ETIKA KEPENDETAAN
Profesionalisme Pendeta dalam Kepemimpinan
MAKALAH
DOSEN PENGAMPU:
OLEH KELOMPOK 7:
Ucapan puji syukur dan terima kasih kelompok ucapkan kepada Allah Sang Sumber
Hikmat yang telah mencurahkan berkat dan anugerah-Nya kepada setiap anggota
baik, dalam rangka memenuhi tanggung jawab proses perkuliahan, dan sebagai penilaian
tugas kelompok.
Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pdt. Dr. Idrus Sasirais
selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Kependetaan, beliau telah memberikan
kesempatan kepada kelompok untuk mengerjakan tugas ini. Kiranya makalah ini dapat
etika kependetaan dalam hal profesionalisme memimpin. Salam sehat, salam dalam kasih,
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Etika adalah perilaku seseorang yang mempelajari cabang utama ilmu Filsafat
dengan kualitas standar moral, penilaian. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin yaitu
mores yang berasal dari suku kata mos atau mores yang berarti adat istiadat, kelakuan,
tabiat watak akhlak, yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan dalam bertingkah
laku yang baik.1 Etika juga dapat diartikan sebagai kebiasaan atau tingkah laku seseorang
pemimpin dalam gereja-gereja Protestan. Nama pendeta berasal dari bahasa Sansekerta
“pandita”, yang berakar dalam tradisi agama Hindu. Kata pandita dalam Hinduisme
merupakan gelar anggota kasta Brahmana yang melakukan fungsi imamat, tetapi
memiliki spesialisasi dalam mempelajari dan menafsirkan kitab suci dan teks-teks hukum
serta filsafat kuno, jadi kata pandita sering dipakai sebagai gelar seorang terpelajar atau
seorang imam.2 Kemungkinan besar kata pandita ini yang menjadi pedoman orang
Kristen Protestan menggunakan nama Pendeta bagi seorang pelayan Tuhan. Seorang
yang dianggap sebagai pemimpin atau orang terpelajar pasti mempunyai etika dan moral.
Salah satu pemimpin yang dimaksudkan adalah seorang pelayan Tuhan atau biasa disebut
sebagai Pendeta.
Etika dan spiritualitas sangat dibutuhkan seorang pelayan Tuhan atau pendeta
1
Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral (Bandung: Alfabeta, 2009), 50.
2
Robert P. Borrong, Melayani Makin Sungguh (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 15.
1
(1986), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan
setuju tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan proses
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. 3 Dari definisi
Kepemimpinan Kristen dan Etika Pendeta memiliki hubungan yang sangat erat
sebab pendeta dianggap sebagai pemimpin dan pelayan Tuhan oleh jemaat, dan haruslah
Kepemimpinan Kristen adalah pendekatan yang khas di mana orang berusaha untuk
mengejar tujuan Tuhan dan Juruselamat-nya yaitu Yesus Kristus dalam setiap perspektif
tersebut?
3
John Haggai, Lead On Leadership that Endures in a Changing World (Waco, Texas: Word Books,
1986), 4.
4
Ted Engstrom dan Edward Dayton, Seni Manajemen Bagi Pemimpin Kristen, (Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1998), 20.
5
Ibid., 22.
2
1.3. Tujuan Penulisan
Tulisan ini telah dibuat oleh kelompok dengan tujuan memberikan materi dan
kepemimpinan. Tulisan diharapkan menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi pembaca.
Tulisan dibuat dengan metode pengumpulan dan pencarian berbagai literatur yang
3
BAB II
PEMBAHASAN
berasal dari kata professionalism). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
profesionalisme diartikan sebagai mutu, kualitas dan tindak yang merupakan ciri suatu
profesi. Orang yang bekerja dengan profesional itu memiliki sikap yang berbeda dengan
orang lain, meskipun memiliki kesamaan dalam ruang lingkup pendidikan, jenis
pekerjaan, dan tempat bekerja. Hal yang membedakannya adalah kinerja, sifat profesional
yang dimaksud adalah seperti apa yang ditampilkan dalam perbuatan (aksi), dan bukan
apa yang dikatakan melalui perkataan “saya adalah seorang profesional”. Profesionalisme
dapat diartikan sebagai komitmen seseorang dalam suatu profesi untuk meningkatkan
kegiatan dan tingkah laku kelompoknya. Inisiatif dan kreativitas seseorang yang
mengarahkan kepada kemajuan mendasar merupakan bagian integratif dari tugas dan
tanggung jawab. Peranan pemimpin yang profesional tidaklah hanya menguasai teori-
1
Suriadi, dan H. Triyo Supriyatno, Profesionalisme Guru Berbasis Religius (Malang: Literasi
Nusantara, 20211), 48-49, diakses pada 28 Februari 2022,
https://books.google.co.id/books?id=6cY7EAAAQBAJ&pg=PA48&dq=prefesionalisme+dalam+kamus+
indonasia&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwjq_dXDy6L2AhVuTGwGHSZzD20Q6AF6BAgGEAI
4
kemampuannya dalam teori secara nyata. Jadi, seorang pemimpin yang profesional sudah
Menurut Ali (1992: 23), profesional adalah suatu hal yang melibatkan keterampilan
atau kemampuan yang tidak mesti diperoleh dari tingkatan pendidikan, namun bisa juga
dari seorang yang tekun dan melatih dirinya di satu bidang tertentu, hingga menjadi
profesional.3
dan cara memimpin, Kepemimpinan secara etimologi adalah terjemahan dari kata
leadership yang berasal dari kata leader, pemimpin (leader) adalah seorang yang
etimologi istilah kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang artinya bimbing atau
tuntun, dan dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing dan
tujuan agar kelompoknya atau pengikutnya dapat melaksanakan setiap perintahnya untuk
2
Jajat Mujarat, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah Untuk Pengembangan Profesionalisme
Guru: Suatu Upaya Untuk Membangkitkan Kepedulian Para Pemangku Kepentingan Pendidikan di
Sekolah (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 20211), 24, diakses tanggal 28 Februari 2022,
https://books.google.co.id/books?id=KSQnEAAAQBAJ&pg=PA24&dq=prefesionalisme+seorang+pemi
mpin&hl=ban&sa=X&ved=2ahUKEwiOq-331KL2AhXJgtgFHYV6CcQQ6AF6BAgIEAI
3
Husen Mulachela, “Profesional adalah: Pengertian, Etika, dan Konsepnya”, Kata Data, Februari
2022, diakses pada 28 Maret 2022,
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/intan/berita/6200cd0ce47b4/profesional-adalah-
pengertian-etika-dan-konsepnya
5
mencapai suatu tujuan bersama secara efektif dan efisien. Terdapat tiga unsur dalam
prinsip, yang di mana prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi, dan konsekuensi.
Oleh karena itu, dasar prinsip yang membentuk karakteristik seorang pemimpin menurut
beliau adalah 1)Seorang yang belajar seumur hidup, 2)Berorientasi pada pelayanan,
3)Membawa energi positif yaitu percaya pada orang lain, memiliki keseimbangan di
Perspektif ini didasari oleh kepemimpinan yang dilakukan oleh salah satu Tokoh
Alkitab, yaitu Paulus. Kepemimpinan adalah hal yang penting dalam pelayanan karena
berpengaruh besar terhadap otoritas dan perubahan bagi para pengikutnya. Seorang
pemimpin memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, seorang pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan kasih bukan
kasih sehingga dalam pelayanan-pelayanan yang Paulus lakukan, semua boleh menjadi
berkat bagi orang yang dilayaninya. Surat Filemon 1:8-14 merupakan pernyataan Paulus
kepada Filemon yang berkata, bahwa ia sebenarnya memiliki kebebasan penuh untuk
memerintahkan Filemon, tetapi Paulus tidak melakukan hal yang demikian, melainkan
menggunakan kepemimpinan kasih dengan berbicara kepada Filemon sebagai teman atau
4
Benny Hutaya, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial pada Rohani Pemuda di Gereja
Batak Karo Protestan (GBKI) Cililitan (Yogyakarta:Budi Utama,2019), 15 & 19.
5
Saripedia, “Kepemimpinan”, 10 Juli 2011, diakses 07 Maret 2022.
https://saripedia.wordpress.com/tag/prinsip-prinsip-dasar-kepemimpinan/
6
Jamal Ma’mur, Manajemen Pengelola dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional,
(Yogyakarta:BPK Gunung Mulia, 2009), 95.
6
sahabat7. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa cara kepemimpinan Paulus
sangat bagus jika diterapkan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai
dibutuhkan oleh setiap orang percaya. Berpikir merupakan aktivitas psikis internasional,
dan itu terjadi apabila seseorang menjumpai masalah yang harus dipecahkan, dengan
demikian berpikir berarti seseorang menghubungkan antara satu pengertian dengan yang
lain dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan. Paulus adalah pemimpi yang dapat
berpikir positif di tengah-tengah masalah yang dihadapi, dan orang-orang yang ia pimpin.
Dalam surat Filemon 1:15-16, Paulus menghimbau Filemon untuk melihat peristiwa atau
persoalannya dengan Onesimus dari sisi rencana Allah. Paulus mengajak Filemon untuk
berpikir Positif bahwa Allah-lah yang punya rencana dibalik semua kejadian yang dialami
Pemimpin yang baik dan bijaksana tidak hanya sekedar dapat berpikir positif di
tengah-tengah masalah, tetapi juga harus dapat bertanggung jawab di dalamnya. Rasul
Paulus adalah contoh pemimpin yang bertanggung jawab (Filemon 1:18-19), teks ini
menjelaskan bahwa Paulus siap membayar kerugian Filemon oleh karena Onesimus
hambanya itu. Artinya Paulus tidak hanya sekedar memerintahkan filemon untuk
7
Rainner Scheunemann, Tafsiran Alkitab: Surat Paulus kepada Filemon (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), 49.
8
Ibid.
7
pemimpin harus siap berkorban untuk suatu tujuan, yaitu mendapatkan sebuah perubahan,
Untuk mencapai satu tujun yang baik dalam sebuah organisasi gereja, diperlukan
kerjasama antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin. Paulus adalah contoh
pemimpin yang percaya kepada bawahannya (Filemon 1:21) dalam ayat ini menjelaskan
bahwa Paulus berbicara mengenai ketaatan iman, ketaatan iman ini tertuju kepada Allah
(Roma 6:16), kepada Injil (Roma 10:16), kepada Kristus (2 Korintus 10:5), dan kepada
kehendak Allah (Roma 15:18). Dalam konteks ini Paulus merujuk kepada ketaatan
penerimaan kembali Onesimus dalam kasih (sebagai saudara). Rasul Paulus percaya
bahwa Filemon akan melakukan apa yang diperintahkan Paulus untuk menerima kembali
Onesimus hambanya itu, oleh karena ketaatan kepada Allah. Dalam bagian ini Paulus
secara tidak langsung mengajak Filemon menanggapi secara Kristiani masalah yang
mempunyai dampak sosial, bagaimana seseorang menerima saudara atau saudari dalam
Kristus bukanlah masalah yang biasa, melainkan memerlukan tindakan yang mungkin
jauh mengatasi kebiasaan dan hukum duniawi, karena hidup dalam Kristus adalah tatanan
untuk menyebut pemimpin dalam gereja-gereja Protestan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kata pendeta memiliki beberapa arti yakni: orang pandai, pertapa,
pemuka atau pemimpin agama atau jemaah (di agama Hindu dan Protestan), rohaniwan,
9
Ibid., 50.
10
Ibid.
8
dan guru agama.11 Dari beberapa pengertian tentang arti pendeta, maka dapat diartikan
bahwa pendeta adalah orang-orang yang dipilih, ditahbiskan dan diutus oleh Allah untuk
menyampaikan firman-Nya, dan akan diperlengkapi oleh Allah sendiri, dan melalui
Tugas dan Tanggung Jawab pendeta secara umum didasari dengan tahbisan. Tahbisan
seorang pendeta Protestan tidak dianggap sebagai sakramen, tahbisan itu mempunyai
makna yang sangat dalam karena melibatkan pendeta dalam panggilan dan kehidupan
ilahi. Oleh sebab itu, hanya pendeta yang boleh melaksanakan sakramen walaupun tugas
pokoknya adalah memberitakan firman Allah. Keilahian tugas pendeta sangat penting
digarisbawahi karena sekarang ini lebih sering tugas pendeta disoroti dari aspek-aspek
yang lebih praktis dan teknis. Ada juga tentang wibawa, kewibawaan pendeta dinilai
berdasarkan kecakapan manajerialnya dan bukan lagi pada kewibawaan ilahinya. Hal ini
bisa dipahami karena banyak gereja melihat tugas pendeta yang utama terkait dengan
pengelolaan dan penataan pelayanan gereja sebagai lembaga. Padahal, tugas pokok
pendeta adalah memelihara kehidupan rohani umat yang dinyatakan dalam berbagai
bentuk penggembalaan. Itu sebabnya pendeta cocok disebut sebagai pastor atau
gembala.12
Pendeta GKE adalah jabatan pelayanan gerejawi yang diberikan gereja dalam bentuk
pengutusan kepada seseorang yang menerima panggilan Tuhan dan diteguhkan melalui
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), 849.
12
Robert P. Borrong, Melayani Makin Sungguh: Signifikansi Kode Etik Pendeta bagi Pelayanan
Gereja-gereja di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 19-20.
9
penahbisan oleh Majelis Sinode sesudah menjalani masa vikariat selama periode waktu
tertentu.
Tuhan, 2)Melayani sakramen (Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus), 3)Menjaga dan
8)Meneguhkan Penatua dan Diakon, Penginjil (Pambarita) dan mereka yang ditetapkan
kepada Penatua dan Diakon, Penginjil (Pambarita), Vikaris dan mereka yang ditetapkan
kaum bapak, lansia, kaum profesional yang ada di jemaat, 12)Bersama dengan anggota
Menurut Tomatala, seorang pemimpin Kristen terpanggil oleh tugas dan tanggung
jawab sebagai seorang pelayan dengan status sebagai hamba Allah. 14 Jadi pemimpin
bukanlah pejabat atau penguasa yang memerintah, melainkan pelayanan melakukan tugas
panggilan dari Tuhan sendiri. Dasar dari kepemimpinan yang melayani adalah Yesus
Kristus, dan ada banyak contoh dari kepemimpinan Yesus sebagai pelayan, tetapi yang
terpenting dari semuanya adalah keteladanan. Yesus selalu memimpin dengan teladan.
13
Peraturan GKE Nomor 14 Tahun 2016, Jabatan Pendeta dan Penginjil (Pambarita) Gereja
Kalimantan Evangelis (Perbaikan Peraturan GKE No.4 Tahun 2011), 54-56.
14
Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis ( Jakarta : Leadership Foundation, 1997), 46.
10
Para pemimpin gereja yang bisa memberi teladan adalah pemimpin gereja menyadari dan
menghayati panggilannya seperti Yesus Kristus yaitu melayani dan bukan dilayani.
Berdasarkan hal ini, kelompok mengambil contoh terkait kepemimpinan gereja yang ada
di jemat Resort Karau Ampah (tempat salah satu anggota kelompok berjemaat), dengan
Pendeta yang diinisialkan oleh kelompok menjadi “APG”. Kelompok melihat dan menilai
bahwa selama ini “APG” memang sudah fokus dalam membangun kehidupan iman
(mengutamakan upacara atau liturgi), sesuatu yang bersifat rutin saja, dan kurang
memperhatikan kualitas iman warga jemaat. Pendeta “APG” yang menjadi pemimpin
dalam jemaat yang ada di tempat tersebut membutuhkan kekreativitasan dan keproaktifan
dalam hal mencari dan menemukan cara-cara untuk membuat warga jemaat menjadi
dewasa di dalam iman. Sehingga melalui itu jemaat bisa lebih bersemangat, dan
bergereja/berjemaat). Selain itu, sesuai dengan hakekat gereja sebagai persekutuan yang
harus bersaksi, maka pertumbuhan ekstensif gereja perlu juga mendapat perhatian.
bahwa kepemimpinan yang melayani adalah orang yang mula-mula menjadi pelayan, dan
kepemimpinan yang melayani ini dimulai dengan perasaan alami bahwa orang ingin
melayani dengan terlebih dahulu. Jadi kepemimpinan yang melayani menurutnya dimulai
dari kesadaran seorang pemimpin adalah pelayan.15 Pendeta “APG’ ini masih belum bisa
menjadi teladan di dalam kehidupannya untuk warga jemaat, karena ia hanya berfokus
15
Ronald Kweniawan, Kepemimpinan Pendeta Beretnis Tionghoa (Salatiga, Tesis pada Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga, 2014), 31-32, diakses pada 26 Maret 2022,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.uksw.edu/bitstream/123456
789/8898/3/T2_752013029_BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjfnM763rb2AhXFmuYKHR-
PBlkQFnoECAgQAQ&usg=AOvVaw08SqpJ1SrpGqvBeaoIms2Y
11
kepada tugasnya terkait di atas mimbar saja (seremonial), namun etika dan perilakunya
sebagai pemimpin yang menjadi teladan tidak dia nampakkan, sehingga jemaat yang ada
12
BAB III
PENUTUP
Pemaparan kelompok kali ini juga akan dianalisis dengan sedemikian rupa, dan hasil
maka hal ini adalah suatu sikap di dalam bertindak. Sikap ini sangatlah baik ketika
dipandang secara etis, profesi sendiri sudah memiliki makna lebih khusus dibanding karir
(lebih berfokus pada suatu jasa atau keahlian). Profesi juga berarti profesional yang
dimana skill, knowledge, dan attitude adalah hal pokok yang harus dimiliki. Seseorang
profesional harus ahli dalam suatu bidang tertentu, begitu pula menguasai dan memiliki
wawasan tentang ilmu lain yang menunjang kinerjanya di bidang tersebut, begitu pula
etika yang ia terapkan di dalam bekerja/bertugas. Sama seperti pendapat Paula Hall,
profesionalisme berarti kepercayaan, tidak lain dan tidak bukan ketika profesi dan
itu akan menjadi lebih efisien, efektif, dan terkendali, serta keselarasan dan keserasian
1
Husen Mulachela, “Profesional adalah: Pengertian, Etika, dan Konsepnya”, …
13
antar sesama rekan (anggota kelompok/lembaga) akan tercapai. Hal tersebut merupakan
target atau suasana ideal yang akan dicapai seseorang dengan profesionalisme dalam
bidangnya dan dalam kepemimpinannya, tetapi kenyataan yang terjadi tidak sesempurna
apa yang disimpulkan secara teori. Pada kenyataanya ada suatu pihak yang tetap tidak
akan selaras dengan pemimpinnya, walaupun pemimpinnya tersebut sudah sangat ideal,
(sekolah teologi), tetapi juga melalui pengalaman pribadi atau relasi pribadinya dengan
Allah di dalam Roh Kudus, yang tidak bisa diukur secara akademis, oleh karena itulah
kepemimpinan pada umumnya, dan ketika hal tersebut dipahami dalam ruang lingkup
tindakan nyatanya yang dicatat oleh surat-surat di dalam kitab Perjanjian Baru. Kali ini,
Tuhan Yesus Kristus juga menjadi dasar profesionalisme sejati bagi hamba-hamba-Nya
(secara khusus pendeta), di mana Ia dengan dasar kasih, pada intinya melakukan segenap
kebaikan, serta pengorbanan) tanpa sedikit pun merusak karya penebusan tersebut. Yesus
sempurna.
14
Profesionalisme dalam kepemimpinan seorang pendeta tidak sekedar berbicara
yang tidak dilakukan oleh seorang pemimpin profesional pada umumnya. Ia menerapkan
kasih Yesus yang mendahului, melebihi, dan melampaui segala hal, ia mau merendahkan
diri, mau berkorban, mau sakit terlebih dahulu untuk dapat merangkul jemaatnya, meraih
atas ‘kasih’ yang diajarkan kepadanya, melainkan melalui ‘kasih’ itulah keahlian,
pengetahuan, dan sikapnya diangkat Allah (sehingga jemaat mengakui ia sebagai seorang
diterapkan dalam kepemimpinannya (korban perasaan, waktu, tenaga, pikiran, tetesan air
mata, bahkan jiwa, dan seterusnya), tetapi semua itu tetap bisa dilakukan karena satu hal
yang pasti diyakini ada di dalam dirinya, yaitu Tuhan senantiasa beserta dengan segenap
sungguh-sungguh mengasihi-Nya, dan itu penyertaan-Nya itu juga dapat ternyata dari
seorang pemimpin.
seperti yang dijalani oleh Yesus yakni ‘jalan salib’, sedangkan upward mobility adalah
15
jalan kepemimpinan dunia dengan target dan ambisi untuk menjadi superior dan
berkuasa, sangat menjunjung tinggi sistem penilaian dunia. Kepemimpinan melalui ‘jalan
salib’ adalah menjadi seorang hamba sama seperti Firman Allah yang menjadi manusia
yakni Yesus yang datang dan tinggal di tengah-tengah kehidupan manusia untuk
bukanlah sebuah proses pembesaran diri yang mengandalkan kemampuan sendiri untuk
mencapai ambisi pribadi, tetapi sebuah proses pelucutan diri yang mengandalkan
penyerahan diri secara total kepada Allah untuk mencapai kehendak-Nya melalui diri
pemimpin.2
keselarasan antara perkataan dan perbuatan atau dengan kalimat lain, dimaknai sebagai
integrasi antara etika dan moralitas. Seseorang dapat memiliki integritas tanpa menjadi
pemimpin, tetapi seseorang tidak mungkin dapat menjadi pemimpin tanpa integritas. Hal
ini menegaskan bahwa integritas seorang pendeta adalah Firman Allah yang
Seseorang yang rendah hati adalah seseorang yang mengakui bahwa semua
kemampuannya berasal dari Tuhan yang memberikan dan memampukan dirinya untuk
bertindak. Sen Sendjaya mengkolaborasikan ungkapan dari Andrew Murray dan Martin
Luther yang berbunyi “Manusia itu pada dasarnya nothing, lalu dalam kondisi
nothingness tersebut diubah dari nothing menjadi something oleh Tuhan yang adalah
2
Sen Sendjaya, Jadilah Pemimpin Demi Kristus (Jakarta: Literatur Perkantas (PT. Suluh Cendikia),
3
2016 ), 53-61.
3
Ibid., 62-70.
16
everything”. Pemimpin Kristen yang rendah hati selalu sadar dan mengakui bahwa dibalik
segala kredibilitas dan kompetensi yang dimiliki di hadapan publik, itu semua merupakan
pemberian Tuhan, sehingga seharusnya tidak ada seorang pemimpin yang bermegah
dalam kepemimpinannya. 4
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi
yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya”. Kata
‘ingin’ dan ‘hendaklah’ berasal dari kata ‘want’ dan ‘must’. Hal ini menegaskan syarat
konkret yakni ‘ingin menjadi besar, harus menjadi pelayan’ dan ‘ingin menjadi
terkemuka, harus menjadi hamba’. Sen Sendjaya dalam perenungannya pada pengajaran
Yesus, ia menuliskan kalimat ini “Memimpin adalah melayani, namun melayani belum
tentu memimpin. Yang tidak mau melayani, tidak boleh dan tidak berhak memimpin.
Pemimpin adalah pelayan, namun pelayan belum tentu pemimpin. Yang tidak rela
menjadi pelayan, tidak layak menjadi pemimpin”. Pemimpin pelayan bukan pemimpin
3.3. Kesimpulan
untuk memimpin mereka. Seseorang yang berada dalam posisi kepemimpinan hanya akan
berhasil jika orang yang dipimpinnya menaruh kepercayaan terhadap dirinya, begitu pula
4
Sen Sendjaya, Jadilah Pemimpin …, 79-84.
5
Ibid., 85-90.
17
mendasar di dalam diri seorang pendeta tersebut. Kasih membuat pendeta dapat
memimpin secara profesional, dan tidak hanya itu, bahkan lebih lagi dengan rela
seorang pemimpin (pendeta) memiliki etika yang tinggi di dalam kasih Allah, maka akan
tinggi pula integritas yang dimilikinya, dan sikap profesionalisme akan dapat diwujudkan
dalam dirinya, walaupun tidak sesempurna Yesus Kristus, tetapi semakin disempurnakan
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Borrong, Robert P. Melayani Makin Sungguh: Signifikansi Kode Etik Pendeta bagi
Pelayanan Gereja-gereja di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka, 2007.
Engstrom, Ted dan Edward Dayton, Seni Manajemen Bagi Pemimpin Kristen. Bandung:
Yayasan Kalam Hidup, 1998.
Haggai, John. Lead On Leadership that Endures in a Changing World. Waco, Texas:
Word Books, 1986.
Hutaya, Benny. Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial pada Rohani Pemuda
di Gereja Batak Karo Protestan (GBKI) Cililitan. Yogyakarta:Budi Utama,2019.
Peraturan GKE Nomor 14 Tahun 2016, Jabatan Pendeta dan Penginjil (Pambarita)
Gereja Kalimantan Evangelis. Perbaikan Peraturan GKE No.4 Tahun 2011.
Scheunemann, Rainner. Tafsiran Alkitab: Surat Paulus kepada Filemon. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008.
Sendjaya, Sen. Jadilah Pemimpin Demi Kristus. Jakarta: Literatur Perkantas (PT. Suluh
Cendikia). 20163.
Artikel Online
Kepemimpinan. Dirilis 10 Juli 2011. Diakses 07 Maret 2022.
https://saripedia.wordpress.com/tag/prinsip-prinsip-dasar-kepemimpinan/
Mulachela, Husen. “Profesional adalah: Pengertian, Etika, dan Konsepnya”. Kata Data,
Februari 2022. diakses pada 28 Maret 2022.
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/intan/berita/6200cd0ce47b4/pro
fesional-adalah-pengertian-etika-dan-konsepnya