Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BACA DAN RINGKASAN BUKU : MEMBANGUN WAWASAN DUNIA

KRISTEN VOLUME 1 DAN 2

Karya Andrew Hoffecker

Disusun Sebagai Tugas Pra Kuliah

Mmebangun Wawasan Dunia Kristen

Oleh :

Theodorus Miraji

2019.5.101

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR

APRIL 2021
PENGERTIAN WAWASAN DUNIA KRISTEN
Wawasan dunia adalah kumpulan presuposisi dan keyakinan seseorang tentang realitas,
yang mewakili pandangannya tentang kehidupan. Wawasan dunia ini kadang tidak disadari oleh
setiap orang, padahal hal ini sangat menentukan dan mengatur setiap dimensi kehidupan mereka
dari intelektual, fisik, sosial, ekonomi, moral seseorang. alkitab dengan jelas dipercaya
menyajikan suatu pandangan yang terpadu tentang realitas, konsisten dan saling berkaitan erat,
yang dengan tepat mendiskripsikan situasi manusia. Itulah yang disebut sebagai dunia
kristen,yaitu dunia dan pandangan yang didasari pada kebenaran Alkitab. Jadi, yang disebut
wawasan dunia kristen adalah kumpulan presuposisi dan keyakinan seseorang tentang kehidupan
(realitas dan segala sesuatu) berdasarkan Alkitab atau sangat dipengaruhi oleh Alkitab. Buku ini
mengekspos dari perspektif Historis folosofis dan Historis religius tentang wawasan dunia yang
Alkitabiah/kristen ini secara sudut pandang Injili/Reformed lalu membadingikannya dengan
pandangan Kristen lain dan pandangan non Kristen yang menonjol.
POKOK POKOK PIKIRAN
BAGIAN PERTAMA (THEOLOGI DAN ANTROPOLOGI)
Perjanjian Lama : Kovenan antara Allah dan Manusia
Perjanjian lama adalah sejarah yang menceritakan tentang eksistensi bangsa Israel kuno
dari penetapannya, suksesi para raja, dan akhirnya kehancuran bangsa itu melalui periode
penaklukan dan pemmbuangan. dan para penulis kuno Alkitab menyadari bahwa Perjanjian Lama
adalah His-Story (ceritaNya) sebab itu Perjanjian Lama dipenuhi dengan cerita supernatural
tindakan Allah untuk memastikan destiniNya. Orang Yahudi memandang sejarah sebagai sesuatu
yang sangat penting, sebab itu Alkitab dimulai dengan penciptaan. Hal ini berbeda dengan para
filsuf dan pemikir terkemuka Yunani yang menganggap bahwa sejarah hanya sebuah siklus yang
tidak akan kemana mana atau hanya akan berputar kembali. Hal ini tentu saja berdampak kepada
bagaimana orang Yahudi/Ibrani dan orang Yunani memandang tentang Allah dan manusia.
Dalam Teologi Ibrani, kedaulatan Allah sangat ditekankan. Allah sebagi pencipta,
penopang, sumber segalanya sangat kental. Pengenalan orang Ibrani tentang Allah juga dilakukan
dari namaNya yang diberikan kepada Musa serta hamba hambaNya. Dalam memandang manusia,
pandangan dasar teologi Ibrani adalah bahwa manusia diciptakan oleh Allah dalam Imago Dei,
yang dapat dijelaskan dalam 4 makna yaitu Pertama, Natur moral dan spiritual manusia adalah
seperti Allah sendiri, Kedua, posisi manusia dengan Allah dalam Imago Dei adalah posisi yang
dan hubungan yang unik. Ketiga, Fungsi manusia adalah menyembah dan melayani Sang
Pencipta dalam setiap aspek kehidupannya. Keempat, Universalitas gamnar tersebut bahwa pria
maupun wanita diciptakan menurut gambar Allah. Hubungan diantara keduanya adalah sebuah
perjanjian yang mengikat antara Allah dan manusia yang secara berdaulat telah diinisiasi dan
dilaksanakan oleh Allah. Dan dalam Perjanjian Lama, kovenan ilahi secara struktural dapat
dibagi menjadi dua bagian yang mempunyai banyak kesamaan yaitu Kovenan Penciptaan yang
berfokus kepada masa sebelum kejatuhan dalam dosa, dan Kovenan Penebusan setelah manusia
jatuh dalam dosa dimana didalamnya ada pula dua bentuk kovenan atau perjanjian yaitu kovenan
janji dan kovenan hukum.
Humanisme Yunani Klasik
Orang Yunani menyembah dewa alam seperti Demeter (dewi gandum), Poseidon
Phytalmos (Dewa pertumbuhan tanaman). Menjelang abad 6 SM, orang Yunani cenderung
melukiskan dewa dalam bentuk manusia seperti Xenophanes. Tidak heran, di dalam sejarah
kehidupan bangsa Yunani berkembang Agama Homeris yang mengajarkan dan menceritakan
kehidupan para dewa Olympus yang merupakan personifikasi alam. Selain Homeris, ada pula
agama Dionysian yang menawarkan sesuatu yang berbeda dengan Homeris. Kalau Homeris
memisahkan antara manusia dengan dewa, kalau Dionysian mengatakan bahwa ada persatuan
antara dewa dan manusia. Aliran ketiga adalah Ionian yang naturalistis. Plato juga hadir
membahas tentang Theologi dan Antropologi dengan teori dualismenya (Becoming dan Being)
yang banyak mempengaruhi pemikiran pemikiran lain dalam sepanjang sejarah manusia. Selain
Plato, ada muridnya yaitu Aristoteles yang terkenal dengan pandangan realitasnya dan tidak
percaya kepada hal hal yang bersifat transenden. Belakangan, pemahaman Yunani berhenti pada
pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, dan Allah adalah suatu campuran dari
bermacam konsepsi seperti jauh, tinggi, tidak peduli dan tidak terjangkau.
Perjanjian Baru : Kovenan Penebusan Dalam Yesus Kristus
Perjanjian baru berkaitan erat dengan Koivenan Penebusan yang sudah disinggung di
bagian sebelumnya. Kovenan ini dikerjakan dan disempurnakan dalam kedatangan Yesus Kristus
sebagai Mesias. Yesus sendiri dalam Alkitab mendapat gelar sebagai Mesias, Anak Allah, Anak
Manusia,dan Hamba yang menderita. Pengajaran Yesus sangat berfokus kepada kerajaan Allah
yang diajarkan melalui perumpamaan (penabur dan benih, gandum dan lalang, biji sesawi),
melalui Mujizat dan melalui kebangkitanNya. Dalam kaitannya dengan penebusan Yesus Kristus,
manusia dipandang sebagai telah menyimpang dari kandungan, sebagai hamba dosa, sebagai
rusak total, sebagai semua orang telah berbuat dosa. Dan kondisi seperti itu, kematian Yesus
menyelamatkan dan menggenapi kovenan penebusan.
Munculnya Teologi Kristen : Konsili Nicea
Jika orang orang abad pertama melihat perbedaan tajam antara Teologi PB dan Filsafat
Yunani, pada abad kedua dan ketiga orang orang percaya bahwa pengertian mendalam dari
budaya dapat dipakai untuk mendukung dan mengembangkan ide Alkitabiah. Ide ide Alkitab dan
Yunani coba dijadikan sesuatu yang kompatibel melalui sesuatu yang disebut Konsili, dan konsili
yang akan dibahas dalam bagian ini adalah konsili Nicea. Kontroversi yang terjadi di konsili ini
adalah tentang pandangan Arius dan Athanasius tentang pribadi Kristus. polarisasi utama adalah
natur Yesus sebagai Homoiousios (Serupa dengan Tri Tunggal), atau Homoousios (Sama dengan
Tri Tunggal). Pada akhirnya konsili Nicea setuju dengan Athanasius sehingga dibuat sebuah
kredo hasil konsili. Konsili ini secara historis dipandang sebagai salah satu cara menangkal bidat
yang berkembang pada saat itu.
Jeda Alkitabiah : Trinitarianisme Augustinus
Augustinus adalah seorang tokoh besar yang memberikan karakter formatif bagi banyak
pemikiran Kristen. Augustinus dalam memahami dan menerangkan Trinitas bertumpu pada
“iman yang mencari pemahaman” (Fides quaerens Intellectum) dengan pendekatan deduktif pada
otoritas Alkitab dan gereja. Augustinus mengajarkan bahwa Allah Trinitas itu berdaulat dan
merupakan dasar yang mempersatukan segala realitas. Tentang kejatuhan dan asal dosa manusia,
Augutinus menyimpulkan bahwa sebelum kejatuhan, Adam mempunyai kebebasan untuk
berkehendak dan melakukan apa yang benar namun memilih untuk tidak menaati Allah dan
melayani keinginannya sendiri, mencari kebaikan bagi dirinya sendiri, dan tidak mencari
kebaikan dalam Allah.
Soklatisisme Abad Pertengahan : Sintesis Thomistis (Thomas Aquinas)
Pada abad pertengahan, Skolatisisme untuk memahamai segala realitas, mulai
mendominasi kehidupan intelektual. Skolatisisme menjadikan rasio sebagai sarana tertinggi
untuk memperoleh pengetahuan. Tokoh yang menonjol pada masa ini adalah Thomas Aquinas.
Thomas memandang Allah sebagai penggerak yang tidak digerakkan. Allah berdiri sebagai Sang
Keberadaan. Pandangan Aquinas tentang manusia adalah sebelum kejatuhan manusia dapat
melakukan empat kebijakan natural dan 3 kebijakan supernatural, namun setelah jatuh dalam
dosa maka manusia hanya dapat mencapai kebijakan natural saja.
Penemuaan Kembali Akar Alkitabiah : Reformasi
Reformasi protestan membawa perubahan yang sangat besar pada seluruh kebudayaan
Eropa dan salah satunya adalah ditemukan kembali wawasan dunia yang Alkitabiah. Para tokoh
yang menonjol pada era ini adalah Luther, Calvin, dan para tokoh Reformasi lainnya. Ide luther
tercermin dari 3 semboyan Sola Scriptura, Sola Gratia, Sola Fide. Luther dengan pandangannya
membangkitkan kembali Theologi tentang Allah dan manusia. Luther kembali menyadarkan
bahwa dosa melumpuhkan kehendak manusia, dan kebebasan sejati sebenarnya adalah kebebasan
untuk melakukan apa yang baik, dan bukan kebebasan memilih antara berbuak baik dan jahat.
Dalam perjuangan Reformasi, Luther menerbitkan 3 tulisan pada tahun 1520 yaitu An Appeal to
the Rulling Class yang meruntuhkan 3 tembok yaitu imamat rajani, tembok keutamaan Paus dan
tembok rohaniwan. Tulisan kedua yaitu The Babylonian Captivity of the Church fokus pada
masalah lain dalam kekristenan selain 3 tembok utama pada tulisan pertama. Dan tulisan ketiga
adalah Freedom of the Christian Man, yang menggambarkan tentang natur kehidupan seorang
Kristen khususnya antara hukum dan iman dalam pengalaman kristen. Pada intinya, warisan
utama Luther adalah mengembalikan teologi pada dasar Alkitabiah. Sedangkan Calvin, dapat
dikatakan sebagai seorang Arsitek Reformasi. Calvin berpusat pada keyakinan dan prinsip
fundamental bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas segala ciptaan. Kedaulatan Allah
bukan ide abstrak dan spekulatif, namun prinsip dinamis dan konkret. Dan salah satu hal yang
paling menunjukkan tentang kedaulatan Allah, adalah providensi Allah. Calvin memandang
manusia dalam 3 sudut pandang khusus yaitu penciptaan, kejatuhan dan penebusan. Karena Allah
berdaulat, maka Ia memerintah atas ciptaanNya, namun manusia telah berdosa dan sebab itu Dia
menebus manusia kembali.
Dari Renaisans ke zaman Naturalisme
Renaisans pada prinsipnya hendak menemukan suatu fondasi yang dapat memberi makna
dan kesatuan bagi seluruh kehidupan. Sedang Renaisans berkembang, maka muncul gerakan
naturalisme yang menyatakan bahwa realitas adalam atom yang bergerak melintasi ruang. Pada
masa sebelum pencerahan, muncullah tokoh bernama Thomas Hobbes yang mengembangkan
teori Desime dimana Allah disebut menggerakkan suatu sistem yang teratur dan membiarkannya
berjalan sendiri, Alam adalah sistem tertutup dan manusia tidak dapat mengetahui apapun di luar
alam natural, dan manusia hanyalah sati bagian dari alam. Di era kemudian yang disebut era
pencerahan, manusia semakin mendapatkan tempat untuk rasionalnya sehingga manusia percaya
bahwa kebenaran hanya dapat ditemukan melalui rasio, analisis logis, dan argumentasi.
Rasionalisme di era pencerahan ini mulai gugur pada tahun 1798-1837 dimana peradaban
manusia memasuki masa revolusi romantik dimana manusia justru beralih kepada misteri,
imajinasi, dan perasaan sebagai dasar kebenaran dan tidak lagi bergantung kepada rasio dengan
tokoh yang terkenal adalah Friedrich Schleimermacher yang megilustrasikan bahwa agama
romantik sangat humanis dan justru berpusat kepada manusia. Asumsi dasar kaum romantik ini
adalah mereka percaya bahwa rasionalisme gagal, natur akan memberi masukan kepada imajinasi
manusia dalam pencariian akan kebenaran, dan kaum romantis menempatkan manusia pada pusat
segala realitias.
Setelah era romantisme, peradaban beralih kepada naturalisme modern yang
mempertahankan bahwa alam semesta adalah satu sistem tertutup yang otonom. Tokoh pada era
ini adalah Ludwig Feuerbach yang terkenal dengan 4 premis, yaitu pertama Realitas adalah suatu
sistem tertutup yang tidak ada Allah, hanya ada manusia dan alam, Relitas terdiri dari benda fisis
saja, manusia tidak ada bedanya dengan sesuatu lainnya di dalam alam, dan kematian adalah
akhir manusia. Dampak dari era ini adalah berkembangnya kepercayaan naturalistik di ilmu
pengetahuan, sastra dan ilmu masyarakat.
Humanisme Naturalistis
Banyak teori tentang arti dari Humanisme, namun disini hanya akan difokuskan pada arti
bahwa humanisme adalah suatu wawasan dunia berkenaan dengan kepentingan manusia saja.
Ada berbagai macam humanisme seperti marxis, humanisme atheistis dan humanisme religius.
Kaum humanis percaya bahwa iman kepada Allah yang mendengar doa, adalah sebuah iman
yang tidak terbukti dan ketinggalan zaman. Ajaran humanis memulai segala sesuatu bukan dari
Allah, namun dari manusia. Hal ini tentu bertentangan dengan Iman kristen karena mereka
mengabaikan sejumlah besar bukti tentang eksistensi Allah. Para humanis juga tidak menghargai
banyak kontribusi tradisi Yudeo-Krsiten. Walau sebenarnya Humanis ini juga tidak konsisten dan
sulit sekali menjelaskan dengan sangat jelas tentang ajaran dan kepercayaan mereka.
BAGIAN KEDUA (EPISTEMOLOGI)
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (natur dan cakupan, sarana memperoleh
dan memverifikasi pengetahuan itu, dan presuposisi yang mendasarinya).
Epistemologi Alkitabiah : Penyataan
Pandangan Alkitab tentang pengetahuan bertentangan dengan humanistis, namun
sekaligus merupakan solusi untuk menjawab tentang pengetahuan. Hal yang paling penting dari
sebuah pengetahuan adalah titik tolaknya atau presuposisinya. Dan presuposisi orang Kristen
adalah Allah Alkitab yang transenden namun juga personal. Selain itu, presuposisi selanjutnya
adalah bahwa Allah menyatakan diriNya kepada manusia melalui cara yang umum yang diwakili
ciptaan dan sejarah kehidupan, dan juga khusus yaitu Kristus sang Inkarnasi Firman, dan Alkitab.
Alkitab berisi dengan kata kata yang di Inspirasi Allah sendiri, dan Alkitab mempunyai 4 atribut
utama aitu Niscaya, Otoritas, Jelas dan Cukup.
Epistemologi Yunani : Plato dan Aristoteles
Pandangan Epistemologi Yunani berbeda dengan pandangan para penulis Alkitab. Alkitab
percaya Allah sebagai sumber, namun orang Yunani percaya bahwa manusia yang menemukan
pengetahuan menggunakan rasio atau metode empiris lain. 3 tokoh paling terkenal adalah
Socrates yang mengaku mendapatkan pengaruh suara batin (daimon) dalam pencarian kebenaran,
Plato yang membagi antara apa yang kekal dan dapat hilang, dan Aristoteles yang membagi
penalaran dalam tiga bentuk yaitu dialektis, eristis dan demonstratif.
Epistemologi Abad pertengahan dan Reformasi
Pada bagian ini, Augustinus dan Thomas Aquinas adalah tokoh utama yang mendominasi
abad tersebut. Epistemologi Augustinus mengatakan bahwa suatu kebodohan untuk
mengatribusikan hikmat kepada orang yang oleh pengakuannya sendiri tidak mempunyai
pengetahuan tentang kebenaran. Pengakuan rasional Augustinus dimulai dengan kebergantungan
pada Allah dalam pencarian, artinya bahwa manusia tidak otonom pada kemampuannya sendiri
namun bergantung pada Allah. Sedangkan Aquinas menunjukkan bahwa iman Kristen bertumpu
pada fondasi rasional dan bahwa filsafat tidak harus memimpin kepada penolakan kepada iman
kristen. Rasio dan penyataan adalah berkorelasi bukan antitetis. Penyataan dapat lebih tinggi dari
rasio, tapi tidak bertentangan dengan rasio.
EPISTEMOLOGI PENCERAHAN
Rasionalisme dan Empirisisme
Keyakinan rasionalisme adalah bahwa kepastian dimulai dengan kebenaran kebenaran
rasio didalam akal budi, yang tidak bergantung pada 5 indera. Empirisisme menolak hal ini, dan
menganggap bahwa pengetahuan apa saja yang ditemukan dalam akal budi (intelek) pasti terlebih
dulu berasal dari salah satu atau lebih dari 5 indera.
Revolusi Kopernikan Kant
Kant menempatkan iman yang tidak terbatas kepada rasio manusia. Kant mencapai
Revolusi Kopernikannya dalam karya berjudul Critique of Pure Reason dengan mengatakan
bajwa manusia adalah sumber dan pusat segala sesuatu dan sumber segala pengetahuan yang
valid. Prinsip dasar dari hal ini adalah bahwa peristiwa/pengalaman yang terjadi adalah sesuai
dengan jalan pikiran kita, dan bukan sebaliknya jalan pikiran kita berkesusaian dengan
peristiwa/pengalaman itu. Selain judul diatas, Kant juga menuliskan Critique of Practical Reason
bahwa ada pembenaran sebagian dalam alam praktis, perilaku moral tentang kepercayaan
terhadap reliats alam noumenal yang tidak kelihatan, yang terhadapnya, rasio murni menjadi
agnostik. Kant pada presuposisinya memandang bahwa semua manusia adalah baik, Kant percaya
bahwa pikiran manusia menciptakan pengetahuan ketika berinteraksi dengan pengalaman
indrawi, dan Kant menolak gagasan Trinitas yang tidak masuk akal.
EPISTEMOLOGI KONTEMPORER
Positivisme, Eksistensialisme, Dan Pragmatisme
Positivisme adalah sebuah sikap atau pendekatan pada kehidupan yang pertama tama
menganggap manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan tentang fenomena fisis dan kedua
bahwa pengetahuan manusia tentang fenomena bersifat realtif, tidak absolut. Eksistensialisme
yang percaya bahwa manusia disebut ada karena eksis sehingga segala sesuatu dinilai dan
dianggap kebenaran apabila eksis. Dan pragmatisme berpegang bahwa pernyataan pernyataan
menjadi bermakna hanya apabila mempunyai konsekuensi yang bermanfaat saja.
BAGIAN KETIGA (ALAM SEMESTA)
Kosmologi adalah satu cabang metafisika, yang didalamnya para pakar berpikir tentang
makna, struktur dan prinsip yang mengatur segala sesuatu yang eksis sekarang atau alam semesta.
Kosmologi Mitos
Beberapa yang terkenal adalah Kosmologi Mesir yang percaya bahwa alam semesta
terdiri dari empat unsur yaitu bumi, perairan, langit dan matahari. Kosmologi Mesopotamia yang
percaya tentang adanya dewa Anu, dewa Enlil, Dewa Ninhursaga dan Dewa Ea. Berikutnya
adalah kosmologi Kanaan yang berfokus pada Baal dan Anat.
Kosmologi Spekulasi Filosofis
Para kosmolog Yunani mula mula tidak berpikir tentang diri mereka sebagai filsuf dan
pada awalnya tidak memakai istilah filosofis. Para tokoh yang terkenal adalah Thales dan
Miletus, Anaximander dan lain sebagainya.
Kosmologi Sejarah : Dari Penciptaan sampai Konsumasi
Konsep Alkitab tentang alam semesta sangat berbeda dari penjelasan sebelumnya.
Kosmologi yahudi kuno bertumpu pada kepercayaan unik orang orang Ibrani kepada satu Allah
yang memulai alam semesta dan berdaulat penuh atas operasi alam semesta itu. Dalam Alkitab
atau kosmogoni Ibrani, kejadian dimulai dengan memperkenalkan kepada pembaca tentang kuasa
dan kemuliaan Allah. Sedangkan dalam perjanjian baru, peran Yesus ditampilkan dalam
penciptaan.
Kosmologi Alkitabiah mengekspresikan pengharapan yang besar, bahwa Allah adalah
Pencipta yang berdaulat membentuk ciptaan yang material dan juga umatNya menjadi suatu
rumah yang memuliakan Dia.
Kosmologi Sains Modern
Pada abad pertengahan, theologi dikembangkan dalam konformitas dengan filsafat yang
dominan pada masa itu. Pada abad ini, dikatakan bahwa bumi berada di pusat lingkaran yang
berputar, bumi adalah bulatan yang paling padat, tidak bersinar, dan paling rendah dalam alam
semesta, dan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan lingkaran bintang yang tetap.
Selanjutnya, peradaban masuk kepada era newton, dimana prinsip pertama adalah setiap tubuh
akan tetap berada dalam suatu keadaan gerakan yang seragam kecuali jika digerakkan oleh tenaga
eksternal, lebih lanjut gravitasi universal menjelaskan orbit dari planet itu. Allah masih
menopang kosmos, tetapi Ia kurang terlibat secara langsung
Kosmologi Abad kedua puluh
Di abad ini, teori yang berkembang dan diterima adalah Relativitas dimana para ahli
fisika dan kimia menunjukkan bahwa alam semesta itu sangat teratur. Dua asumsi dasar adalah
hukum fisika adalah sama dengan semua sisterm yang bergerak dalam satu garis lurus, dan
cahaya akan selalu ditemukan bergerak pada kecepatan yang sama. Teori lain adalah mekanika
kuantum yang berfokus pada cahaya sebagai gelombang yang berkesinambungan.
Teori Evolusi Darwin
Teori ini menyatakan bahwa spesies berubah secara perlahan dengan berjalannya waktu.
Ia mengemukakakn bahwa perubahan dalam satu spesies melewati generasi dari variasi dalam
keturunan, keuntungan yang relatif dan reproduksi individu berikutnya dengan ciri yang
menguntungkan.
Pandangan Ilmiah Kontemporer tentang asal usul
Menurut beberapa pandangan yang berlaku sekarang adalah kira kira 15 miliar tahun yang
lalu dan terus bervelosi 5 juta tahun berikutnya, dan lalu bumi mendukung kehidupan, dan pada
akhirnya sekarang menjadi sebuah kehidupan yang berlaku sekarang.
Natur Kosmogoni
Beberapa natur kosmogoni adalah pertama hukum yang mendeskripsukan peristiwa
natural dalam alam semesta adalah sama, sampai selamanya. Kedua bagian alam semesta yang
berada di luar pengertian atau diluar penglihatan kita pada dasarnya sama seperti bagian yang ada
dalam penglihatan, ketiga alam semesta adalah suatu sistem sebab akibat yang terisolasi dan
saling mengunci, tertutup terhadap pengaruh luar, enegeri materi adalah bahan fundamental alam
semesta.
BAGIAN KEEMPAT (MASYARAKAT)
Bagian ini akan menganalisis bagaimana presuposisi antropologi menentukan konsep
tentang tatanan sosial (struktur, institusi, dan idealnya) dan terutama natur manusia itu sendiri.
Republik Plato : Sebuah masyarakat Rasional
Plato membuat sebuah tradisi pemikiran sosial dan pendidikan melalui dua kendaraan
yaitu Akademi dengan keberhasilannya membuat sebuah sekolah, dan Republik yang merupakan
ruang dialog Plato yang terkenal. Premis dasar Plato dalam Republik adalah karena masyarakat
adalah manusia secara luas dan manusia adalah masyarakat dalam miniatur, sehingga ada satu
hubungan tak terelakkan diantara keduanya. Plato memandang masyarakat sebagai komunitas
yang tunduk pada pertumbuhan natural melampaui pemenuhan kebutuhan jasmani. Plato
membagi masyarakat dalam 3 kelas yaitu pertama sebagai kelas untuk menghasilkan barang dan
jasa, kelas kedua adalah militer dan kelas ketiga adalah petani. Dan untuk mencapai sebuah
perubahan yang maksimal, Plato sangat menekankan kepada sistem pendidikan. Sedemikian
penting pendidikan, sampai akhirnya Plato mengemukakan bahwa negara harus mengambil alih
tugas tugas pendidikan orang tua agar tidak ada anak Inferior. Plato menjelaskan negara rusak
karena kelas yang memiliki roh dan oligarki.
Masyarakat Alkitabiah : Suatu masyarakat Kovenan
Kovenan yang dibuat Allah untuk umat Israel menyatakan suatu masyarakat yang
didasarkan pada hukum perjanjian, yang bertumpu pada prinsip keadilan, kebenaran, hesed dan
penatalayanan. Namun akhirnya umat Israel gagal menjalani hidup berdasarkan prinsip prinsip
Allah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, gambaran kovenan antara Allah dan manusia tercermin
dalam sebuah Tipologi kerajaan Allah, gambaran melalui gereja, Pernikahan dalam keluarga,
Ekonomi dan kehidupan komunitas, dan Pemerintah.
Ideal Trinitarian Augustinus dan Kekristenan Universal Aquinas
Augustinus menyatakan bahwa setiap masyarakat dibangun atas prinsip yang khas dan
Augustinus menyekankan natur ketrinitasan Allah. Dengan menggambarkan Trinitas Augustinus
berharap adanya penguatan iman orang orang kepada Allah. Trinitas ini dihubungankan dengan
masyarakat dengan menguraikan masa lalu, masa kini dan masa depan dalam kehidupan
bermasyarakat. Prinsip Trinitarian Augustinus dicerminkan dalam kehidupan Keluarga, dalam
proses Pendidikan, Negara, dan tatanan Ekonomi.
Aquinas membayangkan suatu masyarakat Kristen yang dipersatukan, namun
mendasarinya diatas suatu sintesis yang berpegang bahwa gereja institusional seharusnya
membimbing seluruh aktivitas kultural. Aquinas memandang bahwa negara harus tunduk kepada
gereja.
Reformasi : Luther, Calvin dan Kaum anabaptis
Pendekatan Luther pada isu sosial sangat moralistis dan pada umumnya bersifat
konservatif. Ia terutama prihatin terhadap pertanyaan moral yang diangkat melalui masalah
sosial. Luther memandang bahwa struktur dan lembaga masyarakat diangkat oleh Allah sehingga
tidak memerlukan perbaikan. Dia juga menolak adanya pemisahan kaum rohaniwan dan kaum
awam.
Untuk Calvin, pengaruhnya bagi peradaban dan kebudayaan barat sangat luar biasa besar.
Calvin meningkatkan pekerjaan misi, bekerja keras mempersatukan orang kristen di seluruh
Eropa dan menulis banyak surat kepada raja.
Kaum anabaptis adalah kekuatan ketiga setelah Luther dan Calvin yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Kaum ini juga berusaha untuk memurnikan gereja. Kaum ini berargumen
bahwa gereja harus menjadi suatu masyarakat sukarela orang percaya, bahwa gereja dan negara
harus sama sekali terpisah, dan bahwa tiap individu harus bebas memilih agama apa saja yang
dikehendaki. Pandangan ini dipandang sebagai sesuatu yang radikal pada masa Abad
Pertengahan.
Amerika : Suatu masyarakat yang bebas
Kehidupan publik amerika bertumpu pada campuran beberapa tradisi theologis dan
filosofis atau wawasan dunia. suatu filsafat publik yang khas kristen tidak pernah berkembang di
amerika. Dari awal terbentuknya masyarakat amerika, akar akar Kristen dan sekiler telah terjalin
dan bertumbuh bersama sama. Karena kebebasan yang dijamin di amerika, maka warga
masyarakat amerika memiliki ancaman untuk menumbuhkan sekularitas lebih daripada nilai nilai
kekristenan. Sebab itu, di amerika akan menjadi tugas yang berat untuk dapat menanamkan
bahwa kehidupan individu atau bersama harus dilandasi dengan kebenaran Alkitab.
Marxisme : Suatu masyarakat Komunis
Pemikiran Marxis dan banyak dari praktiknya merupakan antitesis bagi kebebasan. Dalam
masyarakat marxis, orang orang dan berbagai asosiasi mereka tidak diperbolehkan berekspresi
secara bebas, khususnya bagi mereka yang kritis terhadap komunisme. Praktek seperti ini dapat
dijumpai di negara negara Uni Soviet, Polandia. Marxisme buta terhadap natur manusia yang
sesungguhnya karena telah menolak Tuhan.
Distopianisme : masyarakat yang hancur
Dunia yang hancur atau masyarakat yang hancur digambarkan dengan dunia Plato yang
baik telah menjadi buruk, Kota Allahnya Agustinus berubah menjadi sedemikian sekuler,
kebebasan hati nurani mnejadi dipenjara.
Iman kristen tidak menawarkan solusi sederhana bagi masalah masa kini yang kompleks.
Tetapi, sebagai manusia yang dicptakan menurut gambar Allah kita dapat memperbaiki masalah
yang mengancam akan menghancurkan kemanusiaan kita dan meruntuhkan masyarakat kita.
BAGIAN KELIMA (ETIKA)
Etika yang dinyatakan oleh Allah
Presuposisi Theologis dan Kosmologis, Allah yang berdaulat dan tatanan moral yang
objektif menjadi prinsip utama dalam etika yang dinyatakan oleh Allah. Segala wawasan dunia
yang tidak berdasar kepada Allah yang berdaulat adalah wawasan dunia yang tidak lengkap
sehingga tidak dapat sepenuhnya membenarkan tuntutan etis mereka. Namun Alkitab,
memberikan rujukan yang jelas tentang Allah yang berdaulat dalam segala sesuatu termasuk alam
semesta. Dan sebagai bukti dari kedaulatan Tuhan, Tuhan memberikan perintah yang tidak
sembarangan, yang harus dilakukan oleh semua manusia. Selanjutnya dalam hubungan antara
Antropologis dan kemasyarakatan etika kristen menjelaskan bahwa manusia berdosa dan
membutuhkan hukum serta kelahiran kembali. Kejatuhan manusia dalam dosa secara radikal
mengubah keadaan etis manusia. Sebelumnya, adam dan hawa tidak hanya mengetahui kehendak
Allah, namun dengan bebas mentaatinya. Kejatuhan manusia dalam dosa menunjukkan perlunya
intervensi anugerah Allah jika manusia hendak pulih. Dan bukan hanya itu saja, manunsia
memerlukan hukum yang dari Allah agar hidupnya terarah. Sebagai contoh hukum di Sinai yang
diberikan kepada bangsa Israel. Semuanya adalah untuk maksud yang positif seperti mengekang
dosa, mengarahkan manusia kepada Tuhan, dan membimbing orang percaya.
Berikutnya presuposisi Epistemologis, orang kristen mempertahankan bahwa moralitas
harus sepenuhnya alkitabiah dalam orientasinya. Orang kristen tahu apa yang benar dan salah
secara moral dari penyataan Allah. Dan lebih dari itu, Allah menyatakan hukum moralNya secara
epitemologis dalam pribadi Yesus untuk menuntut etika dan moralitas orang percaya.
Dalam menerapkan etika yang Alkitabiah, jangan sampai manusia menjadi sesat karena
cara cara yang salah dan menyesatkan. Cara yang salah adalah Legalisme, Situasionisme,
Intuisionisme.
Etika Otonomi Manusia
Etika otonomi manusia membawa kepada Humanis, Naturalis dan beberapa pandangan
yang justru bertentangan dengan kebenaran yang Alkitabiah. Kaum theis sering menyamakan
etika humanistik yang otonom dengan usaha seseorang mengangkat dirinya sendiri dengan
kekuatannya sendiri. Para naturalis masa kini dengan gembira mengasumsikan rendah
kemampuan manusia. Perbedaan fundamentnal antara etika manusia dan Alkitab jelas terlihat
dalam pembedaan perjanjian Lama antara orang yang melakukan apa yang benar menurut mereka
sendiri dan orang yang berjalan dijalan Tuhan.
Aborsi, Eutanasia dan Homoseksualitas
Tentang aborsi, aborsi adalah salah satu isu yang paling menyedihkan yang sedang
dihadapi bangsa bangsa seperti Amerika. Orang kristen yang memahami kebenaran yang
Alkitabiah, harusnya semakin berkomitmen untuk melindungi anak anak yang belum dilahirkan,
untuk membantu para wanita hamil menjalani berbagai kesukaran, dan menoling keluarga yang
sedang bergumul untuk anak anak mereka. Semakin hari isu ini akan menjadi semakin berat,
namun dari presuposisi yang benar manusia dapat memahami bahwa tindakan ini adalah tindakan
yang salah dan jahat.
Dalam hal Eutanasia, para pembela tindakan ini terus memegang pendapat bahwa apa
yang mereka lakukan adalah demi kepentingan si penerima tindakan dikarenakan berbagai
kondisi dan keadaan. Bagi para penentang, mereka menyatakan bahwa pembunuhan tidak boleh
diizinkan dalam keadaan apapun.
Berkaitan dengan Homoseksual, Alkitab dengan jelas menentang segala jenis praktek
homoseksual. Orang Kristen tidak boleh menyerah terhadap konsepsi yang salah tentang kaum
homoseksual tentang bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri bahwa mereka kewanita
wanitaan, bahwa mereka sama antara pria dan wanita. Mereka dapat disembuhkan dengan
pengalaman pertobatan Kristen. Orang Kristen juga harus mendukung dengan sungguh sungguh
apabila ada orang homoseksual yang mau berubah dan tidak malah takut kepada mereka.
ANALISIS DAN ARGUMEN
Kelebihan buku ini
1. Buku ini berbeda dengan buku filsafat biasa karena melihat segala sesuatu dari sisi
Historisnya dan bukan hanya melihat dari sisi argumen yang dipercaya. Hal ini membuat
pembaca menjadi tahu arah dan asal dari pemikiran pemikiran yang berkembang pada
masa itu.
2. Topik yang diambil adalah topik yang relevan pada segala zaman, sehingga membaca
buku ini sangat baik dilakukan dan dipelajari oleh semua kalangan dari berbagai generasi
3. Penulis memberikan penjelasan yang cukup dalam setiap bagian yang dipaparkan
Kekurangan buku ini
1. Meskipun memberikan penjelasan yang cukup, namun kesimpulan terhadap setiap bagian
nampak kurang jelas dan kurang tegas dalam beberapa bab
2. Bahasa yang sangat ilmiah membuat buku ini tidak bisa dipelajari oleh kaum awam
3. Tidak seimbang antara pembahasan Allah dengan manusia. Agaknya penulis mempunyai
banyak fokus terhadap sisi manusia.
Argumentasi Pribadi
1. Buku ini memberikan manfaat luar biasa terutama dalam memahami sejarah segala
sesuatu. Saya sangat banyak mendapat pengetahuan sejarah yang baru dari apa yang
dijelaskan penulis dalam buku ini
2. Karena sudut pandang penulis adalah injili, maka tidak ada perbedaan pandangan antara
saya dengan penulis
3. Saya setuju dengan apa yang penulis paparkan di bab yang sudah dijelaskan tentang
bagaimana memandang Allah, manusia, memandang tentang kajian kajian filsafat, dan
aliran aliran pemikiran yang berkembang sampai sekarang
4. Dengan memahami sejarah dan pemikiran yang beragam, maka saya dapat memutuskan
tentang sudut pandang mana yang paling tepat yaitu sudut pandang yang Alkitabiah.
KESIMPULAN
Buku ini memberikan informasi sejarah yang kaya dan mendalam. Sejarah menjadi sudut
pandang yang harus diketahui oleh para pakar agar tidak salah dalam memahami dan
memberikan pendapat apapun. Buku ini memberikan wawasan dunia yang ada dan memasukkan
sudut pandang Alkitabiah sebagai solusi utama dan satu satunya atas semua tuntutan dari
Epistemologi sampai ke etika.
Kesimpulan pribadi saya adalah bahwa segala sesuatu harus dilihat dalam presuposisi
yang benar yaitu berangkat dari Allah, dalam rencana Allah, untuk Allah dan menyelesaikan
rencana Allah. Manusia memang memegang peranan penting, namun tidak melebihi Allah dan
harus ada dalam posisi yang benar agar tidaj melahirkan pemikiran yang tidak sesuai dengan
Alkitan yang justru mereduksi peran Allah yang berdaulat dalam kehidupan manusia.
12

1
Andrew Hoffecker and Gary Scott Smith, eds., Membangun Wawasan Dunia Kristen Vol 1 (Surabaya: Momentum,
2006).
2
Andrew Hoffecker and Gary Scoot Smith, eds., Membangun Wawasan Dunia Kristen Vol 2 (Surabaya: Momentum,
2008), 979-3292-07-5.
DAFTAR PUSTAKA
Hoffecker, Andrew, and Gary Scoot Smith, eds. Membangun Wawasan Dunia Kristen Vol 2.
Surabaya: Momentum, 2008. 979-3292-07-5.
Hoffecker, Andrew, and Gary Scott Smith, eds. Membangun Wawasan Dunia Kristen Vol 1.
Surabaya: Momentum, 2006. 979-3292-06-7.

Anda mungkin juga menyukai