Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yenni Aplydiana MK : Pastoral Konstekstual

Nim : 201710614 Dosen : Harming, M. Si

LAPORAN 2
Landasan Teologi Pelayanan Pastoral Kontekstual
Landasan Teologi juga penting dalam kita melayani orang lain dan jemaat kelak.
Yang menjadi landasannya terdapat dalam Yohanes 10:1-21, ayat ini berbicara tentang
seorang gembala yang mengenai dombanya satu persatu(ay.14), memelihara dan
membimbingnya, agar dombanya selamat, tidak sesat dan tidak kelaparan.1Gembala sidang
adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab yang besar, ia dituntut dalam
banyak hal, namun tuntutan itu bukanlah merupakan beban tetapi suatu kewajiban yang harus
dijalankan dengan tulus terutama dalam melayani jemaat Tuhan.

Dalam artikelnya Sumiwi memaparkan arti dari Yohanes 1:1 ciri-ciri seorang gembala
diterjemahkan sebagai berikut bahwa seorang gembala itu untuk masuk kedalam kandang
hanya ada satu cara yaitu cara yang dibenarkan yaitu masuk melalui pintu. Ini adalah cara
yang benar, orang yang masuk tanpa melalui pintu disetarakan dengan pencuri atau
perampok.2 Bahwa jelas seorang gembala yang baik adalah seorang yang mengerti kebenaran
Firman Allah dan melaksanakan kebenaran itu dalam kehidupan pelayanannya setiap saat.
Sedangkan gembala yang tidak benar, mereka menyesatkan jemaat Tuhan.

Bons mengatakan dalam bukunya, dalam Yohanes 21:15, 16 dan 18 Yesus berpesan kepada
muridNya untuk menggembalakan dombaNya. Yesus sendiri mengibaratkan atau
menyamakan pelayanan kepada saudara-saudara kita dalam diriNya itu, dengan
“penggembalaan”.3 Dalam hal ini tugas penggembalaan adalah mencari, mengunjungi
anggota jemaat, supaya mereka satu –persatu dibimbing untuk hidup sebagai pengikut
Kristus.4

- Firman Allah adalah dasar penggembalaan


- Firman Allah adalah sumber pengenalan akan Yesus, Gembala yang baik itu
- Firman Allah menjiwai pertemuan dan percakapan penggembalaan.5

Dalam Efesus 4:11 dipakau istilah gembala. Kata “gembala” ada hubungan dengan kata
“padang rumput. Dikatakan tentang seorang gembala tertentu bahawa ia merupakan “ padang
rumput yang baik”. Kata-kata ini merujuk kepada domba-domba sedanga merumput dengan
tenang sementara dijaga dengan setia oleh seorang gembala. Di beberapa tempat dalam
Firman Allah, umat Allah disebut sebagai domba dan orang yang memelihara disebut

1
Bons- Storm M., APAKAH PENGGEMBALAAN ITU (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).
2
Asih Rachmani Endang Sumiwi, “Gembala Sidang Yang Baik Menurut Yohanes 10:1-18,” HARVESTER: Jurnal
Teologi dan Kepemimpinan Kristen 4, no. 2 (2019): 74–93.
3
Storm M., APAKAH PENGGEMBALAAN ITU.
4
Ibid.
5
Ibid.
gembala (Mazmur 100:3;Yohanes10:1-29;Kisah Para Rasul 20:28; I Petrus 5:2-5). Seorang
gembala juga disebut penilik (I Timotius 3:1;Kisah Para Rasul 20:28).6

Gembala sebagaia pemimpin gereja memiliki tanggungjawab untuk mewujudkan kedewasaan


rohani jemaat. Upaya dalam mewujudkan, tidak dapat dilakukan hanya fokus pada pelayanan
khotab dan dalam ibadah saja, melainka perlu hubungan kedekatan yang dapat dilakukan
dengan melakukan kunjungan pastoral.7
Pelayanan pastoral gereja di Indonesia umumnya juga hanya diarahkan untuk mengatasi
persoalan dari individu yang bermasalah tanpa memberikan perhatian pada lingkungan sosial-
budaya yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.8 Menurut Aart van Beek hal-hal di
atas terjadi karena gereja di Indonesia mewarisi model dan bentuk pelayanan pastoral dari
gereja-gereja di Eropa, terutama Belanda, yang sangat bercorak tradisional dan juga dari
gereja-gereja di Amerika Utara yang terkenal sangat menekankan model pelayanan pastoral-
individual.9 Karena itu gereja-gereja di Indonesia mesti memahami bahwa tugas
pendampingan pastoral gereja tidak hanya sebatas “pelayanan ambulans” yang fokus pada
upaya menolong individu-indvidu yang bermasalah dalam jemaat. Lebih dari itu, pelayanan
pastoral juga mesti diarahkan untuk mentransformasi akar-akar struktural dalam masyarakat
yang menyebabkan berbagai persoalan yang dialami manusia. Hanya dengan model
pendekatan ini gereja dapat merespons masalah kemanusiaan yang ditangani secara
bertanggungjawab.10
pelayanan penggembalaan yang berfungsi untuk membimbing tidak berperan sebagai
pengambilan keputusan yang dipilihkan oleh gembala. Peristiwa keluarnya umat Israel dari
Mesir, merupakan salah satu contoh nyata bagaimana Allah membimbing dan menyertai
mereka. Pada saat Musa melihat tindakan umat Israel yang rusak karena penyembahan
berhala, Allah masih memberi kesempatan kepada setiap umat Israel. Mereka harus
memilih/menentukan keputusan untuk taat atau tidak (Kel 32:25-26). Namun Allah selalu
membimbing umat-Nya kepada jalan yang benar, seperti yang diungkapkan dalam firman
Tuhan ini “Tuhan adalah gembalaku takkan kekurangan aku, ia membaringkan aku di padang
yang berumput hijau dan membimbing aku ke air yang tenang bahkan memberi kesegaran
bagi jiwaku”(Mzm. 23:1-3). Oleh karena Allah telahmemberi teladan, maka kehadiran
gembala harus bisa mengarahkan dan membimbing sidang jemaat untuk mengambil
keputusan atas apa yang hendak dipilihnya berdasarkan teladan sang Gembala Agung.11

6
Ralph M Riggs, GEMBALA SIDANG YANG BERHASIL (Malang: Gandum Mas, 1978).
7
Mikha Agus Widiyanto and S. Susanto, “Pengaruh Pelayanan Kunjungan Pastoral Terhadap Pertumbuhan
Rohani Jemaat,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1 (January 31, 2020):
39–46.
8
Besly J. T. Messakh, “Menuju Pelayanan Pastoral yang Relevan dan Kontekstual,” THEOLOGIA IN LOCO- Jurnal
Sekolah Tinggi Theologi Filsafat Jakarta 1, no. 19 (April 2014): 25.
9
Aart van Beek, PENDAMPINGAN PASTORAL (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001).
10
Messakh, “Menuju Pelayanan Pastoral yang Relevan dan Kontekstual.”
11
Loren Goa, “PELAYANAN PASTORAL BAGI SESAMA YANG MEMBUTUHKAN,” SAPA - Jurnal Kateketik dan
Pastoral 3, no. 1 (May 1, 2018): 107–125.
Kesimpulan dari saya adalah dalam pelayanan Pastoral Kontekstual semuanya harus
berlandaskan Firman Tuhan karena seorang pemimpin harus mengerti dan memahami Firman
Tuhan sebagai senjata dalam melayani orang-orang yang terluka dan memiliki masalah
hidup, maka dari itu perlu diketahui bersama bahwa Firman Tuhan merupakan landasan yang
benar bagi seorang Gembala jemaat.

DAFTAR PUSTAKA

Beek, Aart van. PENDAMPINGAN PASTORAL. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Goa, Loren. “PELAYANAN PASTORAL BAGI SESAMA YANG MEMBUTUHKAN.”


SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral 3, no. 1 (May 1, 2018): 107–125.

Messakh, Besly J. T. “Menuju Pelayanan Pastoral yang Relevan dan Kontekstual.”


THEOLOGIA IN LOCO- Jurnal Sekolah Tinggi Theologi Filsafat Jakarta 1, no. 19
(April 2014): 25.

Riggs, Ralph M. GEMBALA SIDANG YANG BERHASIL. Malang: Gandum Mas, 1978.

Storm M., Bons-. APAKAH PENGGEMBALAAN ITU. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Sumiwi, Asih Rachmani Endang. “Gembala Sidang Yang Baik Menurut Yohanes 10:1-18.”
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen 4, no. 2 (2019): 74–93.

Widiyanto, Mikha Agus, and S. Susanto. “Pengaruh Pelayanan Kunjungan Pastoral Terhadap
Pertumbuhan Rohani Jemaat.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Warga Jemaat 4, no. 1 (January 31, 2020): 39–46.

Anda mungkin juga menyukai