Anda di halaman 1dari 2

A.

IDENTITAS BUKU
Judul Buku : "Teologi Inkarnasi Sebagai Pola Misi Gereja"
Penulis : Pdt. Linda Patricia Ratag
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia
Tahun Terbit : 2021
Tebal Halaman : 57 halaman

B. URAIAN ISI BUKU


Bab 1, Bab ini berisi tentang pengantar ke dalam isi buku, dalam memahami misi secara
inkarnasi menjadi cara yang sangat integratif untuk dapat lebih mengerti akan panggilan definitif
gereja sebagai misionaris.

Bab 2, Bab ini berisi pengertian dari Teologi Inkarnasi yaitu secara harafiah berarti menjadi
daging atau menjadi manusia yang secara Alkitabiah Firman yang menjadi manusia. Selanjutnya
membahas tentang misi inkarnasi yaitu seluruh hidup dan pelayanan Yesus di dunia berpusat
pada pengutusan-Nya untuk manusia dan seluruh ciptaan-Nya. Filipi 2:6-11 dan Yohanes 1: 1-18
menjadi dasar Alkitabiah dari inkarnasi, bahwa inkarnasi adalah ekspresi elegan dari apa yang
dapat dilakukan oleh Allah yang tidak dapat dimengerti dalam keberadaan sebagai Tuhan, Ia
juga mengambil keberadaan makhluk atau manusia. Hospitalitas merupakan salah satu tuntutan
Yesus yang dilakukan gereja sebagai wujud lanjutan inkarnasi. Hospitalitas adalah praktik moral
mendasar yang mengintegrasikan rasa hormat dan perhatian untuk memperbaiki, melawan
stratifikasi sosial dari masyarakat yang lebih luas dengan memberikan sambutan yang sederhana
dan setara kepada setiap atau semua orang. Poin terakhir dalam bab ini membahas tentang Yesus
sebagai misionaris Allah.

Bab 3, Membahas tentang Misi Allah lewat Gerejanya. Berawal dari Abraham sebagai
penerima janji Tuhan sebagai “Bapa segala orang beriman”. Gereja kemudian menjadi
komunitas multinasional orang-orang yang dipilih dan dipanggil dalam Abraham untuk menjadi
umat Allah. Allah membentuk setiap umat (dalam PL: Bangsa Israel) yang kemudian melalui
Kristus menjadi komunitas multinasional. Allah membentuk setiap orang untuk perubahan diri
sendiri dan juga orang lain. ini adalah dorongan misi. Lewat kisah Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, kita memahami Gereja sebagai “Misional Church”. Selanjutnya Misiologi
memiliki dua kontrol utama yakni mandat budaya dan mandat penginjilan. Mandat Budaya
adalah pokok yang membahas tentang Penatalayanan, Hubungan, Menjaga dan memelihara
ciptaan. Selanjutnya Mandat penginjilan mencakup tentang Proklamasi, Demonstrasi,
Rekonsiliasi. Ada 5 Model berpikir secara misiologis yaitu : Fenomena yang artinya memahami
masalah apa yang terjadi. Konteks yang berarti mengerti variabel kontekstualnya. Kemudian
Wacana, artinya percakapan yang lebih luas, Selanjutnya Refleksi yaitu bagaimana kita
membawa berbagai unsur teologi dan yang terakhir Tanggapan atas apa yang terjadi dan
bagaimana gereja merespon. Hermeneutik misi bukan hanya berbicara tentang Alkitab tetapi
juga budaya dengan memperhatikan konteks tertentu. Hermeneutik Misiologi meruoakan
komunitas Misi Allah. Hermeneutik Misi adalah membaca dan menelaah Alkitab dalam
komunitas konteks tertentu Dalam Bab ini juga membahas Karakter Missional Church juga
Praktik-Praktik Misional Church, sifat dan ciri khas Misional Church yang dapat membantu
memperlengkapi gereja sebagai misi Allah. Dalam hal ini sangat penting untuk masik dan
menceritakan kembali cerita budaya dengan Injil.
Kemudian pada Bab 4 yang merupakan bab terakhir pada buku ini meringkaskan bagian
penutup dengan mengulas tentang Hospitalitas atau keramahtamahan. Keramahtamahan ini
dianggap menjadi pola misi yang paling tepat untuk dilakukan gereja, adapun maksud dari
keramahtamahan berarti memiliki kualitas sikap untuk memperlakukan sesama dengan baik.
Artinya dapat memperlakukan orang yang dianggap "asing" dengan baik, hal ini juga dapat
memberikan rasa nyaman dan aman bagi mereka. Dijelaskan juga bahwa gereja dapat berangkat
dari Matius 25:31-46 dalam konteks berbagi makanan dengan mengangkat pribadi Yesus sebagai
teladan dalam melaksanakan praktik misi yaitu dengan mengasihi sesama dan teguh percaya
akan kasih-Nya yang meringankan beban(khususnya bagi mereka yang termajinalkan atau
dipandang rendah dan hina). Kemudian Lukas 14:12-14 yang juga menjadi patokan yaitu tentang
kerendahan hati, dimana Yesus menyatakan bahwa harus ada kasih dan tidak pilih-pilih. Adapun
penulis menambahkan dalam bagian bab ini yaitu pesan bagi gereja sebagai bagian dari misi-Nya
bahkan bagian dari Tubuh Kristus untuk sangat perlu memikirkan, mempertimbangkan dan
merumuskan kembali program-program seperti aksi sosial ataupun tindakan-tindakan
kemanusiaan sebagai bentuk partisipasi dalam misi Allah. Seperti pada salah satu gereja di
Amerika yang memfungsikan gereja bahkan seluruh anggota jemaat turut terlibat untuk
membantu orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal untuk dapat menikmati waktu serta
hidangan bersama-sama. Sehingga pada paragraf terakhir tersimpulkan dengan hal-hal yang
kongkrit, gereja dapat memberitakan injil bahkan mereka dapat menikmati kasih Tuhan dan
berkat Tuhan yang sama.

C. PENUTUP
Dalam pelaksanaan panggilan tugas serta tanggung jawab, terkadang gereja tak menjawab
permasalahan sosial seperti pada mereka kalangan "miskin/terkucilkan" dan ini tentu menjadi
boomerang bagi gereja dalam memenuhi Injil-Nya. Memiliki yang namanya kepekaan terhadap
situasi sosia, berarti bukan saja melaksanakan peribadatan melainkan gereja dapat memberikan
rasa aman serta nyaman kepada umat-Nya.
Untuk itu bagi gereja, jangan mengabaikan kasih-Nya sebagai pribadi yang terlebih dahulu
memberi kasih sebagai bentuk perwujudan melaksanakan Tugas tanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai