Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Dasar Untuk Pelayanan 

Pastoral

Pelayanan pastoral adalah pelayanan yang berkata-kata tentang teori dan praktek
pelayanan. Juga tentang pelayanan yang dijalankan oleh gereja atau jemaat dalam arti umum dan
oleh pendeta secara khusus. Isi pelayanan pastoral pertama-tama berkata-kata tentang Allah dan
pemeliharaanNya akan manusia, lalu tentang manusia yang menerima atau mengalami
pemeliharaan Allah itu. Manusia seutuhnya adalah manusia dari tubuh dan jiwa. Pengertian-
pengertian dasar untuk pelayanan pastoral adalah:

Pemeliharaan jiwa (Latin: cura animarum / Ingg: cure of souls).


Menurut Alkitab PL bahwa manusia itu utuh dari tubuh dan jiwa atau tubuh yang berjiwa
(Kej.2:7). Manusia itu tidak mempuyai jiwa ilahi (nefesy), karena nefesy adalah kehidupan atau
makhluk yang hidup. Nefesy adalah pengertian yang melingkupi hakikat atau diri manusia
seluruhnya. Dalam PB, dipakai kata psyckhe sebagai kehidupan individual yang terbatas. Untuk
kehidupan dalam arti umum dan kehidupan yang kekal, PB menggunakan kata zoe, sedangkan
kata sarx mempunyai dua arti yaitu manusia yang duniawi dan makhluk yang berdosa. Jadi,
manusia itu adalah seluruhnya sebagai suatu kesatuan dalam tubuh, jiwa, dan roh. Menurut
teolog Eduard Thurneysen jiwa adalah rahasia eksistensi manusia sebagai pribadi dalam
panggilannya di hadapan Allah. Allah menciptakan manusia sebagai tubuh dan jiwa yang
merupakan suatu kesatuan. Allah menciptakan manusia oleh FirmanNya dan untuk FirmanNya
itu. Allah menghidupkan dan memanggilnya, Allah berkata-kata kepada dan dengan manusia itu.
Manusia mengaku bahwa ia diciptakan untuk mendengar Allah dan mengakui sebagai Allahnya.
Manusia berdiri di hadapan Allah dinyatakan oleh roh dan gambar Allah yang memungkinkan
manusia untuk masuk dalam relasi dengan Allah.

PENGERTIAN KONSELING

Untuk mengerti akan konseling pastoral terlebih dahulu haruslah mengerti tentang apa
itu konseling. Rogers (1992:34) Konseling sebagai proses yang mengusahakan keseimbangan
struktur kepribadian konseli, dengan menciptakan rasa aman dalam jalinan hubungan yang
bersifat yang bersifat manusiawi dengan konselor dengan mengusahakan dan dengan
mengusahakan penerimaan pengalaman masa lampau yang menyakitkan, kemudian
mengintegrasikannya ke dalam kepribadian yang telah berubah. Sedangkan H.B. dan A. C.
English mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan yang bersifat manusiawi yang terjadi
karena seseorang ingin dan berusaha membantu orang lain, agar orang itu mengerti dan dapat
menyelesaikan persoalan – persoalan yang berkaitan dengan adjustment (penyesuaian diri).
Dengan itu penulis menyimpulkan bahwa konseling adalah tindakan individu dalam membantu
individu lain, agar individu tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dan biasanya
dengan cara berbagi cerita dan konselor akan menarik kesimpulan apa yang harusnya dilakukan
konseli terhadap memecahkan masalahnya.
PENGERTIAN PASTORAL

Penggembalaan (Pastoral care, Zielzorg, Seelsorge, Pastoral Work) adalah tugas utama
pendeta berdasarkan keyakinan akan pilihan Allah sendiri (vocation interna, panggilan rohani)
dari Allah untuk menjadi gembala. Seorang gembala menjadi gembala hanya karena pemilihan
Allah. Gembala atau pendeta yang mau memperdulikan, mau melayani dan mengurus orang lain
melalui penggembalaan dan konseling pastoral bukanlah berarti dia ketinggalan zaman
ketimbang gembala yang hanya cari uang dan mengabaikan penggembalaan dan konseling
pastoral. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). Penggembalaan adalah pelayanan penggembalaan umum
yang mencakup kehadiran, mendengarkan, kehangatan dan dukungan praktis oleh gembala
(pendeta,pastoral) sebagai pendamping. Mereka bisa juga dibantu dalam tugas pendampingan ini
oleh para pelayan Kristen lainnya, termasuk warga jemaat yang sudah terlatih dalam bidang
pendampingan pastoral.

Sehingga Koseling Pastoral (Pastoral Counseling) adalah suatu lapangan khusus dari
penggembalaan, semacam spesialisasi, karena konseling pastoral hanya kepada orang-orang
yang berkesukaran emosi. Dalam konseling pastoral semakin dibutuhkan kemampuan
pengetahuan kejiwaan manusia, psikoterapi serta psikiatri secara lebih baik. Biasanya dalam
konseling orang yang berkesukaran emosi itulah yang datang, sedangkan dalam penggembalaaan
tidak selamanya orang yang berkesukaran emosi yang datang, tetapi gembala itu mengunjungi
dari kebanyakan merekaorang yang sehat namun juga orang sakit jasmani maupun rohani secara
umum. Konseling pastoral itu juga termasuk satu bagian khusus dalam penggembalaan (Pastoral
Care). Konseling pastoral juga merupakan suatu dimensi dari penggembalaan. Dalam konseling
pastoral ada upaya memanfaatkan bermacam-macam metode untuk menolong orang agar dapat
mengembangkan kemampuannya untuk menanggulangi masalah-masalahnya atau krisis-krisis
yang merekan hadapi. Dengan konseling tersebut konseli mengalami penyembuhan dari
kehancurannya. Konseling pastoral harus didasarkan atas pilihan iman yaitu bahwa ada Allah
pribadi yang berfikir merasakan dan memilih bertemu dengan manusia yang berpribadi,
merasakan dan dapat melakukan pilihan untuk dirinya.Imanlah yang menjadi dasar konseling
pastoral sehingga dalam pendekatan triolog (bukan dialog seperti pendekatan konseling sekuler
yang menekankan metodologi) dalam pertemuan konselor dengan konseli disadari bahwa Allah
sendiri hadir dalam rohNya memengaruhi konselor dan konseli. Kesadaran triolog yang
menekankan faktor kehadiran Allah menjadi alasan yang meyakinkan konseli bergerak kesuatu
arah agar manusia (konseli) mengenal dirinya dan permasalahannya. Ia mau bertanggung jawab
terhadap Allah, terhadap orang lain, dan terhadap diri dan masa depannya sendiri dalam terang
kebenaran Allah dan firman-Nya. Jadi, konseling pastoral adalah suatu fungsi yang bersifat
memperbaiki yang dibutuhkan seseorang yang sedang mengalami krisis yang merintangi
pertumbuhannya.
CONTOH MATERI KONSELING PASTORAL TERHADAP KASUS

“KONSELING PASTORAL KEPADA ANAK BROKEN HOME”

Pendahuluan

Unit yang pertama ditemukan oleh anak untuk mendapatkan sepenuhnya kasih sayang,
perhatian, cinta, dan pendidikan adalah keluarga.1 Semua ini diajarkan, dirasakan, dan dibiasakan
oleh orang tuanya. Karena itu, pertumbuhan buah hati dipengaruhi oleh pola asuh dan pembinaan
yang diterapkan dengan konsisten dalam keluarga (Hulukati, 2015). Fakta ini mengafirmasi
bagwa cara dan laku hidup orang tua dalam keluarga memberikan pengaruh yang amat besar
dalam proses perkembangan anak, baik dalam pertumbuhan fisik, karakter dan kerohaniannya. 2
Luddin menegaskan bahwa dalam keluarga inilah anak dengan bebas mengekspresikan dirinya
dan belajar menjadi pribadi yang memiliki kepekaan sosial yang baik. Unit kecil keluarga ini
memberikan bentukan persepsi anak dalam memandang diri (citra diri) dan orang-orang yang
ada di lingkungan dirinya berada kelak saat bermain dan bersekolah. Karena itu, dapat
disimpulkan bahwa keluarga merupakan fondasi dari interaksi sosial yang terdiri dari suami istri
dan anak anak.3

Beavers menyatakan bahwa definisi yang mesti dilekatkan bagi keluarga adalah
kemampuan untuk memberikan makna hidup bagi seluruh anggota keluarga dalam menjalani
kehidupan sosialmasyarakat.4 Dalam artian yang lebih luas, broken home dapat dipahami sebagai
kondisi tidak adanya kasih sayang dan kepedulian antar sesama keluarga.5 Jika ditelisik lebih
dalam, anak akan menjadi korban utama dari keluarga yang broken home. Tidak jarang kita
menemui anak remaja stress dan frustasi sebagai akibat dari keluarga yang broken home.6

Bagi sebuah keluarga yang menghadapi peristiwa tersebut adalah cobaan yang terberat.
Anak memberontak karena hatinya terluka akibat diremehkan, dia marah karena hatinya
tersinggung, sering menangis karena hatinya sedih. Menurut Dj Trauma masalah yang berulang-
ulang, dan selalu membuat pribadi kembali pada situasi Trauma, jika hal tersebut mencoba
melumpuhkan pikiran, maka dari itu tetaplah berjalan, tenang dan responilah tantangan-
tantangan anda dengan kekuatan yang datang dari kasih Tuhan. Setiap pribadi yang selamat

1
Novalis, D., Sumarno, Y., & Paruntung, J. P. (2019). Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Dalam
Upaya Meningkatkan Minat Belajar Pak. Edukasi: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 10(1), 27–39.
2
Johni Hardori. (2008). Pola Asuh Orangtua Dalam Memperkenalkan Yesus Kristus Kepada Anak Batita.
Edukasi: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 65–85
3
R Rustina. (2014). Keluarga dalam Kajian Sosiologi. Musawa, 6(2), 287–322
4
Scholevar, G. P., & Schwoeri, L. D. (2003). Textbook of Family and Couples Therapy. American Psychiatric
Publishin.
5
Lie, F., Ardini, P. P., Utoyo, S., & Juniarti, Y. (2019). Tumbuh Kembang Anak Broken Home. Jurnal UPMK, 2(3),
114–123.
6
Willis, S. S. (2012). Remaja dan Permasalahannya. Alfabeta.
dalam zona Broken Home merupakan pribadi yang kuat dan dapat dipulihkan.3
Dalam Alkitab, Mazmur 27 : 10 “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, Namun
TUHAN menyambut aku”. Ayat ini mengggambarkan seorang Daud yang memiliki Bapa
Jasmani yang kurang memperhatikan dan mengasihi dia, Namun Daud mengerti bahwa ada
Bapa diatas segala Bapa. Daud membangun relasi serta hubungan dengan Bapa, ia diangkat
Tuhan menjadi pribadi yang luar biasa diatas generasi setaranya. Tanda orang yang memiliki roh
keputraan yaitu memiliki ketundukan terhadap sebuah otoritas. Seorang yang tidak hanya tunduk
dan taat, namun ia mempunyai tanggung jawab yang kuat. Daud memulai pelayanan sebagai raja
atas Israel yang dimulai dari hal yang terkecil, Tuhan mempercayakan perkara-perkara besar
karena kesanggupannya melewati setiap permasalahan.4 Prespektif kristen yang dominan
mengenai perceraian adalah seorang yang tidak memberikan kepercayaan penuh kepada
pasangannya. Kesulitan-kesulitan dalam pernikahan adalah proses pengujian untuk
mempertahankan sebuah pernikahan. Kesetiaan dan kerja sama antar suami dan isteri
mencerminkan pendidikan kepada seorang anak yang telah hadir dalam pernikahan.5

Faktor-faktor Penyebab Broken Home


Adapun faktor-faktor yang menyebabkan broken home adalah :

1. Terjadinya perceraian
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
3. Jauh dari Tuhan
4. Adanya masalah ekonomi

Tujuan dan Manfaat Konseling


Membuat anak memahami bahwa Tuhan mampu mengubah luka perasaan setiap pribadi
menjadi berkat rohani dan menjadikan pribadi lebih berhikmat, bijak, mencintai diri kita maupun
orang lain. Serta memberikan kesadaran kepada setiap keluarga agar membangun sebuah
kerhamonisan cinta dalam sebuah pernikahan dengan mengambil teladan dari DAUD dalam
kesetiaannya kepada Tuhan. Manfaat dari konseling ini, yaitu bagaimana seorang anak terlepas
dari rasa frustasi, depresi yang dialami atas perbuatan kedua orang tuanya. Perasaan tersebut
tidak dapat dilalui sendiri, oleh sebab itu konselor membantu mengubah pola fikir setiap anak
dari kisah seorang Daud yang tetap setia dan taat, ia diuji dari hal kecil sampai dengan perkara-
perkara besar namun ia tetap mengandalkan Tuhan dalam ketidakbedayaannya.
Berikut dampak dari konseling pastoral bagi anak yang broken home.

1. Merasa diri berharga


Ketika gereja melakukan fungsi pendampingan pastoral, maka peneliti menemukan hal
yang positif dari remaja korban broken home. Mereka merasa berharga, dalam hal ini mereka
sudah mulai menerima keberadaanya.

2. Percaya diri
Rasa percaya diri mulai muncul dari diri remaja korban broken home. sebelum mereka
belum mendapat pendampingan pastoral ada perasaan kurang percaya diri dan cenderung
minder, berkat pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh gereja mereka sudah
bersosialisasi dan tidak menutup diri.

3. Melibatkan diri kepada pelayanan


Sebagian dari remaja korban broken home, menunjukkan perkembangan positif, tidak
hanya mereka sudah mulai berinteraksi dengan dunia luar, atau terbangun percaya dirinya, ada
yang sudah mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan. Dalam hal ini remaja korban broken
home, sudah bisa menerima keberadaannya dan sudah mengerti akan masa depannya dan untuk
apa dia hidup. Memiliki keinginan untuk berhasil Pendampingan pastoral yang intens dari gereja
membuat remaja korban broken home, memiliki kerinduan untuk meraih prestasi dan
keberhasilan layaknya remaja normal.

Berikut ini beberapa model pendampingan pastoral yang peneliti tawarkan untuk dapat
digunakan secara umum:

Internalisasi Kebenaran Alkitab melalui Pembinaan Iman

Sebagai gereja, dasar penyadaran adalah Firman Tuhan. Dengan dasar Firman Tuhan ini,
mereka yang mengalami broken home melandaskan citra dan konsep dirinya sesuai dengan
Alkitab. Karena itu, gereja perlu melaksanakan kelas-kelas pemuridan. Tujuan dari kelas ini
supaya mereka yang mengalami broken home memahami gambar diri mereka di dalam Tuhan.

Layanan secara tidak langsung melalui bimbingan kelompok

Aspek sosial yang bermasalah mesti diselesaikan dengan kehidupan sosial yang sehat dan
mendukung. Karena itu, gereja mengarahkan untuk membangun kelompok yang usianya sebaya
dengan mereka untuk dapat saling membangun. Setidaknya dengan kelompok dapat saling
terbuka satu dengan yang lain terkait dengan permasalahan yang mereka alami. Tampak jelas
kelompok atau komunitas gereja di dalamnya mereka saling memotivasi dan saling berkompetisi
dengan fair untuk sebuah keberhasilan.
Terapi keluarga

Peran keluarga sangatlah penting bagi pemulihan konsep diri remaja korban broken
home, terapi yang dapat dilakukan keluarga adalah memotivasi dengan mencontohkan tokoh
tokoh Alkitab, yang walau dibesarkan dalam keluarga tidak lengkap Ayah atau ibu tetapi
anaknya bisa berhasil dalam hidupnya.

Contoh Studi Kasus

 PENDAHULUAN

(Nama-nama di verbatim ini telah disamarkan)

1. Identitas konseli
Nama : Carla
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah (anak ketiga di antara 4 bersaudara)

2. Deskripsi

Saat ini Carla sudah tidak bersekolah lagi. Carla merupakan teman dari konselor. Konselor
pernah bersekolah satu SMP dengan Carla. Ia adalah adik kelas dari konselor. Dari SD Carla
terkenal sebagai anak yang nakal. Walaupun seorang perempuan namun Carla sering berkelahi di
sekolah, bolos, bahkan saat SMP Carla sering dihukum karena kedapatan merokok bersama
dengan teman-teman laki-lakinya. Carla jarang berada di rumah dan sering terlihat keluar
bersama teman-temannya dan tak jarang pulang larut malam bahkan pagi hari dalam keadaan
mabuk. Rumah Carla berada tidak jauh dari rumah konselor. Teman-teman yang sering datang
ke rumah Carla seringkali mabuk bersamanya dirumah. Carla juga jarang mengikuti kegiatan-
kegiatan gereja atau pemuda di jemaat

Ayah Carla adalah pemabuk, ia juga sudah tidak bekerja lagi. Ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga seperti ibu rumah tangga yang lain. Namun ibu dari Carla ini sering kali terdengar
melakukan perselingkuhan. Kakak tertua Carla sudah menikah dan memiliki dua orang anak.
Namun, tidak berapa lama setelah anak keduanya lahir, dia ketahuan berselingkuh dan tidak
berselang lama bercerai dengan isterinya. Kakak kedua Carla adalah seorang lelaki penyuka
sesama jenis, bahkan sudah pernah membawa pacar lelakinya ke rumah. Carla juga punya
seorang adik perempuan yang masih duduk di kelas 2 SMP.

Konselor mencari kesempatan untuk bisa berkunjung dan melaksanakan percakapan dengan
Carla. Saat konselor melihat Carla sedang duduk sendirian di depan rumah, maka konselor pun
menghampirinya. Sudah lama memang Carla ingin bertemu dengan konselor untuk menceritakan
semua masalahnya. Carla pernah menghubungi konselor lewat messenger di aplikasi facebook
untuk bertemu dan berbincang-bincang seperti teman pada umumnya.

 OBSERVASI PENGAMATAN

Pada waktu konselor berkunjung ke rumah Carla, waktu menunjukkan pukul 1 (satu) siang.
Waktu itu Carla sedang duduk di depan rumah sendirian, sehingga konselor datang
menghampirinya. Keadaan teras rumah berantakan, penuh dengan puntung rokok, dan botol-
botol minuman. Letak rumah Carla berada sedikit jauh dari jalan raya, jadi tidak terdengar kalau
ada motor atau mobil yang lewat, sehingga tidak berisik dan mengganggu jalannya
perbincangan. Carla terlihat senang karena konselor datang. Dengan demikian akan menambah
lancarnya perbincangan ini.

 ANALISIS

1. Analisis Psikologis

Dari percakapan yang telah dilakukan, konseli memiliki beban pikiran tentang keluarga dan
dirinya yang berdosa. Terlihat kadang menyalahkan dirinya sendiri, dan terlihat frustasi.
Kesedihan bahkan kekecewaan dari konseli sangat jelas terlihat dalam percakapan. Walaupun
pada akhirnya, setelah konselor mengadakan konseling, ada perubahan dimana terlihat keinginan
untuk berharap pada Tuhan, dan kembali pada Tuhan.

2. Analisis Ekonomi

Dalam bidang ekonomi kehidupan dari keluarga ini kurang baik. Karena ayahnya seorang
pemabuk yang tidak punya pekerjaan. Ibunya sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Kakak yang
tertua hanya cukup membiayai kehidupan keluarganya sendiri. Kakaknya yang kedua memang
bisa dikatakan berkecukupan. Namun karena kakaknya jarang pulang ke rumah, hanya sesekali
dia memberikan uang kepada adiknya. Adiknya yang paling bungsu, dibiayai oleh ibunya. Jadi,
adiknya ikut tinggal bersama ibunya. Penghasilan mereka pun juga tergantung pada uang yang
diberikan oleh Carla.

3. Analisis Sosial

Dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya, dia tidak terlalu bergaul. Karena, kehidupan
keluarganya yang seperti itu, sehingga dia malu untuk berteman dengan orang di sekitar. Banyak
tetangga yang sering menggosipkan tentang keluarganya, yang membuat Carla merasa lebih
tidak nyaman dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Karena rumah dari Carla ini,
merupakan tempat berkumpulnya orang-orang pemabuk, sehingga mereka sering mengganggu
kehidupan masyarakat disekitarnya. Hampir setiap malam, terdengar bunyi ribut dari rumahnya
karena memutar lagu dengan sangat kencang menggunakan speaker besar. Itu sangat
mengganggu masyarakat di sekitar. Masyarakat di sekitarnya juga sudah mengetahui tentang
keluarga yang sudah menjadi keluarga broken home ini. Carla hanya bergaul dengan teman-
temannya yang berada di luar. Jarang sekali terlihat Carla berteman dengan orang yang
sekampung dengannya.

4. Analisis Spiritual

Carla adalah seorang Kristen. Namun Carla jarang terlihat dalam persekutuan di gereja. Dia juga
tidak aktif dalam organisasi pemuda bahkan kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Setelah
percakapan dengan konselor dia berkerinduan untuk berubah dan bertobat.

5. Analisis Teologis

Dari percakapan yang dilakukan, konselor melihat bahwa ada harapan yang ditunjukkan oleh
Carla bahwa dia ingin berubah. Namun, ada juga keputusasaan bahkan rasa berdosa yang besar
dalam pikirannya. Konseli menganggap hidupnya saat ini sudah hancur, tidak ada masa depan.
Hidup yang dialaminya sangat berat, dimana ia juga menjadi tulang punggung keluarga, mencari
uang untuk hidup. Namun karena ada harapan yang bisa ditunjukkan dalam percakapan ini, maka
konseli berfikir bahwa hidupnya masih bisa diperbaiki untuk menjadi lebih baik dari sekarang
ini. Dia percaya bahwa hidupnya pasti diatur oleh Tuhan.

Latar belakang mereka sebagai anak broken home membuat mereka merasa tidak berarti.
Mereka tidak mendapatkan pendidikan yang baik, tidak punya komunitas yang baik dan juga
tidak mendapat kesempatan untuk menggali potensi dan kemampuannya dengan cara yang benar.
Firman Tuhan memang menyampaikan tentang hal-hal yang baik. Tapi kadang kala si iblis
memakai latar belakangmu untuk mengintimidasi dan membuatmu merasa tak berharga. Ingatlah
dengan kisah Rut. Lihat bagaimana dia harus melewati penderitaan dalam hidupnya sampai
akhirnya tiba pada tujuan Tuhan. Rut, yang adalah wanita dari keluarga yang tidak mengenal
Tuhan, akhirnya diterima oleh seorang Boas yang saleh dan menjadikannya istri, yang kita kenal
adalah nenek moyang Yesus.

Dari kisah Rut, kita bisa melihat ada anugerah yang terselip di tengah ketidaklayakan.
tidak perlu menyangkali semua penderitaan atau keburukan yang kamu alami. Atau larut dalam
semua penderitaan itu yang membuatmu diri merasa tidak layak dan tidak berharga. Akui semua
rasa sakit itu dan membuka diri untuk dipulihkan oleh Yesus. Letakkanlah semua beban dan rasa
sakit itu di bawah kaki Tuhan karena Yesus sudah menyelesaikannya bagimu (Yohanes 19: 30).

Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa Kasih Tuhan tidak seperti kasih
manusia (Roma 8: 38-39). Tuhan menyediakan kasih yang sejati bagi konseli. Tuhan membalut
semua luka dan mengganti dengan kasih-Nya yang sejati. Sekalipun orangtua konseli
membekaskan pengalaman-pengalaman buruk dalam hidupnya, Yesus tetap menawarkan, yaitu
kasih, sukacita, damai dan kebaikan.
Dalam 2 Korintus 5 :17 menggambarkan kalau kita semua adalah ciptaan baru, tidak
peduli masa lalu yang seperti apa. Hingga konseli merasa bahwa dirinya dicintai dan berharga.
Sebab akan ada harapan baru dan perubahan hidup dari konseli. Penderitaan ringan dan sebentar
seperti dalam 2 Korintus 4: 17 yang dialami konseli memiliki tujuan untuk membentuk konseli
utuh di hadapan Allah.

 EVALUASI MENYELURUH

Memang konselor kurang fasih lidah, tetapi bagi konselor, percakapan yang telah
dilakukan cukup berhasil, karena dalam percakapan itu, Carla mengerti bahwa Tuhan akan selalu
ada untuknya apapun keadaannya bahkan Carla menyadari bahwa mengkonsumsi minuman
keras atau hal-hal buruk lain yang dilakukannya bukanlah pilihan yang baik untuk mengatasi
masalahnya. Menempatkan Tuhan dalam segala hal merupakan poin yang paling utama.
Walaupun ini merupakan kunjungan pastoral yang pertama, konselor juga dapat melihat bahwa
Carla yang keluarganya adalah broken home, namun dia tetap tidak meninggalkan keluarganya,
bahkan mau membantu untuk kehidupan keluarganya. Dan dengan adanya percakapan ini,
akhirnya Carla mendapatkan harapan, bahkan keinginan untuk bertobat, kembali pada jalan
Tuhan. Konselor akan kembali untuk melakukan konseling lagi.

Anda mungkin juga menyukai