A. PENDAHULUAN
Deskripsi tentang posisi teologi dan pemahaman ajaran teologi gereja GPdI yamg dijadikan
sebagai landasan PAK. Apakah tema-tema Biblies ini menjadi posisi teologis di gereja (GPdI)? Untuk itu
perlu diketahui something point yang ditemukan dalam gereja GPdI yang sampai saat ini masih diajarkan
di gereja sebagai fondasi PAK, dan bagaimana hubungannya dengan Landasan FIlosofis.
Menurut Putrawan (2017) gerakan Pantekosta tidak merasa bahwa mereka telah menciptakan
suatu doktrin (teologi) atau standar yang baru. Dengan mengkhotbahkan 'Injil Sepenuh', mereka merasa
bahwa mereka hanya menekankan kembali ajaran lama yang sudah ada. Seperti, Alkitab diyakini sebagai
Firman Allah, Allah yang Benar dan Hidup, Keselamatan, Baptisan Selam, Bahasa lidah, perjamuan
kudus, kesucian hidup dan perilaku secara menyeluruh, kesembuhan Ilahi, eskatologis, gereja bukan
hanya merupakan suatu perkumpulan melainkan sebuah persekutuan yang lahir dari Allah, dan Ibadah
dan liturgi.
Menurut Pendeta Jhon Weol (2014), yang adalah Ketua Majelis Pusat GPdI (Ketua Sinode) dan
juga Ketua STTPJ dalam pidato ilmiah dalam rangka wisuda STT Pentakosta Jakarta, mengatakan bahwa
Perkembangan Teologi Pantekosta di Indonesia menjadi sebuah fenomena di kalangan gereja
belakangan ini. Berbagai pihak mencoba untuk mendapatkan jawaban dari semuanya ini melalui diskusi-
diskusi non formal. Menurut para peneliti, bahwa tidak mudah untuk mengenal ciri khas teologi aliran
Pantekosta karena sejak kelahirannya ada banyak pokok teologis yang ditekan oleh para pelopor
gerakan ini untuk mencirikan identitasnya.
Pdt. DR. M.D. Wakkary dalam makalahnya yang berjudul “Adakah suatu Teologi Pentakosta?
(2020)” Tahun-tahun ketika ia masih menjabat Ketua Umum PGPI, beberapa kali hadir dalam pertemuan
Pantekosta-Internasional dan juga di Pentecostal World Conference. Dalam banyak pertemuan gerakan
Pentakosta tersebut tidak pernah diciptakan suatu jenis teologi Pentakosta. Namun dalam
pengamatannya, bahwa semua gereja-gereja aliran Pentakosta atau Kharismatik memiliki teologi yang
bertajuk: Back to the Bible.Kembali kepada ajaran murni Alkitab. Ajaran tentang Tuhan Yesus Kristus
satu-satunya Penyelamat umat manusia, Pembaptis dengan Roh Kudus, Penyembuh segala penyakit dan
yang akan datang kembali sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan.
Dalam Wikipedia juga dijelaskan tentang teologi pentakosta, bahwa secara teologis, kebanyakan
denominasi Pentakosta tergabung dalam evangelikalisme, artinya mereka menekankan bahwa Alkitab
itu sepenuhnya dapat dipercaya, hingga pada tingkat ineransi (tidak mengandung kesalahan) dan orang
harus bertobat dan percaya kepada Yesus. Orang Pentakosta berbeda dengan orang Fundamentalis
karena mereka lebih menekankan pengalaman rohani pribadi.
1
Orang Pentakosta memiliki pandangan dunia yang trans-rasional. Meskipun mereka sangat
memperhatikan ortodoksi (keyakinan yang benar), mereka juga menekankan ortopati (perasaan yang
benar) dan ortopraksis (refleksi atau tindakan yang benar). Penalaran dihargai sebagai bukti kebenaran
yang sahih, tetapi orang-orang Pentakosta tidak membatasi kebenaran hanya pada ranah nalar.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas ini, saya juga mengalami kesulitan dan menjelaskan
teologi khusus dari gereja GPdI, sebab untuk sepertinya gereja GPdI juga hanya meneruskan
pemahaman teologi pentakostalisme yang sudah dibangun sejak berdirinya. Namun dalam
kenyataannya, ada empat pokok utama Teologi Pentakostalisme yang kemudian oleh pemimpin pusat
gereja GPdI telah dijabarkan menjadi 17 Doktrin seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Pembahasan berikut tentang empat teologi utama pentakosta dan
satu tambahan tentang teologi ibadah.
B. TEOLOGI PENTAKOSTA
1. Teologi Keselamatan.
Keselamatan yaitu pengalaman lahir baru yang mencakup dua aspek, yaitu a) Pembenaran oleh
iman dan anugerah Allah (diajarkan oleh Martin Luther). dan b) Penyucian atau pengudusan oleh karya
Roh Kudus (diajarkan oleh John Wesley).
Ajaran tentang keselamatan ini sebenarnya cukup luas. Dalam bagian ini penekanan diberikan
pada pembenaran yang diterima oleh iman kepada anugerah Allah dalam Yesus Kristus, seperti yang
diperjuangkan Martin Luther: Sola Fide, Sola Gratia, Sola Scriptura. Kemudian tentang penyucian hidup
yang diutamakan oleh John Wesley.
1.1. Pertobatan.
Seorang berdosa harus bertobat (berpaling) kepada Allah setelah menyadari dirinya berdosa.
Pertobatan (metanoia) yaitu perubahan pikiran (yang dimulai dari dalam) yang dilanjutkan dengan
perubahan yang nampak di luar (epistrophe). Pertobatan ini terlihat dalam perumpamaan Anak yang
hilang dalam Lukas 15:11-24. Ia menyadari keadaannya (ayat 17). Aku akan bangkit dan pergi kepada
bapa (ayat 18,19). Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya (ayat 20). Menginsyafi dosa dan
bertobat adalah karya Roh Kudus (Yohanes 16:8; Kisah 5:31,32; I Tesalonika 1:9,10).
1.3. Pembenaran.
Sebagai akibat dari pertobatan dan iman kepada Kristus dan karyaNya maka orang tersebut
mengalami pembenaran (justification) dan pengampunan dosa (Roma 3:24; 4:25; 5:1). Dalam status
yang dibaharui karena dibenarkan itu ia mengalami kelahiran baru atau diperanakan kembali
(Yohanes 3:3,5,7). Kelahiran baru (regenerasi) mencakup perubahan hidup secara radikal sehingga
disebut sebagai ciptaan baru (II Korintus 5:17; Galatia 6;15). Pembenaran dan kelahiran baru yang
terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus ini dikerjakan oleh Roh Kudus (Titus 3:5-7; I Petrus
2
1:18,19; I Korintus 12:3). Pembenaran ini terjadi pada saat orang berdosa percaya kepada Yesus
(Yohanes 1:12). Ia dipanggil keluar dari kegelapan untuk memiliki terang dan menjadi kepunyaan
Allah (I Petrus 2:9,10). Ia dipindahkan dari maut ke dalam hidup kekal (Yohanes 5:24).
1.4. Penyucian hidup.
Kelahiran baru itu akan menghasilkan penyucian hidup (sanctification) yang dikerjakan oleh
Firman Allah dan Roh Kudus. Penyucian hidup yang menunjuk pada perubahan kualitas ini
merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus (Efesus 4: 23,24; Kolose 3:9,10). Peranan
Firman Allah (Mazmur 119:9-11; I Petrus 1:23) dan pimpinan Roh Kudus (Roma 8:14,15; Galatia
5:16,17) sangat penting dalam proses penyucian hidup menuju kepada kesempurnaan untuk menjadi
seperti Yesus (Roma 8:29; Filipi 3:12-14). Di sini perlu diajarkan pentingnya perbuatan baik dalam
kehidupan Kristen. Memang kita telah diselamatkan oleh iman dan bukan oleh perbuatan baik,
namun setelah diselamatkan kita harus berbuat baik karena itu merupakan kehendak Allah dan
untuk memuliakan nama Bapa (Efesus 2:9; Matius 5:16; Yakobus 2:17,22). Berbuat baik artinya
melakukan kehendak Allah sesuai FirmanNya (Matius 7:21-23; Roma 12:2; I Yohanes 2:15-17).
Perbuatan baik akan mendatangkan upah (Wahyu 14:13; 22:12).
Baptisan Roh Kudus sebagai pengalaman rohani kedua setelah lahir baru. Orang percaya akan
menerima Roh Kudus yang akan memimpinnya untuk mencapai kesucian hidup (diajarkan oleh Wesley).
Orang percaya dilengkapi dengan kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi dan melayani (diajarkan oleh
Charles Finney). Ajaran Pentakosta menekankan tentang tanda atau bukti awal dari orang percaya yang
dibaptiskan dengan Roh Kudus yaitu berkata-kata dengan bahasa Roh (Bahasa lidah) sebagaimana
diilhamkan oleh Roh Kudus.
3
Ajaran Baptisan Roh Kudus ini paling ditekankan dibanding ajaran yang lain. Atau ada yang
memahami bahwa ajaran Pentakosta itu hanyalah Baptisan Roh yang dikaitkan dengan bahasa Roh.
Meskipun begitu akan diberikan beberapa catatan penting.
2.2. Tanda awal baptisan Roh Kudus adalah berkata-kata dengan bahasa Roh sebagaimana
diilhamkan
oleh Roh Kudus.
Pernyataan tersebut tertuang dalam Pengakuan Iman Gereja. Di mana saja manifestasi
berbahasa Roh muncul di dalam Kisah Para Rasul selalu dalam (atau dihubungkan dengan) peristiwa
baptisan Roh. Bahasa Roh yang bersumber atau diberikan oleh Roh itu sendiri.“ Maka penuhlah
mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang
diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. ” (Kisah 2:4). Karena itu bahasa Roh
tidak dapat dipelajari, diajarkan, dihafalkan atau diformulakan oleh siapapun. Sehingga tidak terjadi
ekses. Di samping itu jangan berhenti hanya pada tanda awal, harus ada tanda berikutnya. Karena itu
perlu pemahaman yang mendalam dan penekanan yang benar. Bagi Wesley dan kelompok Injili
tanda baptisan Roh Kudus yaitu buah Roh yang dikeluarkan oleh orang itu, seperti yang tertulis
dalam Galatia 5:22,23.
4
pelayanannya. “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata
hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan
bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.” (I Korintus 2:4,5). Tujuan baptisan
Roh Kudus bukan untuk merasa lebih rohani dari yang lain atau menjadi sombong rohani. Sebaliknya
Roh Kudus menolongnya untuk tetap rendah hati dan Yesus yang dipermuliakan dan menjadi pusat
kesaksiannya (Yohanes 16:13,14). Sekali lagi tujuan atau maksud baptisan Roh adalah pemberdayaan
orang percaya untuk suatu pelayanan, dan juga memberi daya (kekuatan, keberanian) kepada
pelayan Tuhan (orang yang melayani) untuk bertahan dalam penderitaan dan kesulitan akibat
pelayanannya itu.
5
menerima Roh Kudus pada saat berdoa (Kisah 2). Dapat dikatakan bahwa pemberian karunia
baptisan Roh ini adalah kedaulatan Roh Kudus kepada orang percaya.
Kesembuhan Ilahi yang dapat dialami orang percaya karena bilur Kristus (diajarkan oleh Charles
Cultis, A. J. Gordon; A. B. Simpson, dan John Alexander Dowie). Bagi gerakan Pentakosta tema
Kesembuhan Ilahi ini dikotbahkan dan dipraktekkan dalam pelayanan sebagai bagian dari kebenaran
yang penting dalam berita “Injil Sepenuh.”
6
3.5. Yesus Kristus Tabib yang ajaib.
Yang membedakan Yesus (yang adalah seorang Rabi, guru agama Yahudi) dengan para rabi
yang lain ialah bahwa Yesus mengajar dengan kuasa Allah (Matius 7:28,29). Yesus mengajar lalu
menyembuhkan semua orang sakit dan mengusir setan yang merasuki orang tertentu (Matius 8:14-
17; Lukas 5:15; Kisah 10:38). Yesus mengutus murid-muridNya untuk memberitakan kerajaan surga
dan menyembuhkan orang sakit, mengusir setan. Yesus memberi kuasa kepada mereka (Matius
10:7,8). Dan akhirnya Yesus mati disalib di Golgota untuk menggenapi nubuatan nabi Yesaya: “Dialah
yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.” (Matius 8:17; Yesaya 53:4) dan “Oleh
bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh.” (Yesaya 53:5; I Petrus 2:24). Dengan demikian Yesus menjadi
Tabib kita. Penyembuh bagi orang percaya. Tuhan Yesus tidak berubah. Kasih dan kuasa-Nya juga
tidak berubah (Ibrani 13:8).
4.1. Janji kedatangan Kristus kembali merupakan pengharapan Kristen yang penuh kebahagiaan.
Karya Kristus yang dimulai pada kedatanganNya yang pertama itu akan disempurnakan pada
kedatanganNya yang kedua kali. Oleh karena itu ajaran ini merupakan hal yang penting dan sekaligus
menarik (karena belum terjadi, namun diyakini pasti terjadi). Gereja meyakini Kristus akan datang
kembali oleh karena Yesus sendiri mengucapkan janji itu (Yohanes 14:1-3). Malaekat juga
mengatakannya ketika Yesus naik ke surga (Kisah 1:9- 11). Janji tentang kedatangan Kristus yang
pertama telah digenapi secara sempurna, sehingga kita boleh yakin bahwa janji (nubuatan) tentang
kedatanganNya yang kedua pasti digenapi. Karena Allah tidak pernah melalaikan janjiNya (II Petrus
3:9).
4.2. Ajaran Pentakosta tentang kedatangan Kristus kembali menganut paham premilenium.
Ajaran Pentakosta tentang kedatangan Kristus kembali menganut paham premilenium yaitu:
pandangan yang mengajarkan bahwa Yesus akan datang kembali ke dunia secara nyata. Setelah itu Ia
akan memerintah dalam kerajaan seribu tahun damai di bumi ini. Jadi Ia datang sebelum (pre atau
pra) kerajaan seribu tahun (milenium) yang tertulis dalam Wahyu 20:1-6.
Mengenai premilenium ada dua paham yaitu: a) Premilenium klasik (historis), yang
berpendapat bahwa kedatangan Yesus kembali merupakan peristiwa tunggal, yang terjadi
bersamaan dengan pengangkatan gereja. b) Premilenium dispensasional, yang berpendapat bahwa
kedatangan Kristus kembali terjadi dalam dua tahap yakni pengangkatan gereja (rapture atau
parousia) dan penampakan Kristus (revelation atau apocalypse atau epiphany) ketika Kristus datang
secara nyata bersama gerejaNya untuk memerintah di bumi.
4.3. Paham premilenium dispensasional ini berkembang karena adanya teori pengangkatan (rapture).
Gereja diangkat dan tidak memasuki masa tribulasi (aniaya), karena ia mendapat dispensasi.
Yang menjadi persoalan yaitu kapan gereja diangkat, sehingga muncul beberapa teori:
Pretribulasi: Kristus akan mengangkat orang-orang kdudusNya (rapture), kemudian Ia akan
datang bersama orang-orang kudusNya (revelation) setelah masa antikristus memerintah di
bumi selama tujuh tahun berakhir. Ayat landasannya: I Tesalonika 1:10; 4:13-18; Yohanes 14:1-
3; I Korintus 15:51-58.
7
Pengangkatan parsial: Hanya orang percaya yang berjaga dan menantikan kedatangan Tuhan
yang akan diangkat pada waktu yang berbeda-beda, sebelum atau selama masa tribulasi. Ayat
landasannya: Matius 24: 40-51; Filipi 3:10-14; Wahyu 2:11; 3:5,10.
Midtribulasi: Gereja akan diangkat pada pertengahan masa tribulasi yaitu sebelum masa aniaya
besar 3 ½ tahun (great tribulation). Masa pemerintahan antikristus di bumi adalah tujuh tahun,
dan dibagi dalam dua masa. Masa “damai” 3 ½ tahun dana masa aniaya besar 3 ½ tahun. Ayat
landasannya: Daniel 7:9,27; 12:7; Wahyu 11:23; 12:3,6,14; I Tesalonika 4:15,16).
Posttribulasi: Gereja akan diangkat menjelang akhir masa aniaya besar yaitu pada kedatangan
Kristus tahap kedua. Kata-kata yang berbeda tentang kedatangan Kristus kembali dalam
Perjanjian Baru sebenarnya tidak mengarah kepada tahapan dari kedatangan itu. Ayat
landasannya: Matius 13:24; 24:3-31; Wahyu 3:10; 20:4-6; II Tesalonika 2:8.
8
Ketika Yesus mengajar tentang akhir zaman, Dia menubuatkan tentang kedatanganNya (Anak
Manusia). “…Anak Manusia akan datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan
kemuliaanNya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaekat-malaekatNya dengan meniup sangkakala yang
dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihanNya dari keempat penjuru
bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain…” (Matius 24:30,31). Kemudian setelah
kematian dan kebangkitanNya dari maut, sebelum Yesus naik kesurga Ia memproklamirkan hal yang
sangat penting kepada murid-muridNya: “KepadaKU telah diberikan segala kuasa di surga dan di
bumi.” (Matius 28:18). Hal ini senada dengan Mazmur Kristus yang dinyanyikan rasul Paulus: Itulah
sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,
supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yg ada di langit dan yg ada di atas bumi dan yg ada di
bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
(Filipi 2:9-11). Akan tiba saatnya Anak Manusia yang dilihat Daniel dalam visionnya akan mendirikan
kerajaan yang tidak akan musnah (Daniel 7:11-14). KerajaanNya tidak tergoncangkan (Ibrani 12:28).
Yesus Kristus akan datang sebagai Raja di atas segala raja. “Maranatha! Amin. Datanglah Tuhan
Yesus.” (Wahyu 22:20), (Timotius, 2019: 15-25).
5. Teologi Ibadah.
Teologi adalah hasil refleksi sistematis dari kebenaran ajaran Alkitab. Refleksi sistematis
terhadap kebenaran Alkitab mengenai ibadah menghasilkan teologi ibadah. Pemahaman teologi
ibadah mempengaruhi sikap dan cara beribadah sehingga membagi gereja menjadi bermacam-
macam denominasi yang memiliki bentuk atau model ibadah yang berbeda. Ibadah kita
mempengaruhi teologi kita, dan teologi kita juga mempengaruhi ibadah kita, keduanya saling
mempengaruhi. Jikalau ibadah adalah tanggapan terhadap Allah yang muncul dari hati, maka teologi
adalah tanggapan yang muncul dari pikiran. Ibadah dan teologi berjalan bersama-sama. Apabila
ibadah tidak sejalan dengan teologi yang baik, maka ibadah tersebut akan menjadi kurang
mempermuliakan Allah, kurang berkualitas. Ibadah yang tidak didasarkan pada pengenalan dan kasih
kepada Allah bukanlah ibadah yang benar. Sebaliknya, teologi yang tidak memimpin kepada ibadah
akan Allah dalam Kristus adalah teologi yang salah dan berbahaya. Teologi yang benar memiliki fungsi
korektif terhadap ibadah, dan ibadah yang benar adalah dinamika dari teologi. Teologi ibadah yang
akan dipaparkan adalah mengenai makna ibadah, tujuan dan motivasi ibadah dan bentuk atau model
ibadah Manusia beribadah bukan sekedar karena kebutuhan manusia itu sendiri, melainkan karena
Allah pantas menerima pemujaan dari manusia. Sepanjang sejarah umat manusia, hanya ada satu
yang pantas dipuja dan disembah, namanya: Yesus. Orang-orang mempunyai kebutuhan untuk
memuja sesuatu, baik suku yang paling primitive maupun orang-orang kota yang paling modern.
Dalam dirinya ada sesuatu yang berbisik “Aku ingin tahu sesuatu yang tak kuketahui, pasti ada
sesuatu yang lebih besar daripada diriku.” Kebutuhan memuja sesuatu merupakan salah satu
kebutuhan terbesar dalam kehidupan umat manusia. Ibadah adalah suatu dialog merupakan makna
ketiga dari ibadah. Segler mengatakan bahwa di dalam ibadah manusia mengalami Allah dalam suatu
dialog yang sadar. Allah berinisiatif menyatakan wahyu/ FirmanNya, dan manusia merespon melalui
ibadah. Ibadah adalah Berbicara, Mendengar, dan Menanggapi kepada Allah (To Speak, To Listen, To
Respond to God). Ibadah adalah menghadap Allah, ibadah bukan hanya ritual rutin yang harus
dilakukan (faktor eksternal), tetapi juga suatu respon yang keluar dari dalam hati (faktor internal),
yaitu berbicara, mendengar, dan menanggapi Allah.
9
sangat menggetarkan hati, dan mampu mengubahkan seseorang dari dalam. Mengalami kehadiran
Allah dalam ibadah, memahami betapa besar kasih Allah, semakin mengenal siapakah Allah,
merupakan saat-saat yang sangat berarti. Ibadah bukan sekedar mendengarkan pengkhotbah atau
menyanyikan lagu-lagu rohani, tetapi suatu pengalaman perjumpaan dengan Kristus. Pengalaman
perjumpaan dengan Yesus yang adalah pernyataan kasih Allah, pembuat mujizat, perlu
direaktualisasikan dan ditekankan kembali dalam ibadah Makna kedua dari ibadah adalah
mengembalikan kelayakan kepada Allah.
Manusia beribadah bukan sekedar karena kebutuhan manusia itu sendiri, melainkan karena
Allah pantas menerima pemujaan dari manusia. Sepanjang sejarah umat manusia, hanya ada satu
yang pantas dipuja dan disembah, namanya: Yesus. Orang-orang mempunyai kebutuhan untuk
memuja sesuatu, baik suku yang paling primitive maupun orang-orang kota yang paling modern.
Dalam dirinya ada sesuatu yang berbisik “Aku ingin tahu sesuatu yang tak kuketahui, pasti ada
sesuatu yang lebih besar daripada diriku.” Kebutuhan memuja sesuatu merupakan salah satu
kebutuhan terbesar dalam kehidupan umat manusia. Ibadah adalah suatu dialog merupakan makna
ketiga dari ibadah. Segler mengatakan bahwa di dalam ibadah manusia mengalami Allah dalam suatu
dialog yang sadar. Allah berinisiatif menyatakan wahyu atau FirmanNya, dan manusia merespon
melalui ibadah. Ibadah adalah Berbicara, Mendengar, dan Menanggapi kepada Allah (To Speak, To
Listen, To Respond to God). Ibadah adalah menghadap Allah, ibadah bukan hanya ritual rutin yang
harus dilakukan (faktor eksternal), tetapi juga suatu respon yang keluar dari dalam hati (faktor
internal), yaitu berbicara, mendengar, dan menanggapi Allah.
10
disampaikan. Yang menentukan suatu perubahan baik atau buruk adalah hasilnya, apakah
membantu jemaat untuk dapat mengalami kehadiran Allah dan diubahkan kehidupannya oleh
penyampaian kebenaran Firman Allah.
11
mula-mula. Bentuk ibadah seperti ini ditemukan dalam gereja-gereja injili dan fundamental
sebagaimana juga dalam kebanyakan jemaat-jemaat Protestan arus utama.
Gereja-gereja Pentakosta yang juga menggunakan format evangelical atau reformed ini
dalam kebaktian minggu pagi mereka.
Bentuk ibadah yang ketiga adalah karismatik. Ibadah, bagi orang-orang Pentakosta dan
karismatik adalah suatu respon terhadap Roh Kudus, suatu ekspresi dari pengalaman dan
pemberdayaan oleh Roh Kudus – suatu peristiwa yang membuat Firman menjadi hidup dan terus-
menerus meng-inkarnasikan Kristus dalam gerejaNya. Hal tersebut dilakukan dengan cara
melepaskan suatu kehidupan yang penuh dengan pujian, doa-doa syafaat, dan karunia-karunia
rohani pada waktu beribadah (Debora, 2019). Pembaharuan infrastruktur ibadah, antara lain lagu-
lagu rohani yang digunakan lebih modern dibandingkan dengan lagu-lagu lama yang bernuansa
Gregorian.
SAKRAMEN-SAKRAMEN
- BAPTISAN AIR
- PERJAMUAN KUDUS
- PENYERAHAN ANAK
DAFTAR PUSTAKA
_______. (2000). Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART), Gereja Pantekosta di Indonesia.
_______, (t.th). Gereja Pentakosta. Diakses dari Internet pada
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Pentakosta.
_______. (2017). Sebuah Pengantar ke dalam Teologi Pentakosta. Artikel. Diakse dari Internet pada
http://bkputrawan.blogspot.co.id/2009/09/teologi-pentakosta.html
Christimoty, N. Debora, (2019). Teologi Ibadah dan Kualitas Penyelenggaraan Ibadah: Sebuah
Pengantar.PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen. Volume 15, Nomor 1, April 2019.
Semarang: Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia.
Togatorop, Timotius, (2019). Teologi Pentakosta. Materi Ajar.Batam: STT Real.
Wakkary, M.D., (2020). Adakah Suatu Teologi Pentakostas? Makalah. Diakses dari Internet pada
https://www.sttpantekosta.ac.id/2020/05/23/teologi-pantekosta/
12
Weol Jhon, (2014). Mencermati Perkembangan Teologi Pentakosta di Indonesia. Pidato Ilmiah pada
Wisuda STT GPdI Jakarta. Diakses dari Internet pada
http://www.gpdi.or.id/index.php/artikel/artikel-pendidikan/349-mencermati-
perkembangan-teologi-pantekosta-di-indonesia
13