Anda di halaman 1dari 20

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)

Volume 3, Nomor 1, Januari 2019: 62-81 2548-7868 (Cetak)

KEPRIBADIAN GURU KRISTEN


DALAM PERSPEKTIF 1 TIMOTIUS 4:11-16
Talizaro Tafona’o
Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Yogyakarta
Weron, Balong RT/RW 002/012, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman-Yogyakarta
Email: talizarotafonao@gmail.com

Abstract: Talizaro Tafonao, Christian Teacher Personality in Perspective of 1 Timothy 4: 11-16. One
important indicator that must be known by Christian teachers is to have a good personality. Trough this
research, author describes the Christian Teacher Personality in Perspective of 1 Timothy 4: 11-16.
Authors used qualitative research methods in doing study of the text 1 Timothy 4: 11-16 to analyze the
Bible's point of view of the personality of Christian teachers. The results of these research analysis are:
First, Being in words. Based on this text , Timothy was instructed to be an ensamples in words, both of
personal conversations with several people and those delivered in public. Second, ensamples in Love.
This love refers to love between humans and between human and God. God desired all human to love one
another, with agape love, because the other third love, named storge, philo and eros will properly function
if it is based on agape love. Third, ensamples in holiness. Holy and pure life needs to be developed and
struggled for because God has delivered and saved. Holiness means clean, free from sin, sacred etc Thus,
the successful of a Christian Religion teacher is having a personality.

Key Words: Personality, Christian Teacher, Timothy.

Abstrak: Talizaro Tafonao, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16. Salah satu
indikator penting yang harus diketahui oleh guru Kristen adalah memiliki kepribadian yang baik. Dari
karya tulis ini, penulis mendreskripsikan Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16.
Dalam menemukan jawaban penelitian ini maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan melakukan kajian terhadap teks 1 Timotius 4:11-16 untuk menganalisis pandangan Alkitab
tentang kepribadian guru Kristen. Setelah penulis melakukan kajian terhadap teks tersebut di atas, maka
adapun hasil analisisnya adalah: Pertama, Keteladanan dalam perkataan. Dalam hubungannya dengan
konteks ini, Timotius diperintahkan untuk menjadi teladan dalam perkataan, baik yang ia sampaikan
secara pribadi kepada beberapa orang maupun yang disampaikan di depan umum. Kedua, Keteladan
Dalam Kasih. Kasih ini dinyatakan pada sesama manusia dan kepada Tuhan. Allah menghendaki agar
manusia saling mengasihi satu dengan yang lain, dengan kasih agape, sebab ketiga kasih, yakni storge,
philo dan eros hanya dapat berfungsi dan terjalin dengan baik sebagaimana mestinya jika didasari oleh
kasih agape. Ketiga, Teladan Dalam Kesucian. Hidup suci dan murni perlu dikembangkan dan
diperjuangkan karena Tuhan yang telah membebaskan dan menyelamatkan.Jadi kesucian adalah bersih,
bebas dari dosa, keramat dan lain-lain.Dengan demikian, keberhasilan seorang guru Agama Kristen harus
memiliki kepribadian.

Kata Kunci: Kepribadian, Guru Kristen, Timotius.

PENDAHULUAN kolah Dasar tidak cukup hanya mengukur kualitas


Kajian Kepribadian Guru Kristen dalam Per- semata yaitu terkait dengan penguasaan bahan ajar,
spektif 1 Timotius 4:11-16 adalah salah satu indika- penguasaan teori dan ketrampilan keguruan, serta
tor penting yang harus diketahui oleh guru Kristen. memiliki kemampuan memperagakan unjuk kerja
Sebab menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa. sebagai calon guru. Mutu guru agama Kristen seba-
Tung (2016, p. 2) menjelaskan bahwa “menjadi pen- gai hamba Tuhan juga perlu ditilik dari hidup kero-
didik Kristen bukanlah pilihan, melainkan panggilan hanian atau spiritualitasnya (Sidjabat, 1999, p. 137).
untuk bersaksi”. Oleh sebab itu, pada saat rekrutmen Maksudnya guru agama Kristen, selalu dituntut dari-
calon-calon guru termasuk guru agama Kristen Se- nya sesuatu yang berkaitan dengan kepribadiannya

62 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


yang diwujudkan dalam cara hidup, dengan pertang- natif, mempunyai sifat jujur, adil, dan obyektif, ber-
gung jawaban keagamaan dan moral. Kualitas hidup disiplin dalam menjalankan tugas, memiliki kepriba-
serta kinerjanya diharapkan berbeda dari guru lain, dian yang arif, berwibawa, dan memiliki akhlak dan
karena pekerjaannya harus dipertanggungjawabkan dapat menjadi teladan. Guru Agama Kristen bukan
kepada Tuhan, Sang Guru Agung pemberi pekerjaan hanya kematangan dalam pengetahuan tetapi juga ke-
itu. Menurut hemat Tung (2016, pp. 5) bahwa pen- teguhan kepribadian, karena kepribadian menyang-
didikan Kristen adalah memuridkan, menggerakkan kut totalitas hidup manusia. Nainggolan (2006, p. 1)
anak-anak dekat dengan Tuhan. Mendidik anak da- menyatakan
lam Kristus adalah mendidik dalam kepemimpinan Bukan hanya sekedar transfer ilmu pengeta-
yang spiritual, sebab guru agama Kristen adalah se- huan, tetapi lebih dari itu merupakan sarana un-
tuk menanamkan iman kekristenan kepada anak
orang yang di dalam dirinya sendiri memiliki ke-
didik. Menanamkan iman Kristen adalah ajakan
yakinan, kepercayaan yang teguh, ibadah yang baik, Allah untuk bekerjasama: guru agama Kristen
memiliki sifat moral yang baik dan hidup dalam ke- sebagai penabur benih iman dan Allah yang
sucian, memiliki kebajikan yang sesuai dengan aga- menumbuhkan.
manya sehingga ia mengerjakan segala sesuatu de- Tung (2016, pp. 5) menambahkan bahwa
ngan bertanggung jawab untuk kekekalan (Tong, Guru Kristen adalah guru yang memiliki oto-
2008, p. 9). Setiap orang Kristen adalah hamba Tu- ritas dalam kelas. Otoritasnya digunakan dalam
penatalayan pekerjaan Tuhan. Guru Kristen me-
han, dan setiap hamba Tuhan menerima panggilan
miliki otoritas dalam menjalakan mandate Injil,
dari Tuhan untuk melaksanakan perannya sesuai mengajarkan kebenaran dan keteladanan. Setiap
panggilannya tersebut. Panggilan itu berbeda-beda, guru Kristen harus bisa berkata “Temle Of God
tetapi tiap panggilan itu mempunyai keluhuran dan is here”. Guru Kristen adalah gembala bagi mu-
rid-muridnya. Guru menunjukkan jalan kesela-
kegunaannya masing-masing. Guru agama Kristen
matan dan hidup.
adalah hamba Tuhan, dipanggil untuk melaksanakan
Namun perlu diketahui bahwa guru tidak hanya se-
kehendak-Nya, melalui tugas keguruan yang dipikul
bagai pengajar yang hanya memberikan ilmu, tetapi
atau diembannya (Sidjabat, 1999, p. 163). Berhu-
guru memiliki peran penting sebagai pendidik dan
bungan dengan kompetensi pribadi, Kunandar
pembimbing untuk memperlengkapi siswa dalam se-
(2007, p. 55) menyatakan, “Kompetensi pribadi ada-
mua tahap pertumbuhannya (Lebar, 2006, p. 76).
lah seperangkat perilaku yang berkaitan dengan ke-
Oleh karena itu dalam mengemban tugas yang mulia
mampuan individu dalam mewujudkan diri sebagai
ini, guru Kristen dituntut mampu menjadi teladan
pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi
dan menunjukkan kepribadian sebagai pendidik. Me-
diri, identitas diri, dan pemahaman diri.”
nurut Ciputra & Tanan (2002, p. 120) mengatakan
Selanjutnya, Uan (2001, p. 26-27) meng-
Kepribadian adalah fakta sejati atau kondisi se-
gambarkan bahwa “kompetensi kepribadian terkait
sungguhnya dari seseorang.Ini merupakan kom-
dengan penampilan sosok guru sebagai individu binasi dari temperamen ditambah pengalaman
yang mempunyai kedisiplinan, penampilan baik, masa kecil, pendidikan, pelatihan, pengalaman
bertanggung jawab, memiliki komitmen, dan men- hidup, motivasi, keyakinan, atau sistem nilai.
Kepribadian baru terlihat jelas setelah jangka
jadi teladan. Sedangkan kepribadian sangat berkait-
waktu tertentu.
an erat dengan pribadi guru sebagai individu yang
Pendapat lain menyatakan bahwa, “Istilah ‘kepriba-
memiliki kepribadian yang utuh dan dewasa. Gultom
dian’ berasal dari bahasa Yunani charassein, yang
(2007, p. 39-40) memaparkan bahwa standar kompe-
berarti membuat tajam atau membuat dalam” (Ba-
tensi kepribadian yang harus dimiliki para pengajar
gus, 1996, p. 392). Rutland (2009, p. 1) mengemu-
kristiani meliputi memiliki integritas yang mantap,
kakan bahwa, kepribadian berasal dari akar kata ba-
memiliki kepribadian yang dewasa, berpikir alter-
hasa Latin yang berarti ‘dipahat’. Hal ini berarti bah-

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 63


wa kepribadian adalah gabungan dari kebajikan dan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpang-
nilai-nilai yang dipahat di dalam batu hidup, akan an tangan sidang penatua. Perhatikanlah semua-
nya itu, hiduplah di dalamnya supaya kema-
menyatakan nilai yang sebenarnya.
juanmu nyata kepada semua orang. Awasilah
Secara harfiah kepribadian berarti, kualitas dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Berte-
mental atau moral, kekuatan moral, nama atau repu- kunlah dalam semuanya itu, karena dengan ber-
tasi, (Parnwell, et. al., 1972, p. 49). Kertajaya (2010, buat demikian engkau akan menyelamatkan di-
rimu dan semua orang yang mendengar engkau.
p. 3) menyatakan bahwa,
(Tim. 4:11-16.)
Kepribadian adalah ‘ciri khas’ yang dimiliki
oleh suatu benda atau individu. Ciri khas ter- Jika diperhatikan teks di atas (4:11-16), terlihat jelas
sebut adalah ‘asli’ dan mengakar pada kepriba- bahwa terdapat dua kepribadian utama yang harus
dian benda atau individu tersebut, dan merupa- dimiliki seorang pengajar, yakni keteladanan (ayat
kan ‘mesin’ yang mendorong bagaimana sese-
12) dan ketekunan (ayat 11,13-16). Kedua kepriba-
orang bertindak, bersikap, berujar, dan meres-
pon sesuatu. dian ini menjadi conditio sine qua non yang harus
melekat sebagai kepribadian diri seorang pengajar
Dengan kata lain, kepribadian meliputi segala corak
(guru Kristen).
tingkah laku individu yang terhimpun dalam dirinya,
Douglas (1995, p. 479) menjelaskan bahwa
yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
surat kepada Timotius dan Titus, disebut sebagai su-
diri terhadap segala rangsang, baik yang datang dari
rat penggembalaan dan dialamatkan kepada dua
luar atau lingkungan (eksternal) maupun dari dalam
orang rekan sekerjanya yang paling akrab, oleh kare-
diri sendiri (internal) sehingga corak tingkah laku
na itu ketiga surat Paulus itu berbeda dari surat-su-
tersebut merupakan suatu kesatuan fungsional yang
ratnya kepada jemaat-jemaat terdahulu. Sementara
khas bagi individu (Sari, et. al., 2016, p. 3). Selanjut-
Kee (1991, p. 235) mendefinisikan surat pastoral de-
nya menurut penjelasan Nahampun (2017, p. 5410)
ngan, “They contain Instructions and admonition for
mengatakan guru yang memiliki kepribadian yang
the fulfillment of the pastoral office in the Christian
baik dan stabil akan ditujukkan lewat sikap dan tin-
communities.” Surat-surat penggembalaan tidak ha-
dakannya yang sesuai dengan norma hukum, norma
nya ditujukan kepada para gembala sidang dan para
sosial. Hal ini berarti bahwa kepribadian mengacu
pekerja Kristus yang melayani sepenuh waktu, tetapi
kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (beha-
juga ditujukan kepada setiap orang Kristen. Kummel
viors), motivasi (motivations), dan keterampilan
yang dikutip oleh Kee (1991, p. 235) mengatakan
(skills). Orang yang berkepribadian baik atau unggul
bahwa, melalui surat-surat penggembalaan, Paulus
adalah orang yang berusaha melakukan hal-hal yang
sedang menyediakan bagi generasi penerusnya
terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama, lingkungan,
petunjuk penggembalaan. Dapat disimpulkan bahwa
bangsa dan negara pada umumnya dengan mengop-
jika dikaitkan dengan pendidikan, maka surat pasto-
timalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesa-
ral berisi petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana
daran, emosi dan motivasinya. Itu sebabnya rasul
menjadi seorang pendidik yang benar dan bagaima-
Paulus berpesan dan menasihati Timotius,
na seharusnya mendidik.
Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Ja-
ngan seorang pun menganggap engkau rendah Surat 1 Timotius 4:11-16 merupakan kelan-
karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang- jutan dari nasihat Paulus kepada Timotius untuk
orang percaya, dalam perkataanmu, dalam ting- menjadi pengajar sekaligus sebagai pendidik warga
kah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaan-
jemaat di kota Efesus. Jemaat di Efesus yang dipim-
mu dan dalam kesucianmu. Sementara itu, sam-
pai aku datang bertekunlah dalam membaca Ki- pin oleh Timotius sedang menghadapi pergumulan
tab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam dan tantangan besar bagi pertumbahan imannya, di-
mengajar. Jangan lalai dalam mempergunakan mana hadirnya pengajar-pengajar yang menyesatkan.
karunia yang ada padamu, yang telah diberikan
Melalui nasihatnya Paulus memberi tugas kepada

64 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


Timotius untuk memperkuat iman jemaat melalui adalah orang yang memiliki berwatak yang baik. Bi-
pengajaran dan pendidikan yang benar, sehingga je- la dilihat dari asal katanya, “Istilah ‘kepribadian’
maat di Efesus terhindar dari penyesatan dan tetap berasal dari bahasa Yunani karasso, yang berarti
setia kepada Tuhan Yesus. ‘cetak biru’ format dasar atau ‘sidik’ seperti dalam
Apa yang tertulis dalam 1 Timotius 4:1-10 sidik jari.” (Koesoema A., 2010, p. 90). Pendapat
itu harus diumumkan kepada orang Kristen. Mereka lain dikemukakan oleh Bagus (1996, p. 392) yang
harus dididik dalam ajaran sehat dan menolak ajaran menyatakan bahwa, “Istilah ‘kepribadian’ berasal
palsu. Injil harus menguasai masalah-masalah dalam dari bahasa Yunani charassein, yang berarti mem-
kehidupan sehari-hari (Haak, 1999, p. 106). Dari buat tajam atau membuat dalam.” Rutland (2009, p.
nasihat Paulus ini, tampak harapan Paulus bahwa Ti- 1) mengemukakan bahwa kata kepribadian berasal
motius tidak hanya perlu belajar kebenaran Injil dari bahasa Latin yang akar katanya memiliki arti
Kristus tetapi ia harus memberitakan dan mengajar- berarti ‘dipahat’. Hal ini berarti bahwa kepribadian
kannya. Timotius harus menerapkan apa yang telah adalah gabungan dari kebajikan dan nilai-nilai yang
diperolehnya melalui tindakan, usaha, dan perjuang- dipahat di dalam batu hidup, akan menyatakan nilai
annya “memberitakan, mengajar” kebenaran yang di- yang sebenarnya.
perolehnya kepada jemaat yang sedang mengalami Guru yang memiliki arti “digugu dan ditiru”
tantangan penyesatan. Pada ayat ini pula dapat dike- secara langsung memberikan pendidikan kepriba-
tahui bahwa Timotius sebagai pemberita dan penga- dian kepada peserta didiknya. Sebab itu, profil dan
jar harus sungguh-sungguh bertekun mengajarkan penampilan guru seharusnya memiliki sifat-sifat
kebenaran Injil Yesus Kristus. Sebagai seorang yang dapat membawa peserta didiknya ke arah pem-
pengajar dan pendidik Timotius harus dapat menga- bentukan kepribadian yang kuat, karena guru adalah
tasi segala sesuatu yang berpotensi untuk menyulit- teladan peserta didik. Pendidikan tak cukup hanya
kan, mencemarkan, menghalangi, bahkan mengga- untuk membuat anak pandai, tetapi juga harus mam-
galkan pengajaran dan pendidikan yang dilakukan- pu menciptakan nilai-nilai luhur kepribadian. Karena
nya. Untuk itu, kepribadian menjadi kata kunci yang itu, penanaman nilai-nilai luhur harus dilakukan se-
harus Timotius cermati dan perhatikan. Ia tidak bo- jak dini. Kepribadian yang berkualitas perlu di-
leh membiarkan umurnya menjadi perintang bagi di- bangun, dibentuk dan dibina sejak usia dini, karena
rinya atau batu sandungan bagi orang lain. Karena usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan
itu, ia perlu menjadi teladan dalam perkataan, ting- kepribadian seseorang. Tindakan, perilaku, dan si-
kah laku, kasih, dan kesuciannya (ay. 12). Timotius kap anak saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba
juga diminta untuk tetap bertekun dalam pembacaan muncul atau terbentuk tetapi ada proses panjang se-
dan pengajaran nas-nas Kitab Suci di antara jemaat- belumnya yang membuat sikap dan perilaku tersebut
nya (ay. 13), tidak lalai dalam mempergunakan ka- melekat pada diri anak. Oleh karena itu, keluarga,
runia yang Tuhan berikan padanya (ay. 14), dan sekolah, dan lingkungan tidak bisa lepas dalam mem-
sungguh-sungguh membiarkan hidupnya dikuasai bentuk kepribadian anak-anak. Ketiga pihak tersebut
oleh hal-hal yang baik tersebut, sehingga kemajuan- harus ada hubungan yang sinergis.
nya nyata bagi orang-orang di sekitarnya (ay.15). Ti- Dari latar belakang di atas, rumusan masalah
motius juga harus mengawasi dirinya sendiri dan artikel ini adalah bagaimana pandangan Alkitab,
ajaran dan pendidikannya (ay. 16). Kesemuanya itu khususnya 1 Timotius 4:11-16 tentang kepribadian
harus dilakukannya dalam ketekunan (ay. 16). Sing- guru Kristen. Dari rumusan tersebut, penulis mela-
katnya, Timotius harus memperhatikan dan memiliki kukan analisis dengan tujuan untuk memaparkan pan-
kepribadian rohani sebagai pengajar dan pendidik dangan Alkitab, khususnya 1 Timotius 4:11-16 ten-
bagi orang di sekitarnya. Orang yang berkepribadian tang kepribadian guru Kristen. Kajian ini diharapkan

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 65


dapat memberikan wawasan bagi pengembangan dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
teologi praktika khususnya pendidikan Kristen. kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu
(ay. 12). Dalam teks berbahasa Yunani versi BGT,
METODE tertulis: “Mhdei,j sou th/j neo,thtoj katafronei,tw(
Metode penelitian yang digunakan dalam avlla. tu,poj gi,nou tw/n pistw/n evn lo,gw|( evn
penulisan artikel ini adalah metode penelitian kuali- avnastrofh/|( evn avga,ph|( evn pi,stei( evn a`gnei,a|.” Teks
tatif. Menurut Sugiyono (2014, p. 347), mengatakan tersebut diterjemahkan dalam versi BIS sebagai
bahwa metode penelitian kualitatif adalah dapat di- berikut:
artikan sebagai metode penelitian yang digunakan Janganlah membiarkan seorang pun mengang-
untuk meneliti kondisi objek yang almiah, dimana gap engkau rendah karena engkau masih muda.
peneliti berperan sebagai instrument kunci, teknik Sebaliknya, hendaklah engkau menjadi teladan
bagi orang-orang percaya dalam percakapanmu
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (ga-
dan kelakuanmu, dalam cara engkau mengasihi
bungan). Sumber data yang dipakai dalam penelitian sesama dan percaya kepada Yesus Kristus, dan
kualitatif berupa lingkungan alamiah. dengan hidupmu yang murni.
Kajian utama dalam penelitian eksegesis Dalam ayat ini, kata Mhdei,j secara harafiah berarti
adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kondi- “tidak ada seorang pun”. Terjemahan bahasa Inggris
si dan situasi sosial. Penulis melakukan analisis data menggunakan kata no one, tetapi beberapa terjemah-
dengan memperbanyak informasi, mencari hubung- an bahasa Inggris lainnya menambahkan kata don’t
an ke berbagai sumber, membandingkan, dan mene- atau let, misalnya NIV menggunakan don't let any-
mukan hasil atas dasar data sebenarnya (tidak dalam one atau YLT menggunakan frase let no one. Pener-
bentuk angka). Dalam tulisan ini, penulis mengkaji jemahan yang sama digunakan oleh Alkitab TB yang
teks 1 Timotius 4:11-16 untuk menganalisis pan- memakai frase “Jangan seorangpun”. Beberapa pe-
dangan Alkitab tentang kepribadian guru Kristen. ngertian kata Mhdei,j sebagai berikut: 1) adj. no (
Sumber utama dalam penulisan ini adalah Alkitab. Kis.13:28; 25:17; 28:18; 1 Kor. 1:7; 1Ti 5:14; Ibr.
Proses analisis yang dilakukan oleh penulis adalah 10:2); with another negative no…at all (2Kor. 6:3;
menggunakan berbagai sumber pustaka maupun elek- 13:7; 1Pet. 3:6). 2) substantiv emhdei, jnobody (Mat.
tronik yang terpercaya untuk mendukung analisis 8:4; Mrk. 7:36; Ac. 9:7; 11:19; Ro. 12:17; 1Kor.
penulis. Untuk menghindari kesalahan dalam proses 10:24; Why. 3:11). mhde, nothing (Mrk. 1:44; Lk 9:3;
intepretasi teks Alkitab, penulis meminta kepada se-
Kis. 8:24; Rm. 13:8; 1Kor. 10:25; Gal. 6:3); not at
jawat untuk memeriksa hasil analisis yang penulis
all, in no way (Mrk. 5:26; Luk. 4:35; Kis.4:21;
lakukan.
Fil.4:6; Yak. 1:6). (Bahan elektronik, Bible Work 7).
Kata jangan, mengandung arti teguran kepa-
HASIL DAN PEMBAHASAN
da Timotius agar berdiri sebagai seorang pemimpin
Hasil analisis terhadap teks 1 Timotius 4:11-
muda yang berani, tegas, kuat, dan tidak perlu mera-
16, penulis menemukan beberapa kepribadian guru
sa malu, demi keselamatan jemaat dari pengaruh
Kristen.
ajaran sesat. Sebab itu, Rasul Paulus memerintahkan
agar Timotius menjadi teladan. Kata gi,nou (ginu)
Keteladanan
adalah kata kerja imperatif untuk orang kedua tung-
Kualifikasi kepribadian seorang pengajar
gal yang diterjemahkan “jadilah”. Kata ini didahului
yang harus dimiliki oleh Timotius adalah “Ketela-
oleh kata tu,poj (tupos) artinya teladan, tanda, contoh
danan.” Kepada Timotius, Paulus berkata “Jangan
(Drewes, Haubeck dan von Siebenthal, 2006, p.
seorangpun menganggap engkau rendah karena eng-
219). Sebenarnya kata tu,poj (tupous) berarti pukulan.
kau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya,
Beberapa penggunaannya, misalnya to,pon (tupon)

66 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


yang diterjemahkan dalam ITB dengan tanda bekas itu dianggap muda, karena ia berhadapan de-
(Yoh. 20:25); sesuatu bentuk yang terjadi karena pu- ngan orang-orang yang kebanyakan lebih tua
dari padanya. Yang jelas para penatua yang ha-
kulan; seperti tu,pouj (tupos) yang diterjemahkan de-
rus ia beri instruksi-instruksi jauh lebih tua.
ngan patung-patung (Kis. 7:43); tu,pon (tupon) diarti- Dan bagi mereka pasti tidak mudah untuk me-
kan juga sebuah desain ukuran yang dijadikan seba- nerima instruksi-instruksi dari padanya
gai pola atau model (Kis. 7:44; Ibr. 8:5). Beberapa Barclay (2009, p. 153) menyatakan bahwa salah satu
penggunaan lain adalah dalam hal bentuk tulisan kesulitan Timotius adalah karena ia masih muda,
(Rm. 6:17); dan menjadi contoh, pola, model dalam tetapi bukan berarti ia masih remaja, sebab ia sudah
hal sikap (1Tim. 4:12). Secara khusus dalam 1 Tim. menjadi pembantu Paulus selama 15 tahun. Kata
4:12 menunjuk kepada sebuah contoh yang akan di- Yunani yang digunakan untuk ‘muda’ adalah neotes,
ikuti, yang dalam hal ini Timotius akan dijadikan yang digambarkan sebagai usia untuk masuk militer
contoh atau panutan. Artinya, Timotius dijadikan se- hingga umur 40 tahun. Kanon rasuli menyatakan
orang yang meninggalkan sesuatu yang berkesan pa- bahwa seseorang tidak boleh menjadi penilik jemaat
da orang lain, hal mana membuat orang tersebut sebelum umurnya lebih dari 50 tahun karena dengan
mengikutinya. Dari penjelasan di atas, dapat dipaha- itu ‘ia telah melewati kenakalan masa muda’. Jika
mi bahwa sebagai seorang pengajar, Timotius dimin- dibandingkan dengan Paulus, umur Timotius jauh le-
ta oleh Paulus agar menjadi teladan bagi jemaat se- bih muda sehingga banyak orang akan memandang-
kalipun dia masih muda. Permintaan ini mengan- nya dengan sebelah mata. Sebab itu, Paulus mendo-
dung makna bahwa pelayanan jemaat yang harus di- rong agar Timotius menjadi teladan dalam hidup dan
lakukan Timotius adalah pelayanan keteladanan (1 pelayanannya. Pelayanan yang dilakukan tidak ha-
Ptr. 5:3). nya dengan kata-kata saja, tetapi yang terpenting
Keteladanan merupakan hasil dari tindakan yaitu harus disertai dengan sikap dan tindakan yang
proses ketaatan dan ketekunan akan firman Tuhan. dapat menjadi panutan bagi seluruh jemaat. Dengan
Orang dikatakan teladan bila ia sudah melakukan hal menjadi teladan, ia akan dihormati oleh orang-orang
yang benar dan berdampak positif bagi orang lain. percaya tw/n pistw/n (tōn pistōn). Henry (Matthew
Sebab itu, keteladanan merupakan sikap yang sangat Henry’s Commentary on the Whole Bible dalam e-
dituntut oleh murid terlebih Tuhan.Keteladanan ha- Sword) menulis,
rus bersifat permanen dan saling berkaitan dengan To confirm his doctrine by a good example: Be
kedewasaan rohani. Orang dewasa rohani adalah thou an example of the believers, etc. Observe,
orang yang mempunyai integritas dan selalu beru- Those who teach by their doctrine must teach
by their live, else they pull down with one hand
saha untuk berbuah rohani.
what they build up with the other: they must be
Timotius telah dipanggil menjadi pelayan dan examples both in word and conversation. Their
Paulus menasihati agar jangan merasa malu untuk discourse must be edifying, and this will be a
mengajar, mendidik, dan memberitakan Injil, biar- good example: their conversation must be
strict, and this will be a good example: they
pun muda ketika ia menerima surat ini. Petunjuk must be examples in charity, or love to God and
untuk hal ini ditulis oleh Budiman (2008, p. 41), all good men, examples in spirit, that is, in
Ketika ia dibawa kepada pertobatan oleh Paulus spiritual-mindedness, in spiritual worship, - in
pada perjalanannya yang pertama (1Tim 1:2) faith, that is, in the profession of Christian
pada tahun 44, Timotius berusia paling tinggi faith, andin purity or chastity.
15 tahun (2Tim 1:5; 3:15 yang menyinggung Bagi orang-orang percaya dari kata pistw/n (piston)
masa kecil Timotius). Ia kemudian diikutserta-
kan sebagai pembantu Paulus pada perjalanan dalam bentuk adjective normal genitive masculine
ke-II (Kis. 16:1-3) pada saat itu Timotius ber- plural no degree dari kata pisto,j (pistos). Artinya:
usia paling tinggi 33 tahun. Usia ini bagi se- 1) trustworthy, faithful, dependable, inspiring trust
orang agama dan pembina jemaat pada zaman

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 67


or faith (Mat. 25:21, 23; Luk. 16:10–12; 1 Kor. 1:9; trophe, en agape, en pistei, en agneia). ”terdiri dari
7:25; Kol. 4:7; 1Tit. 1:12, 15; 2Tim. 2:2, 13; Tit. dari kata evn lo,gw| (en logoi) yaitu kata benda datif
3:8; Ibr. 2:17; 10:23; Why. 2:13). 2) trusting, cheri- (digunakan sebagai obyek penderita) maskulin tung-
shing faith or trust, also believing, faithful (J 20:27; gal. Berasal dari kata dasar lo,goj (logos) yang digu-
Ac 16:15; Gal 3:9; Eph 1:1). Of Christian believers nakan sebagai istilah umum untuk perkataan, tetapi
(Ac 10:45; 16:1; 1Ti 4:3, 12; 6:2). (Bahan Elek- juga sering sebagai kata atau berita (Mat. 22:46);
tronik, Bible Work 7). Timotius harus menjadi te- bisa juga dipakai sebagai firman atau berita (dari
ladan dari kehidupan Kristen. Ia dituntut untuk mem- Tuhan, Yoh. 1:1); juga dipakai untuk menyatakan isi
berikan teladan tentang apa yang diajarkan, yang di- dari pemberitaan (Luk. 5:1).Menurut Clarke (Adam
wujudkan di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga Clarke Commentary of the Bible, Bahan Elektronik
orang tidak akan memandang dia rendah. Kata e-Sword) bahwa, “In doctrine; teach nothing but the
“menganggap rendah” dari kata Yunani kata truth of God, because nothing but that will save
fronei,tw (kataphroneito) dalam bentuk, orang keti- souls. Sedang menurut Barnes (Albert Barnes’ Notes
ga tunggal, dari kata kata frone,w (kataphroneo), on the Bible, Bahan Elektronik e-Sword), “In
artinya”: 1) look down on, despise, scorn w. gen (Mat. “speech,” that is, your manner of conversation. This
6:24; 18:10; Luk. 16:13; 1 Kor. 11:22; 1 Tim. 4:12; does not refer to his “public teaching” - in which he
2 Pet. 2:10; Tit. 2:15). Entertain wrong ideas about could not probably be an “example” to them - but to
(Rm. 2:4; 1Tim. 6:2). 2) care nothing for, disregard, his usual and familiar conversation.”
be unafraid of (Ibr. 12:2). (Bahan Elektronik, Bible Dalam hubungannya dengan konteks ayat
Work 7). Budiman (2008, p. 41), menjelaskan, ini, Timotius diperintahkan untuk menjadi teladan
Paulus ingin menabahkan hati Timotius dengan dalam perkataan, baik yang ia sampaikan secara pri-
mengatakan bahwa orang tidak akan mengang- badi kepada beberapa orang maupun yang disampai-
gap remeh dia, bila ia menjadi teladan bagi
kan di depan umum. Perkataan ini di sini berhubung-
orang-orang percaya. Kewibawaan seorang pe-
mimpin rohani tidak terutama terletak di dalam an erat dengan pengajaran tentang doktrin. Karena
hal-hal lahiriah seperti usia, kekayaan, kepin- kata evn lo,gw| (en logoi) dalam bentuk tunggal maka
taran, penggunaan kekerasan, melainkan di da- yang dimaksudkan adalah seluruh perkataan Timo-
lam keteladanan hidup. Bilamana orang percaya
tius harus menjadi panutan atau teladan bagi orang
melihat di dalam pemimpinnya pencerminan
Yesus Kristus, maka dengan sendirinya mereka lain.
akan menghormatinya, sama seperti mayang Perkataan selalu berhubungan dengan lidah.
gandum tunduk kepada angin yang bertiup dan Lidah adalah bagian tubuh yang sekalipun kecil te-
berlalu di ladang.
tapi sulit untuk dikendalikan dan dikuasai. Firman
Sebagai seorang pengajar Timotius dituntut un- Tuhan mengatakan bahwa jika seseorang bisa me-
tuk memberikan teladan tentang apa yang dia-
ngendalikan lidahnya maka ia adalah orang yang
jarkan, yang diwujudkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan menjadi teladan, ia akan di- sempurna dan dapat juga mengendalikan tubuhnya.
hormati oleh orang-orang percaya tw/n pistw/n Yesus mengatakan, masalah lidah juga menyangkut
(tōn pistōn). Keteladanan Timotius harus nam- masalah hati, karena ‘yang diucapkan mulut meluap
pak dalam lima aspek, yaitu: Pertama, Ketela-
dari hati’. Orang yang dapat mengendalikan lidah-
danan dalam perkataan; kedua, Keteladanan da-
lam kasih, dan ketiga, Keteladanan dalam kesu- nya adalah orang-orang yang mempunyai perbenda-
cian. haraan yang baik dalam hatinya. Menurut Plato se-
bagaimana yang dikutip Unarto (2006, p. 128) bah-
Keteladanan dalam Perkataan wa orang bijak hanya berbicara jika mereka mem-
Kalimat “metheis sou tes neotetos kataphro- punyai sesuatu yang harus dikatakan; tetapi orang
neito, alla tupos ginou ton piston en logo, en anas- bodoh berbicara karena mereka harus mengatakan

68 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


sesuatu. Sebab itu, setiap orang perlu mengendalikan tidak suka dengan dusta atau tipu daya, sebab itu
apa yang mereka hendak katakan dengan menguasai perintah untuk jangan mengucapkan saksi dusta
lidahnya, karena adalah lebih baik untuk lambat ber- termasuk di dalam kesepuluh firman (Kel. 20:16).
kata-kata daripada cepat berkata-kata dan selalu me- Kelima, keteladanan untuk tidak memuji atau mera-
nemui masalah pada akhirnya. Dalam Yakobus 3:2 yu berlebihan. Rayuan adalah salah satu bentuk dari
dikatakan, “Sebab kita semua bersalah dalam banyak perangkat Iblis. Manusia jatuh ke dalam dosa karena
hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, rayuan Iblis. Demikian pula, seseorang dapat jatuh
ia adalah sempurna, yang dapat juga mengendalikan karena kata-kata rayuan orang lain. Pujian yang tu-
seluruh tubuhnya.” Itu berarti, menguasai lidah ada- lus atau kata-kata yang membesarkan hati atau mem-
lah hal yang sangat penting karena berhubungan de- beri semangat memang diperlukan dan sangat besar
ngan perkataan. Keteladanan dalam perkataan berar- artinya, tetapi pujian yang berlebihan yang tidak se-
ti penguasaan diri atas lidah dan ucapan yang dike- suai dengan kenyataan merupakan suatu kebohongan
luarkan (Unarto, 2006, pp. 129-131). Tujuh hal po- yang berbahaya. (Maz. 5:10). Keenam, keteladanan
kok berkaitan dengan hal itu yakni: Pertama, ketela- dalam penguasaan lidah atas cerita-cerita dan humor
danan menyimpan rahasia. Setiap orang harus beru- jorok. Setiap orang harus menjauhi cerita-cerita dan
saha untuk dapat menyimpan rahasia orang yang te- humor yang jorok. Kata-kata yang kotor dapat mem-
lah dipercayakan kepadanya. Jika orang tidak mam- bentuk gambaran yang kotor juga di dalam pikiran
pu menyimpan rahasia maka ia akan dijauhi oleh te- orang, baik yang mengatakan, maupun yang mende-
man-temannya. Seperti dikatakan, “Siapa mengum- ngarkan. (Kol. 3:8). Ketujuh, keteladanan untuk ti-
pat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau dak terbawa arus untuk memfitnah atau menggosip-
bergaul dengan orang yang bocor mulut (Ams. 20: kan. Kata-kata yang ditabur ke telinga orang lain
19). Kedua, keteladanan dalam penguasaan lidah akan bertumbuh. Jika yang ditabur adalah fitnah ma-
terhadap perkataan negatif. Perkataan yang negatif ka akibatnya akan timbul kepahitan dan buah-buah
dapat memengaruhi orang-orang di sekelilingnya. yang buruk. Istri Potifar memfitnah Yusuf yang
Perkataan yang negatif dari sepuluh orang mata-ma- mengakibatkan Potifar yang mendengarnya menjadi
ta yang diutus untuk mengintai tanah Kanaan me- marah. (Kej. 39:17-19).
ngecilkan hati semua orang Israel dan menyebabkan Perkataan memegang peranan yang sangat
mereka berkeluh kesah dan mengeraskan hati terha- penting dalam kehidupan setiap orang khususnya da-
dap janji-janji Allah. (Ul. 1:28). Ketiga, keteladanan lam pergaulan dengan orang lain. Dalam sebuah ke-
untuk tidak mengucapkan kata-kata yang menyakit- luarga, perkataan yang digunakan sangat berpenga-
kan/cemooh. Mengolok-olok seseorang adalah per- ruh pada perkembangan anak. Perkataan yang baik
buatan yang sangat menyakitkan hati, khususnya ke- dapat memberikan kesehatan rohani, mental dan jas-
tika seseorang mengolok-olok atau mempermainkan mani (Said, 2010, p. 92). Dalam Amsal dikatakan,
nama seseorang, mengejek keluarganya atau masa- “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya ba-
lah fisiknya. Ketika seseorang melakukan sesuatu gaikan buah apel emas di pinggan perak (Ams. 25:
yang melukai hati, maka sebaiknya seseorang tidak 11). Allah mengajarkan agar setiap orang tidak
perlu membalas dengan ucapan-ucapan yang juga menggunakan ucapan yang negatif, khususnya orang
menyakitkan. Tetapi sebaliknya harus belajar dari tua kepada anak-anaknya karena perkataan yang ne-
Tuhan Yesus yang setia mengendalikan bibir-Nya gatif seperti goblok, bodoh, canggung, malas, pe-
untuk tidak membalas, memaki-maki, mengancam malu, buruk, dan lain-lain dapat membuat anak men-
dan menyumpahi orang yang telah menyakiti-Nya jadi sosok yang tidak percaya. Segala ucapan negatif
(Yes. 53:7; I Pet. 2:22-23). Keempat, keteladanan yang diterima anak akan melekat dalam hatinya, dan
untuk tidak bicara tentang dusta dan tipu daya.Allah mereka akan cenderung menjadi sosok dan bertindak

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 69


seperti julukan yang diberikan kepadanya. Daripada cian dalam hati dan pikiran. Karena ucapan dan pe-
orang tua memberikan julukan negatif kepada anak- rilaku merupakan cerminan hati dan pikiran. Hanya
anaknya, akan lebih baik jika orang tua atau guru dengan kebersihan dan kesucian hati dan pikiran ma-
memberikan pujian kepada anak-anaknya. Memuji ka Timotius dapat menjadi teladan, bukan hanya ba-
anak-anak merupakan tindakan dan sikap yang po- gi orang percaya saja, tetapi juga bagi semua orang
sitif (Nainggolan, 2008, p. 95-96). Dengan memberi- yang mengenalnya. Timotius harus mewujudkan da-
kan pujian kepada anak, mereka akan bertumbuh lam kehidupannya apa yang diajarkannya dalam
menjadi anak yang dapat bersyukur kepada Tuhan khotbahnya. Menurut Barnes (Albert Barnes’s No-
dan menghargai orang lain. tes) perkataaan atau khotbah yang tidak dapat dicela
Dapat dipahami bahwa setiap orang, baik adalah khotbah yang murni dan sungguh-sungguh
yang tua maupun yang mudah harus berusaha untuk dalam bahasa, berbobot dalam penjelasan dan mem-
dapat menguasai lidahnya sehingga setiap perkataan pertahankan kebenaran doktrin. Henry (Matthew
yang keluar dari mulutnya bukanlah perkataan yang Henry’s Commentary) juga menegaskan hal yang sa-
sia-sia dan perkataan yang kotor, tetapi perkataan ma dengan memberikan penjelasan bahwa khotbah
yang dapat membangun orang lain. Paulus mengata- yang tidak dapat dicela adalah khotbah yang meng-
kan, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mu- gunakan bahasa yang mengekspresikan kebenaran
lutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk Kitab Suci dengan tujuan untuk kehormatan Allah,
membangun, di mana perlu, supaya mereka yang Kristus dan kerajaan-Nya serta untuk kesejahteraan
mendengarnya beroleh kasih karunia” (Ef. 4:29). dan kebahagiaan manusia. Itu berarti, dalam melak-
Abineno berkata istilah “sapros” (Yunani) berarti sanakan pelayanan Timotius dituntut untuk mampu
tua, rusak, rapuh, kotor. Karena itu dapat dijelaskan menjadi teladan dalam perkataan, yakni perkataan-
“logos sapros” dapat diterjemahkan sebagai perka- nya harus baik, jelas, penuh hikmat, menguatkan dan
taan yang buruk atau perkataan yang kotor yang dapat membangun orang lain. Apabila ada orang
akan mendatangkan kebinasaan. Kata-kata kotor yang meminta petunjuk, maka perkataan atau jawab-
yang membinasakan dikatakan keluar dari mulut se- an Timotius harus benar sesuai dengan Alkitab atau
betulnya berasal dari hati. Daripada menggunakan firman Allah. Perkataan yang sehat adalah pesan
kata-kata kotor yang keluar dari hati, disarankan dalam proporsi yang benar dan seimbang.
untuk menggunakan kata-kata yang bersifat baik de- Berdasarkan uraian di atas peneliti menyim-
ngan istilah yang digunakan Paulus “logos aga- pulkan bahwa menjadi teladan dalam perkataan ber-
thos.” Sebab perkataan yang baik akan mendatang- arti seluruh perkataan, baik yang disampaikan secara
kan kebaikan atau membangun bagi yang mende- pribadi kepada beberapa orang maupun yang disam-
ngarnya. Membangun bagi mereka yang mendengar- paikan di depan umum khususnya dalam pengajaran,
nya memiliki pengertian di mana para pendengar harus menjadi berkat bagi orang lain. Adapun lang-
mendapatkan berkat dari Allah. (Abineno,1989, pp. kah yang perlu ditempuh agar dapat menjadi teladan
162-63). Itu berarti bahwa setiap orang dituntut un- dalam perkataan adalah: menjaga hati, mengendali-
tuk mampu menguasai lidahnya agar setiap perka- kan lidah untuk tidak mengucapkan perkataan kotor,
taan yang diucapkan dapat membangun orang lain. berusaha menggunakan perkataan yang baik yang
Begitupun dengan Timotius, walaupun iamasih mu- dapat membangun dan menjadi berkat bagi orang
da, tetapi ia harus menjadi teladan dalam perkataan- lain.
nya dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor, fit- Jadi dapat disimpulkan bahwa keteladanan
nah, gosip dan membicarakan keburukan orang lain. dalam perkataan berkaitan erat dengan Logos yang
Dengan menjaga kesucian perkataan dan tingkah la- memiliki makna, yaitu: perkataan, pembicaraan, pem-
ku secara otomatis hal ini akan memberikan kesu- beritaan, firman dan pengajaran. Ini menyatakan

70 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


bahwa seorang yang memiliki kepribadian sebagai yang terjalin dalam persahabatan. Ketiga, eros yaitu
pendidik dan pengajar harus selalu berkata-kata jujur kasih yang bersifat romantis. Ketiga macam kasih
dan penuh kasih. Menjadi teladan dalam perkataan ini merupakan pemberian Allah bagi manusia supa-
berarti harus berkata jujur, mengucapkan kata-kata ya manusia saling mengungkapkan kasihnya. Se-
yang membangun, dapat memberi semangat atau do- dang yang keempat adalah agape yaitu kasih ilahi,
rongan kepada orang lain. kasih yang unik; kasih Allah kepada manusia (Ro-
berts, 1988, p. 31). Barclay (2003, pp. 79-80) lebih
Keteladan Dalam Kasih rinci menjelaskan arti keempat istilah kasih tersebut.
Dalam 1 Timotius 4:12 terdapat kata benda Pertama, agape yaitu kasih yang paling tinggi dan
kasih yang diterjemahkan dari kata avga,ph (agapēi) mulia, yang mana tidak melihat nilai dari objeknya.
datif maskulin orang pertama tunggal berasal dari Ini digunakan untuk menjelaskan tindakan pengor-
kata avga,ph (agapē). Beberapa penggunaan kata banan tanpa ada maksud yang jahat, baik bagi diri
avga,ph (agapē): kasih atau kehendak baik (Yoh. 15: sendiri maupun bagi orang lain. Juga digunakan un-
13; Rm. 13:10). Kasih ini dinyatakan pada sesama tuk menggambarkan kasih Allah kepada manusia,
manusia dan kepada Tuhan. Kadang-kadang juga pe- kasih manusia kepada Allah, dan kasih manusia ke-
makaiannya untuk kasih Tuhan kepada manusia pada sesamanya dalam bentuk yang umum. Kedua,
(Rm. 5:8; 8:39). Kasih adalah sifat Ilahi yang eros yaitu kasih yang dinyatakan kepada lawan je-
terutama dalam kehidupan Kristen. Kasih lebih besar nis, pria dan wanita. Ketiga, philia yaitu kasih yang
dari iman dan pengharapan, lebih mulia dari segala menunjukkan kehangatan yang diberikan kepada
karunia Roh Kudus yang ajaib, sebab kasih tidak orang-orang yang dekat, seperti kawan. Keempat,
berkesudahan. Semua akan lenyap, tetapi kasih tetap storge yaitu kasih sayang yang lebih umum diguna-
kekal selama-lamanya (1 Kor.13:8, 13). Tidak ada kan dalam hubungan keluarga, orang tua dengan
ciri seorang Kristen yang lebih menonjol daripada anak-anaknya.
kasih (Graham, 1978, p. 308). Dengan demikian se- Konsep tentang agape banyak ditemukan
mua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid- dalam Kitab-kitab Perjanjian Baru. Pada waktu Ye-
murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi (Yoh. sus mengatakan, “Kasihilah musuhmu,” dalam Injil
13:35). Pasal yang paling agung mengenai kasih di Matius, Tuhan Yesus memakai kata agape. Pada
dalam Alkitab adalah 1 Korintus 13. Karena jikalau waktu Yesus mengatakan, “agar para murid-Nya sa-
kasih tidak menjadi ciri kehidupan seseorang, maka ling mengasihi,” dalam Injil Yohanes, Yesus juga
kosonglah kehidupannya (Graham, 1978, p. 309). memakai kata agape. Pada waktu Yesus mengata-
Petrus berkata, “Tetapi yang terutama: kasihlah kan, “Kasihilah sesamamu manusia,” dalam Injil
sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab ka- Markus, Ia memakai kata agape. Pernyataan bahwa
sih menutupi banyak sekali dosa” (1 Pet. 4:8). “Allah adalah kasih,” juga menggunakan agape. Da-
Dalam Bahasa Yunani terdapat tiga macam lam The New Bible Dictionary kata kasih agape di-
kasih yakni: Pertama, eros yaitu kasih birahi atau definisikan dalam bahasa Yunani sebagai ‘bentuk
hawa nafsu manusia. Kedua, fileo yaitu kasih manu- kasih yang tertinggi dan termulia, yang melihat ob-
sia secara alamiah, misalnya suami terhadap istri, yeknya sebagai sesuatu yang sangat berharga (Gra-
ibu terhadap anak, dan sebagainya. Ketiga, agape ham, 1978, p. 310).
yaitu kasih yang dinyatakan oleh Kristus (Senduk, tt, Allah menghendaki agar manusia saling me-
p. 41). Sementara Bahasa Yunani Sehari-Hari pada ngasihi satu dengan yang lain, dengan kasih agape,
abad pertama menggunakan empat macam kasih yak- sebab ketiga kasih, yakni storge, philo dan eros ha-
ni: Pertama, storge yaitu kasih sayang yang terjalin nya dapat berfungsi dan terjalin dengan baik seba-
di antara anggota keluarga. Kedua, philos yaitu kasih gaimana mestinya jika didasari oleh kasih agape. Ja-

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 71


di, dengan adanya kasih agape, maka dalam suatu berlaku untuk seluruh umat manusia, dan merupakan
kehidupan yang suci, yaitu kehidupan yang dipimpin jawaban atas segala masalah manusia dalam keadaan
oleh Roh Kudus, ketiga macam kasih ini dapat ber- apapun juga. Karena kasih Allah itulah penyataan
fungsi pada tempatnya dan terjalin dengan baik. Kristus hidup dalam diri manusia.
Ada perbedaan antara kasih yang merupakan Bagi Paulus, kasih telah dinyatakan sepe-
kebutuhan dengan kasih yang merupakan pembe- nuhnya ketika Allah mengutus Anak-Nya dan dalam
rian/karunia (gift-love). Mengenai kasih yang meru- kematian sang Anak di kayu salib (Rm. 5:6-8). Ini
pakan kebutuhan Senduk (tt., 41) mengatakan bahwa bukanlah sekedar teori atau realitas yang abstrak.
kasih manusia berakar pada egoisme dan bergantung Roh Kudus telah mencurahkan kasih itu ke dalam
pada keadaan, misalnya jika ada kepentingan, keper- hatinya (Fee, 2004, p. 158). Arti sebenarnya dari ka-
luan, kesenangan, keuntungan, baru ada rasa kasih, ta agape adalah kebajikan yang tak dapat dihalangi.
sementara jika tidak ada kepentingan, maka tidak Jika orang Kristen memperlakukan seseorang de-
ada kasih. Manusia mengasihi Allah dan sesama ka- ngan agape, maka segala tingkah laku dan perbuatan
rena adanya kebutuhan dalam dirinya, namun kasih orang tersebut tidak akan menghalangi orang Kristen
Allah kepada manusia adalah kasih anugerah. Hanya untuk tetap melakukan yang terbaik baginya Sekali-
Allah yang sanggup melimpahkan gift-love. Allah pun orang tersebut menghina atau menyakiti hati,
sendiri tidak membutuhkan apa-apa, tetapi adalah orang Kristen tetap bersikap baik dan mengusahakan
perintah Allah agar manusia mengalami dan memili- yang terbaik baginya (Barclay, 2003, pp. 209-210).
ki agape. Ia menghendaki agar manusia mengasihi Dapat pahami bahwa kasih kristiani bukanlah sesua-
Allah dan sesama dengan kasih agape (Roberts, tu yang bersifat emosional, yang hanya keluar dari
1988, p. 32). Di sini jelas bahwa kasih yang diprak- perasaan, tetapi juga keluar dari kemauan. Agape
tikkan Yesus adalah kasih yang melampaui kasih adalah kasih ilahi, kasih yang unik. Kasih itulah
manusia yaitu kasih bukan karena tetapi kasih walau- yang dinyatakan dan dibicarakan di dalam Alkitab.
pun. Umumnya manusia mengasihi sesamanya kare- Dan seharusnya hal itu merupakan ciri kehidupan
na ada sesuatu yang diharapkannya dari orang terse- Kristen dan kehidupan gereja (Yoh. 13:35).
but. Selain itu, orang mengasihi sesamanya selalu Surat 1 Yohanes 4:7-21 mengungkapkan bah-
mempertimbangkan banyak faktor, seperti; melihat wa agape itu mutlak penting bagi Allah, bagi orang-
status sosial, ekonomi, hubungan persaudaraan, dan orang Kristen, dan bagi kesaksian kepada dunia ini.
karena sebab akibat. Artinya, seseorang mengasihi Agape sudah menyatu dengan pribadi Allah, yakni
karena orang lain mengasihinya. Manusia mengasihi Allah yang tidak membutuhkan apa-apa tetapi yang
sesamanya karena sebelumnya telah menerima suatu memilih untuk ‘memberi’. Tabiat Allah adalah ka-
perlakuan yang baik atau menguntungkannya, atau sih. Ia mengasihi, bukan karena Ia mempunyai ob-
karena ada sesuatu yang diharapkan. yek-obyek yang wajar bagi kasih-Nya, tetapi karena
Kasih Allah sama sekali berbeda, oleh kare- memang tabiat-Nya mengasihi. Kasih-Nya bagi se-
na kasih Allah adalah pemberian tanpa kepentingan seorang tidak bergantung pada keadaan-Nya, tetapi
dan tidak mementingkan diri sendiri, melainkan bergantung pada hakikat Allah sendiri (Moris, 1982,
memberikan diri sendiri (Sanders, 2002, p. 462). Se- p. 903). Sebab itu, dikatakan bahwa Allah adalah ka-
baliknya kebanyakan kasih manusia adalah kasih sih (1 Yoh. 4:8b). Demonstrasi agape dari Allah
yang mementingkan diri sendiri (Graham, 1978, p. yang termulia ada pada salib di mana Ia mengirim
310). Manusia sangat membutuhkan agape, yaitu ka- Anak-Nya, Kristus Yesus untuk mati bagi dosa-dosa
sih yang sempurna, yang tidak berdasar pada kepen- manusia (Graham, 1978, p. 310). Tentang kasih,
tingan sendiri dan tidak bergantung pada keadaan Piper (2006, p. 21) menuliskan:
yang berubah-ubah. Kasih Allah adalah universal,

72 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


Kematian Kristus tidak hanya menunjukkan ka- seorang mengasihi Allah adalah mengasihi sesama
sih Allah (Yoh. 3:16), tetapi juga merupakan (bnd. 1Yoh. 4:20). Kasih kepada Allah itu dinyata-
pernyataan tertinggi dari Kasih Kristus sendiri
kan melalui tindakan konkrit kepada sesama. Tuhan
bagi semua orang yang menerima kasih-Nya se-
bagai milik pusaka mereka. Orang Kristen mu- Yesus menyatakan bahwa mengasihi sesama meru-
la-mula, yang paling menderita karena menjadi pakan “hukum yang sama” dengan mengasihi Allah
orang Kristen, menyadari fakta ini: Kristus me- (Mat. 22:39). Itu berarti kasih kepada sesama dida-
ngasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk
sarkan atas kasih kepada Allah. Tuhan Yesus me-
aku (Gal. 2:20), Kristus telah mengasihi jemaat
(gereja) dan telah menyerahkan diri-Nya bagi- merintahkan para pengikut-Nya agar saling mengasi-
nya” (Ef. 2:25), Tidak ada kasih yang lebih be- hi sebagaimana Ia mengasihi manusia (Yoh. 13:34).
sar dari pada kasih seorang yang memberikan Penekanan Yohanes 13:34 adalah mengasihi sesama
nyawa-Nya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:
sebagaimana Yesus mengasihi manusia.
13), Anak manusia datang bukan untuk dilaya-
ni, melainkan untuk melayani dan untuk mem- Sebagai orang Kristen, melakukan perbuatan
berikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi ba- baik bukan untuk bisa masuk surga, tetapi sebagai
nyak orang (Mat. 20:28). bukti menaati dan berbuat apa yang benar untuk
Boice (1981, p. 14) menjelaskan bahwa kehidupan mengungkapkan kasih kepada Allah, yang sangat
dan kematian Kritus merupakan penyataan sempurna mengasihinya (Wulf,1997, p. 122). Allah memanggil
dari gift-love, yakni pemberian kasih agape (Yoh. manusia untuk menjawab kasih-Nya dengan menga-
3:16; Rm. 5:8). sihi Tuhan dengan seluruh keberadaan hidup.Dalam
Agape adalah kepribadian Allah sendiri yai- Matius 22:37 dikatakan, “Kasihilah Tuhan Allahmu
tu, kasih tanpa syarat dan rela berkorban. Siapapun dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal
orangnya, apapun keberadaannya, kasih agape akan budi. Wiersbe (2012, p. 66) mengatakan, “Dalam
mampu menerimanya bahkan mencapainya (Anto- Kasih (kemurahan) menunjuk kepada motivasi kehi-
nius, 2002, p. 124). Jadi, memiliki kasih berarti me- dupan kita. Kita tidak boleh menaati Allah supaya
miliki kepribadian yang kekal, lebih besar dari ha- dihargai oleh manusia (Mat. 6:1), tetapi kita me-
rapan atau iman sekalipun. Allah adalah teladan ter- naati-Nya karena kita mengasihi Allah dan umat-
agung untuk cinta kasih yang tanpa syarat, proaktif Nya“. Brownlee (1997, pp. 63-64) menuliskan em-
dan rela berkorban hingga kepada pengorbanan yang pat alasan manusia hidup dalam kasih. Pertama, ka-
paling mahal. sih berarti pengharapan pada kehidupan manusia se-
Kasih berawal pada kasih kepada diri sen- bagaimana Tuhan mengasihi setiap orang (Mat. 5:
diri, lalu kasih kepada sesama dan kasih kepada 45). Kedua, kasih adalah sebuah sikap berbelas ka-
Allah. Ketiganya tidak terpisahkan, melainkan seba- sihan kepada orang yang dinyatakan melalui tinda-
gai satu kesatuan. Orang mampu mengasihi diri sen- kan kongkrit. Ketiga, kasih merupakan kepekaan ke-
diri, karena orang tersebut telah menerima kasih dari pada kebutuhan dan penderitaan orang lain. Keem-
Allah. Manusia mengasihi karena Allah lebih dahulu pat, obyek kasih Kristen tidak terbatas pada orang-
mengasihinya (1Yoh. 4:19). Karena dikasihi, lalu orang terdekat saja. Rasul Yohanes menegaskan bah-
mengasihi. Sesudah mengasihi diri sendiri juga sese- wa karena orang-orang Kristen, lahir dari Allah, dan
orang perlu mengasihi sesamanya. Kasih kepada se- menjadi anak-anak-Nya, maka kasih agape ada da-
samanya merupakan wujud kasih manusia kepada lam dirinya yang baru. Sebab itu, kasih agape itu
Allah, sumber kasih. Sebab, “Manusia tidak dapat seharusnya tidak hanya diungkapkan secara lisan
mengasihi Allah yang tidak kelihatan, jika ia tidak melalui perkataan semata-mata, tetapi harus juga
mengasihi saudaranya yang kelihatan. Siapa yang dinyatakan melalui perbuatan. Menurut Barclay
mengasihi Allah ia harus mengasihi saudara-sauda- (2009, p. 155) bahwa makna sesungguhnya dari aga-
ranya (1 Yoh.4: 19, 21). Jadi, salah bukti bahwa se- pe ialah kemurahan hati yang tak dapat ditaklukkan.

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 73


Apabila seseorang memiliki agape, tidak peduli apa yang berarti kemurnian sikap yang harus ditunjuk-
pun yang dilakukan atau dikatakan orang lain ke- kan oleh Timotius di dalam seluruh kehidupannya.
cuali yang terbaik bagi mereka, dan ini merupakan Kata a`gnei,a| (hagneiai) ini lebih menunjuk kepada
corak kasih agape yakni kasih yang mampu menca- kesucian dalam hal moral sebagai salah satu dari
kup seluruh kepribadian manusia. Jadi, kasih agape lima nilai (virtue) yang disarankan oleh Paulus se-
adalah penaklukan diri, yang dengannya seseorang bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang
menumbuhkan kepedulian terhadap orang lain. De- pengajar atau pemimpin jemaat (Bible Work 7).
ngan demikian, ciri pertama orang Kristen adalah Barnes (Albert Barnes’ Notes) menulis bahwa yang
kepeduliannya terhadap orang lain. dimaksudkan di sini adalah agar Timotius menjaga
Demikian juga dengan Timotius, rasul Pau- dirinya terhadap dosa seks. Sependapat dengan pan-
lus menasihati Timotius agar memiliki kasih agape. dangan Barnes di atas, Clarke (Adam Clarke’s Com-
Kasih Timotius harus tampak dalam kehidupan dan mentary) menyatakan bahwa kemurnian di sini
pelayanannya. Kasihnya terhadap sesamanya itu ha- mengarah pada kemurnian tubuh dan pikiran. Peri-
rus tampak nyata dalam rencana kerja pelayanannya. ngatan ini dimaksudkan agar Timotius menjaga diri-
Kasih Kristus (2 Kor. 5:14) harus menjadi dasar nya terhadap godaan wanita yang dapat menjadi go-
pelayanan penginjilan, dan juga harus tampak dalam daan besar bagi seorang laki-laki muda. Zehr menje-
kehidupannya. Begitu juga dalam kehidupan seorang laskan kata ‘kemurnian’ sebagai hal yang perlu di-
guru, dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, jaga oleh seorang pelayan muda, khususnya dalam
kasih Kristus harus menjadi dasar pelayanannya. Ka- hal dosa seksual dan cara memperingati seseorang.
sih guru harus nampak dalam pengajaran dan dalam Zehr (2010, pp. 101-102) mengomentari,
kehidupannya setiap hari, baik kepada rekan kerja, Purity may refer to sexual chastity (I1Tim 5:2).
pimpinan dan juga kepada anak didik. Jadi, kasih If so, we see here an implicit correctionof some
persons (1Tim 5:11-15; 2Tim 3:6). Purity also
yang termulia adalah agape. Jika didasari oleh kasih
means integrity of heart (ITim 5:22). These
agape, ketiga kasih lainnya dapat berfungsi dengan three interior qualities give authenticity to the
baik. Arti dan nilai ketiga kasih itu pun akan bertam- young leader’s public ministry. Leaders like
bah. Timothy who model what they preach and teach
are not intimidated by older persons and cul-
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpul-
tural norms, despite their youthfulness.
kan bahwa teladan dalam kasih harus tampak dalam
Sementara itu, Calvin (2007, p. 74) menuliskan de-
kasih agape, yaitu kasih yang sejati, kasih ilahi, ka-
mikian:
sih tanpa syarat, kasih yang rela berkorban, kasih
Chastity is not merely contrasted with unclean-
yang tidak akan digoyahkan oleh karena situasi dan
ness, but denotes purity of the whole life. Hence
kondisi yang bangaimana pun buruknya. Ini menun- we learn, that they act a foolish and absurd
jukkan bahwa kepribadian seorang pendidik dan pe- part, who complain that no honor is paid to
ngajar yang berketeladanan harus memiliki agape. them, while they have nothing about them that
is worthy of applause, but, on the contrary,
Dalam agape, seorang pendidik dan pengajar tidak
expose themselves to contempt, both by their
hanya mampu mendoakan musuh-musuhnya, tetapi ignorance, and by a detestable example of life,
juga mampu memberkati orang yang membencinya. or by levity or other abominations. The only
way of procuring reverence is, by excellent
virtues, to guard ourselves against contempt.
Teladan Dalam Kesucian
Kata benda kesucian dalam 1 Timotius 4:12 Jadi, sebagai seorang muda, Timotius diingatkan un-
diterjemahkan dari kata evna`gnei,a| (enhagneiai) yang tuk menjaga kemurnian dalam hal percakapan, ba-
berarti dalam kemurnian atau kesucian. Semua terje- hasa, kasih, iman, dan perbuatan. Posisi orang yang
mahan bahasa Inggris menggunakan kata purity menerima Kristus adalah suci, karena Kristus telah

74 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


menyucikan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. diri dan kesucian, disiplin dan tanggung jawab yang
Kata ‘suci’ berarti berorientasi pada Yang Suci. lebih tinggi daripada standar dunia (Barclay, 2008,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, p. p. 155). Warren (1996, p. 67) mengatakan,
1096), “Suci berarti bersih, bebas dari dosa, keramat Kesucian sangat penting karena kita hidup di
dan murni. Sedang ‘kesucian’ berarti kebersihan dalam dunia yang jahat sekarang ini. Efesus se-
buah kota yang menjadi pusat penyimpangan
hati, kemurnian.” Dalam bahasa Inggris ada tiga kata
seksual, dan orang muda seperti Timotius diper-
yang digunakan untuk kata suci yakni: Pertama, hadapkan kepada banyak godaan. Ia harus mem-
holy yaitu, suci. Kedua, whole yaitu sehat. Ketiga, punyai hubungan yang murni dengan perem-
holistic yaitu utuh. Ketiga kata ini memiliki akar puan-perempuan di dalam jemaatnya (ITim 5:2)
dan memelihara agar pikiran, hati, dan tubuh-
yang sama serta mempunyai makna yang saling ber-
nya tetap suci.
kaitan dan melengkapi. Kesucian berarti pangkal ke-
Paulus menasihati Timotius agar memiliki iman
sehatan yang menjamin keutuhan sebuah organisme
yang teguh, kasih yang semakin besar dan terutama
atau sistem (Sinamo, 2010, pp. 73-74). Blaiklok
supaya ia menjadi teladan dalam kesucian hidup.
(1981, p. 45) mengatakan bahwa, “Kesucian me-
Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang meng-
nyangkut kemurniaan hati dan hal memerintah diri
anggap ia rendah hanya karena umurnya yang masih
sendiri.” Jadi, kesucian adalah prasyarat utama un-
muda. Tetapi ia dapat menjadi panutan dan model
tuk hidup sehat, baik secara jasmani terlebih secara
yang baik, yang patut diikuti dan diteladani oleh
rohani. Dapat dipahami bahwa hidup suci adalah hi-
orang-orang yang dipimpinnya.
dup yang telah diperbaharui, dibenarkan, diselamat-
Dari uraian di atas nampak bahwa setiap
kan, dan dipisahkan dari kehidupan yang berdosa.
orang dituntut untuk menjaga kesucian hidup dengan
Menurut Tu’u (2010, p. 46), orang-orang yang telah
cara menjaga hati dan pikiran, serta tidak menodai
percaya Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh, ya-
dirinya dengan hal-hal buruk, kotor dan najis. Ke-
kin jika dosanya telah dihapuskan dan dibersihkan
sucian hidup perlu ditunjukkan melalui pengendalian
oleh Tuhan.
diri terhadap dosa. Pengendalian diri atau penguasa-
Panggilan hidup kudus menuntut manusia
an diri adalah terjemahan dari bahasa Yunani eng-
untuk berdisiplin dengan mempunyai sikap yang pan-
krateia (Strong, 1890, p. 25). Senada dengan apa
tang mundur (Roberts, 1988, p. 32). Pikiran-pikiran
yang disampaikan oleh Graham (1978, p. 310) me-
yang suci dan murni perlu dikembangkan dalam
ngatakan, penguasaan diri berasal dari kata Yunani
sikap dan perilakunya. Menurut Tu’u (2010, p. 46)
engkrateia yang berarti kuat, telah menguasai, da-
“Hidup suci dan murni perlu dikembangkan dan di-
pat mengontrol pikiran dan sikap pribadi. Kata ini
perjuangkan karena Tuhan yang telah membebaskan
juga dipakai untuk seorang atlit yang mendisiplin tu-
dan menyelamatkan adalah suci dan kudus. Dalam
buhnya (1 Kor. 9:25) dan untuk usaha orang kristiani
hubungannya dengan kesucian, maka Paulus mena-
dalam menguasai kebutuhan seks (1 Kor. 7:9). Kata
sihati Timotius soal standar moral hamba Tuhan.
engkrateia berasal dari kata bahasa Yunani kratos,
Paulus tahu bahwa Timotius masih muda sehingga
“kekuatan” (Vine, 1940, p. 114); bahasa Yunani
mudah terpengaruh oleh dosa. Firman Tuhan menga-
yang diterjemahkan kuasa. Menurut Aristoteles
jar agar setiap orang mampu untuk menjadi teladan
(1999, p. 104), “Pengedalian diri merupakan salah
dalam kesucian. Kesucian berarti kesetiaan kepada
satu kebajikan. Kebajikan tersebut merupakan dasar
standar Kristus, kesetiaan yang tak dapat ditakluk-
kepribadian sekaligus menjadi wujud nyata dari ke-
kan (Barclay, 2008, p. 155). Itu berarti, kesucian
bijaksanaan praktis.” Pengendalian diri dalam terje-
perlu ditunjukkan dengan pengendalian diri terhadap
mahan King James Version (KJV) berarti keseder-
godaan dosa. Seorang Kristen harus mempunyai
hanaan dan penguasaan diri. Kata yang dipakai oleh
standar kehormatan dan ketulusan hati, pengendalian
dalam KJV adalah temperance yang berarti mengua-

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 75


sai keinginan diri dan nafsu/hasrat diri. Sedang me- beriman yang mengasihi dunia akan terjerumus da-
nurut Sidjabat (2011, p. 256) pengendalian diri me- lam dosa keinginan daging, keinginan mata, keang-
rupakan ketenangan dan pengendalian atas dorong- kuhan hidup yang melawan kehendak Tuhan. Keti-
an-dorongan yang timbul dalam hati dan pikiran ga, membantu orang-orang beriman untuk tidak
agar dapat mencapai hidup yang lebih baik.Allah mencobai Kristus. Keempat, membantu orang-orang
mengehendaki supaya manusia mengendalikan beriman agar tidak bersungut-sungut.
dirinya dalam hawa nafsu (Ams. 23:1-3), perkataan Rasul Paulus menasihati Timotius agar men-
(Ams. 25:1-2), pengendalian lidah (Yak. 3:5-10) jadi teladan dalam kesucian melalui pengendalian
Sidjabat (2011, p. 256). Selain itu Unarto (2006, pp. diri, yakni mampu mengawasi dirinya sendiri. Da-
129-138) juga menambahkan pengendalian diri de- lam ayat 16b dikatakan, “Awasilah dirimu sendiri".
ngan menguasai mata (Mat. 6:22-23), menguasai pe- Kata ‘awas’ berarti suatu peringatan agar seseorang
rasaan (Flp. 2:5) sehingga dapat mengendalikan berhati-hati. Drewes, Haubeck, dan von Siebenthal
amarah, iri hati, ketidaksabaran, serta menguasai pi- (2006, p. 219) mengatakan, e;pece (epekhe) kata im-
kiran (Flp. 4:8) sehingga terhindar dari pikiran yang peratif datif dari kata evpe,cw; (epekheō) yang berarti
jahat, pikiran yang kotor dan pikiran yang serakah. berpegang pada, mengawasi.” Menurut Newman,
Sidjabat (2011, pp. 257-258) memaparkan cara agar (1995, p. 63) “Kata evpe,cw; (epekhō) dari aorist kata
bertumbuh dalam pengendalian diri sebagai berikut: epevscon (epeskhon) intrans yang berarti menatap,
Ada sejumlah prinsip yang dapat membantu menaruh perhatian; ev. Crovnon (ev. cronon) tinggal
pertama, teruslah memandang diri telah tersalib
beberapa lama (Kis. 19:22; trans berarti berpegang
bersama Yesus dalam kedagingan.Pandanglah
diri senantiasa telah menjadi satu dengan Yesus kepada (Flp.2:16).” Dengan demikian e;pece (epekhe)
Kristus dalam penyaliban-Nya, kematian dan berarti berpeganglah kamu pada. Alkitab TB meng-
kebangkitan-Nya. Kedua, berilah diri supaya gunakan frase awasilah.
selalu hidup oleh Roh Allah dan dipimpin oleh-
Kata yang digunakan untuk ‘dirimu’ adalah
Nya Menurut Paulus, Allah menghendaki umat-
Nya agar dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef. 5:18). seautw/| (seautoi, pronoun reflesif datif maskulin
Hal ini perlu dilakukan karena pengendalian tunggal) dari kata seautou/; (seautoū) yang berarti
diri pada dasarnya merupakan buah Roh itu
yourself atau dirimu sendiri (Bible Works 7). Me-
sendiri (Gal. 5:22-23). Ketiga, mintalah kepada
Tuhan agar Dia mengarunikan sifat penguasaan nurut Newman, (1995, pp. 152), “Kata seautou/;
atau pengendalian diri dengan pengucapan syu- (seautoū) berarti refleksif dirimu sendiri”. Dengan
kur. Keempat, nyatakanlah bahwa Allah mem- demikian, frase ‘awasilah dirimu sendiri’ dapat pula
berikan kepada kita bukan roh yang membang-
diterjemahkan sebagai ‘lihatlah dan berilah perhatian
kitkan kelemahan, melainkan kekuatan, kasih
dan pengendalian diri (2Tim. 2:17). Kelima, se- kepada dirimu sendiri, jagalah dirimu sendiri, kon-
rahkanlah anggota tubuh, juga pikiran dan emo- trollah dirimu sendiri dan berpeganglah pada dirimu
si dan suara hati kepada Tuhan sebagai persem- sendiri’.
bahan yang kudus kepada-Nya. Keenam, ba-
Kata ‘awasilah dirimu’ dalam I Timotius 4:-
ngunlah persahabatan dengan kelompok teman
seiman untuk menumbuhkan iman dan kepriba- 16, mengandung maksud ‘berikan dirimu sepenuh-
dian secara bersama-sama. nya kepadanya”. Timotius harus berusaha menjaga
Zoschak (1995, pp. 199-212) menjelaskan bahwa kehidupannya, dengan sungguh-sungguh, supaya ke-
ada empat fungsi dari pengendalian atau penguasaan hidupan dan pelayanannya dapat menjadi berkat ba-
diri yakni pertama, membantu orang-orang beriman gi orang lain (Wiersbe, 2012, p. 71). Dalam ayat itu,
mengalahkan roh penyembahan berhala sehingga Paulus menempatkan ungkapan ‘dirimu sendiri’ le-
mampu membatasi diri dalam tindakan, pemikiran bih dahulu daripada ‘ajaranmu’. Kata "dirimu sen-
dan perasaan termasuk terhadap hal-hal yang Tuhan diri" (Yunani: heauton) yang berarti penegasan. Ra-
sediakan. Kedua, melawan roh percabulan. Orang sul Paulus menegaskan bahwa Timotius perlu mem-

76 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


perhatikan dirinya sendiri, bukan hanya memperha- pendapat orang lain dan mudah mengaku salah jika
tikan diri orang lain. Paulus memberikan peringatan memang bersalah serta mengampuni sesama. Kedua,
yang sama juga kepada para penatua di Efesus da- kerohanian. Selain kepribadian, kerohanian merupa-
lam pesan perpisahannya, ‘Jagalah dirimu’ (Kis. 20: kan prinsip utama dalam pendidikan. Kekuatan pen-
28). Itu berarti mengawasi diri merupakan sesuatu didik tidak diukur dari yang dapat dikerjakan, tetapi
yang sangat urgen, mengingat sekarang ini banyak diukur dari hubungannya dengan Tuhan. (Sopater,
hamba Tuhan yang telah meninggalkan pelayanan Octavianus, Pardede, 1994, p. 16). Jadi seorang pen-
karena kehidupan mereka tidak sesuai dengan peker- didik haruslah berpikir secara alkitabiah, karena
jaan sebagai hamba Tuhan. Seorang pendidik dapat pengajarannya bersumber pada apa yang dikatakan
saja terlalu sibuk menolong orang lain sehingga ia Alkitab; konsep pengajarannya adalah konsep Alki-
melalaikan dirinya dan kehidupan rohaninya sendiri. tabiah.
Itu sebabnya sehingga seorang pendidik perlu meng- Penekanan pada kata “dirimu sendiri” mene-
awasi dirinya sendiri sebelum mengawasi orang lain. gaskan bahwa pendidik sendiri perlu memiliki dok-
Dalam Alkitab ada nasihat agar setiap orang meng- trin yang benar. Dalam mengajar, pendidik harus te-
awasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang lain. rus bertekun dalam melaksanakan tugas yang telah
Nasihat Paulus ini relevan mengingat kebanyakan dipercayakan kepadanya. Istilah bertekun termasuk
orang lebih suka mengawasi orang lain daripada istilah inti yang dipakai untuk melukiskan ketabahan
mengawasi diri sendiri (Unarto, 2006, p. 123). Da- seorang Kristen (Gal. 3:10; Ibr. 8:9; Yak. 1:25; Kis.
lam konteks itulah rasul Paulus mengingatkan, “Baik- 14:22; Kol. 1:23). Jadi pada dasarnya yang dimak-
lah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; sudkan adalah sama dengan "tinggallah" dari Yo-
maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri hanes 15 dan 1 Yohanes. Ini berarti, orang yang
dan bukan melihat keadaan orang lain” (Gal. 6:4). mengawasi diri adalah orang yang tetap tinggal di
Penguasaan diri adalah kemampuan menguasai diri dalam Kristus dan setia melakukan apa yang Kristus
dengan pertolongan kuasa Roh Kudus. Artinya, Roh perintahkan. Dalam kaitan dengan pengajaran, maka
Kudus yang tinggal di dalam diri manusia akan me- mengawasi diri berarti segala sesuatu yang bersifat
mampukan manusia untuk mengendalikan diri. Na- pribadi yang menjadi syarat dalam pengajaran. Se-
mun bagaimanapun juga, penguasaan diri menuntut hubungan dengan mengawasi diri, Barnes (Albert
usaha dari manusia untuk mengikuti pimpinan Roh Barnes’ Notes) memberi komentar berikut:
Kudus. Dalam konteks pendidikan, ada dua sisi yang This may be understood as relating to every-
merupakan syarat penentu keberhasilan seorang pen- thing of a personal nature that would qualify
him for his work. It may be applied to personal
didik (Sopater, Octavianus, Pardede, 1994, pp. 13-
piety; to health; to manners; to habits of living;
14) yakni: Pertama, kepribadian. Kehidupan pribadi to temper; to the ruling purposes; to the contact
seorang pendidik sangat menentukan gerak-gerik pe- with others. In relation to personal religion, a
layanan dan penanganan tugas-tugasnya. Seorang minister should take heed:(1) That he has true
piety; and, (2) That he is advancing in the
pendidik yang gagal secara pribadi dalam berumah
knowledge and love of God. In relation to
tangga atau dalam kehidupan pribadi lainnya, maka morals, he should be upright; to his contact
hal itu sangat berpengaruh atas seluruh tugas dan pe- with others, and his personal habits, he should
layanannya. Dalam mengajar, kepribadian seorang be correct, consistent, and gentlemanly, so as to
give needless offence to none. The person of a
pendidik jauh lebih disoroti dan diselidiki diban-
minister should be neat and cleanly; his
dingkan dengan orang-orang.lain. Jatuh bangunnya manners such as will show the fair influence of
seorang pendidik sangat bergantung kepada kehi- religion on his temper and deportment; his style
dupan pribadinya. Seorang pendidik haruslah berke- of conversation such as will be an example to
the old and the young, and such as will not
pribadian terbuka dan tidak kaku, bersedia menerima
offend against the proper laws of courtesy and

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 77


urbanity. There is no religion in a filthy person; percakapan, konsisten dalam hidup sesuai dengan
in uncouth manners; in an inconvenient and firman Tuhan, dan hidup dalam keserupaan dengan
strange form of apparel; in bad grammar, and
Kristus. Pendidik harus hidup suci termasuk tidak
in slovenly habits - and to be a real gentleman
should be as much a matter of conscience with terlibat dalam korupsi. Jadi, orang yang mengawasi
a minister of the gospel as to be a real Chris- diri adalah orang yang memiliki pribadi yang berin-
tian. Indeed, under the full and fair influence of tegritas dalam hidupnya, dan seharusnyalah hal itu
the gospel, the one always implies the other.
yang menjadi ciri khas kehidupan seorang pemimpin
Religion refinaaes the manners - it does not
corrupt them; it makes one courteous, polite, rohani (Bangun, 2010, p. 102). Sehubungan dengan
and kind - it never produces boorish manners, mengawasi diri, Henry (Matthew Henry’s Commen-
or habits that give offence to the well-bred and tary) juga berkomentar sebagai berikut,
the refined.
He presses it upon him to be very cautious:
Menurut Barnes mengawasi diri berarti dalam hu- “Take heed to thyself and to the doctrine,
bungan dengan orang lain, seorang pendidik harus consider what thou preachest; continue in them,
in the truths that thou hast received; and this
memiliki tata krama, sikap hidup benar, tidak pema-
will be the way to save thyself, and those that
rah, dan memiliki kesalehan hidup. Dalam hubungan hear thee.” Observe, (1.) Ministers are engaged
dengan agama, ia harus memiliki kesalehan sejati in saving work, which makes it a good work.
dan maju dalam pengetahuan dan kasih Allah. Da- (2.) The care of ministers should be in the first
place to save themselves: “Save thyself in the
lam hubungan dengan moral, ia harus tegas dalam
first place, so shalt thou be instrumental to save
berhubungan dengan orang lain dan kebiasaan pri- those that hear thee.” (3.) Ministers in prea-
badinya harus rapi, bersih, benar, konsisten, sopan, ching should aim at the salvation of those that
dan mampu menunjukkan sikap yang adil terhadap hear them, next to the salvation of their own
souls. (4.) The best way to answer both these
agama, sehingga tidak menyebabkan adanya pelang-
ends is to take heed to ourselves, etc.
garan. Jadi, seorang pendidik harus mampu menjadi
Menurut Henry, mengawasi diri berarti hidup di
teladan dalam perkataan. Perilakunya tidak boleh
dalam kebenaran yang telah diterima; harus mem-
bertentangan dengan hukum dan sopan santun yang
buat pekerjaannya menjadi baik; pengajarannya ha-
berlaku. Senada dengan itu, Gill’s (John Gill’s
rus bertujuan untuk menyelamatkan dirinya; dan ju-
Exposition of the Entire Bible) juga berkomentar se-
ga orang yang mendengarnya, bahkan harus menjaga
bagai berikut,
dirinya agar menjadi alat untuk dapat menyelamat-
Not as a man, or a Christian only, but as a mi-
nister; and as every minister should take heed kan orang lain. Jadi penekanan utama Henry di sini
to his life and conversation, that it be exem- adalah seorang pelayan harus terlibat dalam peker-
plary, as in 1Ti.4:12 to his gifts, that they be not jaan penyelamatan, dan cara terbaik untuk tujuan
lost, or neglected, but used and improved; to
penyelamatan ini adalah memperhatikan diri.
the errors and heresies abroad, that he be not
infected with them; and to his flock, which is Timotius diminta untuk mengawasi diri sen-
the other part of himself, that he feed it with diri, bukan hanya sebagai orang Kristen, tetapi juga
knowledge and understanding: and to thy doc- sebagai seorang pelayan yang mampu menjadi tela-
trine: preached by him, that it be according to
dan. Ia harus mengawasi diri supaya karunia yang
the Scriptures, be the doctrine of Christ, and his
apostles, and according to godliness; that it ada padanya tidak hilang. Ia juga tidak boleh terpe-
tend to edification, and is pure, incorrupt, and ngaruh oleh ajaran sesat. Maksud Paulus meminta
all of a piece; and that it be expressed in the Timotius untuk mengawasi diri yaitu supaya kema-
best manner, with all boldness and plainness;
juan Timotius dapat dilihat oleh semua orang. Untuk
and that he defend it against all opposition.
mencapai kemajuan itu maka diperlukan ketekunan
Gill’s menekankan makna mengawasi diri terkait
dalam segala hal. Itu berarti, seorang pendidik harus
dengan kehidupan yang harus menjadi contoh dalam
menjaga dirinya supaya ia juga maju dalam pekerja-

78 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


an Tuhan. Ia harus senantiasa berjalan bersama Tu- Berdasarkan penjelasan di atas tentang ke-
han dalam terang firman-Nya, sehingga ia tidak akan pribadian guru agama Kristen maka dapat disimpul-
sesat dari firman Tuhan dan kehidupannya yang suci kan bahwa kepribadian yang baik sangat dibutuhkan
akan nyata kepada semua orang. Pemberitaan Injil dari setiap orang. Sebab itu, setiap orang harus beru-
yang dilakukan oleh seseorang tidak akan berhasil ji- saha memiliki kepribadian yang baik serta mampu
kalau tidak disertai dengan kehidupan yang suci, menjadi teladan dalam kehidupannya serta tampak
yakni kehidupan yang menjadi teladan bagi semua dalam perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan
orang. Dengan demikian, ia dapat menyelamatkan kesucian. Demikian juga bagi seorang guru Kristen,
dirinya sendiri dan juga orang-orang yang men- mereka dituntut untuk mampu menjadi teladan da-
dengarnya. lam kehidupan khususnya dalam pengajarannya. Se-
Dapat dikatakan bahwa mengawasi diri ber- bab, pengajaran yang berhasil tidak hanya disampai-
arti setiap orang percaya atau pendidik harus terlibat kan lewat perkataan saja, tetapi juga harus disertai
dalam pekerjaan penyelamatan. Maksudnya jika pen- dengan perbuatan. Keberhasilan pengajaran tidak da-
didik mengawasi diri maka dia dapat menyelamat- pat dipisahkan dari keteladanan seorang guru.
kan dirinya sendiri dan juga menyelamatkan orang
yang mendengar ajarannya. Mengawasi diri tidak KESIMPULAN
Salah satu indikator penting dalam analisis
hanya ketika seseorang berhubungan dengan orang-
kepribadian guru agama Kristen dalam perspektif 1
orang yang seiman, melainkan kepada siapa pun
Timotius 4:11-16, adalah “Keteladanan.” Dalam ka-
saja. Alasannya karena penguasaan diri bukan hanya
jian ini Timotius diharapkan meninggalkan sesuatu
ketika berada di antara orang banyak yang menge- yang berkesan pada orang lain. Selain itu, Timotius
nal, melainkan juga ketika berada di tengah-tengah diminta oleh Paulus agar menjadi pengajar atau guru
orang yang tidak mengenalnya (Unarto, 2006, p. yang memiliki kepribadian kepada jemaat sekalipun
123). Paulus meminta kepada Timotius agar menja- dirinya masih muda.Kualifikasi kepribadian seorang
ga kemurnian dirinya.Kemurnian diri hanya dapat pengajar yang harus dimiliki oleh Timotius harus
diperoleh bila hati dan pikiran seseorang telah bersih tampak dalam keteladanannya. Keteladanan merupa-
dan suci. Dengan demikian, Roh Allah sendiri yang kan hasil dari tindakan proses ketaatan dan ketekun-
akan masuk mengisi hati dan pikirannya untuk terus an akan firman Tuhan. Oleh karena itu, keteladanan
merupakan sikap yang harus dituntut dari setip ma-
hidup dalam kemurnian diri. Dapat dikatakan bahwa
nusia. Keteladanan harus bersifat permanen dan sa-
agar seseorang mampu mengawasi dirinya maka dia
ling berkaitan dengan kedewasaan rohani. Orang de-
harus menyerahkan hidupnya sepenuhnya untuk di-
wasa rohani adalah orang yang mempunyai integri-
pimpin oleh Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang tas dan selalu berusaha untuk berbuah rohani, se-
mengawasi segala keinginan, kegemaran dan kese- hingga Paulus mendorong agar Timotius menjadi te-
nangan. Sama seperti atlit yang mendisiplin dirinya ladan dalam hidup dan pelayanannya. Pelayanan
dengan memelihara tubuh dan terus berlatih sehing- yang dilakukan tidak hanya dengan kata-kata saja,
ga berhasil dalam perlombaan. Berdasarkan uraian tetapi yang terpenting yaitu harus disertai dengan si-
di atas jelas bahwa menjadi teladan dalam kesucian kap dan tindakan yang dapat menjadi panutan bagi
berarti menjaga kemurnian tubuh dan pikiran, karena seluruh jemaat. Dengan demikian, guru agama Kris-
kesucian menyangkut kemurnian hati dan hal meme- ten di zaman era digital ini dituntut untuk memberi-
rintah diri sendiri. Sebab itu, setiap orang perlu kan teladan tentang apa yang diajarkan, yang diwu-
judkan di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
mengawasi dirinya terlebih dahulu sebelum menga-
menjadi teladan, dirinya akan dihormati oleh peserta
wasi orang lain, dan untuk dapat mengawasi diri,
didik di sekolah.
maka setiap orang perlu menyerahkan dirinya dipim-
pin oleh Roh Kudus.

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 79


DAFTAR RUJUKAN
Abineno, J.L.Ch. 1989. Tafsiran Alkitab: Surat Efe- Drewes, B.F., Haubeck, W. dan von Siebenthal, H.
sus. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2006. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Ba-
Antonius, Tanan & Ciputra. 2002. Menjadi Manusia ru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Unggul yang Disertai Tuhan, Jakarta: Beth- Fee, G.D.P. 2004. Roh Kudus dan Umat Allah. Ma-
lehem. lang: Gandum Mas.
Aristoteles.1999. Nichomachean Ethics, terj. W.D. Gultom, Andar. 2007. Profesionalie, Standar Kom-
Ross. ttp: Batoche Books. petensi, dan Pengembangan Profesi Guru
Bagus, L. 1996.Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. PAK. Bandung: Bina Media Informasi.
Bahan Elektronik, Bible Work 7 Graham, B. 1978.Roh Kudus: Kuasa Allah Dalam
Bangun, Y. 2010. Integritas Pemimpin Pastoral: Hidup Anda. Bandung: Lembaga Literatur
Menjadi Pemimpin Yang Memadukan Kata Baptis.
Perbuatan, Iman Ilmu, Teori Praktik, Ja- Haak, C.J. 1996. Bahan Ajar I Timotius: Pedoman
batan Integritas. Yogyakarta: Andi. Kehidupan Gerejani. Jakarta: STM GGR.
Barclay, W. 2003.Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Henry, M. Matthew Henry’s Commentary on the
Surat-Surat Galatia dan Efesus, terj. W. Whole Bible, Bahan Elektronike-Sword.
Wahono. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hornby A.S. dan Parnwell, E.C. 1972. Leaner’s
Budiman, Rudy. 2008. Tafsiran Alkitab Surat-Surat Dictionary. Kualalumpur: Oxford University
Pastoral I & II Timotius dan Titus. Jakarta: Press.
BPK Gunung Mulia. Kee, H.C. 1991. The New Testament Speaks. Michi-
Barclay, William. 2008. Pemahaman Alkitab Setiap gan: Abingdon Press.
Hari Injil Matius Ps. 1-10. Jakarta: BPK. Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Ku-
Gunung Mulia. rikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Barclay, W. 2009. Pemahaman Alkitab Setiap hari: dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Gu-
Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon. Ja- ru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
karta: BPK Gunung Mulia. Kertajaya, H, 2010. Grow with Character: The Mo-
Barnes’, A. Albert Barnes’ Notes on the Bible, del Marketing, Jakarta: Gramedia Pustaka
Bahan Elektronik e-Sword. Umum.
Boice, J.M. 1981. The Espistles of John. Grand Ra- Koesoema A., Doni. 2010. Pendidikan Kepribadian:
pids, Mich: Zondervan Publishing House. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Brownlee, M.1997. Tugas Manusia dalam Dunia Jakarta: Grasindo.
Milik Tuhan.Jakarta: Gunung Mulia. Lebar, Lois E. Educational That Is Christian: Proses
Calvin, J. 2007. The Oxford Bible Commentary. Ox- Belajar Mengajar Kristiani & Kurikulum
ford New York: University Press. Yang Alkitabiah. Malang: Gandum Mas.
Clarke, A. Adam Clarke Commentary of the Bible, Morris, L. 1982. I Yohanes dalam Tafsiran Alkitab
Bahan Elektronik e-Sword. Masa Kini, Jilid 3. Jakarta: BPK Gunung
Doni, Koesoema A. 2010. Pendidikan Kepribadian: Mulia.
Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Mark, Rutland. 2009. Kepribadian Itu Penting, Terj.
Jakarta: Grasindo. Ly Yen, Jakarta: Light Publishing.
Douglas, J.D. 1995.Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Nahampu, Damayanti. 2017. “Kompetensi Kepriba-
Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi dian Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajar-
Bina Kasih/OMF. an Anak Autis Di SLB C Karya Bhakti Pur-
worejo.” Jurnal Widia Ortodidaktika, 6 (5).

80 Volume 3, Nomor 1, Januari 2019


Nainggolan, John M. 2006. Menjadi Guru Agama Sari, Hasmila, Shabri, 2016. “Hubungan Tipe Ke-
Kristen: Suatu Upaya Peningkatan Mutu pribadian Dengan Motivasi Belajar Pada
Dan Kualitas Profesi Keguruan, (Bandung: Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi
Generasi Info Media. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Nainggolan, J.M. 2008. Strategi Pembinaan Warga Kuala.” Idea Nursing Journal, VII (2).
Gereja, Bandung: Generasi Info Media. Tanan, Antonius & Ciputra, 2002.Menjadi Manusia
Newman. Barclay M. 1995. Greek: English Dic- Unggul yang Disertai Tuhan. Jakarta: Beth-
tionary of the New Testament (Bible Stu- lehem.
dents), Amer Bible Society: Teachers Guide Tong, Stephen. 2008. Arsitek Jiwa II. Surabaya: Mo-
edition. mentum.
Offner, H. 1994. Buah Roh. Jakarta: Perkantas. Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indone-
Piper, J. 2006.The Passion of The Christ. Surabaya: sia. Jakarta: Balai Pustaka.
Momentum, 2006. Tu’u, Tulus. 2010. Pemimpin Kristen Yang Berhasil
Roberts. 1988. Hidup Suci: Panggilan Bagi Setiap Jilid 2. Bandung: Bina Media Informasi.
Orang Kristen. Bandung: Lembaga Literatur Uan, Moh. User, 2001.Menjadi Guru Profesional.
Baptis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rutland, M. 2009. Kepribadian Itu Penting, Terj. Ly Unarto, E. 2006. Bertumbuh Dalam Kepribadian
Yen. Jakarta: Light Publishing. Baru: Seri Pelajaran Alkitab Praktis Untuk
Said. 2010. Pendidikan Kepribadian di Sekolah. Pribadi, Keluarga dan Kelompok Sel. Ja-
Surabaya: Jepe Press Media Utama. karta: Pustaka Sorgawi.
Sanders, J. O. 2002. Kemuridan Rohani. Batam Cen- Vine, W.E. 1940. Expository of New Testament
tre: Gospel Press. Words. Old Tappan: Revell.
Sidjabat, B.S. 2011. Membangun Pribadi Unggul: Wulf, D. 1997. Kenalilah Diri Anda. Malang: Gan-
Suatu Pendekatan Teologis Terhadap Pendi- dum Mas.
dikan Kepribadian. Yogyakarta: PBMR An- Wiersbe, W.W. 2012. Loyal di dalam Kristus Meng-
di. ikut Raja Segala Raja Bandung: Kalam Hi-
Sidjabat, B.S. 1999. Strategi Pendidikan Kristen dup.
Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis. Yogya- Wiersbe, W.W. 1996. Setia Di Dalam Kristus, Ban-
karta: Andi dung: Kalam Hidup.
Sinamo, J. 2010. 8 Etos Keguruan. Jakarta: Darma Tung, Khoe Yao. 2016. Terpanggil Menjadi Pendi-
Mahardika. dik Kristen Yang Berhati Gembala. Yogya-
Sopater, S., Octavianus, P., & Pardede, P. 1994. Se- karta: Andi Offset.
buah Bunga Rampai Pertumbuhan Gereja. Zehr, P.M. 2010. I & 2 Timothy Titus. Scottdale,
Yogyakarta: Andi. Pennsylvania: Herald Press.
Strong, J. 1890. Strong’s Exhaustive Concordance of Zoschak, G. 1995. Membangun Kepribadian Anda.
the Bible. Nashville: Abington. Jakarta: Immanuel.
Sugioyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen.
Bandung: Alfa Beta.

Talizaro Tafona’o, Kepribadian Guru Kristen Dalam Perspektif 1 Timotius 4:11-16 81

Anda mungkin juga menyukai