Anda di halaman 1dari 55

KONSELING PASTORAL

DOSEN :
ADOLFINA OUALENG

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN TEOLOGI


FKIP-UNTRIB KALABAHI
2016

1
BAB I
PASTORAL

Arti Pastoral

B
anyak orang Kristen mungkin sudah mengenal apa itu pastoral, namun

ada juga yang belum memahaminya. Hal yang perlu diketahui adalah

bahwa pemahaman terhadap pelayanan pastoral akan sangat membantu tiap

individu untuk membutuhkan orang lain dan tidak hidup dalam kesendirian dan

meratapi masalahnya. Pastoral dibutuhkan oleh anak cucu kita, mungkin generasi

di atas tidak bisa diubah, namun generasi di bawah bisa diubah. Generasi di

bawah butuhkan konselor, psikolog, psikiater. Apa yang dilakukan oleh seorang

gembala terhadap orang yang memiliki problema dalam gereja? Untuk menjawab

pertanyaan ini, maka kehadiran konseling pastoral sangat mendukung adanya

pelayanan terhadap mereka yang membutuhkan pertolongan.

Mengawali pemahaman kita terhadap pastoral, maka dibawah ini dijabarkan arti

dari pastoral.

Ada beberapa pengertian dari pastoral yaitu:

Pertama, Secara etimologis; Bahasa latin: pastor dan Yunani: Poimen.

Kedua; Pandangan konseling pastoral dibedakan dari perspektif care

(pemeliharaan), tapi menekankan perspektife cure (perawatan). Clebs dan Jaekle

menyebut bidang ini pelayanan perawatan jiwa (The ministry of the cure of

2
souls) ialah sebagai tindakan pertolongan yang dilakukan oleh orang kristiani yang
representative, dan mengarah kepada penyembuhan, menopang, membimbing, dan
mendamaikan orang yang merasa terganggu, karena bermasalah dalam konteks

makna yang menyangkut perbatasan hidup. (Gintings: 24-25).

Ketiga: menurut Thurneysen, penggembalaan: suatu penerapan khsusus

Injil kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam

khotbah gereja disampaikan kepada semua orang.1

Keempat; J.W. Herft: Tugas penggembalaan itu adalah menolong setiap

orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah dan mengajar untuk mengakui

ketaatannya kepada Allah dan sesamanya dalam situasi sendiri2

Kelima, H.Faber, mengatakan Penggembalaan itu ialah tiap-tiap pekerjaan

yang di dalamnya seorang pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh

percakapan atau khotbahnya atas kepribadian orang yang ada pada saat itu

dihubunginya.

Pokok penting dari pelayanan pastoral yaitu; mencari dan mengunjungi;

satu persatu; yang sedang bergumul tentang Firman Tuhan dan iman.

Dari beberapa pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa

pastoral adalah menolong seseorang dalam jemaat melalui pendampingan,

pelayanan firman serta mencari dan menemukan mereka yang tersesat agar

dipulihkan sehingga dapat bertumbuh dalam iman kepada Kristus.

1
Thurneysen, dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004), 1
2
J.W.Herft, dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004), 1
3
Sejarah Teologi Pastoral

Dua pengaruh utama yang telah membawa dampak untuk teologi pastoral

Indonesia, yaitu teologi pastoral Eropa dan teologi pastoral Amerika.

Teolog pastoral yang paling terkenal ialah Eduard Thurneysen (1888-1974),

seorang kawan dari karl Barth. Ia adalah seorang teolog yang sangat terbuka dan

dia beusaha membuka mata kaum teologis terhadap pelayanan pastoral. Mula-

mula pelayanan pastoral dianggapnya sebagai percakapan satu arah (dari pendeta

ke anggota jemaat), lama-kelamaan pelayanan pastoral menjadi pertemuan yang

bersifat dialogis di mana kehadiran Allah sangat dipentingkan. Tekanan

Thurneysen sering disebut dengan istilah “kerigmatische seelsorge” atau

pemeliharaan jiwa yang menekankan kerygma” (yaitu hakekat berita Alkitab).

H. Asmussen, seorang teolog Lutheran, membedakan antara seesorge dan

seelenfuhre‟ (pemeliharaan jiwa dan bimbingan jiwa), yang pertama merupakan


tugas utama pendeta, tetapi yang kedua dibutuhkan adar tugas pedagogik

pendeta tidak hilang.

A.D.Muller yang memperhatikan “homiletisasi” dari pelayanan pastoral dan

menurutnya „pemeliharaan jiwa‟ merupakan perjumpaan Allah dengan manusia.

Orang-orang Belanda sangat tertarik dengan psikologi dan tekanan khusus

teologi Belanda adalah pada psikologi agama. Ini menarik karena tampaknya

mereka tetap menyadari tugas mereka dalam bidang rohani atau kejiwaan

sehingga psikologi yang paling menarik perhatian adalah psikologi agama. Para

4
teolog pastoral di Belanda yang tertarik sekali dengan psikoterapi cenderung

dipengaruhi oleh tradisi psikoanalitis Freud.

Situasi hidup orang Amerika memungkinkan perkembangan pola pastoral

yang dinamis. Barangkali nama-nama tokoh teologi sistematika kebanyakan dari

kalangan orang Eropa, tetapi dalam perkembangan pelayanan pastoral. Orang

amerika jauh lebih maju. Perkembangan teologi pastoral di Amerika dimulai

dengan tekanan pada dosa dan bagaimana menyembuhkannya (dua sampai 3 abad

yang lalu). Kemudian berpindah fokus ke petualangan jiwa dari „keadaan hina‟,

menuju kesucian‟. Ini dilatarbelakangai oleh keyakinan bahwa terdapat suatu

hierarki dari makhluk yang paling hina sampai Allah sebagai makhluk yang paling

suc. Konsep-konsep ini dibahasa secara rasional dan pragmatis melalui

argumentasi.

Setelah perang saudara yang dimulai antara utara dan selatan karena

masalah perbudakan orang-orang Amerika yang berasal dari Afrika, maka fungsi

sosial gereja mulai berkembang. Pendeta diharapkan tidak menghukum atau

berbicara secara moralistis. Ia harus menjadi seorang pendamping dan teman

yang memahami kesusahan umatnya.

Pada akhir abad ke delapan belas, orang-orang Amerika makin tertarik

dengan psikologi baru dan psikoterapi sehingga psikologi agamapun berkembang

dengan tokohnya william james.

Antara perang dunia pertama dan kedua, tujuan populer dari pelayanan pastoral

adalah „penyesuaian‟. Anggota-anggota jemaat ditolong untuk menyesuaikan diri

5
dengan lingkungan Allah dan diri sendiri. Pada waktu yang sama, pendidikan

pastoral klinis dikembangkan dengan Anton Boisen, Richard Cabot dan Russell

Dick sebagai pelopornya. Boisen adalah seorang Teolog yang dirawat di rumah

sakit jiwa. Di rumah sakit ia menjadi sadar akan pentingnya pendidikan pastoral

baru yang praktis. Istilah „the living Human Document‟ (naskah manusia hidup)

berasal dari Boisen.

Setelah perang dunia kedua, minat pada psikologi yang menekankan potensi

manusia sangat besar seorang psikolog bernama Carl Rogers mengembangkan

psikologi klinis dengan perhatian utama pada pendekatan non directif dan

mendengarkan. Teologi pastoral di Indonesia dengan tokoh utama Prof. Abineno

sangat dipengaruhi oleh teolog Belanda dan Jerman khususnya Thurneysen,

dengan menegaskan pemberitaan dalam pelayanan pastoral.

Tujuan Pastoral

Ada tujuan pastoral ketika kita melakukan pelayanan pastoral yaitu

Pertama, agar jemaat bertumbuh sehat di tengah-tengah dunia

Kedua, agar jemaat dapat bertangung jawab secara sehat di hadapan Allah

sehingga dapat mengurus diri sendiri serta mengembangkan diri.

Ketiga agar jemaat dapat aktif di dalam pelayanan di dalam jemaat.

6
Dasar Alkitabiah

Allah adalah gembala (Yehezkiel 34)3 Kristus sebagai gembala yang baik

(Yoh. 10:11-16), menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-dombanya, rela mati,

mencari yang hilang, menghibur yang susah dan menolong yang membutuhkan

pertolongan.

Penggembalaan adalah suatu perintah Kristus (Yoh. 21:15-19)

Teologi pastoral adalah teologi yang merefleksi atas tradisi teologi yang

digunakan atas situasi pastoral yang terhadapnya praktik pastoral dilaksanakan.

(Gintings: 26).

Contoh-Kasus Pastoral

kitab Ayub

3 konselor yang tidak berhasil namun Elihu (ayub 32) bia menjadi konselor yang

baik bagi ayub.

Prinsip konseling yang ia pergunakan antara lain:

¤ Elihu mendengarkan (ayub 32:11

¤ Elihu mengerti, Ayub 32:12

¤ Elihu menguatkan Ayub 33: 6-7

¤ Elihu mengkonfontasikan Ayub dengan kebenaran-kebenaran Allah. Ayub

33:12

3
Tulus Tu’u, Dasar-Dasar Konseling Pastoral (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), 10
7
¤ Elihu mengajar, Ayub 33:33

¤ Elihu membimbing Ayub kepada Tuhan, Ayub 34

Kasus konseling Yesus

Garry R. Colins mencatat beberapa hal yang dilakukan Tuhan Yesus antara lain:

¤ Tuhan Yessu datang dan berjalan bersama mereka Lukas 24:15

¤ Tuhan Yessu bertanya (Lukas 24:17, 19

Apakah yang paling menyusahkan anda 3 bukan terakhir ini?

Apakah yang sedang anda gumuli?

Apakah yang sedang membuat anda susah

¤ Tuhan Yesus mendengar

¤ Tuhan Yesus menerima

¤ Tuhan Yessu memperhadapkan mereka dengan persoalan yang sebenarnya,

Lukas 24:25,26

Garry R Colins menyebutkan bahwa selain menghadap muka karena tahu

mengkonfrontasi ada beberapa cara lain yang dapat dilakukan konselor

merespon konseli antara lain:

Understanding responses dapat dilakukan bila konselor ingin menunjukkan

empaty dan pernyataan bahwa ia dapat mengerti perasaan konseli.

Probing responses dipakai bila konselor membutuhkan lebih banyak

informasi atau biar konselor ingin merangsang percakapan lebih lanjut.

8
Komentar-komentar supportive dapat digunakan konselor untuk menghibur

dan memberi semangat baru kepada konseli.

interpretative responses menjabarkna pada konseli apa yang sedang

terjadi

evaluative responses, konselor memberi mengenai tindakan yang akan

dilakukan.

action responses, konselor mencoba menganjurkan 1 langkah yang harus

diambil konseli.

¤ Tuhan Yesus mengajar, Lukas 24:7

¤ Tuhan Yesus bersedia tinggal bersama mereka, Lukas 24:28-29

Tugas dan tanggungjawab gembala

Pertama, sebagai guru ia harus cakap mengajar jemaatnya.

Kedua, sebagai penilik jemaat ia harus mengawasi dan memeriksa jemaatnya

Ketiga, sebgai pemberi teladan bagi jemaatnya

Keempat, seorang yang memimpin jemaatnya

Keenam, seorang pelayan yang rendah hati dan jujur dalam melaksanakan

tanggungjawabnya serta mampu mengelola emosionalnya.

Syarat sebagai seorang gembala

Merupakan satu panggilan pelayanan dalam ladang Tuhan, tidak menjadi

hamba uang dan memiliki hubungan yang baik dengan sesama terutama mampu

9
menjalin hubungan yang baik dan tahu bersosialisasi dengan jemaat maupun

dengan lingkungan sekitar.

Menurut Alastair V.Campbell (1987:198-199) KP dapat berlangsung dengan menggunakan


tahap-tahap tersebut apabila konselor menjalankan fungsi-fungsi berikut:

1. Fungsi penyembuhan, menolong konseli supaya dapat mengatasi persoalan psikologis dan
spiritual cukup berat.
2. Fungsi peneguhan, memberikan dukungan pada konseli yang menghadapi permasalahan
dan kemungkinan menjadi kehilangan pengharapan juga.
3. Fungsi bimbingan, memberikan bimbingan moral dan pengarahan spiritual supaya tetap
memiliki tujuan hidup.
4. Fungsi rekonsiliasi, memberikan bimbingan sehingga konseli dapat menyelesaikan masalah
intrapersonal maupun interpersonal dalam hubungannya dengan sesama maupun anggota
keluarga.

BENTUK KONSELING PASTORAL

Gembala hadir untuk dapat menjaga, merawat dan memelihara domba-

dombanya. Apabila gembala lalai dalam melayani jemaat, maka ada domba-domba

yang akan menderita sakit, oleh karena tidak ada pertolongan yang didapatkan.

Rajin beribadah, terlihat alim atau sangat rohaniawan, tidak menjamin, bahwa

orang-orang tersebut tidak memiliki masalah yang pada prinsipnya mereka juga

butuh seorang penolong untuk menolong mereka, baik itu seorang

gembala/terapis/konselor (pendeta, penatua, diakon atau warga gereja yang

ditugaskan).

10
Dengan demikian, maka pendekatan dalam konseling pastoral dilakukan melalui 3

jalur yaitu:
1) Jalur preventif (mencegah)/Percakapan Pastoral

a) Percakapan pastoral

Percakapan pastoral adalah percakapan yang dilakukan antara seorang konselor

dengan seorang konseli untuk mencegah hal-hal yang kurang baik dalam

kehidupan para konseli. Hal ini dilakukan bukan untuk problem solving, tetapi

untuk menghindari dan mencegah terjadinya masalah

b) Percakapan dengan orangtua untuk baptis anak

c) Baptis/sidi

d) Percakapan tentang pergaulan remaja/pemuda

e) Percakapan tentang pacaran dan pranikah

f) Percakapan dengan calon penatua dan diaken

g) Percakapan calon pengurus seksi kategoral

2) Jalur kuratif (menyembuhkan)/pelawatan pastoral

a) Pelawatan keluarga (rutin)

b) Pelawatan anggota jemaat baru

c) Pelawatan keluarga yang melahirkan

d) Pelawatan anggota yang ulangtahun

e) Pelawatan anggota yang jarang beribadah

f) Pelawatan anggota yang akan pindah kota

g) Pelawatan orang sakit

h) Pelawatan orang berdukacita

i) Pelawatan krisis pernikahan

11
j) Pelawatan anggota jemaat di penjara

k) Pelawatan anggota yang condong ke jemaat lain

l) Pelawatan anggota yang lanjut usia

m) Pelawatan anggota yang akan pensiun

n) Pelawatan anggota/keluarga yang terkena narkoba

o) Pelawatan kasus khusus lain

3) Jalur konseling pastoral

a) Konseling preventif

b) Konseling edukatif

c) Konseling spiritual

d) Konseling konfrontatif

e) Konseling individu

f) Konseling kelompok

Latihan

1. Jelaskan Patoral menurut pemahaman sendiri

2. Mengapa pastoral dibutuhkan di dalam kehidupan berjemaat

3. siapa yang melakukan tugas pastoral

4. bagaimana bentuk pastoral yang sering dilakukan di dalam jemaat

12
BAB II

KONSELING

Pengertian Konseling

Untuk menolong kita memahami tentang konseling, maka perlu diketahui

konseling itu sendiri. “Secara etimologi, kata konseling berasal dari kata benda

counsel, yang diangkat dari kata Latin consilium, dari kata dasar consilere yang
berarti to consult, yaitu mencari pandangan atau nasihat orang lain, yang

berfungsi sebagai penuntun untuk pertimbangan dan pembuatan keputusan.”


Secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau
bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa
Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau
“menyampaikan”

Ada beberapa pengertian yang dapat menolong kita memahami konseling:

Pertama, “Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam

memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang

sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan

hidupnya.

Kedua, “Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu

konselor yang berusaha untuk menolong atau membimbing dan konsele yang

membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.”

Ketiga, “Konseling adalah percakapan kondusif yang memungkinkan klien

menyadari dirinya, yaitu apa yang sedang terjadi dalam dirinya, dan penyebab ia

13
merasa, berpikir dan bertingkah laku sedemikian untuk realita hidup yang

dihadapi.”

Dengan memperhatikan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa

konseling adalah proses percakapan konselor (penolong) dan klien (orang yang

membutuhkan pertolongan) untuk menuntun klien menemukan jalan keluar atas

masalah yang dihadapinya. Melalui proses pendampingan konselor dalam proses

konseling akan sangat membantu klien menemukan solusi dan mampu mengatasi

masalah yang dihadapi dan bisa menjalani kehidupan tanpa tertekan dengan

masalah-masalah tersebut. Konseling adalah teknik terbatas. Konseling hanyalah

salah satu dari sekian teknik yang ada. Masyarakat sangat membutuhkan

konselor karena banyak manusia yang semakin sakit karena masalah yang

kompleks.

Jadi konseling pastoral adalah proses pelawatan dan percakapan interaktif

dengan orang yang membutuhkan pertolongan (konseli) agar mereka (konseli)

dapat menemukan solusi.

Tujuan Konseling Pastoral:


a. Mencari yang bergumul

b. Menolong yang membutuhkan uluran tangan

c. Mendampingi dan membimbing

d. Berusaha menemukan solusi

e. Memulihkan kondisi yang rapuh

f. Perubahan sikap dan perilaku

g. Menyelesaikan dosa melalui Kristus

14
h. Pertumbuhan iman

i. Terlibat persekutuan jemaat

j. Mampu menghadapi persoalan selanjutnya

PRINSIP DASAR KONSELING

 Konselor bukan penentu kebehasilan terapi

 Tidak mengambil alih tanggung jawab klien

 Bukan pemberian nasihat

 Menghargai keputusan konseli

PERSAYARATAN KONSELOR:

 Merupakan pribadi yang tertarik untuk mempelajari manusia

 Pribadi yang punya bakat/keahlian/skill dan gift konseling

KARAKTERISTIK PERSONAL

o Keaslian kemurnian sikap konselor genuineness

o Berpikir jernih

o Kehangatan dan penerimaan: warmes, acceptance

o Tenang Bertanggungjawab

o Tidak menghakimi

o Flexible

o Sense of humor

o Kejujuran

15
o Percaya diri

o Menghargai orang lain

o Keterbukaan

Tujuan Konseling

Seorang konselor harus mengetahui tujuan dari klien yang dikonseling

karena jika tidak, maka pembicaraan akan meluas dan tanpa ada batasan yang

jelas. Tujuan membuat seseorang bisa berjalan dalam fokus untuk mencapainya.

Tujuan konseling menurut Gerald Corey adalah “…Penyusunan kembali

kepribadian, penemuan makna dalam hidup, penyembuhan gangguan emosional,

penyesuaian terhadap masyarakat, pencapaian kebahagiaan dan kepuasan,

pencapaian aktualisasi diri, peredaan kecemasan, serta penghapusan tingkah laku

maladaptif dan belajar pola-pola tingkah laku adaptif.”

Salah satu tujuan konseling adalah seseorang mampu mengambil keputusan

untuk berubah. Keputusan menandakan tekad seseorang, bahwa ia benar-benar

mau dipulihkan. Klien yang merasa putus asa dan tidak mampu mengatasi

masalahnya tidak akan mampu atau takut untuk mengambil keputusan oleh karena

itu melalui konseling seorang konselor dapat menolongnya untuk mengambil

keputusan yang bijaksana. “Memberikan pertimbangan guna membuat keputusan

yang bijaksana.”

Melalui proses konseling, konseli dapat menemukan masalah dan solusi

dengan pendampingan konselor.

16
Jadi tujuan konseling adalah upaya menolong klien mengubah pola

pikir/perilakunya sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya

(mandiri) dan dapat hidup secara normal.

Manfaat Konseling

Banyak orang yang tidak suka dengan konseling karena tidak mengetahui

manfaat dari konseling. Konseling sangat menolong seseorang untuk berperilaku

dan bersikap secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari tanpa merasa

tertekan dengan masalah-masalah yang menimpanya. Sebab melalui konseling

klien juga tahu bagaimana menjalani kehidupan dengan serangkaian masalah dan

belajar menghadapi masalah tersebut dengan pandangan positif.

HAMBATAN DALAM KONSELING

 DARI PIHAK KONSELOR

 Tidak Menyukai Klien  DARI PIHAK KLIEN

 Kondisi Fisik Kurang Sehat  Malu Membicarakan Masalahnya

 Kurang Memahami Perkembangan  Menutup Diri

individu  Menolak

 Tidak Percaya Diri

17
ETIKA KONSELING

Etika konseling berarti suatu aturan yang harus dilakukan seorang

konselor dan hak-hak klien yang harus dilindungi oleh seorang konselor.

Etika yang harus diperhatikan konselor :

1) Tanggung jawab

2) Kompetensi

3) Hubungan terapis – klien ( Batas hubungan terapi), Cth Merekam

wawancara, memberitahukan batas-batas kerahasiaan.

Hubungan konselor dan klien adalah hubungan yang menyembuhkan.

4) Kerahasiaan

5) Pengaruh konselor (hindari controlling, to be important, savior syndrome

6) Transference

7) Counter Transference

8) Harus ada appointment

BASIC COUNSELING SKILL

NON VERBAL SKILL

Kepekaan mengamati bahasa tubuh

Kons. : sambutan, posisi, cara dan sikap duduk, tatapan, expresi muka.

Klien : Penampilan, sikap masuk dan duduk, gerakan tubuh, ekspresi wajah, sorot

mata, helaan nafas, ketegangan otot, gerakan kepala dll.

VERBAL SKILL

Bukan sekedar obrolan biasa

Pemilih kata, penyusunan kalimat, ketepatan nada

18
Meninggalkan cara & pola bicara yang terbata-bata, berputar-putar, mengulang-

ngulang. Terlalu pelan/keras, lambat/tergesa-gesa/gelisah dan cenderung

menghakimi.

ASKING QUESTION SKILL

 Hindari, bila tidak maka akan terkesan menginterupsi jadi klien kurang

terbuka/komunikatif. karena informasi dengan sendirinya akan muncul,

 Klien belajar menunggu untuk ditanya.

 Bertanya tidak selalu diperlukan ( Merasa tidak mampu bila tidak bertanya

dan ingin mencari informasi)

 Resikonya konselor tergantung dengan pertanyaan dan klien menutup diri

Tujuan:

¤ Mendorong klien agar lebih terbuka

¤ Menolong klien memberikan jawaban yang lebih spesifik atau konkrit

¤ Menolong konselor memperoleh kejelasan atas situasi klien.

Tipe Question:

1) Closed question

Butuh jawaban pendek „ya dan tidak‟

Membatasi ruang berpikir klien

2) Open question

Jawaban merupakan ungkapan perasaan yang dijelaskan

Memungkinkan konseli memberikan jawaban secara terbuka dan luas

Memperluas ruang lingkup jawaban klien

19
Latihan:

Closed : Apakah anda marah?

Open : Bagaimana perasan anda?

Closed : Apakah anda sering bertengkar dengan orang tua?

Open : Seperti apakah hubungan anda dengan orang tua?

LISTENING SKILL

Listening tidak sama dengan hearing (menerima suara/kata dari lawan bicara

tetapi tidak begitu serius mendalami isinya). Listening adalah mendengarkan

dengan penuh perhatian meliputi hal yang diucapkan (verbal) dan yang nampak

berupa ekspresi tubuh (non verbal).

Kegunaan

¤ Menangkap cara berpikir klien

¤ Menangkap pola kerja emosi klien

¤ Menangkap pola tingkah laku klien

Hambatan dalam listening:

¤ Kecenderungan ingin mengambil kesimpulan dengan cepat

¤ Keinginan untuk mendapatkan / mencari data lebih banyak

¤ Takut akan adanya “silence” dalam konseling

Hal yang sebaiknya tidak dilakukan:

¤ Tidak ada respon ¤ Nasihat

¤ Pertanyaan yang tidak tepat ¤ Membeo

20
Proses listening:

1) Klarifikasi : Mengecek keakuratan berita klien dan menjernihkan

(clarifying) berita yang membingungkan

Latihan:

Klien: “Saya selalu mendapatkan perlakuan buruk hingga kini jadi sulit

rasanya saya memaafkan keluarga saya.”

Kons : “Bisakah anda menjelaskan perlakuan buruk seperti apa yang anda

alami?”

2) Refleksi (paraphrase): Menangkap pesan dan membahasakan ulang kata-

kata atau pikiran utama klien dan menekankan apa yang penting bagi

klien/bukan membeo.

Latihan:

Klien: “Saya sudah tidak bertahan lama di tempat kerja ini, suasananya

tidak kondusif jadi saya sudah tidak sanggup berada di sini lagi..”

Kons: “Sepertinya anda dalam pergumulan untuk pindah kerja”

3) Rangkuman: Menyimpulkan berita klien, melihat pola-pola umum,

memfokuskan dan mengevaluasi kemajuan kesadaran klien.

Langkah-langkah dalam rangkuman:

¤ Gabungkan semua berita yang disampaikan

¤ Simpulkan pola umum klien

¤ Rangkai dalam kalimat yang ringkas dan sampaikan

21
EMPATI

Pengertian

Empaty

Empati tidak sama dengan simpati. Empati berasal dari Empathein yang sudah

dipergunakan sejak zaman aristoteles. Paa permulaan abad 20 kata empaty

dipergunakan oleh Lipps dan Wunt sebagai proses psikologis yang artinya ikut

merasakan. Kemudian Karl Roger mempopulerkan istilah ini ke dalam pastoral

care dan konseling. sejak tahun 1940an.

Empati adalah suatu sikap atau kemampuan seseorang untuk merasakan

perasaan orang lain, dimana ia mampu menempatkan dirinya pada posisi klien,

merasakan perasaannya, melihat dari perspektif atau cara pandang klien, dan

melihat realita dari kacamata klien.

Dengan empaty, maka konselor memahami mengapa klien berpikir/merasa,

berbicara dan bertindak/bertingkah laku sedemikian rupa terhadap

persoalannya. Kita mampu melihat klien secara utuh tanpa memihak.

Menempatkan diri dalam posisi mengerti klien karena empaty hanya dapat

dilakukan oleh seorang konselor yang mempunyai sikap sensitivity and caring ( To

care for another person, we must able to understand). Hal ini dapat

dimanifestasikan ketika seorang konselor menerapkan listening skill yang baik

sehingga mampu menangkap esensi yang terkandung dari sikap yang ditunjukkan

kepada klien dengan verbal skill dan non verbal skill. Empaty sangat dibutuhkan

dalam kehidupan sehari-hari karena itu merupakan keahlian dalam berkomunikasi

jadi bukan hanya sekedar dipraktekkan dalam ruang konseling saja.

Hal yang diperlukan dalam empati:

22
 Peduli, tulus dan mampu mengosongkan diri.

 Kepekaan, Konsentrasi/focus

 Memberikan respon yang seimbang

 Memberikan jawaban yang tidak membingungkan/mampu mengintegrasikan

semua berita dalam konsep yang benar.

Hal yang harus dihindari:

 Nasihat

 Simpati

 Tidak ada respon

 Membeo

 Interpretasi terlalu dini

Memberikan pertanyaan yang tidak tepat

Kegunaan empati:

 Menumbuhkan rasa percaya (trust) karena membuat orang merasa

dihargai/dimengerti.

 Memberikan dukungan dan membangun rasa percaya diri.

 Menyadarkan dan menyembuhkan.

 Membuat klien berani terbuka

Latihan Empati:

Pahami pernyataan klien dari berita verbal maupun non verbal kemudian

identifikasi pengalaman kunci, tingkah laku dan perasaan-perasaan klien lalu

rangkaikan menjadi berita inti sampai klien yakin bahwa itulah yang dirasakan,

dipikirkan dan dialaminya.

Contoh Empaty:

“Saya dapat merasakan apa yang anda rasakan..”

23
“Menghadapi situasi seperti itu memang tidak mudah ya… hidup dalam situasi

yang tidak kondusif ada saja konflik yang mau tidak mau hadir dalam hidup

kita....”

Saya kagum dengan sikap ibu yang….

Mudah-mudahan bapak….

Contoh Empati :
Sayapun Dulu Seperti Itu

“Empati itu lebih dari sekedar simpati karena orang yang berempati pernah
mengalami hal yang sama sebelumnya” (Liem Hwa Yong)

Sorang perwira angkatan laut, “tulis C.G. Trumbull, “menceritakan


sebuah kisah yang luar biasa tentang bagaimana dia ditolong dan diselamatkan
dari masa malu saat pertama kali ikut berperang.
Dia adalah seorang taruna angkatan laut yang berusia empat belas tahun.
Tembakan serentak dari serdadu musuh begitu menakutkan baginya sehingga
dia hampir pingsan. Perwira yang menjadi atasannya melihat kondisinya. Sambil
terus menatap kea rah musuh, atasannya itu datang mendekat, memegang
tangan taruna itu dan berkata dengan tenang dan penuh kasih, “Jangan takut,
anakku. Engkau akan berani setelah satu atau dua menit. Saya pun dulu seperti
itu ketika pergi berperang untuk pertama kalinya.”
Taruna muda itu belakangan berkata bahwa atasannya itu muncul
seperti malaikat yang datang dan member kekuatan kepadanya. Seluruh
bebannya hilang dan sejak saat itu dia menjadi pemberani persis seperti
atasannya. Jika perwira itu menanganinya dengan kasar dia mungkin akan pulang
sebagai pecundang. Rasa empatinya yang besarlah yang membuat taruna muda
itu menjadi pemenang dan seorang yang berani berperang.” (Sunday school
times).

24
FOCUSING SKILL

 Kemampuan memfokuskan pikiran pada isi berita yang sebenarnya dan

pergumulan apa yang sedang terjadi di dalam diri klien

 Membantu konselor membedakan antara problem yang sesungguhnya

(faktor bawaan) dan fenomena masalah (reaksi luar klien : pikiran, emosi,

perilaku).

Latihan;

“Saya bekerja sendiri, mertua tidak peduli, suami juga tidak peduli padahal

keempat anak saya butuh makan juga…”

“ Sepertinya anda berusaha keras seorang diri menghidupi anak-anak”

KONFRONTASI

 Menyadarkan klien akan kontraindikasi dalam dirinya.

 mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas, apa yang

diungkapkan dan dinyatakan dalam ekspresinya

Latihan :

“Saya tidak terlalu peduli dengan kondisi ayah saya (tersenyum namun bukan

senyuman yang tulus)

Anda mengatakan tidak peduli, tapi kelihatannya ada kepedihan dalam hati..

Skill lain yang perlu diperhatikan adalah:

25
Probing

Tujuannya adalah untuk menyelidiki atau memeriksa informasi mengenai fakta

dan perasaan konseli.

Contoh;

Dapatkah bapak menceritakan lebih lanjut?

Bagaimana situasi saat itu?

Apa yang anda rasakan?

Apa yang terjadi saat itu?

Understanding

Mengungkapkan perasaan konselor yang mengerti situasi /perasaan klien

Contoh:

Anda nampaknya sangat terpukul?

Saya memahami perasaan ibu

Saya mengerti kondisi anda

Ibu nampaknya sangat sedih

Interpretation

Bertujuan menafsir, menuntun, membimbing, mengajar dan menerangkan.

Contoh:

Disini hal apa yang penting?

Hal apa yang perlu dipikirkan di sini?

Keadaan seperti ini terjadi karena apa?

Tampaknya bapak merasa bersalah? Mengapa?

Apa yang ibu maksudkan?

26
Mendiagnosa

Menyimpulkan hal-hal yang dianggap sebagai akar masalah.

Evaluation

Tujuannya adalah mengevaluasi, menganjurkan, menanggapi hal-hal baik dari

konseli, memberikan ide-ide, alternatif-alternatif jalan keluar atau solusi.

Contoh:

Langkah apa yang sebaiknya diambil oleh Bapak?

Apa jalan yang paling cocok menurut saudara?

Kalau situasinya begitu sikap bapak yang paling baik apa?

Ide Ibu cukup baik, apakah ada ide yang lain?

Langkah yang bapak ambil cukup baik. Apakah ada langkah-langkah lain yang

diambil?

LANGKAH-LANGKAH DALAM KONSELING

Membangun hubungan (Relationship-Building).

Menemukan dan mendefinisikan masalah utama (Defining Problems).

Menetapkan sasaran-sasaran (Esthabilishing Goals).

Aksi mencapai sasaran (Working Toward Goals).

Penyelesaian (Terminating).

Follow up.”

27
BAB III

PENDEKATAN DALAM KONSELING

Penulisan topik pendekatan dalam konseling adalah agar mahasiswa

memiliki kompetensi:
 Memahami model-model konseling dan psikoterapi kontemporer

Indikator keberhasilan pemahaman mahasiswa terhadap pendekekatan konseling

adalah agar:
 Mahasiswa dapat menjelaskan model-model konseling dan psikoterapi

kontemporer

 Mahasiswa dapat menerapkan model-model konseling dan psikoterapi

kontemporer dalam memberikan terapi

 Mahasiswa dapat menerapkan teknik-teknik terapi dalam memberikan terapi bagi

yang membutuhkan pertolongan.

Ada bermacam-macam pendekatan yang dapat diterapkan dalam konseling.

Mahasiswa diharapkan dapat berdiskusi dalam kelompok dan mempresentasikan

hasil kelompok tersebut:

Poin yang harus ada dalam diskusi:

 Sejarah singkat/tokoh (Tidak  Kelebihan

harus)  Teknik dalam terapi

 Fokus terapi  Bagaimana hubungan konselor

 Tujuan terapi dan klien

 Kekurangan

28
TERAPI PSIKOANALITIK

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Figur utama; freud, figur lain: Jung, Adler, Sullivan, Rank, Fromm, Horney,

Erikson. Secara historis merupakan sistem psikoterapi pertama. Psikoanalisis

adalah suatu teori kepribadian, sistem filsafat dan metode psikoterapi

Filsafat-Filsafat Dasar

Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-

pengalaman dini. Motif-motif dan konflik-konflik tak sadar adalah sentral dalam

tingkah laku sekarang. Kekuatan-kekuatan irasional kuat; orang didorong oleh

dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting karena

maasalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak

yang direpresi.

Konsep-Konsep Utama

Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi

sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. Proses-proses

tak sadar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Membuat hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari

 Merekonstruksi kepribadian dasar

 Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa

kanak-kanak dini dengan menembus konflik-konflik yang direpresi

29
Hubungan terapeutik

Klien memperoleh pemahaman dengan berbicara. Terapis membuat

penafsiran-penafsiran untuk mengajari klien tentang makna tingkahlakunya

sekarang sambil menghubungkannya dengan masa lampau.

Teknik-teknik terapi

Teknik-teknik utama adalah penafsiran, analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis

resistensi dan analisis transferensi. Diagnosis dan pengetesan sering digunakan.

Pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mengembangkan suatu kasus sejarah.

TERAPI EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Figur-figur utama; may, maslow, frankl, jourard. „kekuatan ketiga‟ dalam

psikologi ini dikembangan sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme

yang dianggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia.

Filsafat-Filsafat Dasar

Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan

untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan

dan tanggungjawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang

unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada dalam

hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan

mengaktualkan diri.

30
Konsep-Konsep Utama

Terapi ini menekankan kondisi-kondisi inti manusia. Berfokus pada saat

sekarang dan pada menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke

masa depan. Ia menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan

pertumbuhan

 Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi

 Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan

memperluas kesadaran diri

 Membantu klien agar bebas dan bertanggungjawab atas arah kehidupannya

sendiri

Hubungan terapeutik

Tugas-tugas utama terapis adalah menangkap secara akurat ada dalam

dunia klien serta menciptakan suatu pertemuan yang personal dan otentik dengan

klien. Klien menemukan keunikan diri dalam hubungannya dengan terapis.

Teknik-teknik terapi

Meminjam teknik-teknik dari pendekatan lain. Diagnosis, pengetesan dan

pengukuran-pengukuran eksternal tidak dipandang penting. Pendekatan ini bisa

dipandang sangat konfrontatif

31
TERAPI CLIENT CENTERED

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Pendiri ; Carl Rogers. Semula adalah pendekatan non directif yang

dikembangkan pada tahun 1940-an sebagai reaksi melawan pendekatan

psikoanalitik. Berlandaskan pada pandangan subjecti atas pengalaman manusia

terapi cient centered menaruh kepercayaan dan meminta tanggungjawab yang

lebih besar kepada klien dalam menangani berbagai permasalahan.

Filsafat-Filsafat Dasar

Memandang manusia secara positif, manusia memiliki suatu kecenderungan

ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan terapeutik, klien

mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diinginkan. Klien mengaktualkan

potensi dan bergerak ke arah meningkatkan kesadaran, spontanitas, kepercayaan

kepada diri dan keterarahan.

Konsep-Konsep Utama

Klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar atas masalah-masalahnya

serta cara-cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien

mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri

ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang pada mengalami dan

mengekspresikan perasaan-perasaan.

32
Tujuan-Tujuan Terapi
 Menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien

sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-

aspek pengalaman diri yang sebelumnya diingkari atau didisiorsinya

 Membantu klien agar mampu bergerak ke arah keterbukaan terhadap pengalaman

serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup

Hubungan terapeutik

Kualitas-kualitas terapis yang mencakup kesejatian, kehangatan, empati

yang akurat, respek, sikap permisif, dan kemmapuan mengkomunikasikan sikap-

sikap tersebut kepada klien, ditekankan, klien menggunakan hubungan yang nyata

dengan terapis itu untuk menterjemahkan belajar diri ke dalam hubungan-

hubungan yang lain.

Teknik-teknik terapi

Teknik-teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan perasaan-

perasaan. Menjelaskan dan „hadir‟ bagi klien. Pendekatan ini tidak memasukkan

pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah dan bertanya atau mengggali.

TERAPI GESTALT

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Pendiri ; Fritz Perls. Sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang

menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi

analitik serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan.

33
Filsafat-Filsafat Dasar

Orang terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan

serta tingkah laku. Pandangannya anti deterministik dalam arti individu

dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa

lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.

Konsep-Konsep Utama

Berfokus pada apa dan bagaimana mengalami di sini dan sekarang untuk

membantu klien agar menerima polaritas-polaritas dirinya, konsep-kpnsep utama

mencakup tanggungjawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran,

mengalami dan menyadari saat sekarang. Menekankan perasaan-perasaan dan

pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai terhadap perkembangan kepribadian

sekarang.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Membantu klien untuk memperoleh kesadaran atas pengalaman dari saat ke

saatnya

 Menantang klien agar menerima tanggungjawab atas pengambilan dukungan

internal alih-alih dukungan eksternal

Hubungan terapeutik

Terapis tidak membuat penafsiran bagi klien, tetapi membantu klien dalam

mengembangkan cara-cara membuat penafsiran-penafsiran sendiri. Klien

diharapkan mengenali dan menangani urusan yang tak selesai yang menghambat

fungsi dirinya sekarang

34
Teknik-teknik terapi

Teknik-tekniknya mencakup konfrontasi, dialog dengan polaritas,

permainan peran, tetap dengan perasaan-perasaan, menembus jalan buntu dan

menghidupkan kembali serta mengalami ulang urusan yang tak selesai berupa

dendam dan rasa bersalah. Penanganan mimpi sangat berguna. Diagnosis dan

pengetesan formal tidak dilakukan.

ANALISIS TRANSAKSIONAL

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Pendiri; Eric Berne. Suatu model terapi kontemporer yang cenderung ke

arah-arah aspek kognitif dan behavioral dan dirancang untuk membantu orang-

orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya menurut

kelayakan sekarang.

Filsafat-Filsafat Dasar

Orang dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya

ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun orang bisa menjadi korban dari

putusan-putusan dini dan skenario kehiduan, aspek-aspek yang mengalahkan diri

bisa diubah dengan kesadaran.

Konsep-Konsep Utama

Berfokus pada permainan-permainan yang dimainkan untuk menghindari

keakraban dan transaksi-transaksi. Kepribadian terdiri atas ego orangtua, ego

orang dewasa dan ego anak. klien diajari untuk menyadari ego mana yang

berperan dalam transaksi-transaksi yang dijalankan. Permainan, penipuan,

35
putusan-putusan dini, skenario kehidupan dan internalisasi perintah-perintah

adalah konsep utama.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Membantu klien agar bebas dari skenario, bebas dari permainan, menjadi pribadi

yang otonom yang sanggup memilih ingin menjadi apa dirinya

 Membantu klien dalam menguji putusan-putusan dini dan membuat putusan-

putusan baru berlandaskan kesadaran

Hubungan terapeutik

Klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai perubahan-

perubahan spesifik yang diinginkan, apabila kontrak selesai, maka terapi diakhiri.

Teknik-teknik terapi

Analisis skenario atau kuisioner digunakan untuk membantu klien menyadari

perintah-perintah masa dini yang telah diterimanya. Konfrontasi sering

digunakan dan kontrak-kontrak dianggap penting bertanya adalah bagian dasar

dari AT.

TERAPI TINGKAH LAKU

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Tokoh-tokoh Utama; Wolpe, Eysenck, Lazarus, Salter. Suatu model terapi

yang merupakan penerapan prinsip-prinsip belajar pada penyelesaian gangguan-

gangguan tingkahlaku yang spesifik. Hasil-hasilnya merupakan bahan bagi

eksperimentasi lebih lanjut. Terapi tingkahlaku secara sinambung berada dalam

proses penyempurnaan.

36
Filsafat-Filsafat Dasar

Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengkondisian sosial budaya.

Pandangannya deterministik dalam arti tingkah laku, dipandang sebagai hasil

belajar dan pengondisian.

Konsep-Konsep Utama

Berfokus pada tingkah laku yang tampak, ketepatan dalam menyusun

tujuan-tujuan treatment, pengembangan treatment yang spesifik dan evaluasi

objektiv atas hasil-hasil terapi. Terapi berlandaskan prinsip-prinsip teori

belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui melalui perkuatan dan

peniruan. Tingkahlaku yang abnormal adalah tingkahlaku yang keliru. Menekankan

tingkahlaku sekarang dan hanya memberika sedikit perhatian kepada sejarah

masa lampau dan sumber-sumber gangguan.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Menghapus pola-pola tingkahlaku seain yang maladaptif dan membantu klien

dalam mempelajari pola-pola tingkahlaku yang konstruktif

 Mengubah tingkahlaku

 Tujuan-tujuan spesifik dipilih oleh klien. Tujuan-tujuan yang luas dipecah ke

dalam subtujuan-subtujuan yang tepat.

Hubungan terapeutik

Terapis aktif dan direktif, dan berfungsi sebagai guru atau pelatih dalam

membantu klien belajar tingkah laku yang lebih efektif.

37
Teknik-teknik terapi

Teknik-teknik utamanya adalah desensitisasi sistematik, terapi implosif, latihan

asertif, terapi aversi dan pengondisian operan. Diagnosis, pengumpulan data,

pertanyaan-pertanyaan „apa‟, bagaimana dan kapan ) tetapi tidak “mengapa”) dan

prosedur pengetasan sering digunakan.

TERAPI RASIONAL EMOTIF

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Pendiri; Albert Ellis. Suatu model terapi yang sangt didaktif, berorientasi

kognitif tindakan, serta menekankan peran pemikiran dan sistem-sistem

kepercayaan sebagai akar masalah-masalah pribadi.

Filsafat-Filsafat Dasar

Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga

dengan kecenderungan-kecenderungan ke arah berpikir curang. Mereka

cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional dan

untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi

berorientasi kognitif tingkahlaku tindakan dan menekankan berpikir, menilai,

menganalisis, melakukan dan memutuskan ulang. Modelnya adalah didaktik-

direktif. Terapi dilihat sebagai proses reedukasi.

Konsep-Konsep Utama

Neurosis adalah pemikiran dan tingkahlaku irasional. Gangguan-gangguan

emosional berakar pada masa kanak-kanak, tetapi dikekalkan melalui

reindoktrinasi sekarang. Sistem keyakinan adalah penyebab masalah-masalah

38
emosional. Oleh karenanya, klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinan-

keyakinan tertentu. Metode ilmiah diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien

dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional

Hubungan terapeutik

Terapis berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Klien memperoleh

pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif menjalankan

pengubahan tingkah laku yang mengalahkan diri.

Teknik-teknik terapi

Menggunakan prosedur yang beragam seperti mengajar, membaca,

pekerjaan rumah dan penerapan metode ilmiah logis bagi pemecahan masalah.

Terapis menafsirkan, bertanya, menggali, menantang dan mengkonfrontasi klien.

TERAPI REALITAS

Model-Model Konseling Dan Psikoterapi Kontemporer

Pendiri ; William Glasser. Suatu model terapi yang dikembangkan sebagai

reaksi melawan terapi konvensional. Terapi realitas adalah terapi realitas yang

berfokus pada saat sekarang. Menekankan kekuatan pribadi dan pada dasarnya

merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkahlaku yang lebih realistis

dan karenanya, bisa mencapai keberhasilan.

39
Filsafat-Filsafat Dasar

Orang membutuhkan identitas dan mampu mengembangkan “identitas

keberhasilan” maupun “identitas kegagalan”. Berlandasakan motivasi

pertumbuhan dan anti deterministik.

Konsep-Konsep Utama

Pendekatan ini menolak model medis dan konsep tentang penyakit mental.

Berfokus pada apa yang bisa dilakukab sekarang dan menolak masa lampau

sebagai variabel utama. Pertimbangan nilai dan tanggungjawab moral ditekankan.

Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggungjawab.

Tujuan-Tujuan Terapi
 Membimbing klien ke arah mempelajari tingkahlaku yang realistis dan

bertanggungjawab serta mengembangkan „identitas keberhasilan‟

 Membantu klien dalam membuat pertimbangan-pertimbangan nilai tentang

tingkahlakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan

Hubungan terapeutik

Tugas utama terapis adalah melibatkan diri dengan klien dan mendorong

klien untuk menghadapi kenyataan dan untuk membuat pertimbangan nilai

mengenai tingkah lakunya sekarang. Menetapkan perubahan spesifik, rencana

dirumuskan, komit untuk melaksanakan, dan hasilnya dievaluasi.

Teknik-teknik terapi

Terapis sering menggunakan kontrak dan apabila kontrak selesai terapi diakhiri.

Terapi ini tidak emngikuti diagnosis dan evaluasi model medis.

40
Latihan
1. Buatlah life story dan ketik dengan rapi

2. Buatlah satu verbatim lengkap ketika melakukan konseling dengan klien dan

jabarkan juga tentang pendekatan apa yang digunakan di dalam konseling terapi.

41
BAB IV

BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH

Kompetensi Dasar:

Memahami layanan-layanan bimbingan konseling di sekolah

Dapat menjelaskan layanan-layanan bimbingan konseling di sekolah

Keberadaan layanan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di

Indonesia dijalani melalui proses yang panjang, sejak kurang lebih 40 tahun yang

lalu. Selama perjalanannya telah mengalami beberapa kali pergantian istilah,

semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (dalam Kurikulum 84 dan sebelumnya),

kemudian pada Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 berganti nama menjadi

Bimbingan dan Konseling. Akhir-akhir ini para ahli mulai meluncurkan sebutan

Profesi Konseling, meski secara formal istilah ini belum digunakan.

Sekolah merupakan tempat siswa bersosialisasi dan beradaptasi dengan

berbagai karakter yang berbeda-beda. Kebanyakan sekolah masih berada di

dalam tahap bimbingan tradisional yang masih bersifat reaktif karena

programnya tidak terstruktur dan tidak semua siswa mendapatkan pelayanan

secara maksimal. Siswa yang mendapatkan pelayanan adalah siswa yang dianggap

“NAKAL” dan merugikan sekolah sehingga BK tidak menyentuh pribadi secara

keseluruhan.

Siswa lebih suka bila kita tidak menyerang pribadinya ketika mereka

bermasalah. Konseling individual merupakan hal yang utama karena konselor

mampu memahami pribadi dari setiap anak didik.

Konseling kelompok juga dapat dilakukan untuk menolong siswa dalam

pengentasan masalah walaupun kadang kerahasiaan dalam kelompok sulit dijaga.

42
Guru BK masih sebagai polisi yang mengawasi setiap siswa yang dianggap

melanggar segera ditindaklanjuti dengan memberikan punishment. Hal ini

menyebabkan siswa menganggap guru BK seolah-olah sebagai “anjing galak” yang

perlu ditakuti atau dianggap sebagai polisi sekolah. Terkadang minimnya guru BK

menyebabkan tidak begitu banyak siswa tertangani dengan baik, bahkan untuk

mengisi kekosongan biasanya ada beberapa guru yang tidak memiliki kecakapan

ditempatkan di bagian BK.

Peran konselor
 Pendidik/guru

 Pemantau

 Konsultan * Perantara *Perujuk

Dalam BK kita mengenal layanan-layanan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

LAYANAN ORIENTASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan yang
baru dimasuki, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik
di lingkungan yang baru itu

LAYANAN INFORMASI
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.

LAYANAN PEMBELAJARAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri
berkenaan dengan sikap dan kebiasaan yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.

43
LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, program studi, program
latihan, magang, ko/ekstra kurikuler, dll) sesuai dengan potensi, bakat dan minat,
serta kondisi pribadinya.

LAYANAN KONSELING PERORANGAN


Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan
langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya.

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK


Layanan BK yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu
yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari
dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa,
dan untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.

LAYANAN KONSELING KELOMPOK


Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan
untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dialaminya melalui dinamika
kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami
oleh masing-masing anggota kelompok.

KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING


1.APLIKASIINSTRUMENTASI BK(TES/ NON-TES)
2.HIMPUNAN DATA (PRIBADI SISWA, PRESTASI, OBSERVASI, ABSENSI, CATATAN
KEJADIAN)
3.KONFERENSI KASUS
4.KUNJUNGAN RUMAH
5.ALIH TANGAN KASUS

APLIKASI INSTRUMENTASI
Kegiatan pendukung BK untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang
diri dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.

HIMPUNAN DATA
Kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan
yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan
sifatnya tertutup.

44
KONFERENSI KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh
peserta dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai fihak yang
diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup.

KUNJUNGAN RUMAH

Kegiatan pendukung BK untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan


dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan
ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan
anggota keluarga lainnya.

ALIH TANGAN KASUS


Kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat
dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan
kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan
bantuan atas penanganan masalah tersebut

KETENAGAAN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM BK


Guru BK:
Konselor, adalah guru yang berlatar-belakang pendidikan BK yang melakukan:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/ penilaian, analisis, dan tindak lanjut
program dan kegiatan layanan BK.
Guru Pembimbing, adalah Konselor dan Guru yang ditugaskan dalam
penyelenggaraan bimbingan.
Guru Mata Pelajaran, adalah mitra kerja Guru BK dalam pelaksanaan program BK.
Wali Kelas, adalah mitra kerja dalam pelayanan BK.
Kepala Sekolah, adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah,
termasuk kegiatan BK.

PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Didasarkan KEBUTUHAN NYATA siswa
LENGKAP dan MENYELURUH (memuat segenap fungsi BK)
SISTEMATIS (disusun menurut urutan logis, singkron, dan tidak tumpang tindih).
TERBUKA dan LUWES (mudah menerima masukan tanpa harus merombah program
secara menyeluruh)
Memungkinkan KERJASAMA dengan pihak terkait
Dimungkinkan PENILAIAN dan TINDAK LANJUT.

45
PERMASALAHAN
Penyusunan Program BK, tidak didasarkan pada kebutuhan nyata siswa.
Pelaksanaan Program BK
Tidak adanya jam masuk kelas
Kurangnya sarana dan prasarana
Masih adanya tugas-tugas yang mestinya bukan
tanggung jawab guru BK.
Belum adanya kepercayaan terhadapguru BK
Penilaian BK, masih bervariasinya sistem penilaian dalam BK.
CONTOH PENGEMBANGAN SILABUS
Tugas perkembangan I
Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
Bidang Bimbingan Pribadi
Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Rumusan Kompetensi :
Memahamin secara lebih luas dan mendalam kaidah-kaidah ajaran agama yang
dianutnya.
Materi Pengembangan Kompetensi
Macam-macam kaidah ajaran agama.
Kelas : X – XII
Kegiatan Layanan : Orientasi dan Informasi
Kegiatan Pendukung : Aplikasi Instrumentasi, Himpunan Data
Penilaian : Laijapen, Laijapan
Keterangan : Bekerjasama dengan Guru Agama

Fungsi Konseling

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa)
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah

46
layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang
tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room,
dan karyawisata.

4. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif.


Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di
dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala


Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa
(siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan

47
proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan siswa.

7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar
dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

A. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa
dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini
tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali.

Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah :


1. Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau
keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan
itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2. Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru
Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti
itu.
3. Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi
dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien)
mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan
kekarelaan.
4. Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran
layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru
Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif
dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan

48
diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang.
Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan
dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan
(peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi
dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting
dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku. Bahkan
lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang
benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing
(konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang
lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,
guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam
lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa
aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

49
Kepala sekolah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah
memegang peranan strategis dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Secara garis besarnya, peran, tugas dan tanggung jawab kepala sekolah, sebagai berikut :
1. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung di sekolah, sehingga
pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang
terpadu, harmonis, dan dinamis.
2. Menyediakan prasarana, tenaga, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan
bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien.
3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,
penilaian dan upaya tidak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling Di sekolah
kepada Dinas Pendidikan yang menjadi atasannya.
5. Menyediakan fasilitas, kesempatan, dan dukungan dalam kegiatan kepengawasan yang
dilakukan oleh Pengawas Sekolah Bidang BK.
Sedangkan, peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan
dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
2. Membantu Guru Pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
Guru Pembimbing
4. Menerima siswa alih tangan dari Guru Pembimbing, yaitu siswa yang menuntut Guru
Pembimbing memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan
perbaikan, program pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa
yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan
itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas
berperan :
1. membantu Guru Pembimbing melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya;

50
3. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang
menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan
dan konseling;
4. berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus;
dan
5. mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada Guru
Pembimbing.
Berkenaan peran guru mata pelajaran dan wali kelas dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S.
Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan
kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.

Latihan
1. Jelaskan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pelayanan konseling di sekolah
2. Buatlah sosiogram secara rapi (data diperoleh dari dalam kelas atau luar kelas)

51
BAB V

KONSELING KELOMPOK DAN KONSELING INDIVIDUAL

Pengertian Konseling Perorangan

Gustad’s (dalam Gibson & Mitchell, 1995:43) menyebutkan definisi konseling


sebagai berikut:
Counseling is a learning-oriented process, carried on in a simple, one-to-one
social environment, in which a counselor, professionally competent in relevant
psychological skill and knowledge, seeks to assist the client, by methods appropriate to
the latter’s needs and within the context of the total personnel program, to learn more
about himself and to accept himself, to learn how to put such understanding into effect
in relation to more clearly perceived, realisticaly defined goals to the end that the client
may become a happier and more productive member of his society.
Ethical Standard of American Personnel and Guidance Association (dalam Belkin,
1976:456) menyebutkan bahwa “A counseling relationship denotes that the persons
seeking help retain full freedom of choice and decision and that the helping person has
no authority or responsibility to approve or disapprove of the choices or decisions of the
counselee or client”. Hubungan konseling adalah sebuah hubungan yang membantu klien
dalam membuat pilihan dan keputusan.
Sementara itu, Gibson & Mitchell (1995:121) menyatakan definisi konseling
perorangan sebagai berikut:
Individual counseling is a one-to-one relationship involving a trained counselor and
focuses on some aspects of a client’s adjusment, developmental, or decision-making
needs. This process provides a relationship and communications base from which the
client can develop understanding, explore possibilities, and initiate change.
Definisi yang dikemukakan Gibson dan Mitchell sejalan dengan pendapat Dryden
(dalam Palmer & McMahon, 1989:39) bahwa konseling perorangan sangat menjaga
kerahasiaan klien; konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara klien dan
konselor; konseling perorangan sebagai proses pembelajaran klien; konseling perorangan
adalah sebuah proses teraputik. Lebih lanjut, Dryden menyimpulkan bahwa konseling
perorangan membantu klien yang ingin membuat perbedaan dirinya dengan yang lain.

52
Konseling perorangan juga akan sangat membantu konselor dalam membuat variasi gaya
teraputik untuk klien yang berbeda.
Konseling perorangan menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah
“proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”.
Sedangkan George & Cristiani (dalam Gibson & Mitchell, 1995:121) menyatakan
beberapa elemen dari definisi konseling perorangan:
One is the notion that counseling is aimed at helping people make choices and act
on them. A second is the notion of learning, although there are some sharp differences
as to what facilitates learning and how learning occurs. Still another elements is that of
personality development, with relatively little agreement as to how personality
development is the best facilitated.
Ahli lain yakni Trotzer (2006:394) menyebutkan bahwa konseling perorangan
layak untuk delapan hal sebagai berikut:
1. When the client has a crisis problem that is very complicated, both as to causes and
possible solutions; 2. When confidentiality is highly essential to protect the client and
others; 3. When working through the meaning of test results in terms of one’s self
concept; 4. When fear of talking in a group is so extreme that the person does not seem
to be able to get started in the group; 5. When an individual is grossly ineffective in
relating to his peers and sets off such a strong immediate reaction that the group is
more likely to be rejective that acceptant; 6. When a person’s awareness and
understanding of his or her own feelings, motivations, and patterns of behavior are very
limited or so complicated that he or she feels lost and unable to share in a group; 7.
When sexual behavior, particularly of a deviant nature is involved; 8. When one’s need
for attention and recognition is too extreme to be managed in the group situation.
Berdasarkan pendapat Trotzer dapat disimpulkan bahwa konseling perorangan
cocok untuk klien dengan krisis permasalahan yang sangat komplit; melindungi
kerahasiaan klien dan yang lain; memaknai hasil tes pribadi; ketika klien takut
berinteraksi dalam kelompok; ketika klien kesulitan berhubungan dengan teman sebaya
dan adanya penolakan dari kelompoknya; ketika klien menyadari bahwa perasaan,
motivasi dan pola perilakunya terbatas; ada perilaku seksual menyimpang dan ketika
klien membutuhkan perhatian dan pengakuan dari kelompoknya.

53
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa
konseling perorangan yang dimaksud memuat beberapa hal yaitu (1)usaha membantu
klien/ sebuah proses teraputik dalam upaya mengentaskan permasalahan (2) menjaga
kerahasiaan klien; (3) konseling perorangan akan membuat hubungan akrab antara
klien dan konselor; (4) proses membelajaran klien; (5) pelaksanaannya dilakukan secara
tatap muka; (6) tujuannya agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
berbagai persoalan atau masalah khusus yang dialaminya.

Konseling kelompok

Pengertian

Suatu proses interpersonal yang melibatkan seorang konselor dan beberapa

anggota yang mengeksplorasi diri dan situasi mereka dalam upaya mereka

mengubah sikap dan perilaku mereka.

Sifat terapi kelompok: preventif dan sekaligus kuratif/terapeutk

Manfaat: membangun ketrampilan berelasi, menguji realitas,

Kelemahan: rahasia bisa bocor

54
KEPUSTAKAAN
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. 1995. Introduction to Guidance. New York: Macmillan
Publisher.
Trotzer, James P. 2006. The Counselor and the Group. New york: Routledge.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua.
Jakarta: Rineka Cipta.
Palmer, Stephen., McMahon, Gladeana. 1989. Handbook of counseling. Routledge:
London and Newyork.
Belkin, Gary S. 1975. Practical Counseling in the School. USA: Wm. C. Brown Company
Publishers
Arifin, Timotius. Modul Pelatihan Konseling Remaja. Malang: 2009
Beek aart van. Pendampingan pastoral. Bpk. Jakarta; 2011
Collins, Garry R. Pengantar Pelayanan Konseling Kristen yang Efektif, cetakan
Kedelapan. Malang: Literatur SAAT, 2007
Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, cetakan kelima.
Bandung: Reflika Aditama, 2009
Herft J.W., dalam M. Born-Storm, Apakah Pengembalaan itu? Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia, 2004
Simanjuntak, Julianto Perlengkapan Seorang Konselor. Banten: Layanan
Konseling Keluarga dan Karir, 2007
Susabda, Yakob. Menjadi Konselor yang Professional, Cetakan kelima.
Yogyakarta: Andi Offset, 2007
Tomatala, Magdalena. Konselor kompeten Pengantar Konseling Terapi Untuk
Pemulihan. Jakarta: YT Leadership Foundation IFTK Jafray Jakarta,
2000
Tu‟u Tulus, Dasar-Dasar Konseling Pastoral . Yogyakarta: Andi Offset, 2007
Walgito, Bimo. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Andy Offset,
2004
Yeo, Anthony. Konseling. Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah, Cetakan
Keenam. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
Nurihsan Achmad juntika. Strategi layanan bimbingan dan konseling. Reflika
aditama. Cetakan kedua. 2007. Bandung.
Alastair V.Campbell (Ed), 1987. A Dictionary of Pastoral Care, New York: Crossroad.
Julianto Simanjuntak. Konseling kelompok. Teori dan Praktek. 2009.
Catatan-Catatan Kuliah

55

Anda mungkin juga menyukai