Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH GEREJA di ASIA

Oleh : Thedi Sahoa

A. Awal terbentuk

Kekristenan lahir di tempat perjumpaan antara timur dan barat yaitu Yerusalem.
Sejarah gereja dimulai ketika jemaat-jemaat didirikan untuk pertama kali sekitar tahun 30 M.
Hanya lima puluh hari setelah kebangkitan Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan
orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan
Yesuslah raja dan Mesiasnya. Pada saat itu, Yerusalem dipenuhi dengan peziarah-peziarah
yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan hari Pentakosta. 1 Injil
diberitakan kepada orang-orang yang berasal dari Propinsi Asia Kecil (Turki), kerajaan Persia
(Irak dan Iran), Mesir, Libia dan Arabia.2 Ketika Petrus berbicara mereka tidak hanya
mengerti pemberitaannya tetapi juga dengan jumlah yang luar biasa besarnya memberi
respon terhadapnya. Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan
bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima
seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).3

Secara geografis, gereja saat itu pada umumnya berada di daerah kekaisaran Roma
yang bertahan sampai sekitar abad ke-6.4 Dari Palestina di Timur Tengah, gereja kemudian
disebarkan ke Asia kecil, Siria, Yunani, Italia, sampai ke ujung-ujung kekaisaran Romawi.

Dari sudut kebudayaan, yang paling menonjol pada saat itu adalah kebudayaan
Helenisme. Helenisme pada dasarnya, adalah kebudayaan Yunani yang disebarkan diseluruh
wilayah kekaisaran Romawi, khususnya dibagian Timur. Karena penyebaran ini yang
menyebabkan budaya mulai bercampur dengan unsur-unsur dari kebudayaan lain,
umpamanya di Asia Barat, Mesir dan Italia. Demikianlah Helenisme menjadi kebudayaan
yang menentukan cara berpikir dan cara percaya semua orang yang berpendidikan di
kekaisaran Romawi, termasuk orang Kristen.5

B. Gereja Yahudi

1
John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), hlm.256
2
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia (Jakarta : Gunung Mulia, 2008), hlm.9
3
John Drane. Op. Cit. Hlm.256-257
4
C. De Jonge, Pembimbing Ke Dalam Sejarah Gereja (Jakarta: Gunung Mulia, 2017), hlm.49
5
Ibid., hlm. 52
Jemaat Kristen pertama terdiri dari orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi yang
telah menjadi Kristen itu tetap pergi ke Bait Allah dan sinagoge untuk beribadah dan juga
masih menaati hukum taurat (Kis. 2:46; 3:1). Mereka juga tidak mau bergaul dengan orang-
orang kafir karena menurut mereka orang yang tidak menaati hukum taurat adalah najis (Kis.
10). Pada waktu itu mulai terjadi penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem yang
mengakibatkan mereka melarikan diri ke daerah Yudea dan Samaria (Kis. 8). Kemudian injil
juga semakin berkembang termasuk kepada orang-orang kafir dan itu menimbulkan persoalan
yang berat termasuk rasul Petrus yang mengalami kebimbangan. Namun rasul Paulus benar-
benar memahami bahwa tidak perlu bagi orang kristen untuk mengikuti atau menaati
perintah-perintah taurat Musa. Perkara itu berhasil diselesaikan pada sidang Yerusalem
sekitar tahun 50 M yang menghasilkan keputusan yang mengizinkan orang Kristen bukan
Yahudi untuk tetap tidak disunat. Juga menegaskan untuk dapat tetap memelihara beberapa
kebiasaan Yahudi tentang pantangan makanan yang akan memudahkan orang Yahudi untuk
bersekutu dengan mereka (Kis. 15:28-29). Dan menghasilkan pengakuan bersama akan
Paulus dan Barnabas sebagai rasul bagi orang-orang bukan Yahudi.6

Tahun 70 M panglima Titus membumi hanguskan Yerusalem termasuk Bait Allah


melalui prajurit-prajuritnya. Ketika pengepungan sedang berlangsung banyak penduduk kota
yang mati satu per satu karena kelaparan dan wabah penyakit. Yerusalem mengalami masa
kejatuhan yang ditandai dengan berakhirnya pemberontakan. Orang-orang Yahudi dibantai
dan ditangkap serta dijual sebagai budak. Orang-orang kristen menolak untuk mengangkat
senjata dan mereka lari ketika melihat Yerusalem dikepung oleh pasukan Romawi. Setelah
bangsa Yahudi dan Bait Allah hancur, orang-orang Kristen tidak dapat lagi bergantung pada
perlindungan terhadap Yudaisme yang pernah diberikan kekaisaran.7

C. Gereja Nestorian

Teologia gereja semakin berkembang, itu diharuskan karena gereja banyak mendapat
tantangan dari luar maupun dari dalam. Tantangan dari luar datang dari filsafat Yunani. Pada
zaman itu, ajaran filsafat sangat berkembang dengan pesat. Ajaran yang berkembang itu
adalah filsafat Stoa, Platonisme dan Neo-Platonisme. Abad ke-2 ini beberapa orang terpelajar
mulai menyusun apologia untuk menyampaikan dan juga membela ajaran iman Kristen.

6
John Drane, Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, hlm.315
7
A. Kenneth Curtis dkk.,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Hlm. 4
Tokoh yang paling terkenal dalam gerakan ini adalah Yustinus Martyr. Dia adalah teolog
pertama yang berusaha menguraikan iman kristen secara ilmiah. 8

Sekitar tahun 150 M, gereja juga dipaksa untuk membela ajaran yang benar dari
ajaran-ajaran sesat atau bidat-bidat didalam gereja. Ajaran yang paling terkenal mengancam
gereja yakni Gnostik. Gnostik berasal dari kata Yunani gnosis yaitu pengetahuan yang rohani
dan rahasia mengenai kelepasan, yang adalah kelepasan dari materi atau zat, sebab materi
dianggap adalah sumber segala dosa. Dalam ajaran ini Yesus Kristus adalah guru yang
mengajar tentang sumber dosa dan kelepasan dari materi, supaya manusia dapat memperoleh
keselamatan. Untuk menentang ancaman dari gnostik, gereja mengemukakan tiga hal yang
dapat menjamin ajaran yang benar dan tepat yaitu kanon Alkitab, pengakuan iman dan
pewarisan jabatan uskup.9

Kelanjutan gnostik abad ke-2 ini adalah kemudian lahirnya Montanisme. Montanisme
lahir karena adanya penantian mengenai kedatangan Tuhan yang kedua kali dimana pada saat
mulai memudar. Gerakan ini membangkitkan pengharapan yang lama eskatologis, karunia-
karunia roh dan hukum gerejawi yang sangat keras. Montanisme terus berlanjut walaupun
apa yang dinubuatkan oleh Montanus tidak terjadi. Kemudian dilanjutkan oleh Tertullianus
(155-220) yang menganut Montanisme, meneruskan ajaran Montanisme tentang penegakkan
disiplin gereja.

Di abad ke-2 ini juga lahir gerakan lain yang mengkritik gereja yaitu dari pihak
Marcion. Tokoh Marcion dalam ajarannya (Marcionisme) benar-benar mengancam gereja.
Dalam ajarannya Marcion juga dipengaruhi oleh gnostik yang nampak dari pembedaannya
atas perjanjian lama dan perjanjian baru, Allah Khalik dan Allah penyelamat. Marcion
menolak perjanjian lama dengan menyusun kanonnya.10

Sebelum tahun 313 M, gereja selalu mengalami hambatan-hambatan yang sewaktu-


waktu terjadi. Itu terjadi karena gaya hidup yang ditunjukkan orang kristen tidak seperti yang
mereka inginkan. Orang-orang kristen menolak untuk mempersembahkan kepada dewa-dewi
sehingga mereka dicurigai sebagai musuh negara.

Titik balik gereja terjadi diwaktu pemerintahan kaisar Konstantinus Agung yang
merebut kuasa di kekaisaran Romawi. Ada kisah dimana ketika Konstantinus hendak

8
Bendrio P. Sibarani, Gerakan-gerakan Pembaharuan Dalam Sejarah Gereja (Yogyakarta: Deepublish, 2013),
hlm. 5
9
C. De Jonge, Op. Cit. Hlm. 54-55
10
Bendrio P. Sibarani, Op. Cit. Hlm.8-9
memulai pertempuran untuk merebut takhta di Roma (312 M), ia melihat sinar terang yang
berbentuk salib dilangit yang disertai dengan perkataan : “Dengan tanda ini engkau akan
menang”. Setelah berhasil merebut takhta di Roma, maka pada tahun 313 M ia
mengumumkan bahwa gereja mendapat kebebasan penuh. Milik gereja yang telah dirampas
akan dikembalikan.11 Itu merupakan isi dari edik Milano yang dikeluarkan Konstantinus yang
disebut juga sebagai edikt toleransi.

Agama Kristen semakin mendapat posisi yang istimewa, keadaan ini menjadi hukum
negara pada tahun 380 M, Kaisar Theodosius mengeluarkan edikt yang menjadikan agama
Kristen sebagai agama negara dan mewajibkan seluruh semua warga negara Romawi. Karena
kebebasan itu kemudian muncul berbagai pertikaian mengenai Kristus yang diselesaikan
dalam konsili-konsili oikumenis.12

Pada abad ke-5 muncul perselisihan antara aliran teologi di Antiokhia dan Aleksandria
yaitu mengenai hubungan antara tabiat ilahi dan tabiat manusia didalam diri Kristus. Gereja
Antiokhia yang berakar pada lingkungan Yahudi, menekankan keesaan Allah dan
kemanusiaan Kristus, dengan menafsirkan Alkitab secara harfiah dan historis. Yesus
digambarkan sebagai manusia, tetapi Allah tinggal didalam-Nya. Tabiat ilahi dan tabiat
manusia Yesus dianggap terpisah. Gereja Aleksandria, dimana filsafat Yunani berpengaruh
besar, menekankan keilahian Kristus, dan menafsirkan Alkitab secara alegoris. Kristus
dipandang terutama sebagai “logos” (Firman), yang menjadi manusia. Penyatuan tabiat ilahi
dan tabiat manusia didalam pribadi Yesus lebih ditekankan.

Nestorius adalah seorang Siria yang terkemuka di gereja Antiokhia, diangkat menjadi
uskup Konstantinopel pada tahun 428 M. Perselisihan muncul karena ia mengecam
pemakaian istilah “theotokos” (Ibu atau Ibunda Allah) sebagai gelar Anak Dara Maria.
Nestorius mengusulkan agar Maria digelar “Kristotokos” (Ibu atau Ibunda Kristus), karena
seorang wanita tidak mungkin dapat membawa ilah itu dalam rahimnya selama sembilan
bulan. Cyrillus, uskup Aleksandria menuduh ajaran Nestorius sebagai ajaran sesat, dengan
mengatakan bahwa Nestorius telah mengingkari keilahian Kristus. Pada tahun 431 Nestorius
dipecat oleh konsili oikumenis di Efesus dan pada kemudian hari meninggal di Mesir.13

Keputusan konsili Chalcedon mengakibatkan perpecahan terjadi didalam gereja


Kristen yang berlaku hingga sekarang. Gereja-gereja Monofisit dan Gereja Nestorian
11
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana : Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta : Gunung Mulia, 2016), hlm.52
12
C. De Jonge, Op. Cit. Hlm. 56-58
13
Anne Ruck, Op. Cit. Hlm. 36-37
memisahkan diri dari gereja dalam kekaisaran Romawi. Pengikut-pengikut Nestorius maupun
Cyrillius mendirikan gereja-gereja baru. Kaum Nestorian melarikan diri ke Persia dan
mendirikan disana Gereja Nestorian. Kaum Monofisit mendirikan gereja-gereja yang kuat di
Mesir (Gereja Koptik) dan Siria (Gereja Yakobit).

Gereja Nestorian berkembang dengan baik sampai abad ke-13, tetapi kemudian
mengalami pukulan-pukulan yang hebat juga. Sekarang ini anggotanya tersisa kurang lebih
50.000 orang, yang sebagian besar tinggal di Irak Utara.14

D. Gereja Timur (Ortodoks Timur)


Pada abad ke-4 mulai kelihatan bahwa gereja bagian barat kekaisaran Romawi dan
gereja bagian timur kekaisaran Romawi memiliki corak yang berbeda. Hal ini kemudian yang
memicu terjadinya perpecahan yang masih berlangsung hingga sekarang. Bagian timur
meliputi Gereja Ortodoks Timur dan beberapa gereja lain. Di bagian barat berkembang gereja
Katolik Roma yang kemudian selanjutnya berkembang juga gereja-gereja reformasi.
Gereja Ortodoks Timur masih memelihara suasana gereja lama dalam hal tata gereja.
Ia masih berpegang pada sistem episkopal sebagai sistem pemerintahan gereja. Kepala gereja
adalah patriarkh Konstantinopel. Dalam hal teologia yang mereka anut ialah teologi Irenaeus,
Athanasius dan Cyrillus. Pokok teologi ini adalah bagaimana manusia bisa menjadi tidak fana
kelak. Sehingga tidak perlu heran bahwa tokoh Alkitab yang sangat digemari oleh Gereja
Timur adalah Yohanes.
Awalnya gereja Timur dan Barat masih merupakan gereja yang satu. Adanya corak
atau pandangan yang berbeda membuat munculnya ketegangan yang semakin kuat. Setelah
beberapa kali terpecah untuk sementara waktu (±500, ±800, 1054) maka sekitar tahun 1200
kesatuan tidak dapat lagi dipulihkan. Rusia dan Eropa Tenggara (Yunani, Serbia, Bulgaria,
Rumania) tetap setia pada Patriarkh Konstantinopel. Bagian-bagian Eropa yang lain
mengikuti Paus Roma. Di kemudian hari, Gereja Ortodoks Timur banyak menderita. Orang-
orang Turki menduduki Asia Kecil dan Eropa Tenggara. Setelah diduduki selama 500 tahun,
Eropa Tenggara menjadi merdeka kembali (kurang lebih 1850). Tetapi sebentar lagi wilayah
itu, bersama Rusia, dikuasai oleh pemerintah-pemerintah komunis yang menindas gereja.15
Perkembangan di Eropa Timur dan Asia Barat berbeda dengan yang dibarat.
Kekaisaran disana tidak hilang tapi tetap ada dengan Konstantinopel sebagai ibu kotanya.
Sejak abad ke-7, kekaisaran Romawi Timur dan juga gereja di Timur mengalami

14
Thomas Van Den End, Op. Cit. Hlm.72
15
Thomas Van Den End, Op. Cit. Hlm.76-77
penyerangan dari Islam. Wilayah kekaisaran diperkecil karena penyerbuan dan karena
kekristenan di Timur Tengah (Siria, Irak, Iran) serta Afrika Utara (kecuali Mesir dan Etiopia)
menjadi hilang atau menjadi kurang. Akhirnya kekaisaran Timur Romawi hanya berbatas
pada Eropa Tenggara (Yunani dan sekitarnya). Sebagai akibat keadaan politik dan perbedaan
kebudayaan serta pertikaian tentang ajaran, gereja di barat dan gereja di timur mulai ada jarak
satu sama lain yang kemudian membuat kedua gereja ini menjalani sejarahnya masing-
masing dan hubungan keduanya mulai berkurang.16

16
C. De Jonge, Op. Cit. Hlm.60

Anda mungkin juga menyukai