. Penulis Wahyu
Penulis menyebut dirinya Yohanes (1:1, 4, 9; 22:8). Dalam 22:9 ia menggolongkan dirinya dengan nabi
yaitu golongan dari gereja lama yang khusus dipanggil oleh Roh Kudus untuk menjelaskan kehendak dan
maksud Allah. Jadi kitab ini ditulis oleh seorang nabi hamba Allah, yang bernama Yohanes. Apakah sia anak
Zebedeus? Justinus Martir, Klemen, tertulianus berpendapat demikian. Oleh karena teologinya yang sangat
berbeda dengan penulis Injil Yohanes, maka beberapa ahli Perjanjian Baru meragukan Rasul Yohanes sebagai
penulisnya. Teologia yang berbeda dengan Yohanes antara lain ;
❑ Bahwa didalam Injil dikatakan “siapa yang percaya kepada Yesus Kristus tidak mengalami
penghakiman lagi (Yoh. 3:18), sedangkan Wahyu mengatakan masih ada penghakiman terakhir.
❑ Bahasa Injil Yohanes cukup baik, sedangkan bahasa kitab Wahyu banyak kesalahan.

80
❑ Istilah-istilah Injil Yohanes yaitu terang, Allah sebagi Bapa, tidak muncul dalam Wahyu.
Namun ahli-ahli Perjanjian Baru menganggap sedikitnya pengarang kitab wahyu ini adalah murid Yesus.

5. Waktu dan Tempat Penulisan


Dalam Wahyu 1:9 menyatakan di Pulau Patmos, ia berada di pulau patmos, oleh karena firman Allah.
Waktunya ditentukan mungkin ada proses penulisan dan diduga pada masa Kaisar Dominitianus, yaitu sekitar
tahun 81-96 M

6. Ciri Khas
Kitab Wahyu sering dikatakan unik karena Wahyu satu-satunya buku Perjanjian Baru yang bergantung
sepenuhnya adalah nubuatan. Kitab ini tergolong pada buku-buku apokaliptik. Kepustakaan dihasilkan pada
masa penindasan dan penganiayaan sebagai cara untuk membesarkan hati mereka yang tengah menderita demi
iman mereka.
Beberapa hal yang membuat kita semakin mengenali kitab ini, antara lain :
❑ Keputusasaan yang besar menghadapi keadaan yang sedang berlangsung dan suatu pengharapan yang
sama besarnya akan campur tangan ilahi pada masa depan.
❑ Adanya penggunaan bahasa simbolik, impian-impian dan penglihatan-penglihatan.
❑ Adanya kuasa-kuasa sorgawi dan iblis sebagai utusan dan perantara dalam perkembangan rencana Allah
❑ Nubuat tentang malapetaka yang hebat mengenai orang-orang fasik dan secara ajaib akan melewati
orang-orang benar.

7. Struktur Isi
❑ 1:1-8 Alamat/salam
❑ 2:9-3:22 Penglihatan/penggilan
❑ 4:1-5 Penglihatan akan ketujuh materai
❑ 8:2-11:18 Penglihatan akan sangkakala
❑ 11:19-14:20 Penglihatan akan kedua binatang buas
❑ 15:1-18:10 Penglihatan akan cawan murka
❑ 19:11-20:19 Penglihatan akan kedatangan yesus Kristus dan kerajaan 100 tahun
❑ 21:1-22:9 Penglihatan akan Yerusalem yang baru
❑ 22:10-21 akhir kata

7. Ayat-ayat penting dalam kitab Wahyu


Wahyu 2:10 Setia sampai mati
Wahyu 3:20 Yesus mengetok pintu hati manusia
Wahyu 14:13 Berbahagialah orang yang mati dalam Tuhan
Wahyu 21:5 Aku menjadi segala sesuatunya menjadi baru.

81
DAFTAR PUSTAKA

Barclay William, 2003, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Efesu, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Barclay William. 1991. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Matius. BPK-Gunung

Baxter, J,. Sidlow. 1999. Menggali Isi Alkitab:Matius-Kisah para Rasul. Yayasan Komunikasi Bina Kasih:

Jakarta

Boland, B,. J. 1996. Tafsiran Alkitab Injil Lukas. BPK-Gunung Mulia: Jakarta

Budiman. R., 1993, Tafsiran Surat-Surat Pastoral, I & II Timotius dan Titus, Jakarta : BPK- Gunung Mulia

Carson, D. A, Douglas J. Moo and Leon Morris, 1997, An Introduction To The New Testament, America :

Publishing House

Carson, D. A, Douglas J. Moo and Leon Morris. 1997. An Introduction To The New Testament. America :

Publishing House

Conzelmann, H,. And L, Lindemann, 1988, Interpreting the New Testament : An Introduction the Principles

and Methods of New Testament Exegesis, Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers

Conzelmann, H,. And L, Lindemann. 1988. Interpreting the New Testament : An Introduction the Principles

and Methods of New Testament Exegesis. Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers

De Heer, J,. J. 1994. Tafsiran Alkitab Injil Matius. BPK-Gunung Mulia: Jakarta

Drane, John, 2000, Memahami Dunia Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Drane, John. 2000. Memahami Dunia Perjanjian Baru. Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Drewes, B,. F. 1999. Satu Injil Tiga Pekabar. Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Duyverman, M,. E. 2000, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Duyverman, M,. E. 2000. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK-Gunung Mulia

Feine Paul & Johanes Behm, 1964, Introduction To The New Testament. Dilengkapi oleh Werner Gorg

Kummel. Diterjemahkan oleh A. J. Mattil, New York : Nashville Abingdom.

Feine Paul & Johanes Behm. 1964. Introduction To The New Testament. Dilengkapi oleh Werner Gorg

Kummel. Diterjemahkan oleh A. J. Mattil, Jr. Nashville Abingdom: New York

Groonen, C. 1989. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta, Kanisius

Groonen, C., 1989, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta, Kanisius

82
Jacobs Tom, 1984, Paulus, Hidup dan Teologianya, Kanisius & BPK-Gunung Mulia, Yogyakarta

Kingsbury.J.D. 1996. Injil Matius Sebagai Cerita, BPK-Gunung Mulia, jakarta

LAI, Alkitab, 1999. Jakarta

LAI, Alkitab. 1999. Jakarta

Leks Stefan. 1990. Yesus Kristus Menurut keempat Injil – Jilid II. Yokyakarta: Kanisius

Marxen, Willy, 1994, Pengantar Perjanjiab Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya, Jakarta:

BPK-Gunung Mulia

Marxen, Willy. 1994. Pengantar Perjanjiab Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta:

BPK-Gunung Mulia

Richardson, Alan, 1961, An Introduction to The Theology of the New Testament. SCM Press: London

Richardson, Alan. 1961. An Introduction to The Theology of the New Testament. SCM Press: London

Riedel, K. 1963, Tafsiran Indjil Matius, BPK- Gunung Mulia, Jakarta


Suharyo. I. 1989. Pengantar Injil Sinoptik, Kanisius. Yogyakarta

Von Rad G, 1964, Theological of The New Testament-Vol 1, Michigan: Grand Rapids

Von Rad G. 1964. Theological of The New Testament-Vol 1. Grand Rapids

Yayasan Komunikasi Bina/OMF, 2000, Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I & II, Jakarta.
Yayasan Komunikasi Bina/OMF. 2000. Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I & II. Jakarta.

83

Anda mungkin juga menyukai