DOSEN :
ADOLFINA OUALENG
1
BAB I
PASTORAL
Arti Pastoral
B
anyak orang Kristen mungkin sudah mengenal apa itu pastoral, namun
ada juga yang belum memahaminya. Hal yang perlu diketahui adalah
individu untuk membutuhkan orang lain dan tidak hidup dalam kesendirian dan
meratapi masalahnya. Pastoral dibutuhkan oleh anak cucu kita, mungkin generasi
di atas tidak bisa diubah, namun generasi di bawah bisa diubah. Generasi di
bawah butuhkan konselor, psikolog, psikiater. Apa yang dilakukan oleh seorang
gembala terhadap orang yang memiliki problema dalam gereja? Untuk menjawab
Mengawali pemahaman kita terhadap pastoral, maka dibawah ini dijabarkan arti
dari pastoral.
menyebut bidang ini pelayanan perawatan jiwa (The ministry of the cure of
2
souls) ialah sebagai tindakan pertolongan yang dilakukan oleh orang kristiani yang
representative, dan mengarah kepada penyembuhan, menopang, membimbing, dan
mendamaikan orang yang merasa terganggu, karena bermasalah dalam konteks
Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam
orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan mengajar untuk mengakui
yang di dalamnya seorang pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh
percakapan atau khotbahnya atas kepribadian orang yang ada pada saat itu
dihubunginya.
satu persatu; yang sedang bergumul tentang Firman Tuhan dan iman.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa
pelayanan firman serta mencari dan menemukan mereka yang tersesat agar
1
Thurneysen, dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004), 1
2
J.W.Herft, dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004), 1
3
Sejarah Teologi Pastoral
Dua pengaruh utama yang telah membawa dampak untuk teologi pastoral
seorang kawan dari karl Barth. Ia adalah seorang teolog yang sangat terbuka dan
dia beusaha membuka mata kaum teologis terhadap pelayanan pastoral. Mula-
mula pelayanan pastoral dianggapnya sebagai percakapan satu arah (dari pendeta
teologi Belanda adalah pada psikologi agama. Ini menarik karena tampaknya
mereka tetap menyadari tugas mereka dalam bidang rohani atau kejiwaan
sehingga psikologi yang paling menarik perhatian adalah psikologi agama. Para
4
teolog pastoral di Belanda yang tertarik sekali dengan psikoterapi cenderung
dengan tekanan pada dosa dan bagaimana menyembuhkannya (dua sampai 3 abad
yang lalu). Kemudian berpindah fokus ke petualangan jiwa dari „keadaan hina‟,
hierarki dari makhluk yang paling hina sampai Allah sebagai makhluk yang paling
argumentasi.
Setelah perang saudara yang dimulai antara utara dan selatan karena
masalah perbudakan orang-orang Amerika yang berasal dari Afrika, maka fungsi
Antara perang dunia pertama dan kedua, tujuan populer dari pelayanan pastoral
5
dengan lingkungan Allah dan diri sendiri. Pada waktu yang sama, pendidikan
pastoral klinis dikembangkan dengan Anton Boisen, Richard Cabot dan Russell
Dick sebagai pelopornya. Boisen adalah seorang Teolog yang dirawat di rumah
sakit jiwa. Di rumah sakit ia menjadi sadar akan pentingnya pendidikan pastoral
baru yang praktis. Istilah „the living Human Document‟ (naskah manusia hidup)
Setelah perang dunia kedua, minat pada psikologi yang menekankan potensi
psikologi klinis dengan perhatian utama pada pendekatan non directif dan
Tujuan Pastoral
Kedua, agar jemaat dapat bertangung jawab secara sehat di hadapan Allah
6
Dasar Alkitabiah
Allah adalah gembala (Yehezkiel 34)3 Kristus sebagai gembala yang baik
mencari yang hilang, menghibur yang susah dan menolong yang membutuhkan
pertolongan.
Teologi pastoral adalah teologi yang merefleksi atas tradisi teologi yang
(Gintings: 26).
Contoh-Kasus Pastoral
kitab Ayub
3 konselor yang tidak berhasil namun Elihu (ayub 32) bia menjadi konselor yang
33:12
3
Tulus Tu’u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), 10
7
¤ Elihu mengajar, Ayub 33:33
Garry R. Colins mencatat beberapa hal yang dilakukan Tuhan Yesus antara lain:
Lukas 24:25,26
8
Komentar-komentar supportive dapat digunakan konselor untuk menghibur
terjadi
dilakukan.
diambil konseli.
Keenam, seorang pelayan yang rendah hati dan jujur dalam melaksanakan
hamba uang dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama terutama mampu
9
menjalin hubungan yang baik dan tahu bersosialisasi dengan jemaat maupun
1. Fungsi penyembuhan, menolong konseli supaya dapat mengatasi persoalan psikologis dan
spiritual cukup berat.
2. Fungsi peneguhan, memberikan dukungan pada konseli yang menghadapi permasalahan
dan kemungkinan menjadi kehilangan pengharapan juga.
3. Fungsi bimbingan, memberikan bimbingan moral dan pengarahan spiritual supaya tetap
memiliki tujuan hidup.
4. Fungsi rekonsiliasi, memberikan bimbingan sehingga konseli dapat menyelesaikan masalah
intrapersonal maupun interpersonal dalam hubungannya dengan sesama maupun anggota
keluarga.
dombanya. Apabila gembala lalai dalam melayani jemaat, maka ada domba-domba
yang akan menderita sakit, oleh karena tidak ada pertolongan yang didapatkan.
Rajin beribadah, terlihat alim atau sangat rohaniawan, tidak menjamin, bahwa
orang-orang tersebut tidak memiliki masalah yang pada prinsipnya mereka juga
ditugaskan).
10
Dengan demikian, maka pendekatan dalam konseling pastoral dilakukan melalui 3
jalur yaitu:
1) Jalur preventif (mencegah)/Percakapan Pastoral
a) Percakapan pastoral
dengan seorang konseli untuk mencegah hal-hal yang kurang baik dalam
kehidupan para konseli. Hal ini dilakukan bukan untuk problem solving, tetapi
c) Baptis/sidi
11
j) Pelawatan anggota jemaat di penjara
a) Konseling preventif
b) Konseling edukatif
c) Konseling spiritual
d) Konseling konfrontatif
e) Konseling individu
f) Konseling kelompok
Latihan
12
BAB II
KONSELING
Pengertian Konseling
konseling itu sendiri. “Secara etimologi, kata konseling berasal dari kata benda
counsel, yang diangkat dari kata Latin consilium, dari kata dasar consilere yang
berarti to consult, yaitu mencari pandangan atau nasihat orang lain, yang
hidupnya.
Kedua, “Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu
konselor yang berusaha untuk menolong atau membimbing dan konsele yang
menyadari dirinya, yaitu apa yang sedang terjadi dalam dirinya, dan penyebab ia
13
merasa, berpikir dan bertingkah laku sedemikian untuk realita hidup yang
dihadapi.”
konseling adalah proses percakapan konselor (penolong) dan klien (orang yang
konseling akan sangat membantu klien menemukan solusi dan mampu mengatasi
masalah yang dihadapi dan bisa menjalani kehidupan tanpa tertekan dengan
salah satu dari sekian teknik yang ada. Masyarakat sangat membutuhkan
konselor karena banyak manusia yang semakin sakit karena masalah yang
kompleks.
14
h. Pertumbuhan iman
PERSAYARATAN KONSELOR:
KARAKTERISTIK PERSONAL
o Berpikir jernih
o Tenang Bertanggungjawab
o Tidak menghakimi
o Flexible
o Sense of humor
o Kejujuran
15
o Percaya diri
o Keterbukaan
Tujuan Konseling
karena jika tidak, maka pembicaraan akan meluas dan tanpa ada batasan yang
jelas. Tujuan membuat seseorang bisa berjalan dalam fokus untuk mencapainya.
mau dipulihkan. Klien yang merasa putus asa dan tidak mampu mengatasi
masalahnya tidak akan mampu atau takut untuk mengambil keputusan oleh karena
yang bijaksana.”
16
Jadi tujuan konseling adalah upaya menolong klien mengubah pola
Manfaat Konseling
Banyak orang yang tidak suka dengan konseling karena tidak mengetahui
klien juga tahu bagaimana menjalani kehidupan dengan serangkaian masalah dan
individu Menolak
17
ETIKA KONSELING
konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor.
1) Tanggung jawab
2) Kompetensi
4) Kerahasiaan
6) Transference
7) Counter Transference
Kons. : sambutan, posisi, cara dan sikap duduk, tatapan, expresi muka.
Klien : Penampilan, sikap masuk dan duduk, gerakan tubuh, ekspresi wajah, sorot
VERBAL SKILL
18
Meninggalkan cara & pola bicara yang terbata-bata, berputar-putar, mengulang-
menghakimi.
Hindari, bila tidak maka akan terkesan menginterupsi jadi klien kurang
Bertanya tidak selalu diperlukan ( Merasa tidak mampu bila tidak bertanya
Tujuan:
Tipe Question:
1) Closed question
2) Open question
19
Latihan:
LISTENING SKILL
Listening tidak sama dengan hearing (menerima suara/kata dari lawan bicara
dengan penuh perhatian meliputi hal yang diucapkan (verbal) dan yang nampak
Kegunaan
20
Proses listening:
Latihan:
Klien: “Saya selalu mendapatkan perlakuan buruk hingga kini jadi sulit
Kons : “Bisakah anda menjelaskan perlakuan buruk seperti apa yang anda
alami?”
kata atau pikiran utama klien dan menekankan apa yang penting bagi
klien/bukan membeo.
Latihan:
Klien: “Saya sudah tidak bertahan lama di tempat kerja ini, suasananya
tidak kondusif jadi saya sudah tidak sanggup berada di sini lagi..”
21
EMPATI
Pengertian
Empaty
Empati tidak sama dengan simpati. Empati berasal dari Empathein yang sudah
dipergunakan oleh Lipps dan Wunt sebagai proses psikologis yang artinya ikut
perasaan orang lain, dimana ia mampu menempatkan dirinya pada posisi klien,
merasakan perasaannya, melihat dari perspektif atau cara pandang klien, dan
Menempatkan diri dalam posisi mengerti klien karena empaty hanya dapat
dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai sikap sensitivity and caring ( To
care for another person, we must able to understand). Hal ini dapat
sehingga mampu menangkap esensi yang terkandung dari sikap yang ditunjukkan
kepada klien dengan verbal skill dan non verbal skill. Empaty sangat dibutuhkan
22
Peduli, tulus dan mampu mengosongkan diri.
Kepekaan, Konsentrasi/focus
Nasihat
Simpati
Membeo
Kegunaan empati:
dihargai/dimengerti.
Latihan Empati:
Pahami pernyataan klien dari berita verbal maupun non verbal kemudian
rangkaikan menjadi berita inti sampai klien yakin bahwa itulah yang dirasakan,
Contoh Empaty:
23
“Menghadapi situasi seperti itu memang tidak mudah ya… hidup dalam situasi
yang tidak kondusif ada saja konflik yang mau tidak mau hadir dalam hidup
kita....”
Mudah-mudahan bapak….
Contoh Empati :
Sayapun Dulu Seperti Itu
“Empati itu lebih dari sekedar simpati karena orang yang berempati pernah
mengalami hal yang sama sebelumnya” (Liem Hwa Yong)
24
FOCUSING SKILL
(faktor bawaan) dan fenomena masalah (reaksi luar klien : pikiran, emosi,
perilaku).
Latihan;
“Saya bekerja sendiri, mertua tidak peduli, suami juga tidak peduli padahal
KONFRONTASI
Latihan :
“Saya tidak terlalu peduli dengan kondisi ayah saya (tersenyum namun bukan
Anda mengatakan tidak peduli, tapi kelihatannya ada kepedihan dalam hati..
25
Probing
Contoh;
Understanding
Contoh:
Interpretation
Contoh:
26
Mendiagnosa
Evaluation
Contoh:
Langkah yang bapak ambil cukup baik. Apakah ada langkah-langkah lain yang
diambil?
Penyelesaian (Terminating).
Follow up.”
27
BAB III
memiliki kompetensi:
Memahami model-model konseling dan psikoterapi kontemporer
adalah agar:
Mahasiswa dapat menjelaskan model-model konseling dan psikoterapi
kontemporer
Kekurangan
28
TERAPI PSIKOANALITIK
Figur utama; freud, figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney,
Filsafat-Filsafat Dasar
pengalaman dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah sentral dalam
yang direpresi.
Konsep-Konsep Utama
tak sadar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.
Tujuan-Tujuan Terapi
Membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari
29
Hubungan terapeutik
Teknik-teknik terapi
Filsafat-Filsafat Dasar
untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan
dan tanggungjawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang
unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam
mengaktualkan diri.
30
Konsep-Konsep Utama
sekarang dan pada menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke
Tujuan-Tujuan Terapi
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan
pertumbuhan
sendiri
Hubungan terapeutik
dunia klien serta menciptakan suatu pertemuan yang personal dan otentik dengan
Teknik-teknik terapi
31
TERAPI CLIENT CENTERED
Filsafat-Filsafat Dasar
Konsep-Konsep Utama
ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang pada mengalami dan
mengekspresikan perasaan-perasaan.
32
Tujuan-Tujuan Terapi
Menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien
Hubungan terapeutik
sikap tersebut kepada klien, ditekankan, klien menggunakan hubungan yang nyata
Teknik-teknik terapi
perasaan. Menjelaskan dan „hadir‟ bagi klien. Pendekatan ini tidak memasukkan
TERAPI GESTALT
menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi
33
Filsafat-Filsafat Dasar
Konsep-Konsep Utama
Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami di sini dan sekarang untuk
sekarang.
Tujuan-Tujuan Terapi
Membantu klien untuk memperoleh kesadaran atas pengalaman dari saat ke
saatnya
Hubungan terapeutik
Terapis tidak membuat penafsiran bagi klien, tetapi membantu klien dalam
diharapkan mengenali dan menangani urusan yang tak selesai yang menghambat
34
Teknik-teknik terapi
menghidupkan kembali serta mengalami ulang urusan yang tak selesai berupa
dendam dan rasa bersalah. Penanganan mimpi sangat berguna. Diagnosis dan
ANALISIS TRANSAKSIONAL
arah-arah aspek kognitif dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-
kelayakan sekarang.
Filsafat-Filsafat Dasar
ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun orang bisa menjadi korban dari
Konsep-Konsep Utama
orang dewasa dan ego anak. klien diajari untuk menyadari ego mana yang
35
putusan-putusan dini, skenario kehidupan dan internalisasi perintah-perintah
Tujuan-Tujuan Terapi
Membantu klien agar bebas dari skenario, bebas dari permainan, menjadi pribadi
Hubungan terapeutik
perubahan spesifik yang diinginkan, apabila kontrak selesai, maka terapi diakhiri.
Teknik-teknik terapi
dari AT.
proses penyempurnaan.
36
Filsafat-Filsafat Dasar
Konsep-Konsep Utama
belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui melalui perkuatan dan
Tujuan-Tujuan Terapi
Menghapus pola-pola tingkahlaku seain yang maladaptif dan membantu klien
Mengubah tingkahlaku
Hubungan terapeutik
Terapis aktif dan direktif, dan berfungsi sebagai guru atau pelatih dalam
37
Teknik-teknik terapi
Pendiri; Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangt didaktif, berorientasi
Filsafat-Filsafat Dasar
Konsep-Konsep Utama
38
emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-
Tujuan-Tujuan Terapi
Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien
Hubungan terapeutik
Terapis berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Klien memperoleh
pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif menjalankan
Teknik-teknik terapi
pekerjaan rumah dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah.
TERAPI REALITAS
reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi realitas yang
berfokus pada saat sekarang. Menekankan kekuatan pribadi dan pada dasarnya
merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkahlaku yang lebih realistis
39
Filsafat-Filsafat Dasar
Konsep-Konsep Utama
Pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental.
Berfokus pada apa yang bisa dilakukab sekarang dan menolak masa lampau
Tujuan-Tujuan Terapi
Membimbing klien ke arah mempelajari tingkahlaku yang realistis dan
Hubungan terapeutik
Tugas utama terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan mendorong
Teknik-teknik terapi
Terapis sering menggunakan kontrak dan apabila kontrak selesai terapi diakhiri.
40
Latihan
1. Buatlah life story dan ketik dengan rapi
2. Buatlah satu verbatim lengkap ketika melakukan konseling dengan klien dan
jabarkan juga tentang pendekatan apa yang digunakan di dalam konseling terapi.
41
BAB IV
Kompetensi Dasar:
Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang
kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi
Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan
secara maksimal. Siswa yang mendapatkan pelayanan adalah siswa yang dianggap
keseluruhan.
Siswa lebih suka bila kita tidak menyerang pribadinya ketika mereka
42
Guru BK masih sebagai polisi yang mengawasi setiap siswa yang dianggap
perlu ditakuti atau dianggap sebagai polisi sekolah. Terkadang minimnya guru BK
menyebabkan tidak begitu banyak siswa tertangani dengan baik, bahkan untuk
mengisi kekosongan biasanya ada beberapa guru yang tidak memiliki kecakapan
Peran konselor
Pendidik/guru
Pemantau
LAYANAN ORIENTASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang
baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik
di lingkungan yang baru itu
LAYANAN INFORMASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
LAYANAN PEMBELAJARAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri
berkenaan dengan sikap dan kebiasaan yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
43
LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, program studi, program
latihan, magang, ko/ekstra kurikuler, dll) sesuai dengan potensi, bakat dan minat,
serta kondisi pribadinya.
APLIKASI INSTRUMENTASI
Kegiatan pendukung BK untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang
diri dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
HIMPUNAN DATA
Kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan
yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan
sifatnya tertutup.
44
KONFERENSI KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh
peserta dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai fihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup.
KUNJUNGAN RUMAH
45
PERMASALAHAN
Penyusunan Program BK, tidak didasarkan pada kebutuhan nyata siswa.
Pelaksanaan Program BK
Tidak adanya jam masuk kelas
Kurangnya sarana dan prasarana
Masih adanya tugas-tugas yang mestinya bukan
tanggung jawab guru BK.
Belum adanya kepercayaan terhadapguru BK
Penilaian BK, masih bervariasinya sistem penilaian dalam BK.
CONTOH PENGEMBANGAN SILABUS
Tugas perkembangan I
Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
Bidang Bimbingan Pribadi
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Rumusan Kompetensi :
Memahamin secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran agama yang
dianutnya.
Materi Pengembangan Kompetensi
Macam-macam kaidah ajaran agama.
Kelas : X – XII
Kegiatan Layanan : Orientasi dan Informasi
Kegiatan Pendukung : Aplikasi Instrumentasi, Himpunan Data
Penilaian : Laijapen, Laijapan
Keterangan : Bekerjasama dengan Guru Agama
Fungsi Konseling
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa)
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah
46
layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang
tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room,
dan karyawisata.
5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di
dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
47
proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan siswa.
7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa
dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini
tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.
48
diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang.
Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan
dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
(peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan
lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang
lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam
lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa
aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
49
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah
memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Secara garis besarnya, peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, sebagai berikut :
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga
pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang
terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,
penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling Di sekolah
kepada Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
5. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang
dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Sedangkan, peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2. Membantu Guru Pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
Guru Pembimbing
4. Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang menuntut Guru
Pembimbing memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa
yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan
itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas
berperan :
1. membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya;
50
3. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan
dan konseling;
4. berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus;
dan
5. mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada Guru
Pembimbing.
Berkenaan peran guru mata pelajaran dan wali kelas dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S.
Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan
kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.
Latihan
1. Jelaskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelayanan konseling di sekolah
2. Buatlah sosiogram secara rapi (data diperoleh dari dalam kelas atau luar kelas)
51
BAB V
52
Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat variasi gaya
teraputik untuk klien yang berbeda.
Konseling perorangan menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah
“proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.
Sedangkan George & Cristiani (dalam Gibson & Mitchell, 1995:121) menyatakan
beberapa elemen dari definisi konseling perorangan:
One is the notion that counseling is aimed at helping people make choices and act
on them. A second is the notion of learning, although there are some sharp differences
as to what facilitates learning and how learning occurs. Still another elements is that of
personality development, with relatively little agreement as to how personality
development is the best facilitated.
Ahli lain yakni Trotzer (2006:394) menyebutkan bahwa konseling perorangan
layak untuk delapan hal sebagai berikut:
1. When the client has a crisis problem that is very complicated, both as to causes and
possible solutions; 2. When confidentiality is highly essential to protect the client and
others; 3. When working through the meaning of test results in terms of one’s self
concept; 4. When fear of talking in a group is so extreme that the person does not seem
to be able to get started in the group; 5. When an individual is grossly ineffective in
relating to his peers and sets off such a strong immediate reaction that the group is
more likely to be rejective that acceptant; 6. When a person’s awareness and
understanding of his or her own feelings, motivations, and patterns of behavior are very
limited or so complicated that he or she feels lost and unable to share in a group; 7.
When sexual behavior, particularly of a deviant nature is involved; 8. When one’s need
for attention and recognition is too extreme to be managed in the group situation.
Berdasarkan pendapat Trotzer dapat disimpulkan bahwa konseling perorangan
cocok untuk klien dengan krisis permasalahan yang sangat komplit; melindungi
kerahasiaan klien dan yang lain; memaknai hasil tes pribadi; ketika klien takut
berinteraksi dalam kelompok; ketika klien kesulitan berhubungan dengan teman sebaya
dan adanya penolakan dari kelompoknya; ketika klien menyadari bahwa perasaan,
motivasi dan pola perilakunya terbatas; ada perilaku seksual menyimpang dan ketika
klien membutuhkan perhatian dan pengakuan dari kelompoknya.
53
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa
konseling perorangan yang dimaksud memuat beberapa hal yaitu (1)usaha membantu
klien/ sebuah proses teraputik dalam upaya mengentaskan permasalahan (2) menjaga
kerahasiaan klien; (3) konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara
klien dan konselor; (4) proses membelajaran klien; (5) pelaksanaannya dilakukan secara
tatap muka; (6) tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus yang dialaminya.
Konseling kelompok
Pengertian
anggota yang mengeksplorasi diri dan situasi mereka dalam upaya mereka
54
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan
Publisher.
Trotzer, James P. 2006. The Counselor and the Group. New york: Routledge.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Jakarta: Rineka Cipta.
Palmer, Stephen., McMahon, Gladeana. 1989. Handbook of counseling. Routledge:
London and Newyork.
Belkin, Gary S. 1975. Practical Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company
Publishers
Arifin, Timotius. Modul Pelatihan Konseling Remaja. Malang: 2009
Beek aart van. Pendampingan pastoral. Bpk. Jakarta; 2011
Collins, Garry R. Pengantar Pelayanan Konseling Kristen yang Efektif, cetakan
Kedelapan. Malang: Literatur SAAT, 2007
Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, cetakan kelima.
Bandung: Reflika Aditama, 2009
Herft J.W., dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia, 2004
Simanjuntak, Julianto Perlengkapan Seorang Konselor. Banten: Layanan
Konseling Keluarga dan Karir, 2007
Susabda, Yakob. Menjadi Konselor yang Professional, Cetakan kelima.
Yogyakarta: Andi Offset, 2007
Tomatala, Magdalena. Konselor kompeten Pengantar Konseling Terapi Untuk
Pemulihan. Jakarta: YT Leadership Foundation IFTK Jafray Jakarta,
2000
Tu‟u Tulus, Dasar-Dasar Konseling Pastoral . Yogyakarta: Andi Offset, 2007
Walgito, Bimo. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Andy Offset,
2004
Yeo, Anthony. Konseling. Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah, Cetakan
Keenam. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Nurihsan Achmad juntika. Strategi layanan bimbingan dan konseling. Reflika
aditama. Cetakan kedua. 2007. Bandung.
Alastair V.Campbell (Ed), 1987. A Dictionary of Pastoral Care, New York: Crossroad.
Julianto Simanjuntak. Konseling kelompok. Teori dan Praktek. 2009.
Catatan-Catatan Kuliah
55