Anda di halaman 1dari 30

Strategi Penginjilan Rasul Paulus Ditinjau dari Kitab Kisah Para Rasul

Pada bagian ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana strategi penginjilan Rasul

Paulus ditinjau dari kitab Kisah Para Rasul, tetapi sebelum itu penulis akan melihat tentang latar

belakang kehidupan Rasul Paulus.

Pertama, masa muda Paulus. Paulus lahir kira-kira tahun 3 Masehi di dalam sebuah keluarga

Yahudi terhormat yang tinggal dikota Tarsus sebagai warga negara Roma. Paulus sendiri yang

menyatakan hal ini kepada kepala pasukan romawi, sebagai suatu pembelaan diri.

Kisah Para Rasul 22:27-28 mengatakan :

Maka datanglah kepada pasukan itu kepada paulus dan berkata: “katakanlah, benarkah engkau
warganegara Rum?” Jawab Paulus: “Benar”. Lalu kata kepala pasukan itu: “Kewarganegaraan
itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: “Tetapi aku mempunyai hak itu karena
kelahiranku.

Selanjutnya Paulus dibesarkan di dalam keluarga yang menganut tradisi-tradisi Yahudi secara

ketat. Paulus disunat pada hari kedelapan, dan berasal dari suku benyamin. Diperkirakan ada dua

tahap yang dilalui Paulus pada masa mudanya yaitu: masa kanak-kanak dilaluinya ditarsus,

sementara masa muda dan awal kedewasaanya dihabiskan di Yerusalem. Para ahli berpendapat

bahwa istilah ‘dibesarkan’ yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 22:3 lebih menunjuk pada

proses pendidikan paulus. Jadi yang dikerjakan paulus pada masa mudanya paulus mengikuti

pendidikan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan kafir.

Kedua, Pendidikan Paulus. Setelah mencapai usia yang disyaratkan, Saulus dikirim oleh

orang tuanya ke Yerusalem untuk masuk ke pendidikan sekolah rabi. Yerusalem ketika itu

merupakan pusat dunia Yahudi. Saulus dididik di Yerusalem di bawah asuhan Gamaliel, seorang

farisi dan juga salah seorang anggota Sanhedrin yang sangat disegani oleh masyarakat Yahudi.

Lukas mencatat tentang Gamaliel sebagai seorang penasehat yang sangat bijaksana dan selalu
membuat perbandingan sebagai suatu bahan pertimbangan dalam memberikan nasehat kepada

Mahkamah Agama.

Menurut sejarah pendidikan teologia dikalangan bangsa Yahudi, Gamaliel adalah salah

satu dari tujuh sarjana Yahudi yang menyandang gelar Rabban, yang artinya Guru kita. Gamaliel

adalah cucu Hillel, pendiri sebuah sekolah yang juga diberi nama Hillel. Para ahli sejarah

Perjanjian Baru memperkirakan Hillel sudah mengajarkan sustu bentuk agama Yahudi yang

lebih maju dan liberal ketika itu.

Hillel mengajarkan bahwa orang-orang bukan Yahudi juga mendapat bagian dalam

rencana Allah. Dan Paulus mungkin mendengar pertama kali dari Gamaliel bahwa ada tugas

besar yang perlu dikerjakannya di antara bangsa-bangsa non Yahudi. Selain itu, nampaknya

sasaran pendidikan sekolah Hillel lebih berorientasi pada ilmu penafsiran dan nubuatan-nubuatan

sehingga orang tua dari Paulus mengirim dia untuk mengikuti pendidikan di sekolah Hillel. Dan

hal tersebut terlihat sangat jelas didalam tulisan-tulisan Paulus dikemudian hari dan yang kita

miliki sampai sekarang.

Paulus menjalani pendidikan dikampus Hillel sampai ia meraih gelar Farisi. Farisi adalah

gelar akademik dibidang teologia Perjanjian Lama. Seorang farisi artinya seorang yang

memahami dan mempraktekkan ajaran Perjanjian Lama sampai pada hal-hal yang kecil. Dari

masa kecil Paulus sudah menganut hukum taurat serta adat istiadat Yahudi.

Keahlian Paulus dibidang keagamaan (teologia Yahudi) memang sangat menonjol bila

dibandingkan dengan penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Ia adalah seorang rasul yang

memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang luas dalam bidang teologi Perjanjian

Lama. Di samping itu Paulus juga mempunyai pemahaman yang luas tentang budaya dan

filsafat Yunani, tentang sistem hukum dan pemerintahan Romawi. Hal inilah yang membuat
beberapa teolog menambahkan lagi dunia Romawi (dunia politik) sebagai bagian dari latar

belakang paulus.

Ketiga, Paulus sesudah Bertobat. Setalah pertobatannya, Rasul Paulus tidak begitu mudah

untuk melupakan atau meninggalkan sama sekali masa lalunya dengan segala kebanggaan yang

melekat padanya. Dan ia tidak mengingkari kenyataan tersebut. Paulus masih sering

membanggakan latar belakang kebangsaan, keagamaan, dan pendidikannya. Paulus

membanggakan prestasi masa lalunya dalam bidang keagamaan. Dengan penuh keyakinan, dan

agak bangga ia menyatakan bahwa ia lebih dari pada orang-orang lain dalam hal melaksanakan

hukum taurat dan Paulus tidak dapat melepaskan diri sama sekali dari tradisi-tradisi Yudaisme,

walaupun ia sesungguhnya sudah bertobat, atau menjadi rasul Kristus.

Paulus adalah seorang Yahudi dengan segala keistimewaan dan kekhususannya, tetapi

hampir seluruh kiprah pelayanannya justru diabdikan kepada orang-orang yang non Yahudi.

Bagi Paulus tentu tidak ada kesulitan untuk melayani di dalam konteks dunia seperti itu, karena

sebagai warga kota Tarsus, ia pernah hidup di dunia Helenisme dan telah mendapat pendidikan

yang baik tentang berbagai macam kebudayaan atau filsafat Yunani, sehingga tidak akan ada

sesuatu yang asing baginya di dalam pelayanannya kepada orang Yunani.

Pada satu sisi, Paulus memang membanggakan latar belakang Ke-Yahudiannya dengan

segala hak yang melekat di dalamnya, akan tetapi pada sisi yang lain Paulus juga membanggakan

kewarganegaraannya yaitu warga negara Romawi dengan hak dan jaminan yang terkandung di

dalamnya. Sebagai warga negara Romawi Paulus tidak segan-segan menantang dan mengkritik

tindakan pembesar-pembesar kota Filipi yang memperlakukan dirinya tidak sesuai dengan

hukum yang berlaku. Tetapi, Paulus sadar bahwa ia telah menjadi rasul atau hamba (doulos)

Tuhan dan sebagai warga negara Roma ia tetap menggunakan semua jalur dan proses hukum
yang berlaku dalam menyelesaikan perkara, ia juga tetap menuntut hak-haknya yang memang

dijamin oleh hukum.

Paulus sebagai seorang terpelajar, tentu tidak hanya menyadari dan menuntut hak-haknya

sebagai warga negara Roma, tetapi ia juga menyadari dan melaksanakan kewajiban-kewajiban

sebagai warga Roma. Selanjutnya Rasul Paulus menganjurkan kepada seluruh jemaat yang ada

dibawah asuhannya diwilayah kekaisaran Romawi untuk taat kepada penguasa negara, dan

melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan setia kepada negara. Paulus tidak hanya

menjunjung tinggi tradisi-tradisi yang ia warisi dari latar belakang kebangsaan, kebudayaan,

serta keagamaannya, tetapi ia juga menghargai budaya, sistem hukum dan politik serta struktur

pemerintahan yang ada d idalam kekaisaran Romawi. Bahkan ia memerintahkan jemaat untuk

melakukan semua kewajibannya terhadap negara.

Sebelum Yesus naik ke sorga, Yesus Kristus mengutus Para Rasul sebagai saksinya

kepada semua bangsa didunia (Mat. 28:18-20, Kis. 1:8). Dia memerintahkan mereka

mengabarkan berita keselamatan yang telah Dia kerjakan sampai ke ujung bumi (Luk. 24:47-48).

Sehingga gereja juga giat dan setia mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal

Kristus. Pekabaran Injil adalah pemberitaan kabar gembira tentang Tuhan dengan maksud

supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat. Pekabaran Injil

ditunjukan kepada orang-orang yang bukan kristen dengan maksud supaya semua orang itu

menyerahkan kehidupannya secara penuh kepada Tuhan.

1. Strategi Misi

Strategi ini difokuskan pada penentuan pribadi seorang penginjil sebelum melaksanakan

tugas penginjilan.
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, misi adalah “tugas yang dianggap sebagai

kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi atau patriotisme”

Penulis dapat mengambil suatu pengertian tentang misi adalah suatu tugas yang dianggap

sebagai kewajiban yang dilakukan demi agama. Sehingga ketika kita mau mengerjakan sebuah

misi pemberitaan Injil maka kita perlu strategi dan di bawah ini merupakan strategi Rasul Paulus

1.1 Pemberitaan Firman Tuhan (Kisah Para Rasul 18:11)

Orang perlu mendengar pesan tentang Yesus Kristus. Itu berarti, baik orang Yahudi maupun

non Yahudi perlu dijangkau dengan pendekatan tertentu sehingga kabar tentang Yesus Kristus

bisa disampaikan.

Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, pemberitaan adalah “pengumuman, maklumat,

proses, perbuatan, cara memberitakan”

Firman Allah menentukan siapa yang akan memasuki perhentian Allah. Firman ini

merupakan pedang tajam yang menusuk sampai ke dalam sanubari kita untuk mengetahui apakah

pikiran dan motivasi kita itu rohani atau tidak. Oleh karena itu, tanggapan kita terhadap Firman

Allah seharusnya lebih mendekatkan kita kepada Yesus sebagai imam besar kita.

Firman Tuhan telah datang kepada manusia dan firman itu tidak dapat diabaikan. Bangsa

Yahudi selalu mempunyai suatu gagasan yang khas mengenai firman. Sekali diucapkan, maka

kata itu memilik keberadaan yang bebas. Kata-kata adalah bukan hanya sebuah suara dengan arti

tertentu melainkan kata-kata adalah suatu kekuatan yang terus bergerak dan bertindak. Yesaya

mendengar Allah bersabda, bahwa firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali

dengan hampa, firman itu senantiasa akan bertindak sesuai dengan maksudnya.
Firman Tuhan itu efektif. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa bila seseorang

menanggapi Firman Allah dengan sungguh-sungguh maka akan terjadi sesuatu hal. Jika orang

menanggapi firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, ia akan segera menyadari bahwa firman

Tuhan itu bukan hanya di pelajari atau di baca, tetapi Firman Tuhan itu adalah sesuatu yang

harus di lakukan.

Selama perjalanan pelayanan Paulus di kota Korintus, Paulus mengambil tindakan walaupun

pada saat itu paulus memberitakan Injil dan ditolak oleh orang-orang Yahudi, tetapi Paulus tetap

memberitakan Firman Tuhan dan pada akhirnya hasil dari pemberitaan Firman Tuhan itu ada

jiwa yang dimenangkan oleh Paulus.

1.2 Penginjilan

H. Vanema, penginjilan adalah :

Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia, untuk melaksanakan perintah-Nya
demi kemuliaan nama Tuhan yaitu memanggil semua orang didunia dan mengabarkan kepada
mereka Injil kerajaan Allah supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan
penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah yang melakukan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya.

Sesuai dengan pengertian di atas yang di maksud penginjilan menurut penulis adalah agar

mereka mendengarkan Injil kita sebagai seorang pemberita Injil diutus oleh gereja untuk

melaksanakan perintah-Nya dan mengabarkan Injil kerejaan Allah agar mereka diselamatkan

dari dosa dan penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah dan melakukan segala

perintah-Nya.

Jika kita melihat dalam Kitab Kisah Para Rasul 18:9-11, Paulus tidak merasa takut dalam

memberitakan Injil. Dikatakan bahwa : “Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di

dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Tersuslah memberitakan firman dan jangan diam!...”
Sering kali dia kecil hati menghadapi tugas-tugas di Korintus. Akan tetapi, ketika Allah

memberikan satu tugas untuk dilaksanakan, Allah juga memberikan kemampuan untuk tugas itu.

Dihadapan Allah, Paulus menemukan keberanian dan kekuatannya.

1.3 Pendekatan Secara Pribadi

Keberadaan pemberita Injil, erat hubungannya dengan pribadi seseorang dimana Injil itu

akan diberitakan. Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-

hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada

orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu

dibimbing menjadi saksi kristus.

Setiap orang mempunyai kepribadian sendiri, Ia harus didekati sesuai dengan

kepribadiaannya. Kepribadian sukar dirumuskan karena setiap manusia memiliki sifat dan watak

yang berbeda. Menurut pendapat D.W. Ellis dalam bukunya metode penginjilan mengatakan

bahwa “Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, parasaan, kemauan”. Karena

itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang, sehingga

perasaannya digerakkan dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus. Manusia tak

mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya sendiri.

Karena itu kita harus belajar mengenal pribadi seseorang, dan menyesuaikan pola

pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita sampaikan dengan kepribadian orang itu. 1

Korintus 9:19-23 mengatakan Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh

memenangkan sebanyak mungkin orang1[21]. Kita tak boleh terpaku mengandalkan satu metode
tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan menyesuaikannya pada kebutuhan

dan kepribadian orang-seorang.

Pada metode ini Rasul Paulus melakukan pendekatan secara pribadi agar dapat menjangkau

setiap pribadi yang belum mengenal Tuhan contohnya :

1. Paulus dipimpin Roh kudus sebelum Paulus menjangkau setiap pribadi yang akan di Injili.

2. Paulus menanggapi pimpinan Roh Kudus.

3. Paulus menyimak setiap persolan yang mereka hadapi.

4. Paulus menerangkan tentang Yesus dari Firman Tuhan.

5. Setelah orang-orang itu mengaku dan percaya membaptiskannya. Kepercayaannya diteguhkan

dalam kesaksian baptisannya didepan orang lain.

6. Orang yang baru menerima Kristus berjalan pulang dengan sukacita.

2. Melalui Kelompok Sosial dan Budaya

Rasul Paulus dalam penginjilan tidak lepas dari lingkungan ataupun hubungan yang

dilakukan dengan tradisi mula-mula. Masyarakat atau kaum bangsawan yang saling menolong

dalam cara yang menguntungkan mereka memberikan keramah-tamahan kepada teman-teman

yang berkunjung dari daerah-daerah lain dan membentuk persekutuan.

Injil Kristus harus dibawa dan dilayankan kepada semua manusia dalam keadaan yang

kongkret sebagaimana adanya. Setiap orang mempunyai pola dan wujud hidupnya. Adalah

mustahil memisahkan seseorang dari kebudayaannya. Tetapi, perubahan sosial tidak lengkap

tanpa perubahan batin manusia. Orang-orang yang paling mampu menjalankan perubahan yang

diperlukan dalam masyarakat biasanya menyadari perubahan yang perlu dalam diri mereka

sendiri. Mereka juga menyadari kelemahan mereka dan percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan

bagi tugas-tugas mereka dalam masyarakat. Sehingga kelompok sosial dan budaya yang dipakai
oleh Paulus adalah merupakan komponen-komponen masyarakat atau sebagian unsur-unsur

masyarakat yang membentuk keadaaan yang memungkinkan ada jalan dalam memberitakan

Injil.

Pekabaran Injil maupun pekerjaan sosial adalah bahwa pekerjaan sosial memperkuat

kesaksian yang diberikan dalam pekabaran Injil. Kesaksian dari Rasul Paulus dan gaya hidup

dari Rasul Paulus yang memperkuat berita yang dia saksikan. Gereja dalam Perjanjian Baru

memberitakan Injil secara giat dan juga bersaksi dengan gaya kehidupan mereka. Mereka saling

mengasihi dan setiap orang membagi-bagikan harta miliknya sesuai dengan keperluan masing-

masing (Kis. 2:44-45). Orang-orang dari golongan-golongan yang biasanya saling mnejauhi

menjadi sehati dan sejiwa dalam persekutuan Kristus.

2.1 Orang Yahudi (Kisah Para Rasul 18:4)

Dalam Roma 9:4-5 disini Paulus menggambarkan orang Yahudi sebagai umat yang diangkat

anak oleh Allah. Mereka adalah umat yang telah melihat kemuliaan Allah digunung sinai, dalam

sejarah mereka dan penyataan Allah. Mereka adalah umat yang menerima perjanjian Allah

secara berulang-ulang. Mereka adalah umat yang menerima hukum Allah. Mereka adalah umat

yang sungguh-sungguh menyembah kepada Allah.

Sebagai orang Yahudi, Paulus juga memiliki kerinduan agar bangsanya juga diselamatkan.

Dengan adanya beban ini, maka Paulus memberitakan Injil keselematan kepada banyak orang

diberbagai daerah dan berbagai lapisan masyarakat. Penginjilan Paulus sangat berhasil walau

banyak hambatan yang dihadapinya, banyak orang awam, imam-imam, orang-orang tertawan

bahkan orang terkemuka diselamatkan. Ia juga ditentang oleh orang-orang Yahudi karena

pemberitaan Injil Paulus dianggap oleh banyak orang yang melanggar adat istiadat dan agama

Yahudi. Banyak orang-orang Yahudi yang menolak akan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh
Paulus. Akibatnya Paulus mengalami penderitaan, aniaya, dan nyawapun terancam. Namun hal

tersebut tidak menghalangi semangat dari Paulus menjadi kendor, namun rohnya tetap menyala-

nyala untuk melayani Tuhan.

Dari hal ini kita bisa melihat bahwa paulus sangat berhasil dalam memberitakan Injil

terhadap orang-orang Yahudi sebab jangkauannya sangat luas baik orang yang tidak

berpendidikan maupun orang yang berpendidikan.

2.2 Non Yahudi (Kisah Para Rasul 14:15-17)

Lukas memberikan contoh khotbah penginjilan Paulus dihadapan orang-orang dari bangsa

lain (non-Yahudi) tentang pekerjaan misi Rasul Paulus dikota Listra.

Dalam Kamus Alkitab Listra adalah : “suatu koloni Romawi, 40 km barat daya”

Kisah Para Rasul 14:15-17 menyatakan bahwa, Penduduk Listra telah menafsirkan mukjizat

kesembuhan yang terjadi setelah salah satu khotbah Paulus sebagai manifestasi kuasa ilahi yang

menunjukan bahwa Barnabas dan Paulus adalah dewa yang menyamar, yang melawat mereka

(Zeus), dewa utama dari dewa Olimpus dan Hermes, utusannya. Tetapi Paulus dengan cepat

memperjelas bahwa ia dan Barnabas bukan dewa yang bisa disembah. Menurut Eckhard J.

Schnabel dalam bukunya yang berjudul Rasul Paulus Sang Misionaris mengatakan bahwa :

“Mereka bukan manusia super mereka hanyalah manusia biasa sama dengan penduduk Listra

(Kis. 14:15)”2[24] Oleh sebab itu, orang-orang yang menyembah berhala tidak bisa dengan

mudah membedakan antara dewa dan manusia, Sehingga Paulus harus menjelaskan kepada

penduduk yang ada di Listra tentang Allah yang hidup dan yang benar.

Paulus mengajar penduduk yang ada di kota Listra lima kebenaran tentang Allah :
1. Allah hadir dalam pekerjaan penciptaan, yang menjadi saksi bisu kebaikan-Nya.

2. Allah dalam kebaikan-Nya berusaha memuaskan kebutuhan orang yang Dia perhatikan.

3. Allah ingin umat-Nya mengalami sukacita dalam hati mereka.

4. Hanya Allah sendiri yang layak disembah karena Dia Allah yang benar dan sejati.

5. Allah tidak lagi mengizinkan bangsa non-Yahudi untuk menuruti jalan mereka sendiri.

Alasan mengapa Injil harus diberitakan kepada orang-orang Non-Yahudi karena orang-

orang Non-Yahudi lebih mempercayai kepada dewa tetapi dalam penginjilan yang dilakukan

Paulus kepada orang-orang yang ada Listra Paulus mengatakan bahwa, jangan ada seorang pun

yang disembah oleh karena manusia tetapi yang harus mereka sembah adalah Allah Yang hidup

(Kis. 14:15)

2.3 Kaum Elite

Paulus juga tahu bahwa ada orang yang kuat dan lemah, sejumlah kecil pembuat keputusan

yang kaya dan berpengaruh, dan sejumlah besar serta mayoritas orang miskin yang biasanya

“tidak bersuara”.

Paulus menyadari perbedaan ini, ada hal yang memisahkan antara kaum elite dan massa

yang miskin dan terpinggirkan. Meskipun ia membedakan tetapi ia juga mneyadari panggilan

khusus sebagai seorang misionaris bagi bangsa-bangsa lain, Paulus memahami dirinya memiliki

kewajiban untuk menjadi seorang pemberita Injil bagi semua orang sehingga beberapa orang bisa

datang pada imam kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan (1 Kor. 9:22). Kabar tentang

Yesus kristus yang menyelamatkan tidak mengizinkan sang misionaris untuk menyisihkan

kelompok etnis tertentu atau kelompok sosial tertentu dari pemberita Injil.

3. Sifat Persuasif Pesan

3.1 Pidato
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato adalah “pengungkapan pikiran dalam

bentuk kata-kata yang ditunjukan kepada banyak orang”

Penulis dapat memberikan penjelasan dari istilah diatas adalah pengungkapan pikiran dalam

bentuk kata-kata yang sudah disusun secara teratur kemudian disampaikan kepada banyak orang.

Strategi yang digunakan oleh Paulus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang yang

ada pada saat itu bukan saja melalui khotbah tetapi Paulus menggunakan cara lain yaitu pidato,

dimana melalui pidato orang dapat mendengar dengan cermat apa yang disampaikan oleh Paulus

dalam ia membritakan tentang Yesus.

Tetapi dalam berpidato ada keefektifan dan ada ketidakefektifan dari pidato yang

disampaikan oleh Rasul Paulus yaitu :

1. Mendapat pengikut dari kalangan orang perpendidikan tinggi.

2. Memberikan kesempatan untuk membiarkan penduduk yang di Injili mendapat keterampilan

dalam berpidato.

3. Melalui pidato dapat menjalin hubungan yang bersahabat dengan penduduk maupun pejabat-

pejabat kota.

4. Harus memiliki strategi untuk menarik minat pendengar.

5. Harus memberikan bukti dari pidato yang disampaikan.

6. Memberikan penjelasan kepada pendengar untuk menjamin keefektivitas pidato tersebut.

3.2 Khotbah

Menurut Charles R. Swondoll khotbah adalah “usaha-usaha menyedihkan untuk menarik

orang-orang yang tidak percaya untuk datang kepada pesan yang mereka kumandangkan, dan

mempertanyakan pentingnya pesan yang mereka sampaikan”


Berkhotbah atau memberitakan adalah cara utama untuk mengkomunikasikan diri dalam

Perjanjian Baru. Rasul Paulus mengerti pekerjaannya yang utama adalah memberitakan. Dalam 1

Korintus 1:17 mengatakan: “sebab kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk

memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib kristus jangan

menjadi sia-sia” Fokusnya bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada Yesus Kristus yang

tersalib. Paulus menekankan bahwa ia hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai seorang

pemberita yang memeberitakan kabar tentang Yesus sebagai Mesias yang disalibkan.

Bagi sebagian orang berkhotbah atau memberitakan Firman merupakan hal yang efektif

dalam menjangkau jiwa-jiwa. Tetapi ada juga ketidakefektifan dalam berkhotbah yaitu, ada

sebagian orang yang bisa menerima dengan cara mendengarkan khotbah tetapi ada juga yang

tidak bisa karena orang-orang tersebut mungkin kurang memahami apa yang disampaikan oleh

pengkhotbah.

4. Menjalin Kontak Sebagai Pembicara Publik

Ketika Paulus tiba dikota yang tidak memiliki komunitas orang percaya kepada Yesus

Kristus, ia seperti orang yang datang tanpa diundang. Tidak ada seorang pun yang menunggunya,

tidak ada seorang pun yang bersiap-siap untuk menyambutnya, dan tidak ada seorang pun

berpikir bahwa mereka membutuhkan khotbahnya. Paulus tampak jelas menyadari hal ini.

Beberapa perikop menunjukkan bahwa ia merenungkan faktor dan kondisi yang ada selama

proses menjalin kontak awal dengar para pendengar. Dan pada akhirnaya kita dapat menemukan
pendekatan dasar yang digunakan oleh Rasul Paulus ketika ia memasuki kota yang belum

mendengar kabar tentang Yesus.

Menjalin kontak sebagai pembicara publik kita dapat menemukan pendekatan dasar yang

digunakan Paulus ketika ia memasuki kota yang belum mendengar kabar tentang Yesus. Paulus

mengunjungi Sinagoge setempat dan di situlah Paulus menyampaikan berita Injil dan Paulus juga

menjalin kontak dengan orang-orang non-Yahudi.

4.1 Sinagoga (Kisah Para Rasul 18:19)

Menurut Trias Kuncahyo sinagoga adalah “Suatu rumah ibadah yang mempertemukan

khalayak dengan para pemimpin agama mereka”

Penulis mengambil kesimpulan dari pengertian diatas adalah suatu rumah ibadah atau

tempat ibadah yang mempertemukan orang banyak dengan para pemimpin agama mereka. Di

tempat inilah mereka berdoa bersama dan membawa Taurat untuk menggantikan upacara korban.

Selain sebagai tempat untuk sembahyang, rumah doa ini memiliki fungsi sosial yang penting,

yakni menjadi tempat berkumpul dan tempat berjumpa dan ditempat inilah anggota masyarakat

dapat berkumpul kapan saja.

Ketika Paulus sampai di Efesus Paulus mengunjungi Sinagoge setempat. Sebagai mantan

murid rabi terkenal, Gamaliel, ia bisa menghitung kesempatan untuk menjelaskan hukum Taurat

dan Kitab Para Nabi kepada jemaat di Sinagoge. Dalam Khotbahnya di Sinagoge, ia

menggunakan pembacaan dari Taurat dan Kitab Para Nabi untuk memberitakan Yesus dari

Nazaret sebagai Mesias yang dijanjikan.

4.2 Pasar (Kisah Para Rasul 17:17)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasar mengandung pengertian “tempat orang

berjual beli”
Dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan pasar merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang yang diperdagangkan.

Ketika Paulus sampai di Atena, hati Paulus merasa sedih melihat bahwa kota itu penuh

dengan patung-patung berhala. Di Atena kelompok orang yang lebih luas bisa dijangkau di alun-

alun pusat kota Yunani. Di kota Yunani alun-alun pusat adalah pusat politik dan perdangangan

kota, Sehingga dalam Kisah Para Rasul 17:17 mengatakan: “Paulus pergi setiap hari ke pasar dan

berbicara dengan orang-orang yang dijumpainya disitu”.

Ini merupakan pekerjaan rutin yang di lakukan oleh Rasul Paulus dimana dia berbicara

dengan orang-orang yang lewat dipasar pada saat itu.

4.3 Ruang Kuliah (Kisah Para Rasul 19:9)

Menurut Kisah Para Rasul 19:9, Paulus mengajar setiap hari di ruang kuliah Tiranus ketika

ia memberitakan Injil di Korintus. Karena pada saat itu Paulus tidak diperbolehkan untuk

mengajar di Sinagoge maka Paulus mengubah tempatnya ke ruang kuliah Tiranus. Paulus harus

bekerja pada waktu pagi dan sore, membangun tenda dan mengajar ditengah-tengah waktu itu.

Hal ini memperlihatkan kesungguhan Paulus untuk mengajar dan kesungguhan orang kristen

untuk belajar.

Ketika Paulus mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang di Korintus melalui

kontak secara langsung di ruang kuliah, ini merupakan hal yang sangat efektif karena Paulus bisa

bertemu dengan mereka secara langsung. Menurut Eckhard J Schnabel mengatakan bahwa

“Paulus mengajar dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore”. Ini merupakan penjelasan yang

masuk akal untuk ruang kuliah.

B. Strategi Penginjilan Masa Kini


Amanat yang diberikan Tuhan Yesus untuk memuridkan segala bangsa akan tetap berlaku

sampai akhir Zaman. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil kepada setiap

suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti dari misi, yaitu

“menjadikan murid” dari segala suku bangsa. Fokus inti misi yaitu ”menjadikan murid” akan

melibatkan dan akan menggerakkan umat Allah untuk pergi sebagai proses pelaksanaan srategi

dan tanda taat kepada Allah untuk memberitakan Injil.

Memberitakan Injil tidaklah mudah. Seorang penginjil masa kini harus mempunyai strategi-

strategi khusus agar penginjilan itu menjadi efektif. Selain itu, sikap hidup seorang penginjil

harus sesuai dengan Injil yang diberitakannya, sehingga keteladanannya mencerminkan Kristus

sendiri.

Oleh sebab itu, integritas dan strategi penginjilan haruslah dimiliki oleh seorang penginjil.

Paulus adalah seorang penginjil hebat yang memiliki integritas, serta mempunyai strategi dalam

penginjilan-penginjilan yang dilakukannya.

1. Definisi Penginjilan Masa Kini

1.1 Menurut Pemahaman Alkitab

Istilah “Penginjilan” sudah menjadi salah satu istilah yang umum, dan erat hubungannya

dengan kehidupan gereja disepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal

menanggapi Penginjilan sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-

orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menaggapi penginjilan sebagai satu tugas

dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan
merupakan tugas gereja lokal, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan

orang-orang yang datang kepadanya.

Menurut pemahaman Alkitab yang ditinjau dari Alkitab secara keseluruhan, Y. Tomatala

mengatakan bahwa “Penginjjilan adalah rancangan Allah yang menghimpun bagi diriNya suatu

umat untuk bersekutu menyembah dan melayani Dia secara teratur dan serasi”

Penulis dapat memberikan pendapat sehubungan dengan pengertian diatas bahwa :

1. Penginjilan adalah rancangan Allah kepada setiap orang yang percaya dan umat pilihan Allah

(Efesus 1:4-14)

2. Tujuan Allah dalam rancangan dan karyaNya :

a. Orang percaya yang bersekutu dengan Dia.

b. Orang percaya yang menyembah Dia.

c. Orang percaya yang melayani Dia.

1.2 Menurut Pendapat Penginjil-Penginjil

Allah menaruh perhatian khusus kepada orang-

orang yang belum mengenal dan percaya kepadaNya sehingga Ia mau supaya gereja juga berbuat

demikian. Gereja harus memberi kesaksian kepada kebenaran bahwa “keselamatan tidak ada di

dalam siapapun selain di dalam Dia (Kis. 4:12)”

Kegiatan gereja untuk mengabarkan Injil merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan

pada Kitab Kejadian pasal 1 sampai dengan kitab wahyu pasal 22.

“Seluruh isi Alkitab adalah bentuk dasar pengabaran Injil ke seluruh dunia”3[32]
Rasul Paulus sendiri merasa terpanggil secara khusus untuk bekerja diantara orang-orang

kafir. Karena kristus sehingga Rasul Paulus menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk

menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya (Roma 1:5).

Seorang penginjil yang bernama Dean Wiebracht mengatakan penginjilan adalah :

Dengan kuasa Roh Kudus kita menjadi saksi-saksi kristus kepada kaum bangsa yang dekat dan
jauh, kepada bangsa yang menyukai kita dan bangsa yang tidak menyukai kita. Kita
meninggalkan wilayah-wilayah budaya kita sehingga segala macam bangsa di setia tempat boleh
mendengar berita keselamatan yang memberi hidup di dalam Yesus Kristus

Menurut Adrianus Pasasa Penginjilan adalah : “Pergi kepada segala bangsa untuk

memberitakan Injil dan menjadikan mereka murid Tuhan Yesus”

Menurut W. Beaven dalam buku diktat kuliah tingkat I Penginjilan adalah: “Tanda

kematian secara khusus dan kemudian hidup lagi secara tatanan baru, dengan penuh gairah dan

bersemangat karena penebusan oleh Yesus Kristus”

Penulis memberikan penjelasan tentang penginjilan masa kini dari pendapat diatas adalah

: Pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Yesus sehingga

dengan Injil yang mereka dengar, mereka dapat menerima Yesus dalam hidup mereka sebagai

Tuhan dan Juruselamat.

2. Pola Penginjilan Masa Kini

Pentingnya upaya ini jelas dari teladan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus. Keuntungan dari

pola penginjilan masa kini adalah dalam satu waktu tertentu banyak orang dapat serentak

mendengar berita Injil. Pada zaman ini dunia terasa makin kecil karena segala alat komunikasi

yang canggih. Penduduk dunia bertambah terus, aliran-aliran atau lembaga-lembaga lain terus

giat memberitakan ajarannya. Oleh sebab itu, kita pun harus memikirkan cara yang paling tepat

untuk memberitakan Injil kepada masyarakat yang ada pada saat ini.

1.1 Gereja
Dengan adanya kaitan gereja dengan kerajaan Allah dapat dikatakan bahwa gereja yang

benar adalah suatu tanda kerajaan Allah. Gereja pada hakikatnya adalah tubuh kristus, karena itu

gereja seharusnya menggambarkan Kristus itu dimana ia ada dan berada.

Pada zaman pelayanan Yesus di dunia dalam rumah-rumah ibadah Yesus memberikan

penjelasan yang akurat dan benar mengenai seluruh rencana dan kehendak Allah yang harus

dipenuhi oleh umat manusia. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah prinsip hidup yang sejati

mengenai hubungan antara manusia terhadap Allah dan manusia terhadap sesamanya (Matius

22:37-39). Yesus juga mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidupnya

harus selalu bergantung sepenuhnya dan hormat kepada penciptaNya.

Di zaman sekarang apabila Alkitab diuraikan secara alkitabiah dan komunikatif dari mimbar

Gereja setiap minggu, maka kebaktian minggu akan menjadi kesempatan emas mengabarkan

Injil bagi masyarakat umum, sebab semua khotbah alkitabiah dan komunikatif adalah

pemberitaan Injil yang paling berhasil.

Tetapi kita dapat melihat seseorang memberitakan Injil melalui mimbar gereja pada saat

sekarang ini ada Keefktifan yang dapat di capai yaitu : dapat melahirkan petobat-petobat baru

yang menerima Yesus. Tetapi ada juga ketidakefektifan atau kelurangan dari memberitakan Injil

di gereja yaitu : seorang pemberita yang datang ke gereja untuk menyampaikan Injil jika tidak

ada Respon dari orang-orang yang mendengar maka Injil yang disampaikan tidak berdampak

bagi orang-orang yang mendengarnya.

1.2 Pasar

Pasar merupakan tempat dimana orang berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli

antara pembeli dan penjual. Mengabarkan Injil dapat diadakan di tempat umum seperti pasar,
dimana masyarakat banyak dapat berkumpul, baik orang kristen maupun yang non kristen yang

belum pernah mendengarkan berita Injil.

Dengan demikian mengabarkan Injil dapat diberitakan secara luas, dan akan menjadi

kesaksian persekutuan kristus dalam tugas pemasyuran kerajaan Allah4.

Tetapi kita dapat melihat jika menyampaikan Injil di pasar ada keefektifan dan

ketidakefektifan karena pasar merupakan tempat umum dan semua orang dapat berkumpul maka,

tidak semua orang dapat menerima Injil tersebut melainkan mereka bisa saja menolak Injil

tersebut dengan alasan mereka sudah mempunyai kepercayaan lain sehingga segala sesuatu yang

di kerjakan dalam pemberitaan Injil masa kini biasa saja tidak ada pengaruhnya.

1.3 Tempat Kerja

Setiap individu bebas untuk memeluk agamanya masing-masing, toleransi dan saling

menghormati satu sama lain. Dalam suasana kebebasan beragama nampaknya mengabarkan Injil

secara pribadi adalah hal yang paling bersahabat dan relevan pada masa kini.

Penulis berpendapat bahwa persahabatan adalah “jembatan pola penginjilan dalam gereja

masa sekarang”5. Dalam pola komunikasi persahabatan bisa berlangsung dimana saja tidak

memerlukan alat-alat, gedung gereja, lembaga organisasi maupun acara dan tata kebaktian. Yang

dibutuhkan adalah bimbingan Roh Kudus dan keyakinan kita bahwa Tuhan memakai kita

sebagai utusannya.
Berbicara tentang tempat kerja, ini merupakan lapangan yang luas dan mempunyai tuntutan

yang sangat berat. Teman sekerja tidak akan menghormati kita jika kelakuan kita tidak baik atau

mungkin kita malas untuk bekerja. Hidup pribadi kita adalah kesaksian yang paling efektif

ketika kita ingin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus oleh sebab

itu jadilah pribadi yang dapat menjadi berkat kepada orang lain.

Menurut D.W. Ellis dalam bukunya Metode Penginjilan mengatakan bahwa tempat kerja

merupakan sarana kesaksian :

1. Mutu pekerjaan yang tinggi adalah kesaksian yang bagus sekali.


2. Bekerja jujur adalah kesaksian yang baik (Filipi 4:8; Lukas 19:2,8)
3. Pekerjaan memberi banyak kesempatan untuk bergaul, bersahabat dan bersaksi secara lisan
kepada teman-teman sekerja.
4. Karyawan-karyawan kristen dapat membentuk kelompok untuk bersekutu, berdoa, dan saling
mendorong sesama anggota, bersama-sama mengadakan kebaktian di kantor, bertindak untuk
memperbaiki keadaan-keadaan yang buruk, dan membantu orang lain.6[38]

1.4 Rumah Tangga

Kesuksesan sebuah pelayanan penginjilan dan membuat sebuah komunitas baru pengikut

Yesus maupun kehidupan jemaat-jemaat baru berkaitan erat dengan rumah-rumah pribadi.

Rumah sebagai ruangan yang hidup maupun sebagai tempat tinggal seluruh keluarga. Penulis

mengutip perkataan Eckhard J. Schnabel “tentu saja rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah

merupakan tempat utama dan menentukan untuk kehidupan dan pembentukan orang-orang

kristen”7
Oleh sebab itu, rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah atau rumah tangga sanggat

mempunyai peran penting dalam pemberitaan Injil pada masa kini.

Rumah tangga atau keluarga merupakan realitas sosial yang paling mendasar di dunia.

Rumah tangga tidak hanya mencakup suami dan istri, orangtua dan anak, tetapi juga ada orang

lain keluarga dan teman-teman, Sehingga rumah tangga adalah tempat yang ideal bagi pekabaran

Injil tetapi dalam pendekatan kita harus lugas dan bijaksana dan menghindari kesan

mengkristenkan orang-orang yang kita layani.

C. Hubungan Penginjilan Rasul Paulus Dengan Penginjilan Masa Kini

1. Pengertian Hubungan

Hubungan merupakan bentuk sebuah kerjasama antara dua unsur yang berbeda yang

bekerjasama satu sama lain. Dalam pelayanan misi penginjilan yang di lakukan oleh Rasul

Paulus pada masa yang lalu mempunyai hubungan yang erat dengan misi penginjilan masa kini.

Karena strategi yang di paakai oleh Rasul Paulus masih sangat relevan jika kita aplikasikan pada

misi penginjilan di zaman sekarang.

2. Pengaruh Hubungan

2.1 Memenangkan Jiwa Bagi Kristus

Hal ini terjadi dengan adanya orang yang belum mengenal Tuhan, jadi mengenal Tuhan dan

juga kesaksian lewat kehidupan orang Kristen di mana lewat perhatian-perhatian baik dan

memberkati orang-orang yang ada di sekitar kita.

Richard Warmbrand mengatakan bahwa :

“Sejarah penyebaran kekristenan telah membuktikan bahwa darah para martir adalah benih-benih
kehidupan baru di dalam kristus yang menyebar ke seluruh dunia. Hampir tiga ratus tahun
kekristenan tumbuh di atas tanah subur yang di sirami oleh darah para martir yang semuanya di
mulai dengan nama Yesus” 8
Pengaruh ini bagi para penginjil masa kini akan menumbuhkan hati yang terbeban bagi jiwa-

jiwa, baik yang terhilang maupun yang belum mengenal Yesus sehingga gerak pelayanan harus

lebih dikembangkan demi kemajuan penginjilan masa kini.

2.2 Menjadi Saksi Kristus

Menjadi seorang saksi Kristus bukanlah hal yang mudah. Kalau kita melihat dalam

perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia banyak mengalami hambatan dalam memberitakan Injil.

Tapi hambatan itu bukan membuat Rasul Paulus untuk tidak memberitakan Injil tetapi itu

merupakan hal yang terus memacu semangatnya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang

Yahudi maupun non-Yahudi.

Walter L. William mengatakan bahwa, “masyarakat Asia dan masyarakat tradisional lain

yang ditandai dengan jaringan keluarga yang lebih baik dan luas serta kekerabatan yang

kompleks dapat memenuhi kebutuhan emosional masing-masing anggota masyarakat lebih

baik”9

Penulis dapat mengambil kesimpulan dari kutipan diatas bahwa kehidupan pelayanan tidak

menjadi hambatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus. Meskipun kadang kita harus bersikap

keras dengan kehidupan duniawi yang sangat bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Hal

ini mendorong para penginjil masa kini bersikap tidak ada kompromi untuk tetap bersaksi dan

meninggikan nama Tuhan.

D. Aplikasinya Terhadap Penginjilan Masa Kini


1. Secara Individual

Pendekatan penginjilan yang sangat efektif dan produktif adalah penginjilan pribadi yang

dilakukan oleh setiap anggota jemaat di dalam lingkungan kehidupan masyarakat dimana mereka

berada. Model pendekatan penginjilan pribadi yang dapat memberikan gambaran dan pedoman

praktis yang bisa menjadi contoh oleh setiap orang yang rindu untuk menyampaikan Injil dengan

baik dan benar.

Mengabarkan Injil secara individual adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari,

dimana seorang yang telah mengenal kristus berupaya memperkenalkan kristus kepada orang

lain dan mengajaknya menerima kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu dibimbing

menjadi saksi kristus.

Buku diktat kuliah tentang penginjilan mengatakan bahwa: “Tujuan akhir dari

memberitakan Injil adalah untuk menyentuh hati setiap pribadi yang mendengarnya, sehingga ia

merasakan relevansi cinta Allah didalam Injil kepada dirinnya”10[42].

Penulis dapat melihat dari kutipan di atas bahwa penginjiilan secara individual merupakan

hal yang sangat strategis dalam memberitakan Injil. Dimana ketika kita menyampaikan secara

pribadi tentang Yesus, itu dapat menyentuh hati mereka secara pribadi dan mereka dapat

merasakan cinta Allah dari Injil yang disampaikan kepada mereka.

2. Secara Kelompok

Alkitab memberikan landasan yang pasti bagi tugas penginjilan dari gereja yang dapat

dilakukan melalui pelayanan kelompok. Menurut catatan Kisah Para Rasul, orang kristen dalam

gereja mula-mula, sesudah mereka menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, mereka semua
memberi diri dibaptis dan melibatkan dari dalam kelompok pemuridan. Tujuan dari perlibatan

diri mereka ini ialah untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, bersekutu, memecahkan roti

dan berdoa (Kisah Para Rasul 2:41-42).

Sasaran khusus dari orang-orang kristen yang berhimpun dalam kelompok itu agar mereka

bersekutu, saling melayani, bersaksi dan memberitakan Firman dimana mereka dapat

memenangkan banyak jiwa kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 2:44-47).

Maka ketika secara kelompok telah memiliki hati untuk melayani satu dengan yang lain

karena memahami bahwa sedemikian hadirnya Yesus dibumi untuk melayani inilah yang

didasari dengan pikiran Kristus sehingga tiap-tiap anggota tim akan merasa sebagai satu kesatuan

tubuh Kristus, dimana satu dengan yang lain harus saling dapat menopang demi pemberitaan

Injil.

E. Dampak Strategi Penginjilan Rasul Paulus Terhadap Penginjilan Masa Kini

Dengan mempelajari strategi penginjilan Rasul Paulus, penginjilan masa kini dapat

meneladani strategi dari Rasul Paulus. Strategi yang digunakan oleh Rasul Paulus sesuai dengan

konteks pada zaman itu dan sangat berbeda dengan keadaan zaman sekarang.

Walaupun dalam waktu yang berbeda, tetapi para penginjil harus memakai strategi dan

strategi dipakai oleh para penginjil agar mempermudah dalam menyampaikan berita Injil,

sehingga penginjilan lebih efektif. Tetapi dalam proses pemberitaan Injil tersebut ada dampak-

dampak yang harus dihadapi oleh Rasul Paulus bukan saja pada zaman pelyanan penginjilan

Rasul Paulus tetapi terhadap penginjilan masa kini.


Dalam karya tulis ini, penulis mengambil ada Dua dampak strategi penginjilan Rasul Paulus

terhadap penginjilan masa kini yaitu :

1. Dampak Positif

1.1 Dapat melahirkan petobat-petobat baru yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan

Juruselamat.

1.2 Meningkatkan mutu pelayanan digeraja lokal gereja lokal lebih bertanggung jawab

menjangkau orang dengan kabar tentang Yesus Kristus.

1.3 Pemeliharaan pertumbuhan mutu kerohanian jemaat.

1.4 Meningkatkan pengertian anggota jemaat terhadap kebenaran.

1.5 Dengan pengajaran dapat menentukan arah.

Setiap anggota jemaat yang diajar melalui pengajaran akan mempunyai arah didalam

kehidupannya dengan kokoh.

1.6 Motivasi anggota gereja untuk terlibat dalam pekabaran Injil.

2. Dampak Negatif

2.1 Terkadang para pemberita Injil kurang diterima didaerah dimana ia memberitakan Injil dan tidak

dapat juga diterima oleh aturan dan adat-istiadat daerah setempat.

2.2 Bilamana pemberita Injil kurang jeli dalam pemberitaannya maka Injil dianggap sama dengan

adat mereka.

2.3 Ada hambatan-hambatan dalam pelayanan penginjilan baik secara internal (dari dalam) maupun

secara eksternal (dari dalam).

2.3.1 Internal (dari dalam)

2.3.1.1 Pengaruh lingkungan.

2.3.1.2 Rasa kejenuhan dalam pelayanan.


2.3.1.3 Kurang kesempatan dalam melayani.

2.3.2 Eksternal (dari dalam)

2.3.2.1 Perizinan gembala yang merekomendasikan.

2.3.2.2 Perizinan orang tua.

2.3.2.3 Pendanaan.

2.3.2.4 Pembukaan jaringan pelayan


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengamati dan mempelajari strategi pengijilan yang dilakukan oleh Rasul

Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul maka penulis memberikan premis sebagai

berikut untuk menarik kesimpulan yaitu :

1. Melalui strategi penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus pada masa pelayanannya, maka

strategi yang digunakan masih relevan dan dapat diterapkan oleh para penginjil masa kini tanpa

mengurangi nilai kebenaran Firman Allah.

2. Penginjilan menjadi sarana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal

Yesus sehingga mereka menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan juga menjadi sarana

pemulihan hubungan antara Allah dengan manusia yang telah terputus demikian juga pada masa

kini.

3. Usaha penginjilan dalam praktek agar mencapai sarana yang baik perlu adanya strategi

penginjilan, dalam hal ini tolak ukur keberhasilannya dapat dilihat dari strategi penginjilan Rasul

Paulus.

4. Keberhasilan dalam prakteknya yang dilakukan oleh penginjil merupakan penerapan dari strategi

penginjilan yang dilakukan

oleh Rasul Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul.

Uraian dari premis di atas memberikan suatu kesimpulan bahwa judul strategi penginjilan

Rasul Paulus yang ditinju dari Kitab Kisah Para Rasul masih dapat di aplikasikan terhadap

penginjilan masa kini.


DAFTAR PUSTAKA

LAI. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2008

Donal C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2010

Budi Supeno, Diktat Kuliah Tingkat I, ATHAS

Charles R. Swondoll, Seorang Yang Penuh Kasih dan Tegar PAULUS Jakarta: Nafiri Gabriel, 2007

D.W. Ellis, Metode Penginjilan Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF YKBK, 1993

Ds. H. Van den Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003

David Ibrahim, Diktat Kisah Para Rasul Malang-Jawa Timur: Sekolah Alkitab Batu 2011

Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung Yogyakarta: ANDI Offset, 2008

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2008

Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta: ANDI Offset, 2010

Ellyezer Siswanto, Silabus Filsafat Pastoral, ATHAS

H. Venema, Injil Untuk Semua Orang, Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih Jilid I, 1997

Paul Borthwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987

Pieter Levianus Hehahia dan Sujanto Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia Tangerang: Scientific

Press, 2008

Richard Warmbrand, Gereja Berkemenangan Surabaya: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, 2003

S. Tandiassa, Teologia Paulus Yogyakarta: Moriel Publishing House, 2011

Simon Chan, Spiritual Theologia Yogyakarta: ANDI Offset, 2010

Trias Kuncahyo, Jerusalem 33 Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci

Jakarta: Gramedia, 2011

W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta: BPK GUNUNG MULIA, 2009


Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini Bandung: Gandum Mas

http://www.pangupodit.com/2012/05/pengertian-studi-kepustakaan-menurut-para-ahli. Selasa 19
maret 2013, pukul 17:23 Wib

http://makalah-update.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html/ Minggu
17 maret 2013, pukul 13:07 Wib

http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/02/dasar-alkitab-tentang-misi-dalam.html Rabu 24 april


2013, pukul 11:26 Wib

Anda mungkin juga menyukai