YOHANES 10
Nama : Melsiyanti
NIRM : 2020175018
Kelas : D Teologi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggmbalaan merupakan wujud perhatian dan pertolongan yang didasarkan pada Kasih
Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan bergereja yang dilakukan oleh semua pihak dalam
pelayanan di dalam Gereja. Penggembalaan bukanlah suatu tindakan untuk menjatuhkan namun
secara sederhananya bahwa tindakan penggembalaan dilakukan untuk membangun kehidupan
anggota jemaat untuk terus maju dalam bentuk Kasih yang diungkapkan secara bersama-sama
dalm bentuk kesatuan jemaat memelihara hati, pikiran serta pola pemikirannya. Untuk
memahami kehidupan anggota jemaatnya, seorang gembala harus melakukan pelayanan
khususnya pelayanan pastoral kepada tiap-tiap anggota jemaat. Hal ini dilakukan agar seorang
gembala dapat mengenali kehidupan, karakteristik yang dimiliki oleh jemaatnya, serta nama-
nama dari anggota jemaat yang didampinginya. Seorang gembala merawat serta membalut
domba gembalaannya yang sedang terluka, yang dalam kelemahan tubuh, memiliki masalah dan
lain sebagainya. Namun dalam realitas sekarang ini, kebanyakan dari para gembala itu lupa akan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang gembala. Mereka seolah-olah melupakan hal yang
terpenting dan harus dilakukan tersebut. Mereka seakan-akan acuh tak acuh terhadap kehidupan
jemaatnya. Sehingga jemaat pun seolah-olah berjalan dengan sendiri, ketika mereka memiliki
masalah atau pergumulan berat yang dihadapi, mereka tidak tahu mau kemana mereka harus
mengadukan masalah mereka tersebut dan bagaimana cara agar mereka dapat keluar dari
masalah yang mereka hadapi itu?. Namun nyatanya bahwa, seorang gembala seharusnya seperti
Tuhan Yesus yang mampu menggembalakan umat-Nya dengan baik. Syarat terpenting untuk
menjadi seorang gembala yang berhasil ialah memiliki sifat yang baik hati, rela berkorban,
memiliki kasih, tidak memandang fisik orang yang dikunjunginya dan memiliki nilai kehidupan
yang tidak bercela. Gembala adalah orang yang selalu mengarahkan domba gembalaanya pada
jalan yang benar. Kehidupan seorang gembala adalah contoh atau yang dapat dijadikan teladan
oleh jemaat dalam menjalani kehidupannya. Karena menurut anggota jemaatnya bahwa
kehidupan seorang gembala itu suci, kudus, tidak bercela sehingga hal itu dapat dijadikan
teladan.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Penggembalaan itu?
2. Bagaimanakah pandangan gembala dalam Perjanjian Baru?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dalam sebuah penggembalaan menurut Yohanes 10?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa khususnya yang bergelut dibidang teologi mampu memahami apa
arti dari sebuah penggembalaan.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami arti penggembalaan menurut
pandanngan Perjajian Baru.
3. Mahasiswa mampu memahami prinsip-prinsip dari sebuah penggembalaan itu.
3
BAB II
ISI
4
Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal
balik. Dengan demikian, istilah pendampingan memiliki arti kegiataan kemitraan, bahu-
membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan.
Artinya bhawa mereka yang membutuhkan pertolongan, mempunyai berbagai latar belakang dan
persoalan-persoalan yang beragam, sehingga tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu profesi
atau satu orang saja. Istilah pastoral, yang berasal dari kata pastor yang artinya gembala dalam
bahasa Yunani “poimen”. Secara tradisional, dalam kehidupan gerejawi, hal ini merupakan tugas
pendetayang harus menjadi gembala bagi jemaat atau domba-Nya. Pengistilahan ini dihubungan
dengan diri Yesus Kristus dan karya-Nya sebagai “Pastor Sejati” atau “Gembala ynag Baik”
(Yohanes 10). Ungkapan ini mengacu pada Yesus yang tanpa pamrih bersedia memberikan
pertolongan dan pengasuhan terhadap para pengikut-Nya, bahkan rela mengorbankan nyawa-
Nya. Istilah Pator dalam konotasi praktis berarti merawat atau memelihara.3
Gereja dipanggil untuk menjalankan tugas pastoral atau tga penggembalaan dengan
mengikuti Gembala yang Baik yakni Yesus sendiri. untuk keselamatan umat yang digembalakan.
Paham keselamatan yang disampaikan oleh seoranng pastor akan sangat mempengaruhi
kebijakan pastoral terhadap umat. Manakalah keselamatan dipahami sebagai penyelamtan jiwa-
jiwa , maka kemungkinan besar tindakan pastoral bersifat kultis dan individual sementara umat
tumbuh dalam kesalehan pribadi dan ketentraman psikologis. Manakalah ketika keselamatan
dipahami sebagai hadirnya kerajaan Allah kini dan disini, sekarang ini di dunia ini.
Kemungkinan besar tindakan pastoral bersifat sosial dan bersama umat tumbuh dalam aksi sosial
dan semangat membangun komunitas tanpa dasar iman. Mementingkan yang satu sementara
yang lain diabaikan mrupakan suatu tindakan pastoral yang tidak proporsional. Keduanya
dibutuhkan dengan memperhatikan kecenderungannya berdasarkan realitas umat yang dilayani.
Tindakan pastoral yang proporsional akan melahirkan umat kristiani yang tekun merayakan
ekaristi dan berdevosi, sekaligus tidak melupakan tanggung jawab sosialnya terhadp mereka
yang miskin dan berkkurangan. Umat Kristiani yang aktf memperjuangkan keadilan serentak
membawa perjuangannya dihadapan Allah dalam doa dan meditasi. Doa tanpa tidnakan sosial
hanya melahirkan kemunafikan; perjuangan keadilan tanpa membawanya kepada Tuhan hanya
menghasilkan kekerasan.4 Gereja tidak ada dari dan untuk dirinya sendiri. Gereja ada karena
mendapatka tugas perutusan dari Kristus (Matius 28:19). Perutusan tersebut dengan demikian,
3
J. L. Ch. Abineno. Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
4
Menuju Profesionalisme. Yogyakarta: Pusat Pasoral Yogyakarta, 2010
5
memiliki dimensi kemuridan. Tanda kemuridan, sbagaimana dikatakan dalam Injil Yohanes,
merupakan panggilan kasih (Yohanes 13:35) yang semuanya itu terpangkal pada kesatuan erat
dengan Bapa , sebagaimana ranting dengan pokok aggur agar dapat berbuah. Tugas perutusan
Gereja pertama-tama adalah mewartakan Injil Kristus. Tentu Kritsu yang diwartakan bukanlah
yang sepotongg-potong, namun Kritsus yang seutuhnya, lengkap dengan pengalaman salib dan
deritanya. Selain gereja diundang untuk senantiasa mmbawa perubahan bagi kehidupan agar
Kerajaan Allah semakin terwujud, Gereja pun dengan demikian hidup dan hadir ditengah
masyarakat yang terus dan senantiasa berbuah. Salah sat gejala dari realitas perubahan yang
terjadi adalah bahwa semakin lama, agama, keyakinan bahkan Gereja semakin ditempatkan
relatif dipandnag hanya menjadi salah satu bagian dari berbagai bagian dan kehidupan yang
lain.5
Dalam dunia bahasa yang dengannya konselor pastoral membentuk persepsi-persepsi dan
tanggapannya kepada orang lain menjadi penting sekali. Secara tradisional dalam dunia teori
konseling pastoral , proses ini dibicarakan dalam bahasa empati, hubungan dan penerimaan.
Yang dimaksdu dengan berempati dengan orang lain ialah menempatkan diri kita ke tempat
orang tersebut atau mengalami kehidupan aktual sebagiamana dialami orang itu. Setiap orang
yang pernah mencoba untuk berhubngan dengan orang lain, khususnya orang yang bermasalah
dengan pengalaman hidupnya, mengetahu betapa sulitnya hal ini dilaksanakan. Walaupun kita
berusaha keras, siatuasi sendiri sebagai orang lain bagi orang yang kepadanya kita berhubungan
itu menjadi unsur yang menentukan tindakan kita dalam siatuasi itu. Kemampuan-kemampuan
persepsi dan interpretasi kita sendiri muncul cepat, secara otomatis ke dalam hubungan itu. 6
6
yang menyatakan diri-Nya sebagai gembala yang benar, yang sejati. Ungkapan tersebut
menyimpulkan banyak hal, hubungan yang akrab dan bersifat pribadi, antara diri-Nya dengan
setiap pengikut-Nya; jaminan mutlak ketentraman yang dimiliki di dalam Dia; pimpinan serta
bimbingan-Nya; penyataan-Nya yang secara terus menerus; pemeliharaan-Nya yang setia;
Kasih-Nya yang penuh pengorbanan.7
7
Handbook To The Bible. Jakarta: Kalam Hidup, 2015
7
Demikianlah pula ada domba-domba yang tidak baik dan ada pula yang juga baik yang suka
mendengarkan dan mengikuti gembalanya. Domba-domba yang baik mendengarkan suara Tuhan
Yesus lalu masuk melalui Yesus (pinntu), dan mengikuti Dia dengan tidak menghiraukan suara
yang lain atau mengikuti gembaa yang palsu. Mereka adaah orang-orang yang sungguh-sungguh
percaya kepada Yesus Kristus. Kita dapat mengetahui gembala yang baim hanya dengan ukuran
Firman Tuhan, karena seorang gembala harus bertanggung jawab atas domba-doombanya dan
memberikan nyawanya untuk domba-dombanya. Gembala sidang yang memiliki kasih dari Allah
dan bagi anggota-anggota jemaatnya yang pasti akan selalu memperhatikan jemaatnya.
8
http/johnlambai.blogspot.com/?m=0
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gembala adalah orang yang memberitakan Firman Tuhan kepada tiap-tiap anggota
jmeaat baik secara pribadi maupun dalam satu gereja. Kehidupan seorang gembala itu penuh
dengan kasih, tidak bercacat cela, dan terus melakukan Firman Tuhan dalam hidupnya. Seorang
gembala sangatlah penting alam suatu jemaat karena seorang gembala adalag dia yang diutus
Tuhan untuk memimpin serta mengarahkan kawanan domba-Nya kepada jalan yang benar,
memberi makanan dan lain sebagainya. Penggembalaan adalah suatu tugas dalam gereja yang
diberikan kepada seorang gembala (pendeta) atau majelis atau seorang pelayan dalam suatu
gereja. Pelayanan seorang gembala adalag tugas yang sangat mulia karena memberitakan Firman
Tuhan dengan penuh kasih kepada orang-orang yang tersesat dan jauh dari Tuhan. Tugas yang
diberikan gereja kepada seorang gembala adalah memelihara gereja dalam pendamaian, kasih
dan persatuan. Didalam jemaat gembala-lah yang harus berperan aktif untuk melaksanakan
tugasnya sebagai pemimpin jemaat dan kawanan domba-dombanya adalah anggota jemaatnya
sendiri.Seorang gembala yang baik adalah dia yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap
kehidupannya dan dalam segala pelaksanaan tugasnya karena segala sesuatu diprcayakan
kepadanya untuk dilakukan.
B. Saran
Sebagai mahasiswa yang bergelut di bidang teologi adalah hal yang sangat penting untuk
memahami dan mengathui arti sebuah penggembalaan. Karena ketikakita melihat dunia jemaat
saat ini, banyak diantaranya yang mengelu akan gembala yang melayani dalam gerja mereka.
Mereka mengeluh karena gembala (pendeta) mereka jarang bahkan ada yang tidak pernah
mengunjungi anggota jemaatnya. Namun satu hal yang juga dibutuhkan oleh jemaat adalah
adanya perkunjungan dari para gembala dalam jemaat. Olehnya itu, saran untuk mahasiswa
teologi adalah belajar mendalam tentang suatu penggembalaan dalam jemaat agar ketika masuk
dunia jemaat nantinya sudah mampu memahami apa kebutuhan jemaat yang harus dipenuhi agar
mereka lebih dekat dengan Tuhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Van BeeK, Aart. Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia
J. L. Ch. Abineno. Pedoman Praktis Pelayanan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006
J. L. Ch. Abineno. Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003
Menuju Profesionalisme. Yogyakarta: Pusat Pasoral Yogyakarta, 2010
Krispurwana Cahyadi. Pastoral Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2009
Charles V. Gerkin. Konseling Pastoral dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius, 2006
Handbook To The Bible. Jakarta: Kalam Hidup, 2015
http/johnlambai.blogspot.com/?
Dag Heward-Mills. Apa Artinya Mnejadi Seorang Gembala. Dag Heward-Mills, 2015
10