Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN
Berbicara mengenai integritas bagi kalangan manusia sudah sangat umum sekali untuk
didengarkan. Melalui integritas, seorang manusia dapat mengenal dan memahami bagaimana
untuk hidup bersama. Tanpa integritas seseorang tidak akan dapat dikenal dan tanpa integritas
seseorang tidak menjadi manusia yang sempurna, dengan demikian integritas itu sangat
diperlukan oleh setiap manusia. Seperti halnya seorang pemimpin yang seyogianya memiliki
integritas. Melalui integritas seorang pemimpin, jemaat di dalam gereja dapat saling mengerti.
Dan melalui integritas seseorang dapat membawa organisasi atau kelompoknya ke arah yang
benar. Berikut ini akan dibahas mengenai integritas seorang pemimpin bagi jemaat dalam gereja.

II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Integritas
Seorang pemimpin harus mempunyai integritas yang tinggi dan berusaha untuk
membawa organisasi atau kelompoknya ke arah yang benar, dan merupakan tujuan bersama
daripada tujuan pribadi seorang pemimpin. Integritas diri seorang pemimpin terlihat dari
kesetiannya terhadap tugas dan tanggung jawab sekalipun pekerjaan yang dihadapi kecil, karena
dengan kesetiannya terhadap perkara-perkara yang kecil akan membuat ia mampu untuk
melaksanakan perkara-perkara yang besar.1 Rasul Paulus, seorang pemimpin yang sangat
menghargai integritas pribadi dan menjaga nama baiknya. Rasul Paulus amat memahami prinsip
yang didasarkan pada kitab Amsal dan pengkhotbah. Nama baik lebih berharga daripada
kekayaan besar (Ams. 22:1). Nama yang harum lebih baik daripada minyak yang (Pkh. 7:1). 2
Salah satu karakter Rasul Paulus dalam memimpin adalah integritas. Integritas adalah kondisi
utuh, menyatu dalam perkataan dan perbuatan.3 Bagi Senjaya4 integritas itu adalah modal utama
seorang pemimpin namun sekaligu model yang masih jarang dimiliki oleh pemimpin.
Pemimpin yang mempunyai integritas menunjukkan apa arti menjadi gambar Allah.
integritas menyiratkan sifat benar dan jujur, membuat orang-orang mempercayai perkataan dan

1 A.B.Susanto, meneladani Jejak Yesus sebagai Pemimpin, (Yogyakarta: Andi Offset,


2006) 15
2 Johny The, Menjadi pemimpin yang unggul, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), 21
3 John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di dalam diri Anda, (Batam
Center: Interaksi, 2004), 69
4 Senjaya, Kepemimpinan Kristen, Konsep, Karakter, Kompetensi, (Yogyakarta:
Kairos Books, 2004), 65

1
motivasi. Orang-orang yang mempunyai integritas dapat dipercaya, yang membantu
berkembangnya kepercayaan di dalam keputusan daan perilaku pemimpin. Kebenaran dan
kepercayaan adalah dasar di mana hubungan dengan seorang pemimpin dibangun. Jika kualitas
ini tidak ada, maka akan berakibat timbulnya rasa tidak aman, ragu-ragu, meruntuhkan kesatuan
dan kekuatan.5
II.2. Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah orang yang menyampaikan bimbingan, tuntunan dan pedoman kearah
tercapainya tujuan bersama.6 Menurut A.M Mangunhardjaja,7 pemimpin adalah orang yang
bergerak lebih awal; berjalan didepan; mengambil langkah pertama; orang lain, membimbing,
menuntun, dan mengarahkan orang lain melalui pengaruhnya. Dari beberapa pengertian diatas
maka menurut penulis pemimpin itu adalah orang yang pertama menggerakkan dan menuntun
organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang telah disepakati dengan seorang
pemimpin.
Gambaran siapakah dan bagaimanakah seseorang itu bisa disebut pemimpin yang di
gambarkan dalam Alkitab. Jika seorang memiliki kemampuan kepemimpinan sebagaimana yang
digambarkan dalam Alkitab, maka pemimpin itu dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya
dengan baik dan membawa perubahan kepada semua orang yang dipimpinnya sesuai dengan
Firman Tuhan.8
Seorang pemimpin harus perlu memiliki komitmen supaya tidak mempengaruhi
keputusan-keputusan yang disepakati. Komitmen adalah dedikasi seseorang kepada orang lain
dalam mengejar nilai-nilai dan keyakinan. Seperti yang dikatakan orang bijak zaman dahulu,
iman tanpa perbuatan adalah mati. Adapun pemahaman ini, di mana seseorang dapat
membicarakan, tetapi apakah ia dapat menyesuaikan kata-kata dnegan perbuatan.9

II.3. Kualifikasi Pemimpin Pastoral yang dibutuhkan jemaat

5George Barna, A fish out of water, (Jakarta: Immanuel, 2004), 11


6 A. Lumbantobing, Kepemimpinan Kristen, (Siantar Seminar Sehari Pendeta HKI,
1980), hlm 3
7 A.M Mangunhardjaja S.J, Kepemimpinan, (Yoyakarta: Kanisius, 1976), hlm 11
8 Eka Darmaputera, Kepemimpinan Dalam Presfektif Alkitab, (Yogyakarta: Karios
Books, 2005), hlm 14
9 Emmet C. Murphy, Mark A. Murphy, Memimpin di Tepi Jurang kekacauan, (Batam:
Interaksara, 2005), 63

2
Semua bidang pekerjaan dalam kehidupan manusia menuntut dan memerlukan
kualifikasi, dimulai dari pekerjaan yang sederhana hingga pekerjaan yang sulit dan rumit. Tugas
dan panggilan menjadi pemimpin pastoral tidak cukup hanya memenuhi kualifikasi
kepemimpinan sekuler seperti gelar, keahlian, kecerdasan, kesehatan mental, dan sebagainya.
Gereja membutuhkan pemimpin pastoral yang professional, berintegritas, memiliki kualitas
spiritual yang solid dan kehidupan yang dapat diteladani.
Keunikan pemimpin pastoral adalah mereka tidak dipanggil dan dipilih oleh dunia ini
tetapi dipanggil dan dipilih oleh Tuhan berdasarkan kasih karunia-Nya. Mereka kemudian
dipersiapkan oleh Tuhan dengan tujuan mereka terlibat aktif menjalankan kepemimpinan
pastoral di tengah-tengah jemaat. Tujuan utama tugas dan tanggung jawab pemimpin pastoral
adalah membawa jemaat mencapai kesatuan iman, memiliki pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah, kedewasaan penuh dan menjadi dewasa di dalam Kristus. Apabila tujuan ini
tercapai, jemaat Tuhan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran
dan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Ef. 14:14).10

II.4. Siapakah pemimpin Pastoral dalam Pertumbuhan jemaat11


1. Penilik jemaat
Episkopos atau penilik jemaat berasal dari kata Yunani episkopas yang berarti
mengawasi atau overseer. Bishop adalah anggota tertinggi dalam urutan kepemimpinan
pelayanan gereja. Sebagai penilik jemaat, dengan cermat ia mengawasi kehidupan jemaat,
apakah mereka mengalami pertumbuhan atau tidak. Sebagai manajer, ia mengatur dan mengurus
jemaat dengan baik agar tertib. Sebagai pengontrol ia mengendalikan perilaku jemaat agar tidak
liar. Sebagai penjaga ia memberi rasa aman bagi jemaat dari ancaman serigala yang buas.
Inilah fungsi yang harus dikerjakan penilik jemaat berdasarkan otoritas yang diberikan Tuhan
atas gereja-Nya.

2. Penatua
Seorang penatua biasanya dipilih dengan memperhitungkan usia dan pengalaman
hidupnya bersama Tuhan. Dan ia memiliki kedewasaan rohani dan teruji oleh bermacam
tantangan. Penatua selaku pemimpin pastoral harus mempunyai kemampuan memimpin,

10 Yosafat B., Integritas Pemimpin Pastoral, (Yogyakarta: Andi,2010), 19-20


11 Yosafat B., Integritas, , 22

3
mengajar, mengatur, mengontrol jemaat agar tetap hidup dalam firman Tuhan, mendisiplinkan
mereka yang tidak taat akan firman Tuhan, dan melindungi jemaat dari ajaran sesat. Oleh karena
itu, seorang penatua adalah seorang yang ramah, lemah lembut, sabar, murah hati, mampu
menguasai diri, tidak memaksa, mengabdi tanpa pamrih, mampu berkhotbah, dan memberi
konseling.
3. Diaken
Kata diakon berasal dari kata Yunani diakonos yang kerap diterjemahkan sebagai
pelayan atau lebih khusus lagi pelayan meja. Tugas dan tanggung jawab seorang diaken adalah
menyatakan belas kasih dan mewujudkan cinta kasih Kristus kepada jemaat dengan lemah
lembut, tulus, dan penuh kesabaran. Oleh karena itu, melalui seorang diaken jemaat akan
mengalami perjumpaan dengan Kristus, dengan demikian sangat dibutuhkan diaken sebagai
pemimpin pastoral bagi pertumbuhan jemaat.

II.5. Ciri-ciri Seorang Pemimpin pastoral dan dampaknya bagi pertumbuhan


jemaat
Yosafat B12 menyebutkan ada beberapa Ciri-ciri seorang pemimpin pastoral bagi
pertumbuhan jemaat ada 7, di antaranya sebagai berikut:
1. Kejujuran
Kejujuran dalam kepemimpinan pastoral menjadi salah satu komponen hidup yang
sangat langka dewasa ini. Kejujuran sangat penting dalam kepemimpinan pastoral, karena tanpa
kejujuran jemaat merasa didustai, diremehkan, dimanipulasi dan suatu saat akan kecewa.

2. Ketulusan
Ketulusan hati terhadap Allah juga direfleksikan delam etika hidup setiap hari. Seperti
halnya Daud hidup dengan tulus (Mzm. 26:1); jemaat mula-mula bersekutu dan berbagi hidup
dengan tulus hati (Kis. 2:46); Timotius memiliki iman yang tulus ikhlas ( 2 Tim. 1:5). Ketulusan
hati kepada Allah dan firman-Nya merupakan salah satu kunci agar dapat terbebas dari jebakan
spirit pascamodern yang cenderung memimpin manusia ke jalan kehidupan yang tidak tulus.
Ketulusan hati para pemimpin pastoral akan melindungi mereka dari kerusakan moral.

12 Yosafat B., Integritas Pemimpin Pastoral, (Yogyakarta: Andi,2010), 93-107

4
Kepemimpinan pastoral bukan berorientasi pada pencapaian jumlah materi yang dapat diindra
tetapi memerdekakan orang dari dosa dan belenggu iblis dengan kebenaran Kristus (Yoh. 6:36).

3. Keadilan
Pemimpin pastoral seharusnya memiliki rasa keadilan dalam relasi sosialnya akan
jemaat. Relasi yang mencakup keseluruhan kehidupan itu sendiri, antara Allah, manusia dan
seluruh ciptaan. Relasi, bukan hanya secara tekni mekanis tetapi sebagai nilai, makna yang
dihargai, dihormati dan diakui. Rasa keadilan yang diterima oleh komunitas dari pemimpin,
memberi dampak yang signifikan dalam kinerja etis.

4. Konsistensi
Pribadi yang berintegritas adalah pribadai yang memiliki konsistensi dalam hidup.
Konsistensi seharusnya menjadi salah satu identitas dari pemimpin pastoral dewasa ini
menciptakan model pelayanan yang bersifat nomaden (berpindah-pindah). Menyadari realita
semakin bertambahnya orang-orang yang mengalami gangguan mental nomad, pemimpin
pastoral perlu mengadakan kontemplasi diri untuk melihat kedalaman batin dengan pikiran yang
jernih sehingga mengetahui posisi mereka, masihkah mempunyai konsistensi dalam melakukan
tugas dan tanggung jawab pastoral atau telah jatuh ke dalam perlawanan moral.

5. Kemurnian
Artinya adalah tidak tercemar oleh sesuatu yang asing, bebas dari segala sesuatu yang
kotor, suci hama adalah bagian dari pengertian dari kemurnian. Alkitab menyatakan bahwa
segala janji, jalan, dan perintah Tuhan adalah murni (Mzm. 12:7; 18:31; 19:9). Kemurnian atau
kesucian hati pemimpin pastoral berasal dari hati yang telah diperbaharui dan disucikan darah
Kristus, yang berdampak dalam perbuatan sehari-hari.

6. Kerendahhatian
Adalah identitas diri yang melekat pada diri Tuhan Yesus (Mat. 11:29). Kerendahan hati
kontras dengan rendah diri dan sombong. Orang yang rendah diri adalah mereka yang

5
mempunyai konsep diri yang rendah dan mereka cenderung menghina, tidak menerima, dan
membenci. Kerendahatian muncul sebagai buah dari proses belajar yang kontinu dan konsisten
kepada dan dari Tuhan Yesus. Pengenalan kepada Tuhan Yesus melahirkan pengenalan diri
sendiri.

7. Tidak mencari kepentingan sendiri


Egoisme adalah salah satu musuh yang menghambat perkembangan atau pertumbuhan
gereja. Banyak gereja mengembangkan sikap eksklusif yang kaku dan picik, sikap ini
menyebabkan gereja jatuh dalam kehidupan yang ekstrem karena membatasi karya Roh Kudus
yang bersifat evangelistic dalam gereja, dan menutup diri bagi kerja sama antardenominasi
gereja, sesuai dengan doa Tuhan Yesus tentang kesatuan, serta mengasingkan diri dari interakasi
sosial masyarakat yang majemuk atau plural, padahal gereja harus menjadi garam dan terang
dunia.
Dan ada empat tipe kepribadian yang berhubungan dengan seorang pemimpin, yaitu
sebagai berikut:
1. Sanguinis
Watak sanguinis mencintai dongeng kehidupan dan ingin bahagia untuk selamaynya.
Tipe sanguinis adalah orang yang emosional dan domenstratif. Tipe seperti ini memiliki sifat
terbuka dan optimis. Ada kemungkinan bahwa tipe Sanguinis tidak punya bakat atau kesempatan
lebih banyak dibandingkan dengan watak lainnya, tetapi mereka tampaknya seperti lebih banyak
memiliki kesenangan. Tipe sanguinis mempunyai keinginan untuk menjadi pusat perhatian.13
Sanguinis bersifat hangat, ramah, terbuka dan dapat menarik banyak orang. Ia seorang
pembicara yang baik, seorang optimis yang selalu tampak bahagia. Ada kelemahan dari
sanguinis yaitu kelemahan kemauan, bersikap tidak mantap dan berkobar-kobar perasaannya,
tidak tenang dan mementingkan diri sendiri. Tipe ini juga tidak pandai mengingat-ingat nama,
tanggal, tempat, dan fakta. Watak sanguinis sangat hangat dan menyukai hal-hal fisik, mereka
cenderung suka memeluk, mencium, meneouk dan mengelus-eluskan tangannya. Memiliki
kepribadian yang polos dan lugu dan suka membantu dan selalu memikirkan gagasan baru yang
menarik. Mempesona orang lain, mudah berteman dan tipe orang ini menyenangkan untuk diajak
bergaul.14
13 Tirtamihardja Samuel, H. Pemimpin adalah pemimpin, (Jakarta: Yaksi, 2004), 40
14 Tirtamihardja Samuel, , 40

6
2. Melankolis
Tipe orang ini adalah perfeksionis (orang yang ingin selalu sempurna), amat sensitive,
menghargai karya seni yang tinggi, rela berkorban dan seorang yang setia, ia tidak bersikap
menguasai dan tidak menonjolkan diri. Walaupun demikian orang yang termasuk melankolis
memiliki kelemahan yaitu ia cenderung bersikap pemurung, kritik, pesimistis dan egosentris.15
3. Koleris
Tipe ini memiliki kemauan keras, pembawaanya seorang pemimpin, seorang yang
berpandangan optimis, pemikirannya penuh berisi gagasan-gagasan. Tetapi orang yang termasuk
golongan ini memiliki kelemahan yaitu ia puas diri, kemauannya keras, mudah naik darah, dan
condong berlaku kasar dan kejam.16
4. Phlegmatic
Mereka menyukai tema-teman, tetapi merasa bahagia apabila sendirian. Tidak ada yang
mengganggu mereka, dan mereka suka mengamati orang yang lewat, mereka berkepribadian
rendah hati, sehingga bila kita berada dekat dengan mereka maka sangat menyenangkan. Mereka
menghadapi persoalan dengan santai dan secara bertahap. Tidak ingin berpikir jauh ke depan.
Salah satu ciri khas mereka adalah kemampuan untuk tetap tenang ketika mereka berada di pusat
badai.17 Kelemahan mereka adalah tidak mempunyai motivasi, ia dapat engabaikan pekerjaan
dengan manis dan condong untuk jadi keras kepala, kikir dan bimbang.18

II.6. Tiga Tanggung Jawab pemimpin Pastoral bagi pertumbuhan jemaat19


1. Pemeliharaan pastoral
Merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemimpin pastoral yang beritegritas, tugas
ini merupakan bentuk pemeliharaan jiwa di dalam kekristenan melalui cara pembimbingan,
rekonsiliasi, dan pemberitaan firman Allah dan memberikan penyembuhan kepada jemaat dalam
hal bathin.
2. Pastoral konseling
Ini merupakan bidang pelayanan pribadi kepada mereka yang membutuhkan pertolongan
dalam persoalan kehidupan mereka melalui percakapan pribadi. Sebagai pemimpin pastoral
15 Tim Lahaye, Temperamen yang diubahkan, ( Surabaya: yakin, 1971), 127
16 Tim Lahaye, Temperamen, 80
17 Tirtamihardja Samuel, H. Pemimpin adalah pemimpin, (Jakarta: Yaksi, 2004), 43
18 Tim Lahaye, Temperamen yang diubahkan, (Surabaya: yakin, 1971), 81
19 Yosafat B., Integritas Pemimpin Pastoral, (Yogyakarta: Andi,2010), 166-

7
dalam jemaat, pelayanan konseling dapat memberi rangsangan bagi pertumbuhan kepribadian
seseorang karena mereka telh dilepaskan dari hambatan yang merintangi pertumbuhan psikologis
dan spiritual mereka melalui cara empati, mendengar, berkomunikasi.
3. Pastoral psikoterapi
Pelayanan pastoral psikotrapi sangat penting dilakukan kepada mereka yang mengalami
gangguan kepribadian cukup berat dan serius. Misalnya, anak-anak autis, megalomania,
kleptomania. Pelayanan ini tidak sepenuhnya diberikan kepada jemaat, melainkan kepada
mereka yang mengalami gangguan psikologis yang cukup berat.

II.7. Syarat-syarat menjadi pemimpin pastoral bagi pertumbuhan jemaat


1. Pertobatan
Kita dapat melayani sesamA manusia dalam nama-Nya kalau kita sudah bertobat,
menghayati sungguh-sungguh apa arti tunduk kepada Kristus, berpegang teguh pada Alkitab,
mengesampingkanide-ide sendiri dan membiarkan diri kita dipimpin oleh Firman-Nya dan Roh
Kudus. Pertobatan pada dasarnya berarti meninggalkan dosa dan keangkuhan, yang seakan-akan
kita bisa hidup tanpa Allah pertobatanlah yang membuat seseorang sadar akan ketergantungan
dirinya pada anugerah keselamatan Allah dan memotivasinya untuk mengasihi Allah dan
melayani Dia.20
2. Akal Budi yang Diperbaharuhi
Ajaran Rasul Paulus tentang pembaharuan budi sebagaimana cara berpikir seseorang
demikian pula cara hidupnya. Rasul Paulus mengatakan bahwa cara berpikir seseorang yang
tidak mengenal Allah adalah sia-sia. Dia tidak tahu menahu tentang tuntunan-tuntunan Allah,
akibatnya semua keinginannya menyimpang. Rasul Paulus mengatakan lain halnya dengan kita;
diri kita yang lama telah mati pada waktu kita bertobat. Kita mati tetapi bangkit lagu bersama
Kristus untuk kehidupan yang baru. Maka, akal budi yang baru akan menjadi milik kita. Dalam
Kristus lahirlah cara berpikir yang baik dan selaras dengan kebenaran dan kekudusan atas kodrat
Allah sendiri. Jadi, pembaharuan akal budi tidak terjadi secara otomatis, tetapi kenyataan banyak
orang Kristen hidup menurut daging, seharusnya mereka harus dilahirkan kembali dalam Kristus
sehingga mereka tidak sama seperti bayi yang tidak pernah berkembang. Akal budi adalah

20 Meyer Joyce, Membangkitkan Roh Kepemimpinan, ( Trinity Publishing, 2002), hlm


32-34

8
pembaruhuan yang amat berharga amat pada Allah. Tuhan mengaruniakan kepada orang Kristen
akal budi Kristus yang merasuki pemikiran dan tindakan mereka dengan suatu dimensi rohani.21

3. Ketaatan yang Dapat Diteladani


Yang menjadi teladan berkaitan dengan ke Tuhanan Kristus. Inilah yang harus di miliki
seseorang pemimpin dengan partnernya bukanlah wewenang pribadi melainkan berasal dari
Yesus Kristus. Dialah kepala yang berdaulat dan yang menjadi berdaulat dan yang memiliki
wewenang terakhir dalam gereja atau organisasi. Kita bisa melihat dalam Mat. 28:20b.22

4. Memilki Moral yang Baik


Sebagai pemimpin harus mampu menunjukkan moralitas di dalam kehidupannya sehari-
hari, baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan. Moral lebih cenderung
berbicara tentang kepribadian seorang pemimpin seperti yang dikatakan dalam I Tim. 3:2 dan
berlaku sebaliknya, istri dari satu suami (bagi pemimpin wanita) I Tim. 3:11. Bukan peminum (I
Tim. 3: 3;8): tidak menggunakan minuman beralkohol yang dapat memabukkan, tidak
memberikan dirinya dikuasai apa pun yang akan menyakiti dirinya. Satu hal yang harus
diperhatikan yaitu jaringan menjadi hamba uang (I Tim. 3: 8;) bukan pencinta uang, sehingga
melupakan Tuhan dan pelayanan dalam jemaat.23
5. Memiliki Hubungan Sosial yang Baik
Salah satu syarat pemimpin harus memperhatikan rasa sosialnya terhadap orang lain
yang dipimpinya. Sering sekali pemimpin tidak memperhatikan atau mengabaikan. Hal ini di
dalam surat I Tim. 3:2 dikatakan harus menjadi murah hati terhadap tamu, mengasihi sesame
manusia dan mau membagi berkat Tuhan kepada orang lain yang memerlukan. Pemimpin harus
menjadi pendamaian (l Tim. 3:3) sabar dan mudah bergaul dengan orang lain. pemimpin harus
memperhatikan dan menjaga nama baik di luar jemaat (Kis 6:3; l Tim. 3:7-8): seorang saksi
Kristus yang baik dalam segala bidang kehidupan, sopan tutur katanya, dan dihormati oleh orang
lain.24

21 Ibid..hlm 36-37
22 Ibid. hlm 44-45
23 Ichwei G. Indra, Pola Gereja Perjanjian Baru, (Bandung: Yayasan Babtis Indonesia,
1998), hlm 43
24 Ichwei G. Indra, hlm 43

9
II.8. Siapa itu jemaat?
Jemaat adalah umat Israel dianggap sebagai kelompok orang yang berada dalam
perjalanan (Kel. 16:1) atau jemaat itu merupakan sekelompok orang yang beribadah. Kata Ibrani
untuk itu diterjemahkan dengan istilah eklesia.25

II.9. Tugas dan fungsi Seorang Pemimpin pastoral bagi pertumbuhan jemaat
Seorang pemimpin harus selayaknya memiliki dan mewujudkan fungsi kepemimpinan di
dalam organisasi yang dipimpinnya, yaitu:
1) Fungsi Initiating (Inisitif) adalah pemimpin bertugas mendorong yang dipimpinnya untuk
bergairah melakukan fungsinya.
2) Fungsi Regulating (mengatur) adalah pemimpin mengatur, menata agar terjadi harmoni
yang indah dalam setiap elemen organisasi atau kelompok.
3) Fungsi Informing (memberi Informasi) adalah pemimpin harus mampu memberi informasi
tentang organsasi, informasi tentang cara atau strategi mencapai tujuan, dan informasi
perkembangan yang terkini.
4) Fungsi Supporting ( menyongsong, membina, mengembangkan) adalah atas dorongan
pemimpin semua elemen organisasi atau kelompok dapat bertumbuh baik secara individu.
5) Fungsi Evaluating (Evaluasi) adalah pemimpin mampu meniai hasil yang dicapai apakah
sesuai dengan yang direncanakan dan diinginkan.26
Berikut ini juga ada beberapa hal yang perlu diketahui yang menjadi tugas seorang
pemimpin dalam pertumubuhan jemaat
1. Perencanaan
G. R. Terry27 mengungkapkan bahwa perencanaan merupakan pemilihan dalam
menghubungkan fakta, menggunakan asumsi tetang masa depan dalam membuat visualisasi dan
perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Menurut Sugianto Wryoputro28 bahwa perencanaan adalah penentuan dan
pemeliharaan tujuan terlebih dahulu serta merumuskan tindakan atau ugas yang dianggap perlu

25 W.R.F.Browning, Kamus Alkiab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), 163


26 B. Napitupulu, Kepemimpinan yang Dijiwai Kepemimpinan Yesus, (Medan Aceh:
HKBP Distrik X, 2007), hlm 95-96
27 George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajement, (Jakarta: Bui Aksara, 1986), 46
28 Sugianto Wryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: BPK GM, 2006),
19

10
untuk mencapainya. T. Hani Handoko29 perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan
dan perumusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaiman dan oleh siapa.

2. Pengorganisasian
Menurut Kochler30 megatakan bahwa pengorganisasian adalah system hubungan yang
terstruktu yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Yakub B. Susabda31 bahwa pengorganisasian adalah pertanggungjawaban administrasi yang
mengtur, sehingga perencanaan yang sudah direncanakan dapat berhasil dengan baik.

3. Pelaksanaan
Actuating berasal dari kata Inggris actuate yang artinya menggerakkan atau menjalankan.
Dengan demikian, actuating dapat diartikan sebagai suatu pelaksanaan operasional atau suatu
aktivitas menggerakkan seluruh komponen atau elemen yang ada di dalam organisasi. Sebagai
penggerak pelaksana adalah pimpinan tertinggi suatu organisasi kepada level dibawahnya. 32 H.
Siagian mengatakan bahwa, di dalam suatu perintah atau pelaksanaan (perintah harus jelas) ada
empat unsur yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Instruksi resmi atau tidak, baik tertulis maupun lisan
2) Dari atas kepada bawahan
3) Bertindak atau tidak bertindak
4) Dalam rangka mencapai tujuan33

4. Pengawasan
Menurut Sugiyanto Wiryoputra34 pengawasan adalah proses untuk menetapkan
pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengoreksi bila perlu supaya pelaksanaan

29 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi II, (Yogyakarta: BPFE, 1986), 77-78


30 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 23-24
31 Yakub B. Susabda, Prinsip-prinsip pertimbangan Utama dalam administrasi
Gereja, (Malang: Gandum Mas, 1997), 66
32 Prodjowijono Suharto, Manajemen Gereja (sebuah Alternatif), (Jakarta: BPK GM,
2008), 89
33 Sugianto Wryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, (Jakarta: BPK GM, 2006),
63-64
34 Sugianto Wryoputro, , 83

11
pekerjaan sesuai dengan rencana. Indiyo Gitosudarno35 pengawasan adalah merupakan suatu
usaha memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
Pengawasan merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang yang identik dan
apa saja yang dikendalikan. Pengawasan harus menentukan tujuan yang akan dicapai, sehingga
pengawasan itu harus melaporkan hasil kerja atau kegiatan dan menilai hasil dari laporan. Di
dalam menilai harus menetapkan terlebih dahulu standart untuk menilai, lalu membandingkan
antara hasil kerja dengan standart yang telah di tetapkan. Dengan demikian melihat dari hasil
kerja, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan.36

5. Pendelegasian
Menurut Agus Lay37 pendelegasian adalah proses penyerahan tanggung jawab dan
wewenang kepada seorang. Charles J. Keating38 pendelegasian adalah pemberian sebahagian
dari tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain. Pendelegasian yang telah direncanakan
secara bijak belum tentu memberikan hasili positif. Sebelum menentukan apa yang harus di
delegasikan dan sebelum dan sedalam apa kebebasan dapat diberikan, pemimpinan harus terlebih
dahulu menelaah kembali kesiapan intelektul, keterampilan, fisik dan mental para anggotanya.
Selanjutnya pemimpin harus dapat mendidik dan mengembangkan mereka agar sesuai dengan
beban dan tanggung jawab yang akan disandang, serta siap mental dalam
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.39

6. Pengambilan keputusan
Di dalam proses pengambilan keputusan seorang pemimpin berusaha dengan nilai-nilai
masa yang akan datang, hingga suatu singkat tertentu tidak di ketahui. Pemilihan alternative
selalu didasarkan pada beberapa kriteria seperti: bertujuan untuk menekan biaya, dan untuk

35 Indriyo Gitosudarno, Prinsip Dasar Manajemen Edisis 3, (Yogyakarta: BPFE,


1997), hlm 153
36 Sugianto Wryoputro, ,83
37 P. Oktavianus, Manajeman dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, (Jakarta:
Malang: Gandum Mas, 1998), hlm 19
38 Keating Charles J. Kepemimpinan, teori dan Pengembangannya, (Yogyakarta:
Kanisius, 1986), hlm 82
39 A.B. Susanto, Meneladani Jejak Yesus Sebagai Pemimpin, (Yogyakarta: ANDI
Offset, 2006), hlm 34

12
40
menghemat waktu. Kriteria yang digunakan itu berpengaruh kepada pilihan alternatif. Menurut
I Gede Pranata41 mengambil keputusanitu adalah merupakan fungsi utama dari manajemen
yang membutuhkan, pergerekkan mental atau untuk mencapai satu tujuan. Dan setiap pemimpin
mengambil keputusan memikili resiko, baik itu merugikan maupun mernguntungkan sehingga
seorang pemimpin jangan bingung, dan ragu-ragu tetapi harus tegas dan cepat dalam mengambil
keputusan, sebab mengambil keputusan merupakan kunci dari kegiatan organisasi. Dan John
Adari42 memberikan lima point dalam mengambil keputusan yaitu:
1. Menentukan sasaran.
2. Menghimpun informasi.
3. Mengembangkan pilihan.
4. Mengevaluasi dan memutuskan dan
5. Melaksanakan.

II.10. Pertumbuhan Jemaat


Agar pertumbuhan di segala kehidupan jemaat tercapai, pemimpin pastoral harus
memiliki integritas pribadi yang berawal dari spiritual, psikologis, dan akuntabilitas. Inilah yang
menjadi dasar ditegakkannya integritas pribadi pemimpin pastoral. Integritas memungkinkan
pemimpin pastoral mengerjakan tugas dan tanggung jawab pastoralnya secara maksimal.
Kepemimpinan pastoral itu diumpamakan seperti gembala yang memelihara domba-domba
gembalaannya dengan penuh tanggung jawab.

II.11. Belajar dari Rasul Paulus seorang pemimpin bagi pertumbuhan jemaat
Untuk menjaga integritas integritas Rasul Paulus, ia menjaga kesucian, ia mengatakan
karena kita memiliki janji-janji kepada Allah, marilah kita menyucikan diri kita dari semua
pencemaran jasmani dan rohani dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita (II Kor.
7:1). Satu hal lagi untuk menjaga integritasnya, jangan mencari untung sendiri. Rasul Paulus
dengan tegas mengatakan , kami tidak sama dengan banyak orang lain dengan mencari
keuntungan dari firman Allah (II Kor. 2:17). Rasul Paulus tidak mau merendahkan nilai Injil
demi menyenangkan para pendengarnya ataupun demi mencari untung bagi dirinya sendiri.

40 Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Yogyakrat: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm 83


41 I Gede Pranata, Pengambilan keputusan Yang Efektif, (Jakarta: Pustaka Panen
Raya, 2004), hlm 8
42 Wryoputro Sugianto, 113

13
Baginya memenangkan jiwa-jiwa itu lebih penting daripada sekedar mendapatkan uang banyak
atau harta benda sebab jiwa-jiwa bernilai kekal. Seperti dalam II Korintus 12:14.43

III. KESIMPULAN
Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari pokok-pokok pembahasan
di atas, di antaranya:
1. Seorang pemimpin pastoral harus mempunyai integritas yang tinggi dan berusaha untuk
membawa organisasi atau kelompoknya ke arah yang benar, dan merupakan tujuan
bersama daripada tujuan pribadi seorang pemimpin pastoral. Dengan demikian dari
pengertian ini dapat dipahami bahwa yang menjadi tugas seorang pemimpin pastoral
melalui integritasnya adalah harus setia terhadap tugas dan tanggung jawabnya kepada
jemaat yang ia layani, sehingga jemaat dapat menerima dampak dari seorang pemimpin
pastoral yang berintegritas.
2. Pemimpin pastoral harus mempunyai keadilan, kerendahhatian, kemurnian, dengang
demikian jemaat yang akan dilayani mempunyai integritas yang hampir sama dengan
seorang pemimpin pastoral yang berintegritas.
3. Kepemimpinan pastoral adalah seorang yang dipanggil oleh Tuhan untuk memimpin,
memimpin dengan melalui karakter seperti Kristus, kemampuan fungsional yang
memungkinkan dilakukan oleh kepemimpinan yang efektif. Dengan demikian yang
menjadi seorang pemimpin kristen itu juga merupakan seorang yang dipanggil Tuhan
untuk menuntun umatnya dalam mencapai tujuan dari Allah sesuai dengan Firman-Nya
4. Seorang pemimpin pastoral yang berintegritas bagi pertumbuhan jemaat merupakan
seorang pemimpin yang dapat membuat: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, pendelegasian, dan pengambil keputusan. Melalui hal-hal ini jemaat dapat

43 Johny The, Menjadi pemimpin yang unggul, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006), 26

14
menjadi teratur atau dapat dikendalikan. Dan jemaat merasa akrab terhadap seorang
pemimpin yang mempunyai integritas.

DAFTAR PUSTAKA
A.M Mangunhardjaja S.J,
1976Kepemimpinan, YoGyakarta: Kanisius
B., Yosafat
2010 Integritas Pemimpin Pastoral, Yogyakarta: Andi
B. Susabda, Yakub
1997 Prinsip-prinsip pertimbangan Utama dalam administrasi Gereja, Malang:
Gandum Mas
Charles J.Keating
1986 Kepemimpinan, teori dan Pengembangannya, Yogyakarta: Kanisius
Eka Darmaputera,
2005 Kepemimpinan Dalam Presfektif Alkitab, Yogyakarta: Karios Books
Emmet C. Murphy, Mark A. Murphy,
2005 Memimpin di Tepi Jurang kekacauan, Batam: Interaksara
George R. Terry,
1986 Prinsip-prinsip Manajement, Jakarta: Bumi Aksara
Gitosudarno, Indriyo
1997 Prinsip Dasar Manajemen Edisis 3, Yogyakarta: BPFE
George Barna,
2004 A fish out of water, Jakarta: Immanuel
Ichwei G. Indra,

15
1998 Pola Gereja Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan Babtis Indonesia
John C. Maxwell,
2004 Mengembangkan Kepemimpinan di dalam diri Anda, Batam Center: Interaksi
Joyce, Meyer
2002 Membangkitkan Roh Kepemimpinan, Trinity Publishing
Lumbantobing, A.
1980 Kepemimpinan Kristen, Siantar Seminar Sehari Pendeta HKI
Lahaye, Tim
1971 Temperamen yang diubahkan, Surabaya: Yakin
Muhammad, Arni
2001 Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara
Napitupulu, B.
2007 Kepemimpinan yang Dijiwai Kepemimpinan Yesus, Medan Aceh: HKBP Distrik
X
Oktavianus, P.
1998 Manajeman dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, Malang: Gandum Mas
Pranata, I Gede
2004 Pengambilan keputusan Yang Efektif, Jakarta: Pustaka Panen Raya,
Susanto, A.B.
2006 Meneladani Jejak Yesus sebagai Pemimpin, Yogyakarta: Andi Offset
Senjaya,
2004 Kepemimpinan Kristen, Konsep, Karakter, Kompetensi, Yogyakarta:
Kairos Books
Suharto, Prodjowijono
2008 Manajemen Gereja (sebuah Alternatif), Jakarta: BPK Gunung Mulia
T. Hani Handoko,
1986 Manajemen Edisi II, Yogyakarta: BPFE
Tirtamihardja Samuel, H.
2004 Pemimpin adalah pemimpin, Jakarta: Yaksi
The, Johny
2006 Menjadi pemimpin yang unggul, Yogyakarta: Andi Offset

16
Wryoputro,Sugianto
2006 Dasar-dasar Manajemen Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia

17

Anda mungkin juga menyukai