Anda di halaman 1dari 10

Nama Mahasiswa : Daud Rimbe

Jurusan : S1 PAK
Semester : 1 (Satu)

TEOLOGI

Teologia atau berteologia merupakan istilah yang sudah sering kita dengar di lingkungan
pendidikan khususnya pendidikan agama, baik di lingkungan Kristiani maupun di lingkugan
agama-agama non Kristiani. Kenyataan itu menunjukkan bahwa istilah teologi bukan hanya
menjadi milik orang-orang Kristen, akan tetapi milik semua orang yang beragama.
Secara praktis, tanpa disadari, setiap orang yang merenungkan atau berbicara tentang
Tuhan, sebenarnya berbicara tentang teologi atau berteologi.
Teologi adalah Pembicaraan atau pembahasan atau ilmu tentang Allah yang dipercayai
atau diyakini oleh orang dalam komunitas-komunitas tertentu. Oleh sebab itu semua agama di
dunia ini menggunakan istilah Teologi.
Pengertian teologia atau berteologia secara menyeluruh sesungguhnya mencakup seluruh
kegiatan spiritualitas manusia seperti : beribadah di dalam berbagai bentuk, melayani sesama
manusia, bersaksi atau berbicara tentang Tuhan, dan mengajarkan tentang nilai-nilai moral
keimanan. Berangkat dari kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa berteologia sudah
merupakan bagian dari aktivitas hidup sehari-hari setiap insan yang beriman kepada Tuhan.
Ada beberapa alasan mengapa teologi atau berteologi itu sangat penting antara lain:
1. Karena kepercayaan doktrinal yang benar harus berdasarkan pemahaman-pemahaman
teologis, di antaranya adalah kepercayaan pada eksistensi Allah. Kita bisa menghampiri
dan dapat menikmati persekutuan dengan Allah hanya jika kita mempunyai pemahaman
yang benar dan utuh tentang eksistensi Allah. Dan kita dapat membangun sebuah
kepercayaan religius yang benar dan mendasar hanya jika kita memiliki pengetahuan
yang benar dan akurat tentang siapa, apa, dan bagaimana Allah itu. Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia.(Ibr. 11:6)
2. Dengan berteologi kita dapat mengetahui fakta-fakta tentang Allah dan relasinya dengan
alam semesta. Teologi sebagai ilmu pengetahuan tidak menciptakan atau merekayasa
suatu konsep untuk dijadikan sebagai landasan keprcayaan, melainkan mengungkapkan
dan merangkai fakta-fakta tentang Allah sebagai Pencipta, tentang karya-Nya, dan
tentang hubungan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya. Atau dalam pengertian lain,
melalui ilmu teologia kita dapat membangunkonsep doctrinal kristiani secara sistematis di
atas landasan yang rasional dan teruji, untuk selanjutnya menjadi dasar da nisi
kepercayaan kita. Dengan demikian. kita mampu menjelaskan, mempertahankan, serta
mempertanggungjawabkan dasar, konsep, dan isi kepercayaan kita (1 Pet. 3:15)
3. Karena pengetahuan akan kebenaran dan pengalaman-pengalaman hidup spiritual
sangat erat kaitannya. Pengalaman-pengalaman spiritual, meskipun merupakan realitas
hidup, tidak dapat dijadikan sebagai dogma (pokok ajaran), apalagi jika pengalaman-
pengalaman tersebut bersifat individual. Setiap pengalaman spiritual harus diuji, dikaji,
melalui prinsip-prinsip teologis yang dirumuskan dari Alkitab, karena Alkitab diyakini
sebagai standar kebenaran (Yoh. 17:17), serta memiliki otoritastertinggi untuk
menyatakan kebenaran dan kesalahan (2 Tim. 3:16).
4. Berteologi sangat diperlukan di dalam beriman kepada Tuhan, karena adanya banyak
alternatif dan tantangan-tantangan actual dari luar seperti ilmu pengetahuan modern,
yang berpotensi menggoncang iman kita
5. Karena Alkitab itu sendiri adalah teologi. Setiap kitab, baik di dalam Perjanjian Lama
maupun di dalam Perjanjian Baru, berisi pesan atau konsep teologia yang bersifat
spesifik. Artinya pesan atau konsep di dalam setiap buku tidak sama antar satu dengan
yang lain, tetapi juga tentu tidak kontraduktif.
Secara jujur kita harus mengakui dan bahkan melihat fakta-fakta bahwa usaha berteologia dan
ilmu teologia sangat berperan dalam pembentukan karakter orang-orang beriman, bahkan tidak
dapat disangkal bahwa dengan berteologia, mentalitas dan spiritual orang-orang beriman dapat
menjadi semakin bijaksana di dalam menerapkan atau mengungkapkan ajaran-ajaran Alkitab.
Tidak dapat disangkal bahwa teologia adalah suatu ilmu pengetahuan yang sangat
dinamis. Dinamika tersebut dapat dilihat pada fakta-fakta adanya perkembangan yang sangta
pesat dalam pembahasan-pembahasan materi-materi teologia dari waktu ke waktu. Di samping
itu, harus disadari bahwa ruang lingkup pembahasan dalam bidang teologia tidak mungkin
dapat dibatasi. Eksistensi dan sifat-sifat Allah Yang lain dari yang lain, serta karya-Nya yang
maha agung, yang mencakup alam semesta ini, serta meliputi seluruh sejarah dariawal sampai
akhir, tidak mungkin dapat dipaparkan hanya melalui satu atau dua konsep teologia saja.
Akan tetapi seorang teolog harus menyadari pula bahwa di dalam toelogia ada unsur yang
sangat permanen, yang tidak pernah mengalami perkembangan atau perubahan, dan juga tidak
dipengaruhi oleh perkembangan ataupun dinamika perubahan di sekitarnya. Unsur tersebut
sering disebut sebagai hakekat atau inti teologia yaitu Allah sendiri.
Beberapa aspek penting berkenaan dengan peranan teologia dalam rangka pembentukan
mentalitas rohani orang-orang beriman menjadi dewasa dan bijaksana antar lain:
1. Peranan teologia dalam hubungannya dengan rasio atau pemikiran secara logis.
Pikiran manusia mempunyai naluri pengorganisasian. Pikiran tidak dapat menerima
situasi kekacauan atau kontradiksi-kontradiksi. Oleh karena nalurinya yang demikian,
maka rasio manusia akan selalu mencari dan akan menerima dengan nyaman fakta-
fakta yang terorganisir. Teologia menyusun atau mengorganisir secara sistematis akan
fakta-fakta kepercayaan, sehingga dapat dipahami atau diterima secara rasional. Atau
dengan kata lain, teologia merupakan suatu kebutuhan rasional.
2. Peranan teologia dalam pengembangan watak.
Semua jenis pengetahuan tentang Allah, akan berpengaruh terhadap pembentukan
watak dan perilaku hidup seseorang. Kebenaran yang kita pahami sepenuhnya
menjadi dasar dan sarana bagi perkembangan watak kita. Ketika Adam mengetahui
keberadaan Allah di dalam Taman Eden, ia menjadi takut (Kej. 3:8-10). Pengetahuan
Yakub akan eksistensi dan karya Allah memberi pencerahan dan pengalaman spiritual
yang baru (Kej. 28:16-22).
3. Peranan teologia dalam kaitannya dengan persepsi pemberitaan Injil
Pengetahuan teologis bagi seorang pemberita Injil sangat penting, karena ia harus
memiliki pandangan-pandangan yang pasti dan tepat tentang doktrin Kristen. Tingkat
pengetahuan teologia seorang pengkhotbah menjadi kekuatan dalam menyususn
kebenaran Injil yang akan ditawarkan. Pengkhotbah mengemban dua tugas ketika ia
memberitakan Injil, yaitu:
a. Ia harus menghapus konsepsi-konsepsi yang keliru dari pikiran dan kesadaran para
pendengar.
b. Ia harus menggantinya dengan prinsip-prinsip yang tepat dan alkitabiah. Tuhan
memberi firman-pengetahuan teologia-kepada Nabi Yeremia dan mengutusnya
untuk mencabut dan menanam, merobohkan dan membangun(Yer.1:9-10). rasul
Paulus membuang semua konsep keyakinan masa lalunya dan menggantikannya
dengan pengetahuan akan Kristus Yesus (Fil. 2:7-10)
4. Peranan teologia dalam pertumbuhan gereja
Keselamatan dan pertumbuhan gereja terletak pada ajaran yang dianutnya. Kebenaran
iman Kristen yang utuh dalam suatu sistem yang terorganisasi selain menjadi daya
tahan dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat, juga akan menjadi daya dorong dan
sarana yang sangat diperlukan dalam pelayanan selanjutnya demi memenangkan
orang berdosa. Pertumbuhan gereja pertama tidak dapat dipisahkan dari adanya
sistem pendidikan teologia yang ketat terhadap jemaat (Kis. 2:42; 5:42).
Dari pemaparan di atas, saya menarik kesimpulan bahwa, bagaimanapun juga, pengetahuan
teologia harus disikapi secara positif, diberi apresiasi yang pantas, dan harus dilakukan dengan
serius. Sebab pengalaman sejarah keagamaan telah menorehkan banyak bukti adanya
konsep-konsep dogma atau praktek-praktek peribadatan yang dibangun hanya atas dasar
praduga-praduga, atau diformulasi berdasarkan perasaan-perasaan individu. Konsekuensinya
tidak sedikit praktek-praktek iman Kristiani yang sarat dengan unsur-unsur miktikisme.
Dogma-dogma yang menjadi landasan iman dan praktek ibadah Kristiani harus dibangun
dari bahan-bahan Alkitab yang dihasilkan melalui suatu proses penelitian yang ketat, dengan
menggunakan metode-metode ilmiah yang baku dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara
rasional, secara ilmiah, maupun secara teologis. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam gereja pada umumnya berawal dari gagasan-gagasan individual yang tidak melalui
proses penelitian dan pengujian secara teologis, kemudian diformulasikan menjadi sebuah
dogma atau konsep teologia.
TUHAN YANG (MAHA) ESA.
Dari beberapa literatur yang pernah saya jumpai, KONSEPSI tentang Tuhan yang esa (tunggal),
paling tua adalah yang ada di Kitab Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: YHWH itu
Elohim kita, YHWH itu esa! (sengaja kata YHWH dan Elohim saya kembalikan, sebab jika
menggunakan Kitab Suci terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia, ayat itu berbunyi :
Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!. Kata TUHAN (huruf
kapital semua di Alkitab terbitan LAI, diterjemahkan dari kata YHWH, dan kata Allah
(huruf A-nya yang kapital), diterjemahkan dari kata Elohim, Eloah, juga dari EL).

Kembali kita perlu menengok sejarah bangsa Israel, karena Kitab Ulangan adalah bagian dari
Kitab TORAH (Taurat) -nya bangsa Israel. Sering yang disebut KITAB TORAH adalah lima (5)
kitab yaitu:(1) Beresyit ( )atau Kitab Kejadian/Genesis, (2) Syemot ( )atau Kitab
Keluaran/Exodus, (3) Wayyikra ( )atau Kitab Imamat/Leviticus, (4) Bemidbar ( )atau
Kitab Bilangan/Numbers, (5) Debarim ( )atau Kitab Ulangan/Deuteronomy. Kelima kitab
tersebut adalah lima kitab pertama di Kitab Perjanjian Lama yang dipakai orang Kristen sampai
saat ini.
Bangsa Israel adalah bangsa baru, yang muncul ketika sekumpulan orang keluar dari Tanah
Mesir, menuju Tanah Perjanjian (Tanah Kanaan) sumber kisah ini adalah Kitab Keluaran
(bagian dari Kitab Torah). Kitab Torah, diperkirakan ditulis oleh Nabi Musa, dan Nabi Musa
adalah pemimpin bangsa Israel ketika keluar dari tanah Mesir. Keluarnya bangsa Israel dari
Mesir, diperkirakan terjadi tahun 1800-an Sebelum Masehi. Jika benar bahwa Kitab Torah itu
ditulis sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, NAMPAKNYA, kitab itu adalah sumber tertua, yang
meng-KONSEP bahwa Tuhan itu ESA.
Saya sebut bahwa Israel adalah bangsa baru, karena ketika Israel muncul sebagai bangsa, saat
itu bangsa Mesir sudah eksis sebagai bangsa dengan kebudayaan yang tinggi (nyatanya bisa
memperbudak bangsa Israel). Untuk keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian
(Kanaan), dibutuhkan waktu 40 tahun, bukan waktu yang singkat untuk berkelana di padang
gurun. Banyak yang menafsirkan bahwa bangsa Israel perlu waktu lama di padang gurun,
karena Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk sehingga Tuhan perlu menghukum mereka
berputar-putar di gurun. Namun jika kita mau sedikit lebih rasional, bangsa Israel memang
PERLU WAKTU YANG LAMA, untuk mempersiapkan diri BERUBAH dari bangsa budak
menjadi bangsa merdeka yang akan mengatur pemerintahan sendiri, bahkan SISTEM
KEPERCAYAAN-nya sendiri.
Kitab Torah dibuat (ditulis) oleh nabi bangsa Israel, nabi dari sebuah bangsa baru.
Sehingga ada yang berpendapat, bahwa Kitab Kejadian yang menceritakan asal-usul manusia,
itu adalah tulisan yang dibuat untuk memberi identitas bangsa Israel, yang dari Kitab Kejadian
dan seterusnya, bangsa Israel memiliki keyakinan sebagai BANGSA PILIHAN. Bangsa pilihan
Tuhan YHWH yang ESA.
YHWH (Tuhan bangsa Israel bernama YHWH) yang ESA adalah KONSEPSI yang sama sekali
BARU dan RADIKAL dibandingkan dengan keyakinan tentang Tuhan/sesembahan yang
dimiliki oleh bangsa-bangsa yang eksis di Timur Tengah saat itu. Mesir, juga Yunani (misalnya),
saat itu punya sistem kepercayaan kepada DEWA-DEWA, bukan kepada Tuhan yang ESA.
Adakah literatur YANG LEBIH TUA daripada Kitab Ulangan, yang mengajarkan konsepsi
bahwa Tuhan itu ESA? Sampai saat ini saya BELUM PERNAH mendengar/membaca bahwa
konsepsi Tuhan yang esa itu sudah ada SEBELUM Kitab Ulangan.
Kitab Perjanjian Baru (New Testament), juga mengakui bahwa Elohim itu esa. I Timotius 2:5
Karena Elohim itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Elohim dan manusia,
yaitu manusia Kristus Yesus. Kitab Timotius adalah tulisan Rasul Paulus yang ditujukan kepada
muridnya yang bernama Timotius, ditulis sekitar tahun 65 Masehi. Jauh setelah Kitab Ulangan
ditulis. Artinya konsepsi Kristen bahwa Tuhan itu ESA (terlepas dari konsepsi Tritunggal),
adalah turunan dari konsepsi Israel ribuan tahun sebelumnya.
Konsepsi dari Islam, bahwa Allah itu satu, itu sudah sangat jauh SESUDAH Kitab Ulangan.
Islam baru lahir di abad 7 Masehi, dan Islam juga mengakui keberadaan Kitab Torah/Taurat
dari Nabi Musa. Pada masa Islam lahir, konsepsi bahwa Tuhan itu ESA, sudah bukan barang
baru. Apalagi jaman MODERN sekarang ini, ketika pendiri republik ini (Indonesia) yang baru
tahun 1945 mengkonsep PANCASILA dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, itu
bukan konsepsi yang asing. Jauh sebelumnya sudah dikonsep oleh Islam, dan ribuan tahun
sebelumnya lagi, sudah dikonsep oleh bangsa Israel.
Jadi sebenarnya JELAS, keyakinan bangsa Israel, bahwa Tuhan itu ESA, kemudian menurun
ke Kristen, kemudian ke Islam. Perbedaannya bahwa Tuhan Israel adalah YHWH, Tuhan
Kristen, mestinya juga YHWH (karena memakai sumber Kitab-kitab dari Israel), dan Tuhan
Islam adalah ALLAH. Apakah konsepsi tentang YHWH dan konsepsi tentang ALLAH itu sama?
Sebagai Tuhan yang ESA, keduanya SAMA PERSIS, tetapi konsepsi-konsepsi lain selain Tuhan
Yang Esa, itu ada banyak perbedaan antara (konsepsi) YHWH dan ALLAH, apalagi jika
kemudian dikaitkan dengan keyakinan Kristen bahwa Tuhan YHWH itu bermanifestasi menjadi
YESUS (YESHUA), itu jelas sangat berbeda dengan konsepsi Islam tentang ALLAH, juga
berbeda dengan konsepsi Yahudi (Israel) tentang YHWH.
Di luar 3 agama (Yahudi Israel), Kristen dan Islam, konsepsi Tuhan yang esa/tunggal,
MUNGKIN ada di bangsa China. Bangsa China menyembah Thian, yang tunggal. Sulit
menghubungkan antara sistem kepercayaan bangsa China dengan sistem kepercayaan bangsa
Israel. Sulit menentukan mana yang ada lebih dahulu, konsepsi tentang YHWH yang esa atau
tentang THIAN yang tunggal. Kalau dari sistem kalendernya, tahun ini (2012 Masehi) adalah
tahun 2563 menurut kalender China, dan tahun 5772 menurut kalender Yahudi, artinya lebih
tua kalender Yahudi.
Mengapa kalender Yahudi sudah sampai tahun 5772 atau 5773 pada tahun 2012 ini? (tahun
baru-nya jatuh pada 29 September 2011) Dari kisah di Kitab Kejadian, diperkirakan manusia
diciptakan pada tahun 3761 SM. (silakan lihat di Wikipedia)
Selain bangsa China, yang juga punya sistem kepercayaan kepada Tuhan yang tunggal/esa,
adalah bangsa Jawa. Orang Jawa mengakui keberadaan Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan
semesta alam), yang tunggal. Orang Jawa tidak menyembah dewa-dewa. Jika orang Jawa
memberi sesaji di tempat-tempat keramat, itu tidak dimaksudkan untuk menyembah roh-roh
lain di luar manusia, tetapi itu sebagai upaya untuk menjaga harmoni kehidupan manusia
dengan mahkluk-mahkluk lain selain manusia. Orang Jawa percaya bahwa ada mahkluk-
mahkluk lain selain manusia yang sama-sama mendiami bumi ini. Dengan pemahaman ini,
maka sebenarnya kosepsi animisme dan dinamisme yang diajarkan pada anak-anak SD,
bahwa nenek moyang kita dulu MENYEMBAH batu besar, pohon besar, juga roh-roh, jika yang
dimaksud nenek moyang itu adalah (suku) bangsa Jawa di masa lalu, nampaknya itu TIDAK
BENAR.
Kembali kepada konsepsi TUHAN YANG ESA, saya ingin bertanya kepada para pembaca,
adakah pengajaran tentang TUHAN YANG ESA itu yang lebih kuno dari pada yang
dicetuskan oleh bangsa Israel? Jika ada, silakan di share di bagian komentar, sehingga kita
semua bisa mendapat pemahaman yang lebih baik TENTANG Tuhan atau TENTANG Tuhan
yang Esa itu.
Ingat. TENTANG Tuhan yang esa, bukan Tuhan yang esa itu sendiri. (lihat di sini: Belajar
TENTANG )
Salatiga, 13 April 2012
RT Wijayantodipuro
Advertisements
Bab 3
Konsep Iman Kristen Tentang Tuhan Yang Maha Esa
_____________________________________________
A. Bukti-bukti adanya Tuhan Allah

1. Argumentasi ontologis: Bukti ini ingin membuktikan bahwa Tuhan Allah ada, dengan
menunjukkan kepada adanya pengertian tentang Tuhan. Tiap orang memiliki Pengertian
tentang Tuhan. Oleh karena tiap orang memiliki pengertian tentang Tuhan, maka Tuhan tentu
ada.

2. Argumentasi teleologis: Argumentasi teleologis mengatakan karena alam semesta


mempertunjukkan desain yang begitu luar biasa, pastilah ada seorang desainer Illahi.
Contohnya, kalau saja bumi lebih dekat atau lebih jauh beberapa ratus mil dari matahari, bumi
ini tidak akan mampu mendukung kehidupan seperti yang ada sekarang ini. Jikalau unsur-unsur
alam di atmosfir kita berbeda beberapa persen saja dari apa yang ada, semua mahluk hidup di
atas bumi ini akan binasa

3. Argumentasi kosmologis/kausalitas. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta


dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan
segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang tidak disebabkan yang
mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang tidak disebabkan itu adalah Allah.

4. Argumentasi moral. Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis


hukum/peraturan. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong,
mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya
perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Allah yang suci?

B. Hakekat Tuhan Allah

Keberadaan Tuhan Allah menurut agama-agama:

1. Agama Primitif/Agama suku: Yang Ilahi ada dimana-mana; pada pohon, sungai, lembah,
kuburan dll, Alam penuh daya gaib, Harus dihormati kalau tidak bisa mengganggu, Bisa
dimanfaatkan

2. Agama Hindu: Agama Hindu mempercayai ada suatu keberadaan yang mutlak yaitu
Brahman, atau Sang Hyang Widhi. Keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam, dan
seluruh alam semesta adalah pancaran dari Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut
atman adalah berasal dari Brahman. Atman-atman inilah yang menjelma dalam bentuk .
Makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan atman ini terjadi secara berulang-ulang dan itulah yang
disebut Reinkarnasi. Apabila karmanya buruk maka pencelmaan atmannya akan menjadi
buruk, dan jika karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik dan dapat menjadi dewa
atau dewi.

3. Agama Budha: Menurut agama Budha, keberadaan Tuhan yang Maha Esa itu yang
disebut Sang Hyang Adi Budha, adalah kekosongan. Menurut ajaran budha; kesempurnaan,
kebenaran, kekuatan dan kebahagiaan dapat dirasakan, apabila manusia itu sampai kepada
kekosongan (sunyata). Menghilangkan keakuan, egoisme berarti berusaha mencapai
kekosongan. Jika seseorang telah berhasil mengosongkan dirinya, itu sama artinya dia telah
mengalami kesempurnaan.

4 Agama Islam: Agama Islam Mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan atau Allah.
Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai Agama Tauhid, artinya agama yang
mempercayai keberadaan Allah yang Esa. Bagi Islam kepercayaan kepada Allah yang Maha
Esa, adalah salah satu inti utama dalam ajaran Islam.

5. Agama Kristen: Iman Kristen meyakini bahwa Allah itu adalah Esa. Hal itu dapat kita lihat
dalam ayat-ayat Alkitab berikut: Ulangan 6:4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah
kita, TUHAN itu esa Maleaki 2:15: Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan
roh , 1 Timotius 1:17: Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala
zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! 1 Tim 2:5: Karena Allah itu esa dan esa
pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.
Istilah Esa dalam bahasa aslinya dipakai kata ekhad yang berarti satu atau saja.
Arti satu disini sama dengan kata satu dari dua menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Kata
satu disini berarti satu kesatuan.
Dari uraian di atas teranglah kiranya, bahwa kata 'ekhd atau "esa" di dalam pengakuan
iman Israel sekali-kali bukan dimaksud guna menekankan kepada satunya angka secara
matematis. Sebab hal yang demikian memang tidak pernah dihadapi oleh Israel. Israel tidak
pernah dihadapkan dengan persoalan: ada Allah satu atau lebih dari satu. Dewa-dewa atau
berhala-berhala atau allah-allah yang lain tidak pernah dipandang sebagai Allah. Bagi Israel
persoalannya bukan ada yang ilahi secara umum, lalu YHVH juga disebut yang ilahi. Bagi Israel
tidak ada ketuhanan dalam arti yang umum, lalu YHVH adalah termasuk ketuhanan itu. Bagi
Israel YHVH adalah satu-satunya yang ilahi, atau lebih tepat YHVH adalah satu-satunya Tuhan.
Di luar TUHAN atau YHVH tidak ada yang dapat disebut Tuhan. Sebab bagi Israel hanya
YHVH-lah yang telah memperkenalkan diri sebagai Allah.

5.1. Allah Tritunggal:

Doktrin mengenai Tritunggal merupakan pokok penting dalam iman Kristen. Perlu kita
ketahui bahwa istilah Tritunggal atau Trinitas tidak akan kita temukan dalam Alkitab. Istilah ini
dipergunakan hanya untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga
pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Allah yang Tritunggal tidak berarti ada tiga
Allah. Trituggal berarti satu Allah yang Esa yang terdiri dari tiga pribadi. Kata Trinitas (Latin)
dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari Allah, baik dalam hal
keesaanNya maupun dalam hal keragamannya. Istilah Trinitas pertama sekali dicetuskan oleh
Tertullianus (220 AD).
Allah Tritunggal merupakan sebuah konsep untuk menjabarkan Sang Pencipta dalam
iman Kristen. Untuk memahami Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah yang tak
terbatas, melampaui akal manusia yang terbatas. Itu sebabnya sesungguhnya manusia yang
serba terbatas itu tidak mungkin bisa mempelajari Allah yang tidak terbatas. Tetapi hal itu tidak
berarti bahwa manusia tidak bisa menjelaskan siapa Allah. Tentunya manusia dapat mengenal
Allah sebatas Allah menyatakan diriNya kepada manusia di dalam Firman Allah (Alkitab)

5.1.1 Allah tritunggal dalam Perjanjian Lama

Ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan dalam PL


adalah:Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. (Kej 1:26, Kejadian
3:2 dan Kejadian 11:7 . Kata Kita merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak awal
penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta ini.
Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.
Tritunggal terdiri dari tiga Pribadi: Kejadian 1:1; 1:26; 3:22; 11:7; Yesaya 6:8; 48:16;
61:1; Matius 3:16-17; Matius 28:19; 2 Korintus 13:14. Untuk ayat-ayat dari Perjanjian Lama,
pemahaman Bahasa Ibrani sangatlah menolong. Dalam Kejadian 1:1, kata Elohim adalah
dalam bentuk jamak. Dalam Kejadian 1:26; 3:22; 11:7 dan Yesaya 6:8, kata jamak kita yang
digunakan. Dalam Bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, tunggal dan jamak. Dalam
Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dual HANYA digunakan
untuk dua. Dalam Bahasa Ibrani, bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan,
seperti mata, telinga dan tangan. Kata Elohim dan kata ganti kita adalah dalam bentuk
jamak- jelas lebih dari dua.

5.1.2. Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru

Matius 3:16-17 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga
langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah
Aku berkenan.
Matius 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Yohanes 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah.
Yohanes 1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia
tidak mengenal-Nya.
1 Yohanes 5:7 sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: yaitu Bapa, Firman dan
Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu, dan lain-lain.
Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi
yang Esa. Yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus. Istilah pribadi sama sekali tidak
berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi pada diri Allah memiliki atribut ilahi.
Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah dan Roh Kudus adalah Allah. Setiap pribadi di dalam
Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam pengertian tertentu merupakan
pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran
yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai
penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan
menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.
http://jonaagatos.weebly.com/

Anda mungkin juga menyukai