Pada bagian ini penulis akan memaparkan tentang bagaimana strategi penginjilan Rasul
Paulus ditinjau dari kitab Kisah Para Rasul, tetapi sebelum itu penulis akan melihat tentang latar
Pertama, masa muda Paulus. Paulus lahir kira-kira tahun 3 Masehi di dalam sebuah keluarga
Yahudi terhormat yang tinggal dikota Tarsus sebagai warga negara Roma. Paulus sendiri yang
menyatakan hal ini kepada kepala pasukan romawi, sebagai suatu pembelaan diri.
Maka datanglah kepada pasukan itu kepada paulus dan berkata: “katakanlah, benarkah engkau
warganegara Rum?” Jawab Paulus: “Benar”. Lalu kata kepala pasukan itu: “Kewarganegaraan
itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: “Tetapi aku mempunyai hak itu karena
kelahiranku.
Selanjutnya Paulus dibesarkan di dalam keluarga yang menganut tradisi-tradisi Yahudi secara
ketat. Paulus disunat pada hari kedelapan, dan berasal dari suku benyamin. Diperkirakan ada dua
tahap yang dilalui Paulus pada masa mudanya yaitu: masa kanak-kanak dilaluinya ditarsus,
sementara masa muda dan awal kedewasaanya dihabiskan di Yerusalem. Para ahli berpendapat
bahwa istilah ‘dibesarkan’ yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 22:3 lebih menunjuk pada
proses pendidikan paulus. Jadi yang dikerjakan paulus pada masa mudanya paulus mengikuti
Kedua, Pendidikan Paulus. Setelah mencapai usia yang disyaratkan, Saulus dikirim oleh
orang tuanya ke Yerusalem untuk masuk ke pendidikan sekolah rabi. Yerusalem ketika itu
merupakan pusat dunia Yahudi. Saulus dididik di Yerusalem di bawah asuhan Gamaliel, seorang
farisi dan juga salah seorang anggota Sanhedrin yang sangat disegani oleh masyarakat Yahudi.
Lukas mencatat tentang Gamaliel sebagai seorang penasehat yang sangat bijaksana dan selalu
membuat perbandingan sebagai suatu bahan pertimbangan dalam memberikan nasehat kepada
Mahkamah Agama.
Menurut sejarah pendidikan teologia dikalangan bangsa Yahudi, Gamaliel adalah salah
satu dari tujuh sarjana Yahudi yang menyandang gelar Rabban, yang artinya Guru kita. Gamaliel
adalah cucu Hillel, pendiri sebuah sekolah yang juga diberi nama Hillel. Para ahli sejarah
Perjanjian Baru memperkirakan Hillel sudah mengajarkan sustu bentuk agama Yahudi yang
Hillel mengajarkan bahwa orang-orang bukan Yahudi juga mendapat bagian dalam
rencana Allah. Dan Paulus mungkin mendengar pertama kali dari Gamaliel bahwa ada tugas
besar yang perlu dikerjakannya di antara bangsa-bangsa non Yahudi. Selain itu, nampaknya
sasaran pendidikan sekolah Hillel lebih berorientasi pada ilmu penafsiran dan nubuatan-nubuatan
sehingga orang tua dari Paulus mengirim dia untuk mengikuti pendidikan di sekolah Hillel. Dan
hal tersebut terlihat sangat jelas didalam tulisan-tulisan Paulus dikemudian hari dan yang kita
Paulus menjalani pendidikan dikampus Hillel sampai ia meraih gelar Farisi. Farisi adalah
gelar akademik dibidang teologia Perjanjian Lama. Seorang farisi artinya seorang yang
memahami dan mempraktekkan ajaran Perjanjian Lama sampai pada hal-hal yang kecil. Dari
masa kecil Paulus sudah menganut hukum taurat serta adat istiadat Yahudi.
Keahlian Paulus dibidang keagamaan (teologia Yahudi) memang sangat menonjol bila
dibandingkan dengan penulis-penulis Perjanjian Baru lainnya. Ia adalah seorang rasul yang
memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang luas dalam bidang teologi Perjanjian
Lama. Di samping itu Paulus juga mempunyai pemahaman yang luas tentang budaya dan
filsafat Yunani, tentang sistem hukum dan pemerintahan Romawi. Hal inilah yang membuat
beberapa teolog menambahkan lagi dunia Romawi (dunia politik) sebagai bagian dari latar
belakang paulus.
Ketiga, Paulus sesudah Bertobat. Setalah pertobatannya, Rasul Paulus tidak begitu mudah
untuk melupakan atau meninggalkan sama sekali masa lalunya dengan segala kebanggaan yang
melekat padanya. Dan ia tidak mengingkari kenyataan tersebut. Paulus masih sering
membanggakan prestasi masa lalunya dalam bidang keagamaan. Dengan penuh keyakinan, dan
agak bangga ia menyatakan bahwa ia lebih dari pada orang-orang lain dalam hal melaksanakan
hukum taurat dan Paulus tidak dapat melepaskan diri sama sekali dari tradisi-tradisi Yudaisme,
Paulus adalah seorang Yahudi dengan segala keistimewaan dan kekhususannya, tetapi
hampir seluruh kiprah pelayanannya justru diabdikan kepada orang-orang yang non Yahudi.
Bagi Paulus tentu tidak ada kesulitan untuk melayani di dalam konteks dunia seperti itu, karena
sebagai warga kota Tarsus, ia pernah hidup di dunia Helenisme dan telah mendapat pendidikan
yang baik tentang berbagai macam kebudayaan atau filsafat Yunani, sehingga tidak akan ada
Pada satu sisi, Paulus memang membanggakan latar belakang Ke-Yahudiannya dengan
segala hak yang melekat di dalamnya, akan tetapi pada sisi yang lain Paulus juga membanggakan
kewarganegaraannya yaitu warga negara Romawi dengan hak dan jaminan yang terkandung di
dalamnya. Sebagai warga negara Romawi Paulus tidak segan-segan menantang dan mengkritik
tindakan pembesar-pembesar kota Filipi yang memperlakukan dirinya tidak sesuai dengan
hukum yang berlaku. Tetapi, Paulus sadar bahwa ia telah menjadi rasul atau hamba (doulos)
Tuhan dan sebagai warga negara Roma ia tetap menggunakan semua jalur dan proses hukum
yang berlaku dalam menyelesaikan perkara, ia juga tetap menuntut hak-haknya yang memang
Paulus sebagai seorang terpelajar, tentu tidak hanya menyadari dan menuntut hak-haknya
sebagai warga negara Roma, tetapi ia juga menyadari dan melaksanakan kewajiban-kewajiban
sebagai warga Roma. Selanjutnya Rasul Paulus menganjurkan kepada seluruh jemaat yang ada
dibawah asuhannya diwilayah kekaisaran Romawi untuk taat kepada penguasa negara, dan
melakukan kewajiban-kewajiban mereka dengan setia kepada negara. Paulus tidak hanya
menjunjung tinggi tradisi-tradisi yang ia warisi dari latar belakang kebangsaan, kebudayaan,
serta keagamaannya, tetapi ia juga menghargai budaya, sistem hukum dan politik serta struktur
pemerintahan yang ada d idalam kekaisaran Romawi. Bahkan ia memerintahkan jemaat untuk
Sebelum Yesus naik ke sorga, Yesus Kristus mengutus Para Rasul sebagai saksinya
kepada semua bangsa didunia (Mat. 28:18-20, Kis. 1:8). Dia memerintahkan mereka
mengabarkan berita keselamatan yang telah Dia kerjakan sampai ke ujung bumi (Luk. 24:47-48).
Sehingga gereja juga giat dan setia mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal
Kristus. Pekabaran Injil adalah pemberitaan kabar gembira tentang Tuhan dengan maksud
supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat. Pekabaran Injil
ditunjukan kepada orang-orang yang bukan kristen dengan maksud supaya semua orang itu
1. Strategi Misi
Strategi ini difokuskan pada penentuan pribadi seorang penginjil sebelum melaksanakan
tugas penginjilan.
Menurut Kamus Praktis Bahasa Indonesia, misi adalah “tugas yang dianggap sebagai
Penulis dapat mengambil suatu pengertian tentang misi adalah suatu tugas yang dianggap
sebagai kewajiban yang dilakukan demi agama. Sehingga ketika kita mau mengerjakan sebuah
misi pemberitaan Injil maka kita perlu strategi dan di bawah ini merupakan strategi Rasul Paulus
Orang perlu mendengar pesan tentang Yesus Kristus. Itu berarti, baik orang Yahudi maupun
non Yahudi perlu dijangkau dengan pendekatan tertentu sehingga kabar tentang Yesus Kristus
bisa disampaikan.
Firman Allah menentukan siapa yang akan memasuki perhentian Allah. Firman ini
merupakan pedang tajam yang menusuk sampai ke dalam sanubari kita untuk mengetahui apakah
pikiran dan motivasi kita itu rohani atau tidak. Oleh karena itu, tanggapan kita terhadap Firman
Allah seharusnya lebih mendekatkan kita kepada Yesus sebagai imam besar kita.
Firman Tuhan telah datang kepada manusia dan firman itu tidak dapat diabaikan. Bangsa
Yahudi selalu mempunyai suatu gagasan yang khas mengenai firman. Sekali diucapkan, maka
kata itu memilik keberadaan yang bebas. Kata-kata adalah bukan hanya sebuah suara dengan arti
tertentu melainkan kata-kata adalah suatu kekuatan yang terus bergerak dan bertindak. Yesaya
mendengar Allah bersabda, bahwa firman yang keluar dari mulut Allah tidak akan kembali
dengan hampa, firman itu senantiasa akan bertindak sesuai dengan maksudnya.
Firman Tuhan itu efektif. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa bila seseorang
menanggapi Firman Allah dengan sungguh-sungguh maka akan terjadi sesuatu hal. Jika orang
menanggapi firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, ia akan segera menyadari bahwa firman
Tuhan itu bukan hanya di pelajari atau di baca, tetapi Firman Tuhan itu adalah sesuatu yang
harus di lakukan.
Selama perjalanan pelayanan Paulus di kota Korintus, Paulus mengambil tindakan walaupun
pada saat itu paulus memberitakan Injil dan ditolak oleh orang-orang Yahudi, tetapi Paulus tetap
memberitakan Firman Tuhan dan pada akhirnya hasil dari pemberitaan Firman Tuhan itu ada
1.2 Penginjilan
Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia, untuk melaksanakan perintah-Nya
demi kemuliaan nama Tuhan yaitu memanggil semua orang didunia dan mengabarkan kepada
mereka Injil kerajaan Allah supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan
penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah yang melakukan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya.
Sesuai dengan pengertian di atas yang di maksud penginjilan menurut penulis adalah agar
mereka mendengarkan Injil kita sebagai seorang pemberita Injil diutus oleh gereja untuk
melaksanakan perintah-Nya dan mengabarkan Injil kerejaan Allah agar mereka diselamatkan
dari dosa dan penghakiman hingga menjadi warga kerajaan Allah dan melakukan segala
perintah-Nya.
Jika kita melihat dalam Kitab Kisah Para Rasul 18:9-11, Paulus tidak merasa takut dalam
memberitakan Injil. Dikatakan bahwa : “Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di
dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Tersuslah memberitakan firman dan jangan diam!...”
Sering kali dia kecil hati menghadapi tugas-tugas di Korintus. Akan tetapi, ketika Allah
memberikan satu tugas untuk dilaksanakan, Allah juga memberikan kemampuan untuk tugas itu.
Keberadaan pemberita Injil, erat hubungannya dengan pribadi seseorang dimana Injil itu
akan diberitakan. Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-
hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada
orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu
kepribadiaannya. Kepribadian sukar dirumuskan karena setiap manusia memiliki sifat dan watak
yang berbeda. Menurut pendapat D.W. Ellis dalam bukunya metode penginjilan mengatakan
bahwa “Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, parasaan, kemauan”. Karena
itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang, sehingga
perasaannya digerakkan dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus. Manusia tak
Karena itu kita harus belajar mengenal pribadi seseorang, dan menyesuaikan pola
pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita sampaikan dengan kepribadian orang itu. 1
Korintus 9:19-23 mengatakan Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh
memenangkan sebanyak mungkin orang1[21]. Kita tak boleh terpaku mengandalkan satu metode
tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan menyesuaikannya pada kebutuhan
Pada metode ini Rasul Paulus melakukan pendekatan secara pribadi agar dapat menjangkau
1. Paulus dipimpin Roh kudus sebelum Paulus menjangkau setiap pribadi yang akan di Injili.
Rasul Paulus dalam penginjilan tidak lepas dari lingkungan ataupun hubungan yang
dilakukan dengan tradisi mula-mula. Masyarakat atau kaum bangsawan yang saling menolong
Injil Kristus harus dibawa dan dilayankan kepada semua manusia dalam keadaan yang
kongkret sebagaimana adanya. Setiap orang mempunyai pola dan wujud hidupnya. Adalah
mustahil memisahkan seseorang dari kebudayaannya. Tetapi, perubahan sosial tidak lengkap
tanpa perubahan batin manusia. Orang-orang yang paling mampu menjalankan perubahan yang
diperlukan dalam masyarakat biasanya menyadari perubahan yang perlu dalam diri mereka
sendiri. Mereka juga menyadari kelemahan mereka dan percaya bahwa Tuhan memberi kekuatan
bagi tugas-tugas mereka dalam masyarakat. Sehingga kelompok sosial dan budaya yang dipakai
oleh Paulus adalah merupakan komponen-komponen masyarakat atau sebagian unsur-unsur
masyarakat yang membentuk keadaaan yang memungkinkan ada jalan dalam memberitakan
Injil.
Pekabaran Injil maupun pekerjaan sosial adalah bahwa pekerjaan sosial memperkuat
kesaksian yang diberikan dalam pekabaran Injil. Kesaksian dari Rasul Paulus dan gaya hidup
dari Rasul Paulus yang memperkuat berita yang dia saksikan. Gereja dalam Perjanjian Baru
memberitakan Injil secara giat dan juga bersaksi dengan gaya kehidupan mereka. Mereka saling
mengasihi dan setiap orang membagi-bagikan harta miliknya sesuai dengan keperluan masing-
masing (Kis. 2:44-45). Orang-orang dari golongan-golongan yang biasanya saling mnejauhi
Dalam Roma 9:4-5 disini Paulus menggambarkan orang Yahudi sebagai umat yang diangkat
anak oleh Allah. Mereka adalah umat yang telah melihat kemuliaan Allah digunung sinai, dalam
sejarah mereka dan penyataan Allah. Mereka adalah umat yang menerima perjanjian Allah
secara berulang-ulang. Mereka adalah umat yang menerima hukum Allah. Mereka adalah umat
Sebagai orang Yahudi, Paulus juga memiliki kerinduan agar bangsanya juga diselamatkan.
Dengan adanya beban ini, maka Paulus memberitakan Injil keselematan kepada banyak orang
diberbagai daerah dan berbagai lapisan masyarakat. Penginjilan Paulus sangat berhasil walau
banyak hambatan yang dihadapinya, banyak orang awam, imam-imam, orang-orang tertawan
bahkan orang terkemuka diselamatkan. Ia juga ditentang oleh orang-orang Yahudi karena
pemberitaan Injil Paulus dianggap oleh banyak orang yang melanggar adat istiadat dan agama
Yahudi. Banyak orang-orang Yahudi yang menolak akan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh
Paulus. Akibatnya Paulus mengalami penderitaan, aniaya, dan nyawapun terancam. Namun hal
tersebut tidak menghalangi semangat dari Paulus menjadi kendor, namun rohnya tetap menyala-
Dari hal ini kita bisa melihat bahwa paulus sangat berhasil dalam memberitakan Injil
terhadap orang-orang Yahudi sebab jangkauannya sangat luas baik orang yang tidak
Lukas memberikan contoh khotbah penginjilan Paulus dihadapan orang-orang dari bangsa
Dalam Kamus Alkitab Listra adalah : “suatu koloni Romawi, 40 km barat daya”
Kisah Para Rasul 14:15-17 menyatakan bahwa, Penduduk Listra telah menafsirkan mukjizat
kesembuhan yang terjadi setelah salah satu khotbah Paulus sebagai manifestasi kuasa ilahi yang
menunjukan bahwa Barnabas dan Paulus adalah dewa yang menyamar, yang melawat mereka
(Zeus), dewa utama dari dewa Olimpus dan Hermes, utusannya. Tetapi Paulus dengan cepat
memperjelas bahwa ia dan Barnabas bukan dewa yang bisa disembah. Menurut Eckhard J.
Schnabel dalam bukunya yang berjudul Rasul Paulus Sang Misionaris mengatakan bahwa :
“Mereka bukan manusia super mereka hanyalah manusia biasa sama dengan penduduk Listra
(Kis. 14:15)”2[24] Oleh sebab itu, orang-orang yang menyembah berhala tidak bisa dengan
mudah membedakan antara dewa dan manusia, Sehingga Paulus harus menjelaskan kepada
penduduk yang ada di Listra tentang Allah yang hidup dan yang benar.
Paulus mengajar penduduk yang ada di kota Listra lima kebenaran tentang Allah :
1. Allah hadir dalam pekerjaan penciptaan, yang menjadi saksi bisu kebaikan-Nya.
2. Allah dalam kebaikan-Nya berusaha memuaskan kebutuhan orang yang Dia perhatikan.
4. Hanya Allah sendiri yang layak disembah karena Dia Allah yang benar dan sejati.
5. Allah tidak lagi mengizinkan bangsa non-Yahudi untuk menuruti jalan mereka sendiri.
Alasan mengapa Injil harus diberitakan kepada orang-orang Non-Yahudi karena orang-
orang Non-Yahudi lebih mempercayai kepada dewa tetapi dalam penginjilan yang dilakukan
Paulus kepada orang-orang yang ada Listra Paulus mengatakan bahwa, jangan ada seorang pun
yang disembah oleh karena manusia tetapi yang harus mereka sembah adalah Allah Yang hidup
(Kis. 14:15)
Paulus juga tahu bahwa ada orang yang kuat dan lemah, sejumlah kecil pembuat keputusan
yang kaya dan berpengaruh, dan sejumlah besar serta mayoritas orang miskin yang biasanya
“tidak bersuara”.
Paulus menyadari perbedaan ini, ada hal yang memisahkan antara kaum elite dan massa
yang miskin dan terpinggirkan. Meskipun ia membedakan tetapi ia juga mneyadari panggilan
khusus sebagai seorang misionaris bagi bangsa-bangsa lain, Paulus memahami dirinya memiliki
kewajiban untuk menjadi seorang pemberita Injil bagi semua orang sehingga beberapa orang bisa
datang pada imam kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan (1 Kor. 9:22). Kabar tentang
Yesus kristus yang menyelamatkan tidak mengizinkan sang misionaris untuk menyisihkan
kelompok etnis tertentu atau kelompok sosial tertentu dari pemberita Injil.
3.1 Pidato
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato adalah “pengungkapan pikiran dalam
Penulis dapat memberikan penjelasan dari istilah diatas adalah pengungkapan pikiran dalam
bentuk kata-kata yang sudah disusun secara teratur kemudian disampaikan kepada banyak orang.
Strategi yang digunakan oleh Paulus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang yang
ada pada saat itu bukan saja melalui khotbah tetapi Paulus menggunakan cara lain yaitu pidato,
dimana melalui pidato orang dapat mendengar dengan cermat apa yang disampaikan oleh Paulus
Tetapi dalam berpidato ada keefektifan dan ada ketidakefektifan dari pidato yang
dalam berpidato.
3. Melalui pidato dapat menjalin hubungan yang bersahabat dengan penduduk maupun pejabat-
pejabat kota.
3.2 Khotbah
orang-orang yang tidak percaya untuk datang kepada pesan yang mereka kumandangkan, dan
Perjanjian Baru. Rasul Paulus mengerti pekerjaannya yang utama adalah memberitakan. Dalam 1
Korintus 1:17 mengatakan: “sebab kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk
memberitakan Injil; dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib kristus jangan
menjadi sia-sia” Fokusnya bukan pada dirinya sendiri, melainkan pada Yesus Kristus yang
tersalib. Paulus menekankan bahwa ia hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai seorang
pemberita yang memeberitakan kabar tentang Yesus sebagai Mesias yang disalibkan.
Bagi sebagian orang berkhotbah atau memberitakan Firman merupakan hal yang efektif
dalam menjangkau jiwa-jiwa. Tetapi ada juga ketidakefektifan dalam berkhotbah yaitu, ada
sebagian orang yang bisa menerima dengan cara mendengarkan khotbah tetapi ada juga yang
tidak bisa karena orang-orang tersebut mungkin kurang memahami apa yang disampaikan oleh
pengkhotbah.
Ketika Paulus tiba dikota yang tidak memiliki komunitas orang percaya kepada Yesus
Kristus, ia seperti orang yang datang tanpa diundang. Tidak ada seorang pun yang menunggunya,
tidak ada seorang pun yang bersiap-siap untuk menyambutnya, dan tidak ada seorang pun
berpikir bahwa mereka membutuhkan khotbahnya. Paulus tampak jelas menyadari hal ini.
Beberapa perikop menunjukkan bahwa ia merenungkan faktor dan kondisi yang ada selama
proses menjalin kontak awal dengar para pendengar. Dan pada akhirnaya kita dapat menemukan
pendekatan dasar yang digunakan oleh Rasul Paulus ketika ia memasuki kota yang belum
Menjalin kontak sebagai pembicara publik kita dapat menemukan pendekatan dasar yang
digunakan Paulus ketika ia memasuki kota yang belum mendengar kabar tentang Yesus. Paulus
mengunjungi Sinagoge setempat dan di situlah Paulus menyampaikan berita Injil dan Paulus juga
Menurut Trias Kuncahyo sinagoga adalah “Suatu rumah ibadah yang mempertemukan
Penulis mengambil kesimpulan dari pengertian diatas adalah suatu rumah ibadah atau
tempat ibadah yang mempertemukan orang banyak dengan para pemimpin agama mereka. Di
tempat inilah mereka berdoa bersama dan membawa Taurat untuk menggantikan upacara korban.
Selain sebagai tempat untuk sembahyang, rumah doa ini memiliki fungsi sosial yang penting,
yakni menjadi tempat berkumpul dan tempat berjumpa dan ditempat inilah anggota masyarakat
Ketika Paulus sampai di Efesus Paulus mengunjungi Sinagoge setempat. Sebagai mantan
murid rabi terkenal, Gamaliel, ia bisa menghitung kesempatan untuk menjelaskan hukum Taurat
dan Kitab Para Nabi kepada jemaat di Sinagoge. Dalam Khotbahnya di Sinagoge, ia
menggunakan pembacaan dari Taurat dan Kitab Para Nabi untuk memberitakan Yesus dari
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pasar mengandung pengertian “tempat orang
berjual beli”
Dari pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan pasar merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang yang diperdagangkan.
Ketika Paulus sampai di Atena, hati Paulus merasa sedih melihat bahwa kota itu penuh
dengan patung-patung berhala. Di Atena kelompok orang yang lebih luas bisa dijangkau di alun-
alun pusat kota Yunani. Di kota Yunani alun-alun pusat adalah pusat politik dan perdangangan
kota, Sehingga dalam Kisah Para Rasul 17:17 mengatakan: “Paulus pergi setiap hari ke pasar dan
Ini merupakan pekerjaan rutin yang di lakukan oleh Rasul Paulus dimana dia berbicara
Menurut Kisah Para Rasul 19:9, Paulus mengajar setiap hari di ruang kuliah Tiranus ketika
ia memberitakan Injil di Korintus. Karena pada saat itu Paulus tidak diperbolehkan untuk
mengajar di Sinagoge maka Paulus mengubah tempatnya ke ruang kuliah Tiranus. Paulus harus
bekerja pada waktu pagi dan sore, membangun tenda dan mengajar ditengah-tengah waktu itu.
Hal ini memperlihatkan kesungguhan Paulus untuk mengajar dan kesungguhan orang kristen
untuk belajar.
Ketika Paulus mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang di Korintus melalui
kontak secara langsung di ruang kuliah, ini merupakan hal yang sangat efektif karena Paulus bisa
bertemu dengan mereka secara langsung. Menurut Eckhard J Schnabel mengatakan bahwa
“Paulus mengajar dari jam sepuluh pagi sampai jam empat sore”. Ini merupakan penjelasan yang
sampai akhir Zaman. Tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan Injil kepada setiap
suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Amanat Agung ini merupakan tugas inti dari misi, yaitu
“menjadikan murid” dari segala suku bangsa. Fokus inti misi yaitu ”menjadikan murid” akan
melibatkan dan akan menggerakkan umat Allah untuk pergi sebagai proses pelaksanaan srategi
Memberitakan Injil tidaklah mudah. Seorang penginjil masa kini harus mempunyai strategi-
strategi khusus agar penginjilan itu menjadi efektif. Selain itu, sikap hidup seorang penginjil
harus sesuai dengan Injil yang diberitakannya, sehingga keteladanannya mencerminkan Kristus
sendiri.
Oleh sebab itu, integritas dan strategi penginjilan haruslah dimiliki oleh seorang penginjil.
Paulus adalah seorang penginjil hebat yang memiliki integritas, serta mempunyai strategi dalam
Istilah “Penginjilan” sudah menjadi salah satu istilah yang umum, dan erat hubungannya
dengan kehidupan gereja disepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal
menanggapi Penginjilan sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-
orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menaggapi penginjilan sebagai satu tugas
dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan
merupakan tugas gereja lokal, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan
Menurut pemahaman Alkitab yang ditinjau dari Alkitab secara keseluruhan, Y. Tomatala
mengatakan bahwa “Penginjjilan adalah rancangan Allah yang menghimpun bagi diriNya suatu
umat untuk bersekutu menyembah dan melayani Dia secara teratur dan serasi”
1. Penginjilan adalah rancangan Allah kepada setiap orang yang percaya dan umat pilihan Allah
(Efesus 1:4-14)
orang yang belum mengenal dan percaya kepadaNya sehingga Ia mau supaya gereja juga berbuat
demikian. Gereja harus memberi kesaksian kepada kebenaran bahwa “keselamatan tidak ada di
Kegiatan gereja untuk mengabarkan Injil merupakan suatu pekerjaan yang didasarkan
pada Kitab Kejadian pasal 1 sampai dengan kitab wahyu pasal 22.
“Seluruh isi Alkitab adalah bentuk dasar pengabaran Injil ke seluruh dunia”3[32]
Rasul Paulus sendiri merasa terpanggil secara khusus untuk bekerja diantara orang-orang
kafir. Karena kristus sehingga Rasul Paulus menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk
menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya (Roma 1:5).
Dengan kuasa Roh Kudus kita menjadi saksi-saksi kristus kepada kaum bangsa yang dekat dan
jauh, kepada bangsa yang menyukai kita dan bangsa yang tidak menyukai kita. Kita
meninggalkan wilayah-wilayah budaya kita sehingga segala macam bangsa di setia tempat boleh
mendengar berita keselamatan yang memberi hidup di dalam Yesus Kristus
Menurut Adrianus Pasasa Penginjilan adalah : “Pergi kepada segala bangsa untuk
Menurut W. Beaven dalam buku diktat kuliah tingkat I Penginjilan adalah: “Tanda
kematian secara khusus dan kemudian hidup lagi secara tatanan baru, dengan penuh gairah dan
Penulis memberikan penjelasan tentang penginjilan masa kini dari pendapat diatas adalah
: Pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Yesus sehingga
dengan Injil yang mereka dengar, mereka dapat menerima Yesus dalam hidup mereka sebagai
Pentingnya upaya ini jelas dari teladan Tuhan Yesus dan Rasul Paulus. Keuntungan dari
pola penginjilan masa kini adalah dalam satu waktu tertentu banyak orang dapat serentak
mendengar berita Injil. Pada zaman ini dunia terasa makin kecil karena segala alat komunikasi
yang canggih. Penduduk dunia bertambah terus, aliran-aliran atau lembaga-lembaga lain terus
giat memberitakan ajarannya. Oleh sebab itu, kita pun harus memikirkan cara yang paling tepat
untuk memberitakan Injil kepada masyarakat yang ada pada saat ini.
1.1 Gereja
Dengan adanya kaitan gereja dengan kerajaan Allah dapat dikatakan bahwa gereja yang
benar adalah suatu tanda kerajaan Allah. Gereja pada hakikatnya adalah tubuh kristus, karena itu
Pada zaman pelayanan Yesus di dunia dalam rumah-rumah ibadah Yesus memberikan
penjelasan yang akurat dan benar mengenai seluruh rencana dan kehendak Allah yang harus
dipenuhi oleh umat manusia. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah prinsip hidup yang sejati
mengenai hubungan antara manusia terhadap Allah dan manusia terhadap sesamanya (Matius
22:37-39). Yesus juga mengajarkan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidupnya
Di zaman sekarang apabila Alkitab diuraikan secara alkitabiah dan komunikatif dari mimbar
Gereja setiap minggu, maka kebaktian minggu akan menjadi kesempatan emas mengabarkan
Injil bagi masyarakat umum, sebab semua khotbah alkitabiah dan komunikatif adalah
Tetapi kita dapat melihat seseorang memberitakan Injil melalui mimbar gereja pada saat
sekarang ini ada Keefktifan yang dapat di capai yaitu : dapat melahirkan petobat-petobat baru
yang menerima Yesus. Tetapi ada juga ketidakefektifan atau kelurangan dari memberitakan Injil
di gereja yaitu : seorang pemberita yang datang ke gereja untuk menyampaikan Injil jika tidak
ada Respon dari orang-orang yang mendengar maka Injil yang disampaikan tidak berdampak
1.2 Pasar
Pasar merupakan tempat dimana orang berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli
antara pembeli dan penjual. Mengabarkan Injil dapat diadakan di tempat umum seperti pasar,
dimana masyarakat banyak dapat berkumpul, baik orang kristen maupun yang non kristen yang
Dengan demikian mengabarkan Injil dapat diberitakan secara luas, dan akan menjadi
Tetapi kita dapat melihat jika menyampaikan Injil di pasar ada keefektifan dan
ketidakefektifan karena pasar merupakan tempat umum dan semua orang dapat berkumpul maka,
tidak semua orang dapat menerima Injil tersebut melainkan mereka bisa saja menolak Injil
tersebut dengan alasan mereka sudah mempunyai kepercayaan lain sehingga segala sesuatu yang
di kerjakan dalam pemberitaan Injil masa kini biasa saja tidak ada pengaruhnya.
Setiap individu bebas untuk memeluk agamanya masing-masing, toleransi dan saling
menghormati satu sama lain. Dalam suasana kebebasan beragama nampaknya mengabarkan Injil
secara pribadi adalah hal yang paling bersahabat dan relevan pada masa kini.
Penulis berpendapat bahwa persahabatan adalah “jembatan pola penginjilan dalam gereja
masa sekarang”5. Dalam pola komunikasi persahabatan bisa berlangsung dimana saja tidak
memerlukan alat-alat, gedung gereja, lembaga organisasi maupun acara dan tata kebaktian. Yang
dibutuhkan adalah bimbingan Roh Kudus dan keyakinan kita bahwa Tuhan memakai kita
sebagai utusannya.
Berbicara tentang tempat kerja, ini merupakan lapangan yang luas dan mempunyai tuntutan
yang sangat berat. Teman sekerja tidak akan menghormati kita jika kelakuan kita tidak baik atau
mungkin kita malas untuk bekerja. Hidup pribadi kita adalah kesaksian yang paling efektif
ketika kita ingin mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus oleh sebab
itu jadilah pribadi yang dapat menjadi berkat kepada orang lain.
Menurut D.W. Ellis dalam bukunya Metode Penginjilan mengatakan bahwa tempat kerja
Kesuksesan sebuah pelayanan penginjilan dan membuat sebuah komunitas baru pengikut
Yesus maupun kehidupan jemaat-jemaat baru berkaitan erat dengan rumah-rumah pribadi.
Rumah sebagai ruangan yang hidup maupun sebagai tempat tinggal seluruh keluarga. Penulis
mengutip perkataan Eckhard J. Schnabel “tentu saja rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah
merupakan tempat utama dan menentukan untuk kehidupan dan pembentukan orang-orang
kristen”7
Oleh sebab itu, rumah pribadi dan keluarga pemilik rumah atau rumah tangga sanggat
Rumah tangga atau keluarga merupakan realitas sosial yang paling mendasar di dunia.
Rumah tangga tidak hanya mencakup suami dan istri, orangtua dan anak, tetapi juga ada orang
lain keluarga dan teman-teman, Sehingga rumah tangga adalah tempat yang ideal bagi pekabaran
Injil tetapi dalam pendekatan kita harus lugas dan bijaksana dan menghindari kesan
1. Pengertian Hubungan
Hubungan merupakan bentuk sebuah kerjasama antara dua unsur yang berbeda yang
bekerjasama satu sama lain. Dalam pelayanan misi penginjilan yang di lakukan oleh Rasul
Paulus pada masa yang lalu mempunyai hubungan yang erat dengan misi penginjilan masa kini.
Karena strategi yang di paakai oleh Rasul Paulus masih sangat relevan jika kita aplikasikan pada
2. Pengaruh Hubungan
Hal ini terjadi dengan adanya orang yang belum mengenal Tuhan, jadi mengenal Tuhan dan
juga kesaksian lewat kehidupan orang Kristen di mana lewat perhatian-perhatian baik dan
“Sejarah penyebaran kekristenan telah membuktikan bahwa darah para martir adalah benih-benih
kehidupan baru di dalam kristus yang menyebar ke seluruh dunia. Hampir tiga ratus tahun
kekristenan tumbuh di atas tanah subur yang di sirami oleh darah para martir yang semuanya di
mulai dengan nama Yesus” 8
Pengaruh ini bagi para penginjil masa kini akan menumbuhkan hati yang terbeban bagi jiwa-
jiwa, baik yang terhilang maupun yang belum mengenal Yesus sehingga gerak pelayanan harus
Menjadi seorang saksi Kristus bukanlah hal yang mudah. Kalau kita melihat dalam
perjalanan pelayanan Rasul Paulus dia banyak mengalami hambatan dalam memberitakan Injil.
Tapi hambatan itu bukan membuat Rasul Paulus untuk tidak memberitakan Injil tetapi itu
merupakan hal yang terus memacu semangatnya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang
Walter L. William mengatakan bahwa, “masyarakat Asia dan masyarakat tradisional lain
yang ditandai dengan jaringan keluarga yang lebih baik dan luas serta kekerabatan yang
baik”9
Penulis dapat mengambil kesimpulan dari kutipan diatas bahwa kehidupan pelayanan tidak
menjadi hambatan bagi kita untuk menjadi saksi Kristus. Meskipun kadang kita harus bersikap
keras dengan kehidupan duniawi yang sangat bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Hal
ini mendorong para penginjil masa kini bersikap tidak ada kompromi untuk tetap bersaksi dan
Pendekatan penginjilan yang sangat efektif dan produktif adalah penginjilan pribadi yang
dilakukan oleh setiap anggota jemaat di dalam lingkungan kehidupan masyarakat dimana mereka
berada. Model pendekatan penginjilan pribadi yang dapat memberikan gambaran dan pedoman
praktis yang bisa menjadi contoh oleh setiap orang yang rindu untuk menyampaikan Injil dengan
Mengabarkan Injil secara individual adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari,
dimana seorang yang telah mengenal kristus berupaya memperkenalkan kristus kepada orang
lain dan mengajaknya menerima kristus. Lalu orang yang baru menerima kristus itu dibimbing
Buku diktat kuliah tentang penginjilan mengatakan bahwa: “Tujuan akhir dari
memberitakan Injil adalah untuk menyentuh hati setiap pribadi yang mendengarnya, sehingga ia
Penulis dapat melihat dari kutipan di atas bahwa penginjiilan secara individual merupakan
hal yang sangat strategis dalam memberitakan Injil. Dimana ketika kita menyampaikan secara
pribadi tentang Yesus, itu dapat menyentuh hati mereka secara pribadi dan mereka dapat
2. Secara Kelompok
Alkitab memberikan landasan yang pasti bagi tugas penginjilan dari gereja yang dapat
dilakukan melalui pelayanan kelompok. Menurut catatan Kisah Para Rasul, orang kristen dalam
gereja mula-mula, sesudah mereka menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, mereka semua
memberi diri dibaptis dan melibatkan dari dalam kelompok pemuridan. Tujuan dari perlibatan
diri mereka ini ialah untuk bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, bersekutu, memecahkan roti
Sasaran khusus dari orang-orang kristen yang berhimpun dalam kelompok itu agar mereka
bersekutu, saling melayani, bersaksi dan memberitakan Firman dimana mereka dapat
Maka ketika secara kelompok telah memiliki hati untuk melayani satu dengan yang lain
karena memahami bahwa sedemikian hadirnya Yesus dibumi untuk melayani inilah yang
didasari dengan pikiran Kristus sehingga tiap-tiap anggota tim akan merasa sebagai satu kesatuan
tubuh Kristus, dimana satu dengan yang lain harus saling dapat menopang demi pemberitaan
Injil.
Dengan mempelajari strategi penginjilan Rasul Paulus, penginjilan masa kini dapat
meneladani strategi dari Rasul Paulus. Strategi yang digunakan oleh Rasul Paulus sesuai dengan
konteks pada zaman itu dan sangat berbeda dengan keadaan zaman sekarang.
Walaupun dalam waktu yang berbeda, tetapi para penginjil harus memakai strategi dan
strategi dipakai oleh para penginjil agar mempermudah dalam menyampaikan berita Injil,
sehingga penginjilan lebih efektif. Tetapi dalam proses pemberitaan Injil tersebut ada dampak-
dampak yang harus dihadapi oleh Rasul Paulus bukan saja pada zaman pelyanan penginjilan
1. Dampak Positif
1.1 Dapat melahirkan petobat-petobat baru yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
1.2 Meningkatkan mutu pelayanan digeraja lokal gereja lokal lebih bertanggung jawab
Setiap anggota jemaat yang diajar melalui pengajaran akan mempunyai arah didalam
2. Dampak Negatif
2.1 Terkadang para pemberita Injil kurang diterima didaerah dimana ia memberitakan Injil dan tidak
2.2 Bilamana pemberita Injil kurang jeli dalam pemberitaannya maka Injil dianggap sama dengan
adat mereka.
2.3 Ada hambatan-hambatan dalam pelayanan penginjilan baik secara internal (dari dalam) maupun
2.3.2.3 Pendanaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengamati dan mempelajari strategi pengijilan yang dilakukan oleh Rasul
Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul maka penulis memberikan premis sebagai
1. Melalui strategi penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus pada masa pelayanannya, maka
strategi yang digunakan masih relevan dan dapat diterapkan oleh para penginjil masa kini tanpa
2. Penginjilan menjadi sarana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal
Yesus sehingga mereka menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan juga menjadi sarana
pemulihan hubungan antara Allah dengan manusia yang telah terputus demikian juga pada masa
kini.
3. Usaha penginjilan dalam praktek agar mencapai sarana yang baik perlu adanya strategi
penginjilan, dalam hal ini tolak ukur keberhasilannya dapat dilihat dari strategi penginjilan Rasul
Paulus.
4. Keberhasilan dalam prakteknya yang dilakukan oleh penginjil merupakan penerapan dari strategi
oleh Rasul Paulus yang dicatat dalam Kitab Kisah Para Rasul.
Uraian dari premis di atas memberikan suatu kesimpulan bahwa judul strategi penginjilan
Rasul Paulus yang ditinju dari Kitab Kisah Para Rasul masih dapat di aplikasikan terhadap
Donal C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2010
Charles R. Swondoll, Seorang Yang Penuh Kasih dan Tegar PAULUS Jakarta: Nafiri Gabriel, 2007
D.W. Ellis, Metode Penginjilan Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF YKBK, 1993
Ds. H. Van den Brink, Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
David Ibrahim, Diktat Kisah Para Rasul Malang-Jawa Timur: Sekolah Alkitab Batu 2011
Dean Wiebracht, Menjawab Tantangan Amanat Agung Yogyakarta: ANDI Offset, 2008
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2008
Eckhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta: ANDI Offset, 2010
H. Venema, Injil Untuk Semua Orang, Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih Jilid I, 1997
Paul Borthwick, Pemberitaan Injil Tugas Siapa? Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1987
Pieter Levianus Hehahia dan Sujanto Farlin, Kamus Praktis Bahasa Indonesia Tangerang: Scientific
Press, 2008
Richard Warmbrand, Gereja Berkemenangan Surabaya: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, 2003
Trias Kuncahyo, Jerusalem 33 Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci
http://www.pangupodit.com/2012/05/pengertian-studi-kepustakaan-menurut-para-ahli. Selasa 19
maret 2013, pukul 17:23 Wib
http://makalah-update.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-metode.html/ Minggu
17 maret 2013, pukul 13:07 Wib