Pendahuluan
A. Latar belakang
Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) adalah salah satu program akademik yang wajib
diikuti oleh setiap mahasiswa yang terbagi dalam dua tahap selama masa studinya yaitu tahap
pertama Semester IV dan kedua Semester VI. Dalam hal ini penulis melaksanakan praktek
tahap pertama dengan fokus pelayanan Sekolah Minggu dan Remaja.
Dalam pelaksanaan masa PPL ini, penulis ditempatkan di Wilayah Mupel Kasimbar,
jemaat GPID Imanuel Tovalo berdasarkan keputusan yang ada. Penulis melaksanakan masa
PPL kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 01 Juni 2019 – 31 Juli 2019).
Selama kurun waktu yang ada penulis telah melewati banyak hal dan sebagian besar
akan penulis jelaskan dalam tulisan ini. Mulai dari sejarah masuknya Injil di wilayah
Kasimbar, asal usul gereja, konteks jemaat, ibadah-ibadah yang dilaksanakan, ciri khas
jemaat bahkan sampai berbagai masalah yang bisa diangkat dalam tulisan ini.
B. Tujuan
Adapun penyusunan laporan Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) ini memiliki tujuan,
yaitu sebagai bahan informasi dan evaluasi kepada pihak Kampus STT Marturia Palu tentang
kegiatan yang dilakukan oleh Mahasiswa selama masa Praktek kurang lebih dua bulan. Selain
itu, bisa menjadi bahan evaluasi bagi mahasiswa yang melaksanakan praktek dalam
pengembangan diri kedepannya.
Penyusunan laporan PPL tahap pertama ini juga sebagai salah satu persyaratan yang
telah ditetapkan oleh pihak Kampus STT Marturia Palu. Namun yang terpenting adalah
mahasiswa yang melaksanakan praktek bisa memperoleh pengalaman-pengalaman lewat
berbagai pelayanan yang telah dilakukan di jemaat.
11
BAB II
GPID Imanuel Tovalo terdiri dari beragam suku yang membuat jemaat ini dikatakan
unik. Dikatakan beragam suku karena dapat dilihat dari setiap pribadi jemaat yang memiliki
ciri khas masing-masing sesuai suku-suku mereka. Jemaat Imanuel Tovalo terdiri dari enam
suku yang beragam yaitu suku Bali, Poso, Toraja, Sangir, Kulawi dan juga Mori Damsol.
B. Sejarah Jemaat
Gereja GPID Imanuel Tovalo berdiri tahun 1986 dibawah naungan Yayasan Lembaga
Literatur Kristen Indonesia (YALLKI) dengan nama jemaat “Sola Gratia”. Anggota jemaat
mula-mula yang ikut bergabung saat itu terdiri sekitar dua belas Kepala Keluarga. 1 Pada
awalnya Injil dibawah masuk ke daerah ini oleh seorang evangelis yang bernama Ev.
Tukiman, dia berasal dari desa Maoti membawa masuk injil ke tempat ini dan membawa
kembali beberapa orang ke desa Maoti untuk di baptis disana.2
Pada tanggal 29 November 1992, gereja ini diserahkan ke Sinode GPID (yang saat
itu diketuai oleh Bapak Pdt. Gusti Bagus Sudiadjana) dengan nama jemaat GPID “Via
Dolorosa” Laemanta. Namun, ada beberapa jemaat yang tidak setuju dengan kebijakan ini
sehingga berujung pecahnya gereja menjadi dua, yang satu menetap di Sinode GPID dan
yang satunya lagi membuat sebuah gereja baru dengan bernaung dibawah Sinode GKST.3
Setelah berjalannya waktu, dalam rentan waktu sekitar tahun 1998-2000 begitu
banyaknya pergumulan serta penderitaan yang dialami oleh jemaat ini kemudian muncul
inisiatif untuk mengubah nama jemaat. Setelah melewati pertimbangan-pertimbangan oleh
1
Bpk. Dasi Lemba Topolega, wawancara langsung 19 Juni 2019, pukul 19.15 WITA
2
Bpk. I Ketut Artayasa, wawancara langsung 20 Juni 2019, pukul 13.40 WITA
3
Bpk. I Made Lanus, wawancara langsung 19 Juni 2019, pukul 19. 47 WITA
11
jemaat yang diketuai oleh dr. Frangki Suriton. Kemudian diterima dan disetujui oleh jemaat
dengan pemberian nama “Imanuel” yang memaknai bahwa Tuhan akan menyertai selalu
jemaat ini, sehingga menjadi sebuah jemaat yang bernama GPID Imanuel Laemanta yang
kemudian bertahan hingga pada saat pemekaran menjadi desa Tovalo. Pada akhirnya nama
gereja diubah lagi menjadi jemaat GPID Imanuel Tovalo yang terus digunakan hingga pada
saat ini.
Perkembangan dalam organisasi sendiri sudah ada sejak masih dibawah naungan
YALLKI. Sekitar tahun 1993, pelka-pelka mulai diadakan dengan mengangkat delapan orang
Majelis Jemaat dalam pemilihan majelis yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, pelka
bapak, pelka ibu, pelka pemuda dan remaja serta kolom yang terdiri dari dua kelompok. 4
Dalam perkembangannya sekitar tahun 2012-2013 jemaat yang terdiri atas dua kolom
melebur menjadi satu kolom sampai pada saat ini.
Sekolah Minggu sudah ada sejak masih ditangani oleh YALLKI. Ibu Rosali
merupakan orang pertama yang mengajar Sekolah Minggu ditempat ini dengan jumlah anak-
anak kurang lebih 20 orang. Kemudian terus berkembang hingga saat ini walaupun dalam
perkembangannya hanya terkesan hal-hal yang biasa saja. Namun Gereja ini bisa bertahan
hingga kini.
Pelka pemuda yang digabung dengan remaja terbentuk sekitar tahun 1993. Jumlah
pemuda remaja yang aktif pada saat itu sekitar kurang lebih 15 orang. Ketua pelka pemuda
remaja yang pertama adalah Bpk. I Nyoman Slamet. Kemudian terus berkembang hingga
pada saat ini. Dan diperiode ini, Bpk. I Nyoman Slamet kembali dipercaya sebagai ketua
pelka pemuda remaja.5
C. Data Base
GPID Jemaat Imanuel Tovalo hanya terdiri atas satu kolom yang biasa disebut
kunjungan Rumah Tangga dengan jumlah 27 KK (103 jiwa).
a. Jumlah jemaat
4
Ibid
5
Bpk. I Nyoman Slamet, wawancara langsung 29 Juni 2019, pukul 22.19 WITA
11
27 KK 58 orang 45 orang
e. Berdasarkan pekerjaan
f. Sekolah Minggu
11
BAB III
A. Ibadah
1. Sekolah Minggu
Ibadah Sekolah Minggu dilaksanakan setiap hari minggu pukul 07.00 WITA.
Sekolah Minggu dibina oleh seorang guru Sekolah Minggu dan bukan merupakan
seorang penatua, karena tidak adanya penatua sekolah minggu membuat guru
Sekolah Minggu mengambil alih semua pelayanan yang berkaitan dengan Sekolah
Minggu.
Penulis sudah terlibat dalam pelayanan ibadah Sekolah Minggu selama masa
praktek sesuai tujuan utama Praktek Pengenalan Lapangan tahap pertama ini.
Penulis telah mengambil bagian sebanyak tiga kali dalam pelayanan Sekolah
Minggu. Penulis melihat banyak keterbatasan dalam ibadah sekolah minggu yang
dilaksanakan setiap minggu. Salah satunya menyangkut alat peraga dan juga
aktivitas yang tidak tersedia. Sehingga penulis selama praktek mengupayakan hal
itu untuk menambah semangat anak-anak datang ke Sekolah Minggu.
- Minggu, 09 Juni 2019, penulis bercerita tentang hari ketuangan Roh Kudus
(Pentakosta) kemudian membuat aktivitas mewarnai gambar lidah-lidah api yang
telah penulis siapkan.
- Minggu, 16 Juni 2019, penulis bercerita tentang Abraham dan Ishak anaknya
kemudian membuat aktivitas menyusun puzzle gambar Abraham dan Ishak yang telah
penulis persiapkan.
- Minggu, 21 Juli 2019, penulis bercerita tentang “Harus Berbuah” dan melakukan
aktivitas menggambar buah lalu menulis didalamnya buah-buah Roh.
2. Rabu Gembira
Ibadah Rabu Gembira dilaksanakan hari rabu pukul 16.00 Wita. Ibadah ini
dilaksanakan sebanyak sekali dalam waktu dua minggu. Tempat beribadah
11
dirumah anak-anak yang termasuk dalam anggota sekolah minggu dengan cara
bergiliran. Selama penulis berada ditempat praktek sudah mengambil bagian
dalam pelayanan sebanyak tiga kali. Dalam ibadah-ibadah sebelumnya guru
sekolah minggu hanya membuat ibadah seperti biasa saja, tanpa ada permainan-
permainan yang membuat anak-anak senang. Ketika penulis mengambil bagian
dalam pelayanan, penulis langsung berinisiatif untuk melakukan hal itu. Dimulai
ketika ibadah kedua penulis langsung menerapkan bermain games sebelum
mendengarkan cerita Firman Tuhan. Setelah bermain baru penulis bercerita seperti
biasanya. Hal ini cukup berpengaruh dimana anak-anak sudah sangat rajin untuk
datang ke ibadah-ibadah sekolah minggu maupun rabu gembira kecuali mereka
berhalangan untuk datang. Penulis juga mengajarkan beberapa lagu yang penulis
ketahui kepada anak-anak sekolah minggu yang sudah mulai dinyanyikan setiap
ibadah sekolah minggu ataupun rabu gembira.
- Rabu, 26 Juni 2019, Pelayanan Ibadah Rabu Gembira. Dalam ibadah ini penulis
bermain games “Simon Berkata” dan games “Menebak nama teman”. Kemudian
bercerita “cerita tentang mengampuni”.
- Rabu, 10 Juli 2019, Pelayanan Ibadah Rabu Gembira. Dalam ibadah ini penulis juga
menerapkan games “menirukan suara hewan” dan “tangkap teman”. Kemudian
bercerita tentang “Bersyukur atas pemberian Tuhan”.
- Rabu, 24 Juli 2019, Pelayanan Ibadah Rabu Gembira. Dalam ibadah ini sama seperti
sebelumnya yaitu bermain games (cari benda yang ada di Alkitab) dan dan bercerita
tentang “Bersinar seperti Matahari”.
3. Pelka Pemuda-Remaja
11
Penulis juga telah mengikuti dan melaksanakan program pemuda yaitu
kunjungan dan ibadah bersama di jemaat Marturia TSM dalam waktu dua bulan
sekali dan bertepatan ketika penulis melaksanakan praktek di tempat ini. Selain itu
penulis juga telah membuat vokal grup untuk mengisi puji-pujian dalam berbagai
ibadah minggu.
- Minggu, 23 Juni 2019, kunjungan ke jemaat Marturia TSM dan mengambil pelayanan
Ibadah Minggu di jemaat Marturia TSM sekaligus mengisi puji-pujian vokal grup
bersama pemuda remaja
- Minggu, 21 Juli 2019, mengisi puji-pujian vokal grup bersama pemuda remaja
Ibadah kami laksanakan pada hari sabtu tanggal 6 Juli 2019 di pantai desa
Malanggo. Selain ibadah kami melaksanakan kegiatan lainnya seperti games-
games yaitu Ranking 1, Pesan Berantai dan Mengisi Air di Dalam Botol. Semua
kegiatan boleh terlaksana atas partisipasi dari tiga jemaat yang ikut yaitu jemaat
Imanuel Tovalo, Imanuel Bolong dan Efrata Bolong.
Kegiatan ini kami laksanakan tanpa mengurangi dana atau uang dari kas
pemuda namun kami meluangkan waktu untu melakukan bazar sebelum harinya
yang hasilnya kami gunakan sebagai uang transportasi pergi kembali ke tempat
ibadah.
11
5. Ibadah minggu dan pelka
Selama masa praktek penulis juga dilibatkan dalam ibadah minggu dan pelka-
pelka yang ada. Penulis sudah mengambil bagian dalam pelayanan sebanyak lima kali
di ibadah minggu termasuk dua kali dirangkaikan dengan pengucapan syukur jemaat
(jemaat Imanuel Tovalo dan Manunggal Posona), juga dapat melaksanakan pelayanan
di jemaat TSM. Selanjutnya penulis telah mengambil bagian sebanyak dua kali di
masing-masing pelka.
- Minggu, 14 Juli 2019 pelayanan ibadah pengucapan syukur jemaat Imanuel Tovalo
B. Perkunjungan
11
terbeban oleh kedatangan Majelis jemaat yang melakukan perkunjungan. Sehingga penulis
hanya mengikuti program jemaat dan tidak melakukan yang bukan program jemaat.
Dalam beberapa kesempatan penulis juga selalu menyempatkan diri untuk mampir ke
rumah-rumah jemaat bahkan penulis sempat mengunjungi rumah Ketua dan Sekretaris
Jemaat Manunggal Posona yang se-Mupel dengan Jemaat Imanuel Tovalo.
Kegiatan ini terlaksana hampir setiap hari, karena itu merupakan cara penulis untuk
melakukan pendekatan kepada seluruh anggota jemaat. Terutama bagi anggota jemaat yang
belum dikenal karena belum sempat bertemu dalam persekutuan. Hanya saja, sampai masa
praktek selesai penulis belum bisa mengenal seluruh anggota jemaat karena beberapa alasan.
Salah satu penyebabnya adalah bahwa ada jemaat yang selama penulis melaksanakan masa
praktek tidak berada dirumah dan sedang keluar kota, kemudian kembali pulang sesaat
setelah penulis hampir menyelesaikan masa praktek, bahkan ada juga yang sampai penulis
keluar dari jemaat belum kembali sehingga tidak sempat untuk melakukan perkunjungan dan
perkenalan.Berikut daftar kegiatan penulis selama masa praktek.
- Minggu, 30 Juni 2019, perkunjungan jemaat yang sakit bersama Majelis Jemaat (dua
orang)
- Minggu, 07 Juli 2019, perkunjungan jemaat yang sakit bersama Majelis Jemaat
Harian ( tiga orang termasuk salah seorang anak sekolah minggu).
- Minggu, 21 Juli 2019, perkunjungan jemaat yang sakit bersama Majelis Jemaat
Harian ( dua orang termasuk salah seorang anak sekolah minggu)
11
BAB IV
Pertama, di bidang sekolah minggu kurang mendapat perhatian penuh. Tidak adanya
penatua sekolah minggu mungkin sangat mempengaruhi keadaan ini. Dimana keterbatasan
dalam penyampaian cerita firman Tuhan kepada anak-anak selalu terjadi disetiap minggunya.
Salah satu keterbatasan itu ialah tidak adanya alat-alat peraga dan juga metode pengajaran
yang dilakukan oleh guru sekolah minggu yang monoton sehingga berdampak kepada anak-
anak sekolah minggu yang malas untuk datang beribadah. Kemudian tidak adanya buku
panduan yang digunakan dalam bercerita sehingga guru sekolah minggu hanya menceritakan
bagian-bagian yang dianggap penting untuk diceritakan setiap minggunya.
Kedua, di bidang jemaat secara khusus dalam hal pelayanan. Tidak adanya tenaga
pelayan tetap, dalam hal yaitu pendeta ataupun vikaris, membuat keadaan dijemaat tidak
kondusif. Ada beberapa masalah yang sering terjadi didalam anggota-anggota jemaat namun
hanya bisa diselesaikan sementara oleh pengurus gereja. Terkadang masalah-masalah yang
ada sering terulang kembali, untuk itu sangat dibutuhkan pelayan yang bisa benar-benar
menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan ilmu yang dimilikinya salah satunya
adalah pastoral konseling. Selain itu pelayan juga bisa mengadakan pembinaan kepada warga
gereja lewat pengajaran-pengajaran yang bisa dilakukan sesuai konteks jemaat.
11
B. Ciri Khas
1. Jemaat
Jika melihat secara umum konteks jemaat GPID Imanuel Tovalo bahwa jemaat ini
terdiri dari keanekaragaman suku. Keanekaragaman suku ini terjadi karena jemaat ini bisa
juga disebut sebagai jemaat perantauan yang kemudian membuat setiap orang menonjolkan
ciri khas sukunya masing-masing. Ada yang keras, ada yang halus dan ada yang tergolong
biasa saja. Tentu hal ini sangat baik dalam kehidupan bergereja. Sebagai hal yang positif
dalam sebuah organisasi persekutuan gereja, kemajemukan yang ada bisa mengutamakan
sesuatu yang disebut “persatuan”. Sebagai contoh persatuan didalam jemaat adalah ketika
mendapat undangan dari gereja lain atau gereja disekitar maka hampir seluruh anggota jemaat
mereka akan datang menghadiri undangan tersebut dan ada juga sifat gotong royong yang
dilakukan jika ada kegiatan acara disalah satu rumah anggota jemaat. Persatuan didalamnya
pasti akan dapat membuat gereja ini mengalami kemajuan. Kemajuan pasti sudah menjadi
kerinduan setiap orang sehingga jika orang-orang yang ada didalamnya dapat mengutamakan
“persatuan” maka gereja ini pasti akan dengan mudah melangkah ke depan dan dapat
memenuhi segala aspek kebutuhannya sendiri. Namun selain dalam hal positif pasti juga
terdapat hal negatif. Sifat individualistis yang dimiliki oleh masing-masing orang yang
mengutamakan kelompok suku didalam kemajemukan yang ada pasti akan membuat tidak
seimbangnya perjalanan kehidupan bergereja, sehingga hal ini harus dan sangat perlu untuk
dihindarkan yang bisa membuat pecahnya jemaat. Hal ini yang membuat penulis tertarik
untuk mengangkatnya sebagai bentuk ciri khas jemaat.
2. Sekolah Minggu
Ciri khas sekolah minggu kurang lebih sama dengan ciri khas jemaat. Karena
keanekaragaman suku yang ada membuat hal itu sangat menonjol pada anak-anak sekolah
minggu. Pembawaan setiap pribadi mereka sangat erat dengan suku mereka. Kita dapat
mengetahui suku yang dianut oleh anak-anak dengan hanya melihat karakter mereka.
11
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Jemaat Imanuel Tovalo berdiri pada tahun 1986 dibawah naungan YALLKI yang
kemudian diserahkan ke Sinode GPID pada tahun 1992. Dalam perkembangannya gereja ini
beberapa kali berganti nama mulai dari Sola Gratia, Via Dolorosa dan Imanuel.
Jemaat ditempat ini adalah jemaat yang mandiri, segala aspek dan fasilitas untuk
perkembangan gereja sudah tersedia. Namun yang menjadi kekurangan adalah bahwa jemaat
ditempat ini sangat membutuhkan tenaga pelayan yang mampu untuk membantu segala
kekurangan dan dapat membantu mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dalam jemaat.
Keberagaman suku sangat identik dengan jemaat ini. Jika hanya mengenalnya dari
salah satu arah maka orang akan melihat bahwa jemaat ini mayoritas dengan suku Bali.
Namun jika mengenal lebih dekat lagi maka kita akan menemukan bahwa jemaat ini ternyata
terdiri atas beberapa suku yang membuat persekutuan dan persatuan ditempat ini masih
terjaga sampai sekarang ini.
B. Saran
1. Jemaat
Setelah melaksanakan praktek kurang lebih selama dua bulan penulis telah
mengalami banyak hal, dan berikut beberapa saran dari penulis untuk jemaat.
1.1.2. Lebih cepat dan tegas dalam menangani berbagai persoalan yang
dihadapi anggota jemaat karena itu bisa berakibat berlanjutnya masalah
dan bahkan bisa menjadi besar.
1.1.3. Guru sekolah minggu harus lebih kreatif dalam mempersiapkan segala
sesuatu untuk pelayanan sekolah minggu.
11
1.1.4. Harus membuat program evaluasi ataupun persiapan untuk pelayanan
sekolah minggu.
2. Sinode
2.1.2. Membuat buku panduan untuk sekolah minggu, agar cerita dan
pelayanan sekolah minggu teratur.
3. Kampus
11