Anda di halaman 1dari 250

PB 307 TEOLOGI PB

I WA N t AN USA p U tr A

Diktat untuk Program S.Th. dan M.Div.


Desember 2015 – version 2.0
Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar
melelahkan badan. — Pengkotbah 12:12

Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup


keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Matius 5:20
CONTENTS

I prole G ome NA 1
1 D ef INISI 3
1.1 Teologi Biblika 3
1.2 Teologi Biblika “Intermediate” 5
2 se JA r A h teolo GI BIB l I k A 7
2
2.1 Gereja Mula sampai Abad Pertengahan 7
2.2 Reformasi 9
2.3 Munculnya Teologi Biblika Independen 10
2.4 Definisi Gabler 12
2.5 Kebangkitan dan Kejatuhan Teologi Biblika 13
2.6 Teologi PL dan PB 14
2.7 Dari Teologi menuju Agama 15
2.8 Kebangkitan Teologi 17
2.9 Dari Teologi menuju Teologi2 19
3 A r A h BA r U teolo GI BIB l I k A 23
3.1 Mempertanyakan Metode Kritik Sejarah 23
3.1.1 “Keaslian” (Authenticity) 24
3.1.2 Hermeneutika Persetujuan 25
3.1.3 Berlanjutnya Keabsahkan Pendekatan Sejarah 26
3.2 Teks Kanon 27
3.2.1 Pendekatan Literatur 28
3.2.2 Pendekatan Kanon 31
3.3 Gereja Sebagai Komunitas Penafsir 32
3.4 Bangkitnya Teologi Biblika 34
3.4.1 Sejarah Tradisi 35
2
3.4.2 Tema Alkitab 35
3.4.3 Teologi Biblika 36

ii teolo GI BIB l I k A - se BUA h kes A t UAN NA r ASI 39


4 A l U r cer I t A S e JA r A h kesel A m A t AN pl 41
4.1 Mandat bagi Adam dan Mandat bagi Tokoh seperti
Adam 41
4.1.1 Rancangan Peningkatan Berkat bagi Adam di
dalam keadaan Sebelum Jatuh ke dalam Do-
sa 43
4.1.2 Kemungkinan Peningkatan Berkat Lainnya 46
4.1.3 Pewarisan Mandat Adam kepada Keturunan-
nya 49
4.1.4 Perbedaan Mandat Adam dan Mandat yg Di-
wariskannya 51
4.2 Pengulangan Penghakiman Kosmis dan Penciptaan
Ba- ru di PL 54

v
vi co N te N ts

4.3 Pengulangan Pengharapan Raja Adam Baru di sepan-


jang PL 58
4.3.1 Pentateuch 58
4.3.2 Yosua, Hakim, dan Rut 58
4.3.3 Berdirinya Kerajaan Israel dalam hubunganNya
dengan Kej. 1-3 (1 & 2 Samuel dan 1 Raja2)
59
4.3.4 Kehancuran Kerajaan Israel (1 & 2 Raja2) 61
4.3.5 Literatur Hikmat dan Kerajaan dan Ciptaan Ba-
ru 62
4.3.6 Nabi Besar dan Kerajaan dan Ciptaan Baru 64
4.3.7 Nabi Kecil, Daniel, Ezra–Nehemiah dan Keraja-
an dan Ciptaan Baru 65
5 A l U r cer I t A esk A tolo G I pl 67
5.1 Hari2 Terakhir di PL 68
5.1.1 Kejadian 49:1 68
5.1.2 Bilangan 24:14 72
5.1.3 Ulangan 4:30; 31:29 74
5.1.4 Hosea 3:5 75
5.1.5 Yesaya 75
5.1.6 Mikha 76
5.1.7 Yeremia 77
5.1.8 Yehezkiel 78
5.1.9 Daniel 78
5.2 Kesimpulan 81
6 h UB UN GA N esk A tolo G I pl DAN p B - fok U S
kepADA h A r I 2 ter A kh I r 83
6.1 Referensi Eskatologi di Injil Sinoptik 83
6.2 Referensi Eskatologi di Injil Yohanes 83
6.3 Referensi Eskatologis di Kisah Para Rasul 88
6.3.1 Masa Lalu dan Masa Kini 88
6.3.2 Masa Depan 89
6.4 Referensi Eskatologis di Surat2 Paulus 91
6.4.1 Masa Lalu dan Masa Kini 91
6.4.2 Masa Depan 92
6.5 Referensi Eskatologis di Kitab Ibrani 92
6.5.1 Masa Lalu dan Masa Kini 92
6.5.2 Masa Depan 94
6.6 Referensi Eskatologis di Surat2 Umum 95
6.6.1 Masa Lalu dan Masa Kini 95
6.6.2 Masa Depan 100
6.7 Referensi Eskatologis di Kitab Wahyu 101
7 pe NGANIAYAAN esk A tolo GIS DI Y es US DAN G ere JA 103
7.1 Penganiayaan Akhir Zaman di PL 103
7.2 Penganiayaan Akhir Zaman di Yudaisme Awal 104
7.3 Penganiayaan “Already and Not Yet” di Perjanjian Ba-
ru 104
co N te N ts vii

7.3.1 Anak Manusia dan Penganiayaan Besar 105


7.3.2 Pencobaan Anak Manusia dan Kerajaan di Ki-
tab Injil 107
7.3.3 2 Tesalonika 2 dan Penganiayaan Besar 112
7.3.4 1 Yohanes dan Penganiayaan Besar 115
7.3.5 Penganiayaan Besar di Kitab Wahyu 118
8 ke BANG k I t AN DAN CI pt AAN BA r U DI k I t AB INJI l DAN
k ISA h p A r A r ASU l 123
8.1 Pengharapan Hari Terakhir dan Ciptaan Baru di PL 123
8.2 Kebangkitan dan Ciptaan Baru yg “Sudah dan Belum”
di kitab Injil 126
8.3 Kebangkitan dan Ciptaan Baru yg “Sudah dan Belum”
di Kisah Para Rasul 129
8.3.1 Kebangkitan di Kisah Para Rasul 129
8.3.2 Penampakan Kristus yg telah Bangkit di Perja-
lanan ke Damsyik 131
9 ke B AN G k I t A N DA N CI pt AA N DI S U r A t 2 pAU l US 135
9.1 Kebangkitan di Kitab Roma 135
9.2 Kebangkitan di 1 Korintus 139
9.3 Mengapa Tema Kebangkitan Sangat Banyak di Tulisan
Paulus? 141
10 D os A S e BAGAI pe NY em BA h AN B erh A l A 145
10.1 Kejadian 1 - 3 dan Penyembahan Berhala 145
10.1.1 Adam sebagai Gambar dan Rupa Pencipta 145
10.1.2 Dosa Penyembahan Berhala Adam 146
10.2 Pengertian PL tentang Menjadi Serupa dengan Berha-
la 148
10.2.1 Mazmur 115 (= Mazmur 135) 148
10.2.2 Yesaya 6 149
10.2.3 Keluaran 32 152
10.2.4 Kesimpulan 153
10.3 Penyembahan Berhala di Roma 1 153
10.3.1 Latar Belakang Roma 1:23-25 dari Mazmur 106 155
10.3.2 Latar Belakang Rom. 1:21-26 dari Yeremia 2 155
10.3.3 Kesimpulan Latar Belakang PL Roma 1:21-26 157
10.4 Pembalikan Gambar Berhala Menjadi Gambar Allah di
Pikiran Paulus 157
10.5 Pembalikan Gambar Berhala Menjadi Gambar Allah di
Kitab Injil 159
11 pem U l I h A N GA m B A r DA N r U pA A ll A h DI U m A t m A -
N US IA 163
11.1 Penciptaan Manusia sebagai Gambar dan Rupa Allah
dan Kejatuhan Manusia 163
11.2 Yesus yg Setia Mencerminkan Gambar Allah dan Pe-
mimpin Pemulihan Gambar Allah di dalam Manusia
di Injil Sinoptik 164
viii co N te N ts

11.2.1 Persoalan Waktu Penggenapan Janji


Pemulihan Israel 165
11.2.2 Permulaan Injil Matius dan Injil lainnya yg Mem-
perkenalkan Yesus sebagai Adam Zaman Akhir 166
11.3 Yesus sebagai Adam Akhir Zaman dan Israel Akhir
Zaman yg Memulihkan Kerajaan Allah 169
11.3.1 Yesus sebagai Anak Manusia (Adam) yg dinu-
buatkan Daniel 169
11.3.2 Yesus sebagai Anak Allah (Adam) 171
11.4 Aspek Lain Pelayanan Yesus sebagai Adam Akhir Zam-
an 176
11.4.1 Yesus Anak Adam yg Mewakili Anak2 Lainnya 177
11.4.2 Transformasi Kerajaan yg Mengejutkan 179
12 pem B e NA r AN ( JUS t I f ICA t I o N ) 183
12.1 Pembenaran sebagai Pemberian (attribution / imputa-
tion) Kebenaran Kristus bagi Orang Percaya 183
12.1.1 Pendahuluan 183
12.1.2 Teks yg Mendukung Pemberian Ketaatan Aktif
Kristus kepada Orang Percaya 184
12.1.3 Pengharapan Ketaatan Adam dan Aplikasinya
di Kristus 187
12.2 Pembenaran (Justificaton) dan Kematian dan Kebang-
kitan 189
12.2.1 Tahap Eskatologis Awal Pembenaran 189
12.2.2 Kebangkitan Kristus yg Memulai Pembenaran
Eskatologis 194
12.3 Kebangkitan dan Pembenaran di Penggenapan Penuh
Eskatologis 197
12.3.1 Kebangkitan sebagai Pembenaran Orang Kudus 197
12.3.2 Kebangkitan Akhir dan Pekerjaan Baik dan
Hu- bungannya dengan Pembenaran
199
13 roh se B AG AI pel A k U tr AN S form AS I 203
13.1 Roh sebagai Pelaku Transformasi di PL 203
13.2 Roh sebagai Pelaku Transformasi di PB 205
13.2.1 Peran Eskatologis Roh di Injil Sinoptik 205
13.2.2 Peran Eskatologis Roh di Yohanes 207
13.2.3 Peran Eskatologis Roh di Kisah Para Rasul 209
13.2.4 Peran Eskatologis Roh di Pemikiran Paulus 212
13.2.5 Peran Eskatologis Roh di Surat Umum dan Wa-
hyu 217
14 G ere JA S e BAGAI IS r A el YG DI tr ANS form ASI & DI p U -
l I hk A N 219
14.1 Presuposisi Gereja sebagai Israel Sejati 219
14.2 Pengertian PL tentang Bangsa Lain yg Menjadi Israel
Sejati 221
14.2.1 Yesaya 49 221
co N te N ts ix

14.2.2 Mazmur 87 222


14.2.3 Yesaya 19 223
14.2.4 Yesaya 56 224
14.2.5 Yesaya 66 224
14.2.6 Zakharia 225
14.2.7 Yehezkiel 47 226
14.3 Pengertian PB tentang Israel Sejati 226
14.3.1 Nama dan Kiasan Israel dipakai untuk gere-
ja 226

iii teolo GI p B - se B UA h kepel BAGA IA N 231


Bagian I

PROLEGOMENA
DEFINISI
1
1.1 teolo GI BIB l I k A

Istilah “Teologi Biblika” (“Biblical Theology”) digunakan secara luas, ta-


pi tiap orang memiliki pendapat yg berbeda tentang maknanya. J. L.
McKenzie (1974) berkata, “Biblical theology is the only discipline or sub-
discipline in the field of theology that lacks generally accepted
principles, methods and structure. There is not even a generally accepted
definition of its purpose and scope” (“Teologi biblika adalah satu2 -nya
cabang ilmu teologi yg tidak memiliki prinsip, metode dan struktur
yg disepakati bersama. Bahkan tidak ada definisi tentang tujuan
dan cakupan yg diterima umum”). Selain itu ada yg berkata,
“Biblical theology presents probably the most profound challenge for the
Biblical scholar in the latter part of the 20th century” (“Mungkin teologi
biblika merupakan tantangan terbesar bagi peneliti akhir abad 20”).
Definisi penting bagi kemajuan penelitian Teologi Biblika. Istilah
ini baru muncul di abad modern, pertama kali digunakan di
buku “Teutsche Biblische Theologie,” yg ditulis oleh W. J.
Christmann, diter- bitkan di tahun 1629. Tentu saja, Teologi
Biblika sudah ada sebelum istilah resmi ini dipakai di abad 17.
Sebaliknya, hal yg diberi label “Teologi Biblika” belum tentu
merupakan teolgi biblia yg sesungguh- nya.
Kata “Teologi Biblika” terdiri dari 2 kata. “Teologi” adalah gabung-
an kata theos dan logos. Logos (kata, bahasa, rasio) dalam gabungan
kata seperti ini memiliki pengertian pelajaran tertulis, rasional,
siste- matik dari cabang ilmu tertentu (cf. biologi, sociologi, dll.).
“Teologi” adalah disiplin ilmu tentang theos, “Allah.” Istilah ini jarang
dipakai dalam pengertian sempit ini, hanya tentang Allah, biasanya
teologi mencakup juga relasi Allah dengan dunia dan umat manusia,
dan topik lain yg berhubungan denganNya.
“Biblika” adalah bentuk adjektif dari “Alkitab.” Tentunya berasal
dari konsep bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Jadi “Teologi Bi-
blika” adalah disiplin ilmu tentang “hal yg Alkitab katakan tentang
Allah dan relasiNya dengan dunia dan umat manusia.” Karya para teolog
“Teologi Biblika” bisa memiliki 2 pengertian. Pertama sebagai seperti Karl Barth
Teo- logi Kristen yg berdasarkan Alkitab. Persoalannya, sedikit / lebih baik disebut
“Teologi Dogmatik”
banyak, setiap Teologi Kristen dibangun di atas dasar Alkitab. Istilah atau “Teologi
ini bisa juga dipakai dalam pengertian perbandingan. Misalnya, Sistematik.”
Teologi Karl Barth bisa disebut sebagai Teologi Biblika, bila
dibandingkan Paul Tillich, yg lebih bersifat filsafat. Tapi pengertian
ini tetap juga berma- salah, karena baik Barth maupun Tillich, dan
semua teolog Kristen

3
4 D ef I NIS I

lainnya mencari pengertian wahyu ilahi di Alkitab untuk


mendapatk- an kebenaran bagi gereja di zaman ini. Karya para
teolog seperti Karl Barth lebih baik disebut “Teologi Dogmatik”
Teologi Biblika (Barth menyebut karya tulisnya sebagai Church Dogmatics) atau
adalah teologi yg “Teologi Sistematik.”
termuat di Alkitab,
Pengertian ke-2 dari “Teologi Biblika” adalah “the theology contained
teologi dari Alkitab
itu sendiri. in the Bible, the theology of the Bible itself ” (“teologi yg termuat di
Al- kitab, teologi dari Alkitab itu sendiri”; Ebeling 1963: 79),
pengertian ini yg paling banyak diterima oleh para peneliti.
Definisi seperti ini memiliki asumsi pembedaan antara pengajaran
Alkitab dan penga- jaran gereja masa kini. Alkitab ditulis dalam
kurun waktu lebih dari 1000 tahun, di zaman yg sangat berbeda
dengan zaman ini. Bahkan ketika kita menerima Alkitab sebagai
inspirasi ilahi yg normatif bagi iman, Alkitab tetap harus ditafsir dan
diterapkan untuk tiap generasi baru. Pemisahan yg tajam antara
makna Alkitab di konteks aslinya dan makna untuk orang Kristen
di masa kini, baru muncul di akhir abad 18.
Itulah sebabnya, Teologi Biblika dianggap sebagai
perkembangan abad modern, dimulai oleh ceramah J. P. Gabler di
Universitas Al- tdorf di tahun 1787, berjudul “An Oration on the
Proper Distinction between Biblical and Dogmatic Theology and the
Specific Objectives of Ea- ch” (“Orasi tentang Pemisahan yg benar
antara Teologi Biblika dan Teologi Dogmatik dan tujuan mereka
masing2 ”). Di sini Teologi Bi- blika dilihat dalam konteks sejarah,
berurusan dengan “makna” teks Alkitab di masa lalu, sedangkan
Teologi Dogmatik berusan dengan “makna” bagi gereja di masa
kini. Implikasinya, Teologi Biblika ada- lah cabang ilmu sejarah, yg
bisa diteliti tanpa bersandar kepada gere- ja dan komunitas Kristen.
Setiap orang bisa terlibat dalam penelitian
ini, tak peduli agamanya, asalkan mereka memiliki kemampuan aka-
demis. Ini adalah pandangan yg diterima luas, tapi pandangan ini
setidaknya memiliki 2 masalah yg sangat serius.
Pertama, pandangan ini memiliki konsep aneh, Teologi Biblika
ti- dak pernah ada sebelum tahun 1787. Jelas gereja di sepanjang
sejarah mencari pengertian Alkitab tentang Allah dan relasiNya
dengan du- nia dan umat manusia.
Kedua, di akhir abad 18 dan awal abad 19, Teologi Biblika diteliti se-
cara independen sebagai cabang ilmu sejarah. Hal ini menghasilkan
pemisahan Teologi Biblika menjadi Teologi PL dan Teologi PB,
me- nurunnya pamor Teologi Biblika (yg terserap menjadi ilmu
sejarah agama), dan akhirnya keruntuhan Teologi Biblika.
Walaupun pene- litian kritis sejarah Alkitab memberikan banyak
sumbangsih, pada akhirnya penelitian akademis Teologi Biblika
menjadi bertentangan dengan pemakaian Alkitab di gereja.
Penelitian sejarah Alkitab mem- perlihatkan isi yg sangat beragam,
sehingga kesatuan Teologi Biblika terlihat mustahil. Istilah Teologi
Biblika yg longgar, bisa digunakan untuk semua penelitian isi
Alkitab. Penelitian surat Paulus merupak- an salah satu contoh
Teologi Biblika. Penggunaan istilah yg longgar
1.2 teolo GI BIB l I k A “ IN terme DIA te” 5

ini menimbulkan kekacauan. Penelitan surat Paulus lebih baik digo-


longkan sebagai Teologi PB, atau lebih spesifik lagi Teologi Paulus. Teologi Biblika tidak
Akibat kekacauan ini, siswa yg mau belajar Teologi Biblika menjadi ada sebelum tahun
bingung. Teologi Biblika tidak ada sebelum tahun 1787, dan sekarang 1787, dan sekarang
Teologi Biblika yg
Teologi Biblika yg sesuai dengan istilahnya (yaitu Teologi sesuai dengan
Keseluruh- an Alkitab) sudah tidak ada lagi. istilahnya sudah
(Scobie 2002: 3-6) tidak ada lagi.

1.2 teolo G I BI B l I k A “ IN terme D IA te”

Penelitian teratur tentang “hal yg Alkitab katakan tentang Allah dan


relasinya dengan dunia dan umat manusia,” tentunya sudah dimulai
sejak berdirinya gereja, dan terus berlangsung sampai sekarang.
Se- gera setelah Kitab Injil, Surat Paulus, dan kitab lainnya ditulis,
gereja mula2 membacanya bersamaan dengan PL. Orang Kristen
belajar 2 bagian warisan Alkitab ini dan mencari makna dan
bimbingan ba- gi iman dan kehidupan gereja, sebuah bentuk
Teologi Biblika telah lahir. Saat ini, tidak ada pemisahan antara
pengajaran Alkitab dan pengajaran Gereja, keduanya terintegrasi.
Jadi sebelum abad 18, bisa
dikatakan sebagai zaman “Teologi Biblika Terintegrasi.” Sejak awal, gereja
Sejak awal, gereja bergumul masalah kesatuan & kepelbagaian bergumul masalah
dan masalah tafsir Alkitab. Di abad 2, penulis Kristen bergumul kesatuan &
kepelbagaian dan
bagai- mana kitab2 yg ditulis dalam kurun waktu yg begitu panjang, masalah tafsir
bisa menjadi Satu Kitab atau sebagai Firman dari Satu Allah? Alkitab.
Bagaimana PL dan PB bisa sama 2 berotoritas, padahal mereka
sangat berbeda? Bagaimana gereja berurusan dengan 4 Kitab Injil
yg mengisahkan Yesus dengan cara berbeda? Dengan kata lain,
bagaimana kesatuan ditemukan di tengah kepelbagaian?
Masalah lain adalah tafsir dan hermeneutik. Kelompok lain,
seperti Gnostik, memiliki metode tafsir yg dianggap sesat oleh
gereja. Bagai- mana menafsir Alkitab di dalam gereja?
Tentu saja jawaban gereja mula2 tidak selalu sama dengan pemi-
kiran Kristen masa kini. Lagi pula, masalah di masa kini jauh lebih
kompleks dibandingkan dengan abad 2. Penelitian sejarah modern
memperlihatkan kepelbagaian Alkitab yg jauh lebih luas. Sekarang
kita hidup terpisah 2 - 3 ribu tahun dengan zaman Alkitab ditulis, di
dunia yg sangat berbeda, sebuah fakta yg menimbulkan masalah
her- meneutik yg lebih besar. Tapi perbedaan ini tidak boleh di-
lebih2-kan. Ketika kita membaca tulisan Bapa2 Gereja, kita akan
terkejut, karena masalah modern ini sudah muncul di abad 2.
Pendekatan sejarah baru muncul di abad 18, pendekatan ini meru-
pakan sebuah revolusi metode penelitian Alkitab. Tafsir Alkitab tidak
pernah sederhana, tapi 2 abad terakhir ini, kecenderungan yg paling
dominan adalah pemisahan tajam antara teologi Alkitab yg asli,
yg didapat dengan metode sejarah, dan teologi dogmatik yg dipakai
ge- reja. Teologi Biblika seperti ini bisa didapat dari penelitian
akademis
6 D ef I NIS I

independen yg terpisah dari gereja. Karena itu bisa disebut sebagai


“Teologi Biblika Independen.” Banyak orang yg masih memegang pe-
Teologi Biblika ngertian ini, tapi pendekatan ini berakhir di jalan buntu.
“Intermediate,” Scoobie mengajukan sebuah pendekatan baru. Bukan untuk
sebuah cabang ilmu
meren- dahkan pendekatan metode sejarah. Bukan untuk
yg menjadi jembatan
antara penelitian membalikan jarum jama ke zaman pra-kritis. Tapi mengatasi jalan
sejarah Alkitab dan buntu pendekatan kri- tik sejarah, mendapatkan pengertian Teologi
penggunaan Alkitab Biblika paska-kritis. Teo- logi Biblika tidak bisa dikerjakan terpisah
yg berotoritas di dari gereja, sebuah komuni- tas yg mengakui kanon Alkitab. Scoobie
gereja.
mengusulkan Teologi Bibli- ka “Intermediate,” sebuah cabang ilmu
yg menjadi jembatan antara penelitian sejarah Alkitab dan
penggunaan Alkitab yg berotoritas di gereja. Teologi Biblika
menerima dan dibangun di atas penelitian se- jarah Alkitab, tapi
tidak berhenti di “makna” Alkitab di masa lalu. Teologi Biblika juga
berurusan dengan “makna” Alkitab dari keselu- ruhan kanon, jadi
tidak bisa dipisahkan dari proses tafsir.
(Scobie 2002: 6-8)
SEJARAHTEOLOGIBIBLIKA
2
2.1 G ere JA m U l A 2 SA mpAI A BA D perte NG A h AN

Segera setelah kitab Injil, surat Paulus, dan tulisan Kristen lainnya di-
Gereja menolak
gunakan bersamaan dengan PL, jauh sebelum kitab2 PB
solusi Marcion dan
dimasukan ke dalam kanon, kedua kelompok kitab suci ini menerima PL ...
digunakan gereja un- tuk merumuskan kepercayaan dan untuk sebagai bagian dari
melawan ajaran sesat. Sejak awal sudah muncul persoalan kesatuan Alkitab ... gereja
dan kepelbagaian. Perbedaan terbesar ada di antara PL dan PB. harus menjawab
pertanyaan tentang
Marcion (ca. 140-160) memberikan solusi radikal, dia membedakan
relasi PL dan PB.
Allah Yahudi, sebagai Allah keadil- an, dan Allah Yesus, sebagai
Allah kasih. Akibatnya, dia membuang PL. Gereja menolak solusi
Marcion, dan menerima PL di dalam se- gala kekayaan dan
kepelbagaiannya sebagai bagian dari Alkitab. Di saat yg
bersamaan, gereja harus menjawab pertanyaan tentang relasi
PL dan PB. Gereja ... mengikuti
Di abad ke-2, gereja menerima 4 kitab Injil. Hal ini posisi Irenaeus yg
menimbukan masalah baru tentang kesatuan dan kepelebagaian. menerima ke-4 kitab
Injil, dengan
Bagaimana catat- an yg berbeda bisa dianggap sebagai satu Injil kepercayaan, Kristus
yg sama? Perbedaan yg paling parah adalah antara Injil Sinoptik “memberikan Injil
dan Injil Yohanes. Gereja menolak solusi Marcion yg hanya menerima dengan empat
1 kitab Injil dan juga me- nolak solusi Tatian yg melakukan bentuk tapi satu
harmonisasi ke-4 kitab Injil, seba- liknya Gereja mengikuti posisi roh.” ... gereja ...
harus menjawab ...
Irenaeus yg menerima ke-4 kitab Injil, dengan kepercayaan, Kristus kepelbagaian.
“memberikan Injil dengan empat ben- tuk tapi satu roh.” Jadi gereja
kembali menerima sepenuhnya tulisan2 ini dan harus menjawab
masalah kepelbagaian.
Irenaeus (ca. 180) bisa disebut “teolog biblika pertama.” Ketika
menjawab tantangan Gnostik, yg mengklaim pengajarannya berda-
sarkan Alkitab, Irenaeus mengembangkan pengertian Kristen tentang
PL yg secara konsisten terintegrasi dengan tafsir kitab Injil dan Surat2 ,
yg dikenali sebagai tulisan berotoritas oleh gereja. Pengertian ini ke-
mudian diintegrasikan ke dalam “the rule of faith” (“pedoman iman”),
sebuah tafsir iman Kristen yg dipercayai gereja sebagai warisan dari
para rasul. Tafsir Allegori
Masalah kepelbagaian dijawab gereja mula2 dengan tafsir allego- mengabaikan latar
belakang sejarah,
ri, metode tafsir yg dipakai penulis Yunani dan Yahudi Hellenistik, dan mencari makna
terutama Philo dari Alexandria (ca. 20 S.M. - 45 M.). Tafsir Allegori tersembunyi di
mengabaikan latar belakang sejarah, dan mencari makna tersembu- setiap detil teks
nyi di setiap detil teks Alkitab, yg bisa berbeda dengan makna yg Alkitab ...
dimaksud oleh penulis. Misalnya poligami dari nenek moyang Isra-
el dianggap memalukan, jadi istri Abraham ditafsir secara allegori:
Abraham menikah dengan “kebajikan” (= Sara) dan “pendidikan”

7
8 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

(=Hagar). Origen berpendapat, ada catatan yg bertentangan atau tak


masuk akal di Alkitab, hal ini merupakan petunjuk bagi pembaca un-
tuk mencari makna yg lebih dalam, yg tersembunyi dalam teks. Tafsir
Allegori klasik yg paling terkenal berasal dari Agustinus, di perum-
pamaan orang Samaria yg baik hati, setiap detil memiliki pengertian
lapis ke-2 (seseorang = Adam, Yerusalem = kota sorgawi, perampok
= Iblis dan bawahannya, penginapan = gereja, pemilik penginapan
= rasul Paulus, dll.). Metode tafsir Allegori digunakan untuk men-
cari pengajaran yg seragam di keseluruhan Alkitab, tapi pengertian
sejarahnya dihilangkan, dan menghasilkan makna yg sangat
berbeda dengan makna hurufiahnya, dan penafsir bebas
Metode tafsir membelokan makna kemana pun dia mau.
“aliran Metode tafsir “aliran Alexandria” ditentang oleh “aliran Antiokhia,”
Alexandria”
yg memakai pendekatan sejarah. Misalnya, Theodore dari Mopsues-
ditentang oleh
“aliran Antiokhia,” tia (ca. 350–428), menafsir Mazmur dalam konteks sejarahnya, dan
yg memakai hanya menemukan 4 mazmur berisi nubuat tentang Mesias. Aliran
pendekatan Antiokhia merupakan antisipasi dari peneliti modern. Mereka mene-
sejarah. mukan masalah kanon dari kitab Ayub di PL dan Yakobus di PB.
Perbedaan ke-2 aliran ini tak perlu di-lebih 2-kan. Origen menyadari
kebanyakan teks memiliki makna sejarah, sedangkan aliran Antio-
khia memperbolehkan pengertian Alkitab yg lebih tinggi yg disebut
theoria, mirip dengan tipologi yg dibangun di atas makna sejarah.
Di Barat (Alexandria), tafsir Alkitab terkristalisasi menjadi aturan
“empat lapis pengertian Alkitab.” Setiap ayat memiliki makna huru-
fiah, allegori, moral (tropological), dan rohani (anagogical):
Littera gesta docet,
quid credas allegoria
Moralis quid agas,
quo tendas anagogia.
Teks memberikan hal yg Allah dan nenek moyang lakukan,
Allegori memberikan iman kita yg tersembunyi,
Makna moral memberikan aturan hidup se-hari 2,
Anagogi menghentikan pertengkaran.
Tafsir Allegori mendapat kritik tajam di zaman modern, tapi meto-
Tafsir Allegori de ini mengenali beberapa lapis pengertian Alkitab, beberapa fungsi
... mengenali
beberapa lapis yg berbeda di dalam kehidupan gereja. Pengertian “teks” dikenali di
pengertian Alkitab, lapis pertama. Hal ini dikenal sebagai makna “sejarah,” makna dari
beberapa fungsi yg penulisnya. Tidak selalu berupa pengertian “hurufiah” modern, ka-
berbeda di dalam rena makna teks asli bisa berupa metafora atau perumpamaan. Tapi
kehidupan
allegori, walaupun salah arah, mencari kesatuan teologi di tengah
gereja.
kepelbagaian Alkitab. Makna moral dicari untuk dipakai dalam bim-
bingan pengambilan keputusan etis. “Anangogical” arti hurufiahnya
“bimbingan ke atas” memberikan nutrisi bagi kesalehan orang per-
caya dalam perjalanan rohani mereka, hal yg sering diabaikan dalam
penelitian akademis. Dibangun di atas makna sejarah, makna
allegori
2.2 reform ASI 9

membangun iman, makna moral membangun kasih, makna anagogi-


cal membangun pengharapan.
Sampai dengan abad pertengahan, tidak ada pemisahan antara
pe- ngajaran Alkitab dan pengajaran gereja. Teologi Biblika
terintegrasi dengan Teologi Dogmatik. Berdasarkan prinsip
“analogia fidei” (analo- gi iman), diasumsikan pengajaran Alkitab dan
doktrin gereja adalah satu dan sama. Berdasarkan “analogia
scripturae” (analogi Alkitab), diasumsikan pengajaran Alkitab itu
sama dari kitab Kejadian sam- pai kitab Wahyu. Terutama ketika
Alkitab hanya ada dalam b. Latin, membuat kaum awam tidak bisa
membacanya sendiri. Alkitab diku- rung oleh gereja, sehingga
kepelbagaiannya tidak memberi tantangan atau kritikan.
(Scobie 2002: 9-12).

2.2 reform ASI

Reformasi, dengan
Reformasi, dengan slogan sola scriptura, telah melakukan semacan
slogan sola
Te- ologi Biblika. Beberapa peneliti menempatkan asal usul Teologi scriptura, telah
Bibli- ka di zaman Reformasi. melakukan semacan
Martin Luther (1483–1546) meneliti ulang kepercayaan dan praktek Teologi Biblika.
gereja dengan kaca mata Alkitab, dan mengambil kesimpulan “Gere-
ja adalah anak yg lahir dari Firman, bukan ibu dari Firman” (Kuliah
Kejadian 7:16–24, dikutip McNeill 1952: 123). Pada umumnya, Refor-
masi menolak allegori, dan mencari makna menurut tata bahasa, tapi
bukan “hurufiah.” Prinsip formalnya adalah sola scriptura
(pengeta- huan tentang keselamatan ditemukan “hanya di
Alkitab”), prinsip materialnya adalah sola fide, “hanya dengan
iman,” yaitu iman kepa- da Kristus. Di Alkitab ada Hukum dan Injil;
Hukum diberikan lebih dulu, karena Hukum memperkenalkan dosa;
diikuti Injil yg mempro- klamasikan keselamatan melalui iman.
Luther menembus kepelbagai- an Alkitab dengan memakai konsep
kunci hermeneutik: “dibenarkan oleh iman.” Jadi tidak semua bagian
Alkitab sama pentingnya. Dia fo- kus kepada bagian Alkitab yg
“memperlihatkan Kristus kepadamu” (terutama Yohanes dan
Paulus), dan mempermasalahkan dimasukan- nya kitab Ibrani,
Yakobus, Yudas dan Wahyu ke dalam kanon. Walau- pun Luther
memberikan fokus tajam terhadap kesatuan Alkitab, hal ini
dilakukan dengan mengorbankan topik Alkitab lain yg tak sesuai
dengan konsep kunci yg dipilihnya.
John Calvin (1509–64), memberikan pengajaran sistematis di
Insti-
tutes of the Christian Religion, dia juga menulis tafsir Alkitab,
“mem- berikan Alkitab status yg lebih jelas dan eskplisit dibanding
Luther” (Reid 1957: 29). Walaupun orang bisa diyakinkan dengan
kebenaran Alkitab melalui keagungan gaya bahasa atau
keselarasan setiap ba- giannya, pada dasarnya orang percaya
diyakinkan akan kebenaran Alkitab “melalui kesaksian Roh Kudus,”
Roh yg telah memberi inspi- rasi kepada para nabi, juga bekerja di
pikiran dan hati orang perca-
10 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

ya. Firman harus dilengkapi karya Roh Kudus sebelum bisa menjadi
efektif bagi iman dan keselamatan. Calvin berusaha meletakan iman
dan gereja di atas dasar Alkitab dengan lebih lengkap dan sistema-
tis dibandingkan Luther, dan mencoba menggunakan seluruh bagi-
an Alkitab, walaupun dia mengalami kesulitan dengan kitab Kidung
Agung dan Wahyu. Walaupun penyingkapan yg paling utama ada di
PB, Kristus juga disingkapkan melalui PL. Calvin dan Luther adalah
teolog dogmatik menurut standar modern, tapi Calvin merupakan
pemicu awal Teologi Biblika yg sejati.
(Scobie 2002: 12-13).

2.3 m UNCU l NYA teolo GI BIB l I k A IND epe ND e N


Pengertian baru
dan perdebatan yg Pengertian baru dan perdebatan yg berani dari tokoh Reformator, dii-
berani kuti dengan masa “Orthodoksi Protestan” (Hayes and Prussner 1984:
dari 12–15). Inspirasi Alkitab bukan hanya isinya, tapi meliputi juga
tokoh Reformator,
diikuti seti- ap kata2 yg dipakainya. Muncul sebuah paradoks aneh: Tokoh
dengan masa Refor- mator melawan sistem dogmatik yg dianggap membungkam
“Orthodoksi Firman Allah; Orthodoksi Protestan memperkenalkan sistematika
Protestan.” tradisi ba- ru yg kaku, meletakan Alkitab di bawah sistem ini.
“Penerus Refor- masi kehilangan pengalaman hidup Luther dan
Calvin dengan Alki- tab, di tangan mereka Alkitab menjadi otoritas
eksternal yg lahir dari legalisme dan ketaatan kepada doktrin Alkitab
yg kaku” (Reid 1957: 77).
Johannes Cocceius (1603–69) merupakan sebuah pengecualian,
Johannes Cocceius
di buku Summa doctrina de foedere et testamento Dei (1648), dia
(1603–69)
merupakan sebuah mencoba menafsir Alkitab sebagai kesatuan organik, dengan
pengecualian, memakai konsep “covenant” (“perjanjian”). Cocceius meletakan dasar
memakai konsep bagi teologi fede- ral atau teologi perjanjian yg berpengaruh. Dia
...
mengantisipasi per- kembangan Teologi Biblika dengan penekanan
perjanjian ...
atas perjanjian dan cara Allah berurusan dengan umatNya di dalam
“sejarah keselamat- an” (McLelland 1957; McCoy 1963).
Di abad 17 & 18, ada 3 kecenderungan yg memicu munculnya Teo-
logi Biblika sebagai cabang ilmu yg terpisah.
... ada 3
kecenderungan yg
Pertama, praktek orthodoksi Lutheran yg mengumpulkan (dicta
memicu munculnya probantia / dicta classica), “proof texts” / ayat2 yg dipakai untuk
Teologi Biblika ... buk- ti doktrin Protestan. Kumpulan ayat ini disebut juga collegia
orthodoksi Lutheran biblica (collegium = “koleksi”), disusun berdasarkan topik standar
yg mengumpulkan
(loci com- munes) teologi dogmatik. Mulai tahun 1560, collegia ini
... “proof texts”
... Pietisme membaca berkembang selama 2 abad. Karya tulis pertama berjudul Teologi
Alkitab ... untuk Biblika (Biblische Theologie). Kelemahan “proof text” ini jelas terlihat.
menemukan santapan “Kesalahan uta-
rohani ... manya adalah hanya menyentuh permukaan dan tidak
berkembangnya menghargai pandangan Alkitab. Alkitab tidak dibiarkan berbicara
metode penelitian ...
“historical
sendiri, tapi Alkitab dipaksa masuk ke dalam sistem dogmatik yg
crititcal” sempit” (Ha- yes and Prussner 1984: 19). Walaupun demikian,
... “grammatico- kumpulan ayat ini memberi efek berpalingnya perhatian kepada
historical” Alkitab.
2.3 m UNCU l NYA teolo GI BIB l I k A IND epe ND e N 11

Kedua, munculnya gerakan Pietisme, yg dipimpin tokoh seperti P.


J. Spener (1635–1705) dan A. H. Francke (1663–1727), sebagai
reaksi atas orthodoksi yg kering dan kaku. Gerakan ini menekankan
penga- laman religius pribadi dan “kesederhanaan rasuli.”
Pietisme mem- baca Alkitab bukan sebagai bahan “proof texts”
untuk mendukung doktrin orthodoks (walaupun tidak
meninggalkan orthodoksi), tapi untuk menemukan santapan rohani
(Stuhlmacher 1977: 37). Spener mengkontraskan Teologi Biblika
dengan “scholastic theology” Pro- testan (theologia scholastica;
Ebeling 1963: 84), dan di abad 18 kaum Pietis menerbitkan buku
dengan judul “Teologi Biblika” (Hayes and Prussner 1984: 55).
Ketiga, dan mungkin yg paling penting, berkembangnya
metode penelitian literatur dan sejarah kritis baru (Terrien 1952:
127–32) yg dikenal sebagai “historical crititcal” (kritik sejarah) atau
pendekatan “grammatico-historical” (tata bahasa - sejarah). Disebut
“kritik” kare- na tidak menerima begitu saja penjelasan Alkitab
tradisional, tapi mencari dan menimbang bukti yg ada. “Sejarah”
karena mengena- li Alkitab bukan sebagai kitab yg turun dari
langit, tapi hasil karya
komunitas religius dalam jangka waktu yg panjang, sehingga harus
dimengerti dalam konteks sejarah komunitas ini. “Tata bahasa” ka-
rena mau mengerti Alkitab sesuai dengan makna kata yg dimaksud
penulis dan dimengerti pembaca pertamanya. Reformasi menekank-
an makna Alkitab hurufiah sederhana, hal ini memberi sumbangsih
bagi perkembangan metode yg baru ini. J. S. Semler
Pionir pendekatan baru termasuk Richard Simon (1638–1712), (1725–91) ... Alkitab
harus dipelajari
yg mau memakainya untuk gereja Katolik Roma, dan yg lebih
dalam konteks
radikal adalah Benedict Spinoza (1632–77), yg dikucilkan dari sejarah asli ...
synagog An- sterdam karena pandangan kritisnya atas Alkitab (B. terpisah dari
F. Meyer 1989: 197). Spinoza mengantisipasi Teologi Biblika penggunaan Alkitab
independen, mengga- bungkannya dengan pendekatan rasional untuk teologi
dogmatik
atas agama. Tokoh rasio- nalis yg lebih moderat adalah J. S.
Semler (1725–91), yg berkata Al- kitab harus dipelajari dalam
konteks sejarah asli, seperti penelitian kitab kuno lainnya, dan
penelitian ini harus terpisah dari pengguna- an Alkitab untuk teologi
dogmatik (Hayes and Prussner 1984: 58–60). Rasionalisme abad 18,
yg berkembang dari Deisme Inggris dan Engli- gtenment (Aufklärung)
Jerman, melihat pendekatan baru ini sebagai metode objektif yg
bisa melepaskan belenggu ber-abad2 dogma gere-
ja dan kembali ke pengajaran benar iman Kristen. Kaum rasionalis Kaum rasionalis
mencari kebenaran universal yg berlaku sepanjang masa dari mencari kebenaran
Alki- tab, yg sesuai dengan rasio, dan berbeda dengan kebenaran universal yg berlaku
yg ter- kondisi sejarah dan terikat waktu (Hasel 1978: 25–28; R. sepanjang masa ...
berbeda dari
M. Grant 1984: 100–109). Pendekatan ini terlihat di karya K. F.
kebenaran yg
Bahrdt (Versuch eines biblischen Systems der Dogmatik, 1769), dan terkondisi sejarah
terutama di 5 jilid Bi- blische Theologie karya G. T. Zachariä yg dan terikat waktu
diterbitkan tahun 1771-1786 (Sandys-Wunsch 1980). W. F. Hufnagel
di Handbuch der biblischen The- ologie (1785–89), membuat prinsip
“proof texts harus digunakan untuk
12 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

mengkoreksi sistem, bukan sistem mengkoreksi proof texts” (Dentan


1963: 20).
(Scobie 2002: 13-15)

2.4 D ef INISI GAB ler

Pembahasan di bagian ini berdasarkan ceramah Gabler di tahun 1787,


“An Oration on the Proper Distinction between Biblical and Dogmatic The-
ology and the Specific Objectives of Each.” Penelitian modern memperli-
hatkan Gabler bergantung kepada pendahulunya dan pengaruh lang-
sungnya dipertanyakan.(Sandys-Wunsch and Eldredge 1980; cf. Morg-
Gabler membedakan an 1987).
... Teologi Biblika Dari ceramahnya terlihat Gabler mengidentifikasi diri sebagai orang
“sejati” (wahre) dan yg “setia kepada iman suci Kristen,” yg “mengaku dengan satu suara
Teologi Biblika
“murni” (reine) ...
bahwa kitab suci, terutama PB, merupakan satu sumber yg jelas, sum-
“yg merupakan ber dari semua pengetahuan sejati agama Kristen” (Sandys-Wunsch
doktrin Kristen yg and Eldredge 1980: 134). Gabler membedakan 3 tahap penggunaan
tak berubah, dan Kitab Suci oleh orang Kristen. Ke-2 tahap pertama diberi istilah “Te-
masih berlaku secara
ologi Biblika,” yg dibedakan menjadi Teologi Biblika “sejati” (wahre)
langsung untuk
kita,” ... “Teologi dan Teologi Biblika “murni” (reine). Tahap pertama adalah penelitian
Biblika Murni” sejarah PL dan PB untuk setiap penulis dan zaman. Hal ini sege-
inilah yg digunakan ra diikuti tahap ke-2, “dengan hati 2 membandingkan setiap bagian
oleh teolog dogmatik
dari setiap perjanjian,” tujuannya untuk memisahkan pendapat “yg
merupakan doktrin Kristen yg tak berubah, dan masih berlaku seca-
ra langsung untuk kita,” dari “pengajaran yg berlaku untuk zaman
tertentu atau perjanjian tertentu.” Dengan kata lain, Teologi Biblika
bukan hanya deskriptif, tapi juga imperatif, memilih kebenaran Alki-
tab yg bersifat universal dan tak berubah di sepanjang masa. Hal ini
“dikumpulkan,” “dicerna,” dan “dengan hati2 diperbandingkan satu
sama lain.” “Teologi Biblika Murni” inilah yg digunakan oleh teolog
dogmatik untuk diajarkan di zaman mereka.
Tampaknya perhatian utama Gabler bukan sejarah agama, tapi Te-
ologi Kristen (Morgan 1995: 110). Dia menganggap “Teologi
Biblika Murni” sebagai disiplin ilmu “intermediate,” ada di antara
Teologi Biblika deskriptif yg ditemukan melalui metode sejarah, dan
teologi dogmatik normatif.
Judul yg dipakai Gabler lebih berpengaruh dibandingkan ceramah-
nya (Ollenburger 1985: 42). Sejak tahun 1830, pemisahan Teologi
Bi- blika dan Teologi Dogmatik, dimengerti sebagai konsep Gabler
“Teo- logi Biblika Sejati,” yaitu penelitian sejarah murni, dan disiplin
ilmu deskriptif. Pendekatan ini menghasilkan aliran sejarah agama,
mem- berikan pengaruh besar yg berbeda dengan yg diusulkan
Gabler.
Teologi Gabler kehilangan pamor. Kata2 Alkitab direduksi menjadi
kebenaran universal yg tak berubah, gagal menangkap sifat wahyu
yg diberikan di dalam sejarah, bahkan menghilangkan begitu
banyak bagian Alkitab sebagai hal yg tidak bisa diaplikasikan
bagi orang
2.5 ke BANG k I t AN DAN ke JA t U h AN teolo GI BIB l I k A 13

percaya di zaman modern; dan membatasi tindakan Allah di alam


se- mesta dan di sejarah. Walaupun demikian Gabler mengenali
bahwa Teologi Biblika tidak bisa hanya deskriptif, tapi harus
menjadi jembat- an bagi Teologi Dogmatik, ini pengertian yg sah
bagi Teologi Biblika zaman ini.
(Scobie 2002: 15-16)

2.5 ke BANG k I t AN DAN ke JA t U h AN teolo GI BIB l I k A

Di akhir abad 18 dan awal abad 19, muncul serangkaian “Teologi


Biblika,” diawali teolog biblika rasional yg mengikuti jejak G. T.
Za- chariä , yg memakai metode historical-critical. Biasanya karya tulis
ini dipakai untuk mengkritik teologi orthodoks. Misalnya, C. F. von
Am- mon (Entwurf einer reinen biblischen Theologie, 1792) dan G. P.
C. Kai- ser (Die biblische Theologie, 1813). Karya tulis yg lebih
penting dibuat
W. M. L. de Wette (Biblische Dogmatik des Alten und Neuen Testaments,
1813), peneliti PL yg lebih independen dan berorientasi sejarah
(Ha- yes and Prussner 1984: 98–100). Dia memberi pengaruh besar
dengan pembagian agama PL menjadi Hebraisme dan Yudaisme
paska pem- buangan. Rasionalisme moderat antara lain Biblische
Theologie (1836)
yg ditulis D. G. C. von Cö lln (Dentan 1963: 24–34). Tuntutan rasionalis
Tuntutan rasionalis adalah wahyu harus tunduk kepada rasio adalah wahyu harus
yg dimengerti mereka. Kepelbagaian Alkitab diselesaikan dengan tunduk kepada rasio
...
me- misahkan ide yg terkondisi zaman (Zeitideen) yg mengandung
“ako- modasi” bagi pikiran zaman Alkitab ditulis; dan sisanya
adalah inti dari pengajaran Alkitab, yaitu kebenaran agama &
moralitas yg rasio- nal dan berlaku di sepanjang masa. Tulisan H. E.
G. Paulus, “Hidup Yesus” (Das Leben Jesu, 1828) adalah contoh
sikap rasional terhadap mujizat: pemberian makan 5000 orang
dijelaskan sebagai orang ba- nyak berbagi makan siang yg dibawa
mereka, kebangkitan terjadi ka- rena Yesus hanya mati suri di
kubur. Hasilnya adalah penghilangan
dimensi supranatural.................................................................................................................. setelah beberapa
Tak mengherankan, peneliti orthodoks dan konservatif, memisahk- dekade, timbul
an diri dari gerakan Teologi Biblika. Tapi setelah beberapa kesadaran bahwa
Teologi Biblika bisa
dekade, timbul kesadaran bahwa Teologi Biblika bisa ditulis dari ditulis dari sudut
sudut pan- dang konservatif. Karya yg paling awal ditulis L. F. pandang konservatif
O. Baumgarten, Grundzüge der Biblischen Theologie (1828). Walaupun ...
memakai pende- katan sejarah, dia menekankan kesatuan Alkitab.
J. C. K. von Ho- fmann (1810–77) yg bereaksi terhadap orang yg
mencari sistem dok- trin di Alkitab, dia berkata Alkitab adalah
catatan “sejarah keselamat- an” (Heilsgeschichte). Makna sejarah ini
telah disingkapkan di dalam Kristus, walaupun penggenapan
penuhnya masih dinantikan. Penda- pat Hofmann tentang sejarah
keselamatan nantinya dikembangkan peneliti abad 20.
14 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

Tulisan J. L. S. Lutz, Biblische Dogmatik (1847) dan H. Ewald


(Die Lehre der Bible von Gott, oder Theologie des Alten und neuen
Bundes, 1871–76) mewakili posisi konservatif moderat.(Dentan 1963:
46–48).
Penelitian sejarah Alkitab memperlihatkan kepelbagaian Alkitab,
terutama jurang yg memisahkan PL dan PB, ketika diteliti berdasark-
an konteks sejarah aslinya. Usaha menyatukan ke-2 perjanjian dalam
satu doktrin Alkitab dianggap sebagai hal yg tak mungkin
dilakuk- an, atau akan merusak bahan Alkitab. Mendahului
zamannya, G. L. Bauer, di tahun 1796, menulis buku Biblische
Prosedur Bauer yg Theologie des Alten Tes- taments, diikuti 2 jilid Biblische Theologie des
memisahkan Teologi Neuen Testaments (1800, 1802). Prosedur Bauer yg memisahkan
PB dari Teologi PL,
Teologi PB dari Teologi PL, di- terima sebagai aturan baku, bukan
diterima sebagai
aturan baku ... saja oleh peneliti kritis, tapi juga oleh kaum konservatif. Sejak
tahun 1870, sekitar satu abad setelah munculnya istilah “Teologi
Biblika,” dalam pengertian kesatuan Teo- logi PL dan PB, sudah
tidak ada lagi.
(Scobie 2002: 16-18)
... Tübingen School
... 2.6 teolo GI pl DA N p B
melihat
kekeristenan awal di
Di paruh ke-2 abad 19 dan paruh pertama abad 20, PL dan PB
tengah konflik
orang Kristen non- dite- liti terpisah, sebuah ciri umum iklim teologi di masa itu. Karya
Yahudi tulis
dengan W. Vatke, Die biblischen Theologie, I—Die Religion des Alten Testament
orang Yahudi, dan
(1835) dipenuhi dengan filsafat Hegel. Pengaruh Hegel di PB terli-
gereja mula2 adalah
sebuah
hat di karya tulis F. C. Baur (1792–1860) dan Tü bingen School,
sintesa baru. me- reka melihat kekeristenan awal di tengah konflik orang Kristen
non- Yahudi dengan orang Yahudi, dan gereja mula2 adalah sebuah
sintesa baru. Walaupun memiliki kelemahan, pendekatan ini
memberi kon- tribusi bagi penelitian biblika. Penelitian ini memberi
kesadaran baru tentang natur kesejarahan Alkitab, dan
perkembangan penelitian se- jarah di dalam Teologi Biblika.
Wahyu Alkitab diberikan di dalam sejarah, dan sejarah ini
mengalami pertumbuhan dan perkembang- an, aksi dan interaksi.
... paruh ke-2 abad
19 sampai ke Perang Ini adalah pendekatan lain bagi kepelbagaian Alkitab.
Dunia I didominasi Penelitian kritis di paruh ke-2 abad 19 sampai ke Perang Dunia
Teologi Liberal ... I didominasi Teologi Liberal, dari F. Schleiermacher (1768–1834)
penolakan banyak
sam- pai A. von Harnack (1851–1930). Ciri umum pandangan ini
dogma gereja, dan
usaha untuk adalah pemutusan hubungan dengan orthodoks konservatif,
rekonsiliasi penolakan ba- nyak dogma gereja, dan usaha untuk rekonsiliasi
Kekristenan dengan Kekristenan dengan pemikiran modern.
pemikiran modern.
Aplikasi metode historical-critical merevolusi pengertian tentang pe-
nulis dan tanggal penulisan kitab2 dalam Alkitab. Musa sebagai pe-
nulis ke-5 kitab Taurat dipertanyakan, dan diganti dengan kritik
sum- ber, yg menggolongkan tiap ayat berasal dari J, E, D, atau P.
Kitab Ma- zmur dan kitab Hikmat dianggap sebagai karya paska-
pembuangan. Di PB, Markus dianggap sebagai kitab Injil yg pertama
kali ditulis, sedangkan surat2 Pastoral bersama surat2 minor
lainnya dianggap
2.7 DA r I teolo GI me NUJU AGA m A 15

karya tulis abad 2. Hasil penyusunan ulang waktu penulisan ini di-
pakai untuk menelusuri perkembangan teologi di ke-2 Perjanjian.
Protestan Liberal cenderung merendahkan dan mengabaikan PL
(D. L. Baker 1976: 56, 79), karena itu kebanyakan Teologi PL
zaman ini berasal dari peneliti konservatif seperti J. C. F. Steudel
(Vorlesungen über die Theologie des Alten Testaments, 1840), H. A. C.
Hä vernick (Vor- lesungen über die Theologie des Alten Testaments, 1848),
dan G. F. Oehler (Prolegomena zur Theologie des Alten Testaments,
1845; Theologie des Alten Testaments, 1873), semuanya mengakui
perkembangan wahyu di dalam sejarah. H. Schultz tetap
menganggap agama PL sebagai wahyu ilahi, tapi juga menerima
pandangan Wellhausen dalam tuli- sannya, Alttestamentliche
Theologie (1869–96). Monopoli peneliti Jerm- an dipecahkan oleh
karya tulis C. Piepenbring, Théologie de l’Ancien Testament (1886)
dan A. B. Davidson, The Theology of the Old Testament
(1904). Harnack
Schleiermacher melihat relasi Yudaisme dan Kristen sebagai se- ...“Penolakan PL di
buah kecelakaan sejarah, dia berkata “PL tidak memiliki kemulia- abad 2 adalah
sebuah kesalahan,
an normatif atau inspirasi yg setara dengan PB” (The Christian Gereja telah
Faith, 1821: 132) Harnack memberikan prinsip yg terkenal: melakukan hal
“Penolakan PL di abad 2 adalah sebuah kesalahan, Gereja telah benar;
melakukan hal benar; mempertahankan PL di abad 16 adalah nasib mempertahankan PL
di abad 16 adalah
yg tak bisa dihindark- an Reformasi; tapi mempertahankan PL nasib yg tak bisa
sebagai bagian dari kanon setelah abad 19 merupakan hasil dari dihindarkan
kelumpuhan Gereja.” (Marcion 1921). Reformasi; tapi
Di PB, peneliti lebih berkonsentrasi kepada “the quest of the mempertahankan PL
sebagai bagian dari
histo- rical Jesus” (pencarian Yesus sejarah). D. F. Strauss membuat kanon setelah abad
kejutan dengan karya tulisnya Leben Jesu (Hidup Yesus, 1835–36), yg 19 merupakan hasil
berpen- dapat kebanyakan isi kitab Injil adalah mitos. Peneliti Liberal dari kelumpuhan
Gereja.
percaya diri bisa menemukan “Yesus yg sesungguhnya,” sebelum
terkubur oleh dogma gereja dan doktrin pengakuan iman. “Inti
Kekristenan” (Harnack) ditemukan di pengajaran Yesus tentang
Allah sebagai Ba- pa, dan persaudaraan umat manusia, dan jiwa
manusia yg tak ternilai harganya.
(Scobie 2002: 18-19)

2.7 DA r I teolo GI me NUJU AGA m A

Walaupun karya tulis tentang Teologi PL dan PB terus


diterbitkan, di akhir abad 19 dan permulaan abad 20, penelitian
Teologi Biblika telah terserap ke disiplin ilmu yg disebut Sejarah
Agama (Religionsge- schichte).
Kemajuan riset sejarah di abad 19 memperlihatkan kepelbagaian
di PL dan PB, pandangan baru tentang penulis Alkitab dan
tanggal penulisan menjadi dasar perkembangan ini. Di masa ini juga
dihasilk- an begitu banyak bahan dari penelitian arkeologis ANE
(ancient near east) dan dunia Yunani-Romawi. Hal ini membuat
keunikan Alkitab
16 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

dipertanyakan. Tercipta iklim untuk membandingkan agama biblika


sebagai satu di antara banyak agama.
Di PL sejarah agama muncul pertama kali di Die Theologie des Alten
Testaments (Kaiser 1886), dan Lehrbuch der alttestamentlichen
Religionsge- schichte (R. Smend 1893) dinobatkan sebagai karya tulis
yg pertama
Religionsgeschi- kali disebut agama PL.
chte menegaskan Religionsgeschichte merupakan reaksi baik atas kaum Liberal mau-
topik penelitian pun Konservatif yg berbicara tentang “doktrin” Alkitab.
biblika adalah
agama. Alkitab Religionsge- schichte menegaskan topik penelitian biblika adalah
bukan kitab agama. Alkitab bukan kitab doktrin, tapi tempat menyimpan
doktrin, pengalaman hidup ber- agama komunitas Israel dan gereja mula2 .
tapi Hasilnya penekanan akan ritual kurban di Alkitab. Mazmur
tempat menyimpan
pengalaman hidup
ditafsir dengan pola “mitos dan ritual” yg umum di ANE,
beragama sedangkan Bousset berkata bahwa aga- ma PB berpusat di
komunitas Israel penyembahan Yesus sebagai “Tuhan” (kurios) mi- rip dengan agama
dan gereja Hellenistik. Menurut Wrede, topik penelitian PB bukan Teologi,
mula2.
tapi agama Kristen mula2 , yg diteliti dengan objektif, benar, dan
tajam. Aplikasi dari penelitian ini adalah urusan teolog sistematik.
Seperti ilmu pengetahuan lainnya, tujuan Teologi PB ada- lah dirinya
sendiri, tak peduli dengan Teologi Sistematik / Dogmatik (Morgan
1973: 69).
Hasilnya adalah pengabaian kanon. Wrede memproklamirkan “Ti-
dak ada tulisan PB, yg lahir dengan predikat kanon” (Morgan
1973: 70). Untuk penelitian sejarah gereja mula2 , tulisan Bapa2 gereja
sama relevannya dengan surat2 minor. Untuk menelusuri peralihan
agama biblika dari PL ke PB, penelitian apcryphal dan
pseudepigraphical men- jadi penting. Sejarah PL, Yahudi, dan PB harus
menggunakan semua sumber yg ada, karena itu konsep kanon, yg
diciptakan di masa se- sudahnya, menjadi tidak relevan. Mulai
dari Wrede, kita masuk ke zaman Teologi Biblika yg benar2
independen.
Pendekatan sejarah agama menjadi dominan samai PD I, dan ma-
sih menjadi kekuatan utama penelitian biblika sampai saat ini, teru-
tama di kalangan akademis. Di Eropa, pelajaran sejarah agama men-
dapatkan porsi yg cukup besar di STT, dan juga di Amerika di paruh
ke-2 abad 20. Asumsinya, penelitian sejarah agama tidak
K. Stendahl
terpengaruh presuposisi dogma Kristen, karena itu objektif dan
... Interpreter’s
Dictionary of the netral, yg hanya ada di kalangan akademis.
Bible ... Teologi Pandangan bahwa Teologi Biblika adalah deskriptif, diberikan
Biblika berurusan da- lam artikel klasik “Biblical Theology, Contemporary,” yg ditulis K.
dengan makna teks
di masa lalu; sebuah
Sten- dahl untuk Interpreter’s Dictionary of the Bible (Stendahl
tugas “penelitian 1962). Sten- dahl berkata, “pertanyaan tentang makna dibagi 2:
deskriptif pikiran apa makna teks di masa lalu dan apa makna teks di masa kini.”
biblika,” sedangkan Teologi Biblika ber- urusan dengan makna teks di masa lalu;
makna teks di masa sebuah tugas “penelitian deskriptif pikiran biblika,” sedangkan
kini adalah urusan
makna teks di masa kini ada-
teologi dan
homiletik. lah urusan teologi dan homiletik. Implikasinya, “untuk menangkap
makna PL dan PB di zamannya, penelitian bahan pembanding - mi-
salnya karya tulis antar perjanjian ... sama atau bahkan lebih
penting
2.8 ke BANG k I t AN teolo GI 17

dari bahan kanon.” Implikasi lainnya adalah, “tugas deskriptif ini


bisa dilaksanakan baik oleh orang percaya maupun agnostik.”
Pertanyaannya apakah disiplin ini bisa disebut “Biblika” atau “Te-
ologi”? Ketika batasan kanon dihilangkan, kitab Enokh adalah bahan
yg sama pentingnya dengan Yesaya, atau 1 Clement sama pentingnya
dengan 1 Korintus, maka disiplin ilmu tidak bisa lagi disebut “Bibli-
ka” (Alkitab / kanon). Demikian pula ketika disiplin ilmu ini menjadi
penjelasan sejarah agama komunitas orang percaya, bukan tentang te-
ologi normatif, maka disiplin ilmu ini tidak lagi bisa disebut sebagai
“Teologi.” Pertanyaannya bukan tentang keabsahan penelitian seja-
rah, tapi tentang mempertahankan istilah “Teologi Biblika.”
(Scobie 2002: 20-22)

2.8 ke BANG k I t AN teolo GI

Sedudah Perang Dunia I, penelitian biblika bergeser kembali ke teolo-


gi. Reaksi dari dalam teologi dogmatik yg dipimpin oleh Karl Barth
(Brueggemann 1997: 16–20), diikuti bangkitnya minat peneltian bi-
blika, terutama di Jerman (paradoksnya Barth tidak memberi
ruang
bagi Teologi Biblika Intermediate; J. Barr 1999: 73). ... W. Eichrodt ...
Tahun 1930-an merupakan zaman keemasan Teologi PL, melihat kesatuan PL
dan memperlihatkan
dimulai dengan karya W. Eichrodt, Theologie des Alten Testaments
“jalinan”
(1933, 1935, 1939), sebuah tulisan yg sangat dalam. Eichrodt (querschnitt)
berusaha “untuk mengerti dunia kepercayaan PL di dalam kesatuan pemikiran PL,
struktur” dan ju- ga “kesatuan mendasarnya dengan PB” (1961: 32). dengan memakai
Tanpa mengabaik- an kepelbagaian dan perkembangannya, konsep “perjanjian”
Eichrodt melihat kesatuan PL dan memperlihatkan “jalinan” (covenant) sebagai
prinsip pemersatu.
(querschnitt) pemikiran PL, dengan memakai konsep “perjanjian”
(covenant) sebagai prinsip pemersatu (Laurin 1970: 25–62; W.
Harrington 1973: 41–50; Spriggs 1974; Hasel
1991: 47–51). G. von Rad ... PL
Teologi Biblika paling berpengaruh paska PD II ditulis oleh G. von adalah “kesaksian
Israel tentang
Rad, Theologie des Alten Testaments (1957, 1960). Menurut von Rad, Te-
Yahweh,” dan isi
ologi PL tidak bisa disusun secara sistematis ke dalam “dunia iman” kesaksian ini adalah
(1962: 111); sebaliknya PL adalah “kesaksian Israel tentang Yahweh,” tentang “aktivitas
dan isi kesaksian ini adalah tentang “aktivitas ilahi terus menerus ilahi terus menerus
di dalam sejarah” (106). Hasilnya adalah “Teologi Biblika di dalam sejarah” ...
Hasilnya adalah
Diakhro- nik” PL (J. Harvey 1971: 10 n. 3). Hal ini berbeda “Teologi Biblika
dengan sejarah agama Israel. Menurut von Rad, penelitian kritik- Diakhronik” PL
sejarah modern te- lah menghancurkan gambaran sejarah Israel
(terutama periode awal) yg ditemukan di PL. Ada “dua gambaran
tentang sejarah Israel ... yg diberikan penelitian kritis modern dan
yg dibangun oleh iman Israel” (1962: 107), bagian yg terakhir
inilah yg menjadi topik dari Teologi PL. Von Rad memperlihatkan
variasi lain dari pendekatan sejarah-keselamatan, yg merupakan
aspek penting dari Teologi PL, tapi metode yg dipakainya terbuka
bagi kritik (Perdue 1994: 63–67),
dan memberikan pertanyaan tentang relasi antara iman dan sejarah. Rudolf Bultmann ...
Inti dari PB
ditemukan di surat2
Paulus ... Yohanes ...
harus
di-demitologisasi
dan ditafsir ulang
dengan bantuan
filsafat eksistensialis
18 se JA r A h teolo G I BIB l I k A

Kebangkitan Teologi PB lebih bervariasi. Beberapa saat setelah PD


II, Teologi PB didominasi oleh Rudolf Bultmann (Theologie des Neuen
Testaments, 1948, 1953). Berbeda dengan liberalisme yg sangat skeptis,
Bultmann melihat Yesus-sejarah sebagai presuposisi dari Teologi PB,
bukan bagian dari PB. Tulisan PB akhir, merupakan
perkembangan menuju kesatuan gereja yg tidak otentik. Inti dari
PB ditemukan di surat2 Paulus yg asli dan di tulisan Yohanes,
walaupun demikian tulisan ini harus di-demitologisasi dan ditafsir
ulang dengan bantuan filsafat eksistensialis (Stuhlmacher 1977: 51–
55). Penerus Bultmann adalah H. Conzelmann (der Theologie des
Neuen Testaments; 1967), dia menambahkan kerygma Injil Sinoptik.
Pendekatan yg berbeda diberikan O. Cullmann (1962; 1967); wala-
upun dia tidak menulis tentang Teologi PB, di rangkaian karya
tu- lisnya, dia memberikan kunci Teologi PB dan Teologi Biblika
dalam bentuk sejarah-keselamatan. Dia bisa dibandingkan dengan
E. Stau- ffer (Die Theologie des Neuen Testaments, 1941) yg memberikan
Peneliti “Teologi sejarah yg berpusat kepada Kristus,” dengan penekanan
lain memiliki posisi apokaliptik. Peneliti lain memiliki posisi yg berlawanan dengan
yg berlawanan Bultmann, men- jadikan Yesus-sejarah sebagai titik awal Teologi
dengan
PB. Tulisan A. Ri- chardson, An Introduction to the Theology of the
Bultmann,
menjadikan New Testament (1958) memiliki asumsi bahwa “Yesus adalah
Yesus-sejarah pencetus dari tafsir ulang yg hebat tentang skema keselamatan di
sebagai titik awal PL ... yg ditemukan di PB” (12).
Teologi PB.
J. Jeremias memberikan penelitian lengkap tentang Yesus-sejarah
di bukunya Neutestamentliche Theologie, I: Die Verkündigung Jesu
(1971). Jeremias percaya diri bahwa dia bisa mereknonstruksi
pengajaran Ye- sus.
Apakah tulisan tentang Teologi PL dan PB ini bisa disebut
seba- gai kebangkitan Teologi Biblika? Secara umum bisa
dikatakan “ge- rakan teologi biblika” berkembang di tahun 1945 -
1960, kemudian runtuh (Childs 1970; J. Barr 1988: 3–10; Hasel
1994: 211–13; Perdue 1994: 19–44). “Gerakan” mungkin merupakan
istilah yg terlalu kuat, tapi ada kecenderungan yg jelas di tahun
1930-60, yg sebagian be- sar berkembang di daratan Eropa,
kemudian menyebrang ke Inggris dan Amerika Utara. Kita bisa
melihat reaksi atas pendekatan sejarah agama dan kembalinya
“teologi” PL dan PB. Ada keinginan akan kesatuan bahan Alkitab,
di tengah kepelbagaiannya, dan juga pene- kanan “keunikan”
Alkitab dinyatakan dalam istilah keunikan pikrian Ibrani.
Gerakan Teologi Biblika ini mendapat kritikan dari sejumlah
pe- neliti, karena pelbagai alasan. Ada anggapan bahwa
penyingkapan Allah di dalam peristiwa sejarah tidak bisa lulus
ujian analisa kri- tis (Verhoef 1970: 12–13). Penekanan akan sejarah
keselamatan dan “Allah yg bertindak” dianggap mengabaikan
aktivitas Allah dalam penciptaan dan tidak menghargai Teologi
Hikmat. Asumsi tentang kemampuan rekonstruksi sejarah Israel
dengan tepat, terutama peris- tiwa kunci Keluaran, ditantang oleh
pendekatan skeptis (Perdue 1994:
40–41). Klaim gerakan Teologi Biblika tentang “keunikan” Alkitab ju-
ga dipertanyakan, pembedaan tajam antara pikiran Ibrani dan Yunani
juga dikritik sebagai penyederhanaan yg berlebihan. Ciri utama zaman
Ciri utama zaman ini adalah diterbitkannya kamus teologi, dimulai ini adalah
dengan buku yg sangat berpengaruh Theologisches Wörterbuch zum Ne- diterbitkannya
kamus teologi ...
uen Testament (1933–73), diterjemahkan menjadi Theological Dictionary Theologisches
of the New Testament (1964–76), diikuti dengan terbitan lain yg Wö rterbuch zum
Neuen Testament
lebih singkat. Walaupun bahan yg dimuat buku2 ini sangat berharga,
... Theological
buku ini memicu metode penelitian yg menuai kritik, terutama oleh Dictionary of the
J. Barr (1961), karena itu buku2 ini harus digunakan dengan hati2 . New Testament ...
“Peneli- tian kata” terlalu banyak memperhatikan etymology (asal
usul) kata2 kunci di Alkitab. Kritikus memberikan pendapat yg
benar, penggu- naan kata ini di Alkitab lebih bisa diandalkan
untuk mendapatkan makna Alkitab. Ada batasan dari penelitan
Teologi Biblkia kata2 kun- ci; misalnya kata “iman” jarang muncul
di PL, tapi bukan berarti
tidak ada iman di PL. Teologi Biblika telah
Teologi Biblika telah pudar di tahun 1960-an, ketika muncul pudar di tahun
ma- salah etika, demo menentang senjata nuklir, diskriminasi ras, 1960-an ...
dianggap tidak bisa
pence- maran lingkungan, dll. Banyak orang yg melihat kegagalan menjawab masalah
gerakan ini dalam menghubungkan Teologi Biblika dan etika biblika. di masa kini.
Teologi
Biblika dianggap tidak bisa menjawab masalah di masa kini.............................. kegagalan yg
Walaupun ada kecenderungan untuk memperhatikan kesatuan Al- paling mengejutkan
kitab di zaman ini, mungkin kegagalan yg paling mengejutkan dari ... tidak ada satu
buku pun yg
gerakan Teologi Biblika adalah, tidak ada satu buku pun yg diterbitkan sebagai
diterbitk- an sebagai “Teologi Biblika.” “Teologi Biblika.”
Banyak kritik yg sah terhadap gerakan Teologi Biblika, tapi tidak
semuanya. Banyak hal yg bisa dipelajari, baik dari kekuatan maupun
kelemahan gerakan ini, dan tujuan utama gerakan ini, yaitu pencari-
an Teologi “Biblika” bisa diteruskan dengan cara baru.
(Scobie 2002: 20-25)

2.9 DA r I teolo G I me NU JU teolo GI 2

Pembahasan Teologi Biblika di paruh ke-2 abad 20 hanya bisa diberik-


an dalam bentuk kecenderungan umum. Setelah tahun 1960-an, ada
perubahan penekanan. Buku Teologi PL dan PB masih
diterbitkan. Di bidang PL ada buku Grundriss der alttestamentlichen
Theologie (W. Zimmerli 1972), A Theology of the Old Testament (J. L.
McKenzie 1974); Theologie des Alten Testaments in Grundzugen (C.
Westermann 1978), Theologie des Alten Testaments (H. D. Preuss
1991, 1992). Karya tulis yg lebih konservatif adalah Toward an Old
Testament Theology (W. C. Kaiser 1978) dan Themes in Old Testament
Theology (W. Dyrness 1979). Tulisan W. Brueggemann, Theology of the
Old Testament (1997) memiliki imajinasi yg kuat, mencoba memakai
penedekatan baru atas bentuk tradisional.
Di bidang PB, tulisan peneliti Oxford, G. B. Caird, New
Testament Theology (1994) diterbitkan setelah kematiannya,
dilengkapi dan di- redaksi oleh L. D. Hurst. Dari kalangan yg
lebih konservatif adalah A Theology of the New Testament (G. E.
Ladd 1974), Ladd bersimpati kepada pendekatan sejarah
keselamatan, New Testament Theology (D. Guthrie 1981) mengikuti
pola garis besar sistematik tradisional, se- dangkan New
Testament Theology (L. Morris 1986) menggunakan pendekatan
urutan sejarah, penulis demi penulis.
Bagian pertama dari proyek 3 jilid buku Biblische Theologie des Neu-
en Testaments (H. Hü ber 1990) hanya berbicara tentang Prolegomena
dan diskusi seperti kanon PL dan konsep wahyu ilahi. Biblische Theo-
logie des Neuen Testaments (P. Stuhlmacher 1992, 1999) menjadi sebuah
karya tulis penting, mencerminkan pendekatan tradisi-sejarah Stuhl-
macher, “terbuka bagi PL.” Jilid 1 berbicara tentang proklamasi Yesus,
gereja mula2 , dan Paulus; jilid 2 berbicara tentang kesaksian PB lain-
nya, dan kesimpulan dari diskusi tentang kanon dan “pusat” dari
Alkitab. Sebaliknya, Theologie des Neues Testaments (G. Strecker
1996) menolak Teologi Biblika, karena relasi PL dan PB adalah
diskontinu- itas. Selanjutnya Strecker membahas pelbagai kesaksian
Sebenarnya, PB (dimulai dengan Paulus) dan tidak ada usaha mencari
kecenderungan kesatuan, karena dia menekankan kepelbagaian.
paling dominan di Sebenarnya, kecenderungan paling dominan di zaman ini adalah
zaman ini adalah
penekanan akan kepelbagaian dan perkembangan di dalam Alkitab,
penekanan akan
kepelbagaian dan sampai ke titik bukan saja Teologi Biblika, tapi jua Teologi PL dan
perkembangan di PB dipertanyakan secara radikal. Dalam hal tertentu, ini merupak-
dalam Alkitab, an kebangkitan pendekatan sejarah agama, yg masih berpengaruh di
sampai ke titik kalangan akademis, terutama di STT. Hal ini mencerminkan makin
bukan saja Teologi
Biblika, tapi jua
kompleksnya penelitian biblika karena ditemukan bahan yg sangat
Teologi PL dan banyak dari penelitian arkeologis, dan berkembangnya banyak
PB dipertanyakan meto- de tafsir dari literatur sekunder. Hasilnya adalah
secara radikal. bertambahnya spe- sialisasi, dengan kata lain peneliti biblika makin
lama tahu makin banyak di dalam bidang yg makin sempit. Tak
mengherankan, orang makin sulit melihat hutan karena terlalu
memperhatikan pohon.
Hal ini terutama berlaku di penelitian PL, karena ada begitu
ba- nyak bahan yg dihasilkan dalam kurun waktu sekitar 1000
tahun. Kritik bentuk (Formgeschichte) mencoba menerobos teks
tertulis, me- nuju ke sumber tertulis di belakangnya, dan terus ke
sumber lisan, untuk menemukan latar belakang kehidupan
komunitas di zaman- nya. Sedangkan tradisi sejarah
(Traditionsgeschichte) mencoba menelu- suri proses panjang dan
kompleks sampai terbentuknya teks tertulis final.
Von Rad melakukan pendekatan tradisi sejarah dalam bukunya
Theology of the Old Testament. Tapi di jilid ke-2, von Rad
berbicara tentang tradisi kenabian PL yg sangat berbeda dengan jilid
pertama. “Ada jurang antara pesan dari nabi dan kepercayaan
Jahwism awal.” (von Rad 1965: 3), dan nabi berdiri “di luar sejarah
keselamatan yg
dimengerti Israel zaman itu” (128). Ada kritik, ke-2 jilid buku teologi
ini tidak berhasil memasukkan bahan PL tertentu, tertutama
kitab2 Hikmat. Di jilid pertama von Rad memakai 3 pasal untuk
menjelask- an Hikmat sebagai bagian dari “jawaban Israel,” tapi
pembahasan ini tidak memuaskan. Tapi di tahun 1970 von Rad
menerbitkan Weisheit in Israel, diterjemahkan menjadi Wisdom in
Israel (1972), studi tentang Hikmat sebagai bentuk lain tradisi teologi
Israel. Di Israel ada tradi- si teologi nabi, dan juga ada tradisi
teologi Hikmat. Pertanyaannya, apakah von Rad telah
menghasilkan Teologi PL, atau sejarah tradisi
teologi Israel. Kecenderungan
Kecenderungan identifikasi “teologi2 ” PL, bukannya “teologi,” me- identifikasi
“teologi2” PL,
rupakan kecenderungan umum di zaman ini, yg memisahkan teologi
bukannya “teologi,”
Yahwist, Deuteronomic, Priestly, dll. Ada ledakan minat kepada merupakan
Hik- mat sebagai aspek yg berbeda di dalam PL, yg sebelumnya kecenderungan
diabaikan. Muncul pertanyaan, “Apakah ada kemungkinan untuk umum di zaman ini
...
menulis Teo- logi PL?” Banyak orang, seperti P. Wernberg-Mö ller
(1960), menjawab “kemungkinan untuk menulis Teologi PL yg
sistematis dan lengkap
harus ditolak” (29; cf. Fannon 1967: 52). Kecenderungan yg
Kecenderungan yg sama terlihat di penelitian PB, walaupun bahan- sama terlihat di
nya tidak sebanyak PL atau ditulis dalam kurun waktu sepanjang PL. penelitian PB ... Re-
dactionsgeschichte
Kritik bentuk (form criticism) dan kritik sumber (source criticism) mem- ... cenderung
perlihatkan proses pembentukan tradisi sebelum ditulisnya kitab In- berkonsentrasi
jil. Bahkan ada yg membahas teologi Q (hipotesa sumber ucapan 2 kepada teologi yg
berbeda dari ke-4
yg digunakan Matius dan Lukas). Kecenderungan yg berpengaruh di
kitab Injil ...
zaman ini adalah Redactionsgeschichte, penelitian bentuk akhir redaksi
kitab2 Injil, cenderung berkonsentrasi kepada teologi yg berbeda da-
ri ke-4 kitab Injil. Demikian pula, penelitian teologi Yohanes, Paulus,
Ibrani, Wahyu, dll. memberi sumbangsih bagi munculnya fragmen-
tasi Teologi PB. Kebanyakan penelitian akademis, berisi proses mele-
paskan bagian dari keseluruhan Alkitab (cf. L. Houlden 1986: 87). Ini adalah jalan
E. Kä semann (1973) berkata, “PB seperti yg kita miliki adalah buntu ... Dimulai
dengan Teologi
ko- leksi dokumen yg ter-pisah2 dari masa awal gereja, sedangkan
Biblika sebagai
bahan lain yg lebih banyak telah hilang. Tidak ada keselarasan di disiplin ilmu yg
dalam- nya. Ada ketegangan yg nyata di setiap tempat, dan bahkan objektif, historis,
kadang2 muncul kontradiksi”; karena itu setiap usaha membuat deskriptif,
independen dari
teologi yg sis- tematis adalah “usaha untuk men-duga2 ” (242). iman dan kehidupan
Sebelumnya di tahun 1957, dia menulis “Kesatuan Teologi Biblika gereja, berakhir
yg berasal dari akar yg sama, dan berjalan dalam kontinuitas, dengan
adalah impian dan ilusi be- laka” (Schlier 1968: 33). J. Barr (1974) ketidakmungkinan
Teologi Biblika.
merangkum pandangan ahli biblika tahun 1970-an,
“Kecenderungan masa kini adalah tidak ada kesatuan teologi, baik
PL maupun PB, apalagi seluruh Alkitab” (270; cf. J. Barr 1999: 142). P.
Pokorny (1993) berkata, “kita memiliki bebera- pa teologi” baik di PL
maupun PB; karena itu dia membuat deklarasi, “tidak ada Teologi
Biblika Universal” (87).
Ini adalah jalan buntu Teologi Biblika. Dimulai dengan Teologi Bi-
blika sebagai disiplin ilmu yg objektif, historis, deskriptif, indepen-
den dari iman dan kehidupan gereja, berakhir dengan ketidakmung-
kinan Teologi Biblika. (Scobie 2002: 25-28 )
ARAHBARUTEOLOGIBIBLIKA 3
Perkembangan
Di tahun 1980 - 1990-an muncul kecenderungan baru penelitian Teologi Biblika
Te- ologi Biblika, yg memberikan pengharapan baru untuk berjalan beriringan
menembus jalan buntu di tahun 1960 - 1970-an. Akibatnya, minat dengan penelitian
terhadap Te- ologi Biblika bangkit kembali (cf. J. Reumann 1991; literatur ...
Perdue 1994: xi, 7; Hasel 1994; J. Barr 1999). Perkembangan
Teologi Biblika berjalan beriringan dengan penelitian literatur,
dengan perbedaan waktu an- tar keduanya. Kritik literatur abad 20
fokus secara berurutan kepada “pengarang,” “teks,” dan “pembaca”
(Longman 1987: 18–41; W. R. Ta- te 1991: xvi-xviii). Penolakan umum
teori yg berpusat kepada penulis, diikuti penelitian biblika yg
mempertanyakan metode kritik-sejarah. Teori literatur yg fokus
kepada teks, diikuti “pendekatan kanon” dan penelitian literatur teks
Alkitab. Pelbagai teori “respon pembaca,” dii- kuti dengan
pengenalan gereja sebagai “komunitas penafsir” Alkitab yg sejati.
Akibatnya, muncul pendekatan Teologi Biblika yg baru, be- berapa
penulis mencoba menulis “Teologi Biblika.”
(Scobie 2002: 29)

3.1 mempert ANYA k AN meto D e kr I t I k se JA r A h


Kritik literatur
tradisional ... makna
Kritik literatur tradisional menjadikan penulis sebagai perhatian uta- sebuah karya tulis
ma dari sebuah karya literatur; pada dasarnya makna sebuah adalah maksud dari
sang penulis.
karya tulis adalah maksud dari sang penulis. Penelitian sejarah
hidup dan latar belakang penulis merupakan prasyarat tafsir yg New Criticism ...
perhatian dialihkan
benar. Di tahun 1940-an muncul reaksi atas pendekatan ini, yg kepada teks sebagai
disebut sebagai New Criticism, Kritik Baru. Penekanan Tradisional keberadaan yg
akan pentingnya sang penulis disebut sebagai “the intentional otonom.
fallacy,” “kekeliruan maksud,” dan perhatian dialihkan kepada teks valuasi kembali......................
sebagai keberadaan yg otonom. Pendekatan kritik-sejarah yg dari kritik
mendominasi penelitian biblika sela- ma 2 abad, berhubungan erat Kritik h
dengan kritik literatur tradisional yg fokus kepada sang penulis. sejarah a
Tapi belakangan ini, pendekatan ini die- bergumul r
dengan u
pertanyaan s
tentang d
penulis, i
tang- gal -
penulisan, i
dan sumber n
dari kitab2 g
di Alkitab. a
Jawaban yg t
akurat dari ,
pertanyaan h
ini bisa a
membantu s
pengertian i
teks. Tapi l
dari kritik sejarah itu jauh dari kepastian, sejarah
lebih sering bersifat spekulasi (cf. A. itu jauh
dari
Wainwright 1982: 12). Diterimanya pende- kepastian,
katan kritik-sejarah, tidak berarti menerima lebih
secara buta “orthodoksi kritik.” Beberapa sering
peneliti modern dengan sombongnya bersifat
menegaskan kebenaran temuan mereka, dan spekulasi
...
mengecilkan pandangan orang yg berbeda
pandangan. Kritik sejarah biblika harus
disertai kerendah-

23
24 A r A h BA r U teolo GI BI B l I k A

an hati yg mengenali sifat dugaan dari teorinya dan terus terbuka


kepada bukti baru dan tafsir baru.
Dua aspek kritik sejarah mulai diuji ulang di masa kini.
(Scobie 2002: 29-30)

3.1.1 “Keaslian” (Authenticity)

Penelitian kritik sejarah sering melihat teks Alkitab sebagai data un-
tuk rekonstruksi sejarah dan agama Israel dan gereja mula2 .
Bukan- nya memperhatikan teks, mereka mencari sejarah di balik
teks, yg disebut W. R. Tate (1991) sebagai “dunia di balik teks”
(3). Tapi ha- sil rekonstruksi ini bukan sebuah kepastian.
Misalnya, teori sumber kitab Injil yg menyebut Markus sebagai
kitab Injil yg paling awal, di- gunakan Matius dan Lukas sebagai
sumber, yg juga menggunakan sumber bersama lain yg disebut Q,
dan sumber tersendiri M bagi Matius, dan L bagi Lukas. Tapi patut
diingat, ini hanya teori, bukan kebenaran yg diterima secara
... pertanyaan universal, teori yg akan terus dibahas dan diuji kembali.
tentang Berhubungan dengan pertanyaan tentang penulis, adalah
kemungkinan pertanya- an tentang kemungkinan tambahan kepada kitab oleh
tambahan kepada
kitab oleh orang
orang lain yg bukan penulis aslinya. Pertanyaan ini digolongkan
lain yg bukan sebagai pertanya- an “keaslian” (authenticity). Ada kesepakatan
penulis bahwa kitab Roma ada- lah tulisan asli Paulus; tapi ada perdebatan
aslinya .. tentang penulis kitab Efe- sus. Implikasinya, kitab Efesus tidak asli /
. pertanyaan
“keaslian”
tidak otentik, sehingga dianggap inferior dalam Teologi PB. Tapi,
(authenticity) walaupun kitab Efesus di- tulis oleh murid Paulus, kitab ini tetap
merupakan bagian dari kanon PB yg dikenali gereja Kristen, sama
seperti kitab Roma, dan bagian dari bahan yg harus dimasukan ke
Bahan yg dalam Teologi PB.
dianggap Demikian pula dalam penelitian PL, bahan yg dianggap bukan dari
tambahan editor
penulis asli (seperti bagian prosa dari kitab Yeremia) dianggap seba-
dibuang oleh
penafsir sebagai gai tidak otentik. “Bahan yg dianggap tambahan editor dibuang oleh
komentar yg tak penafsir sebagai komentar yg tak penting bagi komunitas orang per-
penting bagi caya yg mempertahankan keseluruhan teks” (Birch 1980: 115).
komunitas
Dua contoh spesifik bisa memperjelas hal ini. Peneliti modern meng-
orang
percaya yg
gambarkan Amos sebagai nabi kiamat, yg tak memberikan
mempertahankan pengha- rapan masa depan, dan mengidentifikasi Amos 9:8c-15, yg
keseluruhan teks disebut Apendiks Pengharapan, sebagai tambahan editor paska-
... pembuangan, karena itu ditolak karena merupakan bagian yg tidak
otentik. Con- toh ke-2 adalah tafsiran Injil Yohanes oleh Bultmann,
sebagai realized
eschatology (eskatologi yg sudah terjadi sekarang) murni, sehingga
tak ada kemungkinan bagi pengharapan eskatologi masa depan. Yo-
hanes dianggap telah melakukan demitologisasi eskatologi konven-
sional kekristenan awal, hal ini menjadi pembenaran proses demi-
tologisasi Bultmann. Bagaimana dengan bagian seperti Yoh. 5:28-29
yg jelas berbicara tentang kebangkitan orang mati di masa yg akan
datang? Menurut Bultman, bagian ini adalah tambahan “editor ge-
3.1 mempert ANYA k AN meto D e kr I t I k se JA r A h 25

rejawi” di masa sesudahnya, jadi bukan bagian dari teologi Yohanes


yg otentik (Bultmann 1955: 39). Label “tambahan editor,” merupakan Label “tambahan
cara mudah dari peneliti modern untuk membuang bagian teks yg editor,” merupakan
ti- dak disetujuinya! Jika Amos adalah nabi kiamat, dia menjadi nabi cara mudah dari
peneliti modern
yg sangat berbeda dengan nabi lainnya, yg memberitakan
untuk membuang
penghakiman dan keselamatan dengan seimbang. Demikian pula, bagian teks yg tidak
jika Yohanes se- penuhnya memberitakan realized eschatology, dia disetujuinya!
menjadi penulis yg sangat berbeda dengan ke-3 penulis kitab Injil
lainnya, yg memberi- takan inaugurated eschatology sekaligus
eskatologi yg masih menjadi
pengharapan masa depan. ... reaksi ... “kritik
Salah satu reaksi atas pendekatan ini adalah “kritik kanon” J. kanon” J. A.
A. Sanders. Di penelitiannya tentang sifat dan fungsi kanon (1972; Sanders ... bukan
hanya tradisi asli yg
1984), dia menegaskan bahwa bukan hanya tradisi asli yg penting, penting, tapi juga
tapi juga seluruh proses transmisi, redaksi, dan pembentukan seluruh proses
bahan sampai mencapai bentuk kanon final. Di proses ini, transmisi, redaksi,
komunitas orang perca- ya memainkan peran penting. Sander dan pembentukan
bahan sampai
berkata bahwa tradisi Israel awal sampai penaklukan Palestina,
mencapai bentuk
dan pembentukan dinasti Daud, dibagi dua, dan kitab Ulangan kanon final.
dimasukan di tengahnya sebagai kli- maks dari Taurat, yg menjadi
inti dari Kitab Suci Israel. Hal ini terjadi di masa pembuangan,
mencerminkan posisi umat yg tidak hidup di Tanah Perjanjian, tapi
di Diaspora (cf. 1972: 44–45). Proses kanonisasi ditandai dengan
stabilitas maupun kemampuan beradaptasi; tradisi bukan saja
diteruskan, tapi juga “diadaptasi, disajikan ulang, dan di cari
kembali maknanya” (1984: 47).
(Scobie 2002: 30-31)

3.1.2 Hermeneutika Persetujuan


... kritik sejarah
diklaim sebagai
Di abad 19, kritik sejarah diklaim sebagai cabang ilmu yg cabang ilmu yg
objektif, berbeda dengan gereja yg dibebani ber-abad2 tradisi dan objektif ... H.G.
Gadamer ...
dogma. Tapi makin banyak yg sadar akan fakta, bahwa tak ada tafsir mengenali bukan
yg bebas pre- suposisi. Teori hermeneutika modern, terutama yg hanya teks yg
dipengaruhi H.G. Gadamer (1975), mengenali bukan hanya teks yg terkondisi sejarah,
terkondisi sejarah, tapi juga para penafsir; kita semua membawa tapi juga para
penafsir; kita semua
prasangka (Vorurteil) ke dalam teks, “dalam proses tafsir ... teks
membawa prasangka
mensahkan, menyangkal, memperjelas, atau mengubah asumsi” (W. (Vorurteil) ke dalam
R. Tate 1991: 212). teks ...
Asumsi dasar kritik sejarah adalah pelakunya adalah rasional dan
positif. Walaupun pelaku kritik sejarah mengklaim dirinya netral dan
objektif, mereka mengabaikan teks Alkitab yg menegaskan
aktivitas Allah di alam semesta dan sejarah. W. Wink (1973)
menulis, “Esensi penelitian science dan sejarah adalah dihentikannya
untuk sementara
keterlibatan peneliti dengan ’objek’ penelitian. Netralitas yg memi- Netralitas yg
sahkan diri dari iman, bukanlah sikap netral, tapi keputusan untuk memisahkan diri
tidak percaya. Sejak awal, pertanyaan tentang kebenaran dan makna dari iman, bukanlah
sikap netral, tapi
telah dibuang, karena hanya bisa dijawab dengan keterlibatan, dalam keputusan untuk
hidup yg memberikan respon” (2; cf. 37–38). tidak percaya.
P. Stuhlmacher
mengusulkan
“Hermeneutika
Persetujuan kepada
teks Alkitab” yg
ditandai “kerelaan untuk membuka diri bagi klaim tradisi, masa kini, dan
transendensi.”
26 A r A h BA r U teolo GI BI B l I k A

Analisa sejarah penelitian biblika memperlihatkan betapa mudah-


nya para peneliti dipengaruhi presuposisi filsafat. P. Stuhlmacher (1977)
mengusulkan “Hermeneutika Persetujuan kepada teks Alkitab” yg
ditandai “kerelaan untuk membuka diri bagi klaim tradisi, masa kini,
dan transendensi” (83, 85). G. F. Hasel (1982) mengusulkan pendekat-
an Teologi Biblika yg “berusaha adil kepada setiap dimensi realitas
yg disaksikan Alkitab” (75–76). Hal ini membangkitkan kesadaran
tentang ketidakmungkinan untuk memisahkan secara tegas “makna
teks masa lalu” dan “makna teks masa kini.” Pandangan2 ini menan-
tang presuposisi penelitian biblika modern. Mereka tidak menyeruk-
an kembalinya ke posisi pra-kritis, tapi mencari metode paska-kritis
(contra J. J. Collins 1990).
(Scobie 2002: 32)

3.1.3 Berlanjutnya Keabsahkan Pendekatan Sejarah


“Kritik Biblika
pailit bukan karna Kritik literatur masa kini sering mengabaikan penulis teks sebagai
tidak ada hal baru faktor yg tidak relevan. Tak peduli apakah hal ini benar bagi
yg ditemukan atau literatur lain, penelitian Alkitab yg mengabaikan pendekatan sejarah
wilayah baru yg
bisa diteliti. Pailit
meru- pakan sebuah bencana, membuat penafsir hanyut di laut
karena tidak bisa subjektivi- tas.
mencapai Kritik terhadap pendekatan sejarah di bagian sebelumnya, tidak
tujuan boleh rancu dengan penolakan kaum fundamentalis terhadap kritik-
yg dikehendaki
sejarah. Ini bukan “kematian metode kritik-sejarah” (Maier 1977;
pelakunya:
menafsir Alkitab cf. Stuhlmacher 1977: 66–71). Kebanyakan kritik muncul dari dalam,
sehingga masa lalu buk- an tentang metodenya, tapi tentang klaimnya (cf. Perdue 1994:
menjadi hidup 4–11). Di konteks inilah W. Wink membuat penegasan dramatis,
memberi iluminasi
“kritik seja- rah biblika telah pailit.” Bukan berarti kritik sejarah tak
bagi masa
kini ada nilainya. “Kritik Biblika pailit bukan karna tidak ada hal baru
dengan yg ditemukan atau wilayah baru yg bisa diteliti. Pailit karena tidak
kemungkinan baru bisa mencapai tu- juan yg dikehendaki pelakunya: menafsir Alkitab
bagi transformasi sehingga masa lalu menjadi hidup memberi iluminasi bagi masa kini
pribadi maupun
masyarakat”
dengan kemungkin- an baru bagi transformasi pribadi maupun
(Wink masyarakat” (Wink 1973: 1–2).
1973: 1–2). Dalam hal tertentu, nilai pendekatan sejarah atas Alkitab makin
di- kenali. Di pertengahan abad 20, ahli Katolik Roma menggunakan
me- tode ini, dan memberikan sumbangsih yg berharga. Belakangan
ini, sejumlah ahli injili-konservatif berpartisipasi dalam penelitian
kritik- sejarah. Walaupun mereka mempertanyakan banyak asumsi
dan ke- simpulan kritik-sejarah tradisional, penelitian mereka yg
baik dihar- gai dan didengar dalam perdebatan masa kini.
Ciri lain peneltian biblika di ahir abad 20 adalah penggunaan me-
tode dari ilmu sosial (Bray 1996: 511–15; Brueggemann 1997: 49–
53). “Fokus utama metode ini bukan sejarah nasional atau
perkembangan institusi religius atau ide yg terpisah dari kehidupan
komunitas; tapi fokusnya adalah menjelaskan organisasi sosial
Israel kuno di sepan-
jang sejarahnya” (Perdue 1994: 70). Di bidang PB, H. C. Kee
(1980) mendesak adaptasi model analitik dari ilmu sosial “sebagai
bantu- an bagi (1) rekonstruksi sejarah ... perkembangan
Kekristenan; dan
(2) tafsiran dari bukti yg ada tentang gerakan ini, dengan kepekaan
dan simpati bagi pola pikir dunia kuno yg menghasilkan bahan ini.”
(7–8). Ini adalah perluasan dari pendekatan kritik-sejarah dan cara
lain untuk menyajikan hal yg ada di balik teks. Pendekatan ini me-
miliki batasan yg sama dengan kritik-sejarah, berdasarkan hipotesa
rekonstruksi situasi sosial yg menghasilkan teks Alkitab.
Pendekatan ilmu sosial juga tidak bebas dari presuposisi. Ahli ilmu
sosial cende- rung memindahkan model dari komunitas lain, dan
kebasahannya dipertanyakan bagi komunitas biblika 2-3 ribu tahun
yg lalu. Wala- upun demikian, pendekatan sosial bisa memberikan
perspektif lain,
yg melengkapi metode sejarah lainnya. Pengenalan teks
Pengenalan teks Alkitab yg dalam kadar tertentu terkondisi sejarah, Alkitab yg dalam
artinya bahwa penelitian sejarah teks dan latar belakang harus dilan- kadar tertentu
terkondisi sejarah ...
jutkan sebagai bagian proses hermeneutik, terutama sebagai pagar bagian proses
pengaman dari tafsir subjektif (W. R. Tate 1991: 3–60). Tapi hermeneutik,
kritik- sejarah harus dikenali batasannya dan klaimnya harus terutama sebagai
diperhalus. Kritik sejarah harus dikenali sebagai prasyarat bagi pagar pengaman
dari tafsir subjektif
Teologi Biblika, fokusnya harus kepada teks kanon.
...
(Scobie 2002: 33)

3.2 teks k AN o N
Begitu sebuah karya
Fokus penelitian literatur mengalami perubahan besar di tahun 1940- literatur ditulis ...
an, dengan bangkitnya New Criticism (kritik baru), yg berkata bahwa memiliki
objek peneltian adalah teks itu sendiri. Begitu sebuah karya literatur kehidupannya
sendiri, dan bisa
ditulis, diperbanyak, diedarkan, maka karya literatur ini memiliki ke-
diteliti terpisah dari
hidupannya sendiri, dan bisa diteliti terpisah dari kondisi sejarah yg kondisi sejarah yg
melahirkannya. Perubahan penekanan ini oleh W. R. Tate (1991) melahirkannya.
dise- but “dunia di dalam teks” (61). Pendukung Kritik Baru ini
cenderung mengklaim dirinya adalah metode objektif murni,
orang yg menya- takan penilaian subjektif kepada teks dicap
bersalah dalam hal “the affective fallacy” / “kekeliruan perasaan” (cf.
Keegan 1985: 76).
Di kalangan ahli literatur, teori teks-sebagai-pusat akhirnya
berge- ser menjadi pendekatan pembaca-sebagai-pusat, jika bukan
dekon- struksi. Tapi pada umumnya, pergeseran fokus kepada teks,
membe- rikan koreksi yg baik bagi penelitian Alkitab. Sebenarnya,
reaksi pa- ling penting atas kritik-sejarah muncul di kalangan yg
mendukung bentuk akhir teks Alkitab sebagai objek penelitian.
Bentuk final teks yg telah dikumpulkan menjadi Alkitab, bukan
rekonstruksi sumber awal, diakui orang Kristen sebagai kanon Kitab
Suci dan diterima sebagai Alkitab yg normatif bagi iman dan
kehidupan. Bentuk final Alkitab inilah yg memberikan pengaruh
besar, seperti karya literatur
/ seni lainnya, di dunia Barat.
Di beberapa tahun terakhir ini, kita melikhat ledakan minat “pen-
dekatan literatur” bagi Alkitab. Pendekatan ini memiliki banyak va-
riasi, tapi kebanyakan sepakat bahwa fokusnya adalah bentuk final
teks. Pendekatan ini cenderung synchronic bukan diachronic; mereka
tidak mencari pengertian di balik teks di sejarahnya, tapi teks yg
ada sekarang. Jika digunakan dengan hati 2 dan tepat, pendekatan
litera- tur ini memberikan sumbangsih penting bagi penelitian
Alkitab. Pa- sangan pendekatan literatur di bidang Teologi Biblika
adalah “pen- dekatan kanon,” berhubungan erat dengan karya tulis
B. S. Childs.
(Scobie 2002: 34)

3.2.1 Pendekatan Literatur

Seperti yg disingkapkan Ryken, pendapat bahwa pendekatan


litera- tur bagi Alkitab sebagai pendekatan baru, adalah pendapat yg
salah (Ryken dan Longman 1993: 49). Pendekatan literatur setua
Alkitab itu sendiri, dan jika Bapa2 gereja tidak berhasil
melakukannya, hal ini disebabkan penggunaan model Yunani-
Romawi. Penghargaan atas kualitas literatur Alkitab sudah terlihat
di zaman Renaissance dan di gerakan Romanticism. Kuliah R. Lowth
tentang Sacred Poetry of the He- brews, diterbitkan di tahun 1753,
memuat analisa parallelisme sebagai ciri utama puisi Ibrani. Kuliah
... kritikus literatur ini dikenal sebagai penanda era baru pendekatan literatur atas
sekular Alkitab.
“menemukan” Walaupun demikian, tak bisa disangkal bahwa di 1/3 terakhir abad
fakta bahwa Alkitab 20 terjadi ledakan minat “pendekatan literatur” (cf. Clines 1980).
adalah bidang yg
menghasilkan
Di satu sisi, kritikus literatur sekular “menemukan” fakta bahwa
banyak buah dalam Alki- tab adalah bidang yg menghasilkan banyak buah dalam
penelitian literatur penelitian literatur, dan mereka menjadi pemimpin gerakan ini. Di
... ahli sisi lain, ah- li Alkitab digiring masuk ke bidang ini, mereka melihat
Alkitab digiring pendekatan literatur sebagai kemungkinan baru yg menjanjikan
masuk ke bidang
ini, mereka melihat dalam peneliti- an Alkitab. Pembicaraan tentang “paradigm shift”
pendekatan (perubahan paradi- gma) di bidang penelitian Alkitab menjadi hal yg
literatur sebagai umum.
kemungkinan baru
Pemicu utama pendekatan literatur berasal dari karya kritikus
yg menjanjikan
dalam penelitian
li- teratur Northrup Frye. Di sepanjang kariernya, Frye
Alkitab. mempertahank- an pendapat bahwa tidak mungkin mengerti
literatur Inggris tanpa pengetahuan Alkitab PL dan PB, yg disebut
Frye dengan meminjam istilah Blake, “the Great Code of Art” (Frye
1981: xvi). Peneltian Alkitab yg dilakukan Frye dituangkan dalam
karya utamanya, The Great Code: The Bible and Literature (1981), di
buku ini dia mencoba mengerti Alki- tab sebagai kesatuan literatur.
Bagi pendekatan ini, “higher criticism” itu tidak relevan. Frye tahu
bahwa Kejadian 1 telah diteliti oleh kritik- sejarah di zamannya,
sebagai bagian yg berasal dari sumber Priestly, tapi menurut Frye,
“higher criticism yg sejati akan memperhatikan ca- tatan penciptaan
sebagai permulaan kitab Kejadian, walaupun memi- liki tanggal
penulisan yg lebih muda, karena diletakan di awal kitab Kejadian”
(xvii). Demikian pula teori modern tentang penulis Alki-
tab, tidak mempengaruhi pembacaan dan pengertian Alkitab (202–
4). Frye berpendapat, walaupun Alkitab “tentunya merupakan
produk dari proses penulisan yg panjang dan kompleks, hasil
akhirnya yg layak diteliti” (xvii).
Di kalangan ahli Biblika, J. Muilenburg memberikan inspirasi bagi
perkembangan kritik-retorika, dengan fokus bukan hanya kepada hal
yg dikatakan teks, tapi juga cara mengatakannya (cf.
Brueggemann 1997: 55). Tidak ada keseragaman “pendekatan
literatur,” tapi ada kepelbagaian pendekatan, banyak di antaranya
bertentangan. Orang yg mau memakai cabang ilmu ini bagi
Teologi Biblika harus bertin- dak dengan hati2 , menyadari
bahayanya, dan juga janjinya (Longman 1987: 47–62; Ryken dan
Longman 1993: 60–68).
Beberapa pendekatan literatur bersifat “akademis” dalam
penger- tian yg buruk; mereka adalah karya para ahli, ditulis untuk
para ahli, dan sering membuat pengertian makin tidak jelas. Bagi
Teologi Bi- blika, bukti manfaat pendekatan ini harus terlihat di
hasilnya: Apa- kah pendekatan ini membantu pengertian dan
penghargaan teks Al- kitab oleh komunitas orang percaya? Salah
satu contoh kasus adalah strukturalisme. Gerakan ini, yg bisa
digolongkan sebagai teori teks- sebagai-pusat, menurut W. R. Tate
tidak berusaha mencari makna teks, tapi mencari cara mengerti
(1991: 187). Dengan memakai pel- bagai cabang ilmu lain,
srukturalisme literatur mencoba menemuk- an “struktur
mendalam” yg berlaku bagi semua manusia. Walaupun ada usaha
untuk memakai strukturalisme bagi teks Alkitab (cf. R. F. Collins
1983: 231–71; Keegan 1985: 40–72; Longman 1987: 27–37; Ta- te,
187–90), tapi usaha ini tidak memberikan hasil. Kita bisa setuju
dengan pendapat Longman (1987), “kompleksitas yg tinggi,
dengan istilah yg sulit dimengerti, sehingga tidak bermanfaat bagi
pengerti- an teks, mencegah pemakaian strukturalisme oleh sebagian
besar ahli
biblika” (37).................................................................................................................................... faktanya Alkitab
Belakangan ini muncul minat besar atas narasi / cerita Alkitab biasanya tidak
(Fackre 1983; Perdue 1994: 232–47; J. Barr 1999: 345–61). “Teologi Na- berisi “doktrin”
dalam bentuk
rasi” yg dibangun di atas karya H. Frei dari Yale, sangat menarik ka- kalimat proposional
rena faktanya Alkitab biasanya tidak berisi “doktrin” dalam (rumus teologi), tapi
bentuk kalimat proposional (rumus teologi), tapi pengajaran Alkitab ... cerita / narasi, ...
mema- kai cerita / narasi, yg disebut Frei sebagai “narasi realistik” “narasi realistik”
atau “narasi
atau “na- rasi seperti-sejarah.” Bangkitnya pendekatan kritis
seperti-sejarah.”
dengan presupo- sisi rasional menghasilkan sikap skeptis tentang
kesejarahan catatan Alkitab. Akibatnya narasi menjadi pudar, dan
para ahli berusaha me- rekonstruksi “peristiwa sesungguhnya” atau
mengambil makna ideal yg abstrak dari teks. Teologi Narasi
berusaha mengembalikan fung- si narasi Alkitab, tanpa
memperdulikan kesejarahannya. Pendekatan ini diklaim sebagai
cara “untuk menegaskan kembali pengertian yg jelas Alkitab yg
menafsir diri sendiri, dan mengembalikannya kepada gereja” (R. B.
Robinson 1991: 141).
Pendekatan ini bisa diterima dengan sikap hati2 . Seringkali titik
berangkat pendekatan ini adalah narasi Alkitab tidak memiliki
Pendekatan ini bisa refe- rensi sejarah. Slogan populernya adalah Alkitab bukan “sejarah”
diterima dengan tapi “cerita,” narasi Alkitab diperlakukan sebagai fiksi; judul
sikap hati2... Slogan
populernya adalah
tulisan Per- due tentang gerakan ini adalah “From History to
Alkitab bukan Fiction” (1994: 231). Penekanan Brueggemann tentang “retorika” dan
“sejarah” tapi “kesaksian” menim- bulkan pertanyaan yg sangat mengganggu,
“cerita,” ...
terutama ketika dia mem- buat deklarasi, “orang tidak bisa pergi ke
belakang catatan narasi (liturgi), tapi harus menermi kata2
kesaksian ini ... Pendengar teks ini ... menolak untuk melihat hal
yg ada di belakang kesaksian ini. Artinya, tafsiran teologis tidak
pergi ke belakang kesaksian dengan pertanyaan tentang sejarah,
ber-andai2 tentang ’peristiwa sesungguh- nya”’ (1997: 206; cf. J. Barr
1999: 544, 558). Penolakan semua referensi sejarah adalah perusakan
dasar iman Kristen, dan Teologi Biblika ha- rus mempertahankan
bahwa “cerita” Alkitab bukanlah “fiksi” dalam pengertian tidak
memiliki kebenaran sejarah (contra J. J. Collins 1990: 9–12). Karena
itu, walaupun Longman setuju bahwa narasi PL ada- lah “cerita
yg diseleksi, terstruktur, mendapat penekanan, dan me- rupakan
tafsiran,” tetap berpendapat bahwa “analisa literatur bagi kitab
sejarah adalah ... tidak bertentangan dengan pandangan akan
kesejarahan teksnya” (1987: 58). Pendekatan kritis modern
menolak kehadiran Allah di alam semesta dan sejarah; menerima
presuposisi ini artinya menolak klaim dasar Alkitab. Narasi
menghubungkan per- istiwa dengan penyebabnya, tapi seperti yg
dikatakan F. W. Watson (1997), “tidak ada prinsip normatif yg
mengizinkan orang untuk me- nolak penjelasan sejarah dengan
transendensi” (60; see further, C-3 and 3-5.1).
Banyak ahli yg terlibat dengan penelitian literatur Alkitab, tak pe-
duli dengan pengertian religius teks. Sebenarnya, daya tarik utama
pendekatan literatur, bagi mahasiswa dan dosen universitas,
tampak- nya adalah kesempatan untuk membaca, meneliti, dan
menghargai Alktiab, tanpa perlu memiliki komitmen atas berita yg
disampaikan- nya. Penganut pendekatan ini bebas melakukannya,
tapi ini bukan tujuan Teologi Biblika.
Di beberapa tahun terakhir ini, sejumlah ahli konservatif masuk
ke bidang ini. Mereka menyadari bahwa pendekatan literatur
tidak perlu didasari presuposisi sekular, mereka memperlihatkan
bahwa penelitian literatur sesuai dengan presuposisi konservatif
moderat, bahkan menghasilkan banyak buah (Ryken and Longman
1993: 66). Walaupun mereka memakai pengertian dari sejumlah
besar ahli, me- reka menghindari pendekatan teoritis yg sulit
dimengerti, dan me- nerapkan metode literatur tradisional kepada
teks Alkitab, misalnya penelitian alur cerita, penokohan, latar
belakang cerita, sudut pan- dang, dan struktur narasi, penggunaan
pola, gambaran, dan bahasa kiasan di puisi.
Tampaknya kritik-sejarah telah me-motong2 Alkitab menjadi seba-
nyak mungkin potongan kecil, dan sumbangsih terbesar pendekatan
literatur adalah melihat kesatuan Alkitab. Walaupun tadinya Alki- ... kritik-sejarah
tab terdiri dari begitu banyak unit independen, semuanya telah telah me-motong2
di- gabung dengan proses kompleks redaksi menjadi kesatuan Alkitab menjadi
sebanyak mungkin
struktur narasi dari Kejadian sampai Wahyu, yg oleh L. L.
potongan kecil ...
Thompson (1978) disebut sebagai “struktur atas struktur” (43). pendekatan literatur
Ryken (1984) menulis tentang “kesatuan literatur Alkitab (177–97), adalah melihat
menyebutkan kerangka narasi, orientasi religius, pengulangan kesatuan Alkitab.
topik dan tema, penggunaan pola dasar literatur, dan gaya bahasa
sebagai penyatunya. Frye me- lihat tipologi sebagai kunci
kesatuan, atau lebih tepatnya, kesinam- bungan Alkitab. Di buku
The Great Code, dia memberi garis besar urutan atau
perkembangan dialetik penyingkapan Alkitab, yg terdiri dari 7
bagian utama: penciptaan, revolusi (keluaran), hukum, hikmat,
nubuat, injil, dan apokaliptik. Tiap bagian memberikan perspektif yg
lebih luas dibanding pendahulunya, dan bergantian posisi dalam ran-
tai tesis dan antitesis (Frye 1981: 106). Pendekatan literatur memberi
sumbangsih penting bagi Teologi Biblika dengan melihat kesatuan
narasi dan puisi Alkitab.
(Scobie 2002: 35-38)

3.2.2 Pendekatan Kanon

Perhatian utama kita adalah usul bahwa Teologi Biblika berdiri di


atas dasar bentuk akhir teks kanon. Pendekatan ini berhubungan erat
dengan B. S. Childs, yg menyebutkannya pertama kali di Biblical The-
ology in Crisis (1970); dikembangkan di tafsir Keluaran, di pendahulu-
an PL dan PB (1979; 1984), dan di Old Testament Theology in a Canonical
Context (1986); dan terakhir di puncak karyanya Biblical Theology of the
Old and New Testaments (1992). Childs ... “kanon
Tesis dasar Childs adalah “kanon adalah konteks paling sesuai ba- adalah konteks
gi gereja Kristen untuk membangun Teologi Biblika” (1970: 99). paling sesuai bagi
gereja Kristen
Me- nurut Childs, walaupun kritik-sejarah memberikan banyak untuk membangun
sumbang- sih, pendekatan ini “tidak memiliki tujuan analisa Teologi Biblika” ...
literatur kanon bagi synagog maupun gereja, tapi mencari sejarah
perkembangan literatur Ibrani dan meneliti tahapan
perkembangannya di tahapan sejarah. Hasilnya jurang lebar antara
penelasan rekonstruksi kritis dan teks kanon yg diterima sebagai
Kitab Suci berotoritas oleh ko- munitas” (1979: 40). Hal yg paling
penting selalu bentuk akhir teks. “Pentingnya bentuk akhir Teks
Alkitab adalah kesaksiannya tentang seluruh sejarah
penyingkapan” (1979: 75). Misalnya, “membedakan sumber Yahwist
dan Priestly di kitab Taurat memungkinkan penafsir membaca
Alkitab dengan ketelitian yg lebih tinggi. Tapi, gabungan teks
lengkap telah memberikan penilaian dan membentuk tradisi ini, dan
memiliki otoritas atas komuntias orang percaya” (1979: 76). Chi- lds
dipengaruhi Karl Barth (C. J. Scalise 1996: 47–50) dalam fokusnya
kepada teks yg ada sekarang, sebuah sudut pandang paska-kritis,
me- nekankan sifat teologis kanon.
Pendekatan ini berbeda dengan “kritik kanon” J. A. Sanders. Spina
(1982) menjelaskan perbedaannya: “Childs percaya kanon
merupak- an objek eksegesis, sedangkan Sanders memilih
prosesnya. Kanon adalah fenomena literatur, proses adalah
fenomena sejarah, menca- kup interaksi literatur dan komunitas.
Artinya, bagi Childs otoritas ada di literatur yg ada di komunitas,
sedangkan bagi Sanders otoritas ada di penggunaan literatur oleh
komunitas” (185). Menurut Childs, “Masalahnya adalah bagaimana
Alkitab dibaca sebagai Kitab Suci” (Childs 1979: 82). Childs bisa
digolongkan sebagai “Pendekatan Ka- non,” walaupun dia memilih
istilah “analisa kanon.”
Pendekatan Childs diterima dan dikritik. Sebagian orang
melihat- nya sebagai anti-kritis (cf. J. J. Collins 1990: 5–7) atau kembali
ke posi- si pra-kritis; sebenarnya hanya sedikit ahli yg lebih
memahami karya kritik-sejarah PL dan PB dibandingkan dengan
Childs. Sebagian la- innya kuatir jika fokus kepada bentuk akhir
teks akan mengabaikan konteks sejarah, tempat munculnya tradisi
(Birch 1980: 119–20; J. A. Sanders 1980: 186f.), atau seluruh proses
sejarah tradisi (D. A. Knight 1980: 145). Tulisan Childs, Biblical
Theology of the Old and New Testa-
ments, seharusnya telah menghilangkan kekuatiran ini; bahkan seha-
rusnya dia dikritik karena terlalu banyak membahas sejarah-
tradisi tentang pra-sejarah teks (cf. C. J. Scalise 1996: 61–62).
Sebelumnya topik yg dibahas Childs itu dimasukkan ke dalam
kotak terpisah: Pendahuluan PL dan PB, eksegesis, dan Teologi.
Tulisan Childs mem- perlihatkan pendekatan kanon atas Teologi
Biblika telah menembus jalan buntu penelitian Alkitab.
(Scobie 2002: 38-39)

3.3 G ere JA S e BAGAI kom UNI t AS pe NA fs I r


... fokus kritik
literatur bukan lagi Di beberapa tahun belakangan ini, fokus kritik literatur bukan
penulis atau teks, lagi penulis atau teks, tapi pembacanya, W. R. Tate (1991)
tapi pembacanya ... menyebutnya “dunia di depan teks” (146). Kemunculannnya
Faktanya, Alkitab
bisa memiliki banyak
merupakan reaksi te- ori teks-sebagai-pusat seperti strukturalisme,
tafsiran, pelbagai bentuk “kritik respon-pembaca” menekankan bahwa teks
memperlihatkan hanya memiliki makna seperti yg dibaca dan ditafsir pembacanya
peran kunci (cf. Keegan 1985: 73–91; Longman 1987: 36–41; Tate, 146–73).
pembacanya.
Faktanya, Alkitab bisa memiliki banyak tafsiran, memperlihatkan
peran kunci pembacanya. Tafsiran PL oleh pembaca Yahudi tentu
saja berbeda dari pembaca Kristen; setiap komunitas memiliki
seperangkat presuposisi yg dibawa ke da- lam teks, sehingga
pembaca yg menentukan tafsiran yg harus diiku- ti. Teori yg
moderat berkata, makna muncul dari interaksi pembaca dan teks,
teori yg ekstrim berkata makna diciptakan oleh pembaca (cf. F.
Watson 1997: chap. 3). Di sini kita sampai ke jalan licin menu-
3.3 G ere JA S e BAGAI kom UNI t AS pe NA fs I r 33

ju “dekonstruksi,” yg menyangkal teks itu sendiri memiliki “makna”


(tentang deconstruction, lihat Longman, 41–45; Tate, 202–8). Salah satu kritik
Salah satu kritik terhadap gerakan Teologi Biblika adalah terhadap gerakan
Teolo- gi Biblika tidak relevan bagi munculnya masalah sosial, Teologi Biblika
adalah Teologi
ekonomi, dan politik di tahun 1960-an. Sejak saat itu, muncul
Biblika tidak relevan
pelbagai ben- tuk “Teologi Pembebasan” (Latin Amerika, Dunia bagi munculnya
ke-3, kulit hitam, feminist), yg mencari dasar teologi-biblika (Perdue masalah sosial,
1994: 73–96; Bray 1996: 516–24; Brueggemann 1997: 98–102). Beberapa ekonomi, dan politik
di antaranya me- lihat Keluaran sebagai kunci untuk ... muncul pelbagai
bentuk “Teologi
memperlihatkan Allah yg berpi- hak kepada kaum tertindas, atau
Pembebasan” (Latin
panggilan nabi bagi keadilan sosial. Contoh yg menonjol adalah N. Amerika, Dunia
Gottwald (The Tribes of Yahweh, 1979), yg memakai pendekatan ilmu ke-3, kulit hitam,
sosial analisa Marxisme, untuk mem- perlihatkan sejarah awal feminist), yg
Israel bukan dengan istilah tradisional “pe- naklukan” tapi sebagai mencari dasar
teologi-biblika ...
pemberontakan petani di dalam masyrakat Kanaan. Teolog biblika
feminist menekankan sifat patriarchal dalam masyarakat Alkitab, yg
harus ditafsir ulang secara radikal dengan hermeneutik
kontemporer. Teolog lain melihat pendekatan egalitari-
an di Alkitab, di pengajaran Yesus, dan mungkin Paulus (tapi tidak
di surat Pastoral), pendekatan yg diperhalus oleh kaum patriarchal
di zaman PB. Semua bentuk Teologi Pembebasan menggabungkan
pe- nafsiran Alkitab dengan tindakan radikal atas struktur sosial,
politik, ekonomi masa kini. “Teologi Kontekstual” semacam ini,
belum ten- tu bersalah karena memasukan masalah masa kini ke
dalam Alkitab’ mereka bisa bermanfaat karena memperlihatkan
aspek yg terlupak- an dari Teologi Biblika. Tapi perhatian sempit
bagi “kanon di dalam kanon” menimbulkan pertanyaan serius
tentang kecukupan pende-
katan ini sebagai teologi-seluruh-Alkitab......................................................................... pembacaan
Penekanan akan peran pembaca bisa bermanfaat bagi Teologi Alkitab yg netral
Bi- blika. Kebanyakan penelitan Alkitab dilakukan di lingkungan adalah mitos.
“Pengalaman
akade- mis, terpisah dari kehidupan gereja, komunitas yg melakukan
menerima Alki- tab sebagai kanon Kitab Suci. Di sini perlu diberi hermeneutik bukan
penekanan ulang, pembacaan Alkitab yg netral adalah mitos. sekedar cabang ilmu
“Pengalaman melakuk- an hermeneutik bukan sekedar cabang pengetahuan yg
terpisah dari tugas
ilmu pengetahuan yg terpi- sah dari tugas kehidupan; sebaliknya
kehidupan;
pengalaman terus menerus yg mengubah-kehidupan dan sebaliknya
membentuk-kehidupan” (W. R. Tate 1991: 212). Walaupun ada ahli pengalaman terus
yg mencoba menjembatani penelitian aka- demis Alkitab dan menerus yg
mengubah-
penggunaan praktisnya di gereja, suara mereka dibungkam oleh
kehidupan dan
spesialisasi akademis. Sekarang makin banyak ahli biblika yg membentuk-
disebut P. D. Hanson (1980) terpanggil untuk “memikul tanggung kehidupan”
jawab Teologi Biblia bagi komunitas orang percaya.” ...
S. E. Fish berkata, teks hanya memiliki makna dalam konteks “ko- “Gereja
membutuhkan
munitas penafsir” (1980: 171–72). Tentunya komunitas penafsir Alki- Alkitab ... Alkitab
tab adalah gereja. Alkitab benar2 ditafsir bukan pada saat di-potong membutuhkan
pelaku kritik-sejarah, tapi ketika dibaca sebagai Firman Allah oleh Gereja. Tanpa
umat Allah. Gereja adalah pembaca sejati Alkitab (Schneider Gereja, Alkitab tak
memiliki komunitas
1985), tentu saja gereja harus terus menerus memeriksa iman dan yg bisa
kehidu- menafsirkannya” ...
34 A r A h BA r U teolo GI BI B l I k A

pannya di dalam terang Firman Allah yg disampaikan Alkitab. Han-


son (1980) menekankan bahwa teks Alkitab dan kehidupan komu-
nitas orang percaya di masa kini membentuk 2 kutub proses
tafsir. “Gereja membutuhkan Alkitab ... Alkitab membutuhkan
Gereja. Tan- pa Gereja, Alkitab tak memiliki komunitas yg bisa
menafsirkannya” (A. Wainwright 1982: 64).
Gereja tak pernah berhenti menggunakan Alkitab dalam tugas Te-
ologi Dogmatik, dalam pergumulan dengan masalah masa kini di
bidang etika, ibadah, kotbah, kelompok PA, dan kehidupan
rohani se-hari2 begitu banyak orang percaya. Semua tugas ini
menggunak- an semacam “Teologi Biblika,” setidaknya pengertian
sementara ten- tang Allah dan relasinya dengan dunia dan umat
manusia, yg dia- jarkan Alkitab baik di PL maupun PB. Bagi gereja,
Teologi Biblika yg mencakup PL dan PB, bukan pilihan, tapi
kebutuhan dasar (cf. D. P. Fuller 1992: 64–65). Sungguh
menggelikan, ketika gereja2 diseluruh dunia, hari demi hari,
bergumul untuk mendapatkan Teologi Bibli- ka yg memuaskan,
sedangkan banyak ahli berkata tidak ada Teologi Biblika!
Untungnya, kebutuhan gereja akan Teologi Biblika makin di- sadari;
terlihat dari diterbitkannya 2 kamus Teologi Biblika di tahun 1996,
The Evangelical Dictionary of Biblical Theology dan The Collegeville
Pastoral Dictionary of Biblical Theology, wakil dari kaum Injili Protestan
Walaupun teori dan Katolik Roma, keduanya mencoba menafsir tema2 Alkitab bagi
literatur berbicara kaum awam dan rohaniwan.
tentang “pembaca”
(tunggal), istilah yg
Walaupun teori literatur berbicara tentang “pembaca” (tunggal),
lebih tepat bagi is- tilah yg lebih tepat bagi tujuan Teologi Biblika adalah “komunitas
tujuan Teologi penafsir.” Penulis teks Alkitab bukan individu yg terisolasi, tapi ang-
Biblika adalah gota komunitas Alkitab, dalam kasus PL adalah bangsa Israel, dan
“komunitas
penafsir.”
dalam kasus PB adalah gereja mula2. Tulisan mereka dipelihara, di-
redaksi, dikumpulkan, dan akhirnya dikenali sebagai Kitab Suci oleh
komunitas kanon, perluasan dan kelanjutan dari komunitas Alkitab.
Sekarang Kitab Suci ini dianggap berotoritas oleh komunitas pena-
fsir, gereja Kristen, perluasan dan kelanjutan dari komunitas kanon.
Komunitas gereja yg berkesinambungan inilah yg paling layak untuk
menjadi penafsir Alkitab.
(Scobie 2002: 40-42)

3.4 BANG k I t NYA teolo GI BIB l I k A

Di survei sejarah, kita melihat pergeseran Teologi Biblika menjadi


te- ologi yg terpisah dari PL dan PB. Dari survei kecenderungan
masa kini, tak mengherankan bila di akhir abad 20 muncul usaha
untuk menjembatani pemisah kaku PL dan PB untuk bisa kembali
ke Teolo- gi Biblika yg sejati.
(Scobie 2002: 42)
3.4.1 Sejarah Tradisi

Gese ... Teologi


Salah satu usaha yg dilakukan terlihat di pendekatan “sejarah Biblika berurusan
tradi- si,” terutama oleh H. Gese dan P. Stuhlmacher, yg dipengaruhi dengan “kesatuan
G. von Rad. Gese (1981a) berpendapat di zaman Yesus, kanon PL proses tradisi PL
belum ter- tutup, dan Teologi Biblika berurusan dengan “kesatuan dan PB yg dilihat
secara keseluruhan”
proses tradisi PL dan PB yg dilihat secara keseluruhan” (15;
...
tentang Gese, lihat J. Barr 1999: 362–77). Wahyu ilahi bukan saja
dimuat di sumber awal tradisi, tapi di keseluruhan proses, yg
panjang dan kompleks, ketika tradisi terus menerus dipilah,
diredaksi, dan ditafsir. Misalnya, Gese menelusuri konsep hikmat di
PL sampai ke PB, ketika hikmat membe- rikan kontribusi bagi
Kristologi (1981b). Demikian pula Stuhlmacher mempelajari, antara
lain, hukum sebagai topik Teologi Biblika, me- nelusuri konsep yg
berbeda tentang hukum di ke-2 perjanjian (1986: 110–33).
Pendekatan ini disambut sebagai bentuk baru Teologi Biblika, tapi
juga mendapat banyak kritikan (Reventlow 1986: 149–54). G. F.
Ha- sel (1982) ditanya apakah ini adalah Teologi Biblika atau
“teologi pembentukan-tradisi” (66). Perkembangan tradisi yg
kompleks me- rupakan rekonstruksi sejarah, dan para ahli sering
berbeda pendapat. Asumsi kanon PL yg belum tertutup di zaman
Yesus, tidak diterima secara universal. Penelusuran perkembangan
tradisi menggunakan bahan di luar kanon, karena itu lebih
bersifat sejarah bukan kanon. Terlebih lagi, wahyu diletakkan di
seluruh proses sejarah tradisi, se- hingga tidak jelas bagian yg
menjadi norma bagi orang Kristen. Wala- upun demikian pendekatan
ini berharga dalam usaha menjembatani PL dan PB.
(Scobie 2002: 42)

3.4.2 Tema2 Alkitab

... melakukan Teologi


Bukti lain bangkitnya minat kepada Teologi Biblika adalah Biblika dengan
penelitian “tema2” seperti Fortress Press’s Overtures to Biblical Theology, menelusuri tema2 di
Abingdon’s Biblical Encounters, dan the New Studies in Biblical PL dan PB, tanpa
menghindari
Theology yg diterbitk- an Eerdmans dan InterVarsity Press. kepelbagaian, tapi
Penelitian ini melakukan Teologi Biblika dengan menelusuri tema 2 tetap mencari
di PL dan PB, tanpa menghindari kepelbagaian, tapi tetap mencari kesinambungan
tema2 ini di Alkitab.
kesinambungan tema2 ini di Alkitab. Seperti yg terlihat di judul, ada
keinginan agar bahan ini berbicara bagai orang percaya di masa kini.
Editor Overtures menulis “Keingin- an dan pengharapan orang
percaya membuat Teologi biblika tidak berhenti di tugas deskriptif.
Pertumbuhan kekuatan kaum Injili Pro- testan dan Karismatik
Katolik yg fenomenal adalah suara keras yg mengingatkan kita
bahwa orang percaya mencari di Alkitab sumber bagi sistem nilai
alternatif. Karena sifatnya dan tempatnya di budaya kita, Alkitab
tidak akan berhenti hanya sebagai peinggalan sejarah.
Selain itu muncul jurnal baru seperti Biblical Theology Bulletin (didi-
rikan di tahun 1970), Horizons in Biblical Theology (didirikan di tahun
1970), dan di Jerman, Jahrbuch für Biblische Theologie (didirikan di
ta- hun 1986).
Penelitian ini merupakan bentuk Teologi Biblika yg mencoba men-
jembatani, bukan saja antara PL dan PB, tapi juga antara kaum
akade- mis dan komunitas orang percaya. Cakupan mereka tentunya
terba- tas. Mereka menimbulkan pertanyaan, tentang hubungan
antar tema dan dengan struktur Teologi Biblika secara keseluruhan.
(Scobie 2002: 43)

3.4.3 Teologi Biblika

Kita melihat karya Teologi Biblika, pengertian tentang Allah yg men-


cakup PL maupun PB, hampir berhenti selama 1 abad. Di akhir abad
20, kita melihat akhir dari paceklik ini, dan usaha untuk kembali me-
lakukan hal yg sebelumnya dianggap tak mungkin.
Dua contoh awal berasal dari kutub teologi yg bersebrangan:
An Outline of Biblical Theology (M. Burrows 1946a) ditulis dengan
sudut pandang Protestan liberal (cf. Burrows 1946b). Biblical
Theology: Old and New Testaments (G. Vos 1948) ditulis dengan sudut
pandang kon- servatif, walaupun mengakui progressive revelation.
Contoh pertama yg penting adalah The Elusive Presence: The
Heart of Biblical Theology (Samuel Terrien 1978). “Realitas kehadiran
ilahi,” menurut penulis, “ada di pusat iman biblika. Tapi
kehadiranNya sulit dilacak” (xxvii). Setelah pendahuluan tentang
kecenderungan utama
penelitian Biblika dan diskusi pencarian Teologi Biblika modern, Ter-
rien melanjutkannya dengan penelusuran tema kehadiran ilahi me-
lalui unit utama kanon Alkitab. Tulisan ini penting, karena
mencari “kedalaman teologi homogen” yg mengikat keseluruhan
kitab2 men- jadi satu” (33; cf. Frizzell 1980; Scobie 1992).
Di buku Der Gott der ganzen Bibel (1982), ahli Jerman Horst
See- bass menyajikan sketsa bukan Teologi Biblika penuh. Power:
Focus for a Biblical Theology (Hans-Ruedi Weber 1989) juga
menyajikan “garis besar Teologi Biblika” (ix), fokus kepada tema
“power” (kuasa), wala- upun dia mengaku hanya bisa membuat
“kumpulan teologi biblika
yg memiliki ketegangan satu sama lain” (22). Walaupun dibuat
un- tuk bahan pendidikan Kristen, tulisan Gisela Kittel, Der Name
über alle Namen (Biblische Theologie/AT 1989, Biblische Theologie/NT
1990) memberikan sketsa awal Teologi Biblika yg memberikan
pandang- an keterkaitan PL dan PB. Penulis memperlihatkan bahwa
Allah PL, yg menyingkapkan misteri namaNya kepada Musa di
semak bera- pi, adalah Allah yg sama yg membangkitkan Yesus
dari kematian, dan memberikan kepadaNya “nama di atas segala
nama.” Tulisan
G. Goldsworthy, According to Plan: The Unfolding Revelation of God in
the Bible (1991) adalah karya yg lebih konservatif dan populer dalam
usaha membuat garis besar Teologi Biblika.................................................................... Teologi Biblika yg
Karya Teologi Biblika yg paling penting di abad 20 adalah tulisan paling penting di
B. S. Childs, Biblical Theology of the Old and New Testaments (1992), me- abad 20 adalah
tulisan B. S. Childs,
rupakan puncak karyanya tentang “pendekatan kanon.” Setelah dis- Biblical Theology
kusi metodologi, Childs membuat survei “The Discrete Witness of of the Old and
the Old Testament” dan “The Discrete Witness of the New Testament,” New Testaments
(1992), ...
mene- lusuri perkembangan tradisi di ke-2 bagian kanon ini. Teologi
“pendekatan kanon.”
Biblika dibahas di bagian utama, “Theological Reflection on the
Christian Bible,” membahas bahan Alkitab yg berhubungan dengan
10 topik utama, setiap topik berhubungan dengan diskusi teologi
kontemporer, tiap topik ditutup dengan “Dogmatic Theological
Reflection.”
Walaupun mendapat kritik, karya ini memperlihatkan
kemungkin- an menulis Teologi Biblika sejati, dan memperlihatkan
bahaya yg ha- rus dihindari dan pendekatan yg layak dilakukan.
(Scobie 2002: 44-45)
Bagian II

T E O L O G I B I B L I K A - S E B U A H K E S AT U
ANNARASI
A L U R C E R I TA S E J A R A H K E S E L A M ATA N P L 4
Beale membuat
G.K. Beale membuat Teologi PB berdasarkan asumsi bahwa PB tesis: Kejadian 1-3
ada- lah kelanjutan dari alur cerita narasi PL. Dia memakai memberikan tema2
Pendekatan Kanon yg populer di kalangan para ahli biblika modern. dasar bagi
Beale mem- buat tesis: Kejadian 1-3 memberikan tema2 dasar bagi keseluruhan PL ...
dikembangkan di
keseluruhan PL, esensinya merupakan tema eskatologis. Tema2 ini PB.
kemudian di- kembangkan di PB. Di buku “A New Testament
biblical theology : the unfolding of the Old Testament in the New,” Beale M
mencoba memperli- hatkan kaitan tema umum ini antara PL dan PB. a
n
4.1 m ANDA t BAGI ADA m DAN m ANDA t BAGI tokoh sepert I d
ADA m a
t

y
g

d
i
b
e
r
i
k
a
n

k
e
p
a
d
a

A
d
a
m

d
i

K
e
j
.

1
:26-28 memiliki beberapa unsur berikut:
(1) “Allah memberkati mereka”; (2)
“Beranakcuculah dan bertambah
banyak”; (3) “penuhilah bumi”; (4)
“taklukkanlah”;
(5) “berkuasalah ... atas seluruh bumi.”
Kata “memberkati” di Kej. 1:28 harus Adam
dan
dikaitkan dengan ayat sebe- lumnya, Allah
istrinya
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa dengan
Allah. Allah memberkati Adam dan istrinya meletakka
dengan meletakkan gambar dan rupaNya di n gambar
dalam diri mereka. Adam adalah mahkota dan
rupaNya
ciptaan Allah, raja yg melaksanakan perintah di dalam
“taklukanlah” dan “kuasailah.” diri
Di dalam budaya ANE (ancient near east), mereka.
gambar dewa bukanlah Adam
potret bentuk fisiknya, juga bukan gambaran adalah ...
raja yg
dari sifat2 -nya (walau- pun kadang2 disertakan), melaksana
tapi merupakan pernyataan kehadiran de- wa kan
dan berkat yg diberikannya. Ketika raja ANE perintah
dianggap sebagai gambar dewa, maka “taklukanl
ah” dan
pengertiannya adalah dewa hadir dan mem-
“kuasailah
berkati raja ini, dewa menaklukkan dan .”
memerintah melalui raja ini. Contohnya, raja
Adad-nirari II dari Asyur (911–891 SM) berkata,
dewa2 “turut campur untuk mengubah
penampakan kebangsawanan- ku, [dan]
menyempurnakan penampilan-ku,” hasilnya
raja “layak memerintah.” Demikian pula raja
Assurbanipal mengaku bahwa dewa2
“memberikanku rupa yg hebat dan menambah
besar kekuatanku.” Memiliki rupa dewa artinya
raja mencerminkan kemuliaan dewa. Ja- di ketika
raja ANE disebut sebagai gambar dewa2 ,
mereka menjadi bagian institusi kerjaan itu
sendiri, mereka memiliki kualitas ideal ra- ja.
Karena itu, raja di dalam rupa dewa dimengerti
sebagai tokoh yg “mewakili dewa karena
jabatannya sebagai raja dan digambarkan ber-
tindak seperti dewa.” Tampaknya pengertian
inilah yg dipakai Kej. 1:26-28, Adam
menaklukkan dan menguasai seluruh bumi,
sebagai

41
42 AlUr cer I t A S e JA r A h kesel A m A t A N pl

raja yg menyatakan kehadiran dan berkat Allah di dalam pemerinta-


Ketika hannya.
Allah meletakkan Demikian pula raja2 ANE menempatkan gambar diri mereka di pel-
gambar
bagai wilayah kekuasaannya. Gambar mewakili kehadiran raja dan
dan rupaNya
(Adam) di atas kuasanya atas wilayah tertentu. Ketika Allah meletakkan gambar
bumi, Dia dan rupaNya (Adam) di atas bumi, Dia menyatakan kehadiran dan
menyatakan kua- saNya atas seluruh bumi.
kehadiran dan
Selain itu, ada aspek ontologis dari “gambar.” Manusia
kuasaNya atas
seluruh bumi. merupak- an cermin dari sifat2 Allah. Adam dicipta sebagai
Manusia makhluk yg me- miliki kehendak, pikiran, moralitas (yg dijabarkan
merupakan dalam kebenaran, pengetahuan, kekudusan, keadilan, kasih,
cermin dari
sifat2 kesetiaan, integritas); men- cerminkan sifat2 yg dimiliki Allah;
Allah. dengan kata lain Adam meman- carkan kemuliaan Allah. Pekerjaan
Adam juga mencerminkan karya Allah. Allah menundukkan chaos,
menguasai, membentuk, mencipta dan mengisinya dengan segala
macam bentuk kehidupan. Demikian pula Adam dan Hawa harus
meniru aktivitas Allah dengan mena- klukan, menguasai, dan
memenuhi bumi (Kej. 1:26-28). Adam harus “mengusahakan dan
memelihara” (dengan konotasi melayani) Tam- an Firdaus di Kej.
Adam harus menjadi 2:15 sebagai Raja-Imam, ini adalah bagian dari mandat yg
hamba Allah yg taat diberikan di Kej. 1:26-28. Adam harus menjadi hamba Allah yg
dengan memelihara
taat dengan memelihara baik kesejahteraan fisik maupun rohani
baik kesejahteraan
fisik maupun rohani Taman Firdaus, termasuk menjaga agar pengaruh jahat tidak masuk
Taman Firdaus, ke Tempat Kudus ini. Dimensi tanggung jawab fisik dan ro- hani
termasuk menjaga Adam terlihat jelas di dalam fungsinya sebagai Imam pertama yg
agar pengaruh jahat
melayani di Bait Allah yg pertama. Adam mirip dengan imam2
tidak masuk ke
Tempat Kudus ini. Israel, yg secara fisik memelihara bangunan Bait Allah dan secara ro-
hani menjadi pakar dalam hal mengumpulkan, mengingat, menafsir,
dan mengaplikasikan Firman Allah yg tercantum di Kitab Taurat. De-
mikian pula Adam harus mendidik anak menurut instruksi rohani
yg ditemukan di Firman Allah, yg diingat orang tua dan diwariskan
kepada anak2 mereka.
Pengenalan dan ketaatan kepada Firman Allah penting bagi pelak-
Pengenalan dan sanaan tugas di Kej. 1:26, 28 (dan ketidaktaatan menyebabkan
ketaatan kepada kega- galan [bdk. Kej. 2:16-17 dan 3:1-7]). Pengetahuan tentang
Firman Allah
penting bagi
kehendak Allah (perintah Allah di Kej. 2:16-17) adalah bagian dari
pelaksanaan tugas di fungsi ma- nusia yg menjadi gambar Allah (Kej. 1:26, 28), dengan
Kej. 1:26, 28 ... asumsi Adam dicipta sebagai makhluk yg memiliki kapasitas
rasional dan moral yg mampu melaksanakan perintah ini. Kedua
manusia pertama ha- rus memiliki pikiran yg mirip dengan
pikiran Allah. Pengetahuan Adam dan istrinya tentang Allah,
mencakup juga ingatan akan Firm- an Allah kepada Adam di Kej.
2:16-17, yg gagal diingat oleh istri Adam di Kej. 3:2-3. Setelah
Adam ditempatkan di Taman Firdaus di Kej. 2:15, Allah
memberikan perintah positif, negatif, dan peringatan untuk diingat:
“Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan [LXX: infinitive dari ginosko] ten-
tang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:16-17). ... istri Adam ...
Ketika ditantang oleh ular, istri Adam memberikan respon dengan mengutip Kej.
mengutip Kej. 2:16-17, tapi setidaknya dia telah membuat 3 perubah- 2:16-17 ... membuat
3 perubahan ...
an utama (Kej. 3:2-3). Dia lupa, atau dengan sengaja mengecilkan hak ...
mengubahnya berdasarkan kehendak hatinya. Ke-3 perubahan ini mengecilkan
memiliki makna teologis yg penting: (1) Dia mengecilkan hak yg hukuman ...
dimilikinya dengan berkata, “boleh kami makan” sedangkan Allah mem-besar2-kan
larangan ...
sebelumnya berkata, “bo-
leh kaumakan buahnya dengan bebas.” (2) Dia mengecilkan hukuman
dengan berkata, “nanti kamu mati” sedangkan Allah sebelumnya ber-
kata, “pastilah engkau mati.” (3) Dia mem-besar2-kan larangan dengan
berkata, “jangan kamu ... raba” sedangkan Allah sebelumnya hanya
berkata, “janganlah kaumakan.”
(G.K. Beale 2011: 29 - 33)

4.1.1 Rancangan Peningkatan Berkat bagi Adam di dalam keadaan Sebe-


lum Jatuh ke dalam Dosa Ada indikasi di Kej.
1-3, jika Adam setia
Ada indikasi di Kej. 1-3, jika Adam setia dan taat, dia akan dan taat, dia akan
menga- lami berkat yg lebih besar dari keadaan semula sebelum mengalami berkat yg
lebih besar ...
jatuh ke da- lam dosa. Misalnya, Kej. 1:28 adalah sebuah perintah,
tapi di dalam- nya tersirat janji bahwa Allah akan memberikan
kemampuan kepada umat manusia untuk melaksanakannya.
Tampaknya Adam menda- pat janji berkat yg lebih besar lagi jika dia
tetap setia. Dia ditempatkan di masa awal penciptaan yg sungguh
amat baik, dan dia diperintahk- an untuk taat, dengan ganjaran
akan menerima peningkatan berkat.
Kita bisa menyimpulkannya sbb.: Pelaksanaan mandat
(1) Pelaksanaan mandat di Kej. 1:28, mencakup juga tugas meng- di Kej. 1:28,
alahkan dan menguasai ular yg jahat, dengan cara ingat dan perca- mencakup juga
tugas mengalahkan
ya kepada perintah Allah di Kej. 2:16-17. Adam, sebagai Raja-Imam, dan menguasai ular
yg seharusnya mencegah kenajisan masuk ke Bait Allah, seharusnya yg jahat ...
tahu Hawa salah mengutip Firman Allah, dan ular yg memakai ke-
salahan ini. Patut diperhatikan, imam di Bait Allah di Israel adalah
penjaga yg harus membunuh binatang / orang yg najis yg masuk
ke wilayah Bait Allah. Adam juga harus melakukan hal ini. Adam
harus membunuh dan sekaligus menjalankan penghakiman kepada
ular, sebagai pelaksanaan mandat dari Kej. 1:28 untuk
“menaklukkan dan menguasai.” Dia harus menaklukkan dan
menguasai ular, men- cerminkan aktivitas ilahi di Kej. 1 yg
menaklukkan dan menguasai
chaos (gelap, belum berbentuk, kosong) dengan FirmanNya. Nama pohon ini -
Dalam pengertian ini, Taman Firdaus adalah simbol tempat peng- “pohon pengetahuan
hakiman. Nama pohon ini - “pohon pengetahuan baik dan jahat” - baik dan jahat” -
memberikan indikasi
memberikan indikasi akan tugas Adam sebagai hakim. “Membedak- akan tugas Adam
an antara yang baik dan yang jahat” adalah istilah b. Ibrani bagi raja sebagai hakim.
atau tokoh yg berotoritas yg bisa menghakimi dalam pelaksanaan
keadilan. Di tempat lain, istilah ini dipakai untuk tokoh yg ada di
posisi menghakimi dan memerintah orang lain (2 Sam. 14:17;
19:35; 1 Raja 3:9; Yes. 7:15–16). Karena itu Salomo berdoa meminta
“hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu
dengan da- pat membedakan antara yang baik dan yang jahat” (1 Raja
3:9; cf. 3:28). Ayat ini bukan saja memperlihatkan hikmat Salomo,
tapi juga gema dari “pohon pengetahuan [membedakan] baik dan
jahat” (Kej. 2:9), yg buahnya tidak boleh dimakan Adam dan
Hawa (Kej. 2:17; 3:5, 22). Penafsir berbeda pendapat tentang makna
pohon ini, tapi pendekat- an yg paling menjanjikan adalah
menentukan penggunaan kata “pe- ngetahuan / kemampuan
membedakan baik dan jahat.” Pohon ini di taman Firdaus berfungsi
sebagai pohon penghakiman, tempat Adam “membedakan baik dan
jahat,” Adam harus menghakimi ular seba- gai si Jahat, dan
memberi vonis kepadanya, ketika dia masuk ke Tam- an Firdaus.
Pohon sebagai tempat penghakiman juga ditemukan di bagian lain
PL (Hakim 4:5; 1 Sam. 22:6–19; cf. 1 Sam. 14:2), pohon menjadi
simbol penghakiman, yg biasanya diutarakan oleh seorang nabi.
Adam seharusnya menghakimi di dalam nama Allah di pohon
tempat penghakiman, tapi yg terjadi adalah sebaliknya, ular yg meng-
uasai Adam dan Hawa dengan bujukan kata2 tipuan. Adam
adalah raja, Kej. 1:26 menjelaskan bahwa Adam bukan hanya
“menguasai” binatang di Taman Firdaus, tapi juga atas “seluruh
Adam memulai bumi” (Kej. 1:28), sebuah sasaran yg tak akan tercapai jika Adam
tugasnya dengan terkurung di Taman Firdaus. Adam memulai tugasnya dengan
menguasai Tempat
menguasai Tempat Kudus dengan cara menundukkan ular, dan dia
Kudus dengan cara
menundukkan akan melanjutkan tugasnya, bergerak ke luar, memperluas
ular, kekuasaannya sampai mencapai selu- ruh bumi. Jadi ada tahapan
dan dia peningkatan pemerintahannya sampai puncaknya menguasai
akan melanjutkan seluruh dunia.
tugasnya, bergerak
ke luar, Ada referensi kepada tokoh Adam eskatologis yg berkuasa atas la-
memperluas wan (Mz. 72:4, 8–14; 89:19–27) untuk se-lama2 -nya (Mz. 72:5–7, 17
kekuasaannya bdk. 72:19) dan takhtanya bertahan untuk se-lama2 -nya (89:27–29,
sampai mencapai
33–37 bdk. 2 Sam. 7:12–19). Demikian pula nubuat Daniel 7
seluruh bumi.
tentang “Anak Manusia” yg akan menggulingkan kerajaan dunia
dan akan memerintah untuk se-lama2 -nya di Kerajaan yg tak akan
musnah (Dan. 7:13-14). Implikasinya, Dia dan umatNya akan duduk
di takhta penghakiman atas kerajaan2 yg jahat (Dan. 7:16-27). Ayat
ini menu- buatkan Kerajaan di akhir zaman yg tak berkesudahan,
Jika Adam setia
melaksanakan kemenangan dan berkat yg tak akan hilang.
tugasnya ... Tampaknya ke-2 mazmur dan Daniel 7 mencerminkan
mengalahkan rancangan awal dari Kejadian 1-3. Adam dinobatkan sebagai raja
ular, maka yg bisa jatuh, tapi dia bisa maju mencapai titik puncak sampai
kejahatan ...
mendapat
menjadi raja yg tak akan jatuh lagi. Jika Adam setia melaksanakan
penghakiman tugasnya sebagai Raja- Imam dengan mengalahkan ular, maka
akhir, kejahatan di tengah ciptaan mendapat penghakiman akhir, maka
maka .. untuk seterusnya Adam dan ke- turunannya mendapatkan keamanan
. mendapatkan
dari ancaman si jahat. Keaman- an membuat Adam menjadi raja yg
keamanan dari
ancaman si berkuasa tanpa akhir. Kekalahan
jahat.
si jahat dan keamanan yg dihasilkan, terlihat di rancangan akan ber-
kat yg lebih besar yg ada di narasi Kej. 1-3.
(2)Peningkatan berkat berdasarkan respon Adam, juga
berhubung- an dengan status Adam sebagai penyandang-gambar yg
harus men- cerminkan karakter Allah, termasuk kemuliaanNya.
Seperti Adam “memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan
gambarnya” (Kej. 5:1- 3), anak laki2yg memiliki penampilan dan
karakter yg mirip dengan
ayahnya, demikian pula Adam adalah anak Allah yg harus menjadi
cermin dari Bapa-nya, karena dia adalah “gambar” dan “rupa” Allah
(Kej. 1:26). Artinya, perintah “taklukanlah, kuasailah, dan penuhilah” perintah
bukan sekedar memenuhi bumi dengan keturunan biologis, tapi “taklukanlah,
ke- turunan yg mencerminkan kemuliaan Allah, yg menyatakan kuasailah, dan
penuhilah” bukan
keha- diranNya. Raja ANE dianggap “anak” dewa dan sekedar memenuhi
memperlihatkan gambar dewa di pemerintahannya, terutama bumi dengan
kemuliaannya, karena itu menyatakan kehadirannya. Sebenarnya, keturunan biologis,
gambar dewa di Mesir dan Mesopotamia dibuat untuk tapi keturunan yg
mencerminkan
menyatakan kehadirannya. Walau- pun kata “kemuliaan” tidak
kemuliaan Allah
muncul di Kej. 1-3, konsep ini terlihat di pengertian Adam dan Hawa
sebagai penyandang-gambar Allah.
Dihubungkannya penaklukan dan “memenuhi bumi” dengan kemu-
liaan terlihat jelas di Mz. 8, sebuah gema dari Kej. 1:26-28, dan
ber- hubungan dengan Adam eskatologis. Pemazmur, menafsirkan
tujuan penciptaan Adam dan umat manusia, dan akhirnya tujuan
ideal ke- manusiaan, bahkan sebelum kejatuhannya, untuk
memenuhi bumi dengan kemuliaan Allah. Mz. 8 dimulai dan
diakhiri dengan kalimat
yg sama, “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di
seluruh bumi!” (Mz. 8:2,10). Kemuliaan Allah memenuhi bumi
dicapai mela- lui umat manusia, yg dimahkotai Allah dengan
“kemuliaan dan hor- mat” dengan menciptakannya menurut gambar
dan rupa Allah (Mz. 8:5). Kemuliaan Allah tersebar ke seluruh bumi
ketika umat manusia “berkuasa” atas semua ciptaan Tuhan (Mz. 8:7-
9). Salah satu tujuan kuasa ini adalah “untuk membungkamkan
musuh dan pendendam” (Mz.
8:3), yaitu kuasa Iblis.
“Beranakcuculah dan bertambah banyak” (Kej. 1:28) adalah
perintah tentang bertambah banyaknya keturunan Adam dan Hawa,
pasukan yg berjalan di garis depan, menyebar sampai seluruh
dipenuhi kemu- liaan Allah. Jadi Adam, Hawa, dan keturunan
mereka adalah wakil Allah, yg harus menjadi anak2 Allah yg taat,
mencerminkan Keraja- an Allah yg mulia di atas bumi. Tindakan
melahirkan anak dengan tujuan “memenuhi bumi” adalah cermin
dari penciptaan di Kej. 1 yg Allah lakukan.
Ada catatan menarik di Yes. 45:18 tentang rancangan Allah
sebe- lum kejatuhan manusia, Allah “menciptakannya bukan supaya
kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami.” Ayat ini adalah dasar
bagi nu- buat di ayat sebelumnya, “Sedangkan Israel diselamatkan
oleh TUHAN dengan keselamatan yang selama-lamanya; kamu tidak akan
mendapat ma- lu dan tidak akan kena noda sampai selamanya dan
seterusnya.” Tujuan
Allah dari semula adalah memenuhi bumi dengan umat manusia, pe-
nyandang gambar kemuliaan Allah untuk se-lama2 -nya. Mz. 72 ditu-
tup dengan pengharapan eskatologi yg sama, “Dan terpujilah kiranya
nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya meme-
nuhi seluruh bumi” (Mz. 72:19).
Adam tidak bisa setia, sehingga dia tidak mencapai tujuan akhir
(menjadi manusia yg tak akan jatuh lagi, memenuhi bumi dengan
kemuliaan Allah). Harus ada tokoh lain yg menjalankan rancangan
Allah ini. Penggenapan tujuan ini dimulai di Taman - Bait Allah yg sa-
ma. Penyebaran kemuliaan Allah ke seluruh bumi, harus dimengerti
sebagai perluasan Bait Allah - Taman Firdaus (yg dipenuhi kemulia-
an Allah) ke seluruh bumi.
(3) Kej. 3:22-23a memperlihatkan peningkatan berkat bagi Adam
jika dia setia, “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu
dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan
sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon
kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.
kata “memakannya” Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden ...” Sebagian pena-
di Kej. 3:22 ... fsir berkata, jika Adam setia, maka satu saat nanti dia diperbolehkan
“tindakan memakan
makan buah pohon kehidupan. Tapi penafsir lain berkata, sejak se-
yg efektif ... jaminan
hidup untuk
mula Adam bebas makan buah pohoh kehidupan (Kej. 2:16-17).
se-lama2- Apapaun tafsirannya, kata “memakannya” di Kej. 3:22 bisa dije-
nya laskan dengan istilah “tindakan memakan yg efektif.” Satu tindakan
yg menghasilkan efek yg tak akan berubah lagi (hidup kekal), sama
seperti tindakan efektif memakan buah dari pohon pengetahuan
baik dan jahat (Kej. 3:6). Ayat ini berbicara tentang jaminan hidup
untuk se-lama2-nya jika dia makan buah pohon kehidupan. Adam
diusir dari Taman Firdaus sehingga kehilangan peningkatan berkat
dalam bentuk hidup kekal.
(G.K. Beale 2011: 33-39)

4.1.2 Kemungkinan Peningkatan Berkat Lainnya

Ada beberapa peningkatan berkat lain, yg tidak terlalu terlihat di Kej.


1-3.
(1) Pertama, jika Adam mengalahkan kuasa jahat di perbatasan
jika Taman Firdaus, dia akan mengalami “istirahat” eskatologis untuk se-
Adam
lama2-nya. Tentu saja referensi istirahat Sabat untuk umat manusia
mengalahkan
kuasa jahat di tak terlihat di Kej. 1-3, tapi bisa ditafsir seperti ini karena bebera-
perbatasan Taman pa pertimbangan. Allah memasuki masa “istirahat” (sbt) di hari ke-7,
Firdaus, dia akan setelah mengalahkan chaos dan menempatkan keteraturan (Kej.
mengalami
“istirahat”
2:2). Adam sendiri “dibuat beristirahat” (yannihehu) di Taman
eskatologis untuk Firdaus (Kej. 2:15). Dunia yg diciptakan Allah, dan Taman Firdaus
se-lama2-nya. tempat Adam tinggal, bisa dianggap sebagai Bait Allah, walaupun
tidak dicipta un- tuk kekekalan, karena peningkatan berkat belum
terjadi. Adam baru mengalami istirahat awal (inaugurated) belum
mengalami istirahat pe-
nuh (consummated). Maksud dari Kej. 2:3 adalah Adam harus mera-
yakan Sabat setiap hari ke-7, sebagai tanda bagi istirahat kekal eska-
tologis di masa yg akan datang.
Keabsahan hari Sabat sebagai tatanan ciptaan bagi manusia
terli- hat dari pemakaian Kej. 2:2-3 sebagai dasar peraturan tak
boleh be- kerja di hari Sabat bagi bangsa Israel (Kel. 20:8-11).
Karena Adam adalah gambar Allah, dia harus berhenti bekerja,
karena Allah juga berhenti dari pekerjaanNya. Seperti Allah yg
mendapatkan istirahat sorgawi setelah mengalahkan chaos dan telah
selesai membangun Ba- it Allah pertama, demikian pula Adam
akan mendapatkan istirahat tanpa akhir setelah mengalahkan
musuh (ular) dan godaan dosa dan memperluas perbatasan Taman
Firdaus sampai menjangkau seluruh bumi. Analoginya adalah Daud,
yg tidak bisa membangun Bait Allah, walaupun telah mengalahkan
musuh di luar perbatasan, karena ada musuh di dalam, yg baru
dikalahkan setelah kematiannya. Jadi, Sa- lomo bisa membangun
Bait Allah, karena seluruh musuh, baik di dalam maupun di luar
Israel, telah ditaklukan untuk beberapa ma- sa. Pada saat ini
dikatakan, Allah menemukan perhentian di Ruang Mahakudus,
karena semua musuh di dunia, yaitu musuh Israel, telah dikalahkan.
Teks ANE juga memperlihatkan pola penaklukan musuh
menghasilkan “istirahat,” yg ditandai dengan pembangunan kuil.
Apakah ada kemungkinan istirahat yg melibatkan keamanan total,
bukan saja dari musuh di luar, tapi dari potensi kejahatan internal?
Adam memiliki potensi untuk berdosa, apakah satu saat nanti, po-
tensi ini bisa hilang? Apakah jika Adam terus menerus tidak
berdosa, dia bisa memiliki istirahat penuh? Jika di setiap momen
ada kemung- kinan berdosa, yg merusak Adam dan seluruh umat
manusia, ba- gaimana hal ini bisa dikatakan sebagai istirahat sejati?
Pertanyaan ini bisa dijawab secara psikologis, walaupun Adam
memiliki potensi ber- dosa, dia tidak sadar akan hal ini, sehingga
bisa mengalami istirahat psikologis. Jawaban ini tak memuaskan,
karena Firman Allah tentang potensi kematian, membuat Adam
sadar akan bahaya ini. Dia tidak bisa mengalami istirahat penuh di
tengah ancaman hukuman kemati- an yg bisa datang se-waktu2. Jiwa
Adam harus menjadi tak mungkin berdosa, sebelum dia bisa
mengalami istirahat yg sejati.
(2) Hal yg sama berlaku untuk tubuhnya: jika dia bisa berdosa ma-
ka hukuman yg diterima bukan saja rohani, tapi juga kematian
tubuh. Karena itu tidak ada istirahat sejati bagi tubuhnya, tanpa
penghilang- an bahaya kematian. Tujuan akhir tubuh Adam adalah
perlindungan permanen (mungkin dalam bentuk transformasi
menjadi tubuh ke- muliaan).
(3) Perluasan dari perlindungan permanen Adam dari kematian
adalah bumi akan terlindung untuk se-lama 2-nya (2 Bar. 44:12; 74:2–4;
2 En. [J] 65:6–11; Why. 21:1–22:5). Karena Adam tidak akan mengala-
mi istirahat penuh jika tempat tinggalnya terancam musnah.
(4) Relasi pernikahan Adam dan Hawa dan seluruh keturunannya, Relasi pernikahan
Adam dan Hawa
dan seluruh
keturunannya,
tampaknya hanya
bayang2 dari relasi
eskatologis antara
Allah dan
mempelai umatNya
tampaknya hanya bayang2 dari relasi eskatologis antara Allah
dan mempelai umatNya (Yes. 54:1–6; 62:2–5; Ef. 5:29–32). Dari
semula Allah merancang agar pernikahan ini nantinya digantikan
dengan relasi yg lebih baik antara Allah dan seluruh umatNya (di
masa ini pernikahan tak perlu menghasilkan keturunan, juga tidak
melibatkan hubungan seksual; Mat. 22:30).
(5) Maksud dari ketelanjangan Adam dan Hawa di Kej. 2 memper-
lihatkan kebutuhan akan pakaian. Pemberian pakaian adalah bagian
dari peningkatan berkat. Mereka meraihnya dengan cara yg salah di
waktu yg salah. Mereka membuat sendiri pakaian yg buruk (Kej. 3:7),
tapi sesudahnya Allah memberikan pakaian, sebuah pemulihan awal
(Kej. 3:21). Pakaian yg ke-2 ini, menjadi simbol bagi warisan kekal yg
akan diterima di akhir zaman, pakaian kerajaan yg jauh lebih mulia,
ketika mereka selesai menjalankan mandat untuk memerintah seba-
gai raja atas seluruh bumi.
Kondisi sebelum kejatuhan manusia bisa disebut “permulaan pen-
ciptaan pertama” dan peningkatan kondisi di masa yg akan
datang sebagai penggenapan “eskatologis” tahap akhir berkat.
Perjalanan waktu menuju peningkatan kondisi ini adalah waktu
penentuan apa- kah Adam taat atau tidak taat. Peningkatan kondisi
memperlihatkan Adam memiliki relasi perjanjian dengan Allah.
Allah memulai rela- si ini, dengan memberikan perintahNya (Kej.
2:16-17). Kewajiban ini adalah bagian dari mandat yg diberikan
kepada Adam di Kej. 1:28, “taklukkanlah” dan “kuasailah” ciptaan
di dalam proses “beranakcu- culah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi.” Mandat untuk mena- klukkan dan mengusai, mencakup juga
tugas untuk menjaga Taman Firdaus dari musuh yg mengancam
kesejahteraannya. Dari Kej. 2:16- 17 dan 3:22, terlihat Adam akan
menerima hidup kekal yg tak akan hilang jika Adam sempurna
dalam iman dan ketaatan, dan dia akan mati jika tak setia / tidak
taat. Pengenalan akan peningkatan berkat adalah argumen terbaik
ketidakmunculan tentang keberadaan perjanjian Allah - manu- sia.
kata “perjanjian” Konsekuensinya, ketidakmunculan kata “perjanjian” di Kej. 2-3,
di Kej. 2-3, bukan
bukti ketiadaan
bukan bukti ketiadaan relasi perjanjian, demikian pula pernikahan
relasi perjanjian Adam dan Hawa, tetap merupakan sebuah “perjanjian,”
walaupun istilah ini tidak muncul di sini. Unsur utama perjanjian
ditemukan di narasi Kej. 1-3: (1) Kedua belah pihak disebutkan
namanya; (2) syarat ketaatan disebutkan; (3) dicantumkan ancaman
kutukan bagi pelang- garan; (4) implikasi berkat yg jelas bagi
ketaatan. Di sini memang tidak disebutkan Adam setuju dengan
perjanjian ini, tapi di kisah Nuh, juga hanya Allah yg secara
eksplisit membuat perjanjian.
(G.K. Beale 2011: 39-43)
4.1.3 Pewarisan Mandat Adam kepada Keturunannya

Beberapa penafsir memperhatikan pewarisan mandat Adam


kepada Nuh, Abraham, dan keturunannya. Mandat ini dirumuskan
kembali di setiap generasi:
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Ber-
anakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah ... (Kej. 1:28)
Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman
ke- pada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta
penuhilah bumi ... beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak
terbilang jumlahmu di atas bumi, ... (Kej. 9:1-7)
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan mem-
berkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan
men- jadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu se-
mua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:2-3) Mandat yg sama
Mandat yg sama terus diulang bagi nenek moyang dan bangsa Isra- terus diulang bagi
nenek moyang dan
el dan kepada Israel eskatologis. Seperti Adam, Nuh dan anak2 -
bangsa Israel dan
nya tidak berhasil melaksanakan mandat ini. Allah memeberikan kepada Israel
esensi mandat Kej. 1:28 kepada Abraham (Kej. 12:2; 17:2, 6, 8, 16; eskatologis.
22:18),
Ishak (Kej. 26:3–4, 24), Yakub (Kej. 28:3–4, 14; 35:11–12; 48:3, 15–
16),
dan Israel (Ul. 7:13; Kej. 47:27; Kel. 1:7; Mz. 107:38; Yes. 51:2).
Allah menempatkan Adam di Taman Firdaus, Allah juga
menempatkan Abraham di tanah subur. Allah memberikan
mandat dengan cakup- an global dengan penekanan berkat bagi
segala bangsa. Abraham, seperti Nuh, adalah tokoh Adam yg ke-
2. Permulaan penggenapan mandat ini terjadi di bangsa Israel di
Mesir:
Maka diamlah Israel di tanah Mesir, di tanah Gosyen, dan mereka
menjadi penduduk di situ. Mereka beranak cucu dan sangat bertambah
banyak (Kej. 47:27)
Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka
bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu
dipenuhi mereka Kel. 1:7)
Tapi setelah peristiwa pemberontakan bangsa Israel di Mesir
dan pembuatan patung lembu emas, jelas janji ini tidak akan
digenapi di generasi pertama Israel, karena mereka tidak taat
kepada mandat ini. Tapi Musa berdoa syafaat, agar Allah
menggenapi janji ini (Kel. 32:13). Sehingga Allah berjanji untuk
menggenapi mandat di masa yg akan datang:
... sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik
pusa- ka, ... Apabila TUHAN, Allahmu, memberkati engkau, seperti
yang dijanjikan-Nya kepadamu ... engkau akan menguasai banyak
bangsa ... (Ul. 15:4,6; bdk. Im. 26:9; Ul. 7:13; Ul. 28:11-12; Ul. 30:16; 2
Sam. 7:29)
Janji ini diulang kepada individu2 di sepanjang sejarah, sebagai
permulaan penggenapannya:
Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: "Kiranya Engkau
mem- berkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan
kiranya
tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapeta-
ka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!" Dan Allah
Tapi berulangnya mengabulk- an permintaannya itu (1 Taw. 4:10; bdk. 1 Taw. 17:9–11,
kejatuhan manusia 27; Mz. 8:5–8;
ke dalam dosa, 107:37–38; Yes. 51:2–3).
dengan jelas Tapi berulangnya kejatuhan manusia ke dalam dosa, dengan jelas
memperlihatkan
bahwa mereka hanya memperlihatkan bahwa mereka hanya memenuhi sebagian mandat
memenuhi sebagian ini. Pada akhirnya mereka gagal seperti Adam. Karena itu ada pe-
mandat ini. ngulangan janji bahwa Israel eskatologis dan raja mereka yg akan
berhasil melaksanakan mandat yg diberikan kepada Adam:
“Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau mem-
buat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah
Kauletakk- an di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi
sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara
dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan” (Mz. 8:6-
9).
“... tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang
seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya
itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya
kekuasaan dan ke- muliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang
dari segala bang- sa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya ia- lah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan
lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah”
(Dan.7:13-14; bdk. Mz. 72:8, 17, 19; Yes. 51:2–3; Yes. 54:1–3; Yer.
3:16, 18; Yer. 23:3; Yhz. 36:9–12;
Hos. 1:10).
Ada catatan menarik dari komunitas Qumran, mereka percaya diri
mereka adalah penggenapan janji akhir zaman ini. Di 4Q418 frg.
81 (= 4Q423 8 + 24?), Allah menjadi “bagian warisanmu di antara
anak2 Adam, [dan sebagai] warisannya dia memberi mereka
kuasa” (baris 3). Jadi anggota komunitas Qumran adalah “anak2
Adam” yg sejati yg menerima kuasa Allah atas “warisan.” Mereka yg
“mewarisi bumi” akan “berjalan” di “kebun kekal” (baris 13-14),
tampaknya berbicara tentang seluruh bumi sebagai Taman Firdaus
yg diperluas. Mereka “akan memenuhi [bumi] dan ... menjadi
puas dengan berlimpahnya barang” (baris 19). Sampai sejauh ini,
penjelasan komunitas ini me- rupakan gema dari Kej. 1:26, 28, yg
mulai digenapi di komunitas ini. Mereka diperintahkan untuk
“menghormati” Allah dengan “mengu- duskan diri bagiNya, sesuai
dengan fakta bahwa Dia telah menem- patkanmu sebagai Ruang
Mahakudus [atas seluruh] bumi” (baris 4, bdk. 1QH a XIV:12–19;
XVI:20–22]). Tersebar di sepanjang teks adalah perintah: “berjalanlah
terus menerus di dalam kesetiaan kepadaNya” (baris 6) dan “kasihi
Dia” (baris 8).
Demikian pula Sib. Or. 5:414–416 menegaskan hal yg sama, “Telah
datang dari sorga orang yg diberkati dengan tongkat di
tangannya, yg diberikan Allah kepadanya: dan dia memenangkan
kuasa atas se- muanya.” Demikian pula Ishak memberikan berkat
kepada Yakub di Jub. 22:13: “Kiranya Allah Yang Mahatinggi
memberikan mu semua berkat yg diberikan kepadaku, seperti
kepada Nuh dan Adam; kira- nya mereka diam di atas benih
kudusmu dari generasi ke generasi untuk selamanya” (demikian
pula Jub. 19:27).
Jelas terlihat, setelah hancurnya Yerusalem di tahun 70, dan
hancur- nya komunitas Qumran di zaman itu, baik Qumran maupun
Israel, bukan pemenuhan mandat eskatologis Adam.
(G.K. Beale 2011: 46-52)

4.1.4 Perbedaan Mandat Adam dan Mandat yg Diwariskannya

Setelah kejatuhan
Walaupun ada kemiripan antara mandat awal di Kej. 1 (yg Adam, mandat ini
diulang bagi Nuh) dan mandat yg diberikan kepada Abraham dan diperluas menjadi
benih Is- rael, tetap ada perbedaannya. Sebelum kejatuhannya, berkuasa atas orang
pelaksanaan mandat Adam “taklukkanlah” dan “kuasailah” yg belum bertobat,
yg melawan mereka.
mencakup mengolah bumi dan menguasai binatang di bumi,
termasuk “ular,” si jahat, yg ada di luar Taman. Setelah kejatuhan
Adam, mandat ini diperluas menjadi berkuasa atas orang yg belum
bertobat, yg melawan mereka. Jadi ada pemakaian istilah “menguasai
gerbang musuh mereka,” dan “menaklukkan negri” (perhatikan
kata “takluk” di Bil. 32:22 adalah
kata yg sama (kbs) dengan “taklukanlah” di Kej. 1:28). Jadi petobat baru ini
Di pengulangan mandat bagi nenek moyang Israel, disebutkan “se- “diberkati” dengan
mua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” oleh kehadiran Allah dan
menjadi bagian dari
“keturunan” Abraham, memperlihatkan pembaharuan komunitas Kerajaan Allah yg
manusia yg me- nyandang gambar Allah dan “memenuhi bumi” terus diperluas.
dengan keturunan yg juga menyandang gambar Allah dan
memancarkan terang ilahi ke- pada komunitas lain di “kota
manusia” yg tidak melawan, sehingga juga mencerminkan Allah.
Jadi petobat baru ini “diberkati” dengan kehadiran Allah dan
menjadi bagian dari Kerajaan Allah yg terus di- perluas.
“Taklukanlah” dan “kuasailah” dari Kej. 1:28, sekarang men- cakup
juga penaklukan rohani pengaruh jahat di hati manusia yg be- lum
bertobat, yg bertambah banyak memenuhi bumi. Implikasinya,
“betambah banyak” dari Kej. 1:28, sekarang mencakup orang yg ber-
paling dari jalan hidup lama dan lahir kembali menjadi penyandang
kehadiran Allah yg mulia dan berpartisipasi dalam peluasan mandat
Kej. 1:26-28.
Keturunan Abraham adalah umat manusia yg diperbaharui. Mere-
ka menyandang gambar Allah dan “memenuhi bumi” dengan anak 2
yg juga menyandang gambar ini, dan menjadi pelita yg bercahaya
ba- gi orang2 disekitarnya yg ada di kegelapan rohani. Merela adalah
alat di tangan Allah untuk memancarkan terang kehadiranNya di
kege- lapan hati manusia, supaya mereka juga menjadi bagian dari
perluas-
an terang kehadiran Allah dan KerajaanNya. Ini adalah pelaksanaan
peran menjadi “saksi” Allaah ke seluruh bumi.
Pengulangan istilah “Kemah Kesaksian” dan “Tabut Kesaksian”
menunjukan Israel harus menerima “kesaksian” Allah akan kehadi-
ranNya, dan menjadi saksi bagi kehadiran Allah yg menyelamatkan,
dengan memproklamasikan “kesaksian” Allah di hukumNya dan pe-
ngulangan tindakan penyelamatan Israel. Selain itu bangsa Israel
ha- rus “bersaksi” dengan mentaati hukum. Semuanya menjadi
kesaksi- an bagi kebenaran tentang kehadiran Allah.
Allah memberi perintah kepada bangsa Israel, setelah
pemulihan, mereka harus menjadi “saksi” bagi “pengetahuan” dan
“kepercaya- an” bahwa hanya ada satu Allah yg benar. Mereka
bersaksi bahwa Allah telah menyatakan kuasa ilahi dalam
pembebasan Israel yg ke- 2x-nya dari perbudakan dan Keluaran yg
ke-2x-nya ke Tanah Perjan- jian (Yes. 43:10–12; 44:6–8). Di pelbagai
tempat ada implikasi bahwa Israel harus menjadi saksi bagi
bangsa2 (Yes. 43:9), hal ini menjadi es- kplisit di Yes. 55:4, ketika
Allah berkata bahwa Daud “menjadi saksi
bagi bangsa-bangsa,” tugas yg ditujukan juga bagi Israel. Raja Israel
adalah pemimpin dari “kesaksian” ini. Israel mendapat tugas untuk
“memanggil” bangsa2 kembali kepada Allah (Yes. 55:5). Supaya tu-
gas ini bisa terlaksana, sebelumnya Israel mendapat perintah “Cari-
Perbedaan lain lah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia
... pengulangan dekat!” (Yes. 55:6).
mandat ... dalam
Perbedaan lain adalah Kej. 1:28 dan Kej. 9:1, 6-7 hanya berupa
bentuk janji ...
Implikasinya, umat perintah, sedangkan pengulangan mandat bagi nenek moyang
manusia tak mampu Isra- el diberikan dalam bentuk janji. Pengulangan perintah
melaksanakan dirumuskan kembali menjadi janji. Implikasinya, umat manusia
mandat ini tak mampu me- laksanakan mandat ini dengan kekuatan sendiri,
dengan kekuatan
sendiri tapi Allah berjanji untuk memampukan mereka.
Tapi di tengah janji ini tetap ada perintah. Misalnya, “Akulah Allah
Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku ak-
an mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan
membuat engkau sangat banyak” (Kej. 17:1-2), “Dari pihakmu,
eng- kau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu
turun- temurun” (Kej. 17:10).
Perintah yg terjalin di dalam janji juga diberikan kepada Israel,
“Bersorak-sorailah, hai si mandul yang tidak pernah melahirkan! ...
Sebab yang ditinggalkan suaminya akan mempunyai lebih banyak
anak dari pada yang bersuami ... Lapangkanlah tempat kemahmu, dan
bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya;
panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-
patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, ke-
turunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan men-
Janji Allah “Aku diami kota-kota yang sunyi” (Yes. 54:1-3).
menyertai engkau” Janji Allah “Aku menyertai engkau” (Kej. 26:24) tidak diberikan ke-
... baru muncul di
janji kepada Ishak pada Adam atau Nuh, dan baru muncul di janji kepada Ishak, Yakub
(Kej. 28:15), dan Musa (Kel. 3:12). Kehadiran Allah
memungkinkan mereka melaksanakan mandat yg diberikanNya.
Sebagai respon ak- an kehadiran Allah, bangsa Israel harus “hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah,
ketetapan dan peraturan- Nya,” supaya bisa menjalankan mandat
Adam, “hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN,
Allahmu, di negeri ke mana eng- kau masuk untuk mendudukinya”
(Ul. 30:16). Pada akhirnya Allah ak- an “menyunat” hati mereka
sehingga mereka bisa mengasihi dan taat kepadaNya, tetap tinggal
di kehadiranNya, dan mewarisi janji dan benar2 “hidup” (Ul. 30:5–
6, 16).
Formula yg sama diulang bagi Salomo. Daud berkata kepada anak-
nya, “TUHAN kiranya menyertai engkau, sehingga engkau berhasil men-
dirikan rumah TUHAN, Allahmu, seperti yang difirmankan-Nya meng-
enai engkau. Hanya, TUHAN kiranya memberikan kepadamu akal
budi dan pengertian dan membuat engkau menjadi pemegang perin-
tah atas Israel, supaya engkau memelihara Taurat TUHAN, Allahmu”
(1 Taw. 22:11-12).
Allah memberikan formula yg sama ketika memberikan tugas
ke- pada Yeremia untuk menjadi “nabi bagi bangsa-bangsa" (Yer.
1:5) “untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
me- runtuhkan, untuk membangun dan menanam” (Yer. 1:10; bdk.
Yer. 1:8, 19). Allah memberikan formula yg sama bagi bangsa
Israel keti- ka menjelaskan alasan dikumpulkannya kembali Israel
dari pembu- angan dan pemulihan tugas sebagai “saksi” bagi
bangsa2 dalam jan- ji “ciptaan baru” (Yes. 43:5-21). Janji
“penyertaan Allah” merupakan aplikasi dari Kej. 1:28.
Tentu saja kemampuan Adam untuk taat berasal dari penyertaan
Allah atas dirinya (“bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan
dalam taman,” Kej. 3:8). Tapi tidak ada janji akan penyertaan Allah
ba- gi Adam. Allah menarik penyertaanNya kepada Adam. Akibat
dosa, Adam diusir dari Bait tempat kehadiran Allah yg mulia,
sehingga tak mampu melaksanakan mandat ilahi ini.
Demikian pula ketaatan Israel di “Taman Firdaus”-nya kepada per-
aturan Bait Allah adalah bagian dari pelaksanaan pembaharuan man-
dat sebagai bangsa Adam. Bait Allah dan Tanah Perjanjian secara eks-
plisit dibandingkan dengan Taman Firdaus (Yes. 51:3; Yhz. 36:35; Yoel
2:3; bdk. Kej. 13:10; Yhz. 47:12) dan digambarkan sangat subur seper-
ti Taman Firdaus dalam skala yg lebih besar. Mandat untuk
mengu- asai alam semesta (Kej. 1:26-28), pertama dinyatakan di
dalam peran Adam di Taman Firdaus, sekarang diberikan kepada
Israel, sebagai bangsa Adam.
Mandat ini dinyatakan dengan baik di Kel. 19:6, “Kamu akan
men- jadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” Mereka
menjadi
perantara yg memancarkan terang kehadiran Allah di Kemah Suci
kepada dunia yg gelap. Hal ini bergema di Qumran, “KuasaKu di-
nyatakan atas anak2 dunia ... Aku akan bersinar 7x lipat di Firdaus.
Kau telah diciptakan untuk kemuliaanNya” (1QH a XV:23–24, di Bait
Jadi janji penyertaan Allah ada pelita bercabang 7, sebuah gambaran “bersinar 7x lipat”).
Allah ... Israel berdosa dan dibuang dari hadirat Allah dan dari Tanah Per-
tidak digenapi di
janjian. Di saat yg bersamaan, Allah menarik kehadiranNya di
Abraham dan
keturunan Ba- it Allah (Yhz. 9:3; 10:4, 18–19; 11:22–23). Di tahun 70, ketika
biologisnya ... Roma menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah, kehadiran Allah
atau di Bait Allah, telah la- ma meninggalkan Bait Allah. Jadi janji penyertaan Allah yg
tapi masih memam- pukan pelaksanaan Mandat Kej. 1:26-28, tidak digenapi di
dinantikan
penggenapannya Abraham dan keturunan biologisnya, tidak juga di Israel atau di
Bait Allah, tapi masih dinantikan penggenapannya di masa yg akan
datang.
Seperti Adam “bersembunyi ... terhadap TUHAN Allah” (Kej. 3:8),
sehingga gagal melaksanakan misinya, Nuh dan Israel, wakil
umat manusia, juga memisahkan diri dari hadirat Allah dan gagal
melaksa- nakan misi mereka. Nuh mendapat mandat sebagai benih
baru, Israel dan benihnya gagal sama seperti Adam. Nuh dan Israel
dibuang da- ri Taman Firdaus seperti Adam. Pola ini diulang 2x di
sejarah Israel, pertama terjadi di Mesir, dan kedua di Babel.
Walaupun sisa2 Israel kembali dari Babel, kegagalannya terus
berlanjut sampai ke abad 1.
(G.K. Beale 2011: 52-57)

4.2 pe N GU l ANG AN pe N G h A k I m A N kosm IS DA N pe N CI pt AAN


Kerajaan BA r U DI pl
ciptaan baru
merupakan hal Kerajaan ciptaan baru merupakan hal penting di alur cerita. Pola
penting di alur
cerita.
penghakiman adalah: (1) chaos kosmis diikuti (2) ciptaan baru, (3)
mandat kerajaan kemuliaan ilahi, (4) kejatuhan dalam dosa, dan
(5) pembuangan; pola ini menjadi komponen utama sejarah
keselamatan. Di bawah diberikan tabel (4.1, 4.2, dan 4.3) yg
memperlihatkan pola ini, tentu saja ini adalah penyederhanaan, yg
harus dijelaskan lagi. Pola PB disertakan di sini, tapi
Permulaan sejarah pembahasannya diberikan di pasal2 akhir.
di Kej. 1-3 dan akhir
sejarah di Why. 21, Permulaan sejarah di Kej. 1-3 dan akhir sejarah di Why. 21,
adalah awal dan ada- lah awal dan akhir sejarah dunia menurut kanon. Richard
akhir sejarah dunia Hooker (Of the Laws of Ecclesiastical Politie[1593]) berkata, “Apakah
menurut kanon.
ada hal yg benar2 dimengerti, atau dinilai dengan seksama, sebelum
peneyebab pertama dan prinsip awal menjadi nyata?” Pelbagai kitab
PL dan se-
jarah setelah air bah bisa dimengerti sebagai kelanjutan dari Kej. 1-3,
berhubungan dengan pasal2 pertama Alkitab.
Terlebih lagi, berdasarkan presuposisi bahwa seluruh kanon
ada- lah database dari wahyu Allah, awal dan akhir Alkitab (Kej.
1-3 dan Why. 21) menjadi penafsir bagi semua hal yg diapit mereka.
Artinya, bahan Alkitab di antara 2 kutub harus dibaca di dalam
terang asal usulnya di Kej. 1-3 dan juga di tujuan akhirnya di
Wahyu. Konseku- ensinya, berdasarkan bukti yg luas, seluruh kanon
Alkitab berakar di Kej. 1-3 dan bergerak ke tujuan akhirnya di
Why. 21. Setiap siklus di dalam kanon harus dilihat dalam terang
siklus sebelumnya dan
4.2 pe NG U l ANGA N pe NG h A k I m AN kosm IS DA N pe NCI pt AA N BA r U DI pl 55

chaos pertama di bumi dan air


penciptaan pertama
mandat pertama: Adam sebagai raja bagi kemuliaan Allah
dosa pertama Adam
penghakiman Adam pertama dan pembuangan

Tabel 4.1: Permulaan Sejarah sebagai Penciptaan Pertama Kerajaan di Kej.


1-3

sesudahnya. Cara tafsir ini sesusai dengan presuposisi Alkitab


ditu- lis oleh 1 penulis ilahi, yg dengan sengaja menyebabkan setiap
siklus memakai model siklus awal di Kej. 1, dan menempatkan setiap
siklus
untuk saling menafsir satu sama lain. Pola siklus
Pola siklus memperlihatkan gerakan Kerajaan Allah mengikuti ti- memperlihatkan
tik kritis menurut sudut pandang manusia di pelbagai tahap sejarah gerakan Kerajaan
Allah mengikuti
PL, menuju ke penggenapan eskatologis. Tapi kondisi tahap akhir titik kritis menurut
yg tak akan berubah lagi, tidak terjadi karena dosa. Selain itu, patut sudut pandang
diingat chaos di penciptaan pertama diselesaikan Allah yg menem- manusia di pelbagai
patkan tatanan ciptaan. Di tahap berikutnya, penghakiman air bah, tahap sejarah PL,
menuju ke
wabah Mesir, dan hancurnya Tanah Perjanjian yg menjadi kosong, penggenapan
bisa dimengerti sebagai pengulangan chaos yg semula ini yg redup eskatologis.
seiring dengan datangnya ciptaan baru. Tatanan ini bukan sekedar
mengatur alam semesta, tapi juga tatanan pribadi dan masyarakat.
Kegagalan umat Allah untuk menjalankan mandat Adam, menjadi
tipologi bagi ciptaan baru berikutnya, ketika Adam eskatologis
akhir- nya bisa melakukan mandat yg seharusnya dikerjakan Adam.
Di sini tidak diberikan topik tunggal sebagai kunci Teologi PL, tapi
alur cerita tempat topik2 utama PL terjalin ke dalam narasi.
Walau- pun pendekatan hermeneutik narasi bagi literatur Alkitab
baru men- jadi populer sekarang, ahli Teologi Reform Belanda telah
menggunak- an istilah “kisah sejarah-keselamatan” dari
“penciptaan-kejatuhan- pemulihan.” Patut diingat pula bahwa
pengakuan iman kuno memi- liki alur penciptaan, kejatuhan,
penebusan, dan penggenapan. Bela- kangan ini pola “dosa-
pembuangan-pemulihan” Israel diajukan seba- gai kerangka Teologi
Biblika, struktur 6 babak drama Alkitab dengan tema utama
Kerajaan: (1) pendirian kerajaan; (2) pemberontakan; (3) raja memilih
Israel - interlude: kisah kerajaan menantikan babak akhir di masa
antar perjanjian - (4) datangnya sang raja; (5) berita tentang misi
sang raja; (6) kembalinya sang raja.
Karena itu G.K. Beale memberikan rumus alur cerita PL: “Perjan-
jian Lama adalah kisah tentang Allah, secara progresif menciptakan
Kerajaan Baru dari chaos atas orang berdosa dengan Firman dan
Roh- Nya melalui janji, covenant, penebusan, menghasilkan mandat
global untuk setia memperluas Kerajaan dan penghakiman orang yg
tak setia bagi kemuliaanNya.” Bukan “pusat” Teologi PL, tapi alur
cerita
chaos bumi chaos chaos chaos chaos
dan air di perbudakan pembuangan penghancuran penindasan
air bah dan wabah di generasi ke-2 dan dan
Mesir di padang pembuangan penghancuran
gurun Israel Israel sebagai
kelanjutan
pembuangan
ciptaan Keluaran dan Keluaran dan Keluaran dan Keluaran dan
baru ciptaan baru ciptaan baru ciptaan baru ciptaan baru
yg melewati yg melewati S. yg kembali di hidup,
Laut Merah Yordan dari Babel kematian, dan
kebangkitan
Kristus
Mandat Mandat Israel Mandat Israel Janji mandat Mandat
Nuh sebagai sebagai Israel sebagaai Kristus
sebagai bangsa Adam bangsa Adam Adam sebagai Israel
Adam baru baru bagi baru bagi eskatologis eskatologis
bagi kemuliaan kemuliaan bagi atau Anak
kemuliaan ilahi ilahi kemuliaan Manusia
ilahi (pengulangan) ilahi (Adam) bagi
kemuliaan
ilahi
Dosa Dosa Israel Pengulangan Dosa yg Kristus
Adam baru (bangsa dosa Israel membuat sebagai Israel
Adam) di dari Hakim2 Israel eskatologis
patung lembu sampai kehilangan dan Adam
emas dan di pembuangan peran terakhir
padang gurun ke Babel eskatologis melawan dosa
Penghakiman Penghakiman Penghakiman Penghakiman Kelanjutan
seluruh dan dan dan pembuangan
bumi pembuangan pembuangan kelanjutan umat Allah di
generasi ke Babel pembuangan dunia walau
pertama di walau Israel sudah
padang gurun telah kembali memulai
pemulihan
rohani

Tabel 4.2: Siklus Eskatologi Awal di Sejarah Alkitab


chaos penghancuran terakhir langit dan bumi
ciptaan baru terakhir
misi baru terakhir umat Allah sebagai bangsa Adam
perlawanan dosa terakhir oleh orang2 kudus
pembebasan terakhir orang2 kudus dari pembuangan

Tabel 4.3: Akhir Sejarah sebagai Penggenapan Eskatologis di Wahyu 21

utama Alkitab, disusun dengan alur 2 cerita kecil yg disatukan ke


alur cerita utama.
Kerajaan ciptaan baru dan misi perluasannya merupakan batu
lon- catan bagi kemuliaan ilahi. Karena itu pembagian klasik kisah
Alki- tab sebagai ciptaan, kejatuhan, penebusan, dan penggenapan,
lebih baik direvisi di 2 bagian terakhir sebagai penebusan melalui
ciptaan baru dan penggenapan di ciptaan baru ini. Jadi kisah Alkitab
dalam rumus ini dimulai dengan ciptaan dan diakhiri dengan
pemulihan ciptaan. Tahap akhir alur cerita, “bagi kemuliaanNya,”
adalah sasar- an yg harus dijelaskan. Peran Adam sebagai raja
penyandang gambar Allah, memiliki tujuan akhir menyatakan
gambar Allah di seluruh bumi - yaitu kemuliaanNya. Mandat Nuh
sebagai Adam ke-2 yg me- nyandang gambar Allah (Kej. 9:6-7) juga
memiliki tujuan akhir yg sama. Setiap peristiwa sejarah
keselamatan utama juga memiliki tu- juan akhir kemuliaan Allah.

1. Pembebasan Israel dari Mesir menghasilkan kehadiran kemu-


liaan Allah di Kemah Suci yg ada di tengah bangsa ini (Kel.
40:34–38).

2. Permulaan Kerajaan Israel yg berdosa juga memuliakan


“nama- Nya yang besar” (1 Sam. 12:22).

3. Tahap akhir penaklukan Kanaan (2 Sam. 7:1–11), peneguhan


Kerajaan Israel (2 Sam. 7:12–16), dan pembangnan Bait Allah
(2 Sam. 7:13, 27) bertujuan membuat “nama-Mu akan menja-
di besar untuk selama-lamanya” (2 Sam. 7:26; dengan referensi
khusus Bait Allah lihat 1 Raja 8:10–13, 41–45).

4. Pembuangan Israel dan janji pemulihan terjadi demi nama


dan kemuliaan Allah (cf. Yes. 48:11 dalam konteks 48:5–19).

5. Pembangunan Yerusalem dan Bait Allah untuk kemuliaan


Allah (Hag. 1:8; 2:7–9; Zakh. 2:5, 8–11).
tujuan akhir
Konsekuensinya, tujuan akhir pelbagai episode penting sejarah-
pelbagai episode
keselamatan di sepanjan Alkitab adalah kemuliaan Allah. Semua penting
per- istiwa ini bergerak menuju ke peristiwa akhir sejarah, ketika sejarah-keselamatan
Allah melakukan penghakiman akhir, menggenapi penebusan, dan di sepanjan Alkitab
adalah kemuliaan
bendi- rikan ciptaan baru yg kekal. Di saat ini penyertaan
Allah
kemuliaan Allah
akan masuk ke setiap bagian langit dan bumi baru, dan semuanya
akan memuliakan Dia karena sifat2Nya yg mulia, yg dinyatakan di
akhir zaman.
(G.K. Beale 2011: 58-63)

4.3 pe NG U l AN GA N pe N G h A r A pAN r A JA A DA m BA r U DI S epAN -


JAN G pl

Di sini hanya diberikan sketsa raja Adam di ciptaan baru sebagai


jalinan penting kisah PL.

4.3.1 Pentateuch

Ayat yg paling sering dipakai tentang mandat Adam adalah Kej. 1:28.
Pewarisan pengharapan ini menjadi alur cerita penting di sepanjang
kitab Kejadian. Walaupun ada perlawanan dari luar dan
ketidakta- atan benih yg setia, tetap ada pengharapan bahwa di
Keluaran masa yg akan datang benih Adam akan berhasil melaksanakan
menceritakan mandat di Kej. 1:28. Selanjutnya kitab Pentateuch memperlihatkan
Allah yg membawa
generasi pertama Is- rael yg tidak setia. Keluaran menceritakan
Israel keluar dari
Mesir supaya Allah yg membawa Isra- el keluar dari Mesir supaya mereka
mereka menjadi menjadi “kerajaan imam” (Kel. 19:6), dan di Sinai Israel
“kerajaan imam” mendapatkan hukum sebagai syarat bagi mandat Adam, yg segera
(Kel. 19:6) dilanggar Israel dengan penyembahan ber- hala. Tujuan kitab
Keluaran adalah kemuliaan Allah hadir di Kemah Suci di tengah
bangsa ini. Tujuan ini tercapai, tapi tidak sempurna, karena Musa
harus mengenakan cadar yg menutupi wajahnya, su- paya
kemuliaan ilahi yg dipancarkan wajahnya tidak menghantam
mayoritas bangsa yg keras hati ini. Walaupun tujuan sudah tercapai
di kitab Keluaran, Imamat menjelaskan hukum yg harus
dijalankan Israel supaya tahir dan bisa mendekat ke Kemah Suci
yg dipenuhi kehadiran Allah, sehingga mereka layak disebut
“kerajaan imam.” Bilangan menjelaskan pelbagai rintangan yg
harus ditaklukan Israel untuk mencapai Tanah Perjanjian, sehingga
Israel bisa berfungsi se- bagai bangsa Adam di Taman Firdaus
baru. Ulangan ditulis untuk generasi ke-2 yg memiliki kewajiban yg
sama dengan generasi perta- ma. Generasi ke-2 inilah yg akan masuk
ke Tanah Perjanjian, Firdaus baru, yg berlimpah susu dan madu.
Mereka adalah bangsa Adam yg
diberikan mandat Adam di Taman Firdaus baru.
(G.K. Beale 2011: 64)

4.3.2 Yosua, Hakim, dan Rut

Kitab Yosua menceritakan generasi ke-2 Israel yg masuk dan memi-


liki Tanah Perjanjian. Kepemilikan dan penghakiman terjadi karena
ketaatan dan ketidaktaatan. Walaupun disinggung janji Allah kepada
4.3 pe NG U l ANGA N pe NG h A r A pA N r AJA A DA m BA r U DI S ep ANJANG pl 59

nenek moyang, peristiwa di kitab Yosua adalah adalah perkembang-


an dari Kej. 1:28 tentang penaklukan dan penguasaan bumi.
Israel mengalami Keluaran skala kecil (Yos. 3) dan terus menakluk-
an penduduk Kanaan. Berulang kali dicatat, “Dan TUHAN
mengaru- niakan kepada mereka keamanan ke segala penjuru [dari
musuh]” (21:44; 3:1), “Dari segala yang baik yang dijanjikan TUHAN
kepada kaum Israel, tidak ada yang tidak dipenuhi; semuanya terpenuhi”
(21:45 [cf. 23:14–15]). Tapi ini hanya awal dari penggenapan,
musuh masih diam di negri ini (23:12–16). Karena itu Yosua
memberi peringatan jika mereka ti- dak setia maka “murka
TUHAN akan bangkit terhadap kamu, sehingga kamu segera binasa dari
negeri yang baik, yang telah diberikan-Nya kepada-
mu” (23:16). Penggenapan tidak
Penggenapan tidak pernah mencapai tahap akhir eskatologis, pernah mencapai
kare- na ketidaktaatan bangsa ini, dimulai dengan dosa Akhan dan tahap akhir
eskatologis, karena
kega- galan Israel mengusir musuh. ketidaktaatan bangsa
Kitab Hakim memperlihatkan, dosa yg sudah dimulai di kitab Yo- ini, dimulai dengan
sua menjadi tak terkendali. Kitab ini memberikan pola siklus Israel: dosa Akhan ...
(1) dosa, (2) penghakiman oleh bangsa lain, dan (3) pembebasan
me- lalui Hakim yg diangkat Allah.
Kitab Rut memberikan potret pribadi tentang kehidupan di
zaman ini, terjadi siklus kelaparan, pembuangan, dan berkat. Di
tengah si- klus ini, garis keturunan Raja Daud tetap bertahan. Allah
mengawasi jalannya sejarah, sehingga rancanganNya bagi Kerajaan
Daud terjadi (Rut 4).
(G.K. Beale 2011: 64-65)

4.3.3 Berdirinya Kerajaan Israel dalam hubunganNya dengan Kej. 1-3 (1


& 2 Samuel dan 1 Raja2)
Kerajaan bukan hal
Kitab 1 Samuel adalah transisi antara Hakim2 (terakhir Samuel) dan yg jahat (Ul.
Kerajaan Israel. Kerajaan bukan hal yg jahat (Ul. 17:14-20), karena 17:14-20), karena
rancangan semula
rancangan semula Allah adalah Adam yg menjadi raja atas
Allah adalah Adam
ciptaan. Raja pertama, Saul, tidak taat seperti Adam. Kerajaannya yg menjadi raja atas
diambil dan diberikan kepada Daud. Mula2 Daud taat, dengan ciptaan.
menantikan saat Allah mengangkatnya di saat yg tepat, walaupun
berulang kali dia memiliki kesempatan untuk membunuh Saul.
Sayang, Daud yg terlihat memberi pengharapan, ternyata tidak
sukses. Perzinahan dengan Batsyeba dan pembunuhan Uria, menjadi
tanda awal keruntuhannya, dimulai dengan pemberontakan Absalon.
Walaupun demikian Daud memperoleh kembali Kerajaannya,
anak- nya Salomo dinobatkan untuk menggantikan posisi Daud.
Kerajaan mencapai puncaknya di zaman Salomo, yg berhasil
membangun Bait Allah dan memperluas wilayahnya (1 Raja 3-10;
2 Taw. 1-9). Sukses Salomo ditulis sebagai gema Kej. 1:26-28.
(1) Salomo digambarkan sebagai Raja yg memiliki hikmat seper-
ti Adam. “Hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan
melebihi segala hikmat orang Mesir” (1 Raja 4:30, 34; 14x di 1
Raja 2-11). Ayub 15:7-8 menjelaskan hikmat Adam, “Apakah engkau
dila- hirkan sebagai manusia yang pertama, atau dijadikan lebih
dahulu da- ri pada bukit-bukit? Apakah engkau turut
mendengarkan di dalam musyawarah Allah [seperti Adam] dan
meraih hikmat bagi dirimu?” Yhz. 28:12-13 menjelaskan hikmat
diperoleh di Taman Firdaus, “ ... Gambar dari kesempurnaan
Salomo digambarkan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden ...”
sebagai Raja yg Second Enoch[J] 30:11–12 menuliskan kembali Kej. 1:26, 28 menjadi,
memiliki hikmat
“Dan di atas bumi Aku menempatkan Adam menjadi malaikan ke-
seperti Adam.
2, penuh hormat dan kemuliaan. Saya menetapkannya menjadi raja,
untuk memerintah bumi, dan memiliki hikmatKu” Yudaiseme awal
mensejajarkan hikmat Adam dan pemerintahan Salomo.
Pengertian Yudaisme ini berdasarkan tafsir Kej. 1-3. “Pohon penge-
tahuan [membedakan] tentang yang baik dan yang jahat itu” (Kej.
2:17) dihubungkan dengan hikmat, didukung dengan pernyataan eks-
plisit “pohon itu menarik hati karena memberi pengertian” (Kej. 3:6;
bdk. 3:5, 22). Hikmat dihubungkan dengan Adam dan Hawa di Tam-
an Firdaus. Hikmat Salomo mirip hikmat Adam karena Salomo meng-
erti cara kerja ciptaan: “bagaimana dunia diciptakan, cara kerja unsur2
... pergerakan matahari, perubahan musim ... posisi bintang; sifat2 ma-
khluk hidup ... keganasan angin ... keragaman tumbuhan, dan fungsi
akar; semua hal yg tersembunyi atau terlihat” (Wis. 7:17–21).
(2) Hikmat Saolomo dihubungkan dengan pengetahuan tentang “
... pohon aras ... sampai kepada hisop ...” (1 Raja 4:33),
merupakan gema dari pengetahuan Adam tentang Taman Firdaus.
Dua pasal ke- mudian dikatakan Salomo membangun Bait Allah (1
Raja 6:2, 9, 12, 14), dan berulang kali disebutkan Salomo
membangun bagian2 -nya, “... berukirkan buah labu dan bunga
mengembang ...” (1 Raja 6:18), “... ia mengukir gambar kerub,
pohon korma dan bunga mengem- bang ...” (1 Raja 6:29; bdk. 6:31–
35).
Kemungkinan besar ukiran tumbuhan dibuat sebagai gambaran
Taman Firdaus. Banyak unsur Bait Allah yg dibangun Salomo
men- cerminkan Taman Firdaus. Misalnya, gambaran taman dalam
ben- tuk “buah delima” dan “bunga bakung” di tiang Bait Allah
(1 Raja 7:18–19, 22), dan “laut” yg dibentuk “seperti bunga
bakung” (1 Ra- ja 7:24–26), ukiran “kerub, singa dan pohon korma”
di ke-10 tempat membasuh (1 Raja 7:36), dan “kembang” di ke-10
pelita (1 Raja 7:49). Pengetahuan Salomo tentang tumbuhan
diterapkan juga di luar Bait Allah. Dia adalah ahli perkebunan:
dia membuat “banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara”
(1 Raja 10:27), “menanami
... kebun-kebun anggur ... dan taman-taman ... dengan rupa-rupa po-
hon buah-buahan; ... kolam-kolam untuk mengairi dari situ tanaman
pohon-pohon muda” (Pengkotbah 2:4-6). Di masa pemerintahannya
semua orang Israel “diam dengan tenteram, masing-masing di ba-
wah pohon anggur dan pohon aranya” (1 Raja 4:25), mencerminkan
keamanan di Taman Firdaus.
(3) Salomo berdoa meminta “hati yang faham menimbang perka-
ra untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara
yang baik dan yang jahat” (1 Kings 3:9 [cf. 3:28]) gema dari “pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat” (Kej. 3:9) yg buah-
nya tak boleh dimakan Adam dan Hawa (Kej. 2:17; 3:5, 22). Pohon
ini berfungsi sebagai pohon penghakiman, tempat Adam bisa
membe- dakan baik dan jahat, sehingga dia seharusnya bisa
menghakimi ular sebagai si jahat, dan memberikan vonis ketika ular
masuk ke Taman Firdaus.
(4) Salomo mirip Adam, karena dia menjadi raja terbesar di Israel
(1 Raja 4:21, 24; cf. 1:47), melebih raja2 dunia (1 Raja 4:34; 10:23),
gema dari “... supaya mereka berkuasa ... atas seluruh bumi ” (Kej.
1:26). “Maka Salomo berkuasa atas segala kerajaan mulai dari
sungai Efrat sampai negeri orang Filistin dan sampai ke tapal batas
Mesir.” (1 Raja 4:21). Di zaman ini janji Allah kepada Abraham
digenapi, “Orang Yehuda dan orang Israel jumlahnya seperti pasir di
tepi laut” (1 Raja 4:20; bdk. Kej. 1:28; Kej. 15:5; 22:17).
(5) Salomo menjalankan fungsi imam, seperti Adam yg menjadi Raja-
Imam. Dia memerintahkan para imam untuk membawa Tabut
Perjanjian ke dalam Bait Allah yg baru (1 Raja 8:1–6), memberkati
seluruh Israel di halaman Bait Allah (1 Raja 8:14, 55), dan berdoa
“di depan mezbah TUHAN” (1 Raja 8:22–54) bagi seluruh bangsa
Israel, mewakili mereka sebagai perantara (2 Taw. 6:13, 21–42). Doa
dipanjatkan agar Dia sebagai raja, dan Israel sebagai bangsa, menjadi
perantara seperti imam (Kel. 19:6), “supaya segala bangsa di bumi
tahu, bahwa Tuhanlah Allah, dan tidak ada yang lain” (1 Raja 8:60). Sejarah berlanjut
Di akhir narasi tentang puncak kejayaan Israel di bawah peme- dengan kejatuhan
Salomo dan bangsa
rintahan Salomo, 1 Raja 8:56 berkata, “segala yang baik, yang telah
Israel.
dijanjikan-Nya dengan perantaraan Musa, hamba-Nya, tidak ada satupun
yang tidak dipenuhi.” Tapi ini bukan penggenapan penuh dari janji
Allah. Sejarah berlanjut dengan kejatuhan Salomo dan bangsa Israel.
Belum terjadinya penggenapan penuh dimulai dengan sebuah tanda,
“mereka yang masih tinggal di negeri itu dari keturunan bangsa-bangsa itu
dan yang tidak dapat ditumpas oleh orang Israel” (1 Raja 9:21). Solomo
hanya sebuah prototype bagi raja eskatologis sejati yg akan datang di
kemudian hari (bdk Mat. 12:42, “sesungguhnya yang ada di sini
lebih dari pada Salomo”).
(G.K. Beale 2011: 65-73)

4.3.4 Kehancuran Kerajaan Israel (1 & 2 Raja2)

1 Raja 11 - 2 Raja merupakan narasi kehancuran Kerajaan Israel. Dosa


Salomo mengawali narasi ini. Kejatuhan Salomo mungkin dimulai se-
jak pasal 10, ketika disebutkan banyaknya perak, emas, dan kuda, yg
berlawanan dengan gambaran raja ideal di Ul. 17. Selanjutnya, kera-
jaan terbelah dua menjadi Kerajaan Utara dan Kerajaan Selatan, dan
keberdosaan raja2 selanjutnya yg mendapat hukuman. Munculnya ra-
ja yg benar di zaman ini adalah pengecualian bukan hal yg umum.
(G.K. Beale 2011: 73)

4.3.5 Literatur Hikmat dan Kerajaan dan Ciptaan Baru

Literatur hikmat sesuai dengan paradigma Salomo adalah raja ide-


al seperti Adam. Kebanyakan Amsal dianggap berasal dari Salomo,
meningkatkan statusnya sebagai orang bijak di tradisi Adam. Orang
lain juga menulis sebagian kitab Amsal, mereka adalah bagian dari
bangsa Israel yg berfungsi sebagai bangsa Adam yg bijak.
Kidung Agung juga dianggap sebagai tulisan Salomo (Kidung 1:1;
3:7–11). Gambaran kitab ini tentang pernikahan sesuai dengan
per- nikahan ideal Adam dan Hawa di Taman Firdaus sebagai
raja dan ratu atas seluruh bumi. Hiperbola gambaran taman dan
gema Kej. 1- 3 memberikan sudut pandang yg menarik di kitab ini.
Contoh gema Kej. 1-3 antara lain: “Kepunyaan kekasihku aku,
kepadaku gairah- nya tertuju” (Kidung 7:10) merupakan
pembalikan kutukan di Kej. 3:16 “namun engkau akan berahi
kepada suamimu” (bdk. Kej. 4:7); “angin senja berembus” (Kidung
2:17 = Kej. 3:8); “sumber air hidup, yang mengalir dari gunung”
(Kidung 4:15 = Kej. 2:10; Yhz. 28:13–14; 40:2; 47:1–12); tubh raja
dipenuhi permata (Kidung 5:14-15 = Yhz. 28:13), tampaknya
merupakan penjelasan tentang Adam (LXX meng- identifikasi Adam
secara eksplisit di Yhz. 28:14). Gambaran taman bisa dihubungkan
dengan kasih dan kesuburan musim semi, seperti di literatur ANE,
tapi penulis juga bisa menghubungkannya dengan kasih di pasangan
pertama di Taman Firdaus.
Kitab Pengkotbah merenungkan kenyataan di bumi, yg sering mem-
buat orang benar tidak berhasil melaksanakan mandat Adam, dan se-
baliknya orang berdosa berhasil mendapat ganjaran yg baik, sehingga
hidup makmur. Situasi ini adalah “sia2 ,” hasil dari kejatuhan
manu- sia ke dalam dosa (bdk. 3:20; 12:7 dan Kej. 3:19). Walaupun
“Allah telah menjadikan manusia yang jujur,” karena kejatuhan
mereka ke dalam dosa maka ke-sia2 -an masuk ke dalam dunia
(bdk. 7:29 dan Kej. 1:27). Salomo digambarkan sebagai orang yg
paling bijak dan raja terbesar di zamannya, tapi tetap
kesimpulannya adalah hikmat raja pada akhirnya sia2 (1:16–18;
2:9–11). Kejatuhan manusia dalam dosa telah menggagalkan usaha
raja untuk memenuhi mandat manu- sia pertama di Taman Firdaus.
Walaupun demikian, kitab ini meng- akui bahwa pekerjaan,
makanan, dan pernikahan adalah pemberian Allah yg baik yg bisa
dinikmati di tengah ke-sia2 -an hidup (2:24–25; 5:18–20; 8:15–9:1;
9:9). Kitab ini juga mengakui bahwa Allah berku- asa atas setiap
peristiwa yg terjadi (tak peduli baik atau buruk dari sudut
pandang manusia), dan pada akhirnya pengharapan diletakan
Berbahagialah orang ... yang kesukaannya ialah semua
Taurat TUHAN
Berbahagialah orang
(Mz. yang berlindung pada-Nya! (Mz.
1:1-2)
2:12c)
Tabel 4.4: Inclusio / pagar yg memperlihatkan kesatuan Mz. 1-2

kepada upah bagi orang yg akan Tuhan dan penghakiman bagi orang
tidak takut kepadaNya (3:1–18; 12:11–14).
Ayub dan Pengkotbah adalah polemik terhadap hikmat konven-
sional tentang cara kerja alam semesta: berlawanan dengan penda-
pat umum bahwa penderitaan selalu merupakan hukuman atas
dosa, rancangan Allah yg berdaulat bisa memberikan penderitaan
untuk alasan lain, seperti ujian bagi orang benar untuk
memperlihatkan bahwa orang benar akan tetap percaya kepada
Allah bahkan keti- ka mereka tidak menerima berkat. Kitab Ayub
bertanya bagaimana manusia bisa tahu cara kerja alam semesta
sama seperti yg Allah ketahui? Hal ini memperlihatkan
keterbatasan hikmat manusia bila dibandingkan dengan hikmat
Allah (Job 36:24–42:6).
Biasanya di kitab2 hikmat tidak ada tema sejarah-keselamatan, ka-
rena kitab2 ini merenungkan tatanan ciptaan, yg hidup dan yg tidak.
Manusia harus mendapatkan hikmat untuk mengerti tatanan ini, su-
paya bisa hidup harmonis dengan tatanan alam semesta.
Tapi Mazmur adalah sebuah pengecualian. Kitab ini berbicara ten-
tang keselamatan dan penghakiman di sejarah keselamatan Israel,
maupun di masa depan eskatologis. Kitab ini dibagi menjadi 5
ba- gian (Mz. 1–41; 42–72; 73–89; 90–106; 107–150). Ada penekanan
tema di awal dan akhir tiap bagian, sebuah petunjuk bagi tema
keseluruh- an Mazmur.
Kebanyakan awal dan akhir bagian berbicara tentang
pemerintah- an Allah melalui raja Israel. Mz. 1-2 bisa dilihat sebagai
pendahuluan bagi seluruh kitab. Walaupun topik ke-2 mazmur ini
beda, ada para- llel di antara keduanya. Mz. 1 berbicara tentang
relasi individu dan Allah dan Mz. 2 berbicara rancangan sejarah-
keselamatan Allah, yai- tu mengangkat “anak-Nya” sebagai raja atas
seluruh bumi, keduanya ditutup dengan penghakiman (1:6b, 2:12).
Tabel 4.4 memperlihatkan parallel bahasa ke-2 mazmur ini.
Mz. 2 diakhiri dengan isi yg sama dengan awal Mz. 1,
merupak- an inclusio (pagar) menjadi pendahuluan bagi
keseluruhan mazmur, fokus kepada berkat bagi orang benar. Hal ini
diperkuat dengan pa- rallel lainnya: Orang yg “berjalan menurut
nasihat orang fasik” (1:1b) mengikuti “jalan ... menuju kebinasaan”
(1:6b) dan orang yg menen- tang “anak” akan “binasa di jalan”
(2:12b). Orang yg “berdiri di jalan orang berdosa” dan “duduk dalam
kumpulan pencemooh” (1:1) bisa diidentifikasi sebagai “raja-raja
dunia” yg “bersiap-siap ... bermufa- kat bersama-sama melawan
TUHAN dan yang diurapi-Nya” (2:2). Orang saleh “merenungkan
Taurat itu siang dan malam” (1:2b), seba-
liknya orang fasik “mereka-reka perkara yang sia-sia” (2:1b).
Orang benar “kesukaannya ialah Taurat TUHAN” (1:2a),
sedangkan orang
fasik memberontak kepada hukum Tuhan, seperti “memutuskan belenggu-
belenggu mereka dan membuang tali-tali” (2:3). Kondisi orang fasik
dalam hukuman: seperti “seperti sekam” (1:4) dan dipecahkan seper-
ti “tembikar tukang periuk” (2:9b).
Mz. 1 berhubungan dengan Mz.2, fokus kepada sejarah-keselamatan,
terutama pemerintahan raja Israel eskatologis atas seluruh ciptaan
dan penghakiman kepada musuh di akhir zaman. Pemerintahan ra-
ja Israel eskatologis adalah detak jantung dari seluruh Mazmur, dan
tingkah laku individu berhubungan erat dengan tema kosmis ini.
(G.K. Beale 2011: 73-81)

4.3.6 Nabi Besar dan Kerajaan dan Ciptaan Baru

Nabi2 besar (Yesaya, Yeremia, dan Yehezkiel) fokus kepada dosa Is-
rael (terutama penyembahan berhala), karena itu diberikan nubuat
pembuangan bangsa Israel. Kitab Ratapan meratapi kehancuran Ye-
rusalem karena pembuangan, ratapan sedih ini bercampur dengan
doa meminta belas kasihan Tuhan. Baik Yes. 40-66 dan Yhz. 36-48
menubuatkan pembebasan Israel dari pembuangan dan pemulihan
menuju ciptaan baru, walaupun tema ini sudah muncul di awal ki-
tab.
Pengharapan ciptaan baru paling eksplisit muncul di kitab
Yesa- ya. Kembalinya Israel dari pembuangan dinubuatkan sebagai
zaman eskatologis, ketika kondisi ciptaan baru muncul di bumi.
Nubuat ten- tang ciptaan baru di akhir zaman (Yes. 43:18–19; 65:17;
66:22) terjalin ke dalam tema besar Kitab Penghiburan (Yes. 40-55)
yg menjelaskan pemulihan Israel sebagai ciptaan baru.
Tema ini dilanjutkan di Yes. 57:15–19;129 60:15–22; 65:17–25; 66:19–24.
Karya Roh Kudus di akhir zaman menjadi pendahuluan dari 2 peri-
kop (Yes. 42:1; 44:3), melanjutkan tema ciptaan baru oleh Roh di Yes.
32:15–18. Tindakan Allah ini juga dijelaskan sebagai “penebusan” Is-
rael (Yes. 44:1–8; 44:24–45:7; 54:1–10), dan Keluaran baru (Yes. 40:3–11;
41:17–20; 44:24–28; 51:1–13; 52:7–10; also 43:16–21). Ada hubungan an-
tara “Roh” dan “buah,” sebagai bagian dari ciptaan baru, gema dari
ciptaan pertama, “Roh” adalah agen penciptaan, termasuk pohon yg
menghasilkan buah (Kej. 1:11-12, 29).
Yes. 5:13 memuat janji Allah yg akan membuat tanah Israel
seper- ti “taman Eden ... taman TUHAN” (bdk. Yhz. 36:35; 47:1–
12). Tema utama Yes. 1-39 merupakan antisipasi bagian akhir kitab
ini: Yahweh yg kudus menghakimi umat manusia yg tidak kudus
(termasuk Isra- el) untuk menegakkan keadilan, memurnikan sisa2
(ke pembuangan dan kembali), dan mendirikan kembali Kerajaan
Daud.
(G.K. Beale 2011: 81-82)
4.3.7 Nabi Kecil, Daniel, Ezra–Nehemiah dan Kerajaan dan Ciptaan Baru

Hosea mencatat ketidak setiaan Israel kepada Allah, sebaliknya Allah


tetap setia kepada janjiNya kepada nenek moyang Israel (Hos. 1:10),
karena itu baik Kerajaan Utara maupun Kerajaan Selatan akan di-
pulihkan di masa yg akan datang, digambarkan dengan memakai
bahasa ciptaan baru (2:14–23; 6:1–3; 14:4–8). Amos mencatat pengha-
kiman atas musuh2 Israel dan juga penghakiman atas Israel
karena mereka tidak lebih baik. Di akhir kitab ada secercah
pengharapan: musuh ditaklukan, Kerajaan Daud dipulihkan, bangsa
Israel kembali ke tanah yg dipulihkan seperti Taman (9:11–15). Mikha
mirip dengan Amos, tapi bangsa2 lain ditebus (4:1–8; 5; 7). Zefanya
menjalin peng- hakiman dan pemulihan. Yoel fokus kepada
penghakiman Israel di masa depan yg dekat (1:1–2:17), kemudian
berkat Allah dan peng- hakiman bangsa2 (2:18–3:21). Yoel juga
bernubuat berkat eskatologis Israel seperti kondisi Taman Firdaus
(cf. 2:3 dan 3:18–20). Obaja ber- nubuat tentang penghakiman Edom
dan pembebasan Israel. Nahum melakukan hal yg sama kepada
Niniwe dan Israel. Habakuk bernu- buat tentang penghakiman
Yehuda oleh Babel, dan mendesak untuk percaya kepada Allah di
tengah penghakiman semacam ini. Yunus menegaskan tugas nabi
untuk beraksi tentang Allah kepada bangsa2 lain, walaupun nabi
berontak, tugas ini tetap terlaksana karena belas kasihan Allah.
Daniel 2, 7-12 bernubuat tentang bangkitnya Kerajaan Musuh dan
pemulihan Israel ke Tanah Perjanjian dan Kerajaan Israel yg
mena- klukan seluruh bumi di akhir zaman. Baik Daniel 2 dan 7
merupak- an gema dari Kej. 1-2. Gambaran Babel di Dan. 2 mirip
dengan Kej. 1:26-29, pasangan dari Kerajaan Israel akhir zaman yg
dipimpin Anak Manusia, tokoh Adam akhir zaman (“anak Adam”),
yg menjadi raja atas binatang dan umat manusia. Binatang yg
muncul dari laut (cha- os) adalah pembalikan ciptaan, awal dari
ciptaan baru yg diperintah oleh Anak Manusia (Dan. 7:13–14) dan
orang kudusNya (Dan. 7:18, 22, 27).
Kitab Ezra adalah narasi awal pembangunan kembali Bait
Allah, dan kitab Nehemia tentang awal pembangunan kembali
Yerusalem. Hagai menasihati orang yg kembali dari pembuangan
untuk mene- ruskan pembangunan kembali Bait Allah, dan
berjanji Allah akan menyertai mereka di alam pembangunan ini.
Selain itu, Allah ak- an mengalahkan musuh. Terlihat jelas,
walaupun bangsa Israel su- dah kembali dari pembuangan, janji
pemulihan (Bait Allah yg lebih agung dan penaklukan musuh
Israel) belum digenapi. Zakh. 1-6 ju- ga meminta pemimpin Israel
untuk meneruskan pembangunan Bait Allah, dan bernubuat bahwa
Allah akan membangun Bait Allah me- lalui pemimpin masa depan,
dan kehadiranNya akan memancar dari Bait Allah dan menutupi
Yerusalem, dan bahkan sampai seluruh ne- gri (Zakh. 14:20-21). Tapi
ketidaktaatan bangsa yg kembali dari pem-
buangan, mencegah digenapinya nubuat ini di zaman mereka (Zakh.
6:15-7:14). Zakharia bernubuat akan tiba waktunya hal ini
digenapi: Israel kembali dari pembuanga, bertobat dan mendapat
keselamat- an, Messias datang, bertobatnya bangsa2 , dan
dikalahkannya musuh (Zakh. 8, 9-14). Pemulihan di masa yg akan
datang ditandai dengan kesuburan yg luar biasa (Zakh. 3:10; 8:12;
9:17; 14:4–11).
Maleakhi berkata walaupun Allah berbelaskasihan memilih Isra-
el, bukan Edom (1:1-5), respon Israel atas nasihat untuk setia adalah
negatif. Imam memberikan kurban yg tidak tahir (1:6-14) dan me-
langgar perjanjian imam Lewi (2:1-13), seperti imam Lewi melanggar
perjanjian nikah dengan istri mereka (2:14-17). Akibatnya, Allah akan
datang ke BaitNya untuk memurnikan Bait dan imam yg melayani di
dalamnya (3:1-4). Jika Israel bertobat, Allah akan kembali memberka-
ti bangsa ini di kemudian hari (3:5-18). Penghakiman akan
datang, tapi orang yg setia akan luput dari penghakiman (4:1-6).
(G.K. Beale 2011: 81-85)
A L U R C E R I TA E S K AT O L O G I P L
5
Pasal sebelumnya menelusuri tema utama Kej. 1-3 di sepanjang
PL. Pada dasarnya tema ini bersifat eskatologis. Pasal ini akan
membahas lebih lanjut makna teologi yg berhubungan dengan
tujuan Adam.
Adam ditempatkan di Taman Firdaus sebagai Raja-Imam yg
men- cerminkan kemuliaan Allah, ini adalah awal dari proses yg baru
akan selesai di eskatologi. Kondisi ciptaan Kej. 1-2 adalah sub-
eskatologis, atau benih yg akan berkembang di eskatologi. Di satu
sisi, di cipta- an pertama, manusia harus tetap setia dan taat kepada
Allah sampai penggenapan eskatologis tiba. Di sisi lain, setelah
kejatuhan manu- sia, maka prosesnya berubah menjadi eskatologi-
penebusan, terdiri dari pemulihan dari dosa dan penggengapan
eskatologis. Pemulih- an dari dosa sering digambarkan sebagai
pemulihan Taman Firdaus dan ciptaan baru, sebuah pengertian
eskatologis (misalnya Yes. 65:17; 66:22; Why. 21:1–22:5). Pemulihan
bukan sekedar kembali ke kondisi
sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, tapi merupakan awal
(inau- guration) peningkatan kondisi ke dalam kekekalan.
Berdasarkan pe- ngertian ini, kita bisa berkata eskatologi
mendahului soteriologi, tapi setelah kejatuhan manusia, eskatologi
adalah pemulihan dari dosa diikuti penggenapan (consummation)
ciptaan baru yg kekal.
Walaupun istilah kondisi “semieschatological” / “inaugurated escha-
tological” bagi Taman Firdaus sebelum kejatuhan manusia, tidak di-
sukai, istilah ini bisa menjelaskan penggenapan eskatologi yg Allah
lakukan: peningkatan kondisi dan berkat dari keadaan sebelum
keja- tuhan manusia menuju keadaan tak bisa rusak permanen. Jadi
berkat yg diberikan kepada Adam dan Hawa adalah “eschatological
potential,” yg akan ditingkatkan menjadi berkat permanen. Allah
meletakkan gambar dan rupa laten (tersembunyi) yg harus menjadi
aktual (di- nyatakan). Awal kehidupan mereka, dalam keadaan tanpa
dosa tapi bisa berdosa, harus mendapat konfirmasi di hidup kekal.
Awal ke- rajaan Adam, yg mencerminkan kemuliaan Allah, harus
mengalami “kemajuan eskatologis di Kerajaan Kemuliaan.” Hal yg
sama berlaku untuk lingkungan di Taman Firdaus. Tujuan tatanan
Perjanjian Tam- an Firdaus adalah penyempurnaan eskatologis di
dalam berkat yg
lebih besar. protology ...
Bisa dikatakan protology memiliki presuposisi eschatology, sebuah
permulaan memiliki implikasi sebuah titik akhir. Karena 67
ketidakseti- aan, Adam dan Hawa tidak pernah mencapai titik akhir.
Di Alkitab, pemulihan merupakan peningkatan kondisi ke Taman
Firdaus sebe- lum kejatuhan manusia, bisa disebut “inaugurated
eschatological,” dan penggenapan akhirnya adalah “consummated
eschatology.” Pemulihan
presuposisi eschatology, ... pemulihan ... bisa disebut “inaugurated
eschatological,” dan penggenapan akhirnya adalah “consummated eschatology.”
68 AlUr cer I t A esk A tolo GI pl

terjadi ketika ciptaan lama dihancurkan dan ciptaan baru ditegakkan.


Menurut sudut pandang ini, keadaan awal Adam dan Hawa menjadi
prototype peningkatan kondisi ciptaan baru yg berulang kali muncul
di sepanjang sejarah PL. Setiap episode tidak berhasil mencapai ti-
tik akhir eskatologis, episode2 ini kembali menjadi prototype episode
berikutnya. Kegagalan Adam dan ciptaan baru sesudahnya
PL itu sendiri sudah menjadi bayang2 tipologis bagi keberhasilan Kristus (Rom. 5:14; 1
menjadi
Kor. 15:45). Ada yg memberi definisi sempit eskatologi: “waktu
kondisi
“inaugurated berakhirnya dunia ... penggenapan proses sejarah di peristiwa yg
eschatology” / terletak di lu- ar cakupan sejarah dunia.” Sebaliknya, eskatologi
“semieschatological” PL fokus kepada diskontinuitas kondisi antara jalan sejarah yg
penuh dosa dan tran- sformasi radikal umat (yg diampuni dan
dicipta baru), masyarakat (Israel yg dipulihkan dan dipimpin Mesias
di Zion), dan alam semes- ta (ciptaan baru). Ini definisi yg lebih
berguna, eskatologi bukan se- kedar kondisi masa depan, tapi PL itu
sendiri sudah menjadi kondisi “inaugurated eschatology” /
“semieschatological” yg menunggu pengge-
napannya di masa yg akan datang.
Di pasal sebelumnya telah dibahas diskontinuitas ini:

1. Kemenangan atas si jahat.

2. Keamaanan atas kemungkinan berdosa.

3. Perlindungan atas kerusakan tubuh.

4. Perlindungan atas kerusakan lingkungan.

5. Pernikahan diganti dengan relasi yg lebih baik dengan Allah di


kekekalan.

Pasal ini akan membahas aspek penting eskatologi PL, tapi fokus ke-
pada pengharapan ahir zaman, terutama di istilah “hari 2 terakhir”
dan pelbagai sinonimnya. Tujuannya untuk melihat bagaimana isti-
lah ini disinggung dan dikembangkan di Yudaisme dan PB. Ada hu-
bungan antar teks tentang istilah ini di PL.
Ayat yg relevan diteliti dari sudut pandang penulis PB, karena hal
inilah yg menjadi perhatian buku ini.
(G.K. Beale 2011: 88-92)

5.1 h A r I 2 ter A kh I r DI pl

5.1.1 Kejadian 49:1


2
“hari terakhir”
muncul ... untuk Istilah “hari2 terakhir” muncul secara eksplisit untuk pertama ka-
pertama kalinya di
linya di Kej. 49:1, ketika Yakub bernubuat tentang masa depan ke-
Kej. 49:1 ... tentang
masa depan ke-12 12 anak dan keturunannya, “Datanglah berkumpul, supaya kuberita-
anak hukan kepadamu, apa yang akan kamu alami di kemudian hari
dan [be’aharit hayyamim].” Sebagian besar nubuat ini bukan eskatologi
keturunanny
a
eksplisit, ha- nya berupa penjelasan masa depan suku2 Israel. Nubuat
digenapi di
pelbagai tahap sejarah PL. Karena itu diterjemahkan menjadi “di ke-
mudian hari” (LAI), karena itu ada yg berpendapat nubuat ini tak
ada hubungannya dengan eskatologi.
Alur cerita Kejadian & Keluaran harus diingat untuk mendapatkan
makna dari “hari2 terakhir”: (1) Adam dan Hawa, dalam keadaan se-
belum kejatuhan ke dalam dosa, dirancang untuk masuk ke
“akhir” di dalam penggenapan ciptaan baru yg mulia; (2) Nuh
adalah Adam ke-2, keluar dari chaos air bah, mendapat mandat yg
sama, dirancang untuk masuk ke “akhir” di dalam penggenapan
ciptaan baru yg mu- lia; (3) Israel dirancang untuk menjadi bangsa
Adam, keluar dari cha- os tulah Mesir, masuk ke permulaan ciptaan
baru di Keluaran, dan jika Israel taat kepada mandat yg diberikan
Allah maka Israel akan masuk ke perhentian akhir di ciptaan baru
yg mulia. Jadi Kejadian dan Keluaran menggambarkan sejarah
sebagai siklus ciptaan baru, yg tak mencapai tujuan eskatologis
keadaan tak mungkin berdosa la-
gi. Karena itu, ciptaan pertama adalah sebuah proses yg dirancang
untuk mencapai “akhir” dengan ketaatan tokoh ini, yg akan mene-
rima ganjaran hidup di kondisi mulia dan tak mungkin berdosa di
ciptaan baru.
Kej. 49 harus dilihat di dalam kerangka gerakan siklus eskatologi,
sebagai nubuat siklus ke-3 (setelah siklus Adam dan Nuh)
tentang bangsa Israel. Walaupun ucapan Yakub itu samar2 dan
sebagian posi- tif (Kej. 49:13, 19–21, 27), jelas dia bernubuat tentang
kegagalan anak2 dan benihnya dalam pelaksanaan mandat. Di
dalam konteks narasi yg lebih luas, seluruh suku Israel, kecuali
Yehuda, gagal melaksanak- an mandat ini. Sampai satu titik
tertentu di sejarah, mereka ada di dalam proses pemulihan
ciptaan baru dan pemerintahannya yg di- rancang untuk mencapai
klimaks eskatologis. Tapi proses pemulihan ini berhenti ketika dosa
dan penghakiman datang, bahkan pengha-
kiman ini merupakan antisipasi penghakiman akhir zaman. Yehuda yg akan jadi
Tapi satu keturunan Yakub akan melaksanakan mandat untuk mem- pemenang atas
perluas Kerajaan Allah atas seluruh bumi. Di Kej. 49, ada nubuat semua musuhnya
dan dia akan jadi
tentang Yehuda yg akan jadi pemenang atas semua musuhnya pemimpin atas
(8a, 11–12) dan dia akan jadi pemimpin atas suku2 lain di Israel suku2 lain di Israel
(8). Dia gagah perkasa seperti singa (9) dan akan memerintah sampai
semua bangsa tunduk kepadanya (10). Kemenangan bukan sekedar
di per- ang lokal di Kanaan, tapi kemenangan total & tuntas atas
semua mu- suh Israel. Sebuah kemenangan global yg menjadikan
Israel pelaksa-
na mandat Adam untuk berkuasa atas seluruh bumi (Kej. 1:28). Kemenangan ini
Kemenangan ini adalah titik klimaks sejarah yg tak akan adalah titik klimaks
berubah lagi, merupakan puncak eskatologi dari nubuat Yakub. sejarah ... puncak
eskatologi dari
Menurut Kej. 49, Raja yg berasal dari Yehuda akan memimpin nubuat Yakub.
seluruh bangsa, me- lakukan hal yg seharusnya dilakukan Adam
(9-10), terutama tugas untuk mengalahkan musuh eskatologis Iblis,
dan mendapat ganjaran hidup di kondisi ciptaan baru (11-12). Ini
adalah “titik akhir” sejarah, yg menjadi fokus nubuat Yakub.
Penjelasan nasib suku lain terlihat
singkat, tentang peristiwa yg terjadi sebelum klimaks
pemerintahan Yehuda di akhir zaman. Jadi, titik akhir eskatologis
suku lain ada di Yehuda, “Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-
saudaramu, ... ke- padamu akan sujud anak-anak ayahmu” (8). Suku
Dan merupakan con- toh negatif dari hal ini, “Dan menjadi ...
seperti ular beludak di denai yang memagut ... Aku menanti-nantikan
keselamatan yang dari pada-Mu, ya TUHAN.” Dosa Dan membuat
suku lain menantikan keselamatan dari Tuhan. Ke-11 suku lain
menemukan sukses eskatologis di Yehu- da, jadi referensi “hari2
terakhir” berlaku bagi seluruh suku Israel.
Klimaks sejarah ini sesuai dengan definisi eskatologi,
diskontinui- tas kondisi di zaman sebelum dan sesudahnya, dan
kondisi baru ini irreversible (tak akan kembali ke titik awal):
sebelumnya Israel dike- lilingi musuh di sepanjang sejarah, Kej.
49:8-12 mengambarkan se- buah zaman ketika Yehuda akan
mengalahkan semua musuh dan membuat mereka “tunduk.” Ini
adalah pengulangan pola Kej. 1-3, dengan permulaan yg menuju
puncak eskatologis. Menurut BDB pe- ngertian “hari2 terkahir” di
Kej. 49:1 adalah “istilah nubuat tentang periode akhir sejarah
menurut sudut pandang pembicara; pengerti- annya tergantung
konteks, tapi seringkali = mada depan Mesianik.” Pengertian ini
bayangkan makhluk sesuai dengan pendekatan yg dipakai di sini, nubuat menjelaskan
dari planet lain ... pelbagai aspek eschaton (akhir) di pelbagai tahap sejarah keselamatan,
Dari kejauhan dan nubuat bersifat progresif.
planet bumi terlihat
Sebagai ilustrasi, bayangkan makhluk dari planet lain mengenda-
seperti bulatan ...
ketika pesawat rai pesawat ruang angkasa menuju bumi. Dari kejauhan planet bumi
mendekati bumi ... terlihat seperti bulatan yg berwarna campuran putih, biru, hijau dan
Di atas kota New coklat. Mereka melaporkan pemandangan ini ke planet asalnya. Tapi
York mereka bisa ketika pesawat mendekati bumi, detil planet bumi mulai terlihat. Di
melihat ... Laporan
close-up
atas kota New York mereka bisa melihat sungai, hutan, lembah, dan
memberikan terutama kota, bangunan, rumah, jalanan, dll. Mereka melaporkan
gambaran yg juga pemandangan ini. Ke-2 laporan ini adalah “hurufiah.” Laporan
berbeda dengan close-up memberikan gambaran yg berbeda dengan laporan dari ja-
laporan dari
jarak rak jauh. Tapi keduanya adalah laporan hurufiah, melaporkan fakta
jauh. yg sesungguhnya. Nubuat Yakub fokus ke klimaks akhir zaman, ta-
pi ketika sejarah keselamatan berkembang, banyak peristiwa lain yg
berkembang mendahului titik puncak bagi Yehuda ini.
Nubuat Yakub menggambarkan peristiwa2 yg bergerak menuju se-
buah penggenapan akhir, peristiwa2 ini dimasukan sebagai bagian
dari nubuat Yehuda, yg akan terjadi “di hari2 terakhir.” Di kemudian
hari, penulis PL lain memberikan detil tambahan, memperjelas, dan
memperbesar nubuat awal yg padat ini yg akan digenapi di suku2
Israel. Akhirnya, penulis PB memberikan penjelasan tambahan
nubu- at ini di penggenapan oleh Kristus (seperti pesawat ruang
angkasa makhluk asing yg telah tiba di atas kota New York). Itulah
sebabnya, Yakub bisa menyebut nubuatnya adalah tentang “hari2
terakhir.” Fak- tanya, bukan saja nubuat Yakub mulai digenapi di
akhir zaman di “singa dari Yehuda” di PB, tapi juga nasib suku2
Israel digenapi di
“hari2 terakhir.” Jadi bentuk jamak “hari2 terakhir” dalam
pengerti- an tertentu terdiri dari beberapa peristiwa, dan bentuk
tunggal meru- pakan referensi bagi satu titik akhir (misalnya, Ayub
19:25; Yes. 46:10), pembedaan ini juga muncul di PB.
Aspek lain nubuat Yakub adalah tentang Yusuf, walaupun lebih sa-
mar dibandingkan nubuat tentang Yehuda. Di sini diberikan bayang2
gambaran Kej. 1:28 dan Taman Firdaus di Kej. 2. Nubuat Yusuf
dan keturunannya diberikan di Kje. 49:22. 25-26:

Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda,


pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-
dahannya naik mengatasi tembok ... oleh Allah ayahmu
yang akan menolong engkau, dan oleh Allah Yang Maha-
kuasa, yang akan memberkati engkau dengan berkat dari
langit di atas, dengan berkat samudera raya yang letak-
nya di bawah, dengan berkat buah dada dan kandungan.
Berkat ayahmu melebihi berkat gunung-gunung yang se-
jak dahulu, yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang
berabad-abad; semuanya itu akan turun ke atas kepala
Yu- suf, ke atas batu kepala orang yang teristimewa di
antara saudara-saudaranya.

“Yusuf adalah seperti ... pohon buah-buahan yang muda pada mata air,” ge-
ma dari pohon buah2-an di Taman Firdas yg diairi sumber mata
air di tengah taman ini. Kesuburan Taman Firdaus sekarang
diterapk- an kepada produktivitas dan kemakmuran Yusuf dan
keturunannya (pendahulu dari Mz. 1:3). Enam lapis berkat bagi
Yusuf di ayat 25-26 menegaskan kesuburan rahim dan
kemakmuran ini, yg merupakan pengembangan dari berkat di Kej.
1:28:

Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada


mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhi- lah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala bina- tang yang merayap di bumi.

Penggunaan ganda bentuk participle “berbuah” (para) di Kej. 49:22


yg diikuti “berkat” di Kej. 49:25-26 mencerminkan kedekatan “ber-
kat” dan “berbuah” di Kej. 1:28. Bahkan “penuhilah bumi” seka-
rang dinyatakan dalam “Berkat ayahmu [Yakub] melebihi berkat gunung-
gunung yang sejak dahulu [nenek moyang Yakub, mulai dari
Adam], yakni yang paling sedap di bukit-bukit yang berabad-abad.”
Walaupun Adam tidak berhasil mendapatkan penggenapan penuh
berkat akhir zaman, Yusuf akan menerimanya di masa yg akan
datang. Walaupun klimaks akhir zaman tidak sejelas nubuat
Yehuda, nubuat tentang Yusuf berhubungan erat dengan nubuat
Yehuda, keduanya dipenu- hi pola ciptaan baru yg mencapai
puncaknya di eskatologi. Referensi “melebihi berkat ...” adalah kiasan
yg samar tentang puncak berkat yg
... sampai dia datang yang ... Yesus Kristus ... kepada
berhak atasnya, maka segala bangsa untuk
kepadanya akan takluk membimbing mereka kepada
bangsa-bangsa (Kej. 49:10). ketaatan iman

Tabel 5.1:

belum pernah diterima sebelumnya, keadaan akhir yg tak akan


“hari2 terakhir,” beru- bah lagi.
berbicara tentang Konsekuensinya, istilah be’aharit hayyamim di Kej. 49:1 bisa diterje-
perjalanan sejarah
mahkan “hari2 terakhir,” berbicara tentang perjalanan sejarah
Israel
yg menggenapi Israel yg menggenapi mandat Adam di pembaharuan eskatologis
mandat Taman Firdaus. Sejarah Israel ditandai dengan partisipasi suku2 ini
Adam yg tidak berhasil memenuhi mandat Adam, tidak mencapai
di pembaharuan penggenapan es- katologis sampai penguasa “datang yang berhak
eskatologis
Taman atasnya, maka kepada- nya akan takluk bangsa-bangsa” (Kej. 49:10).
Firdaus Suku2 Israel tidak berhasil menggenapi mandat Adam, membuka
peluang bagi penggenapan ti- pologis di akhir zaman. Jadi, “hari2
terakhir” tidak berbicara tentang masa depan umum, tapi berbicara
tentang hasil akhir peristiwa yg akan datang, melibatkan suku2
Israel, yg mengikuti Yehuda.
Tafsir paling awal dari Kej. 49:1 diberikan di Bil. 24:14-19, yg
ber- bicara tentang peristiwa eskatologis, raja Israel menang atas
musuh2 - nya. Makna eskatologis Kej. 49:1 bukan saja diberikan oleh
Yudaisme, tapi juga oleh PB, yg melihat penggenapannya di
kedatangan perta- ma Kristus. Rom. 1:4–5; 16:25–26 merupakan
gema Kej. 49:10 (lihat tabel 5.1)
Demikian pula Why. 5:5, “singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Da-
ud, telah menang,” menerapkan Kej. 49:9 di kebangkitan Yesus, awal
penggenapan (inaugurated) nubuat akhir zaman tentang
kebangkitan akhir.
(G.K. Beale 2011: 92-99)

5.1.2 Bilangan 24:14

Istilah “hari2 terakhir” muncul untuk ke-2x-nya di Bil. 24:14,


“Dan sekarang, aku ini [Bileam] sudah hendak pergi kepada
bangsaku; ma- rilah kuberitahukan kepadamu apa yang akan
dilakukan bangsa itu kepada bangsamu di kemudian hari [be’aharit
hayyamim].” Istilah ini bukan sekeder referensi samar “di kemudian
hari,” tapi merupak- an referensi eskatologis, seperti hubungannya
dengan Kej. 49:1, dan penggunaannnya di kemudian hari baik di
Alkitab maupun di luar Alkitab. Ayat ini adalah gema dari Kej.
49:1:

1. Hampir semua kata Kej. 49:9 muncul di Bil. 24:9, “Ia meniarap
dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina;
siapakah yang berani membangunkannya?”
2. Istilah “tongkat kerajaan” muncul di Kej. 49:10 dan Bil. 24:17.

3. Baik teks Kejadian maupun Bilangan, memberi identifikasi nu-


buat tentang “hari2 terakhir” (bdk. Bil. 24:14).

4. Bil. 24:8, seperti Kej. 49, secara eksplisit menyebut “bangsa 2”


sebagai musuh Israel yg akan dikalahkan.

5. Kej. 49 bernubuat tentang penakluk dari Israel yg dihubungkan


dengan ciptaan baru (ayat 11–12, 22, 25–26), demikian pula Bil.
24 (cf. 7b–9, 5–7a) melakukan hal yg sama. Bilangan 24:5–7a ber-
kata, “Alangkah indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub, dan tempat-
tempat kediamanmu, hai Israel! Sebagai lembah yang membentang
semuanya; sebagai taman di tepi sungai; sebagai pohon gaharu yang
ditanam TUHAN; sebagai pohon aras di tepi air. Air mengalir dari
timbanya, dan benihnya mendapat air banyak-banyak.”

Gambaran yg diberikan Bil. 24:5-8 berhubungan dengna janji


Allah kepada Abraham (bertambah banyaknya “benih” di ayat 7 dan
“ber- kat dan kutuk” di ayat 9, merupakan pengulangan Kej. 12:3b).
Hal ini juga merupakan gema mandat Adam (perhatikan “raja” dan
“keraja- an” di ayat 7 dan “kekuasaan” di ayat 19) dan cara benih yg
dijanjikan mengalahkan musuh (“meremukkan kepalamu” di Kej. 15;
“tongkat kerajaan ... meremukkan pelipis-pelipis Moab” di Bil.
24:17).
Klimaks ucapan Bileam kepada Balak muncul di Bil. 24:17–19, keti-
ka raja seperti Mesias dari Israel akan mengalahkan musuh2 -nya:

Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku meman-


dang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Ya-
kub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukk-
an pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak
Set. Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Se-
ir akan menjadi tanah pendudukan musuh-musuhnya itu.
Tetapi Israel akan melakukan perbuatan-perbuatan yang
gagah perkasa, dan dari Yakub akan timbul seorang pe-
nguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang me-
larikan diri dari kota."

Bagian dari nubuat ini, “Edom akan menjadi tanah pendudukan” di-
singgung di Amos 9:12a, “supaya mereka menguasai sisa-sisa bangsa
Edom,” nubuat ini berbicara tentang akhir zaman, Israel akan meng-
alahkan bangsa2 di saat Israel kembali ke Tanah Perjanjian (Amos
9:11), dengan memakai bahasa Taman Firdaus, seperti Kej. 49:11-
12 dan Bil. 24:6-7. Amos 9:11-12 dikutip Kisah 15:16-18, sebagai
penje- lasan relasi berita Injil dan bangsa2 kafir yg menjadi awal
penggenap- an Amos 9. Baik Yudaisme maupun PB
mengidentifikasi tokoh ini sebagai Mesias yg akan mengalahkan
musuh Allah di akhir zaman. Why. 2:28 (“dan kepadanya akan
Kukaruniakan bintang timur”) dan Why. 22:16 (“Aku adalah ...
bintang timur yang gilang-gemilang”)
menyinggung Bil. 24:17 dan mengaplikasikannya kepada diri Kristus
(mungkin juga 2 Pet. 1:19). Hal ini memperlihatkan pengertian gereja
mula2 akan “hari2 terakhir” Bil. 24 yg mulai digenapi di kedatangan
pertama Kristus.
(G.K. Beale 2011: 99-101)

5.1.3 Ulangan 4:30; 31:29


Di sini
“hari2 terakhir” Istilah “hari2 terakhir” muncul lagi di kitab Ulangan. Setelah
mencakup baik Israel menyembah berhala, Allah akan mengusir mereka dari Tanah
penderitaan Israel,
Perjan- jian dan menyerakkan mereka ke tengah bangsa2 lain, di
maupun kembalinya
Israel kepada Allah sana mere- ka akan mencari Allah (Ul. 4:25-29). Pada saaat ini,
sebagai “Apabila engkau dalam keadaan terdesak dan segala hal ini
hasil dari menimpa engkau di ke- mudian hari [be’aharit hayyamim], maka
penderitaan
engkau akan kembali kepada TUHAN, Allahmu, dan mendengarkan
ini.
suara-Nya” (Ul. 4:30). Di sini “hari2 terakhir” mencakup baik
penderitaan Israel, maupun kembali- nya Israel kepada Allah sebagai
hasil dari penderitaan ini. Perjanjian ini, adalah Penjanjian yg dibuat
dengan nenek moyang, yg intinya berasal dari Kej. 1:28. Jadi
nenek moyang Israel mengikat perjanjian dengan Allah, untuk
melakukan mandat Adam, mereka berjanji be- nih mereka akan
menjadi berkat bagi segala bangsa dan memenuhi bumi dengan
kemuliaan Allah. Pemenuhan mandat di Kej. 1:28 ber- sifat
eskatologis, hal inilah yg menjadi dasar bagi Israel yg “kembali”
beriman untuk memenuhi Perjanjian ini.
Beberapa penafsir tidak melihat sifat eskatologis Ul. 4:30. Tapi
ayat ini sesuai dengan pola yg ada di pasal awal kitab Kejadian, dan
pola ini bersifat eskatologis, karena itu Ul. 4:30 bisa dilihat bersifat
eska- tologis. Penafsir lain melihat kembalinya Israel ke Tanah
Perjanjian, di dalam pertobatan, sebagai eskatologi, karena
pemulihan ini meru- pakan diskontinuitas dengan kondisi
sebelumnya.
Nubuat Ul. 4:30 tentang penghakiman Israel ke pembuangan
ka- rena tidak setia kepada Perjanjian dan kembalinya Israel untuk
me- menuhi kewajiban Perjanjian, merupakan nubuat eskatologis.
Karena itu ada pengulangan nubuat di Ul. 31:29 yg harus
dimengerti seba- gai proses akhir zaman: “Sebab aku tahu, bahwa
sesudah aku [Musa] mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan
akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu.
Sebab itu di kemudian hari [be’aharit hayyamim] malapetaka akan
menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata
TUHAN, dan menimbulkan sakit hati-Nya dengan perbuatan
tanganmu.” Walaupun pembuangan bisa dilihat sebagai pola
penghilangan ciptaan (de-creation), pembuangan bisa juga dilihat
sebagai penghakiman pelanggaran mandat Adam yg mirip
eskatologi, sebuah antisipasi penghakiman akhir yaitu di-
hancurkannya seluruh kosmos. Walaupun Ul. 31:29 fokus kepada pe-
nganiayaan di masa pembuangan, karena itu “hari2 terakhir” di sini
adalah 70 tahun masa pembuangan, dan permulaan “kembalinya”
mereka ada di Ul. 4:30 (bdk. Mz. 107:6,13). Tapi kembalinya
Israel dari Babel tidak menghasilkan kondisi ciptaan baru yg tak
akan ber- ubah lagi, penggenapan akhir Ul. 4 dan 31 masih
menantikan peng- genapan akhir zaman, ketika Israel melakukan
kejahatan eskatologis dan kemudian kembali kepada Allah. Israel yg
berdosa, dibuang, dan dipulihkan menjadi sebuah pola sejarah
menuju eschaton yg sejati, su- dut pandang yg nantinya dipakai
penulis PB.
(G.K. Beale 2011: 101-102)

5.1.4 Hosea 3:5

masa pembuangan
Hosea 3:4 bernubuat tentang masa pembuangan Israel, ketika Israel ... tidak ada
tidak ada raja yg memerintah mereka (“orang Israel akan diam raja ... tidak
dengan ti- dak ada raja, tiada pemimpin”), mereka tidak mendapat mendapat berkat
berkat dari Bait Allah (“tiada korban”), dan tidak mendapat berkat dari Bait Allah ...
dari fungsi imam (“tiada efod”), mungkin karena hancurnya Bait tidak mendapat
berkat dari fungsi
Allah. Konse- kuensinya mereka tidak bisa menajiskan Bait Allah imam ...
seperti yg dulu mereka lakukan (“tiada tugu berhala”). Tapi ayat Konsekuensinya
berikutnya berkata, “Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan mereka tidak bisa
akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan Daud, raja mereka. menajiskan Bait
Allah
Mereka akan datang dengan gementar kepada TUHAN dan kepada
kebaikan-Nya pada hari-hari yang terakhir [be’aharit hayyamim]”
(Hos. 3:5). Akan tiba masa eska- tologis, ketika Allah memulihkan
Israel dari pembuangan, dan men- dirikan kembali Kerajaan Daud,
dan bangsa Israel akan kembali per- caya kepada Allah (bdk. Hos.
1:10–11; 2:21–23). Implikasi dari Hos. 3:4 adalah, Allah akan
mendirikan kembali Bait Allah sebagai tempat ibadah.
Di bagian lain Hosea memiliki hubungan yg erat dengan kutuk
dan berkat kitab Ulangan, dan istilah “hari 2 terakhir” di Hos. 3:5
diambil dan dikembangkan dari Ul. 4:30 (bdk. Ul. 30:29), yg
bernubu- at tentang berkat bagi Israel di akhir zaman. Keabsahan
pemakaian Ul. 4:30 di Hosea terlihat dari penggunaan kata “berbalik
dan akan mencari TUHAN, Allah” yg dikombinasikan dengan “hari2
terakhir,” kombinasi ini tidak muncul di tempat lain, selain di ke-2
ayat ini.
(G.K. Beale 2011: 103)

5.1.5 Yesaya
Nubuat akhir zaman
mulai digenapi saat
Yesaya 2:2 juga memakai istilah “hari2 terakhir,” Yesaya mungkin Israel kembali dari
di- pengaruhi Hosea, dia fokus kepada Kerajaan Allah dan Bait Allah pembuangan Babel,
yg akan didirikan di “hari2 terakhir.” Di Kej. 49:1, 10, di puncak tapi penggenapan
penuhnya (Bait
eska- tologis “hari2 terakhir” “ketaatan bangsa2 [ammim]” akan
Allah eskatologis,
ditujukan kepada raja Israel. Yesaya 2:2 mengembangkan konsep ini, ziarah bangsa2 ke
“bangsa2 [ammim]” datang ke Yerusalem dalam ketaatan kepada Yerusalem, dll.)
Allah dan hu- kumNya. Kombinasi ketaatan “bangsa2 [ammim]” dan belum terjadi.

“hari2 terakhir [be’aharit hayammim]” hanya muncul di Kej. 49:1, 10;


Yes. 2:2-3; Mikh.
4:1. Yesaya juga menggambarkan “gunung tempat rumah
TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang
tinggi di atas bukit-bukit,” ini adalah bagian dari pengharapan
eskatologis Is- rael bahwa Bait Allah akan diperluas di eschaton.
Nubuat akhir zam- an mulai digenapi saat Israel kembali dari
pembuangan Babel, tapi penggenapan penuhnya (Bait Allah
eskatologis, ziarah bangsa2 ke Yerusalem, dll.) belum terjadi. Karena
itu nubuat ini masih menantik- an permulaan penggenapan yg sejati
di dalam peristiwa kedatangan Kristus.
Kisah 2:17 memakai “hari2 terakhir” dari Yes. 2:2. Kisah Para
Ra- sul menafsirkan teks Yoel 2:28-32, berdasarkan Yes. 2:2. Di Yoel,
Roh Allah yg semula ditujukan bagi Israel, akan dicurahkan bagi
bangsa2 lain. Selain itu, janji perluasan Bait Allah di Yesaya
penggenapan- nya dimulai dengan pencurahan dan perluasan Roh
ilahi. Wahyu 15:4 menggambarkan penggenapan akhir Yes. 2:2,
nubuat tentang bangsa2 yg datang kepada Tuhan yg dihubungkan
dengan penying- kapan Bait Allah eskatologis (Why. 15:5:
“Kemudian dari pada itu aku melihat orang membuka Bait Suci
kemah kesaksian di sorga”).
Ada teks eskatologis eksplisit lainnya di yesaya. Antara lain
Yes. 41:22-23, yg berbicara tentang “berhala” yg tak bisa
memproklamirk- an “ahkir” (MT aharitan; LXX ta eschata), sangat
berbeda dengan Allah Israel, satu2-nya yg bisa memproklamasikan
“memberitahukan da- ri mulanya hal yang kemudian [MT
aharitan; LXX ta eschata]” (Yes. 46:10). “Akhir” yg dimaksud di sini
adalah janji pemulihan Israel ke Tanah Perjanjian di ciptaan baru,
terutama jika dilihat dari konteks sebelumnya, Yes. 41:18-20:

Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas


bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air
mem- bual di tengah dataran; Aku akan membuat padang
gu- run menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah
ke- ring. Aku akan menanam pohon aras di padang gurun,
pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku
akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belanta-
ra dan pohon berangan serta pohon cemara di samping-
nya, supaya semua orang melihat dan mengetahui, mem-
perhatikan dan memahami, bahwa tangan TUHAN yang
membuat semuanya ini dan Yang Mahakudus, Allah Isra-
el, yang menciptakannya.

(G.K. Beale 2011: 103-105)

5.1.6 Mikha

Mikha 4:1-4 sama dengan Yes. 2:1b-4, tapi ditambahkan


gambaran ciptaan baru (Mikh. 4:4: “Tetapi mereka masing-masing
akan duduk di bawah pohon anggurnya dan di bawah pohon aranya
dengan tidak
ada yang mengejutkan”) dan menegaskan Allah yg akan memerintah
di Sion. Gambaran Taman Firdaus di Mikh 4:4 tidak mengejutkan, ini
adalah gambaran umum Bait Allah di gunung di akhir zaman, teru-
tama karena Firdaus adalah taman yg terletak di atas gunung
(lihat Yhz. 28:14, 16, 18, bdk. Mikh. 4:4). Jadi kisah awal
penciptaan diu- lang di sejarah eskatologi (Barn. 6:13 berkata,
“Lihat, Aku membu- at yg terakhir menjadi sama seperti yg
pertama”). Yesaya juga tidak asing dengan gambaran Bait Allah
seperti Taman Firdaus: “Kemulia- an Libanon, yaitu pohon sanobar,
pohon berangan dan pohon cemara, akan dibawa bersama-sama
kepadamu, untuk mempersemarak tem- pat bait kudus-Ku, sebab
Aku hendak memuliakan tempat kaki-Ku berjejak” (Yes. 60:13).
(G.K. Beale 2011: 105)

5.1.7 Yeremia

ketika pemulihan
Istilah “hari2 terakhir” muncul 4x di Yeremia. Yer. 23:20 berkata,
sudah terjadi, nabi2
“Mur- ka TUHAN tidak akan surut, sampai Ia telah melaksanakan palsu tidak akan lagi
dan me- wujudkan apa yang dirancang-Nya dalam hati-Nya; pada menyesatkan umat,
hari-hari yang terakhir [be’aharit hayyamim] kamu akan benar-benar mereka mendapat
penggenapan sejarah
mengerti hal itu.” Tampaknya istilah “hari2 terakhir” diambil dari Ul. keselamatan yaitu
31:27-29, ketika “tegar tengkuk” disebut bersamaan dengan “murka “pengertian”
TUHAN” (lihat juga Yer. 23:17-20). Berdasarkan parallel Ul. 4:30, mengapa Allah
Yeremia berbi- cara tentang penderitaan akhir zaman yg dialami murka kepada Israel
Israel, karena dosa- nya, tapi pada akhirnya Allah membuat mereka
kembali kepadaNya dan Allah akan membebaskan mereka.
Fokusnya adalah pembebas- an di masa yg akan datang. Yer. 23:20
memberi penekanan “hari2 terakhir,” ketika pemulihan sudah terjadi,
nabi2 palsu tidak akan lagi menyesatkan umat, mereka mendapat
penggenapan sejarah kesela- matan yaitu “pengertian” mengapa
Allah murka kepada Israel.
Sudut pandang eskatologis Yer. 23:20 diperkuat oleh Yer. 30:24
(37:24 LXX), ayat ini diulang dan diperjelas dengan konteks pemulihan
eska- tologis, seperti yg terlihat di konteks 30:17-22 dan 31:1-40. “Hari2
tera- khir” Yer. 30:24 sama dengan “pada waktu itu” (Yer. 31:1),
“waktunya akan datang” (31:27, 31, 38), “pada waktu itu (31:29),
dan “sesudah waktu itu” (31:33), semuanya berbicara tentang
pemulihan di akhir zaman. Di saat ini Israel mulai menggenapi
mandat yg kemudian di- ulang menjadi janji di Kej. 1:28 (“Aku akan
membuat mereka banyak dan mereka tidak akan berkurang lagi;
Aku akan membuat mereka dipermuliakan dan mereka tidak akan
dihina lagi” [Yer. 30:19]). Kon- teks berikut menunjukkan
penggenapannya di ciptaan baru (31:12- 14). Tapi yg terpenting,
konteks ini memperluas “pengertian” eskato- logis Yer. 30:24,
dengan penjelasan di pemulihan akhir zaman Allah akan membuat
“perjanjian baru” dengan Israel, Dia akan mengampu- ni dosa Israel
dan mereka akan mengerti Allah dan hukumNya, jauh lebih baik
dibanding generasi sebelumnya (Yer. 31:31-34). “Pengerti-
an” hari2 terakhir ini, memampukan Isael untuk melihat
penderitaan sebagai bagian dari penghakiman Allah, dan
pemurnian sisa2 Israel yg keluar dari penghakiman api, dan
pembebasan ilahi bagi yg setia terjadi karena Dia “akan
mengampuni kesalahan mereka” (lihat juga Yer. 32:37-43).
“Di hari2 terakhir” muncul 2x di Yer. 48:47; 49:39 (25:19 LXX). Ayat
ini menarik karena berbicara tentang bangsa2 lain (yaitu Moab
dan Elam) yg dipulihkan Allah di akhir zaman. Seperti Israel,
bangsa2 ini akan menderita di bawah hukuman Alllah dan
bahkan dibuang (lihat 48:46), tapi “di hari2 terakhir” Allah “akan
memulihkan kea- daan ... penghukuman” bangsa2 ini. Pemulihan
bangsa2 ini terjadi bersamaan dengan pemulihan sisa2 Israel di Yes.
40-66. Penggunaan istilah “di hari2 terakhir” bersamaan dengan
bangsa2 yg memiliki re- lasi baik dengan Allah merupakan
pengembangan Kej. 49:1, 10 dan Yes. 2:2-4, yg memiliki ide
eskatologis yg sama.
(G.K. Beale 2011: 105-107)

5.1.8 Yehezkiel

Yhz. 38:14-16 bernubuat tentang Allah yg membangkitkan musuh


(disebut “Gog”) yg akan menindas Israel “di hari2 terakhir,”
sekali lagi kita mendapatkan ayat yg berbicara tentang
penderitaan Israel di akhir zaman, yg telah muncul di Ul. 31:29,
mungkin juga di Ul. 4:30. Setelah penindasan ini, Allah berjanji
untuk mencurahkan Roh- Nya ke atas umat Israel (Yhz. 39:28-29)
dan mendirikan Bait Allah eskatologis di tengah mereka (Yhz. 40-
47).
(G.K. Beale 2011: 107)

5.1.9 Daniel

5.1.9.1 Gunung Batu Akhir Zaman di Daniel 2


Kitab Daniel memuat beberapa referensi “hari2 terakhir,” yg
pertama muncul di Dan. 2:28–29, 45:

Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-


rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Ne-
bukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang
akan datang [be’aharit yomayya]. Mimpi dan penglihatan-
penglihatan yang tuanku lihat di tempat tidur ialah ini:
Sedang tuanku ada di tempat tidur, ya tuanku raja, timbul
pada tuanku pikiran-pikiran tentang apa yang akan terja-
di di kemudian hari [ahare], dan Dia yang menyingkapk-
an rahasia-rahasia telah memberitahukan kepada tuanku
apa yang akan terjadi ... tepat seperti yang tuanku lihat,
bahwa tanpa perbuatan tangan manusia sebuah batu ter-
ungkit lepas dari gunung dan meremukkan besi, tembaga,
tanah liat, perak dan emas itu. Allah yang maha besar te-
lah memberitahukan kepada tuanku raja apa yang akan
terjadi di kemudian hari [ahare]; mimpi itu adalah benar
dan maknanya dapat dipercayai.

Nebukadnezar mendapat penglihatan tentang patung besar yg


terdiri dari 4 bagian, setiap bagian mewakili satu kerajaan dunia. Di
puncak penglihatan ini, tiba 2 muncul sebuah batu besar yg
menghancurkan patung ini, dan batu ini membesar sampai
memenuhi dunia. Daniel menjelaskan batu besar ini adalah
Kerajaan Allah yg akan menga- lahkan kerajaan2 jahat di akhir
zaman dan Kerajaan Allah akan di- tegakkan untuk se-lama 2-nya di
bumi (Dan. 2:44-45). Dan. 2:28 dan ayat selanjutnya merupakan
korespondensi unik dengan Yes. 2:2 (=
Mikh. 4:1), mungkin ayat ini dipengaruhi Yesaya. Ada indikasi
Ada indikasi batu-gunung eskatologis Daniel berhubungan dengan batu-gunung
Bait Allah besar di Yes. 2, memberikan konfirmasi tambahan tentang eskatologis Daniel
berhubungan
sifat eskatologisnya. Pertama, bukan saja Yes. 2:2-3 menggunakan gu- dengan Bait Allah
nung sebagai simbol bagi Israel, tapi juga terintegrasi dengan Bait besar di Yes. 2
Allah, “gunung tempat rumah TUHAN.” Hubungan erat gunung
dan Bait Allah ada di sepanjang PL, karena itu G. Sion bisa
disebut “gunung,” “bukit,” atau gambaran lainnya. Cara penyebutan
G. Sion seperti ini adalah penyamaan bagian dan keseluruhannya
(seluruh gunung digantikan dengan puncaknya, tempat Bait Allah).
Misalnya, frasa yg berulang kali muncul seperti “gunung rumah
TUHAN” (Yer. 26:18; Mic. 4:1), “gunung kudus” (20x di PL), “bukit
kudus” (Mz. 15:1; 43:3; 99:9; Yer. 31:23), dan “Bait Bukit” (1 Macc.
13:52; 16:20). Kadang2 referensi ini disamakan dengan Bait Allah,
misalnya dalam konteks ini: “gunung kudus” = “rumah TUHAN”
(Yes. 66:20); “gunung ku- dus” = “kemah-Mu” (Mz. 15:1);
“gunung TUHAN” = “tempat-Nya yang kudus” (Mz. 24:3; cf. Mz.
43:3).
Jadi “gunung” ketika dipakai sebagai referensi Sion, memiliki
pe- ngertian Bait Allah. Contoh terbaik penerapan ini adalah Yes.
2:2-3 dan Mikh. 4:1-2, yg menyamakan “gunung tempat rumah
TUHAN
... gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub.” Penjelasan gunung di
Dan. 2 memiliki nada yg sama dengan penjelasan Yesaya dan Mikha.
Kedua, Dan. 2 dan Yes. 2:2-3 dihubungkan sebagai teks “Bait Allah
eskatologis” karena keduanya dijelaskan dengan pendahuluan peris-
tiwa yg terjadi “di hari2 terakhir” (Dan. 2:28 [Dan. 2:29 LXX]; Yes. 2:2;
Mikh. 4:1). Mikha menyamakan “gunung rumah TUHAN” dengan
Kerajaan Allah yg kekal, “TUHAN akan menjadi raja atas mereka di
gunung Sion” (Mikh. 4:7), Kerajaan Allah yg kekal ini merupakan
unsur eksplisit gunung di Dan. 2. Kel. 15:17-18 juga menyebut “gu-
nung milik-Mu sendiri ... tempat yang telah Kaubuat kediaman-Mu
... tempat kudus, yang didirikan tangan-Mu” sebagai tempat
“TUH- AN memerintah kekal selama-lamanya.” Selain itu, jelas
Bait Allah eskatologis terletak di atas gunung (Yhz. 40:2; Why.
21:10).
Ketiga, baik Yes. 2:2-3 maupun Mikh. 4:1-2 menggambarkan gu-
nung tempat Bait Allah tumbuh: “menjulang tinggi di atas bukit-
bukit.” Walaupun tidak sejelas teks Daniel tentang batu yg akan men-
jadi gunung yg memenuhi bumi, gambaran yg diberikan tidak terla-
lu berbeda. Keduanya menggambarkan pertumbuhan gunung Bait
Allah. Baik Daniel maupun Yesaya / Mikha berorientasi eskatologis,
bergetar dengan gema ciptaan baru. Munculnya ciptaan baru bisa di-
jelaskan sebagai pertumbuhan gunung kudus, karena
pertumbuhan ini merupakan bagian dari ciptaan pertama.
Keempat, baik Yes. 2 maupun Dan 2. memiliki kesamaan latar
be- lakang ANE tentang Bait Allah yg seperti gunung yg tumbuh
dari batu, yg berhubungan dengan wilayah kekuasaan tempat Bait
Allah mulai tumbuh. Di Sumerian Cylinders of Gudea, yg ditulis
untuk merayakan pembangunan kuil dewa Ningirsu oleh raja Gudea
di La- gash. Di narasi tentang raja Gudea ini dikatakan, “semua tanah
asing berkumpul di horizon” di hadapan kuil raksasa ini (Cylinder A
ix.15), dan dari kuil ini raja menuliskan “hukum” tentang “hari
keadilan yg mulia” (Cylinder B xvii.15).
Ke-4 hal ini memperlihatkan probabilitas batu-gunung Dan. 2:28
Kerajaan sebagai pengembangan gambaran eskatologis Yes. 2:2 (= Mikh. 4:1).
Allah bukan saja Ada hal yg menarik dari penjelasan “hari2 terakhir” Daniel: Kera-
mengalahkan
jaan Allah bukan saja mengalahkan Kerajaan Jahat eskatologis, tapi
Kerajaan Jahat
eskatologis, tapi juga mengalahkan 3 kerajaan sebelumnya, bersamaan dengan kera-
juga mengalahkan 3 jaan terakhir ini, “Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga
kerajaan besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi
sebelumnya seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin
... penghakiman
menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang dite-
kerajaan2 awal
diwakili oleh mukan” (Dan. 2:35; 2:45). Fokus Daniel adalah “hari2 terakhir,”
kerajaan keka- lahan final kerajaan musuh, peristiwa 2 sebelumnya dirancang
terakhir.
Tuhan sebagai perjalanan sejarah menuju titik penghakiman akhir
ini. Atau cara lain untuk menjelaskannya adalah, ke-3 kerajaan
pertama ada- lah bagian dari pola eskatologis, tertutama
kehancuran karena peng- hakiman, mereka adalah prototype
kehancuran kerajaan jahat terakhir di akhir zaman (Dan. 2:34–35,
44–45). Ke-3 kerajaan pertama meru- pakan bagian dari gambaran
eskatologis, karena mereka dihancurkan bersama kerajaan terakhir.
Di Yudaisme dan PB, dosa manusia secara keseluruhan diwakili oleh
dosa Adam di permulaan sejarah. Daniel 2 melihat penghakiman
kerajaan2 awal diwakili oleh kerajaan terakhir.

5.1.9.2 Referensi lain tentang hari2 terakhir di Daniel


Istilah “di hari2 terakhir” muncul lagi di Dan. 10:14, ketika makhluk
sorgawi datang “untuk membuat engkau [Daniel] mengerti apa yang
akan terjadi pada bangsamu pada hari-hari yang terakhir
[be’aharit hayyamim].” Penyingkapan eskatologis dimuat di pasal
11-12, fokus kepada klimaks sejarah penganiayaan akhir Israel dan
kebangkitan orang benar dan tidak benar (11:28-12:13).
Penganiayaan akhir telah
5.2 kes I mp U l A N 81

disinggung di 7:21, 23, 25; 8:17–26. Nubuat penderitaan dan


penye- satan oleh musuh akhir zaman adalah “mengenai akhir
masa (le’et- qets [8:17])” dan “mengenai akhir zaman (lemo’ed qets
[8:19]). Demi- kian pula pasal 11-12 memakai pelbagai istilah
“hari2 terakhir.” Di “akhir,” musuh anti pemerintahan ilahi
“bermaksud jahat” (11:27), ak- an menganiaya dan mencoba
menyesatkan orang2 kudus (11:32–35, 40–41), tapi mereka tidak
bisa disesatkan karena hikmat yg mere- ka miliki (lihat juga 12:3–
4, 9–10). Ada fakta yg menarik, musuh dihubungkan dengan
“kapal-kapal orang Kitim” (11:30) yg misteri- us. Bil. 24:24 juga
menyebut “kapal-kapal akan datang dari pantai orang Kitim.”
Istilah ini hanya muncul di 2 tempat ini, hal ini me- nunjukan
Daniel 11 merupakan pengembangan dari gambaran mu- suh akhir
zaman Bil. 24. Setelah penganiayaan dan penyesatan (Dan. 12:1, 10),
orang2 kudus akan dibangkitkan dari kematian (12:2, 13). Daniel
kembali berkata bahwa peristiwa ini terjadi “di akhir zaman (’et
qest [12:4])” dan “di akhir hari2 (leqest hayyamin [12:13]).
(G.K. Beale 2011: 107-112)

5.2 kes I mp U l A N

G. B. Caird merangkum definisi istilah “eskatologi” yg banyak dipa-


kai orang:

1. Hal2 terakhir tentang kematian, penghakiman, sorga, dan nera-


ka.

2. Nasib akhir Israel sebagai bangsa (pemikiran individu adalah


sekunder) dan kemenangan universal Allah Israel.

3. Akhir kosmos, yg bisa terjadi se-waktu2.

4. Kedatangan akhir dunia “Inaugurated” (awal / penobatan) atau


“already and not yet” (sudah dan belum).

5. Akhir merupakan buah dari awal, memaksa orang untuk


meng- ambil keputusan eksistensial, karena bertemu dengan
Allah.

6. Beberapa istilah penting PL memperlihatkan essensinya


bukan “akhir” tapi “baru.”

7. “Baru” dalam pengertian “kehendak,” Allah mengerjakan ke-


hendakNya di sejarah untuk mencapai sebuah sasaran.

Kemudian Caird memberikan definisi yg dibuatnya:

1. Penulis Alkitab percaya secara hurufiah bahwa dunia yg memi-


liki awal akan memiliki akhir di masa yg akan datang.

2. Mereka sering memakai “akhir dari dunia,” sebagai kiasan


bagi peristiwa yg mereka tahu bukan akhir dari dunia.
82 AlUr cer I t A esk A tolo GI pl

3. Seperti kiasan lainnya, pembaca bisa salah tafsir, dan ada ke-
mungkinan penulis juga mengaburkan batasan kiasan dan hu-
rufiah.

Definisi ke-3 Caird mengakui kadang 2 batasan kiasan dan hurufiah


bahasa eskatologi bisa tidak jelas. Dia memakai ilustrasi, nabi
mema- kai kacamata “bifocal” (lensa plus dan minus di kaca mata yg
sama), lensa plus melihat sejarah masa depan yg dekat, lensa minus
melihat akhir zaman. Kemungkinan besar istilah “hari 2 terakhir”
masuk ke kategori ke-3 dari definisi Caird.
Istilah “hari2 terakhir” PL bukan sekedar akhir zaman yg tak di-
ketahui kapan datangnya, tapi merupakan puncak dari perjalanan
sejarah menurut sudut pandang penulis. “Hari 2 terakhir” memiliki
pengertian eskatologis, karena terjadi diskontinuitas, keadaan
zaman baru tidak akan kembali lagi ke zaman lama. Nubuat PL itu
seperti benih, berkecambah, tumbuh menjadi pohon kecil, dan
akhirnya ber- kembang menjadi pohon besar. Sudut pandang
eskatologis berkem- bang di sepanjang PL, teks sesudahnya
merupakan perkembangan dari teks sebelumnya.
Kondisi eskatologis ini mewakili aspek2 diskontinuitas:

1. Penganiayaan dan penyesatan akhir umat Allah oleh musuh


akhir zaman yg tak bisa dibandingkan dengan penganiayaan
sebelumnya. Umat Allah butuh hikmat supaya tak bisa dise-
satkan.

2. Sesudahnya adalah pembebasan.

3. Kebangkitan.

4. Kerajaan Allah ditegakkan.

5. Allah memerintah seluruh bumi.

6. Kedatangan Raja seperti Daud yg akan mengalahkan musuh,


dan memerintah ciptaan baru (Israel yg dipulihkan dan bang-
sa2 lain) dengan damai.

7. Allah akan membuat Perjanjian dengan umatNya.

8. Allah mencurahkan RohNya.

9. Allah akan membangun BaitNya di tengah umatNya.

(G.K. Beale 2011: 112-116)


H U B U N G A N E S K AT O L O G I P L D A N P B - F O K U S

K E PA D A H A R I 2 T E R A K H I R
6
Eskatologi merupakan tema penting PL, karena itu tak mengherank-
an bila eskatologi juga merupakan tema penting PB. Untuk meng-
erti eskatologi PB, kita harus mengenal pengertian penulis PB ten-
tang “akhir zaman.” Gereja sering berpikir, akhir zaman terjadi di
titik klimaks sejarah. Bahkan banyak ahli yg punya pola pikir yg sa-
ma. Sehingga banyak orang menganggap kematian dan kebangkitan
Kristus bukan bukan bagian dari eskatologi, dan tak terlalu banyak
berhubungan dengan kedatanganNya yg ke-2x-nya. Gereja sering
Tapi pola pikir ini harus diperbaiki. Istilah “hari 2 terakhir” (dan berpikir, akhir
zaman terjadi di
sinonimnya) sering muncul di PB, tapi tidak selalu berbicara titik klimaks sejarah
tentang akhir dari sejarah. Istilah ini dipakai untuk menjelaskan ... Tapi “hari2
akhir zaman yg sudah mulai terjadi di abad pertama. terakhir” ... tidak
Konsekuensinya, Teologi PB yg menempatkan eskatologi hanya selalu berbicara
tentang akhir dari
tentang topik di akhir zaman harus dievaluasi kembali.
sejarah ... dipakai
(G.K. Beale 2011: 129-130) untuk menjelaskan
akhir zaman yg
sudah mulai terjadi
6.1 refere NSI esk A tolo GI DI INJI l s IN opt I k
di abad pertama

Walaupun inaugurated eschatology sangat berpengaruh di Injil


Sinop- tik, tapi istilah formal eskatologis tidak terlalu banyak
dipakai di kitab Injil Sinoptik. Ketika istilah ini muncul,
pentertiannya selalu dalam aspek “not yet” (belum terjadi),
terutama dalam bahasa akhir “zaman” (aion) yg akan datang. Istilah
“akhir zaman” (synteleia tou aio- nos) menunjuk ke kedatangan
penghakiman akhir (Mat. 13:39–40, 49; mungkin juga 24:3) atau
penyertaan Kristus yg akan berlangsung te- rus sampai akhir zaman
(Mat. 28:20). “Pada zaman yang akan datang ia [orang kudus] akan
menerima hidup yang kekal” (Mark. 10:30; Luk. 18:30), hal ini
berhubungan langsung dengan “kebangkitan dari antara orang mati”
(Luk. 20:34-35). Mesias akan menjadi “raja” untuk “selama-lamanya”
dan “tidak akan berkesudahan”; sebuah referen- si tentang periode
eskatologis (Luk. 1:33). Kadang2 muncul refernsi tentang tanda2
atau peristiwa2 menjelang “akhir” (telos) (Matt. 24:6; Mark 13:7;
Luke 21:9; 24:13–14).
(G.K. Beale 2011: 130-131)

6.2 refere NSI esk A tolo GI DI INJI l Y oh AN es

Seperti Injil Sinoptik, Injil Yohanes juga berbicara tentang


penghakim- an akhir dan kebangkitan tubuh sebagai peristiwa yg
akan terjadi di

83
84 h UBUNG AN esk A tolo G I pl DA N p B - fok US kepA DA h A r I 2
ter A kh I r

masa depan, istilah yg dipakainya adalah “hari terakhir” (te


eschate hemera). Misalnya di Yoh. 6:40 Yesus berkata, “Sebab inilah
kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak
dan yang per- caya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan
supaya Aku mem- bangkitkannya pada akhir zaman [hari terakhir]”
(juga di 6:39, 44, 54; 11:24; untuk penghakiman lihat 12:48). Demikian
pula Yesus berbica- ra tentang hidup kebangkitan yg berlangsung
“selamanya” (eis ton aiona; “sampai ke zaman”) atau “sampai
hidup kekal” (eis zoen aio- nion) (4:14; 6:51, 58). Mesias akan
berbeda dengan Injil datang, Dia ada “selamanya” (eis ton aiona) (12:34), demikian pula
Sinoptik, Roh-Nya (14:16).
Injil Yohanes Tapi berbeda dengan Injil Sinoptik, Injil Yohanes memakai baha-
memakai bahasa
formal yg sa formal yg memperlihatkan hari2 terakhir sudah dimulai di saat
memperlihatkan kedatangan Kristus yg pertama. Khususnya walaupun Yesus mene-
hari2 terakhir gaskan kebangkitan di masa yg akan datang (seperti yg dibahas di
sudah dimulai di atas), di Yoh. 5:24-29 Yesus juga menegaskan kebangkitan itu akan
saat kedatangan
datang dan sudah datang, jadi akhir zaman yg tak berkesudahan itu
Kristus
yg pertama. sudah dimulai:
24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang
mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak
turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut
ke dalam hidup. 25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
saatnya [hora, “jam”] akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang- orang mati akan mendengar suara Anak Allah,
dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. 26 Sebab
sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya
sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai
hidup dalam diri-Nya sendiri. 27 Dan Ia telah
memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi,
karena Ia adalah Anak Manusia. 28 Janganlah kamu
heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua
orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,
29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan
bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah
Perkataan Yesus berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.
tentang “jam”
Perkataan Yesus tentang “jam” kebangkitan berasal dari nubuat
kebangkitan berasal
dari nubuat yg yg terkenal tentang kebangkitan di Daniel 12:1-2. Di Yoh. 5:28-29,
terkenal tentang Yesus mengutip Dan. 12:2 (Lihat Tabel 6.1).
kebangkitan di Yesus berbicara tentang kebangkitan tubuh di masa yg akan da-
Daniel 12:1-2.
tang (Yoh. 5:28-29), seperti yg telah dinubuatkan Daniel. Tapi Yesus
juga menerapkan nubuat yg sama di Yoh. 5:24-25, di masa kini (atau
dalam waktu yg dekat) orang percaya mendapat hidup kekal. Apa-
kah orang percaya mengalami sesuatu yg mirip dengan kebangkitan,
karena kebangkitan tubuh belum terjadi?
Jelas, pengertiannya adalah orang percaya sudah mulai
mengala- mi kebangkitan hidup. Yesus mengerti nubuat Dan. 12
sudah mu- lai digenapi. Tanda yg paling jelas adalah pemakaian
istilah “jam.”
Daniel 12:1-2 Yohanes 24-25, 28-29
1 Pada waktu [jam] 24 ... barangsiapa mendengar
itu juga ... perkataan-Ku... ia mempunyai hidup yang
2 Dan banyak dari kekal ...
antara orang-orang 25 ... saatnya [hora, “jam”] akan tiba dan
yang telah tidur di
sudah tiba, bahwa orang-orang mati ...
dalam debu tanah,
mereka yang mendengarnya, akan hidup.
akan bangun, sebagian
28 ... sebab saatnya akan tiba, bahwa
untuk mendapat
semua orang yang di dalam kuburan
hidup yang kekal, akan mendengar suara-Nya,
sebagian untuk 29 dan mereka yang telah berbuat baik
mengalami kehinaan akan keluar dan bangkit untuk hidup
dan kengerian yang
yang kekal, tetapi mereka yang telah
kekal.
berbuat jahat akan bangkit untuk
dihukum.

Tabel 6.1: Yesus mengutip nubuat Daniel

“Jam” nubuat Daniel tentang kebangkitan telah dimulai sekarang,


di saat kedatangan Yesus yg pertama (Yoh. 5:24), tapi penggenap-
an penuhnya akan terjadi di masa yg akan datang. Tapi bagaimana
cara kebangkitan yg sudah terjadi ini? Apakah kita harus “merohani-
kannya” atau melakukan “allegori,” penggenapan bisa terjadi tanpa
melibatkan “tubuh”? Yesus berkata nubuat ini sudah dimulai secara
“hurufiah.” Daniel bernubuat bukan hanya kebangkitan tubuh, tapi
juga kebangkitan rohani: dia percaya, ketika tubuh bangkit, roh ju-
ga diperbaharui. Dia bernubuat tentang kebangkita keseluruhan pri-
badi. Hal yg mengejutkan dari perkataan Yesus bukan tentang cara
penggenapannya, tapi waktu penggenapannya. Penggenapan terjadi
secara bertahap: pertama, di zaman ini, orang percaya mengalami
ke- bangkitan roh dari kematian, nanti di permulaan zaman
kekekalan di masa yg akan datang, tubuh mereka akan dibangkitkan.
Jadi kebang- kitan rohani orang kudus adalah permulaan
penggenapan hurufiah nubuat eskatologis Daniel tentang
kebangkitan “tubuh-roh.”
Latar belakang Yoh. 5:25-28 adalah nubuat Daniel, karena itu Yoh.
12:23 harus dibaca berdasarkan latar belakang Dan. 7:13 tentang “Anak
Manusia.” “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (Yoh. 12:23).
Dan 7:13-14 bernubuat bahwa “Anak Manusia” adalah raja kekal
akhir zaman, dan menerima kemuliaan dari semua. Dari konteks ini,
ironisnya kemuliaan eskatologis dimulai di saat Yesus disalib, dan
kemudian di saat kebangkitanNya (istilah “jam” juga muncul di Yoh.
17:1).
Penggunaan “jam” (hora) eskatologis di 1 Yoh. akan dibahas di bagi-
an surat umum, tapi disini akan diberikan penjelasan singkat karena
berhubungan dengan kitab Injil. 1 Yoh. 2:18 berkata, “Anak-
anakku, waktu ini adalah waktu [hora] yang terakhir, dan seperti
yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang
telah bang-
kit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-
benar adalah waktu [hora] yang terakhir.” Ayat ini juga
memperlihatkan ka- sus klasik penggenapan eskatologis “already
and not yet” (sudah dan belum), penganiayaan akhir zaman sudah
dimulai sekarang.
Pemakaian “jam” (hora) di Yoh. 5:24-29 dan 1 Yoh. 2:18,
memperje- las pemakaian kata ini di Yoh. 16 (ayat 2,25; juga 4, 21).
Pola “already and not yet” yg lebih lengkap muncul di Yoh. 16:32,
“Lihat, saatnya [hora] datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu
diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu
meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri,
sebab Bapa menyertai Aku.” Pemakaian istilah yg sama
menghubungkan Yoh. 16 dan 5:25, 28 dan 1 Yoh. 2:18. Ke-5
penggunaan istilah di Yoh. 16 berhubungan dengan penganiayaan
atas pengikut Yesus, karena itu sesuai dengan penggunaan “jam” di
Daniel, tentang pencobaan dan penganiayaan Israel yg setia.
Penggunaan istilah ini juga muncul di Yoh. 4:21-24:
21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai
perempuan, saatnya [hora] akan tiba, bahwa kamu akan
menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di
Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu ke-
nal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab kesela-
matan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya [hora]
akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah
demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah
Yesus berkata Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
tempat
penyembahan yg Ini adalah formula klasik “already and not yet.” Tapi bagian mana yg
benar, sekarang dan bersifat eskatologis? Pertama, Yesus berkata tempat penyembahan yg
di masa yg akan benar, sekarang dan di masa yg akan datang, tidak lagi ada di satu lo-
datang, tidak lagi
ada di satu lokasi,
kasi, Yerusalem sudah diperluas. Seberapa luas? Ibadah yg benar ada
Yerusalem sudah di setiap tempat Roh akhir zaman ada atau di setiap tempat
diperluas ... di setiap ibadah terjadi di ruang lingkup pengaruh Roh: saatnya sudah tiba,
tempat Roh akhir dan ak- an terus berlangsung, ketika penyembah benar menyembah
zaman ada
Bapa di ruang lingkup pengaruh Roh yg telah dijanjikan dan
kebenaran eska- tologis yg datang di dalam Kristus (4:23-24). Jadi
ibadah “dalam roh dan kebenaran” bukan masalah tentang
penyembahnya, yg harus me- nyembah dengan tulus “dalam roh dan
“Kebenaran” kebenaran” (karena itu tidak memakai huruf besar), tapi istilah ini
(aletheia) juga dipakai untuk Roh, yg telah datang sebagai penggenapan janji PL.
memiliki nuansa Karena itu kalimat pertama Yoh. 4:24 harus diterjemahkan, “Allah
penggenapan itu Roh” bukan “Allah adalah roh.” “Kebenaran” (aletheia) juga
eskatologis,
terutama ketika memiliki nuansa penggenapan es- katologis, terutama ketika
dikaitkan dengan dikaitkan dengan PL yg menjadi bayang2 kedatangan Kristus
PL yg menjadi (perhatikan penggunaan istilah ini: “Terang yang sesungguhnya”
bayang2 [1:9]; “roti yang benar” [6:32]; “benar-benar makan- an” and
kedatangan Kristus
“benar-benar minuman.” [6:55]; “pokok anggur yang benar”
[15:1]). Di sini, kehadiran Allah di Bait Allah lokal Israel, dilihat
se- bagai bayang2 kehadiran Allah di Kemah Suci eskatologis,
sekarang di diri Yesus, nanti di antara umatNya, setelah
kebangkitanNya dan diutusnya Roh Kudus.
Referensi Roh Kudus di Yoh. 423b dan 42b bukan hal yg aneh, ka-
rena selain di pasal 4, kata Yunani pneuma muncul 21x,
setidaknya 17x merupakan referensi bagi “Roh” ilahi, 2x bagi emosi
“roh” Yesus, dan 1x bagi “roh” manusia yg sudah lahir baru (Yoh.
3:6).
Indikasi lain tentang “Roh” ilahi di Yoh. 4:23-24 adalah narasi
yg mengalir dari simbol implisit “air hidup” (4:10–11; 4:14) yg
melepask- an “haus” rohani, karena itu secara natural Yesus
menggunakan isti- lah pneuma di dalam diskusi selanjutnya dengan
perempuan Samaria untuk referensi Roh Allah. Dialog tentang “air
hidup” dan dipuas- kannya “haus” rohani di Yoh. 4
berkorespondensi dengan Yoh. 7:37- 39, ketika “air hidup” kembali
menjadi simbol “Roh” dan pemuasan “haus.” Yoh. 7:38
menyinggung 3 nubuat PL (Yhz. 47:1–12; Yoel 3:18; Zakh. 14:8)
tentang Bait Allah akhir zaman yg mulai digenapi di diri Yesus dan
pengikutNya. Salah satu nubuat ini, Zakh. 14:8 bernubuat “Pada
waktu itu akan mengalir air kehidupan dari Yerusalem” hal ini
dihubungkan dengan seluruh kota dan seluruh Yehuda menjadi
“kudus” seperti Bait Allah (14:20–21). Berdasarkan Yoel 3:18 dan Yhz.
47:1-12, air ini akan mengalir dari belakang Bait Allah dan
mempe- ngaruhi seluruh tanah Israel sampai keluar perbatasan.
“Air hidup” di Yoh. 4:10-11, 14 kemungkinan besar juga berdasarkan
Zakh. 14:8-9, dan hal ini dikembangkan lagi di Yoh. 7, teks tentang
Bait Allah.
Pernyataan Yoh. 4:23-24 tentang perluasan Bait Allah yg sejati dan
Ibadah yg benar, sebagai permulaan zaman baru, adalah narasi
lan- jutan dari Zakh. 14, dan merupakan antisipasi dari Yoh. 7:37-39.
Jadi pengertian dasarnya adalah perluasan Bait Allah dan
kekudusannya yg dinubuatkan Zakh. 14 dan Yhz. 47, dan bagian PL
lainnya. Teruta- ma kehadiran Allah yg memberi penyingkapan ilahi
oleh Roh, tidak lagi dibatasi di ruang Mahakudus di Bait Alah Israel,
tapi kurungan arsitektur ini telah terbuka, dan di eschaton telah
menyebar ke seluruh bumi. Bait Allah yg benar dan tempat ibadah
yg benar dan penyem- bah yg benar, bisa ditemukan di segala tempat,
berasal dari kehadiran Allah yg kudus di Roh yg pergi ke setiap
tempat, ke setiap orang yg ada di lingkup pengaruhNya. Akibatnya,
di tempat ada orang perca- ya yg sejati, Roh juga ada, seperti yg
ditegaskan Yoh. 7:37-39.
Rangkumannya: Yohanes memiliki pengertian eskatologi “already
and not yet,” yg dilihat sebagai hari2 terakhir kebangkitan, Roh, pe-
nganiayaan, dan Bait Allah, yg telah mulai digenapi dan menantikan
penggenapan penuhnya.
(G.K. Beale 2011: 131-136)
6.3 refere NSI esk A tolo GIS DI k ISA h p A r A r ASU l

6.3.1 Masa Lalu dan Masa Kini


Di sini Petrus
mengerti bahasa Kata “hari2 terakhir” muncul petama kali di PB (berdasarkan
lidah di hari urut- an kanon) di Kisah 2:17, ketika Petrus menjelaskan, “Akan
Pentakosta adalah terjadi pada hari-hari terakhir demikianlah firman Allah bahwa
penggenapan nubuat
akhir zaman
Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka
tentang hari Roh anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan
Allah memberikan teruna-terunamu ak- an mendapat penglihatan-penglihatan, dan
karunia bukan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.” Di sini Petrus
hanya kepada nabi,
mengerti bahasa lidah di ha- ri Pentakosta adalah penggenapan
imam, dan raja, tapi
semua umat di nubuat akhir zaman tentang hari Roh Allah memberikan karunia
komunitas bukan hanya kepada nabi, imam, dan raja, tapi semua umat di
perjanjian akan komunitas perjanjian akan “bernubuat” (Ki- sah 2:15–17a; cf. Yoel
“bernubuat”
2:28–29). Di awal kutipan Yoel 2:28, Petrus me- makai istilah “hari2
terakhir” (en tais eschatais hemerais) sebagai ganti “kemudian dari
pada itu akan terjadi” (meta tauta) di nubuat Yoel. Subtitusi ini
berasal dari Yes. 2:2-3 (di LXX istilah ini hanya muncul di sini):
2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung
tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-
gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala
bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 3 dan banyak su-
ku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia meng-
ajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan
menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran
dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Jadi Petrus menafsirkan kedatangan Roh di hari Pentakosta ke
atas komunitas Kristen sebagai penggenapan nubuat Yoel,
sekaligus per- mulaan penggenapan nubuat Yesaya tentang Bait
Allah akhir zaman, yg mempengaruhi segala bangsa untuk datang.
Alasan penggabung- an teks PL ini adalah konteks Yoel sendiri
berbicara tentang pendirian Bait Allah akhir zaman (Yoel 3:18).
Kebangkitan menjadi tanda dimulainya pemerintahan mesianis Ye-
sus, dan Roh di hari Pentakosta menjadi tanda penobatan pemerinta-
hanNya melalui gereja (lihat Kisah 1:6–8; 2:1–43).
Di titik transisi penting di Kisah, ketika Injil diperluas ke daerah
baru / etnis lain, turunya Roh Kudus disebutkan disebut sebagai
penanda peristiwa lanjutan Pentakosta yg mengikuti pola yg sama,
bisa dianggap sebagai “Pentakosta kecil.” Turunya Roh Kudus lanjut-
an memperlihatkan pemerintahan Kristus, sekaligus
memperlihatkan bangsa lain bersama bangsa Yahudi menjadi
percaya, dan dimasuk- an ke dalam Kerajaan Mesias yg baru ini. Ini
adalah implikasi Kisah 2, bangsa Yahudi yg mewakili semua daerah
bangsa lain yg dikenal di zaman itu, hadir di hari Pentakosta.
Contoh paling jelas turunya
6.3 refere NSI esk A tolo GIS DI k ISA h p A r A r ASU l 89

Roh Kudus yg mengikuti pola Kisah 2 adalah Kisah 10:3447,


ketika perwira Roma, Kornelius, dan relasinya orang kafir, percaya
kepada Kristus, dan “karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas
bangsa-bangsa lain juga” (Kisah 10:45).
Kisah tidak melakukan proses “de-eskatologisasi” dengan
menem- patkan sejarah gereja sebagai pengganti pengharapan
eskatologis. Se- baliknya, Lukas melihat turunnya Roh Kudus
sebagai tahapan peng- genapan eskatologis, menjadikan zaman
gereja sebagai zaman eska- tologis.
Tujuannya, Lukas mau memperlihatkan kemuliaan kerajaan mesia-
nik sorgawi Yesus, sebagai hasil dari kebangkitanNya dari kematian.
Sudut pandang ini logis, karena Roh dihubungkan dengan
pengha- rapan tentang kebangkitan di masa yg akan datang, baik
di PL ma- upun di Yudaisme, hubungan ini juga ditemukan di
PB (misalnya, Rom. 1:4; 1 Tim. 3:16). Akibat kebangkitan Yesus,
titi berat pelaya- nanNya di bumi bergeser menjadi
pemerintahanNya di sorga. Berita tentang kebangkitan Yesus
dipenuhi dengan pengertian akhir zaman yg berakar di PL (Yes. 25:7–
8; 26:18–19; Yhz. 37:1–14; Dan. 12:1–2) dan Yudaisme paska-
PL(misalnya, 2 Macc. 7:9, 14; 1QHa XIX:12; 1 En.51:1; 2 Bar.30:1–3;
50:1–4; T. Jud. 25:1; L.A.E.[Apocalypse] 41:3). Konseku- ensinya,
referensi tentang kebangkitan Yesus di sepanjang Kisah Pa- ra
Rasul, walaupun tidak memakai istilah teknis eskatologi seperti di
Kisah 2, bersifat eskatologis, terutama ketika dihubungkan dengan
konteks pengharapan dan janji PL (Kisah 1:3–11, 22; 3:15, 26; 4:2, 10,
33; 5:30–31; 7:55–56; 9:3–6; 10:40–41; 13:30–37; 17:31–32; 22:6–11; 25:19;
26:6–18, 22–23). Demikian pula, kebangkitan orang Kristen mungkin
diidentifikasi bersama kebangkitan eskatologis Yesus (Kisah 9:37–41;
20:9–12; cf. Mat. 27:52–53).
Penggenapan nubuat hari2 terakhir PL, selain kebangkitan dan tu-
runya Roh Kudus, merupakan indikasi bahwa akhir zaman sudah
tiba (Kisah 3:18, 22–26; 4:25–28; 13:27–29, 46–48; 15:14–18; 26:22–23).
(G.K. Beale 2011: 136-138)

6.3.2 Masa Depan

Di Kisah 1:6 para murid bertanya kepada Yesus, “Tuhan, maukah


Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Yesus men-
jawab, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang dite-
tapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya” (1:7) kemudian Yesus
ber- janji “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun
ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan
di selu- ruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (1:8).
Beberapa penafsir mengerti ayat 7-8 sebagai respon yg
menjelaskan penunda- an pemulihan kerajaan bagi Israel, dan di
masa transisi ini Roh me- mampukan pengikut Yesus untuk terus
bersaksi. Karena itu, waktu pemulihan Kerajaan Israel disamakan
dengan kedatangan Yesus un-
90 h UBUNG AN esk A tolo G I pl DA N p B - fok US kepA DA h A r I 2
ter A kh I r

tuk ke-2x-nya yg menutup sejarah, yg disebutkan di ayat berikutnya.


Selain itu, Kisah 3:19-21 dilihat sebagai kelanjutan tema
kedatangan Kerajaan di masa yg akan datang. Di alur pemikiran
seperti ini, “wak- tu penyegaran” dan “waktu pemulihan segala
sesuatu” terjadi di saat kedatangan Yesus yg menutup sejarah,
dengan cara yg sama dengan kedatanganNya (bdk. 1:11).
Tapi ada sudut pandang tafsiran lain dari Kisah 1:6-8. Jawaban
Ye- sus di ayat 7-8 mengkoreksi salah pengertian dari pertanyaan
murid di ayat 6. Pertama, ayat 7 menjawab asumsi yg salah bawa
mereka bo- leh mengetahui waktu penggenapan yg tepat (bdk. 1 Tes.
5:1-11) ten- tang pemulihan Kerajaan Israel; pengetahuan seperti ini
hanya untuk Bapa sendiri.
Kedua, ayat 8 tampaknya merupakan jawaban atas asumsi
impli- sit di pertanyaan ayat 6, bahwa tahapan masa depan Kerajaan
hanya bersifat fisik. Ayat 8 membantah asumsi ini. Walau ayat 8 bisa
ditafsir sebagai masa transisi yg ditandai kehadiran Roh dan
bukan bagian Kerajaan Mesianik, ayat ini lebih tepat ditafsir
sebagai bentuk masa depan dekat dari Kerajaan yg bersifat rohani
(“kamu akan meneri- ma kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas
kamu”). Janji ini sudah mulai digenapi di hari Pentakosta, dan
Petrus mengertinya sebagai peningkatan “hari2 terakhir,” pertama
di penobatan Kristus, ketika Dia menerima Roh pada saat
dibaptis. Sebenarnya, “hari2 terakhir” PL bukan hanya
pengharapan dicurahkannya Roh, tapi juga nubuat tentang
Kerajaan, karena itu Petrus berbicara tentang penggenapan
Kerajaan di Kisah 2:17.
Ketiga, Kisah 1:8 tampaknya merupakan respon atas presuposisi
etnik ayat 6, Kerajaan hanya berpusat di etnis Israel. Yesus menjawab
bahwa Kerajaan akan meliputi warga yg hidup bahkan di “ujung bu-
mi,” berhubungan dengan nubuat Yes. 49:6, tentang pemulihan Israel
dan bangsa2 lain (bdk. Kisah 13:47 yg menyinggung kesimpulan Ki-
sah 1:8, ketika Yes. 49:6 disebut secara eskplisit). Selain itu, referensi
di Kisah 1:8 “Roh Kudus turun ke atas kamu” berasal dari Yes. 32:15,
pertanyaan “sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas,” sebuah nubuat
para rasul di ten- tang pemulihan Israel.
Kisah 1:6 Karena itu Kisah 1:8 menegaskan penggenapan progresif yg masih
memperlihatkan
presuposisi
terus berlangsung dari nubuat PL tentang Kerajaan dan
eskatologis yg salah: pemulihan Israel, yg telah dimulai di pelayanan Yesus di bumi.
pemulihan Kerajaan Berdasarkan hal ini, pertanyaan para rasul di Kisah 1:6
Israel akhir zaman memperlihatkan presuposisi eskatologis yg salah: pemulihan
hanya terjadi di satu Kerajaan Israel akhir zaman hanya terjadi di satu titik waktu, di
titik waktu, di
ujung sejarah. ujung sejarah. Jawaban Yesus adalah pengenapan adalah “already
Jawaban Yesus and not yet,” dan tahap awal penggenap- an akan terus diperluas
adalah pengenapan sebelum penggenapan akhir tiba, seperti yg disingkapkan Kisah
adalah “already
and not pasal 2, yg belum dimengerti para rasul di pasal 1.
yet,” Jelas Kisah 3:20-21 berbicara tentang penggenapan penuh di masa
depan, ketika Kristus datang di akhir zaman melakukan “pemulihan
6.4 refere NS I esk A tolo G IS D I SU r A t 2 pAU l US 91

segala sesuatu.” Tapi Kisah 3:19 memberikan pengertian “already and


not yet,” terutama karena ayat ini diletakan setelah penegasan bahwa
“Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu de-
ngan perantaraan nabi-nabi-Nya” tentang penderitaan Kristus:
“Ka- rena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan,
agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan.” Ayat ini merupakan
parallel dari Kisah 2:38, “Bertobatlah dan ... dibaptis untuk
pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
Demiki- an pula, Kisah 3:22-26 merupakan permulaan
2
penggenapan nubuat mesianik. Bahkan kata “sampai waktu
pemulihan segala sesuatu” di Kisah 3:21 memiliki pengertian
“already and not yet,” karena “pe- mulihan” sudah dimulai di
kedatangan Yesus, kebangkitanNya, dan pemberian Roh.
Ada referensi yg tak diragukan tentang penghakiman akhir zaman
di Kisah 17:30-31, ketika Paulus menegaskan bahwa manusia
harus bertobat di masa kini karena Allah “telah menetapkan suatu
hari” di akhir sejarah, ketika “Ia dengan adil akan menghakimi
dunia” mela- lui Yesus Kristus (bdk. Kisah 24:25).
Paulus juga berkata bahwa dia “mengharapkan kegenapan janji”
akan kebangkitan bangsa Israel di akhir zaman di Kisah 26:6-7,
ta- pi kita belajar dari surat2 -nya bahwa peristiwa ini sudah
dimulai di Kristus, kebangkitan Israel sejati (Kisah 13:32–33; 23:6–7;
26:22–24).
(G.K. Beale 2011: 138-140)

6.4 refere N SI esk A tolo GI S DI S U r A t 2 pAU l US

6.4.1 Masa Lalu dan Masa Kini

Kematian dan
Paulus berkata PL ditulis sebagai instruksi bagi jemaat Korintus ten- kebangkitan Kristus
tang cara hidup di akhir zaman, karena bagi mereka “zaman menjadi permulaan
akhir telah tiba” (1 Kor. 10:11). Dia berbicara tentang kelahiran ciptaan baru hari2
Yesus ter- jadi “setelah genap waktunya,” sebagai penggenapan terakhir yg
dinubuatkan Yesaya
nubuat mesia- nik (Gal. 4:4). Demikian pula, “kegenapan waktu”
adalah saat orang percaya dibebaskan dari Iblis dan dosa melalui
kematian dan kebang- kitan Kristus (Ef. 1:7–10; 1:20–2:6), yg menjadi
permulaan pemerinta- hanNya atas seluruh bumi (Ef. 1:19–23).
Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi permulaan ciptaan baru
hari2 terakhir yg dinubuatk- an Yesaya (bdk. 2 Kor. 5:17, “Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama
sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang,” dengan
Yes. 43; 65–66); ciptaan baru ini menja- di tanda perubahan zaman,
yg dikatakan Paulus sebagai “sekarang” (2 Kor. 5:16) yg kemudian
dia jelaskan sebagai “waktu perkenanan” dan “hari penyelamatan”
(2 Kor. 6:2). Nubuat pemulihan akhir zam- an Israel dari
pembuangan, mulai digenapi di Kristus, Israel sejati, di
kebangkitan, dan di gereja yg disatukan dalam iman denganNya
(misalnya, 2 Kor. 6:16-18).
92 h UBUNG AN esk A tolo G I pl DA N p B - fok US kepA DA h A r I 2
ter A kh I r

Selain itu, keberadaan penganiayaan dalam bentuk penyesatan pe-


ngajar palsu di gereja Efesus, juga merupakan tanda datangnya hari2
penyesatan terakhir (1 Tim. 4:1; 2 Tim. 3:1). Kata yg dipakai di 2 Tim. 3:1 (en
pengajar palsu
di gereja Efesus,
escha- tais hemerais) adalah gema umum dari pengulangan kata “di
juga merupakan hari2 terakhir” dari LXX. Indikasi 1-2 Timotius tidak berbicara
tanda datangnya tentang ma- sa depan yg jauh, terlihat dari pengenalan bahwa
hari2 gereja Efesus su- dah mengalami penganiayaan akhir zaman dari
terakhir
pengajar palsu dan adanya jemaat yg murtad (lihat 1 Tim. 1:3–4, 6,
7, 19–20; 4:7; 5:13–15; 6:20–21; 2 Tim. 1:15; 2:16–19, 25–26; 3:2–9).
Penganiayaan akhir zaman yg ditandai keberadaan penyesat dan
ketidakpercayaan adalah peng- harapan dari Dan. 7-12 dan
Yudaisme awal (teks laut Mati dan Testa- ments of the Twelve
Patriarchs).
(G.K. Beale 2011: 140-141)

6.4.2 Masa Depan

Paulus membuat referensi waktu eskatologis kekal (“selamanya,” eis


tous aionas) yg terutama fokus ke masa depan. Allah dan Mesias akan
“dipuji selama-lamanya” (Rom. 1:25; 9:5) dan akan menerima “ke-
muliaan sampai selama-lamanya” (Rom. 11:36; 16:27; Gal. 1:5; 2 Tim.
4:18). Paulus juga berbicara tentang penggenapan masa depan dari
hari2 terakhir di 1 Kor. 15:24 ketika dia berkata bahwa “kemudian ti-
ba kesudahannya” Kristus “menyerahkan Kerajaan kepada Allah Ba-
pa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan
dan kekuatan.” Dan di 1 Kor. 1:8 ketika dia berkata bahwa Allah
“akan meneguhkan” orang percaya “sampai kepada kesudahannya
[telos], sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus
Kristus” (bdk. telosin di 2 Kor. 1:13)
(G.K. Beale 2011: 141)

6.5 refere NSI esk A tolo GIS DI k I t AB IB r ANI

6.5.1 Masa Lalu dan Masa Kini

Kitab Ibrani dimulai dengan Allah yg “pada zaman akhir [ep’ eschatou
ton hemeron touton]” telah “berbicara kepada kita dengan
perantara- an Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada” (Ibr 1:2). Ini adalah rangkuman dari
pengulangan istilah ini (sekitar 16x) dari teks PL tentang “hari2
terakhir” (be’aharit hayammim), yg sudah dibahas di pasal
sebelumnya. Istilah yg persis sama dengan Ibr. 1:2 (walau tanpa
touton [ini]) muncul 4x di PL, yg diterjemahkan menjadi “hari2
terakhir,” di Bil. 24:14; Yer. 23:20; 25:19 (49:39 MT); Dan. 10:14.
Ibrani 1:2 tampaknya merupakan gema dari nubuat mesianik Bil.
24, kata2 “Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan se- bagai yang berhak
menerima segala yang ada” di akhir Ibr. 1:2 berasal dari Mz. 2:7-8
tentang “Anak” mesianik yg akan mendapat “milik pu-
6.5 refere NSI esk A tolo GIS DI k I t AB IB r ANI 93

saka” bangsa2 sampai ke “ujung bumi.” Ada fakta yg menarik, baik


Bil. 24:14-20 maupun Mz. 2:8-9, menggunakan “tongkat” (sebet) se-
bagai gambaran Mesias, yg akan “memecahkan” bangsa2 (Bil.
24:17; Mz. 2:9 [LXX “memerintah” mereka]) dan menerima mereka
sebagai “milik pusaka” (Bil. 24:18; Mz. 2:8). Ibr. 1:2
mengkombinasikan “hari2 terakhir” Bil. 24:14 dan Mz. 2, hal ini juga
terlihat di di 2 Pet. 1:17-19, ketika kutipan Mz. 2:7 diikuti kutipan Bil.
24:17.
Di alur pemikiran yg sama, Ibrani 1:5-13 mengutip nubuat PL ten-
tang Kerajaan Mesianik Anak yg telah mulai digenapi di kedatangan-
Nya yg pertama (lihat juga Ibr. 5:5; 8:1; 10:12–13; 12:2). Demikian pula,
gambaran ideal pemerintahan Adam sebagai “Anak Manusia” di Mz.
8, tak pernah digenapi secara penuh di zaman PL, sekarang diterapk-
an di Kristus sebagai manusia ideal yg menggenapinya (Ibr. 2:6-
9). Kristus telah melakukan hal yg tak berhasil dilakukan oleh
Adam dan Israel. Dalam pengertian ini, Kristus adalah
“penggenapan” nu- buat akhir zaman dia juga dimengerti sebagai
“Anak” yg membuat eskatologi menjadi “lengkap” (bukan
“disempurnakan”) dan mulai memimpin dan akan selesai
memimpin umatNya menuju pengge- napan keselamatan akhir
zaman (lihat juga Ibr. 2:10; 5:8–9, 14; 6:1;
7:11, 19, 28; 9:9; 10:1, 14; 11:40; 12:2). Dengan cara ini, Kristus
meng- alahkan secara telak kuasa Iblis dan kematian (Ibr. 2:14),
sebuah ke- nyataan yg tak akan terjadi sampai tibanya ciptaan baru
eskatologis. Penulis Ibrani bisa berbicara di 9:26 tentang misi
Kristus “mengha- puskan dosa oleh korban-Nya” terjadi “pada
zaman akhir” (cf. 10:10, 12, 14).
Konsekuensinya, seperti di kitab Injil, Kisah Para Rasul, dan su-
rat Paulus, kedatangan Kristus yg pertama memulai akhir zaman,
yg telah dinubuatkan PL. Itulah sebabnya, penulis berbicara tentang
permulaan penggenapan nubuat Yeremia tentang perjanjian baru, yg
diakhiri di Yeremia dan Ibrani dengan penekanan akan pengampun-
an dosa: “sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak
lagi mengingat dosa mereka” (Yer. 31:31-34 dan Ibr. 8:8–12; 10:16–17).
Sejalan dengan nada akhir zaman Ibr. 9:26, nubuat Yeremia juga ber-
hubungan dengan peristiwa “hari terakhir” (bdk. Yer. 30:24 [“di hari2
terakhir”] dengan 31:31 [“akan datang hari2 -nya”], 31:33 [“sesudah
hari2 itu”]). Yer. 30:24 berkata bahwa umat Israel “pada hari-hari yang
terakhir akan mengerti” tentang “apa yang dirancang-Nya
dalam
hati-Nya” ketika Dia menyatakan “murka yang menyala-nyala” kepa-
da mereka. Hal ini dikembangkan di Yer. 31:31-34, ketika
dikatakan bahwa Allah akan “menaruh Taurat-Ku dalam batin
mereka dan me- nuliskannya dalam hati mereka,” berdasarkan
“mengampuni kesa- lahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa
mereka.” Artinya, Israel akan mengerti konsekuensi penghakiman
Allah, bukan saja penghu- kuman, tapi juga pengampunan yg
diperluas untuk menjangkau me- reka.
94 h UBUNG AN esk A tolo G I pl DA N p B - fok US kepA DA h A r I 2
ter A kh I r

Penulis Ibrani berkata bahwa pengikut Yesus “mengecap ... karunia-


karunia dunia yang akan datang” (6:5), di antaranya adalah “menda-
pat bagian dalam Roh Kudus” (6:4). Ini adalah pernyataan yg paling
jelas yg mengidentifikasi Roh Kudus sebagai tanda datangnya zaman
eskatologi (lihat juga Rom. 8:23; 2 Kor. 1:21–22; Ef. 1:13–14).
Bahkan “pengharapan” Kristen akan penggenapan penuh
keselamatan di ma- sa yg akan datang, berakar di Kristus yg sudah
menggenapi pengha- rapan ini (lihat 6:17-20). Sebenarnya, orang
Kristen “sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup,
Yerusalem sorgawi” (12:22), se- hingga pengharapan masa depan
tentang kota Allah diam2 telah me- nyerbu masuk ke masa kini,
sehingga sekarang orang2 kudus sudah masuk ke dalamnya.
Demikian pula karya Kristus sebagai imam, de- ngan mengorbankan
diriNya, merupakan penggenapan awal dari Ba- it Allah eskatologis
(9:8, 23). Orang yg menolak pengorbanan Kristus “sekali untuk
selamanya” di “zaman akhir” (9:26) “tidak mungkin di- baharui sekali
lagi” karena tidak ada korban lain yg akan diberikan, selain satu2 -
nya korban yg telah mereka tolak (6:4–6; 10:26–29).
Hal yg menarik dari eskatologi Ibrani adalah bersifat 2
dimensi: ada bidang vertikal dan horisontal, atau unsur ruang dan
waktu. Di bagian sebelumnya sudah dibahas aspek waktu “akhir
zaman” sudah dimulai dengan karya Kristus di masa lalu, tapi
“akhir” yg terakhir masih ada di masa depan. Dari sudut pandang
ruang, misalnya Bait Allah akhir zaman, bisa dilihat sebagai
kenyataan di masa kini, seba- gai perluasan dimensi sorgawi ke
kenyataan di bumi, dan juga seba- gai dimensi tak terlihat dari
dimensi materi di bumi (Ibr. 9:1–10:26) karena karya Kristus.
(G.K. Beale 2011: 142-144)

6.5.2 Masa Depan

Kitab Ibrani berbicara tentang periode kekal eskatologi (“selamanya,”


eis ton aiona), dengan fokus utama ke masa depan, walaupun
masa kini sebagai permulaan periode ini tak luput dari perhatian.
Peme- rintahan Yesus di akhir zaman (1:8), jabatanNya sebagai
Imam (5:6; 7:17, 21, 24, 28), dan kemuliaanNya (13:21) adalah kekal.
Ada perdebatan apakah “perhentian” di Ibrani 3-4 telah dimulai di
kedatangan Kristus yg pertama, atau merupakan kenyataan yg terja-
di di penggenapan akhir. Ke-2 pandangan ini memiliki argumen
yg sah, walaupun konsep perhentian di masa depan, memiliki
kemung- kinan lebih besar. Penekanan Ibr. 3-4 adalah bertahan
sampai akhir, ketika upah terakhir diterima (3:6, 14). Selain itu,
“perhentian” dise- but sebagai “janji” yg “masih berlaku,” artinya
belum digenapi (4:1, 6, 9). Memang benar, “perhentian” ada di
masa kini (4:3, “kita yang beriman, akan masuk ke tempat
perhentian”) dan bahkan masa la- lu (4:10, “barangsiapa telah
masuk ke tempat perhentian-Nya”), hal ini dilihat dari sudut
pandang masa depan. Tema dominan di ke-2
pasal ini adalah kontras antara kegagalan Israel yg tidak bisa masuk
ke “perhentian” yg dijanjikan setelah mengembara di padang gurun
dan kemudian di sejarah, dan orang Kristen Yahudi di kitab
Ibrani yg dinasihati untuk bertahan sampai akhir di perjalanan
mereka di bumi, sehingga bisa masuk ke “perhentian” yaitu “tanah
air sorgawi” (11:16). Tanah Kanaan hanya bayang2 dari tanah
sorgawi ini. Baru
pada saat ini, perhentian Sabat bisa dinikmati di ciptaan baru. Datangnya
Datangnya penghakiman bagi orang yg tidak percaya dan yg penghakiman bagi
mur- tad di akhir zaman, merupakan tema yg berulang di kitab orang yg tidak
percaya dan yg
Ibrani (6:2; 9:27), terutama sebagai peringatan untuk tetap bertahan murtad di akhir
(10:26–31, 36–38; 12:25–29; 13:4). Orang kudus dinasihati untuk zaman, merupakan
tetap bertahan “sampai kepada akhirnya” (telos [3:14; 6:11]). Mereka tema yg berulang di
yg peduli kepa- da peringatan penghakiman ini dan taat kepada kitab Ibrani ...
terutama sebagai
nasihat untuk bertah- an di dalam iman, akan menerima peringatan untuk
penggenapan penuh keselamatan di akhir sejarah (9:28), yaitu tetap bertahan ...
“upah” mereka (10:35; 11:26), dan waris- an penuh yg telah dijanjikan
(6:11–12, 17–18; 9:15; 10:23, 34–35; 11:39). Warisan Tanah Perjanjian
di bumi baru adalah rangkuman tersing- kat dari penulis tentang
hal yg akan diterima orang percaya sejati di eschaton (11:9–16; 13:14).
Warisan ini tidak bisa rusak (12:27–28) dan bersifat kekal. Di bumi
baru, Allah bisa dilihat, dan kehadiranNya bisa dirasakan secara
penuh (cf. 12:14). Pembaca tidak boleh menga- baikan nasihat ini,
karena “hari” terakhir itu “dekat” (10:25).
(G.K. Beale 2011: 144-145)

6.6 refere NSI esk A tolo GIS DI SU r A t 2 U m U m

6.6.1 Masa Lalu dan Masa Kini

6.6.1.1 Yakobus, 1-2 Petrus, dan Yudas


Indikasi bentuk awal ciptaan baru muncul di Yakobus 1:18, “Atas
kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenar-
an, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung
di antara semua ciptaan-Nya.” Natur waktu, masa penulis dan
pemba- ca hidup, muncul di pasal 5. Di sini, Yakobus menegur umat
yg tidak hidup saleh dan tidak memakai kesempatan yg ada untuk
melakuk- an kebenaran, berdasarkan sudut pandang periode
waktu: “Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan
menjadi kesaksi- an terhadap kamu dan akan memakan dagingmu
seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang
sedang berakhir [en eschatais hemerais]” (Yak. 5:3). Karena waktu
sudah berjalan sampai ke periode akhir sejarah, “kedatangan Tuhan”
dan waktu penghakiman se-waktu2 bisa datang (Yak. 5:7-9).
Seperti Yakobus, 1 Petrus dimulai dengan pembahasan ciptaan ba-
ru orang percaya di hari terakhir yg telah terjadi: Allah “telah
mela- hirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara
orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Pet.
1:3). La-
hir baru dan konsekuensinya “hidup yg penuh pengharapan” ter-
integrasi dengan dasar kebangkitan Kristus. Pengertian zaman
baru dikembangkan lagi di 1:20-21, ketika kebangkitan Kristus
“dari an- tara orang mati” digambarkan sebagai bagian dari
“zaman akhir” (ep eschatou chronon), melalui kebangkitan Kristus,
pembaca menjadi percaya dan memiliki pengharapan. Melalui
kebangkitan ini, Yesus ditempatkan di sebelah kanan Allah dan
mulai memerintah (3:18–19, 21–22). Roh di hari terakhir, adalah
pelaku yg membangkitkan Kris- tus (3:18), sekaligus pelaku yg
membangkitkan pengikutNya (4:6 [ba- ik yg mati tubuh, maupun
yg hidup]) dan tingkah laku mereka di lingkup pengaruh
kehidupan ini (1:2). Mirip dengan Ibrani, 1 Petrus berbicara tentang
kematian Kristus bagi dosa dalam istilah perubah- an zaman, “sekali
untuk selamanya” (3:18). Selain itu, penghakiman juga sudah
berjalan bersamaan penderitaan komunitas Kristen yg ter- jadi atas
penentuan Tuhan, karena penderitaan ini berfungsi sebagai ujian
iman (4:12–19).
Surat 2 Petrus membahas Kerajaan Kristus dengan mengamati ter-
jadinya hal ini di awal pelayananNya di bumi, ketika Dia dibap-
tis (1:16–17). Baik 2 Petrus maupun Yudas, keduanya
mengingatkan pembaca bahwa Kristus dan rasul2 telah bernubuat
tentang guru pal- su yg akan masuk ke komunitas gereja “pada hari-
hari zaman akhir
[ep’ eschaton ton hemeron]” (2 Pet. 3:3) atau “menjelang akhir
zaman [ep’ eschatou tou chronou]” (Yud. 18). Ke-2 surat ini berbicara
tentang
penganiayaan akhir zaman dari yg sudah dinyatakan di kemunculan
guru palsu, yg berusaha membelokkan kebenaran di tengah komuni-
tas Kristen (cf. 2 Pet. 3:2–3 with 2:1–22; 3:16–17; cf. Jude 17–18
with
4, 8, 10–13). Istilah hari terakhir 2 Petrus, muncul dalam bentuk
yg sama di LXX sebanyak 11x, jadi merupakan gema dari LXX.
Pemaka- iannya bagi guru palsu dan penyesatan, sejalan dengan
penggunaan di komunitas Qumran dan tafsir Yuadisme awal
tentang nubuat es- katologis Yakub di Kej. 49:1.

6.6.1.2 Surat2 Yohanes


1 Yoh. 2:18
Surat2 Yohanes memperlihatkan bahwa eschaton telah masuk ke da-
lam sejarah. Ayat yg paling terkenal berbicara tentang
“antikristus” (1 Yoh. 2:18), “Anak-anakku, waktu ini adalah waktu
yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang
antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus.
Yohanes Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
mengidentifikasi terakhir.”
antikristus2
Yohanes mengidentifikasi antikristus2 adalah orang yg murtad dan
adalah orang yg
murtad pergi meninggalkan gereja yg sejati, “Memang mereka berasal dari
dan antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada ki-
pergi meninggalkan ta; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya
gereja
mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi,
yg sejati
supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-
sungguh terma-
suk pada kita” (1 Yoh. 2:19). Kemudian Yohanes menjelaskan mereka
sebagai guru palsu dan bukan orang percaya sejati, “Siapakah
pen- dusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah
Kris- tus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik
Bapa maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga
tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki
Bapa” (1 Yoh. 2:22-23).
1 Yoh. 2:18 berasal dari nubuat Yesus tentang “mesias palsu”: “Se-
bab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mere-
ka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat,
sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pi- lihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih
dahulu kepadamu” (Mat. 24:24-25; Mark. 13:22). Paulus juga
berbicara ten- tang “manusia durhaka” yg akan menyesatkan
umat Allah di akhir zaman (2 Tes. 2:3–10). Baik Yesus maupun
Paulus, keduanya menggu- nakan nubuat Daniel tentang musuh
akhir zaman yg akan mnyesatk- an umat Allah (Dan. 7–9; 11–12).
Misalnya, Mat. 24:15, 21 mengutip nubuat Daniel yg terkenal
tentang penganiayaan besar. Paulus juta mengutip Dan. 11:31, 36.
Jadi, 1 Yoh. 2:18-23 mengembangkan nubuat Yesus dan Paulus ten-
tang musuh akhir zaman berdasarkan nubuat Daniel. Apakah Yoha-
nes hanya sekedar membandingkan guru palsu di gerejanya dengan
“mesias palsu” yg disebut Matius, “manusia durhaka” yg disebut Pa-
ulus, dan “pembinasa keji” yg disebut Daniel? Apakah dia hanya
sekedar membandingkan “jam terakhir” Daniel, Matius, dan Paulus?
Jika demikian, antikristus di 1 Yohanes bukan penggenapan nubu-
at Yesus, Paulus, dan Daniel. Karena tidak ada formula penggenapan
nubuat, pembaca bisa mengambil kesimpulan Yohanes sekedar mem-
buat perbandingan. Jika 1 Yoh. 2 adalah pengenapan nubuat,
bagai- mana guru palsu bisa jadi pengenapannya, karena antikristus
belum datang, dan situasi 1 Yohanes adalah jemaat Yahudi dan non-
Yahudi yg menghadapi penyesatan, bukan bangsa Israel di nubuat
Daniel?
Bagaimana kita memutuskan masalah hermeneutik yg sulit ini?
Presuposisi Beale adalah PB menafsir PL dengan integritas. Yohanes
melihat teks Daniel sebagai nubuat dan melihat situasi digerejanya
sebagai permulaan penggenapannya.
Tampaknya Yohanes mengerti nubuat Dan. 7-12, Mat. 24, dan 2
Tes. 2 sudah mulai digenapi. Hal ini terlihat dari penggunaan istilah
“jam terakhir” di 1 Yoh. 2:18, “Anak-anakku, waktu ini adalah
wak- tu yang terakhir [eschate hora, jam terakhir], dan seperti yang
telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah
bang- kit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-
benar adalah waktu yang terakhir [eschate hora, jam terakhir].”
Pengguna- an istilah eskatologis “jam” (hora) di PL hanya muncul di
“old Greek” Dan. 8; 11; 12. Di setiap kemunculannya, “jam” (hora)
berbicara buk-
an tentang eschaton (akhir sejarah), tapi wakhtu khusus
eskatologis, ketika musuh umat Allah mencoba menyesatkan
mereka.
Jadi penggunaan “jam terakhir” di 1 Yohanes berdasarkan
peng- gunaannya di Daniel, sebuah indikasi nubuat Daniel sudah
mulai digenapi di zaman Yohanes ada di tengah jemaatnya.
Yohanes kemudian mengambil kesimpulan, “Itulah tandanya [ho-
ten ginoskomen, dari hal ini kita tahu ], bahwa waktu ini benar-benar
adalah waktu yang terakhir.” Dia berkata bahwa menurut pengha-
rapan nubuat, “seorang antikristus” akan datang, tapi tiba 2 dia me-
lanjutkan perkataannya “sekarang telah bangkit banyak antikristus.”
Ini adalah formula “already and not yet” yg mirip dengan Injil
Yohanes, terutama Yoh. 5:25-29.
Di beberapa ayat berikutnya Yohanes berkata, nubuat tentang
an- tikristus sudah mulai digenapi, bukan hanya karena anak
buahnya sudah datang, tapi dalam pengertian yg sesungguhnya
seorang an- tikristus telah datang: “Siapakah pendusta itu?
Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia
itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa
maupun Anak” (1 Yoh. 1:22). Bagaimana Yohanes bisa berkata
“antikristus” (tunggal) telah datang? 1 Yoh. 4:2-3 memberikan
jawabannya: “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh
yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah da- tang sebagai
manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku
Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikris- tus dan
tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan
sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.” Walaupun Antikristus be-
lum datang dalam bentuk inkarnasi, roh-nya sudah datang, memberi
inspirasi kepada guru palsu, sebuah antitesis dari karya Roh Kris-
tus bagi umatNya. Konsekuensinya, nubuat tentang antikristus telah
mulai digenapi secara hurufiah, dalam pengertian guru palsu sudah
melakukan penyesatan di tengah komunitas perjanjian, seperti yg te-
lah dinubuatkan.
Ada yg membantah, nubuat tidak digenapi secara hurufiah,
karena Daniel bernubuat tentang antikristus dan guru palsu yg
menyesatkan Israel dan menajiskan Bait Allah di Israel. Ada pula yg
membantah, konteks nubuat Daniel adalah penganiayaan,
sedangkan di gereja Yo- hanes tidak ada penganiayaan, hanya
penyesatan.
Kita Keberatan ini diajukan berdasarkan asumsi seluruh konteks PL
harus mengajukan ha- rus dibawa ke PB, untuk bisa menjadi penggenapan yg sah. Ini
pertanyaan lebih tun- tutan yg terlalu besar. Penulis PB bisa memakai sebagian teks
lanjut, apakah
aplikasi nubuat
PL dan melihat pengenapannya di PB.
Israel bagi gereja Kita harus mengajukan pertanyaan lebih lanjut, apakah aplikasi
itu sah? nu- buat Israel bagi gereja itu sah? Jawabannya tergantung kepada
Jawabannya keper- cayaan kita bahwa Yesus adalah Israel sejati. Jika Yesus
tergantung kepada
adalah Israel sejati, maka pengikutNya juga Israel sejati. Jadi
kepercayaan kita
bahwa Yesus adalah penerapan nubuat tentang Israel bagi gereja bukan allegori, atau
Israel sejati. merohanikannya, tapi heremeneutik “legal representative,” orang yg
menjadi wakil menge-
nakan identitas legal hurufiah dari yg diwakili, sama seperti anak
angkat mengadopsi garis keturunan keluarga yg mengadopsinya.
1 Yohanes 3:4
1 Yoh. 3:4 mengidentifikasi guru palsu sebagai “tak berhukum”
(la- wlessness) penyesat yg dinubuatkan Daniel, “Setiap orang yang
berbu- at dosa, melanggar juga hukum Allah [melakukan tindakan
tak ber- hukum, poiei anomian], sebab dosa ialah pelanggaran hukum
Allah [si tak berhukum, he anomia].”
Bandingkan dengan tradisi Septuaginta Daniel 12:10 versi TH, “orang-
orang tak berhukum [anomoi] akan melakukan tindakan tanpa hu-
kum [anomesosin]; tidak seorangpun dari orang tak berhukum itu
[anomoi] akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan me-
mahaminya.” Sedangkan versi OG adalah, “orang-orang [hoi hamar-
toloi] akan berdosa akan berdosa [hamartosin], tidak seorangpun dari
orang berdosa itu [hoi hamartoloi] akan memahaminya” Sebelumnya
Dan. 11:32 versi TH berkata, “orang-orang yang melakukan tindak-
an tak berhukum [hoi anomountes] mendatangkan perjanjian dengan
kata-kata licik”; sedangkan dalam versi OG, “Di dalam dosa [en ha-
martiais] terhadap perjanjian mereka mencemarkan orang-orang yg
keras hati.” Tradisi Septuaginta menafsirkan seorang musuh akhir
zaman sebagai guru palsu yg membuat perjanjian, yg ada di
narasi Daniel 11 (ayat 31-32, 34). Hal ini sangat menarik, bila
dibandingkan dengan antikristus di 1 Yoh. 2:18-19, 22; 4:1-6.
Karena itu 1 Yoh. 2:18 dan 3:4 memiliki hubungan erat, diperkuat
dengan pemakaian kata “sekarang” di 2:28 dan sekali lagi di 3:2, yg
memiliki konotasi eskatologis.
Implikasinya, pembaca harus sadar bahwa sekarang mereka hidup
di tengah “penganiayaan besar,” yg telah nyata dalam kehadiran gu-
ru palsu, sehingga mereka tidak terlena dan tertipu. 1 Yoh. 5:16 berka-
ta, “ada dosa yang mendatangkan maut,” hal ini lebih baik dimenger-
ti dalam konteks hari terakhir. “Dosa” di 5:16 adalah murtad, karena
menjadi penyesat, atau disesatkan oleh guru palsu, sebuah tanda bah-
wa orang ini tidak pernah benar2 masuk ke dalam komunitas orang
percaya, dan selam ini memang sudah mengalami kematian rohani.
Konteks 1 Yohanes yg Lebih Luas
Di perspektif lain, hidup dan kematian Kristus memiliki pengaruh
kosmik atas dunia melalui pengikut2 -Nya, sehingga bisa
dikatakan bahwa dunia yg lama, dunia kegelapan, “sedang lenyap”
(1 Yoh. 2:8, 17 [cf. 2:2, 12–14]). Perubahan dunia yg drastis ini terjadi
karena karya penebusan Kristus, yg telah membinasakan penguasa
jahat di dunia lama (3:8). Orang yg mengidentifikasi diri dengan
karya penebusan Kristus, juga berpartisipasi di kemenangan atas
Iblis (2:13-14).
Dunia lama mulai hancur secara rohani, kematian dan
kebangkitan Kristus juga telah memulai ciptaan baru, karena itu ada
persinggung- an dunia lama dan baru: “kegelapan sedang lenyap
dan terang yang benar telah bercahaya” (2:8). Kebangkitan ke
dalam hidup kekal su-
dah dimulai di kebangkitan Kristus, dan kebangkitan rohani
pengi- kutNya, yg mengidentifikasi diri dengan kematian dan
kebangkitan- Nya (lihat 1:2; 2:17, 25; 3:14; 4:9; 5:11–13, 20,
terutama dalam terang Yoh. 5:21–29). Roh, yg dinubuatkan akan
dicurahkan di aman eska- tologis (Yoel 2:28–32; Kisah 2:17–18),
memberi jaminan bahwa orang percaya telah masuk ke dalam
kehadiran ilahi yg menjadi tanda dari zaman baru (3:24; 4:13).
(G.K. Beale 2011: 145-154)

6.6.2 Masa Depan

Penghakiman juga merupakan tema utama di Yakobus (2:13; 3:1). Di


satu sisi, orang akan dihakimi karena mementingkan diri sendiri, ta-
mak, dan menganiaya orang benar (5:1–9). Hari penghakiman “sudah
dekat” (5:8). Di sisi lain, orang yg memperlihatkan iman sejati melalui
Karen perbuatan akan menerima upah di hari terakhir (1:12; 5:7).
a penghakiman bisa Penulis 1 Petrus menegaskan akan tiba harinya, ketika Allah
se-waktu2 datang,
de- ngan adil menghakimi semua orang berdasarkan perbuatannya
orang percaya
dinasihati untuk (1:17; cf. 4:17: “karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman
hidup dengan dimulai”). Bahkan sekarang Allah “telah siap sedia menghakimi
hati2, sehingga orang yang hi- dup dan yang mati” (4:5), karena “kesudahan
tidak masuk ke segala sesuatu sudah dekat” (4:7). Karena penghakiman bisa se-
dalam
penghakiman. waktu2 datang, orang per- caya dinasihati untuk hidup dengan
hati2 , sehingga tidak masuk ke dalam penghakiman. Ada kalimat
yg menarik, “pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama
dihakimi” (4:17), memperlihatkan penghakiman sudah masuk ke
masa kini. Mereka yg bertahan dalam pencobaan akan menerima
“keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman
akhir” (1:5 [cf. 1:9]), ketika Kristus datang la- gi (1:13) dan
pengikutNya bisa bersukacita di pernyataan kemuliaan yg lebih
besar (4:13; cf. 5:1). “Pada waktunya” (5:6) orang percaya “ak- an
menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu” (5:4), dan
Allah “akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohk-
an” (5:10) untuk selamanya orang yg bertahan sampai akhir (cf. 5:6).
Gambaran lain tentang upah terakhir adalah “menerima suatu
bagi- an yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan
yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga” (1:4 [cf. 3:9]).
“Pengharapan” orang percaya diarahkan ke tujuan ini (3:15).
Ketika hari terakhir ti- ba, “pemerintahan” Allah akan dinyatakan
“sampai selama-lamanya” (4:11; 5:11).
Baik aspek “already” maupun “not yet” di hari terakhir 1 Petrus,
memberikan kerangka teologis untuk pengertian yg lebih baik bagi
kewajiban etis orang Kristen.
Penghakiman akhir disebut lagi di 2 Petrus (2:3, 9 [“hari
pengha- kiman”]; 3:7) dan Yudas (6 [“penghakiman pada hari
besar”], 14–15). Di penghakiman ini “langit akan lenyap dengan
gemuruh yang da- hsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus
dalam nyala api, dan
6.7 refere NSI esk A tolo GIS DI k I t AB WA h YU 101

bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (2 Pet.
3:10). Tampaknya penulis mengharapkan penggenapan hurufiah. Tu-
juannya adalah penggembalaan dan etika: menasihati orang percaya
untuk hidup kudus sehingga mereka dinyatakan “setia” ketika
hari penghakiman datang (cf. 2 Pet. 3:11–12 [“the day ofGod”], 14).
Berbe- da dengan orang fasik, orang benar akan mendapat “rahmat”
di hari yg mengerikan ini (Yud. 21). Ciptaan lama, yg akan
dihancurkan, di- ganti dengan “langit yang baru dan bumi yang
baru” (2 Pet. 3:13), bahasa yg mirip dengan Why. 21:1, karena
keduanya berasal dari nu- buat Yesaya 65:17 dan 66:22. Di saat ini,
Kerajaan yg telah dinobatkan di kedatangan Yesus yg pertama, akan
didirikan secara penuh (2 Pet. 1:11), dan umat Allah akan berdiri di
hadriat Allah yg mulia (Yud. 24). Kemuliaan adalah sifat ilahi, yg
dimiliki Bapa (Yud. 25) dan Anak (2 Pet. 3:18) dan akan
disingkapkan dengan jelas di akhir zaman.
1 Yoh. 2:28 dan 4:17a memberikan kemungkinan bahwa kedatang-
an Kristus yg terakhir (parousia) bisa terjadi kapan saja, karena
itu pembaca harus bertahan (“tinggal”) di dalam iman mereka,
sehing- ga ketika Dia datang, mereka bisa percaya diri bahwa
mereka akan mendapat keselamatan, dan tidak menjadi malu karena
menemukan diri mereka mendapat murka di hari penghakiman.
Bertahan sampai akhir, membuat mereka menjadi serupa dengan
Kristus pada saat Dia datang, karena orang yg setia bisa “melihat Dia
dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (3:2). Orang yg memiliki
“pengharapan” seperti ini, akan memiliki motivasi untuk mulai
menjadi serupa dengan ke- kudusanNya di masa kini (3:3; 4:17b).
(G.K. Beale 2011: 154-155)

6.7 refere N SI esk A tolo GI S DI k I t AB WA h Y U

Kosa kata periode eskatologi (“hari 2 terakhir,” dll.) tidak ditemukan


di kitab Wahyu, namun ada kosa kata lain yg dipakai, yg memper-
lihatkan eskatologi “inaugurated” (awal / penobatan) dan “consum-
mated” (penggenapan penuh). Kedua konsep ini terjalin ke keselu-
ruhan kitab.
Kitab Wahyu mengharapkan kedatangan Kristus di satu titik di
masa depan (misalnya 16:15; 22:7, 12, 17, 20). Penggenapan
nubuat eskatologis ini “sudah dekat” (1:3; 22:10). Di kitab ini ada
gambar- an yg sangat luar biasa tentang kedatangan Kristus yg
menghakimi orang fasik. Hukuman orang fasik berlangsung untuk
selamanya (li- hat varian eis tous aionas ton aiononin di 14:11; 19:3;
20:10). Sebaliknya, Kristus juga akan memberikan upah dan berkat
bagi umatNya (11:18; 19:7–9; 21:1–22:5, 12, 14; cf. 7:9–17). Di saat itu,
Dia akan mendierikan Kerajaan yg lengkap, di bentuk kekekalan
(eis tous aionas ton aionon di 11:15–17; 22:5; 7:9–17 [?]; cf. 19:1),
walaupun di bagian lain terlihat jelas bahwa Kerajaan ini sudah
mulai berdiri di masa kini (eis tous aionas ton aiononin di 1:6; 5:13;
7:12 [?]). Sesaat sebelum penghakim-
102 h UBUNG AN esk A tolo G I pl DA N p B - fok US kepA DA h A r I 2
ter A kh I r

Gambar 6.1: Bagan Hari2 Terakhir

an akhir, ada penganiayaan dan penyesatan umat Allah (misalnya


11:7–10; 16:12–14; 20:7–9; cf. 3:10; 6:11; 7:14; 13:5–18), dan penyiksaan
bagi penganiaya (misalnya 16:21; 17:16–17; cf. 3:10). Konsep yg sama
terlihat di kitab PB lainnya.
Kitab Wahyu menggunakan kata hora karena pengaruh nubuat es-
katologis Daniel (3:10; 14:7) dan Dan. 4:17a LXX, yg digunakan di
17:12; 18:10, 17, 19, sebagai tipologi periode sebelum dan dan sampai
ke penghakiman akhir. Penggunaan kata ini di 14:7 penting,
karena menjelaskan kehancuran “binatang buas” (14:8-11), yg di
Why. 13:1- 11 digambarkan dengan gambaran eskatologis Dan. 7.
Ada pelbagai masalah tafsir di kitab Wahyu, beberapa topik dipe-
rdebatkan apakah penggenapan eskatologisnya hanya di masa yg
ak- an datang, atau sudah dimulai di masa kini. Masalah tafsir ini
terlalu kompleks untuk dibahas di bagian ini.
(G.K. Beale 2011: 155-156)
P E N G A N I AYA A N E S K AT O L O G I S D I Y E S U S D A N

GEREJA
7
Beale mengusulkan alur cerita PB sbb.: hidup, pencobaan, kematian, dan
kebangkitan Yesus adalah awal penggenapan pemerintahan ciptaan baru -
sudah dan belum (already and not yet), dianugerahkan kepada orang per-
caya melalui iman, sehingga menghasilkan misi global untuk memperluas
pemerintahan ciptaan baru ini, dan penghakiman orang tidak percaya, bagi
kemuliaan Allah Tritunggal. Topik penganiayaan
Topik penganiayaan dibahas lebih dulu, karena hal inilah yg perta- dibahas lebih dulu,
ma terjadi atas umat Allah di masa eskatologis, sesudahnya mereka karena hal inilah yg
pertama terjadi atas
akan dibebaskan dan mengalami penggenapan janji akhir zaman. PL umat Allah di masa
dan Yudaisme menjelaskan bahwa penganiayaan akan terjadi sebe- eskatologis,
lum aspek lain ciptaan baru dan Kerajaan digenapi. sesudahnya mereka
PL adalah kisah tentang Allah, yg secara progresif menegakkan akan dibebaskan dan
mengalami
Ke- rajaan Ciptaan baru eskatologis, dari chaos atas umat berdosa, penggenapan janji
dengan Firman dan Roh-Nya, melalui janji, covenant, pendebusan, akhir zaman. PL dan
yg meng- hasilkan misi global bagi orang percaya untuk memperluas Yudaisme
Kerajaan dan penghakiman bagi orang tak percaya, bagi menjelaskan bahwa
penganiayaan akan
kemuliaanNya. Di pa- sal sebelumnya sudah dibahas, chaos di pola
terjadi sebelum
PL dinyatakan di tulah Mesir dan di pembuangan Israel ke Babel. aspek lain ciptaan
Chaos tulah Mesir, menjadi pola bagi penderitaan eskatologis, baru dan Kerajaan
digambarkan dengan serangkaian sangkakala dan cawan di kitab digenapi.
Wahyu. Awal pencobaan akhir zaman juga dinyatakan di
penganiayaan atas diri Yesus dan Gereja.
Serangan dan penyesatan Iblis bagi Adam pertama di ciptaan per-
tama, juga akan diulang di akhir zaman. Karena itu, Adam akhir
zaman harus menghadapi badai penyesatan. Tapi berbeda dengan
Adam pertama, Adam eskatologis akan bertahan dan menjadi peme-
nang atas kuasa jahat. Demikian pula, pengikut-Nya akan
mengalami penganiayaan dan penyesatan, mereka juga akan
menjadi pemenang melalui diri sang pemimpin akhir zaman, yg
telah membuka jalan bagi mereka.

7.1 pe N GA NIAYAAN A kh I r z A m A N DI pl

Di pasal sebelumnya telah dibahas beberapa refernsi tentang datang-


nya penganiayaan umat Allah. Yhz. 38:10–16 bernubuat tentang mu-
suh dari utara yg akan menyerbu dan menindas Israel, ketika bangsa
Israel “hidup tenang-tenang dan diam dengan aman tenteram”
se- telah mereka kembali dari pembuangan. Daniel 7-12
menempatkan penganiayaan akhir zaman Israel terjadi setelah
mereka kembali dari tanah pembuangan dan sebelum penggenapan
penuhnya (kebangkit-

103
10 pe NG ANIAYAA N esk A tolo G IS D I Y es US DA N G ere JA
4
an dan ciptaan baru). Tepatnya, penafsir menempatkan penganiayaan
di kerajaan dunia yg terakhir (Dan. 2 menubuatkan kehancuran kera-
jaan dunia ke-4 yg anti Kerajaan Allah ini). Pencobaan akhir
zaman Dan 7-12 (misalnya, Dan. 12:1) meliputi:

1. Periode penyesatan musuh akhir zaman, mencakup pemutar


balikan kebenaran Allah, pengaruh guru palsu yg masuk ke da-
lam komunitas perjanjian, untuk menimbulkan ketidaksetiaan
kepada perjanjian;

2. musuh menganiaya orang kudus,

3. musuh ini menajiskan Bait Allah,

4. musuh ini melawan Allah,

5. dan akhirnya musuh ini mendapatkan penghakiman akhir.

7.2 pe NGANIAYAAN A kh I r z A m AN DI YUDAIS me AWAl


Yudaisme
mengantisipasi Yudaisme mengantisipasi bertambahnya kesalahan doktrin,
bertambahnya pengajar- an palsu, dan penyesatan di hari2 terakhir yg menuju ke
kesalahan doktrin,
pengajaran palsu,
penghakim- an akhir kejahatan dan penggenapan penuh Kerajaan
dan penyesatan di Allah. Ada juga referensi tentang Israel yg melakukan kejahatan
hari2 terakhir yg besar di periode es- katologi. Selain itu, di masa menjelang akhir
menuju ke sejarah, orang kudus akan mengalami penderitaan besar, termasuk
penghakiman akhir penganiayaan karena iman mereka, dan umat manusia akan
kejahatan dan
penggenapan penuh
mengalami pelbagai penco- baan yg mengerikan termasuk perang
Kerajaan Allah. dan kekacauan tatanan alam semesta.
2 Baruch25–27 menegaskan “penganiayaan besar” terakhir, yg me-
liputi kekacauan tatanan alam semesta bersamaan dengan dilepas-
kannya aktivitas kuasa gelap. 4 Ezra 5:1–19 juga menjelaskan hal yg
sama, tapi dengan penambahan “jalan kebenaran akan
tersembunyi dan tanah menjadi tandus bagi iman” di penganiayaan
besar ini. Be- berapa teks hanya menekankan kekacauan tatanan
alam semesta (4 Ezra 9:2–4). Komunitas Qumran bernubuat
tentang perang eskato- logi terakhir antara “anak2 terang” dan
“anak2 kegelapan” di saat ini “umat yg ditebus Allah mengalami
penderitaan” (1QM I:11–12; XV:1), di saat ini umat Allah
mengalami pemurnian (4Q174 frgs. 1, II,3,24,5:1–4a).

7.3 pe NGANIAYAAN “ A lre ADY AND N ot Y et” DI per JANJIAN


BA r U

Pencobaan hari
terahir yg telah Pencobaan hari terahir yg telah dinubuatkan dan mulai digenapi di
dinubuatkan dan PB fokus kepada pengajaran palsu, bukan kehancuran alam semesta,
mulai digenapi di walaupun demikian penggenapan penuhnya nanti mencakup hal ini.
PB fokus kepada
pengajaran palsu,
bukan kehancuran
alam semesta ...
7.3.1 Anak Manusia dan Penganiayaan Besar

7.3.1.1 Identifikasi Anak Manusia di Daniel 7


Di kuliah tentang Daniel 7, Beale biasanya meminta siswa untuk
membaca ayat 15-28, tapi sebelum mereka membaca dia memberi
rangkuman ayat 1:14: Daniel mendapat penglihatan 4 binatang buas
bangkit dari laut yg bergelora, menyusul satu sama lain.
Penglihat- an dilanjutkan dengan “Yang Lanjut Usianya” duduk di
atas takhta- Nya (9-10), kemudian binatang terakhir mendapat
penghakiman (11- 12), dan akhirnya “seorang seperti anak manusia”
mendekati takhta “Yang Lanjut Usianya” dan menerima kuasa kekal
atas seluruh bumi (13-14). Kemudian dia mengatakan satu hal yg
aneh: literatur pengli- hatan biasanya mengikuti pola penglihatan
yg diikuti tafsiran, bagi- an tafsiran menafsir penglihatan
sebelumnya, jadi ayat 15-28 hanya sekedar tafsiran ayat
sebelumnya. Siswa merasa aneh, diajar seperti anak SD. Tapi Beale
meminta siswa untuk membaca ayat 15-28 dan memperhatikan
bagaimana ayat ini menfasir tokoh “Anak Manusia,” yg menjadi
tokoh kunci di penglihatan sebelumnya, karena itu pasti
diidentifikasi di bagian tafsiran.
Setelah siswa selesai membaca, mereka diminta untuk menjawab si-
apa yg menjadi tafsiran dari tokoh “Anak Manusia” di Daniel 7. Jelas
siswa mengalami kegalauan hermeneutik dan teologi ketika mereka
menemukan bahwa tafsiran tidak memberi identifikasi “Anak Ma-
nusia” sebagai individu tokoh Mesias. Bahkan kata “Anak Manusia”
tidak muncul di bagian tafsiran. Kegalauan siswa makin men-jadi2
ketika mereka sadar bahwa Yesus berulang kali mengidentifikasi diri-
Nya sebagi “Anak Manusia” di keempat kitab Injil. Setelah beberapa
menit refleksi, beberapa siswa memberikan usul tentang identifikasi
“Anak Manusia” yaitu “orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi”
(Dan. 7:27), sebuah referensi bagi Israel. Alasannya adalah “Anak Ma-
nusia” menerima “kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari se-
gala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya” (13-
14) dan di bagian tafsiran “Anak Manusia” tidak disebut tapi
“orang- orang kudus” disebut beberapa kali menerima kuasa ini (15-
28).
Dan. 7:18: sesudah itu orang-orang kudus milik Yang
Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka
akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya,
bahkan kekal selama-lamanya.
Dan. 7:22: sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan
keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang
Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu
memegang pemerintahan
Dan. 7:27: Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesar-
an dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan
diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Maha-
tinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang
kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh
kepada mereka.

Maka Beale berkata, “Engkau benar, Anak Manusia adalah orang2 ku-
dus, umat Israel.” Timbul pertanyaan, “Mengapa Yesus di kitab Injil
membuat klaim bahwa diriNya adalah Anak Manusia?” Jawabannya
adalah di Daniel 7 ada indikasi bahwa “Anak Manusia” adalah
sa- tu individu mesianik dan sekaligus juga umat Israel. Pertama,
tokoh yg “datang dengan awan-awan dari langit” adalah
penggambaran yg aneh, karena di bagian PL lainnya, hanya Allah yg
mengendarai aw- an (para rabbi sering menyebut Allah sebagai
“pengendara awan”). Anak Manusia digambarkan sebagai tokoh
ilahi yg datang mendeka- ti takhta “Yang Lanjut Usianya.” LXX (versi
OG) memberikan tafsiran ini: “Di atas awan sorgawi datang seorang
yg seperti Anak Manusia, dan dia datang sebagai Yang Lanjut
Usianya” (sedangkan versi Ara- maic dan Theodotionic memiliki
teks “dia naik kepada Yang Lanjut UsiaNya”). Jadi tafsir kuno
Ada bagian tafsiran Dan. 7:13 menggambarkan Anak Manu- sia memiliki keilahian yg
yg memperlihatkan sama dengan Yang Lanjut UsiaNya.
bahwa raja mesianik
Ada bagian tafsiran yg memperlihatkan bahwa raja mesianik
dan umat Israel,
keduanya adalah dan umat Israel, keduanya adalah “Anak Manusia.” Ke-4 binatang
“Anak Manusia.” dise- but sebagai “raja” di ayat 17 dan di ayat 23 sebagai “kerajaan,”
mem- bedakan individu raja dan kerajaan yg dia perintah dan
wakili, ada bagian lain yg menyamakan identifikasi raja dan
kerajaannya. Teolog PL menyebut relasi ini sebagai “yg satu dan
yg banyak” atau “wa- kil corporate,” ketika raja, imam, atau ayah
mewakili kerajaan, bangsa, atau keluarga. Walaupun secara teknis
individu ini berbeda dengan yg diwakili, individu ini diidentifikasi
bersama yg diwakilinya. Kebe- naran yg dikatakan tentang wakil
adalah benar juga untuk yg diwa- kili. Dalam Daniel 7, di bagian
tafsiran Anak Manusia adalah umat Israel yg setia, karena individu
raja Israel mewakili / merangkum se- luruh umat di dalam dirinya.
Konsekuensinya tindakannya mewakili tindakan seluruh umat,
demikian pula sebaliknya. Identitas umum mereka sama.
Keduanya dianggap Israel (seperti perang Daud dan Goliat
merupakan perang antara bangsa Israel dan Filistin).
Ada petunjuk lain di bagian akhir Dan. 7:27: “Maka pemerintahan,
kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta
langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang
Maha- tinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang
kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada
mereka [LXX “Dia”].” Ada penafsir mengidentifikasi “Dia” sebagai
individu Anak Manusia dari ayat 13-14. Tapi tafsir ini berasal dari
presuposisi bah- wa tokoh di ayat 13-14 adalah individu. Tapi
bagian tafsirnya ambi- gu, tidak bisa memastikan tokoh ini adalah
individu. “Dia” bisa me- miliki antecendent “Yang Mahatinggi” atau
mungkin juga kata ganti tunggal untuk mencerminkan kumpulan
orang kudus. Jadi “keraja- an” di akhir ayat 27 adalah kerajaan
“Yang Mahatinggi” atau kerajaan “orang2 kudus.”
7.3.1.2 Anak Manusia, Orang2 Kudus, dan Penganiayaan di Daniel 7
Israel akan
Di bagian sebelumnya sudah diidentifikasi “Anak Manusia”
menderita
teruta- ma fokus kepada orang2 kudus, dan yg sekunder kepada pencobaan berat
individu raja, sekarang pembahasan bisa dilanjutkan ke dari musuh akhir
penganiayaan di Da- niel 7. Kita telah melihat Daniel bernubuat zaman sebelum
menerima kerajaan
bahwa orang kudus akan menerima kerajaan (18, 22, 27). Ayat 21-22
berkata bahwa Israel akan menderita pencobaan berat dari musuh
akhir zaman sebelum me- nerima kerajaan: “Dan aku melihat
tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan
mengalahkan mereka, sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan
keadilan diberikan kepada orang-orang ku- dus milik Yang
Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang
pemerintahan.” Ayat 23-27 mengatakan hal yg sama, dengan
penekanan di ayat 25: “Ia akan mengucapkan perkataan yang
menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang ku-
dus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan
hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama sa-
tu masa dan dua masa dan setengah masa.” Ayat 17-18 memberikan
implikasi pola yg sama tentang penindasan orang2 kudus yg diikuti
penerimaan kerajaan. Jika orang2 kudus adalah tafsiran utama da-
ri “Anak Manusia,” seperti yg sudah dibahas di atas, maka ayat
15- 28 menggambarkan Israel sebagai Anak Manusia harus
mengalami pencobaan akhir zaman sebelum menerima kerajaan.
Selain itu, jika Anak Manusia bisa mendapat tafsiran sekunder
sebagai individu raja akhir zaman yg mewakili Israel, maka Dia juga
harus mengalami pe- nganiayaan akhir yg dilakukan oleh musuh
eskatologis sebelum Dia menerima kerajaan.

7.3.2 Pencobaan Anak Manusia dan Kerajaan di Kitab Injil

Di bagian ini hanya akan dibahas teks kitab Injil yg berbicara ten-
tang penderitaan Anak Manusia. Ada 2 tipe ucapan tentang Yesus:
(1) pelayanan sebelum disalib, dan (2) kematian disalib.

7.3.2.1 Referensi tentang Pelayanan Yesus sebelum Disalib


Mat. 8:20: Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempu-
nyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak
Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan
kepala- Nya."
Mat. 11:19: Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan
dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pe-
lahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang
berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatan-
nya."
Daniel 7:13 (OG) Mark. 10:45 (Mat. 20:28)
“Seorang seperti anak Karena Anak Manusia juga datang
manusia ... dan semua bukan untuk dilayani, melainkan
... melayani Dia ...” untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang."

Tabel 7.1: Pemakaian istilah Anak Manusia

Mark. 10:45 Karena Anak Manusia juga datang buk-


an untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Luk. 19:10: Sebab Anak Manusia datang untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang."

Setiap pemakaian istilah “Anak Manusia” ini memiliki hubungan de-


ngan Dan. 7:13. Beberapa ayat lebih jelas dari yg lainnya, karena me-
makai bahasa yg sama dengan Dan. 7:13. Di tabel 7.1 ada bahasa
parallel antara Dan. 7:13 dan Injil Sinoptik.
Walaupun ayat ini fokus kepada kematian Yesus, referensi
“kedatangan”- Nya mencakup juga pelayanan sebelumnya, ketika Dia
mulai “mela- yani,” yg berpuncak di penderitaan kematianNya.
Walaupun pengli- hatan Daniel mengambarkan Anak Manusia
dikelilingi bala tentara malaikat (Dan. 7:9-10) datang mendekati takhta
ilahi untuk menerima kuasa atas seluruh alam semesta, Mark. 10:45
menggambarkan Yesus
yg mulai menggenapi nubuat Daniel dengan cara yg berbeda dari
nubuat ini. Teks Markus berhubungan dengan Dan. 7:13,
walaupun hubungannya diperdebatkan: analogi atau permulaan
penggenapan. Tidak ada formula penggenapan nubuat, tidak ada
indikasi Yesus te- lah menerima kerajaan di masa pelayananNya,
tapi Dia “melayani” orang lain, bukan “dilayani,” Dia
melakukannya melalui penderita- an, yg berpuncak di kematianNya.
Walaupun demikian ayat ini lebih baik dilihat sebagai permulaan
(inaugurated) penggenapan. Alasan- nya adalah banyak referensi
penggenapan nubuat PL tidak memiliki formula penggenapan. Jika
tidak ada bukti yg menentangnya, kon- teks menuntut ayat ini
dilihat bukan sekedar analogi, tapi referensi konteks PL yg dibawa
ke PB, sehingga terlihat sebagai penggenapan. Karena itu, Yesus
Markus memperlihatkan penderitaan di pelayananNya dan kematianNya yg
melihat penggenapan sudah dekat merupakan permulaan penggenapan nubuat Daniel.
dengan cara yg Tapi bagaimana menjelaskan cara penggenapan yg bertolak bela-
mengejutkan. Yesus
kang dengan nubuat Daniel 7? Markus melihat penggenapan dengan
menjalankan
nubuat ini, pertama cara yg mengejutkan. Yesus menjalankan nubuat ini, pertama
dengan dengan nmenjalankan kuasa penebusan, jadi Dia melayani dengan
nmenjalankan menderita bagi mereka, untuk mendapatkan keselamatan mereka;
kuasa baru kemudi- an mereka akan melayani Dia. Karena itu,
penebusan ...
kedatangan Yesus untuk
melayani adalah permulaan dari kemenanganNya, perjalanan mende-
kati takhta seperti yg digambarkan Dan. 7. Pengertian ini bisa disebut
permulaan penggenapan “ironi” dari Dan. 7:13-14.
R.T. France menolak pendapat C.K. Barrett: jika orang 2 kudus ha-
rus menderita dan ditindas sebelum menerima kerajaan, maka Anak
Manusia juga harus mengalami hal yg sama, karena Dia adalah wa-
kil mereka karena itu harus diidentifikasi bersama mereka. Karena
itu Anak Manusia harus menderita sebelum menerima kerajaan.
France memberikan argumen yg membantah posisi ini. Pertama,
di kitab Daniel tidak ada ayat yg berkata Anak Manusia menderita
atau harus diidentifikasi bersama penderitaan orang 2 kudus. Dia
diiden- tifikasi bersama kerajaan. Tapi dia menerima sudut pandang
Barrett tentang Dan. 7, yaitu Anak Manusia menjadi wakil dari
orang ku- dus Israel. Jika demikian halnya, penderitan Anak
Manusia bisa jadi merupakan implikasi dari Dan. 7. Yesus yg
menyebut diriNya seba- gai Anak Manusia bukanlah hal yg
mengejutkan sebagai permulaan penggenapan Dan. 7.
Kedua, France berkata bahkan jika Barret benar, penderitaan Anak
Manusia sebagai kurban pengganti tidak disebut dan juga bukan im-
plikasi dari Dan. 7. Hal ini benar, tapi pola umum penderitaan sebe-
lum kerajaan tetap bisa dipakai, dan unsur kurban pengganti didapat
dari kombinasi nubuat penderitaan Hamba di Yesaya (Yes. 53:11-
12) dan Dan. 7:13-14 (dan juga penderitaan eksplisit “Mesias”
dinubuatk- an Dan. 9:26).
Terakhir, France berpendapat bahwa Yesus menyebut Anak
Manu- sia dari Dan. 7:13-14 hanya sebagai aplikasi bai
kemenangan paska kebangkitan (jadi hanya ada 7 referensi Dan. 7:13-
14 di sepanjang Injil Sinoptik). Kebanyakan penafsir tidak seketat
France dalam pembatas- an referensi Dan. 7:13, mereka mengakui
ada kutipan lainnya. Perlu
ditambahkan, ada kemungkinan kutipan Yes. 53 di Mark. 10:45. Yesus dipandang
Sekarang kita kembali ke pertanyaan, bagaimana hal ini berhu- telah mendirikan
bungan dengan penobatan penganiayaan besar akhir zaman. kerajaan di tengah
penderitaan diriNya.
Nubuat Dan. 7 tentang penderitaan Israel dan kerajaan Anak Hal ini menyoroti
Manusia sudah mulai digenapi di pelayanan Yesus dan berpuncak di unsur ironi
kematianNya. Tapi penderitaan yg dinubuatkan Daniel mendahului pengenapan ...
kerajaan dan digabung dengan penobatan kerajaan ini, jadi Yesus
dipandang telah mendirikan kerajaan di tengah penderitaan
diriNya. Hal ini menyo- roti unsur ironi pengenapan, yg telah
disebut sebelumnya. Tentu saja, banyak peneliti berpendapat bahwa
Yesus sudah menobatkan keraja- an di pelayananNya di bumi, tapi
tidak banyak yg menyadari bahwa penganiayaan eskatologis telah
dimulai di pelayananNya, meliputi pelbagai tahapan penderitaan,
dan bagi Yesus penderitaan berpun- cak di salib.
Lukas 19:10 mirip dengan Markus 10:45, demikian Lukas 7:34 (lihat
tabel 7.2), walau yg terakhir butuh penjelasan tambahan.
Dan. 7:13 (OG) Luk. 7:34; 19:10
“Seorang seperti Luk. 7:34: Kemudian Anak Manusia datang, Ia
Anak Manusia
makan dan minum, dan kamu berkata:
datang ... Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Luk. 19:10: Sebab Anak Manusia datang untuk
mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Tabel 7.2: Perbandingan istilah Anak Manusia

Berlawanan dengan Dan. 7, yg menggambarkan Anak Manusia


dikelilingi bala tentara malaikat (9-10) ketika Dia mendekati
takhta ilahi untuk mendapat kerajaan, Lukas 7:34 menggambarkan
Yesus mulai menggenapi nubuat Daniel dengan cara yg sangat
berbeda de- ngan nubuat ini. Kata2 “Anak Manusia datang” bisa
dikenali sebagai kutipan dari Daniel, dan bisa diasumsikan Lukas
melihatnya seba- gai penggenapan bukan analogi. Sungguh
mengherankan, mereka yg mengelilingi Anak Manusia bukan
malaikat, seperti yg dinubuatk- an Dan. 7, tapi pengikut Yesus yg
terdiri dari pemungut cukai dan orang berdosa. Sekali lagi, hal ini
adalah bagian kedatangan Anak Manusia dalam kemenangan yg
tak dikenal orang banyak, untuk menerima kuasa atas kerajaan.,
yg dimulai bahkan sebelum kema- tian dan kebangkitanNya.
Walaupun penderitaan tidak disebutkan di sini, penderitaanNya
adalah penampilan yg memalukan yg dice- mooh dan dikecam
pemimpin rohani. Walaupun banyak ahli yg me- rasa ucapan
“hikmat” di Luk. 7:35 adalah kutipan tradisi asal2 -an, sebenarnya
ucapan ini sangat sesuai: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua
orang yang menerimanya.” Yesus adalah Anak Allah yg ber-
hikmat (Dia adalah “Anak”), dan hikmat Allah
2
menjungkirbalikkan nilai duniawi, seperti yg diperlihatkanNya.
Hikmat dunia mengha- kimi Dia sebagai tokoh yg memalukan,
tapi kenyataannya Dia ada- lah Anak yg setia yg bertahan dalam
penderitaan dan hinaan, dan sekaligus menobatkan kerajaanNya.
Hikmat Allah yg dengan ironis memperkenalkan kerajaan melalui
Yesus, akan dibenarkan melalui kebangkitan Yesus dan di akhir
zaman melalui kebangkitan orang2 kudus yg telah mengikuti jejak
langkah ironisNya.
Hinaan adalah bagian dari pengaiayaan akhir zaman dan Yesus
mulai menderita di pelayananNya sebagai bagian dari penggenapan
nubuat Daniel, mengingatkan kembali bahwa Anak Manusia diiden-
tifikasi bersama Israel, yg dinubuatkan akan menderita.

7.3.2.2 Referensi Kematian Yesus di Salib


Penganiayaan eskatologis yg dialami Yesus dimulai di pelayananNya
dan berpuncak di kematianNya di salib. Ini adalah kelompok ke-2
dari ayat2 penderitaan “Anak Manusia.”
Mat. 12:40 “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut
ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak
Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga
malam.” Mat. 17:9 Pada waktu mereka turun dari
gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan
kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun
sebelum Anak Manu-
sia dibangkitkan dari antara orang mati." (= Mark. 9:9).
Mat. 17:12 “dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah da-
tang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan
memperlaku- kannya menurut kehendak mereka.
Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh
mereka” (cf. Mark. 9:12–13).
Mat. 17:22 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-
sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manu-
sia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
Mat. 20:18 “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak
Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia
hukum- an mati.”
Mat. 20:28 “sama seperti Anak Manusia datang buk-
an untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Mat. 26:2 “Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dira-
yakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan un-
tuk disalibkan.”
Mat. 26:24 “Anak Manusia memang akan pergi sesu-
ai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi cela-
kalah orang yang olehnya Anak Manusia itu
diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya
ia tidak dila- hirkan” (= Mark 14:21; Luke 22:22).
Mat. 26:45 “Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-
Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan
istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manu-
sia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa” (=
Mark 14:41).
Mark. 8:31 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan
ke- pada mereka, bahwa Anak Manusia harus
menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-
tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan bangkit se- sudah tiga hari.
Mark. 10:45 “Karena Anak Manusia juga datang buk-
an untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Luk. 9:22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus me-
nanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh
dan dibangkitkan pada hari ketiga.”
Luk. 9:44 “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-
Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia.”
Luk. 22:48 Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas,
engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?”
Luk. 24:7 “yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahk-
an ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan
ak- an bangkit pada hari yang ketiga.”

Setiap referensi “Anak Manusia” ini sedikit banyak memiliki hubung-


an dengan Dan. 7:13, walaupun hal ini diperdebatkan para ahli.
Ye- sus mewakili dan merupakan wujud dari orang2 kudus Israel
seba- gai Anak Manusia, dan kematianNya di salib adalah
penggenapan nubuat Daniel tentang pencobaan besar akhir zaman,
ketika musuh eskatologis menindas orang Israel yg setia dan
membunuh banyak orang dari antara mereka (nubuat implisit dari
Anak Manusia). Fakta- nya, Mesias termasuk di antara orang yg mati
di penganiayaan akhir zaman, karena “Pembinasa keji” di Dan.
9:26-27 (cf. Mat. 24:15) di- hubungkan dengan kematian Mesias,
terjadi di bagian lain Daniel di zaman penganiayaan akhir, ketika
musuh jahat membunuh orang2 kudus (Dan. 11:30–35; 12:10–11; cf.
7:25).

7.3.3 2 Tesalonika 2 dan Penganiayaan Besar

Seperti di tempat lain, di Tesalonika ada guru palsu yg


mengajark- an bahwa Yesus sudah datang untuk ke-2x-nya secara
rohani, dalam Roh (Pentakosta) atau bersamaan dengan kebangkitan
rohani orang2 kudus. Paulus menasihati jemaat supaya tidak
dipengaruhi pengajar- an palsu ini (2 Tes. 2:1–2). Di ayat 3, Paulus
memberi rangkuman, “Janganlah kamu memberi dirimu
disesatkan” (3a). Alasan pertama adalah Kristus tidak akan datang
kembali sebelum “datang dahulu murtad” (apostasia), terutama
jemaat yg meninggalkan iman, dan ten- tunya dunia yg juga
terpengaruh (3b). Alasan kedua adalah sebelum Kristus datang
kembali, “haruslah dinyatakan dahulu manusia dur- haka, yang
harus binasa” atau antikristus (3c). Karena ke-2 tanda ini belum
muncul secara penuh, maka konsekuensinya Kristus belum datang
untuk ke-2x-nya.
Di ayat 4 Paulus mengembangkan nubuat tentang antikristus dari
Dan. 11 (lihat tabel 7.3).
Selain itu istilah “manusia durhaka” (anthropos tes anomias, manu-
sia tanpa hukum) merupakan gema dari Dan. 12:10-11 TH, yg
mi- rip dengan Dan. 11:29-34, merupakan referensi bagi pencobaan
akhir zaman ketika “yg tanpa hukum [anomoi] akan melakukan
tindakan tak berhukum [anomesosin]; dan tak seorang pun di
antara yg tak berhukum [anomoi] akan mengerti” (artinya, telah atau
akan disesatk- an). Hal ini berhubungan langsung dengan “sejak
dihentikan korban
Daniel 11:31, 36 2 Tesalonika 2:3-4
Tentaranya akan muncul, mereka ... manusia durhaka ... yaitu
akan menajiskan tempat kudus, lawan yang meninggikan diri
benteng itu, menghapuskan di atas segala yang disebut
korban sehari-hari dan atau yang disembah sebagai
menegakkan kekejian yang Allah.
membinasakan.
Bahkan ia duduk di Bait
Allah dan mau menyatakan
Raja itu akan berbuat diri sebagai Allah.
sekehendak hati; ia akan
meninggikan dan membesarkan
dirinya terhadap setiap allah. Juga
terhadap Allah yang mengatasi
segala allah ia akan
mengucapkan kata-kata yang tak
senonoh sama sekali, dan ia akan
beruntung sampai akhir murka
itu; sebab apa yang telah
ditetapkan akan terjadi.

Tabel 7.3: Antikristus

sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan


itu” (Dan. 12:11 [cf. 11:31]) oleh musuh akhir zaman di Bait Allah.
Menurut Dan. 11:30-45, musuh terakhir Allah akan menyerang ko-
munitas perjanjian. Selain penganiayaan, serangan juga berupa pe-
nyesatan: musuh akhir zaman menyesatkan dengan “kata2 licin” mem-
pengaruhi komunitas ini untuk “meninggalkan Perjanjian Kudus”
(11:30) dan “berlaku fasik terhadap Perjanjian” (11:32), hal inilah
yg dimaksud Paulus dengan “murtad” di 2 Tes. 2:3. Musuh akan
mem- pengaruhi umat untuk menjadi “murtad” (Dan. 11:32),
mengaku se- tia, padahal tidak. Musuh akhir zaman akan muncul
terang2 -an di komunitas, “meninggikan dan membesarkan dirinya
terhadap setiap allah” (36), tapi akhirnya dia akan dihakimi Allah
(45). Jadi, Paulus
mengembangkan nubuat Dan. 11-12 di 2 Tes. 2:3-4 dan seterusnya. Paulus berkata di
Paulus berkata di ayat 3-4 bahwa pembaca jangan disesatkan de- ayat 3-4 bahwa
ngan berpikir Kristus sudah datang kembali, karena 2 tanda akhir pembaca jangan
disesatkan dengan
murtad dan antikristus belum muncul. Paulus dengan tegas berkata berpikir Kristus
di ayat 5, bahwa alasan ke-3 adalah hal yg dikatakannya bukanlah sudah datang
hal yg baru. Paulus telah berulangkali mengingatkan mereka kembali, karena 2
tentang murtad dan antikristus: “Tidakkah kamu ingat, bahwa hal tanda akhir murtad
dan antikristus
itu telah kerapkali kukatakan kepadamu, ketika aku masih bersama-
belum muncul.
sama de- ngan kamu?” (2 Tes. 2:5). Ayat 3-4 adalah peringatan
tentang hal yg sudah mereka ketahui. Implikasinya, jemaat ada
dalam bahaya pe- nyesatan karena mereka cenderung melupakan
kebenaran yg sudah diajarkan Paulus.
Walaupun Paulus berkata kedatangan antikristus masih di masa
yg akan datang, di ayat 6-7 dia memperingatkan jemaat untuk ber-
jaga2 terhadap kuasa penyesatan di masa kini. Bahkan Paulus
membuat pernyataan radikal bahwa jemaat di masa kini tidak lebih
aman di- bandingkan di masa kedatangan antikristus.
Konsekuensinya, orang2 kudus tidak boleh berpikir, karena
antikristus belum datang secara fi- sik, dia tidak akan bisa
menyesatkan mereka sekarang.
Di 2 Tes. 2:3-4 dan Dan. 11:30-45 dinubuatkan bahwa musuh Allah
akan menyerang komuntitas perjanjian di hari terakhir. Serangan di-
lakukan dalam 2 bentuk: penganiayaan dan penajisan Bait Allah, dan
melalui penyesatan. Paulus berkata di ayat 6 bahwa musuh belum da-
tang secara penuh karena ada “yang menahan dia, sehingga ia baru
akan menyatakan diri pada waktu yang telah ditentukan
baginya.” Fungsi penahanan adalah supaya musuh tidak muncul
sebelum wak- tu tepat untuk kemunculannya. Hal ini juga sudah
diajarkan Paulus (5). Setidaknya ada identifikasi pihak yg
“menahan dia,” adalah pi- hak yg baik, bukan kuasa jahat.
Walaupun “manusia durhaka” belum datang, dalam pengertian
tertentu dia sudah datang: “secara rahasia [mysterion]
kedurhakaan telah mulai bekerja” (7). Apa artinya? Di PB kata
“rahasia” (mysterion) berhubungan dengan penyingkapan PL, di kasus
ini adalah Dan. 11:4. Kata ini memberi indikasi, nubuat sudah mulai
digenapi tapi dengan cara yg mengejutkan, yg tak terpikirkan oleh
pembaca PL.
Alasan Paulus menggunakan kata “rahasia” di ayat 7 adalah
dia mengerti nubuat tentang antikristus telah mulai digenapi di
gereja Tesalonika, dengan cara yg tidak diantisipasi oleh Daniel.
Kata “ra- hasia” (mysterion) muncul dengan pengertian eskatologis
hanya di Dan. 2 (ayat 18–19, 27–30, 47), selain Dan. 11:31, 36 yg
telah dise- but di atas. Daniel berkata bahwa antikristus terakhir
akan muncul dengan kekuatan penuh yg bisa dilihat semua orang
(“meninggikan dan membesarkan dirinya”), ketika dia mencoba
untuk menyesatkan dan menganiaya. Paulus mengerti walaupun
musuh belum terlihat, karena dia baru muncul di akhir sejarah, dia
“telah mulai bekerja” di komunitas perjanjian melalui penyesat2
bawahannya yaitu guru pal- su. Pembaca nubuat Daniel akan
mengantisipasi kedatangan musuh yg terlihat oleh semua orang.
“Rahasia” yg disingkapkan kepada ge- reja Tesalonika adalah
nubuat ini sudah mulai digenapi dengan cara yg mengejutkan,
walaupun kuasa gelap belum muncul secara fisik, dia sudah
memberi inspirasi kepada penyesatan melalui kehadiran rohnya di
guru palsu (bdk. 1 Yoh. 4:1-3).
Paulus berkata bahwa sekarang juga guru palsu yg telah
dinubu- atkan Daniel dan Yesus (bdk. Mat. 24:4–5, 23–24) ada di
antara pem- baca suratnya. Artinya, penganiayaan besar yg
dinubuatkan Dan. 11 telah mulai digenapi sebagian. Nubuat
tentang “murtad” dan keda- tangan “manusia durhaka” (ke Bait
Allah) komunitas perjanjian ge- reja telah mulai digenapi.
Tanda kematian Yesus bersamaan dengan 1 Yoh. 2:18 dan 2 Tes.
2:6- 7, memperjelas bahwa penganiayaan besar, ketika antikristus
datang, telah dimulai. Antikristus yg dinubuatkan telah masuk ke
komuni- tas perjanjian dan menajiskannya. Daniel bernubuat tentang
3 tanda penganiayaan besar: penganiayaan, penajisan Bait Allah,
dan penye- satan oleh guru palsu di dalam Bait Allah dan di
dalam komunitas perjanjian. Jelas penganiayaan dan penyesatan
telah terjadi di komu- nitas eskatologis abad pertama, dan terus
berlanjut. Penajisan komun- tias perjanjian adalah masuknya roh najis
dan penipu dari antikristus ke dalam komunitas orang beriman,
untuk mencoba mengubah hu- kum Allah. Karena itu,
penganiayaan akhir zaman telah berlangsung di sepanjang sejarah
gereja (untuk penganiayaan di Tesalonika lihat Kisah 17:5–8; 1 Tes.
1:6; 2:14; 3:3–4).
Tentu saja penganiayaan belum mencapai titik klimaks. Akan
ada peningkatan penganiayaan ketika inkarnasi antikristus muncul di
akhir sejarah (Apoc. El. 4:20–23 berkata bahwa “anak tanpa hukum”
[“son of lawlessness”] akan melakukan penganiayaan hebat kepada
orang2 kudus di masa pencobaan ini). Di masa ini, penganiayaan dan
penye- satan yg sebelumnya hanya menimpa sebagian gereja di
sepanjang se- jarah, akan meningkat menjadi penganiayaan gereja
secara global, di titik inilah Kristus akan datang kembali (lihat Why.
11:1–13; 20:1–10).

7.3.4 1 Yohanes dan Penganiayaan Besar

Di bagian sebelumnya telah dibahas penggunaan “jam” dari Dan. 8-


12 di 1 Yoh. 2:18, “Anak-anakku, waktu [hora] ini adalah waktu yang
terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus ak-
an datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah
tanda- nya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir.” Wa- laupun antikristus belum datang, “roh”-nya telah
memberi inspirasi kepada guru palsu (1 Yoh. 4:3). Konsekuensinya
nubuat tentang an- tikristus telah mulai digenapi.
Artinya, penganiayaan eskatologis telah dimulai di abad 1,
bukan hanya terjadi di akhir sejarah.
1 Yoh. 3:4 merupakan ayat penting, “Setiap orang yang berbuat
dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran
hukum Allah.” Teolog sistematik menganggap ayat ini adalah
rang- kuman dari penjelasan tentang “dosa”: yaitu melawan hukum
Allah. Walaupun hal ini benar, latar belakang ayat ini memperkaya
penger- tiannya, terutama jika dikaitkan dengan nubuat tentang
antikristus. Dan. 11:32; 12:10 OG menyamakan dosa eskatologis
(kelompok kata hamartia) dengan “tanpa hukum” (kelompok kata
anomia), dan tan- paknya Yohanes menyamakan “dosa” dan
“pelanggaran hukum” se- bagai permusuhan yg telah dinubuatkan.
Mat. 24:11–12 juga berbicara tentang hari2 terakhir ketika “kedurha-
kaan” (anomia) bertambah: “kasih menjadi dingin” (juga Mat. 7:22–23;
13:41). Tradisi Yahudi berbicara tentang hari2 terakhir sebagai “masa
pelanggaran Israel” ketika ada pergumulan malaikat damai dan Iblis
(T. Dan. 6). Demikian pula Did. 16:3–4:

Karena di hari2 terakhir nabi palsu dan penyesat ber-


tambah banyak, dan domba berubah menjadi srigala, dan
kasih menjadi kebencian. Karena kedurhahkaan
[anomia] bertambah, mereka akan membenci dan
menganiaya dan mengkhianati satu sama lain. Dan
penyesat dunia akan muncul seperti seorang anak Allah
dan “melakukan tan- da mujizat,” dan bumi akan
diserahkan ke tangannya, dan dia akan melakukan
kekejian yg tak pernah terjadi sebe- lumnya.

Barnabas4:1–6a menghubungkan karya “kedurhakaan” (anomia) de-


ngan “penyesatan di masa kini” sebagai penggenapan kerajaan ke-4
dari Daniel:

Karena itu kita harus menyelidiki keadaan masa kini


dan mencari hal yg bisa menyelamatkan kita. Marilah
ki- ta menghindari semua karya kedurhakaan supaya kita
ti- dak dikalahkannya, dan marilah kita membenci
penyesat- an masa kini, sehingga kita dikasihi di zaman
yg akan datang. Marilah kita tidak mengistirahatkan
jiwa kita se- hingga terhitung di antara orang berdosa
dan orang fasik, supaya kita jangan menjadi seperti
mereka. Batu sandung- an ada di depan kita, yg telah
dikatakan Kitab Suci, seper- ti yg dikatakan Enoch.
Karena Tuan telah mempersingkat waktunya dan hari2
akal budi, sehingga yg dikasihiNya menjadi ter-gesa2
datang ke warisanNya. Dan nabi juga te- lah berbicara: “10
kerajaan akan menguasai bumi, dan se- telah mereka raja
kecil naik takhta, yg akan mengalahkan 3 raja dengan 1x
pukulan.” Demikian pula Daniel berkata “Dan saya
melihat binatang ke-4, jahat dan kuat dan lebih berbahaya
dari binatang lainnya, dan 10 tanduk muncul darinya,
dari mereka muncul 1 tanduk, dan mengalahkan 3 tanduk
besar dengan 1x pukulan.” Karena itu kau harus mengerti.

Menurut Dan. 11–12 dan tafsiran Yesus, hari2 terakhir ditandai


de- ngan pemberontakan kepada Allah dalam bentuk murtad,
menyang- kal Allah yg benar dan ketidakbenaran. Yesus
berulangkali mene- kankan hal ini di Mat. 24:

Mat. 24:4 Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah


su- paya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!
Mat. 24:5 Sebab banyak orang akan datang dengan me-
makai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka
akan menyesatkan banyak orang.
Mat. 24:10 dan banyak orang akan murtad dan mereka
akan saling menyerahkan dan saling membenci.
Mat. 24:11 Banyak nabi palsu akan muncul dan menye-
satkan banyak orang.
Mat. 24:12 Dan karena makin bertambahnya kedurhaka-
an, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.
Mat. 24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada ke-
sudahannya akan selamat.
Mat. 24:23 Pada waktu itu jika orang berkata kepada
kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana,
jangan kamu percaya.
Mat. 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi
pal- su akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda- tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga
sekira- nya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pilihan juga.
Mat. 24:25 Camkanlah, Aku sudah mengatakannya ter-
lebih dahulu kepadamu.
Mat. 24:26 Jadi, apabila orang berkata kepadamu:
Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke
situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu
percaya.

Nubuat Yesus berasal dari Dan. 7–12, terutama ayat2 berikut:

Dan. 8:23 Dan pada akhir kerajaan mereka, apabila orang-


orang fasik telah penuh kejahatannya, maka akan muncul
seorang raja dengan muka yang garang dan yang pandai
menipu.
Dan. 8:25 Dan oleh karena akalnya, penipuan yang di-
lakukannya akan berhasil; ia akan membesarkan dirinya
dalam hatinya, dan dengan tak disangka-sangka banyak
orang akan dibinasakannya; juga ia akan bangkit melaw-
an Raja segala raja. Tetapi tanpa perbuatan tangan manu-
sia, ia akan dihancurkan.
Dan. 11:30 karena akan datang kapal-kapal orang Kitim
melawan dia, sehingga hilanglah keberaniannya. Lalu pu-
langlah ia dengan hati mendendam terhadap Perjanjian
Kudus dan ia akan bertindak: setelah pulang kembali,
ia akan menujukan perhatiannya kepada mereka yang
me- ninggalkan Perjanjian Kudus.
Dan. 11:32 Dan orang-orang yang berlaku fasik
terha- dap Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad
dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal
Allahnya akan tetap kuat dan akan bertindak.
Dan. 11:34 Sementara jatuh, mereka akan mendapat per-
tolongan sedikit, dan banyak orang akan menggabungkan
diri kepada mereka secara berpura-pura.
Dan. 12:10 Banyak orang akan disucikan dan dimurnik-
an dan diuji, tetapi orang-orang fasik akan berlaku
fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan
memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana akan
memahaminya.

Bahkan pengajaran Yesus tentang “kedurhakaan” (Mat. 24:12)


tam- paknya berasal dari Dan. 11-12. Dari parallel di atas dan 1 Yoh.
2:18, 22, kita bisa melihat bahwa 1 Yoh. 3:4 berbicara tentang
“kedurhaka- an” yg terjadi di hari2 terakhir, yg diinspirasikan
oleh musuh akhir zaman dan disebarkan oleh guru2 palsu. Yohanes
mengidentifiasi gu- ru palsu yg dilawannya, terutama kepalsuan
dalam pengajaran ten- tang Kristus, sebagai bagian dari
penggenapan kedurhakaan yg telah dinubuatkan, dan terjadi di
komunitas orang kudus di eschaton.

7.3.5 Penganiayaan Besar di Kitab Wahyu

Istilah yg terkenal “kesusahan yang besar” muncul di Wahyu


7:14. Istilah ini bagian dari penglihatan tentang orang2 kudus
berpakaian putih: “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar
dari kesusahan yang besar [tes thlipseos tes megales]; dan mereka
telah mencuci ju- bah mereka dan membuatnya putih di dalam
darah Anak Domba.” Ayat ini fokus kepada orang percaya yg
dianiaya karena iman di saat kesusahan besar ini. Kesusahan besar
diidentifikasi hanya di krisis akhir zaman, sebelum kedatangan
Kristus. Karena itu banyak pena- fsir tidak percaya hal ini sudah
terjadi. Tapi untuk mengerti natur dan waktu pencobaan besar ini,
maka harus dilihat penggunaan kata “kesusahan” (thlipsis) dan istilah
lainnya di pasal2 sebelumnya.

7.3.5.1 Wahyu 1
Wahyu 1 memuat implikasi penderitaan dan pencobaan di ayat 5, ke-
tika Kristus disebut sebagai “Saksi yang setia, yang pertama bangkit
dari antara orang mati.” Implikasinya, Dia bersaksi dan bertahan dan
dibunuh karena bertahan di kesaksianNya, sesudah itu Dia
dibang- kitkan dan “berkuasa atas raja-raja bumi ini.” Ayat 9
menyebutkan penderitaan umat Allah: “Aku, Yohanes, saudara
dan sekutumu da- lam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama
Ini adalah formula Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh
kerajaan; bertahan Yesus.”
dalam penganiayaan
Untuk memerintah di kerajaan, harus dimulai dan bertahan di pe-
adalah cara untuk
bisa memerintah nganiayaan. Ini adalah formula kerajaan; bertahan dalam
bersama Yesus. penganiaya- an adalah cara untuk bisa memerintah bersama Yesus.
Orang percaya bukan saja warga dari Kerajaan Kristus. Yohanes
menggunakan kata “sekutumu” menekankan keterlibatan orang2
kudus, bukan saja men- derita penganiayaan, tapi memerintah di
tengahnya.
Pemerintahan ironis ini mengikuti model Kristus yg
menyingkapk- an kerajaan terselubung di bumi dengan bertahan di
penderitaan dan
mati untuk mencapai pemerintahan sorgawi (cf. 5). Seperti Kristus
memerintah dengan terselubung melalui penderitaan, demikian pu-
la orang Kristen, sebuah argumen yg membantah pendapat bahwa
orang2 kudus tidak ikut memerintah sebelum kedatangan Kristus.
Tiga lapis penjelasan diri di 9a mengikuti model Kristus di 5a (ber-
tahan dalam kesaksian, pencobaan sampai mati, memerintah)
karena Yohanes melihat orang Kristen diidentifikasi dengan Yesus:
kerajaan mereka bertahan melalui pencobaan “di dalam Yesus.” Jika
Kristus mengalami kesusahan besar akhir zaman, maka mereka yg
diidenti- fikasi bersamaNya harus mengalaminya juga.
Menurut Wahyu, ketika orang percaya bertahan dalam iman mere-
ka, mereka dikatakan “menuruti firman bertahan-Ku [Kristus]” (3:10).
Seperti Yesus, pemerintahan mereka terdiri dari penaklukan dengan
tidak berkompromi atas kesetiaan kesaksian di tengah pencobaan
(2:9–11, 13; 3:8; 12:11), secara rohani menguasai kuasa jahat yg se-
cara fisik menindas mereka (mis. 6:8 dalam relasinya dengan 6:9-11),
mengalahkan dosa dengan hidup mereka (pasal 2-3), dan juga
mu- lai menguasai kematian dan Iblis melalui identifikasi mereka
dengan Yesus (1:5–6, 18). Daya tahan adalah bagian dari proses
penaklukan. Penganiayaan adalah kenyataan masa kini (2:9) dan
akan terus ber- lanjut di antara gereja di masa depan yg dekat (2:10,
22). Jika kenya- taan kerajaan di masa kini adalah eskatologis,
demikian pula dengan penganiayaan. Daya tahan iman diperlukan
supaya pengajar palsu tidak bisa masuk ke gereja dalam pelbagai
bentuk pencobaan untuk mengalihkan kesetiaan mereka dari Kristus.

7.3.5.2 Wahyu 2
Wahyu 2:9 memuat referensi penganiayaan: “Aku tahu kesusahanmu
dan kemiskinanmu namun engkau kaya dan fitnah mereka, yang me-
nyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian:
sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.” Jemaat Smirna ditindas
se- cara politik oleh musuh Yahudi, yg melaporkan mereka ke
penguasa kafir dengan tuduhan melakukan praktek agama yg tak
sah. Penin- dasan menghasilkan penderitaan bagi orang Kristen,
seperti yg terli- hat di ayat 10: “Jangan takut terhadap apa yang
harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan
beberapa orang dari antara- mu ke dalam penjara supaya kamu
dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari.
Hendaklah engkau setia sampai ma- ti, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Di Wahyu 2:20-23, penganiayaan muncul kembali:
20 Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membi-
arkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, meng-
ajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya
berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan
berhala. 21 Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk
bertobat, te- tapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. 22
Lihatlah, Aku
akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan
mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulempark-
an ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat
dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. 23 Dan anak-
anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan menge-
tahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang,
dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap
orang menurut perbuatannya.
“kesusahan
besar” (thlipsis Jika kelompok pengajar palsu Izebel todal bertobat, Kristus
megale) ... untuk akan memberikan “kesusahan besar” (thlipsis megale) kepada
pertama kalinya hal
ini diberikan sebagai
mereka, yg akan terjadi di masa hidup mereka. Jadi seperti di
penghukuman bagi 2:10, pencobaan itu dekat, tapi kondisional tergantung pertobatan;
yg murtad atau bagi tapi jika terjadi, hal ini merupakan bagian dari permulaan
yg tak percaya. penganiayaan eskatologis. Tapi untuk pertama kalinya hal ini
diberikan sebagai penghukuman bagi yg murtad atau bagi yg tak
percaya.

7.3.5.3 Wahyu 3:10


Walaupun istilah penganiayaan tidak muncul di Why. 3:10, ayat ini
berbicara tetang kenyataan yg sama: “Karena engkau menuruti firman-
Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi
engkau dari hari pencobaan [peirasmos] yang akan datang atas selu-
ruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.” Hukuman
bagi orang fasik difokuskan di “hari pencobaan” terlihat dari istilah
“mereka yang diam di bumi” yg merupakan istilah teknis di kitab
Wahyu bagi penyembah berhala yg akan menderita pelbagai bentuk
pembalasan (lihat 6:10; cf. 8:13; 11:10; 12:12; 13:8, 12, 14; 14:6; 17:2, 8).
Pencobaan mungkin akan meningkat di masa depan di penganiayaan
akhir zaman, yg telah mulai terjadi sekarang (1:9; 2:9–10, 22).
Yohanes berpikir tentang perlindungan bagi orang Kristen
ketika mereka mengalami penganiayaan terlihat di Why. 3:10, yg
mengutip Dan. 12:1, 10 OG, ketika “jam itu” (he hora ekeine)
dijelaskan sebagai “hari kesusahan besar” (ekeine he hemera thlipseos),
ketika “banyak yg dicobai [peirazo] dan dikuduskan dan orang
berdosa akan berdosa.” Hal ini memperlihatkan “pencobaan” di Why.
3:10 memiliki efek gan- da yaitu memurnikan dan menguatkan orang
percaya, tapi sekaligus
merupakan hukuman bagi orang yg tidak percaya.

7.3.5.4 Wahyu 7
Kita kembali ke ayat terkenal “kesusahan yg besar” Wahyu 7:14: “Me-
reka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang
besar [tes thlipseos tes megales]; dan mereka telah mencuci jubah
mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”
Daniel 12:1 diakui sebagai sumber ide “kesusahan yg besar”: “Ak-
an tiba masa kesusahan besar, sebuah kesusahan yg tidak pernah
terjadi dari bangsa di bumi sampai di masa itu” (TH).
Kesusahan di Daniel terdiri dari musuh eskatologis yg
mengania- ya orang2 kudus karena kesetiaan mereka kepada Allah
(lihat Dan. 11:30–39, 44; 12:10). Beberapa akan murtad dan ikut
menganiaya me- reka yg setia, terutama denga nmencoba membuat
orang yg setia me- ninggalkan Tuhan.
Ide yg sama muncul di Wahyu 7, karena ke-7 surat
menyingkapkan bahwa gereja ada dalam bahaya kehilangan
identitas sebagai umat Allah yg sejati (Efesus, Sardis, dan Laodikia).
Gereja lain ada dalam proses mengkompromikan kesetiaan kepada
Kristus (Pergamum dan Tiatira). Ide yg sama muncul di Wahyu 7:3-
8, ketika hanya sisa2 di antara orang yg mengaku percaya di
komunitas perjanjian baru di
bumi, gereja, dan diberikan materai supaya tetap setia. Metafora
Metafora “menjadikan diri sendiri putih” dengan bertahan “menjadikan diri
dalam iman melalui penganiayaan ditemukan di PL hanya di Dan. sendiri putih”
dengan bertahan
11-12. Dan. 11:35 menegaskan bahwa penindasan dan penderitaan dalam iman melalui
diadak- an untuk “pengujian, penyaringan dan pemurnian.” Di versi penganiayaan
OG Dan. 11:35 memberikan frasa “untuk membersihkan ditemukan di PL
[katharisai] diri me- reka dan untuk menjadi dipilih, bahkan untuk hanya di Dan.
11-12.
dibersihkan [eis to katharisthenai] sampai di waktu akhir,” menjadi
latar belakang kata “mencuci” di Why. 7:14. LXX versi TH memiliki
frasa “untuk menguji mereka dengan api, dan untuk dipilih dan
untuk dinyatakan di akhir zaman.”
Wahyu 7 adalah penggenapan Dan. 11-12 tentang penganiayaan
hari terakhir, ketika orang kudus “dibuat menjadi putih” melalui “pe-
ngujian,” “penyaringan,” dan “pemurnian” di dalam api penganiaya-
an, sehingga mereka muncul sebagai orang yg tak bercacat dan
tak bercela (cf. Why. 14:4-5). Ini adalah cara lain mengenali orang yg
dise- lamatkan di antara banyak bangsa sebagai orang Israel sejati.
Karena mereka yg menggenapi nubuat Daniel tentang
penganiayaan besar dan tetap setia, seperti yg seharusnya terjadi
di dalam orang Israel sejati.
Yohanes mengaplikasikan refernsi thlipsisin Why. 1-2 di kenyataan
abad pertama, semuanya berhubungan dengan nubuat Daniel ten-
tang “kesusahan besar,” yg telah dimulai dan akan digenapi
secara penuh di masa yg akan datang. Hal ini sesuai dengan
pandangan penulis PB lainnya yg melihat penganiayaan besar ini
telah dimulai (Yoh. 16:33; Kisah 14:22; Rom. 5:3; 8:35–36; 2 Tim.
3:12).
Karena itu pemakaian definite article (“the great tribulation”) di
Why. 7:14 berhubungan dengan “a great tribulation” yg sudah terjadi
di gereja Tiatira di abad 1 (cf. thlipsin megalenin; 2:22).
Penganiayaan telah dimulai sejak di penderitaan Kristus, dan akan
digenapi secara penuh di masa yg akan datang.
K E B A N G K I TA N D A N C I P TA A N B A R U D I K I TA B

I N J I L D A N K I S A H PA R A R A S U L
8
PL / Yudaisme memiliki pengharapan akan kebangkitan di akhir
sejarah. Karena itu kebangkitan Kristus merupakan permulaan dari
akhir sejarah. Kebangktian itu sama dengan ciptaan baru karena ini-
lah satu2-nya cara umat manusia bisa berpartisipasi di ciptaan baru,
yaitu melalui transformasi ke dalam tubuh baru.

8.1 pe N G h A r A pAN h A r I ter A kh I r DA N CI pt AAN BA r U DI pl


Janji di Kej. 3:15
Petunjuk pertama tentang kebangkitan muncul di Kej. 1-3. Ancaman tentang benih
kematian bagi ketidaktaatan di Kej. 2:16-17 mulai digenapi di Kej perempuan yg
3 ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Allah. Kematian akhirnya akan
mengalahkan ular,
digena- pi dalam 2 tahap: pertama mereka menjadi terpisah dari
secara implisit juga
Allah, yaitu kematian rohani, kemudian diikuti dengan kematian merupakan janji
fisik di masa yg akan datang. Janji di Kej. 3:15 tentang benih pembalikan karya
perempuan yg akhirnya akan mengalahkan ular, secara implisit juga ular yg
memperkenalkan
merupakan janji pemba- likan karya ular yg memperkenalkan
kematian.
kematian.
Pemberian pakaian oleh Allah memberikan indikasi tentang pemu-
lihan, pemisahan karena kematian sudah mulai diatasi (secara
roha- ni). Pakaian menjadi simbol dari warisan yg akan diterima
Adam dan Hawa di masa yg akan datang. Di budaya ANE dan
PL, pemberian pakaian (kepada orang atau objek seperti patung)
merupakan indi- kasi tentang perubahan status, seperti menjadi
raja atau iman. Raja diberi pakaian kebesaran di sebuah upacara
untuk memperlihatkan status barunya sebagai penguasa. Karena
raja adalah gambar hidup dari dewa, maka pakaian
mencerminkan gambar ini. Karena Adam adalah raja-imam yg
harus memenuhi mandat Kej. 1:28, setelah do- sa dan pemulihan,
pemberian pakaian dari kulit merupakan simbol bagi pakaian yg
lebih agung di masa yg akan datang. Tujuan penulis- an
ketelanjangan Adam dan Hawa di Kej. 2, adalah membangkitkan
pengharapan pembaca akan pakaian kerajaan yg sesuai dengan
sta-
tus manusia, sebagai “gambar dan rupa Allah” di bumi. Pakaian bukan saja
Pakaian bukan saja permulaan dari pemulihan relasi dengan Allah, 123
tapi juga mencerminkan kemuliaan Allah, yg harus terjadi di
kehi- dupan. Jadi kematian rohani dan tubuh akan mengalami
pembalikan di masa yg akan datang. Penamaan istri Adam
sebagai “Hawa” (hi- dup) karena dia adalah “ibu semua yang
hidup” (Kej. 3:20), merupak- an penjelasan tambahan bahwa kutukan
kematian ada di dalam pro- ses pemulihan. Pewarisan mandat Kej.
1:28 kepada tokoh lain seperti Adam juga memberi indikasi tentang
janji kehidupan dan pembalik-
permulaan dari pemulihan relasi dengan Allah, tapi juga mencerminkan kemuliaan
Allah
12 ke BANG k I t A N DA N CI pt AA N BA r U D I k I t AB INJI l DAN k I SA h pA r A
4 r A SU l

an kutuk kematian, sehingga mereka bisa melaksanakan mandat ini.


Aplikasi utamanya adalah “benih” yg akhirnya mengalahkan ular di
Kej. 3:15.
Ada banyak ayat tentang pengharapan kebangkitan di hari terakhir
di PL walau tidak memakai kata2 yg persis sama: Ul. 32:39 (cf.
Kel. 3:6); cf. Ayub 14:14 dan 19:25–26; 1 Sam. 2:6; Mz. 16:9–10;
22:28–29;
49:14–16; 73:24; Yes. 25:7–9; 26:19; 53:10–11; Yhz. 37:1–14; Dan. 12:1–2;
Hos. 6:1–3; 13:14.
Para ahli berdebat tentang pernyataan pertama kebangkitan di PL.
Ada banyak orang yg menganggap Dan. 12:2 sebagai pernyataan
pengharapan kebangkitan yg paling jelas: “Dan banyak dari
antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan
bangun, se- bagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian
untuk mengala- mi kehinaan dan kengerian yang kekal.”
Kebangkitan dan pengania- yaan yg terjadi sebelumnya, akan
digenapi di “akhir zaman” (et qets [Dan. 12:4]) dan “di akhir hari2”
(leqets hayyamin [Dan. 12:13]). Ta- pi sebelum Daniel, ada
pengharapan kebangkitan di Yes. 25:8, Allah “akan meniadakan
maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air
mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-
Nya dari seluruh bumi.” Demikian pula Yes. 26:19 berkata, “Ya,
TUHAN, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-
mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah
dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun
TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kem-
bali.”
Banyak orang yg mengerti penglihatan Yehezkiel tentang “lembah
tulang kering” sebagai metafora kembalinya Israel dari Babel. Walau-
pun Yudaisme mengerti ayat ini sebagai nubuat tentang kebangkitan
orang kudus Israel dari kematian, hal ini tampaknya bukan fokus
utamanya. Tapi metafora tetap memuat ide tentang kebangkitan dari
kematian. Yhz. 37:1-14 mengembangkan referensi pembaharuan
ro- hani dari 36:26-27, ketika Israel dipulihkan. Nubuat Yhz. 36:26-35:

26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang


baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari
tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu ha-
ti yang taat. 27 Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam
batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan- peraturan-Ku dan melakukannya. 28 Dan
kamu akan di- am di dalam negeri yang telah Kuberikan
kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-
Ku dan Aku akan menjadi Allahmu. 29 Aku akan
melepaskan kamu dari segala dosa kenajisanmu dan Aku
akan menumbuhk- an gandum serta memperbanyaknya,
dan Aku tidak lagi mendatangkan kelaparan atasmu. 30
Aku juga memper- banyak buah pohon-pohonanmu dan
hasil ladangmu, su-
8.1 pe NG h A r A pAN h A r I ter A kh I r DAN CI pt AAN BA r U DI pl 125

paya kamu jangan lagi menanggung noda kelaparan di te-


ngah bangsa-bangsa. 31 Dan kamu akan teringat-ingat ke-
pada kelakuanmu yang jahat dan perbuatan-perbuatanmu
yang tidak baik dan kamu akan merasa mual melihat diri-
mu sendiri karena kesalahan-kesalahanmu dan perbuatan-
perbuata yang keji. 32 Bukan karena kamu Aku bertin-
dak, demikianlah firman Tuhan ALLAH, ketahuilah itu.
Merasa malulah kamu dan biarlah kamu dipermalukan
karena kelakuanmu, hai kaum Israel. 33 Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Pada hari Aku mentahirkan kamu dari
segala kesalahanmu, Aku akan membuat kota-kota didia-
mi lagi dan reruntuhan-reruntuhan akan dibangun
kem- bali. 34 Tanah yang sudah lama tinggal tandus akan
diker- jakan kembali, supaya jangan lagi tetap tandus di
hadap- an semua orang yang lintas dari padamu. 35
Sebaliknya mereka akan berkata: Tanah ini yang sudah
lama tinggal tandus menjadi seperti taman Eden dan
kota-kota yang sudah runtuh, sunyi sepi dan musnah,
sekarang didiami dan menjadi kubu.

“Diam di dalam negeri” (28) adalah hasil dari Allah memberikan “ha-
ti yang baru, dan roh yang baru” (27) dan “Roh-Ku akan Kuberikan
diam di dalam batinmu” (26). Ini adalah referensi pembaharuan
ro- hani bangsa Israel yg kembali ke Tanah Perjanjian. Penglihatan
Yhz. 37:1-14 berbicara tentang hal yg sama, terlihat dari frasa yg
sama di akhir penglihatan: “Aku akan memberikan Roh-Ku ke
dalammu, se- hingga kamu hidup kembali dan Aku akan
membiarkan kamu ting- gal di tanahmu” (Yhz. 37:14a). Parallelisme
memperlihatkan Yhz. 37 berbicara tentang ciptaan baru, tapi dalam
istilah kebangkitan roha- ni. Kebangkitan rohani berhubungan erat
dengan kebangkitan tubuh, seperti dimengerti oleh tafsiran
Yudaisme dari nubuat Yhz. 37.
Bahkan sebelumnya Hos. 13:14 menegaskan, “Akan
Kubebaskan- kah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan
Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit
samparmu, hai maut, di ma- nakah tenaga pembinasamu, hai
dunia orang mati?” Dan Mz. 49:15- 16 berkata, “Seperti domba
mereka meluncur ke dalam dunia orang mati, digembalakan oleh
maut; mereka turun langsung ke kubur, per- awakan mereka hancur,
dunia orang mati menjadi tempat kediaman mereka. Tetapi Allah
akan membebaskan nyawaku dari cengkeraman dunia orang mati,
sebab Ia akan menarik aku.” Demikian pula 1 Sam. 2:6 berkata,
“TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunk- an ke dalam
dunia orang mati dan mengangkat dari sana.” Mungkin referensi
eksplisit yg paling tua tentang kebangkitan ada di Ul. 32:39, “Lihatlah
sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku.
Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah
meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan
seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.”
12 ke BANG k I t A N DA N CI pt AA N BA r U D I k I t AB INJI l DAN k I SA h pA r A
6 r A SU l

Nubuat tentang ciptaan baru di Yesaya (43:18–21; 65:17; 66:22)


ju- ga meliputi kebangkitan di zaman yg akan datang. Nubuat di
pasal 43 dimulai dengan, “Lihat, Aku hendak membuat sesuatu
yang ba- ru” (43:19) dan ditutup dengan “umat yang telah Kubentuk
bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (21). Konteks Yes.
43 dan 65 memiliki pengertian tentang kebangkitan (cf. 43:21).
Khususnya, pen- jelasan kondisi ciptaan baru di Yes. 65
memperlihatkan hal yg sama (lihat 17-23), terutama ayat 22 versi
LXX: “sebab umur umat-Ku akan sepanjang umur pohon
[kehidupan], dan orang-orang pilihan-Ku ak- an [lama] menikmati
pekerjaan tangan mereka.” LXX menafsirkan b. Ibrani “hari2 sebuah
pohon” menjadi “pohon kehidupan” dari Tam- an Firdaus, yg
dipercaya oleh Yudaisme dan Kristen bisa memberi hidup kekal.
Waktu hidup yg tak terbatas juga muncul di Yes. 66:22: “Sebab sama
seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang ak- an
Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman
TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal te-
tap.” Nubuat ini melanjutkan gambaran Hamba yg Menderita, yg ak-
an mati, tapi Yes. 53:10b-11a menegaskan Hamba ini “akan
melihat keturunannya, umurnya akan lanjut ...Sesudah kesusahan
jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas.” Tafsiran terbaik
adalah Ham- ba ini bangkit dari kematian, dan menghasilkan
“benih,” yg dijelask- an Yes. 66:22 sebagai umat Allah, yg akan hidup
selamanya di ciptaan baru.
Nubuat ini menjadi dasar bagi PB untuk melihat kebangkitan
Kris- tus sebagai permulaan ciptaan baru, dan PB juga melihat
nubuat ini sebagai dasar penggenapan penuhnya di kedatangan
Kristus yg ke- dua kalinya.

8.2 ke BANG k I t AN DAN CI pt AAN BA r U YG “s UDA h DAN B el U m”


DI k I t AB I NJ I l

Kitab Injil, terutama Yohanes menghubungkan akhir zaman dengan


kebangkitan:

Yoh. 6:39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah


mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah
diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubang- kitkan pada akhir zaman.
Yoh. 6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supa-
ya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku
membangkitkannya pada akhir zaman."
Yoh. 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang
kepada- Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang
mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman.
8.2 ke BANG k I t AN DAN CI pt AAN BA r U YG “s UDA h DAN B el U m” DI k I t AB INJI l 127

Yoh. 6:54 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum


darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman.
Yoh. 11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia
akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir
zaman."
Yoh. 12:48 Barangsiapa menolak Aku, dan tidak
mene- rima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu
firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi
hakim- nya pada akhir zaman.
Akulah kebangkitan
Sebagai respon atas kematian Lazarus, Yesus berkata kepada Mar- dan hidup ... Yesus
ta, “Saudaramu akan bangkit.” Marta menjawab, “Aku tahu mengidentifikasi
diriNya dengan
bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir
kebangkitan di masa
zaman.” Yesus memberi tanggapan atas jawaban ini, “Akulah kini dan kebangkitan
kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan di akhir zaman
hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh. 11:23-25). Konsekuensinya,
Yesus mengidentifi- kasi diriNya dengan kebangkitan di masa kini
dan kebangkitan di akhir zaman, yg telah dimulai di diri Yesus.
Narasi berlanjut dengan tindakan Yesus membangkitkan Lazarus
(Yoh. 11:38-44), sebuah indi- kasi bahwa kebangkitan di akhir
zaman, telah dimulai di masa kini, walaupun kisah kebangkitan
Lazarus hanya sebuah antisipasi bagi kebangkitan yg lebih besar di
diri Yesus.
“Lahir baru” di Yoh. 3 juga berhubungan erat dengan konsep
PL tentang kebangkitan ke dalam ciptaaan baru. Yesus berkata, “jika
seo- rang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan
Allah.” (Yoh. 3:3). Nikodemus bertanya, “Bagaimanakah mungkin
seorang di- lahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk
kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Ini adalah
pertanyaan retorik yg mengantisipasi jawaban “tidak.” Yesus
menjawab dengan penjelasan “lahir baru” sebagai penggenapan
nubuat Yhz. 36 (lihat Tabel 8.1).
Teks Yehezkiel ini adalah satu2-nya nubuat PL yg berbicara
tentang
Allah yg akan mencurahkan “air” dan “Roh” kepada umatNya untuk
memperbaharui mereka di zaman akhir (Ju b.1:23–25; 1QS IV:21–
24 juga mencerminkan nubuat ini tentang pembaharuan zaman
akhir). Yhz. 37:1-14 mengembangkan nubuat pembaharuan Israel
ketika me- reka kembali ke Tanah Perjanjian (Yhz. 36:28-35); hal ini
penting kare- na seperti Yohanes 3:8 menafsirkan angin (pneuma)
sebagai Roh (pne- uma), demikian pula Yhz. 37:9, 14 (“Hai nafas
hidup [pneumaton], da- tanglah dari keempat penjuru angin
[pneuma], dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh
ini, supaya mereka hidup kemba- li ... Aku akan memberikan
Roh[pneuma]-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.”)
Parallelisme Yehezkiel 36 dan 37 memberi indikasi bahwa
pentahiran Israel dengan air dan ciptaan baru oleh Roh di pasal
36 adalah sama dengan kebangkitan oleh Roh di pasal
37. Kembalinya Israel dari tanah pembuangan adalah cicilan perta-
12 ke BANG k I t A N DA N CI pt AA N BA r U D I k I t AB INJI l DAN k I SA h pA r A
8 r A SU l

Yehezkiel 36:27-27 Yohanes 3:5


25 Aku akan mencurahkan kepadamu
Jawab Yesus: "Aku
air jernih, yang akan mentahirkan kamu;
berkata kepadamu,
dari segala kenajisanmu dan dari semua
sesungguhnya jika
berhala-berhalamu Aku akan
seorang tidak
mentahirkan kamu. 26 Kamu akan
dilahirkan dari air dan
Kuberikan hati yang baru, dan roh yang
Roh, ia tidak dapat
baru di dalam batinmu dan Aku akan
masuk ke dalam
menjauhkan dari tubuhmu hati yang
Kerajaan Allah.
keras dan Kuberikan kepadamu hati
yang taat. 27 Roh-Ku akan Kuberikan
diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala
ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan-peraturan-Ku dan
melakukannya.

Tabel 8.1:

ma dari kebangkitan secara penuh dari kematian (kebangkitan roh


Yesus yg berhubungan erat dengan kebangkitan tubuh).
menggunakan Yesus menggunakan kata “lahir baru” bagi kebangkitan / cipta-
kata “lahir baru”
an baru dari nubuat Yhz. 36. Nikodemus bertanya,
bagi kebangkitan /
ciptaan baru dari “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” yg dijawab kembali oleh
nubuat Yhz. 36. Yesus, “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti
hal-hal itu?” (Yoh. 3:9-10). Jawaban Yesus memberi indikasi bahwa
seharusnya Nikode- mus mengerti dengan baik nubuat ini, karena
dia adalah pengajar PL di Israel. Nikodemus sulit mengerti “hal-hal
sorgawi,” karena dia sulit mengerti tentang “hal-hal duniawi” yg
Yesus katakan (11-12). “Hal-hal sorgawi” yg Yesus jelaskan sudah
dimulai sejak ayat 3, dan dilanjutkan di ayat 13-15:

13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, sela-


in dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak
Manusia. 14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di
padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus diting-
gikan, 15 supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya beroleh hidup yang kekal.

Yesus menghubungkan kebangkitan dan kenaikan ke sorga bagi me-


reka yg percaya kepadaNya. Orang percaya diidentifikasi bersama
Dia dalam kebangkitanNya dan berbagi hidup kekal, yg dijelaskan
sebagai “lahir kembali.” Di Yoh. 3:1-15 hal ini disamakan dengan
“Kerajaan Allah” (3,5). “melihat / masuk ke dalam Kerajaan
Allah” ditafsir sebagai berpartisipasi di dalam Kerajaan Allah
eschaton, ya- itu “beroleh hidup kekal” (3:15). Dalam doktrin
tradisional hal ini disebut “regenerasi,” dengan pengertian
diciptakan sebagai ciptaan
baru. Berdasarkan pembahasan ayat2 di atas, regenerasi harus
dilihat di dalam terang konsep eskatologi.
Di kitab Matius dan Lukas, kebangkitan mewakili “waktu kebang-
kitan di akhir zaman,” misalnya dalam Mat. 22:30: “Karena pada
[waktu] kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan me-
lainkan hidup seperti malaikat di sorga.”
Di sepanjang kitab Injil, Kristus (atau orang lain) berbicara tentang
kebangkitanNya, dan Dia membangkitkan orang mati sebagai antisi-
pasi kebangkitanNya (Yoh. 14:19) dan sebagai perumpamaan
dalam bentuk tindakan nyata bahwa Dia mampu memberikan
hidup seja- ti bagi setiap orang percaya. Klimaks literatur di
setiap kitab Injil adalah kebangkitan Kristus, dan tugas untuk
memperluas Kerajaan Allah melalui kehadiranNya bersama para
murid (hal ini tak tercan- tum di Markus). Walaupun istilah
“ciptaan baru” tidak muncul di kitab Injil, konsep ini disampaikan
dalam penjelasan tentang kebang- kitan. Kebangkitan adalah ciptaan
baru. Ciptaan baru menembus du- nia ciptaan lama melalui
kebangkitan, ciptaan baru tubuh Yesus. Wa- laupun untuk beberapa
saat setelah kebangkitan Dia ada di bumi yg lama, Dia naik ke sorga
ke dimensi yg tak terlihat dari ciptaan baru, yg nantinya akan
turun secara terlihat di akhir zaman, ketika dunia lama hancur
(Why. 21:1-22:5).

8.3 ke BANG k I t AN DAN CI pt AAN BA r U YG “s UDA h DAN B el U m”


D I k ISA h p A r A r AS U l

8.3.1 Kebangkitan di Kisah Para Rasul

Kitab Lukas sebenarnya bersambung dengan Kisah Para Rasul.


Ka- rena itu narasi paska kebangkitan Kristus berlanjut terutama di
awal Kisah 1, tentang kata2 terakhir Kristus sebagai
perkembangan dari Luk. 24:46–51:
46 Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian:
Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang
mati pada hari yang ketiga, 47 dan lagi: dalam nama-Nya
berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari
Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini. 49
Dan Aku ak- an mengirim kepadamu apa yang dijanjikan
Bapa-Ku. Te- tapi kamu harus tinggal di dalam kota ini
sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari
tempat tinggi." 50 Lalu Yesus membawa mereka ke
luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat
tangan-Nya dan member- kati mereka. 51 Dan ketika Ia
sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan
terangkat ke sorga. kebangkitan adalah
proses penciptaan
Kisah 1 mengembangkan akhir dari kitab Lukas. Kristus “berbi- baru mengatasi
cara kepada mereka tentang Kerajaan Allah” (Kisah 1:3), dan para kebinasaan ciptaan
lama ... menggenapi
janji Allah ...
keturunan Daud ...
di atas takhtanya”
murid bertanya, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihk- an kerajaan bagi Israel?” (1:6). Kerajaan yg dibicarakan
bukan hal yg ada jauh di masa depan, terlihat dari Kisah 2, ketika
disebut kera- jaan sudah mulai berdiri bahkan di masa pelayanan
Yesus. Kebang- kitan dan kenaikan Yesus setidaknya memberikan
2 indikasi. Perta- ma, Allah “melepaskan Dia dari sengsara maut”
(Kisah 2:24), karena itu kebangkitan adalah proses penciptaan baru
mengatasi kebinasaan ciptaan lama (27). Kedua, kebangkitan
menggenapi janji Allah, “bah- wa Ia akan mendudukkan seorang
dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya” (30-31). Kristus
sudah mulai duduk di takhta keraja- an zaman akhir, yg belum
dilakukanNya saat Dia melayani di bumi. Konteks Kisah 2:30-36
membuat hal ini makin jelas:

30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa


Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat
sum- pah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari
keturun- an Daud sendiri di atas takhtanya. 31 Karena
itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara
tentang kebangkit- an Mesias, ketika ia mengatakan,
bahwa Dia tidak diting- galkan di dalam dunia orang
mati, dan bahwa daging- Nya tidak mengalami
kebinasaan. 32 Yesus inilah yang di- bangkitkan Allah,
dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 33 Dan
sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan
menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, ma- ka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di
sini. 34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga,
malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman
kepada Tu- anku: 35 Duduklah di sebelah kanan-Ku,
sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan
kaki-Mu. 36 Jadi se- luruh kaum Israel harus tahu dengan
pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.

Kebangkitan dan kenaikan Yesus merupakan permulaan


peningkat- an statusNya sebagai raja. Dia mulai menggenapi
nubuat Mz. 110:1 (Kisah 2:34-35). Roh dicurahkan atas orang
percaya untuk memam- pukan mereka menjadi saksi atas hasil
besar sejarah penebusan ini (Kisah 1:8; cf. 1:22; 3:15; 4:33; 13:31).
Kotbah Paulus di Kisah 13 ju- ga menegaskan bahwa kebangkitan
Kristus menggenapi nubuat PL tentang Allah yg akan mengangkat
sang Mesias sebagai Raja: “te- lah digenapi Allah kepada kita,
keturunan mereka, dengan mem- bangkitkan Yesus, seperti yang
ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah
memperanakkan Engkau pada hari ini” (13:33). Kebangkitan Yesus
dilihat sebagai penggenapan janji kepada Daud, terutama tentang
transformasi kematian dan kebinasaan tu- buh (13:34-36) menjadi
tubuh baru (kutipan Yes. 55:3 di Kisah 13:34, dan Mz. 16:10 di Kisah
13:35; lihat juga Kisah 13:37–38).
Jadi di 2 kotbah penting Kisah 2 dan 13, ada hubungan erat antara
konsep ciptaan baru dan pendirian kerajaan melalui kebangkitan. Ka-
rena itu kebangkitan Kristus merupakan tema penting di
sepanjang Kisah (1:22; 3:15, 26; 4:2, 10, 33; 5:30; 25:19).
Bagian berikutnya yg berbicara tentang kebangkitan adalah Kisah
17. Pertama, ketika berbicara di Tesalonika, Paulus menekankan
ke- bangkitan Yesus yg penting untuk pengeritan statusNya sebagai
Me- sias (17:3). Hal ini dimengerti musuh Paulus sebagai klaim
bahwa Ye- sus adalah “seorang raja lain,” sebuah klaim yg “melawan
ketetapan- ketetapan Kaisar” (17:7). Sekali lagi kebangkitan Yesus
berhubungan erat dengan statusNya sebagai raja Israel. Kemudian,
ketika berbica- ra di Athena, Paulus menyebut kebangkitan Yesus
yg berhubungan erat dengan fungsi raja sebagai hakim: “Karena Ia
telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil
akan menghakimi du- nia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang
hal itu dengan membang-
kitkan Dia dari antara orang mati” (17:31; cf. 18, 32). “hidup kekal” (zoe
Sesudahnya, hanya ada 1 lagi refernsi eksplisit di sisia kitab (26:23). aionios).
Referensi lain menyebut kebangkitan orang mati secara umum, Kebangkitan rohani
ini didapat di saat
dan Yesus adalah salah satu dari mereka (23:6; 24:21; 26:8; cf. 23:8). awal pengalaman
Ada 1 referensi tentang kebangkitan bagi semua orang mati di masa iman
yg akan datang (24:15). Selain itu, ada orang yg dibangkitkan dari
kematian, sebuah refleksi dari kebangkitan Yesus dan antisipasi
kebangkitan se- cara umum di masa yg akan datang (9:40–41).
Terakhir, Kisah mence- ritakan 3x orang kafir percaya sehingga
mendapatkan “hidup kekal” (zoe aionios). Kebangkitan rohani ini
didapat di saat awal pengalaman iman (11:18 [hanya disebut
“hidup”]; 13:46 [kontras dengan orang Ya- hudi yg tak percaya], 48)
dan nanti di masa yg akan datang mendapat penggenapan penuh
dalam kebangkitan tubuh.
Semuanya ada sekitar 30x referensi kebangkitan di Kisah,
memper- lihatkan tema ini penting bagi perkembangan gerakan
Kekristenan awal. Khususnya, kebangkitan Kristus, yg merupakan
penobatan Dia menjadi Raja dan permulaan keberadaan di ciptaan
baru.

8.3.2 Penampakan Kristus yg telah Bangkit di Perjalanan ke Damsyik

Referensi yg paling mengherankan adalah 3x referensi penampakan


Kristus yg telah bangkit kepada Paulus di perjalanan menuju Dam-
syik (Kisah 9; 22; 26). Walaupun kata Yunani untuk “kebangkitan”
tidak digunakan di pasal 9 dan 22, kata ini dipakai untuk pendahu-
luan dan kesimpulan di narasi pasal 26 (8, 22-23). Penjelasan Paulus
di Kisah 26 tak bisa dimengerti secara penuh tanpa memperhatikan
penggunaan PL oleh dia (lihat Tabel. 8.2). Lukas mau
Mengapa Lukas menggambarkan pengalaman Paulus dengan menggambarkan
Kristus berbicara
pang- gilan nabi2 PL? Setidaknya ada 3 alasan. Pertama, Lukas mau
seperti Tuhan di PL,
meng- gambarkan Kristus berbicara seperti Tuhan di PL, yg yg memanggil nabi
memanggil nabi
Kisah 26 PL (LXX)
26:16a: “berdirilah [di Yhz. 2:1: “berdirilah [di atas kakimu]”
atas kakimu]”
26:16-17 “untuk Yer 1: “engkau Kuutus” (7),
menetapkan engkau,” “melepaskan engkau” (8, 19), lihat juga
“mengasingkan Gal. 1:15 “Ia, yang telah memilih aku
[menyelamatkan] sejak kandungan ibuku” yg diambil dari
engkau,” dan Yer. 1:5, diaplikasikan oleh Paulus bagi
“mengutus engkau” pengalaman perjalanan ke Damsyik.
26:18 “untuk Yes. 42:6b-7 “menjadi terang untuk
membuka mata bangsa-bangsa, untuk membuka mata
mereka, supaya yang buta, untuk mengeluarkan orang
mereka berbalik dari hukuman dari tempat tahanan dan
kegelapan kepada mengeluarkan orang-orang yang duduk
terang dan dari kuasa dalam gelap dari rumah penjara.”
Iblis kepada Allah” Yes. 42:16 “Aku mau memimpin
orang-orang buta di jalan yang tidak
mereka kenal, dan mau membawa
mereka berjalan di jalan-jalan yang tidak
mereka kenal. Aku mau membuat
kegelapan yang di depan mereka
menjadi terang”
26:23 “Ia akan Yes. 49:6 “Tetapi Aku akan membuat
memberitakan terang engkau menjadi terang bagi
kepada bangsa ini dan bangsa-bangsa supaya keselamatan yang
kepada bangsa-bangsa dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
lain."
26:16 “menjadi pelayan Yes. 43:10 “Kamu inilah saksi-saksi-Ku,”
dan saksi “ “dan hamba-Ku yang telah Kupilih”
(referensi tentng Israel).

Tabel 8.2:
(dalam pengertian ini Yesus disebut Tuhan). Kedua, Lukas mau me-
nekankan otoritas kerasulan Paulus yg setara dengan nabi PL.
Ketiga, seperti nabi PL, fungsi kenabian Paulus adalah
memberitakan kesela- matan dan penghakiman.
Berdasarkan parallel ini, kemungkinan besar Kis. 26:13 (“pada
te- ngah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya [phos]
yang lebih terang dari pada cahaya matahari [lamproteta tou
heliou]”) ber- asal dari Yes. 60:1-3, dengan penekanan terang Allah
bukan hanya untuk “anak2 ” Yerusalem, tapi juga untuk raja2 dan
bangsa lain (cf. Kisah 9:15).
Berdasarkan latar belakang Yes. 42; 43; 49, Paulus terlihat
sedang menjalangkan fungsi Hamba yg dinubuatkan Yesaya, fungsi
yg telah dimulai Kristus, dan sekarang Paulus menjadi wakilNya.
Seperti Kris- tus, Paulus “membuka mata” bangsa2 kafir, “supaya
mereka berbalik dari kegelapan kepada terang” (cf. Kisah 26:23
dan 26:18). Kristus dan Paulus memimpin Keluaran yg baru,
kembali dari tanah pembu- angan seperti yg dinubuatkan Yes. 40-66.
Identifikasi Hamba yg dinubuatkan Yesaya terlihat juga dengan
membandingkan Luk. 2:30–32; Kisah 13:47; 26:18, 23 dan ayat2
Yesaya yg relevan.

Yes. 42:6b-7 “menjadi terang untuk bangsa-bangsa, un-


tuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan
orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan
orang- orang yang duduk dalam gelap dari rumah
penjara.”
Yes. 42:16 “Aku mau memimpin orang-orang buta di
jalan yang tidak mereka kenal, dan mau membawa mere-
ka berjalan di jalan-jalan yang tidak mereka kenal.
Aku mau membuat kegelapan yang di depan mereka
menjadi terang”
Yes. 49:6 “Aku akan membuat engkau menjadi terang
bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-
Ku sampai ke ujung bumi.”
Luk. 2:30-32 “sebab mataku telah melihat keselamatan
[yaitu Kristus] yang dari pada-Mu, yang telah Engkau se-
diakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang men-
jadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi ke-
muliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Kisah 13:47 “Sebab inilah yang diperintahkan kepada
kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya eng-
kau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.”
Kisah 26:18 “untuk membuka mata mereka, supaya me-
reka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kua-
sa Iblis kepada Allah”
Kisah 26:23 “Mesias ... akan memberitakan terang kepa-
da bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain”
Selain itu, Kristus dan para rasul adalah permulaan dari Israel
ba- ru, karena Yes. 49:3 secara eksplisit menyebut Hamba (49:6)
sebagai “hamba-Ku, Israel.” Bahkan identifikasi Yesus bersama
“kemuliaan” di Luk. 2:32 mungkin berasal dari Yes. 49:3b (“olehmu
Aku akan me- nyatakan keagungan-Ku”). Di Kisah 26:13-18 Yesus
diidentifikasi de- ngan “terang.” Berdasarkan latar belakang Yes.
60:1-3, Yesus dilihat sebagai Yahweh, dengan terang dan
kemuliaanNya menetapkan Isra- el baru, melalui mereka terang ini
akan menyinari bangsa2 kafir:

1 Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu da-


tang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. 2 Sebab se-
sungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman
menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atas-
mu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. 3 Bangsa-
bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan
raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.

Mengapa terang sangat ditekankan di Yesaya? Nubuat Yes. 60


berhu- bungan dengan teks PL lainnya, “kegelapan menutupi bumi,
dan ke- kelaman menutupi bangsa-bangsa” merupakan gema Kej.
1:2-4: “ge- lap gulita menutupi samudera raya, ... Berfirmanlah
Allah: ’Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa
terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.”
Yesaya 60:1-3 meng- gambarkan pemulihan dan penebusan Israel
dengan latar belakang Kej. 1:2-4. Yesaya mengerti berkat bagi Israel
dan bangsa lain mengu- lang pola ciptaan pertama, keselamatan
digambarkan sebagai ciptaan baru yg keluar dari kegelapan rohani.
K E B A N G K I TA N D A N C I P TA A N D I S U R AT 2 PA U L U S
9
9.1 ke BANG k I t AN DI k I t AB rom A

Di kitab Roma, Paulus berulangkali menyebut kebangkitan Kristus


(4:24–25; 6:9). Pendahuluan surat menyebut “Injil itu telah
dijanjikan- Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya
dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging
diperanakkan dari ke-
turunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh
kebangkitan- Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah
yang berku-
asa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Rom 1:1-4). Disebutnya
kebangkitan di awal surat merupakan indikasi bahwa hal ini
adalah tema utama surat Roma.
Di kitab Roma, kebangkitan Kristus adalah dasar bagi
kebangkit- an orang percaya yg sudah dimulai di masa kini (6:4–5,
8–9, yg juga memberi indikasi kebangkitan di masa yg akan
datang). Pemikiran tentang keadaan di masa kini terlihat jelas,
orang percaya sekarang “kamu hidup bagi Allah dalam Kristus
Yesus” (6:11). Orang perca- ya diperintahkan untuk “serahkanlah
dirimu kepada Allah sebagai
orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup” (6:13). “menjadi satu
Istilah yg dipakai Paulus “menjadi satu dengan apa yang sama de- dengan apa yang
ngan kebangkitan-Nya” (6:5b) bukan sekedar metafora, karena para- sama dengan
kebangkitan-Nya”
llelnya “menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya” (6:5b) bukan
(6:5a) merupakan identifikasi nyata orang percaya dengan sekedar metafora ...
kematian Kristus, sehingga “manusia lama kita telah turut orang percaya
disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya” (6:6) bukan sudah dibangkitkan,
maka mereka
metafora. Karena itu orang percaya sekarang menjadi satu dengan
mampu
kebangkitan Kristus, karena berpartisipasi di dalam kebangkitanNya. melaksanakan
Tentu saja orang per- caya belum mengalami kebangkitan tubuh, perintah Paulus
hanya mengalami permu- laan kebangkitan rohani. Tapi hal ini
tetap merupakan kebangkitan yg nyata, bukan metafora. Karena
orang percaya sudah dibangkitk- an, maka mereka mampu
melaksanakan perintah Paulus, “hendaklah dosa jangan berkuasa lagi
di dalam tubuhmu ... serahkanlah anggota- anggota tubuhmu
kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebe- naran” (6:12-13).
Hubungan antara “indicative” (kalimat berita) dan “imperative”
(kalimat perintah) di surat Paulus telah menjadi perdebatan hangat.
Tapi jika tafsiran di atas benar, maka dasar pemberian perintah ada-
lah orang percaya sudah memiliki kemampuan untuk taat, karena
su- dah dibangkitkan dari kematian, sudah mengalami regenerasi,
menja- di ciptaan baru yg punya kuasa untuk taat. Rom. 6:4
memakai bahasa ciptaan baru, “hidup yang baru [kainotes].”

135
136 ke BANG k I t AN DAN CI pt AA N DI S U r A t 2 pAU l US

Jadi, Paulus tidak memberi perintah untuk hidup benar bagi orang
yg ada di luar komunitas orang percaya. karena mereka tidak punya
kuasa yg masuk ke dalam ciptaan baru, tapi masih menjadi
bagian dari zaman yg lama (“manusia lama” [6:6]), didominasi
Jika dosa, Iblis, dan pengaruh dunia (demikian juga Ef. 2:1-3).
kebangkitan rohani Jika kebangkitan rohani tidak diaplikasikan secara serius kepada
tidak diaplikasikan
pengalaman hidup orang Kristen masa kini, maka hal ini akan mem-
secara
serius kepada buat kotbah etika gereja menjadi tumpul. Orang Kristen harus
pengalaman hidup menya- dari bahwa sekarang mereka memiliki kuasa kebangkitan
orang Kristen masa untuk taat kepada Allah. Itulah sebabnya Paulus memakai bahasa
kini, maka hal ini kebangkit- an Kristus di hari terahkir sebagai dasar dari indentitas
akan membuat
kotbah etika gereja kebangkitan orang percaya, dan untuk nasihatnya supaya mereka
menjadi tumpul. mengalahkan dosa.
Yhz. 36:25–29; 37:12–14 menegaskan:
36:25 Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,
yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu
dan da- ri semua berhala-berhalamu Aku akan
mentahirkan kamu. 26 Kamu akan Kuberikan hati yang
baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu ha- ti yang taat. 27 Roh-Ku akan
Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan
tetap berpegang pada peraturan- peraturan-Ku dan
melakukannya. 28 Dan kamu akan di- am di dalam negeri
yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan
kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi
Allahmu. 29 Aku akan melepaskan kamu dari segala dosa
kenajisanmu dan Aku akan menumbuhk- an gandum
serta memperbanyaknya, dan Aku tidak lagi
mendatangkan kelaparan atasmu.
37:12 Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada
mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku
membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai
umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu
ke tanah Israel. 13 Dan kamu akan mengetahui bahwa
Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu
dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari
dalamnya. 14 Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu,
sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan
membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan
mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya
dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."
Yhz. 36 berbicara tentang pembaharuan rohani dalam bahasa kebang-
kitan dari Yhz. 37. Penafsir Yudaisme masa kini melihat Yhz. 37:12-14
sebagai pemulihan Israel dari pembuangan, dengan memakai
meta- fora kebangkitan, yg mencakup juga pembaharuan rohani.
9.1 ke BANG k I t AN DI k I t AB rom A 137

Paul menyingkapkan kembali implikasi teks Yhz. 36-37 tentang ke-


bangkitan: dosa telah dikalahkan kuasa kebangkitan di manusia baru,
yg nanti akan mendapatkan kebangkitan tubuh (Rom. 8:18–23). Paul
memakai teks PL ini, terlihat dari pengamatan ini:

1. Paulus berbicara tentang baptisan air sebagai cara “manusia


la- ma” diganti dengan “hidup yg baru” (Rom. 6:3-4), di LXX
ha- nya di Yhz. 36:25–28 muncul istilah “mencurahkan air
jernih”
kepada orang percaya di akhir zaman, sehingga menghasilkan
“hati yang baru dan roh yang baru.”

2. Setelah orang percaya “milik [disatukan] Dia, yang telah di-


bangkitkan dari antara orang mati” (7:4), hasilnya adalah “ber-
buah bagi Allah” (7:4) dan “melayani dalam keadaan baru me-
nurut Roh [kainoteti pneumatos]” (7:6). Teks Yhz. 36 berkata bah-
wa di akhir zaman Alah akan memberikan “roh baru [pneuma
kainon]” (26; Yhz. 11:19).

3. Paulus berbicara tentang “Roh, yang memberi hidup [pneuma-


tos tes zoes]” (8:2), “keinginan Roh adalah hidup [to phronema
tou pneumatos zoe]” (8:6). Di LXX hanya di Yhz. 37:5 ada “Roh
hidup” (pneuma zoes) yg dihubungkan dengan konteks eskato-
logi.

4. Hanya di Roma 8 dan Yhz 36 ada kontras antara “daging”


orang tak percaya dan “roh” manusia yg diperbarui Roh ilahi.

5. Roh Allah adalah pelaku yg membangkitkan orang dari kema-


tian di akhir zaman (Yhz. 37;1-14). Demikian pula Rom. 8:11,
“Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari anta-
ra orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah mem-
bangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghi-
dupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam
di dalam kamu.”

6. Rom. 8:4 berkata, “tuntutan [dikaioma] hukum Taurat” bagi me-


reka “yang tidak hidup [peripateo] menurut daging, tetapi me-
nurut Roh [pneuma].” Yhz. 36:27 berbicara tentang “Roh[pneuma]-
Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan
membuat kamu hidup [poreumai] menurut segala ketetapan[dikaioma]-
Ku”

Paulus melihat orang Kristen sebagai permulaan penggenapan ke-


bangkitan Israel yg kembali dari pembuangan di akhir zaman. Ke-
kuatan nasihat Paulus untuk mengalahkan dosa adalah keyakinan
bahwa mereka telah dibangkitkan dari kematian rohani, uang muka
dari kebangkitan tubuh di akhir zaman. Kebangkitan rohani telah
me- mulihkan mereka dari pembuangan rohani dan keterasingan,
kemba- li ke hadirat Allah. Di satu sisi Paulus bisa berbicara
bahwa orang
138 ke BANG k I t AN DAN CI pt AA N DI S U r A t 2 pAU l US

percaya yg tak berbuah, mungkin belum mengalami


“pembaharuan rohani” (7:5-6). Di sisi lain, “oleh Roh” yg orang
kudus “mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu” bisa yakin bahwa
mereka “dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah,” karena “Roh itu
bersaksi bersama- sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-
anak Allah" (8:13-16). Konsekuensinya, ketika Paulus berbicara
bahwa orang mengalami “hidup” [zoe [Rom. 8:6, 10]) dan “hidup”
(zao [Rom. 8:13]), dia tidak berbicara tentang kontras orang Kristen
dan orang yg tidak percaya; tapi berbicara tentang orang yg telah
dibangkitkan. Paulus mema- kai “imperative” dan berharap
pembaca taat karena mereka sudah mengalami kebangkitan akhir
zaman, dan mereka punya kuasa mo-
ral ciptaan baru untuk taat dan menyenangkan Pencipta.

Rom. 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurah-


an Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu memper-
sembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati.

Kata “karena itu” di Rom. 12:1 merupakan indikasi ayat ini dan sesu-
dahnya ditulis berdasarkan penjelasan ke-11 pasal sebelumnya,
ter- masuk Rom. 6. Rom. 12:1 mengembangkan Rom. 6, orang
percaya harus “mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hi- dup” karena mereka sudah mengalami kebangkitan
eskatologis. Di Rom. 12:2 Paulus melihat orng percaya yg terus
menerus bertumbuh di dalam ciptaan baru, dalam pembaharuan
budi [te anakainosei tou noos].”
Walaupun Paulus sangat yakin akan kenyataan kebangkitan hidup
di masa kini, dia juga sangat kuat dalam menekankan
penderitaan yg terus terjadi sebelum kebangkitan tubuh di Rom.
8:18-23:

18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman seka-


rang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang
akan dinyatakan kepada kita. 19 Sebab dengan sangat rin-
du seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah di-
nyatakan. 20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan
kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, teta-
pi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, 21 te-
tapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga
akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan ma-
suk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala ma-
khluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit
bersalin. 23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang
telah menerima karunia sulung Roh, kita juga
mengeluh dalam hati kita sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
9.2 ke BANG k I t AN DI 1 kor IN t US 139

Orang Kristen adalah “karunia sulung Roh” (23). Orang yg telah di-
bangkitkan di Rom. 8:18-23 menjadi katalis pembaharuan ciptaan la-
innya. Pembaharuan dimulai dari umat manusia yg telah jatuh di Kej.
3. Pembaharuan ini membalikkan kerusakan alam semesta menjadi
tak bisa rusak.

9.2 ke BANG k I t AN DI 1 kor IN t US

Semua, kecuali 2, referensi kebangkitan di 1 Korintus muncul di pa-


sal 15. Mayoritas kemunculan di pasal 15 memakai kata egeiro (“mem-
bangkitkan”), walaupun dipakai juga anastasis (“kebangkitan” [12-13,
21]) dan zoopoieo (“memberi hidup [22, 36, 45]). Referensi kebangkitan
bisa dibagi menjadi 5 alur pikiran:
1. Kebangkitan Kristus dari kubur (3-11). Beberapa penafsir
meli- hat latar belakang “Ia telah dibangkitkan, pada hari yang
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” adalah Hos. 6:2: “Ia akan
menghi- dupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga
Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-
Nya.” Ji- ka hal ini benar, maka Paulus melihat kebangkitan
Israel telah dimulai di diri Yesus, antisipasi dari ayat 23:
“Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang
menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.”

2. Kebangkitan Kristus mengharuskan kita percaya kepada


kebang- kitan orang mati secara umum, jika Kristus tidak
bangkit, maka iman kita adalah sia 2 (12-19).

3. Walaupun ada yg skeptis, kebangkitan Kristus adalah fakta,


menjadi dasar bagi kebangkitan orang percaya (20-23).
Kebang- kitannya adalah “buah sulung” dari semua orang
kudus yg ak- an dibangkitkan di akhir zaman. Di PL, Buah
sulung harus di- berikan sebagai persembahan, untuk
mengingatkan bahwa sisa- nya juga adalah milik Allah. Buah
sulung juga memberi peng- harapan ada buah lain yg
mengikutinya. Kristus adalah “buah sulung,” sebuah
pengharapan bagi kebangkitan lainnya, sekali- gus
mengingatkan semua orang percaya yg dibangkitkan ada- lah
milik Allah. Karena itu dipakai istilah “Kristus sebagai buah
sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada wak-
tu kedatangan-Nya.”
Dari Yoh. 5:24-29 terlihat bahwa nubuat PL tentang kebangkitan
bukanlah 1 peristiwa yg terjadi sekaligus, tapi digenapi
secara bertahap: dimulai dari kebangkitan rohani orang
percaya dan diikuti kebangkitan tubuh. Sekarang Paulus
melihat tahapan bentuk lain: Mesias yg pertama mengalami
kebangkitan tubuh, baru kemudian orang percaya. Karena PL
bernubuat kebang- kitan ini sebagai satu peristiwa, Paulus
menjelaskan bahwa ke- bangkitan Kristus membuat
kebangkitan orang percaya pasti
140 ke BANG k I t AN DAN CI pt AA N DI S U r A t 2 pAU l US

terjadi. Dengan kata lain, kebangkitan tubuh dimulai di


Kristus, tapi karena hal ini belum terjadi di orang lain,
penggenapan pe- nuhnya akan terjadi di masa yg akan datang.

4. 1 Kor. 15:24-28 menegaskan 2 hal yg akan terjadi di “akhir,”


keti- ka kebangkitan orang kudus terjadi. Pertama, Kristus
akan “me- nyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa” (24, 28).
Kedua, kema- tian akan “dibinasakan” (26), sebuah indikasi
orang kudus akan masuk ke dalam hidup kekal, yg tak akan
berubah lagi. Di ayat 25-27 ada catatan tentang kondisi
menjelang kebangkitan akhir: Kristus “harus memegang
pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua
musuh-Nya di bawah kaki-Nya.” Di konteks ini pemerintahan
Kristus dimulai di kebangkitanNya dan selesai di saat
kebangkitan semua umatNya.
Paulus melihat kerajaan Kristus di antara ke-2 kedatanganNya
sebagai penggenapan Mz. 8:6: “Sebab segala sesuatu telah
ditaklukkan- Nya di bawah kaki-Nya” (27). Mz. 8 adalah mazmur
tentang “Adam ideal.” Paulus melihat Kristus sebagai “Adam
terakhir”
(45). Refernsi Mz. 8:6 di 1 Kor. 15:7 membandingkan Kristus se-
bagai raja Adam eskatologis diciptaan baru dengan Adam per-
tama yg memerintah di ciptaan pertama.

5. 1 Kor. 15:36-57 mengembangkan implikasi dari kematian yg


di- binasakan (26). Seperti keberadaan derajat kemuliaan yg
berbe- da di pelbagai bagian ciptaan Allah (38-41), demikian
pula ada perbedaan derajat kemuliaan di tubuh lama dan
tubuh kebang- kitan di mahkota ciptaan (42-54), tubuh
kebangkitan memili- ki kemuliaan, kuasa, dan kekekalan di
dunia sorgawi. Seperti Kristus yg akan menyelesaikan
pemerintahanNya sampai akhir, demikian pula orang Kristen
mendapatkan “kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”
(57), sebuah motivasi bagi mereka untuk hidup bagi Tuhan di
masa antara ini (58).
Di bagian terakhir ini, Paulus mau membandingkan tubuh
yg bisa rusak dan yg tak bisa rusak. “Manusia pertama,
Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir
menja- di roh yang menghidupkan” (45). Intinya adalah,
Adam perta- ma tidak memiliki tubuh mulia kekal seperti yg
dimiliki Yesus Kristus dan orang percaya yg
dibangkitkanNya. Implikasinya, Adam pertama dicipta untuk
mencapai tujuan akhir tubuh mu- lia dan kekal, jika dia setia
mencerminkan gambar Allah dan menjalankan mandat Kej.
1:28. Kontras dengan Adam pertama yg gagal, Kristus
menaklukan dan taat. Konsekuensinya Kristus mewarisi tujuan
awal manusia ini, tubuh Yesus bukan sekedar mengalami
pemulihan, tapi ditransformasi menjadi tubuh “sor- gwai,”
“rohani,” dan “tidak bisa binasa.”
Selain itu, Kristus menjadi “roh yang menghidupkan” (45b),
merupakan penjelasan dari kalimat sebelumnya: “Karena
sama
seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam,
demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam
persekutuan dengan Kristus.” Kristus menjadi model, kepala,
dan “buah sulung” bagi umat eskatologis, karena itu Dia mam-
pu memberikan kebangkitan bagi orang lain seperti yg dimi-
likiNya. Bukan berarti Kristus menjadi roh yg murni seperti
Roh Kudus. Tapi melalui kebangkitan, Dia diidentifikasi de-
ngan fungsi pemberi kehidupan dari Roh, karena itu Paulus
juga bisa menyebut Roh sebagai “Roh Kristus.” Roh adalah pri-
badi yg berbeda dengan Yesus Kristus, walaupun Roh juga me-
rupakan pribadi seperti Kristus. KeduaNya memiliki kesatuan
fungsi dalam hal pemberian hidup eskatologis, tapi tetap
meru- pakan 2 pribadi yg berbeda. Kalimat “Adam yang akhir
men- jadi roh yang menghidupkan,” tampaknya sama dengan
Kisah 2:33, “Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan
Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan- Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.”
Kristus bukan sekedar menjadi seperti Adam sebelum jatuh ke
dalam dosa, tapi Dia melampauinya sehingga bisa
memampukan umatNya untuk melampauinya juga.
Pengulangan kontras Adam pertama sebelum kejatuhannya dan
Adam terakhir di 1 Kor. 15:45-48 memperkuat pengertian
bah- wa Kristus yg telah bangkit ada di keadaan ciptaan baru
yg me- lebihi ciptaan pertama sebelum kejatuhannya. Karena
itu kita melihat kebangkitan dan ciptaan baru adalah dua
sisi dari sa- tu koin yg sama, atau yg pertama adalah bagian
dari yg kedua. Kebangkitan Kristus sebagai ciptaan baru juga
berhubungan de- ngan kerajaan dan Adam sebagai raja.

9.3 me NGA p A tem A ke BANG k I t AN SANGA t BANYA k DI t U l IS -


A N p AU l US ?

Richard Gaffin membahas kebangkitan Kristus sebagai tema utama


Teologi Paulus. Mengapa pikiran Paulus begitu dipenuhi oleh ke-
bangkitan Kristus? Kita bisa menjawab, bersama dengan kematian
Kristus, kebangkitanNya adalah tema utama tradisi rasul yg
diterusk- an kepada Paulus, setelah Dia menjadi orang Kristen. Tapi
ada alasan
spesifik yg membuat pikiran Paulus dipenuhi hal ini. Pertemuan Paulus
Seyoon Kim memberikan jawaban yg paling meyakinkan: dengan Kristus yg
Pertemu- an Paulus dengan Kristus yg sudah bangkit di perjalanan sudah bangkit di
perjalanan ke
ke Damsyik adalah peristiwa eskatologis, yg membuat Paulus Damsyik adalah
mengalami keraja- an dan ciptaan baru, dua ide yg berhubungan peristiwa
dengan kebangkitan Kristus dan orang percaya. eskatologis, yg
Kim membuat argumen, ide utama Paulus diwarnai oleh membuat Paulus
mengalami kerajaan
peristiwa yg mengoncangkan hidup rasul ini. Kebangkitan sama dan ciptaan baru,
dengan keraja- an ciptaan baru, menjadi lensa untuk menjelaskan dua ide yg
ide utama lainnya. berhubungan
dengan kebangkitan
Kristus dan orang
percaya.
Refleksi perjalanan ke Damsyik ditemukan di sepanjang surat2 Pau-
lus, memperlihatkan peristiwa ini sangat membekas di pikiran
Pau- lus. Beberapa konteks surat Paulus memperlihatkan
pengalaman yg mengubah pola pikir ini (misalnya, Rom. 10:2–5; 1
Kor. 9:1; 15:8–10;
2 Kor. 4:4–6; 5:14–17; Gal. 1:13–17; 3:12–14; Fil. 3:6–9; Ef. 3:1–13). Ini
hanya puncak dari gunung es pikiran Paulus.
Kristus menampakan diri kepada Paulus (1 Kor. 15:8; Kisah
9:17; 26:16), dan Paulus melihat Dia (1 Kor. 9:1). Ini adalah “ahir
sebelum waktunya” bagi Paulus (1 Kor. 15:8). Kelahiran seperti apa?
Pertobat- an, sekaligus penugasan sebagai rasul, yg terakhir
merupakan fokus dari 1 Kor. 15:8. Ini adalah penampakan seperti
yg dilihat rasul lain (1 Kor. 15:5–11). Ini dijelaskan sebagai
“apocalypse” (pernyataan) ke- pada Paulus tentang Anak Allah yg
telah dimuliakan (Gal. 1:12, 16). Karena frasa “apocalypse Yesus
Kristus” di tempat lain di PB selalu menjadi referensi kedatangan
Kristus yg terakhir (1 Kor. 1:7; 2 Tes. 1:7; 1 Pet. 1:7, 13; Why. 1:1),
maka Gal. 1:12 berkata bahwa Kristus dinyatakan kepada Paulus
dalam bentuk kedatanganNya yg kedua kalinya - bentuk yg telah
dimuliakan, berkuasa, bangkit ke dalam ciptaan baru. Ini adalah
contoh klasik masa depan masuk ke masa kini, membuat masa kini
menjadi waktu eskatologis.
Paulus mendapat pencerahan spiritual oleh penampakan apoka-
liptik ini (2 Kor. 4:6), mungkin mirip dengan yg diterima
Yohanes di kitab Wahyu. Ini adalah saat Paulus mengambil
keputusan pen- ting, melepaskan kebenaran Farisi untuk
mendapatkan pengetahuan dan kebenaran Kristus (Fil. 3:2-12). Ada
perdebatan apakah ayat ini berbicara tentang panggilannya
menjadi rasul. Tampaknya juga me- libatkan pertobatan. Di saat
ini, Paulus mendapatkan pengetahuan tentang Kristus sebagai
“Tuhan.” Ini adalah saat Paulus berubah ke dalam pengetahuan yg
sejati dari Kristus, dari pengetahuan sebelum- nya yg salah tentang
Kristus (2 Kor. 5:16–17; Gal. 3:13; 1 Tim. 1:12–16). Paulus menjadi
Kristen di pertemuan pertamanya dengan Kristus, hal ini terlihat
juga di teofani yg diterima Yesaya dan Musa, mereka menerima
penugasan sekaligus mengalami pertobatan (lihat Kel. 3; Yes. 6).
Relevansi pengalaman Yesaya terlihat di Kisah 28:23–28, keti- ka
Lukas menggambarkan Paulus sebagai pelaksana misi ke bangsa
Isarel yg keras seperti yg dialami Yesaya. Dan di Rom. 11:8
Paulus menyinggung Yes. 6:9-10 “mata untuk tidak melihat dan
telinga un- tuk tidak mendengar.” Kekerasan hati Israel telah
terjadi di zaman Yesaya, dan sekarang Paulus juga harus bermisi
ke Israel yg keras hati (Rom. 11:11-25).
Penugasan Paulus di perjalanan ke Damsyik disinggung di 1
Kor. 9:1; 15:1–11, dan tentu saja di narasi Kisah 26. Ini adalah
penugas- an dalam bentuk verbal, sama seperti penampakan
Kristus yg telah bangkit kepada rasul lain. Di penugasan ini,
Paulus melihat dirinya sebagai Yesaya dan Yeremia zaman akhir,
bertugas sebagai nabi bagi Mesias, untuk menjadi terang bagi
bangsa2 , dinyatakan dalam baha-
sa Yer. 1:5 dan Yes. 49:1-6 di Gal. 1:15-16: “Tetapi waktu Ia, yang
telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh
kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku,
supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan
Yahudi.” Tak diragukan, butuh waktu ber-tahun2 bagi Paulus untuk
bisa mengerti penugasan ini (Gal. 1:15-18).
DOSA SEBAGAI PENYEMBAHANBERHALA 10
semua manusia telah
Di bagian sebelumnya telah dibahas tentang ciptaan baru dan menjadi penyembah
keraja- an yg telah dimulai di kedatangan Kristus yg pertama. Tapi berhala, menyembah
sekarang kita perlu mengambil satu langkah ke belakang, untuk diri sendiri atau
melihat ke- butuhan umat manusia akan Kristus. Pasal ini ciptaan lain, yg
bukan Pencipta.
membahas masuknya dosa ke dalam sejarah, semua manusia telah
Karena itu manusia
menjadi penyembah ber- hala, menyembah diri sendiri atau ciptaan tidak lagi menjadi
lain, yg bukan Pencipta. Karena itu manusia tidak lagi menjadi gambar Allah, tetapi
gambar Allah, tetapi menjadi gambar dari ciptaan. Dengan cara ini, menjadi gambar dari
ciptaan.
gambar Allah di dalam diri manusia menjadi rusak. Pasal berikutnya
akan membahas Kristus, Adam terakhir, yg akan mengerjakan
pemulihan: membuat manusia kembali menjadi gambar Allah,
bukan gambar ciptaan.
Konsekuensinya, pasal ini fokus kepada dosa penyembahan
berha- la, bukan dosa umum, karena ini adalah akar dari dosa
lainnya.

10.1 ke JADIAN 1 - 3 DAN pe NY em BA h AN B erh A l A

10.1.1 Adam sebagai Gambar dan Rupa Pencipta

Walaupun Kej. 3 tidak menyebut secara eksplisit dosa Adam dan


Hawa sebagai penyembahan berhala, kita harus meneliti konsep pe-
nyembahan berhala yg muncul di sini. Ketika Adam tidak lagi me-
miliki komitmen untuk mencerminkan gambar Allah, dia memuja
hal lain yg menjadi pengganti Allah, dan dia menjadi serupa dengan
hal yg disembahnya. Di dalam hati, Adam sudah melakukan dosa
penyembahan berhala.
Adam dan Hawa, seperti yg dikatakan Kej. 1:28, harus
menakluk- an bumi: “Allah memberkati mereka ... berfirman
kepada mereka: ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan takluk- kanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap
di bumi.”’ Kej. 1:27 memberikan cara mencapai tujuan dari mandat
ini: dengan menjadi “gambar Allah.” Bagian dari gambar Allah
adalah menjadi raja yg mewakili pemerintahan Allah di bumi.
Kej. 2 mengambarkan pasangan pertama yg ditempatkan Allah
di Bait Allah berbentuk taman. Adam dan Hawa dan keturunannya
dicipta untuk menjadi gambar Allah untuk mencerminkan karakter
dan kemuliaanNya dan memenuhi bumi dengan hal ini.
Seperti anak Adam yg lahir menurut gambar Adam (Kej. 5:1-3)
dan mirip dengan ayahnya dalam hal penampakan dan karakternya,
maka Adam sebagai anak Allah harus mencerminkan gambar
Bapa

145
14 D os A S e BAG AI pe NY em BA h AN B erh A l A
6
ilahi-nya. Artinya, perintah untuk menaklukan dan memenuhi bumi,
bukan sekedar dengan keturunan, tapi keturunan yg bisa mencer-
minkan kemuliaan Allah.

10.1.2 Dosa Penyembahan Berhala Adam

Tapi Kej. 3 mencatat kejatuhan Adam dan Hawa, sehingga mereka


tidak lagi mencerminkan gambar Allah. Mereka melanggar perintah
Allah untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan baik dan ja-
hat. Adam tidak berhasil melaksanakan mandat, yg mencakup tugas
menjaga Bait Allah Taman, dari pihak lawan dan najis. Walaupun tu-
gas menjaga taman dari serangan ular tidak disebut secara eksplisit,
implikasinya terlihat jelas.
Jadi, dengan membiarkan ular masuk ke taman, Adam membiark-
an dosa, kekacauan (chaos), dan ketidakteraturan masuk ke
tempat kudus, dan ke dalam kehidupan dia dan istrinya. Bukannya
mengu- asai ular dan membuangnya ke luar taman, Adam
membiarkan ular memerintah dirinya. Bukannya ingin diam di dekat
Allah, Adam dan Hawa menyembunyikan diri dari kehadiran Allah
di antara pohon di taman (Kej. 3:8, 10).
Bukannya memperluas kehadiran ilahi Taman Firdaus dengan
ke- turunan yg mencerminkan gambar Allah ke seluruh bumi, Adam
dan Hawa diusir dari Taman Firdaus. Hanya di Taman Firdaus,
Adam dan Hawa bisa mencerminkan perhentian Allah. Di luar
taman, mere- ka hanya bisa bekerja “dengan berpeluh” (Kej. 3:19).
Adam dan Hawa tidak taat kepada mandat yg diberikan Allah,
konsekuensinya mere- ka tidak bisa ada di dekat Allah sehingga
tidak bisa mencerminkan gambar Allah yg hidup, karena mereka
“Penyembahan akan mengalami kematian (Kej. 3:19).
berhala” harus Tidak ada kosa kata eksplisit yg menjelaskan dosa Adam
didefinisikan sebagai sebagai penyembahan berhala, tapi ide ini berhubungan erat dengan
memuja apapun
juga selain Allah. pelang- garannya. “Penyembahan berhala” harus didefinisikan
Setidaknya, Adam sebagai me- muja apapun juga selain Allah. Setidaknya, Adam
mengalihkan mengalihkan pe- mujaan dari Allah kepada diri sendiri, mungkin
pemujaan dari Allah kepada Iblis, karena sekarang mencerminkan gambar ular. Ular
kepada diri sendiri,
mungkin kepada
adalah pembohong (Kej. 3:4) dan penipu (Kej. 3:1, 13). Demikian
Iblis, ... pula ketika Adam ditanya Allah, “Apakah engkau makan dari buah
pohon, yang Kularang eng- kau makan itu?” (Kej. 3:11), dia berkelit.
Adam berkata, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah
yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan” (3:12).
Adam menyalahkan Hawa atas dosa yg dilakukannya,
memindahkan tanggung jawab dari dia ke is- trinya, berlawanan
dengan kesaksian Alkitab bahwa Adam, bukan Hawa, yg
bertanggung jawab atas kejatuhan manusia ke dalam dosa (Rom.
5:12-19). Terlebih lagi, Adam seperti ular, tidak percaya kepa- da
Allah (untuk Adam lihat Kej. 2:16-17; 3:6; untuk ular lihat 3:1, 4-5).
10.1 ke JADIAN 1 - 3 DAN pe NY em BA h AN B erh A l A 147

Pergeseran kepercayaan dari Allah kepada ular, artinya dia tidak


lagi mencerminkan gambar Allah tapi gambar ular.
Di sini juga ada unsur penyembahan diri sendiri, ketika Adam
mengambil keputusan bahwa dirinya lebih tahu dari Allah tentang
apa yg terbaik bagi dirinya. Dia lebih percaya kepada diri sendiri,
cip- taan, daripada percaya kepada Allah, sang Pencipta. Dia telah
mende- ngar perkataan ular kepada Hawa, “pada waktu kamu
memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti
Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (3:5). Kemudian, di
Kej. 3:22-23a, Adam diusir dari Taman Firdaus, karena dalam
pengertian tertentu perkataan ular ini benar:
Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia
itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu
tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan
sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula
dari bu- ah pohon kehidupan itu dan memakannya,
sehingga ia hidup untuk selama-lamanya." Lalu TUHAN
Allah meng- usir dia dari taman Eden supaya ia
mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
Di satu sisi, Adam bisa menjadi seurpa dengan Allah hanya dengan
percaya dan taat. Di sisi lain, ada cara yg tidak baik, untuk bisa
menja- di serupa dengan Allah; dengan cara menghujat. Adam
mengangkat diri sendiri menjadi penguasa tertinggi yg bisa
menentukan hukum etika, hak yg hanya dimiliki Allah.
“Pengetahuan baik dan jahat” ber- hubungan erat dengan
penghakiman. Pohon dengan nama ini, men- jadi tempat Adam
dikenali ketaatan atau pemberontakan kepada hu- kum Allah.
Demikian pula, Adam, sebagai raja-imam, harus membu- at vonis
kepada setiap hal yg tidak sesuai dengan hukum Allah.
Adam bukan hanya diam saja ketika, rekannya dalam perjanjian,
Hawa, ditipu ular. Adam sendiri juga membuat keputusan bahwa
perkataan Allah itu salah, dan perkataan Iblis itu benar. Dengan de-
mikian, ada kemungkinan Adam mencerminkan aspek lain dari sifat
ular, yg meninggikan norma hukum buatan diri sendiri di atas stan-
dar kebenaran Allah. Jika kemungkinan ini salah, setidaknya Adam
telah membuat keputusan bahwa perkataan Allah itu salah. Ini ada-
lah keputusan untuk menempatkan diri sendiri di tempat Allah - ini
adalah penyembahan diri.
Tafsir Kejadian 3 di Yehezkiel 28, memperlihatkan dosa sebagai
penataan keberadaan di sekitar diri sendiri, hasil dari usaha
untuk menjadi pencipta, penyembuh, dan pemelihara. Pengertian
bahwa Adam melakukan dosa penyembahan diri, mendapat
konfirmasi da- ri Yhz. 28, ketika 2 pemberitaan hukuman yg
berurutan diberikan kepada raja Tirus (ayat 1–10, 11–19).
Pemberitaan pertama berisi tu- duhan terhadap raja karena dosa
kesombongan penyembahan-diri, yg menghasilkan penghukuman.
Pemberitaan ke-2 sangat menarik, karena ditujukan kepada
seseorang yg tinggal di Taman Firdaus, yg
14 D os A S e BAG AI pe NY em BA h AN B erh A l A
8
telah berdosa sehingga diusir. Penafsir mengidentifikasikan tokoh
ini sebagai malaikat yg jatuh, tapi lebih banyak yg menafsirkannya
seba- gai Adam. Apapun tafsirannya, dosa raja Tirus dan
penghakimannya, dilihat melalui lensa dosa dan penghakiman
tokoh yg ada di Taman Firdaus, sehingga tokoh kuno ini menjadi
wakil dari raja Tirus, dan dosa raja Tirus adalah pengulangan dosa
awal. Konsekuensinya, se- mua dosa mencakup penyembahan
berhala.
Penyembahan berhala seringkali melibatkan penyembahan diri.
Mi- salnya, orang yg menyembah dewa2 di dunia kuno,
melakukannya untuk menjamin kesejahteraan fisik, ekonomi, dan
spiritual diri sen- diri.

10.2 pe NG ert I AN pl te N t ANG me N JA DI S er U pA D e NG AN B er-


hAlA

Ada banyak ayat PL yg menggambarkan Israel dan bangsa lain seba-


gai “punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak mendengar,
punya hati tapi tak mengerti.” Ini adalah penjelasan tentang indra
rohani, bukan indra tubuh. Ketika indra rohani tak berfungsi, hal ini
bisa dijelaskan dalam bahasa “kerusakan indra.” Ketika bahasa
seper- ti ini dipakai, biasanya bukan penggambaran dosa umum,
tapi dosa khusus: penyembahan berhala. Hal ini terlihat di beberapa
ayat PL.

10.2.1 Mazmur 115 (= Mazmur 135)

Mungkin contoh yg paling jelas tentang menjadi serupa dengan ber-


hala ada di Mz. 115:4-8 (=135:15–18):

4 Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, bu-


atan tangan manusia, 5 mempunyai mulut, tetapi tidak
dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat
melihat, 6 mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mende-
ngar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, 7
mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba,
mem- punyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak
dapat memberi suara dengan kerongkongannya. 8
Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya,
dan semua orang yang percaya kepadanya.
penyembahan
berhala dihukum Mz. 115:4-8 (=Mz. 135:15-18) ditutup dengan klimaks pemikiran
dengan menjadi bahwa bangsa2 yg membuat dan menyembah berhala2 akan menjadi
serupa dengan
berhala - “... serupa dengan berhala2 ini. Pembaca harus mengambil
mempunyai mata, kesimpulan bahwa penyembahan berhala dihukum dengan
tetapi tidak dapat menjadi serupa de- ngan berhala - “mempunyai mulut, tetapi
melihat, mempunyai tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat
telinga, tetapi tidak
dapat mendengar”
melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar” dan
seterusnya. Pernyataan di Mz. 135:14, “Sebab TUHAN akan
memberi keadilan kepada umat-Nya”
Yesaya 6:9b–10a Mazmur 115:4–6a (=135:15–17a)
(cf. Yes. 2:8b, 20b: “mereka “Berhala-berhala mereka
sujud menyembah kepada adalah perak dan emas, buatan
buatan tangannya sendiri”; tangan manusia”
“berhala-berhala perak dan
berhala-berhala emas yang
dibuat manusia”)
“Dengarlah sungguh-sungguh, “mempunyai mulut, tetapi
tetapi mengerti: jangan! tidak dapat berkata-kata,
Lihatlah sungguh-sungguh, mempunyai mata, tetapi tidak
tetapi menanggap: jangan! dapat melihat, mempunyai
Buatlah hati bangsa ini keras telinga, tetapi tidak dapat
dan buatlah telinganya berat mendengar”
mendengar dan buatlah
matanya melekat tertutup”

Tabel 10.1:

membuat hal ini menjadi eksplisit. Kalimat ini menjadi pendahuluan


dari Mz. 15-18, dan bangsa Israel bisa dihubungkan dengan pengha-
kiman di ayat 18. Jadi penjelasan tentang bangsa2 (secara implisit ter-
masuk Israel) sebagai “mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mende-
ngar” dan pernyataan lain yg serupa denganya, lebih baik dimengerti
sebagai metafora penyembahan berhala yg diaplikasikan kepada atas
bangsa2 yg akan dihukum seperti berhala yg mereka sembah: mereka
akan dibinasakan. Salah satu aspek pemberitaan hukuman ini adalah
pengertian bahwa penyembah berhala mulai menjadi seperti berhala
yg mati ini. Walaupun penyembah berhala berpikir bahwa
mereka memberikan diri kepada berhala yg menjadi sumber
hidup dan ber- kat, pada kenyataannya berhala tidak memiliki
kehidupan dan ko- song, dan hanya bisa memberi kematian. Bagian
dari hukuman mati bagi penyembah berhala adalah kematian
rohani seperti berhala yg mereka sembah. Demikian pula,
penyembah berhala digambarkan se- perti berhala: memiliki telinga
fisik tapi tak memiliki telinga rohani, memiliki mata fisik tapi tak
memiliki mata rohani, dan seterusnya.

10.2.2 Yesaya 6

Pengertian bahwa penyembah berhala secara rohani menjadi seperti


berhala muncul di tempat lain. Misalnya, lihat kemiripan Yes.
6:9b- 10a dan Mz. 115:4-6a (=Mz. 135:15-17a) seperti yg terlihat di
Tabel. 10.1.
Ketika berita yg lebih luas Yes. 6:9-10 diamati, maka terlihat
buk- an saja ada kemiripan kata2 dengan Mz. 115 (dan Mz. 135),
tapi ju- ga kemiripan fungsi kontekstual pemakaian kata2 ini. Ingat,
perikop
penyembahan berhala Mz. 115:4–8 (=Mz. 135:15–18) ditutup
dengan bangsa penyembah berhala yg akan menjadi seperti berhala.
Prinsip yg sama muncul di Yes. 6.
Yesaya 6 memiliki alur pemikiran yg terjalin ke belakang, ke
per- mulaan sejarah Israel, bahkan ke permulaan sejarah, dan alur
permi- kiran yg terjalin ke depan, ke PB. Konteks yg lebih lengkap
Yes. 6:8-13 adalah:
8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah
yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" 9
Kemudi- an firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah
kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi
mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi
menanggap: jangan! 10 Buatlah hati bangsa ini keras
dan buatlah telinganya ber- at mendengar dan buatlah
matanya melekat tertutup, su- paya jangan mereka
melihat dengan matanya dan men- dengar dengan
telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik
dan menjadi sembuh." 11 Kemudian aku ber- tanya:
"Sampai berapa lama, ya Tuhan?" Lalu jawab-Nya:
"Sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, tidak ada lagi
yang mendiami, dan di rumah-rumah tidak ada lagi
ma- nusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi. 12 TUHAN
akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir
selu- ruh negeri menjadi kosong. 13 Dan jika di situ masih
ting- gal sepersepuluh dari mereka, mereka harus sekali
lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya akan
seperti po- hon beringin dan pohon jawi-jawi yang
tunggulnya ting- gal berdiri pada waktu ditebang. Dan
dari tunggul itulah akan keluar tunas yang kudus!"
Di ayat 5-7, Yesaya walaupun berdosa, dinyatakan telah mendapat
pe- ngampunan oleh kasih karunia Allah. Yesaya bergumul karena
ada di hadirat Allah yg kudus, dia berkata, “Celakalah aku! aku
binasa! Se- bab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di
tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat
Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam” (ayat 5). Kemudiam Serafim
membawa bara dari mezbah dan menyentuh bibir Yesaya dengan
bara ini, menjadi simbol bahwa Yesaya telah mengalami
pengampunan Allah (ayat 6-7). Yesaya dinyatakan telah diampuni
Allah yg kudus, dan Yesaya harus menjalani hidup yg mencerminkan
kemuliaan Allah. Setelah Yesa- ya diampuni, Allah memilih dia
untuk diutus kepada bangsa Israel, yg tak kudus, demikianlah dia
diutus menjadi nabi. Karena Yesaya adalah orang yg memuja Allah
dan mencerminkan kekudusanNya, sehingga dia dipulihkan dan
diutus sebagai nabi (ayat 5-7).
Sesudahnya, vonis diberitakan kepada Israel di ayat 8-10.
Setelah panggilan dan respon Yesaya (ayat 8), Yesaya
diperintahkan untuk “pergi” dan untuk menyampaikan berita dari
Allah kepada umat
(ayat 9). Di baris ke-2 dan ke-3 ayat 9, berita dilanjutkan dengan per-
intah kepada umat untuk salah mengerti penyingkapan Allah. Fra-
sa “mengerti: jangan” dan “menanggap: jangan” adalah bagian dari
perintah. Bentuk imperatif diperkuat dengan ayat 10, ketika Allah
kembali memerintahkan nabi untuk berbicara dengan cara tertentu
kepada Israel untuk membuat mereka menjadi “tidak sensitif” kepa-
da berita rohani dari Allah, sehingga mereka tidak mendengar
atau mengerti secara rohani. Tujuannya adalah membuat mereka
tidak “berbalik” kepada Allah dari dosa mereka dan menjadi
“sembuh.” Buta dan tuli rohani yg dialami Israel di ayat 9-10 adalah
penjelasan bagi penyembah berhala yg dihukum untuk menjadi
serupa dengan berhala yg mereka sembah.
Sebagai respon atas berita penghakiman yg sangat keras atas
pe- nyembahan berhala di ayat 9-10, Yesaya bertanya kepada
Tuhan, be- rapa lama hukuman menjadi buta dan tuli akan
berlangsung (ayat 11a). Jawabannya sekaligus memberikan efek
dan cakupan pengha- kiman atas Israel, “Sampai kota-kota telah
lengang sunyi sepi, tidak ada lagi yang mendiami, dan di rumah-
rumah tidak ada lagi manusia dan tanah menjadi sunyi dan sepi”
(11b).
Penjelasan cakupan penghakiman diteruskan di ayat 12, “TUHAN
akan menyingkirkan manusia jauh-jauh, sehingga hampir seluruh ne-
geri menjadi kosong.” Pengertian implisit di ayat 11, sekarang
dija- barkan secara eksplisit. Allah akan menyingkirkan penduduk
negri Israel dan mengirim mereka ke pembuangan di negara lain.
Israel secara fisik dibuang dan terpisah dari Tanah Perjanjian,
sebuah in- dikasi dari pembuangan rohani dari hadirat Allah,
karena di Tanah Perjanjian ada Bait Allah tempat Allah menyatakan
kehadiranNya yg unik dan khusus di tengah umatNya, melalui
perantara imam dan ibadah.
Efek kehancuran dan pembuangan fisik dan rohani Israel di jelask-
an di ayat 13, “Dan jika di situ masih tinggal sepersepuluh dari mere-
ka, mereka harus sekali lagi ditimpa kebinasaan, namun keadaannya
akan seperti pohon beringin dan pohon jawi-jawi yang
tunggulnya tinggal berdiri pada waktu ditebang. Dan dari tunggul
itulah akan keluar tunas yang kudus!” Sisa2 yg bertahan adalah
“sepersepuluh,” diam di tanah perjanjian dan di tanah
pembuangan. Terlebih lagi, ayat 13 memberi indikasi bahwa
penghakiman di ayat 9-12 akan te- rus berlanjut dan mencapai
klimaksnya di sisa2 ini kembali dari tanah pembuangan. Ayat 13
menegaskan, orang Israel yg menyembah ber- hala akan dibuat
seperti berhala yg disembah mereka, seperti “tung- gul” yg tersisa
dari sebelumnya berhala “pohon beringin dan pohon jawi-jawi.”
Referensi berhala di ayat 13b berfungsi untuk identifikasi sifat ritual
penyembahan yg dihancurkan di 13a. Hasilnya kemirip- an puitis
antara kehancuran berhala pohon dan penghakiman atas Israel.
Bahkan ketika tinggal tunggul, identitas penyembah berhala
belum terhapus. Pada titik klimaksnya, gambar tunggul berhala di-
Allah hancurkan ditransfer ke Israel.
memberi perintah Karena itu, tugas Yesaya di 6:9-10 adalah untuk memberitakan peng-
kepada Yesaya
hakiman Allah atas Israel karena penyembahan berhala. Jadi di ayat
untuk membuat
umat menjadi 9 Allah, melalui Yesaya, memberi perintah kepada penyembah
serupa dengan ber- hala untuk menjadi serupa dengan berhala yg tiada henti2 -nya
berhala melalui mere- ka kasihi. Di ayat 10, Allah memberi perintah kepada
pemberitaan Yesaya untuk membuat umat menjadi serupa dengan berhala melalui
nubuat. Ini adalah
contoh dari lex pemberitaan nubuat. Ini adalah contoh dari lex talionis - mata ganti
talionis mata. Orang dihukum sesuai dengan dosanya.
Rangkumannya, pernyataan Yes. 6:9-10 tentang Israel, seperti
me- miliki telinga tapi tak mampu mendengar, lebih baik dimengerti
seba- gai metafora penyembahan berhala yg diterapkan kepada
bangsa yg tidak taat, sebuah penegasan bahwa hukuman
penyembahan berhala sama dengan perlakuan kepada berhala:
dibinasakan. Aspek lain dari pemberitaan penghakiman adalah,
penyembah berhala mulai menja- di serupa dengan sifat berhala yg
tak memiliki kehidupan. Hal ini diperjelas 6:13b, yg lebih baik
dimengerti sebagai identifikasi bangsa dan simbol berhala.

10.2.3 Keluaran 32

Menurut Kel. 32, setelah generasi pertama Israel menyembah lembu


emas, Musa menggambarkan mereka seperti ternak yg belum diji-
nakkan: mereka menjadi (1) “tegar tengkuk” (32:9; cf. 33:3, 5;
34:9) dan tidak taat tapi (2) “terlepas” sebab “Harun telah
melepaskan- nya” (32:25), (3) sehingga “segera juga mereka
menyimpang dari jal- an” (32:8), dan mereka harus “dikumpulkan”
kembali “di gerbang”
*32:26), (5) sehingga Musa bisa “menuntun bangsa itu ke tempat
yang telah disebutkan” Tuhan (32:34). Di Kel. 32:8, pernyataan
“segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan
kepada mereka” ditempatkan sebelum kalimat “mereka telah
membuat anak lembu tuangan.” Sesudahnya di Kel. 32:9 mereka
Penjelasannya disebut “tegar tengkuk,” penjelasan ini saling berhubungan.
memakai metafora Bagaimana penjelasan dosa penyembahan berhala Israel di Kel. 32?
ternak. Orang
Israel Penjelasannya memakai metafora ternak. Orang Israel yg berdosa
yg dijelaskan dengan metafora lembu yg belari liar dan harus
berdosa dijelaskan dikum- pulkan kembali. Apakah pemakaian bahasa ini hanya
dengan metafora kebetulan? Ke- mungkinan besar ini adalah narasi ejekan bagi Israel
lembu yg belari liar
dan harus
yg mirip lembu yg lepas kendali, karena telah menyembah lembu.
dikumpulkan Hal ini diperkuat dengan rangkaian istilah “segera menyimpang
kembali. dari jalan,” “membu- at anak lembu tuangan,” dan “tegar
tengkuk” di Kel. 32:8-9. Hosea 4:16 memberikan penjelasan
tambahan, menjadi gema dari peristi- wa lembu emas di Kel. 32:
“Sebab Israel degil seperti lembu yang degil, masakan sekarang
TUHAN menggembalakan mereka, seperti domba di tanah
lapang?” Pertanyaan retorik ini menantikan jawab-
10.3 pe NY em BA h AN B erh A l A D I rom A 1 15
3
an “tidak.” Hosea 4:17 melanjutkannya, “Efraim bersekutu dengan
berhala-berhala, biarkanlah dia!” Pengertian yg diberikan 2 ayat
ini adalah: Israel keras kepala seperti lembu degil, karena
menyembah berhala. Penyembahan berhala sering disebut Hosea
penyemban lem- bu, dan dihukum dengan “ditinggalkan tanpa
gembala.” Generasi pertama Israel dan generasi Hosea menjadi
mati rohani seperti ber- hala lembu yg mereka sembah.
Generasi pertama Israel secara fisik tidak membatu seperti lembu
emas yg mereka sembah, tapi bertindak seperti lembu keras kepala
yg tidak bisa dikendalikan. Jelas mereka dihina karena menjadi se-
rupa dengan gambaran lembu yg mereka sembah. Hal yg mereka
puja, membuat mereka serupa dengannya, dan keserupaan ini meng-
hancurkan mereka. Pernyataan Kel. 32:7 bahwa umat telah “merusak
diri sendiri” dengan penyembahan berhala. Kerusakan rohani masuk
ke dalam dan mentransformasi hati mereka. Tidak ada pernyataan
eksplisit di Kel. 32-34 bahwa Israel menjadi seperti lembu, tapi pe-
ngertian ini dijabarkan melalaui genre narasi.

10.2.4 Kesimpulan

Prinsip Teologi Biblika yg disingkapkan ayat2 seperti Mz. 115, Yes.


6, dan Kel. 32 adalah kau akan menjadi serupa dengan hal yg kau
sem- bah, entah menuju kehancuran atau pemulihan. Yesaya mau
memuja gambar Allah dan mencerminkan kekudusanNya, hasilnya
adalah pemulihan, sedangkan Israel memuja berhala dan menjadi
cermin dari kematian rohani gambar ini, hasilnya adalah
kehancuran.

10.3 pe NY em BA h AN B erh A l A DI rom A 1

Ada beberapa referensi penyembahan berhala di surat Paulus, tapi yg


paling relevan dengan pasal ini adalah Roma 1. Di sini Paulus mem-
bahas penyembahan berhala dengan memakai pelbagai teks dan ide
PL yg telah dibahas di atas, termasuk ide bahwa penyembah berhala
akan menjadi serupa dengan berhala yg mereka sembah.
Roma 1:20–28 merupakan penjelasan Paulus yg paling eksplisit ten-
tang penyembahan berhala:
20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu
kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nam-
pak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptak-
an, sehingga mereka tidak dapat berdalih. 21 Sebab se-
kalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliak-
an Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya.
Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati
mere- ka yang bodoh menjadi gelap. 22 Mereka berbuat
seolah- olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah
menjadi bodoh. 23 Mereka menggantikan kemuliaan
Allah yang
tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia
yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang
berka- ki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
24 Kare- na itu Allah menyerahkan mereka kepada
keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka
saling mence- markan tubuh mereka. 25 Sebab mereka
menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan
memuja dan menyem- bah makhluk dengan melupakan
Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. 26
Karena itu Allah menye- rahkan mereka kepada hawa
nafsu yang memalukan, se- bab isteri-isteri mereka
menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak
wajar. 27 Demikian juga suami- suami meninggalkan
persetubuhan yang wajar dengan is- teri mereka dan
menyala-nyala dalam berahi mereka seo- rang terhadap
yang lain, sehingga mereka melakukan ke- mesuman,
laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu me- reka
menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal
untuk kesesatan mereka. 28 Dan karena mereka tidak
me- rasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah
menyerahk- an mereka kepada pikiran-pikiran yang
pendahuluan surat terkutuk, sehing- ga mereka melakukan apa yang tidak
Roma ini pantas:
menegaskan
penyembahan Bagian pendahuluan surat Roma ini menegaskan penyembahan
berhala sebagai akar
dari dosa lainnya.
berhala sebagai akar dari dosa lainnya. Ketika seseorang berpaling
dari iman kepada Allah dan beriman kepada ciptaan, maka “hati”
mereka menjadi “gelap” dan segala macam dosa mengikutinya, se-
perti yg mulai dijelaskan Paulus di ayat 24-28, dan kemudian dite-
ruskan di ayat 29-32. Jadi Paulus melihat penyembahan berhala
seba- gai akar dan esensi dosa.
Di Rom. 1, esensi natur penyembahan berhala dijelaskan
sebagai “menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan
gambaran” (1:23), “menggantikan kebenaran Allah dengan dusta”
(1:25a), dan “memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan
Penciptanya” (1:25b). Hukuman yg setimpal atas penyembahan Allah
yg salah ada- lah kerusakan relasi dengan sesama, termasuk
homoseksual, lesbian, ketidaktaatan kepada orang tua, dan semua
kerusakan relasi lainnya (24-32). Demikian pula dengan
penghakiman lex talionis (“hukuman yg setimpal dengan
pelanggaran”) karena “tidak memuliakan” Allah (1:21) adalah
“mereka saling mencemarkan tubuh mereka” (24); dan hukuman
bagi “tidak merasa perlu untuk mengakui Allah” di pi- kiran
mereka adalah Allah “menyerahkan mereka kepada pikiran-
pikiran yang terkutuk” (28).
Hukuman relasi tidak wajar dengan sesama mirip dengan relasi
tak wajar dengan Allah. Karena mereka telah “menindas
kebenaran [tentang Allah] dengan kelaliman” mereka juga menindas
kebenaran dari cermin sifat2 ilahi (18-20). Akibatnya, mereka tidak
bisa meng- enal dan mencerminkan sifat2 dan natur Allah,
sebaliknya mereka
mencerminkan kerusakan ciptaan (21-25). Sehingga mereka tidak be-
nar seperti Allah sebaliknya menjadi “fasik” (18, 29a), tidak memiliki
“hikmat” sebagai cermin hikmat Allah, sebaliknya menjadi
“bodoh” (22), bukannya jujur tapi penuh “tipu muslihat” (29),
bukannya baik tapi “pandai dalam kejahatan” (30), bukannya
mengasihi tapi “tidak penyayang,” bukanya berbelaskasihan tapi
“tidak mengenal belas ka- sihan” (31).

10.3.1 Latar Belakang Roma 1:23-25 dari Mazmur 106

Penjelasan penyembahan berhala di antara bangsa2 digambarkan de-


ngan kata2 penyembahan berhala Israel di Mz. 106:20. Di sini
dika- takan Israel “menukar” objek penyembahan yg benar,
“Kemuliaan mereka” - yaitu kemuliaan Allah - dengan gambar
berhala. Ini ada- lah penggunaan secara sadar oleh Paulus.
Mazmur ini menjelaskan peristiwa penyembahan lembu emas.
Dengan memakai bahasa pe- nyembahan lembu emas, Paulus
mengantisipasi tuduhan penyem- bahan berhala kepada Israel di
bagian selanjutnya (Rom 2:22), bagian dari argumen Paulus bahwa
bangsa2 lain dan Yahudi sama2 berdosa dan layak dihukum (Rom.
3:9-20). Ada pengertian implisit, Israel se- bagai bangsa Adam harus
mencerminkan gambar Allah, dan gagal melakukannya.
Penyembahan lembu emas yg ada di pikiran Paulus juga terlihat
dari penggunaan bahasa di Rom. 1:25, “mereka meng- gantikan
kebenaran Allah dengan dusta,” yg menjadi gema dari tra- disi
Yahudi.
Dengan pemakaian sejarah Israel, Paulus mengambil sumber kon-
teks dosa formal pertama Israel sebagai bangsa. Israel menjadi
serupa dengan lembu emas yg disembahnya. Israel diejek dengan
metafo- ra lembu yg memberontak, lari tanpa arah, dan harus
dikumpulkan kembali, karena mati rohani seperti lembu emas yg
disembahnya.
Mz. 106:20, “mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangun-
an sapi jantan yang makan rumput” adalah kalimat yg sangat padat.
Mereka bukan saja menukar objek penyembahan, tapi juga menukar
identifikasi kemuliaan karakter Allah yg benar dengan dewa lain. Ta-
fsir Yahudi dari Mazmur 106:20 menjelaskannya seperti ini.
Mereka mengerti bahwa penyembah lembu emas menyerupai
berhala yg me- reka sembah.

10.3.2 Latar Belakang Rom. 1:21-26 dari Yeremia 2

Penjelasan Paulus di Rom. 1:18-24 juga berasal dari Yeremia 2.


Ye- remia 2:11 berkata, “pernahkah suatu bangsa menukarkan
allahnya meskipun itu sebenarnya bukan allah? Tetapi umat-Ku
menukarkan Kemuliaannya dengan apa yang tidak berguna.”
Bangsa lain tidak pernah menyangkal dewa mereka, tapi
menambahkan dewa lain di sidang dewa2 . Pertanyaan retorik ini
menunjukan Israel lebih buruk
dari bangsa lain, karena menukar penyembahan kepada Allah yg be-
nar dengan yg palsu. Yeremia 2:11 menyinggung Mz. 106:20, karena
Yeremia menyebutkan bahwa dosa Israel di zamannya adalah kelan-
jutan dari dosa yg sudah ada sejak bangsa ini ada (2:2-3).
Referensi Paulus di Rom 1:21 tentang penyembah berhala yg
“menjadi sia-sia [emataiothesan]” berdasarkan Yer. 2:5, “Apakah
kecurangan yang di- dapati nenek moyangmu pada-Ku, sehingga
mereka menjauh dari pada-Ku, mengikuti dewa kesia-siaan [ton
mataion], sampai mereka menjadi sia-sia [emataiothesan]?”
Mayoritas penafsir PL mengerti bahwa Israel “menukarkan Kemu-
liaannya” di Yer. 2:11, dalam pengertian menukar Allah dengan dewa
lain sebagai objek penyembahan. Tapi berdasarkan 2:5, ayat 11b juga
memuat ide tentang Israel menukar “kemuliaan” Allah yg tercermin
di ibadah, mereka “mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka men-
jadi sia-sia.” Yeremia 2:7b-8 melanjutkan tema tentang berjalan meng-
ikuti berhala, “Tetapi segera setelah kamu masuk, kamu menajiskan
tanah-Ku; tanah milik-Ku telah kamu buat menjadi kekejian. Para
imam tidak lagi bertanya: Di manakah TUHAN? Orang-orang
yang melaksanakan hukum tidak mengenal Aku lagi, dan para
gembala mendurhaka terhadap Aku. Para nabi bernubuat demi
Baal, mereka mengikuti apa yang tidak berguna.” Akibatnya Allah
“akan berban- tah lagi” dengan Israel (ayat 9), karena penyembahan
berhala seperti ini tidak terjadi di bangsa sekitar Israel (ayat 10-
11a, “Menyeberang sajalah ke tanah pesisir orang Kitim dan
lihatlah; suruhlah orang ke Kedar dan perhatikanlah dengan
sungguh-sungguh! Lihatlah apakah ada terjadi yang seperti ini:
pernahkah suatu bangsa menukarkan allahnya”). Ada hubungan
erat antara ayat 5-10 dan 11, menunjukan Israel “menukarkan
Kemuliaannya” dalam pengertian mereka men- jadi cermin dewa,
bukannya cermin kemuliaan dan gambar Allah.
Pengertian Yer. 2:11 ini memperlihatkan kemungkinan
pengguna- an Hos. 4:7, “kemuliaan mereka akan Kutukar dengan
kehinaan.” Hal ini merupakan hukuman ironis kepada Israel,
dengan membu- at mereka berbagi dan mencerminkan ke-sia2 -an
berhala, bukannya mencerminkan kemuliaan Allah. Pengertian
Hos. 4:7 diperkuat de- ngan sisa pasal ini (10-19) yg secara
eksplisit menyebut dosa Israel sebagai penyembahan berhala.
Penyembahan berhala mencapai kli- maks dengan identifikasi
Israel sebagai “seperti lembu yang degil” yg disembah (16) dan
menjadi “sekutu” mereka (17). Hal ini parallel dengan pelacur dan
orang yg melacur (mereka “dipersatukan” secara ilegal [1:18]).
Jadi, Hos. 4:7, dikembangkan di Yer. 2:11, memperlihatkan referensi
atas hukuman ironis, Israel menjadi serupa dengan kerusakan kemu-
liaan berhala yg disembahnya.
10.4 pem BA l I k A N G A m BA r B erh A l A me NJAD I GA m BA r A ll A h D I p I k I r AN pAU l US 157

Perjanjian Lama Roma 1:25b, 23a


Mz. 106:19-20: Mereka Rom. 1:25a: memuja dan
membuat anak lembu ... menyembah makhluk
mereka menukar Kemuliaan
mereka dengan bangunan sapi
jantan yang makan rumput.
Jer. 2:11b: Tetapi umat-Ku Rom. 1:23: Mereka menggantikan
menukarkan Kemuliaannya
kemuliaan Allah yang tidak fana
dengan apa yang tidak
dengan gambaran yang mirip
berguna.
dengan manusia yang fana,
burung-burung,
binatang-binatang
cf. Hos. 4:7: kemuliaan cf. Rom. 1:24: Karena itu Allah
mereka
menyerahkan mereka kepada
akan Kutukar dengan
keinginan hati mereka akan
kehinaan.
kecemaran

Tabel 10.2:

10.3.3 Kesimpulan Latar Belakang PL Roma 1:21-26

Penggunaan PL di Rom. 1:23-25 bisa disimpulkan di tabel 10.2.


Karena itu, Rom. 1:21a, “mereka tidak memuliakan Dia sebagai
Allah atau mengucap syukur kepada-Nya,” merupakan
pernyataan positif tentang tindakan negatif penyembahan berhala,
dan memper- siapkan frasa 1:21b, “Sebaliknya pikiran mereka
menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap,” gema
dari Yer. 2:5 (“meng- ikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka
menjadi sia-sia”). Dengan de- mikian, Paulus mengikuti pikiran
Yeremia bahwa Israel menjadi sia- sia seperti berhala yg mereka
sembah.

10.4 pem BA l I k A N GA m B A r B erh A l A me NJAD I GA m B A r


A ll A h D I p I k I r AN p AU l U S

Kita baru saja melihat Roma 1 yg menjelaskan kerusakan hubungan


dengan Allah (yaitu penyembahan berhala) yg berakibat hukuman
kerusakan hubungan dengan sesama (homoseksualitas,
lesbianisme, ketidaktaatan kepada orang tua, dll.). Demikian pula
dengan konsep orang secara rohani mati seperti berhala yg dipuja
mereka. Tapi Alki- tab juga menekankan pembalikan kondisi ini.
Seperti pasal 1 dari surat Roma yg berbicara penyembahan yg
ru- sak, dia memulai bagian akhir surat dengan penyembahan yg
benar. Paulus memberikan Rom. 12:1-2 sebagai antitesis Rom. 1:18-
28, terli- hat dari penggunaan istilah yg sama di situasi yg
berlawanan, atau penggunaan lawan kata (Lihat Tabel. 10:3).
15 D os A S e BAG AI pe NY em BA h AN B erh A l A
8

Roma 1:18-28 Roma 12:1-2


1:24: mereka saling 12:1: mempersembahkan
mencemarkan tubuh mereka. tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah
1:25: memuja dan menyembah 12:1: itu adalah ibadahmu yang
makhluk dengan melupakan sejati.
Penciptanya
1:25: memuja dan menyembah 12:2: Janganlah kamu menjadi
makhluk dengan melupakan serupa dengan dunia ini, tetapi
Penciptanya berubahlah oleh pembaharuan
budimu [di dalam Allah]
1:28: Dan karena mereka tidak 12:2 tetapi berubahlah oleh
merasa perlu untuk mengakui pembaharuan budi[pikiran]mu,
Allah, maka Allah sehingga kamu dapat
menyerahkan mereka kepada
membedakan [mengakui]
pikiran-pikiran yang terkutuk manakah kehendak Allah

Tabel 10.3:

Kombinasi kata2 ini dan ide yg diungkapkannya, sangat jarang


muncul di tulisan Paulus. Pertama, Paulus menasihati orang Kristen
untuk memberikan “tubuh” mereka dalam “pelayanan” religius ke-
pada Tuhan, bukannya berpartisipasi dalam “pelayanan” liturgi pe-
nyembahan berhala yg membuat mereka mencemarkan tubuh satu
sama lain dalam hubungan seksual sesama jenis. Kedua, bukannya
“memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan
Penciptanya,” tapi Paulus ingin pembaca untuk tidak “menjadi
serupa dengan du- nia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budi.” Ketiga, kontras dengan penyembah berhala yg “tidak
mengakui” dengan “pikiran” akan ibadah yg ditetapkan Allah, Allah
ingin umatNya untuk “meng- akui” dengan “pikiran” akan
kehendakNya bagi mereka.
Roma 12:2 adalah pengembangan dari 8:28–29:
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
se- gala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua
orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga
ditentukan-Nya da- ri semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran Anak- Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu,
gambar Anak menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
Allah yg harus
diserupai orang Jadi, “berubahlah [metamorphoo] oleh pembaharuan budi” di Ro-
Kristen di Roma 8
ma 12:2 adalah sama dengan “menjadi serupa [symmorphos]
adalah antitesis
dari “gambar” dengan gambaran Anak-Nya” di Roma 8:29. Di 8x penggunaan
dunia yg menjadi kata “gam- bar” (eikon) di surat Paulus, hanya 2x muncul di surat
pengganti Roma (1:23;
kemuliaan Allah
oleh orang tidak
percaya di Roma 1
8:29). Hal ini memperlihatkan gambar Anak Allah yg harus
diseru- pai orang Kristen di Roma 8 adalah antitesis dari “gambar”
dunia yg menjadi pengganti kemuliaan Allah oleh orang tidak
percaya di Ro- ma 1. Kesimpulan yg bisa diambil adalah orang yg
“tidak mengasihi” Allah (8:28) dan konsekuensinya tidak menjadi
“serupa dengan gam- baran Anak-Nya” adalah orang yg mengasihi
objek penyembahan lainnya, konsekuensinya menjadi serupa dengan
gambaran dunia ini. Jelas dari antitesis Roma 1 dan 12, jika seseorang
tidak menyerahkan diri kepada Allah, dia menyerahkan diri untuk
dunia, dan penyerah- an diri ini menyebabkannya “menjadi serupa
dengan dunia.” Jelas pembalikan keadaan rohani terjadi ketika
penyembah berhala beru- bah menjadi serupa dengan “gambaran
Anak Allah.” Rom. 1:21-25 berbicara bukan hanya tentang berhala,
tapi menjadi serupa dengan gambar yg disembah. Apapun gambar
yg diserupai, (Allah atau du- nia), menghasilkan kehancuran atau
pemulihan.

10.5 pem BA l I k A N GA m B A r B erh A l A me NJAD I GA m B A r


A ll A h DI k I t AB INJI l

Walaupun tidak se-eksplisit tulisan Paulus, penggunaan Yesaya di ki-


tab Injil memperlihatkan latar belakang pemulihan dari penyembah-
an berhala dengan diciptakan kembali oleh Allah. Kitab Injil,
mem- perhatikan pembalikan umat yg mencerminkan gambar
berhala du- nia menjadi mencerminkan gambar Allah. Segera setelah
kutipan Yes. 6:9-10 di Mat. 13:14-15, Yesus berkata, “Tetapi
berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena
mendengar” (Mat. 13:16). Hal ini adalah hasil dari “karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Sorga” (13:11; bdk. Luk. 8:10). Luk.
10:21-24 mengembangkan kutip- an Yes. 6:9-10 di Luk. 8:10,
menekankan pembalikan buta dan tuli rohani menjadi kemampuan
“melihat dan mendengar” secara rohani sebagai hasil pemberian
Allah.

21 Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh


Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau
sem- bunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi
Eng- kau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah
yang berkenan kepada-Mu. 22 Semua telah diserahkan
kepada- Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang
tahu si- apakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa
selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menya- takan hal itu." 23 Sesudah itu
berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri
dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang
kamu lihat. 24 Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak
nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi
tidak melihatnya, dan ingin
mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mende-
ngarnya."
Yesus melihat
hanya Allah dan Yesus melihat hanya Allah dan diriNya yg bisa memberi penglihat-
diriNya yg bisa an dan pendengaran kepada orang yg buta dan tuli rohani. Di kitab
memberi Yesaya, Allah yg menyebabkan Israel menjadi seperti berhala yg
penglihatan dan
pendengaran
me- reka sembah, dan hanya Allah yg bisa memulihkan mereka.
kepada orang yg Ketika Israel “membentuk” berhala dan menyembahnya, mereka
buta dan menjadi serupa dengan berhala yg buta dan tuli ini, Allah sang
tuli rohani. Pencipta gam- bar yg sejati (cf. Kej. 1:26-27), bisa membalikan
keadaan dan “mem- bentuk” mereka untuk mencerminkan
gambarNya yg sejati, sehingga secara rohani mereka bisa melihat dan
mendengar. Jadi gambar satu2 - nya yg sah di bumi adalah manusia
yg mencerminkan gambar Allah. Di Yes. 6, hanya anugerah Allah yg
bisa mentransformasi nabi, da-
ri keserupaan dengan bangsa penyembah berhala, menjadi orang yg
mencerminkan gambar Allah yg kudus. Tapi kitab Yesaya juga
mem- beri indikasi orang lain pun bisa mengalami transformasi.
Hal ini menjadi eksplisit di 29:9–16, 18. Pertama, Yes. 29:9–10,
adalah peng- genapan sebagian dari Yes. 6:9-10:
9 Tercengang-cenganglah, penuh keheranan, biarlah ma-
tamu tertutup, buta semata-mata! Jadilah mabuk, tetapi
bukan karena anggur, jadilah pusing, tetapi bukan karena
arak! 10 Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur
nye- nyak; matamu yakni para nabi telah dipejamkan-Nya
dan mukamu yaitu para pelihat telah ditudungi-Nya.
Ayat 11-14 memberi penjelasan tambahan tentang buta rohani
Isra- el, yg mirip buta rohani berhala Mesir. Tapi ayat 18
memperlihatkan pembalikan sifat penyembah berhala Israel, “Pada
waktu itu orang- orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan
sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata
orang-orang buta akan melihat.”
Yesaya membuat kontras antara manusia yg “membentuk” (yasar)
berhala dan Allah “membentuk” (yasar) Israel. Yes. 44 menekankan
kontras antara Allah sebagai “pembentuk” sejati (ayat 2, 21, 24) dan
pembuat berhala sebagai “pembentuk” berdosa dari gambar palsu.
Ayat 9-17 memberikan detil panjang tentang cara orang “memben-
tuk” berhala (9-10, 12). Tiba2, pembuat dan penyembah berhala dse-
but “tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab
matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya
tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami” (Yes. 44:18,
demiki- an pula 19-20, 25). Dan sebagai kontras, Allah berkata
kepada Israel, “Aku telah membentuk engkau, engkau adalah hamba-
Ku; hai Israel” (21), sehingga “Ia telah memperlihatkan keagungan-
Nya dalam hal Israel” (23, demikian pula 49:3), di saat pemulihan
(24, 26–28). Allah adalah pembuat tembikar yg bisa membentuk
kembali umat yg ber- dosa, mentransformasi gambar berhala dan
membuat mereka kem- bali menjadi gambarNya, sehingga mereka
mencerminkan Dia dan
kemuliaanNya, ketika mereka menyebar ke seluruh bumi sebagai
utusan Allah, terangNya bersinar dan membentuk orang lain men-
jadi gambarNya (cf. Yes. 49:6).
Yesus memikirkan konteks pemulihan Yesaya, yg terlihat di Mat.
11:2-15:
2 Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang peker-
jaan Kristus, 3 lalu menyuruh murid-muridnya
bertanya kepada-Nya: "Engkaukah yang akan datang
itu atau ha- ruskah kami menantikan orang lain?" 4
Yesus menjawab mereka: "Pergilah dan katakanlah
kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu
lihat: 5 orang buta meli- hat, orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang
mati dibangkitkan dan ke- pada orang miskin
diberitakan kabar baik. 6 Dan berba- hagialah orang
yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." 7
Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Ye- sus
berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes:
"Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat bu-
luh yang digoyangkan angin kian ke mari? 8 Atau untuk
apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian
ha- lus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di
istana raja. 9 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat
nabi? Be- nar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih
dari pada nabi. 10 Karena tentang dia ada tertulis:
Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau,
ia akan mem- persiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 11
Aku berkata ke- padamu: Sesungguhnya di antara
mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah
tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes
Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga
lebih besar dari padanya. 12 Sejak tampilnya Yohanes
Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong
dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya.
13 Sebab semua nabi dan kitab Taurat ber- nubuat hingga
tampilnya Yohanes 14 dan jika kamu mau menerimanya
ialah Elia yang akan datang itu. 15 Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!
Ketika Yohanes Pembaptis bertayan apakah Yesus “yang akan datang
itu,” Yesus menjawab dengan Yes. 35:5-6 (“mata orang-orang buta
akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka”) ,
bagi- an dari nubuat tentang pemulihan Israel (Yes. 35:1-10).
Pemulihan “penglihatan” dan “pendengaran” mencakup pemulihan
fisik dan ro- hani. Hal ini terlihat dari Mat. 11:5, yg mengikuti
kutipan Yes. 61:1, “kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”
Nubuat Yes. 61:1 juga ditutup dengan janji orang buta akan melihat.
Sungguh menarik, Yes. 35:2 berkata bahwa Israel yg telah dipulihkan,
“akan melihat kemuli- aan TUHAN,” dan Yes. 61:3 mengembangkan
tema ini dengan pene-
gasan bahwa mereka menerima “perhiasan kepala ganti abu, minyak
untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat
yang pudar.” Kalimat “Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!” di Mat. 11:15 jelas merupakan pengembangan bahasa
“indra” tentang pendengaran rohani. Indra rohani dibutuhkan untuk
mengenali iden- titas Yesus yg sejati (ditegaskan di Mat. 11:6) dan
identitas Yohanes Pembaptis. Pengertiannya adalah, pemulihan
indra rohani memung- kinkan Israel untuk melihat dan
mencerminkan kemuliaan Allah, bu- kannya mencerminkan gambar
ciptaan yg berdosa.
P E M U L I H A N G A M B A R D A N R U PA A L L A H D I

U M AT M A N U S I A
11
11.1 pe NCI pt AAN m ANUSIA S e BAGAI GA m BA r DAN r U p A
A ll A h DAN ke JA t U h AN m ANUSIA

Di pasal sebelumnya telah dibahas bahwa Manusia dicipta sebagai


gambar dan rupa Allah. Tapi kejatuhan manusia telah merusaknya,
manusia sekarang mencerminkan gambar berhala yg disembahnya.
Sebelumnya telah diberikan pembahasan singkat tentang
pemulihan gambar dan rupa Allah ini. Di bagian ini, pemulihan
akan dibahas
secara lebih mendetil. Teologi Reform
Di sepanjang sejarah gereja, ada banyak perdebatan tentang mengaitkan gambar
mak- na dari “gambar dan rupa Allah” di dalam diri manusia. Allah dengan
“pengetahuan,
Teologi Reform mengaitkan gambar Allah dengan “pengetahuan,
kebenaran, dan
kebenaran, dan kekudusan” yg dimiliki Adam sebelum kekudusan” yg
kejatuhannya (the Shor- ter Catechism, question 10; Heidelberg dimiliki Adam
Catechism, question 6). Gambar ini rusak karena Adam jatuh dalam sebelum
kejatuhannya
dosa. Pengakuan iman ini masih diterima oleh banyak orang.
Penekanannya adalah ontological - kebe- radaan (being) seseorang.
Definisi ini meliputi aspek rohani, moral, dan intelektual manusia,
yg berbeda dengan binatang.
Masalahnya, Alkitab tidak pernah memberikan definisi
terperinci dari “gambar dan rupa Allah” yg ada di diri manusia. Di
bagian sebe- lumnya telah dibahas, gambar dalam konteks Kej.
1:26-28, memiliki pengertian manusia menjadi wakil Allah yg
memerintah bumi. Per- intah untuk tidak makan buah pohon
pengetahuan baik dan jahat, adalah pernyataan bahwa Adam
harus memiliki pertimbahang mo- ral, bisa membedakan baik dan
jahat, hal yg penting bagi pelaksana- an pemerintahan Allah di
bumi. Tapi Adam gagal, dia membiarkan kejahatan masuk ke
Taman Firdaus.
Tentu saja pemulihan gambar Allah di manusia harus
mencakup “pengetahuan yg sejati” untuk bisa membedakan baik
dan jahat, hal ini memampukan manusia berfungsi sebagai cermin
dari gambar Allah. Demikian pula Kol. 3:10 berkata, “dan telah
mengenakan ma- nusia baru yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pe- ngetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya,” dan Ef. 4:24 me- negaskan “dan mengenakan manusia
baru, yang telah diciptakan me- nurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang se- sungguhnya.” Mengaitkan
ayat2 ini dengan Kej. 1:26, menghasilkan pengakuan iman Reform
tadi, gambar Allah mencakup pengetahu- an yg benar, ini adalah
pembacaan yg sah. Tapi cara pembacaan ini
bukan eksegesis, melainkan cara pembacaan Teologi Biblika. Teks Kej. 1:26-27 ...
Gambar Allah ...
sesuatu yg manusia
lakukan untuk
mencerminkan
163 tindakan Allah
16 pem U l I h AN GA m BA r DA N r U pA A ll A h DI U m A t
4 m AN USI A

Teks Kej. 1:26-27 tidak memberikan definisi tadi. Gambar Allah


bukan indikasi tentang sesuatu yg ada di dalam diri manusia, ta-
pi sesuatu yg manusia lakukan untuk mencerminkan tindakan Allah:
“Berfirmanlah Allah: ’Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gam-
bar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bu-
mi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gam-
bar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-
Nya mereka.” Ada petunjuk, manusia dicipta “menurut gambar dan
rupa” Allah, karena Adam dan Hawa mencerminkan “pemerintahan”
Allah atas ciptaan. Ayat berikutnya, Kej. 1:28, juga berbicara tentang
tindakan manusia, bukan keberadaan manusia: “Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ’Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkua-
salah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi.”’ Jadi definisi gambar dan
rupa Allah di dalam diri manusia di titik ini harus dijelaskan sebagai
fungsi bukan keberadaan. Kej. 1:28 menjelaskan, manusia bukan saja
mencerminkan pemerintahan Allah, tapi juga “bertambah banyak,”
“memenuhi,” dan “menaklukan” bumi.
Bahkan “istirahat” Allah di akhir penciptaan (2:2-3) tercermin di
diri Adam yg ditempatkan di Taman Firdaus.
Tapi setelah kejatuhan ke dalam dosa, usaha manusia untuk
me- naklukan bumi menjadi usaha yg melelahkan dan sia2 (Kej.
3:17–19; Pengk. 1:2–3; Rom. 8:19–23). Bukannya menkalukan, Adam
ditakluk- an oleh ciptaan lain (ular). Bukannya memenuhi bumi
dengan anak2 yg mencerminkan gambar kemuliaan Allah, dia
memenuhi bumi de- ngan keturunan yg berdosa dan mencerminkan
kekacauan dosa. Per- salinan Hawa menjadi usaha memenuhi bumi
yg menyakitkan (Kej. 3:16). Setelah kejatuhan ke dalam dosa,
manusia tidak bisa menja- lankan mandat Kej. 1:28, untuk
mencerminkan gambar Allah seperti rancangan yg semula. Bahkan
setelah mereka mengenal Allah kem- bali secara pribadi, manusia
tetap tidak bisa menjalankan mandat ini secara penuh.

11.2 Y es US YG S et IA me NC erm IN k AN GA m BA r A ll A h DAN


pe- m I mp IN pem U l I h AN G A m BA r A ll A h DI DA l A m
m A NUS IA DI INJI l s IN opt I k
Pengertian
pemulihan gambar Pengertian pemulihan gambar Allah di manusia, harus dimulai di ke-
Allah di manusia, datangan pertama Kristus. PB menggambarkan Kristus sebagai Adam
harus dimulai di terakhir, Dia berhasil melakukan mandat Adam, dan keturunan
kedatangan pertama
Kristus.
eskatlogis- Nya juga bisa melakukannya. Khususnya, kita akan melihat
Kristus datang untuk menaklukkan dan memerintah, bertambah banyak
dan mencipta dan memenuhi bumi, dst-nya, seperti rancangan Allah yg
semula untuk manusia. Dengan demikian, Dia memulai ciptaan hari 2
terakhir dan kerajaan. Sebagai Adam terakhir yg benar, Dia mencer-
minkan gambar Allah secara lengkap dan mendapatkan berkat dan
kemuliaan eskatologis. Setiap orang yg mengidentifikasi dirinya de-
ngan Kristus juga akan menerima berkat ini, terutama berkat untuk
mencerminkan kemuliaan gambar Allah yg dipulihkan di diri mere-
ka.
Penelitian Yesus sebagai Adam terakhir lebih mudah dilakukan di
surat Paulus, karena ada bahasa eksplisit tentang “Adam” dan “gam-
bar” Allah yg diterapkan kepada Kristus dan orang percaya. Hal ini
tidak muncul di Injil Sinoptik. Tapi konsep ini bisa ditelusuri di aspek
pelayanan Yesus, yaitu memerintah, bertambah banyak, dan istirahat,
yg memiliki akar di Kej. 1.
Bagian ini fokus kepada Injil Matius dengan beberapa referensi
Markus dan Lukas sebagai tambahan bagi Matius. Alasannya ada-
lah untuk memperlihatkan cara penelitian satu tema teologi di satu
kitab Injil. Konsep Yesus memulihkan fungsi gambar Allah, mung-
kin akan menimbulkan kontroversi. Hal ini bukan cara penelitian yg
umum bagi teologi PB, lebih tepat digolongkan sebagai bagian dari
Teologi Biblika PB.
Penelitian ini memakai lensa tafsir Yesus sebagai raja Adam yg ba-
ru, yg memulai ciptaan baru. Di bagian sebelumnya telah dijelaskan
4 episode ciptaan baru di PL: ciptaan pertama di Taman Firdaus,
Nuh, Keluaran, dan kembalinya Israel dari pembuangan. Ke-4
episode ini bisa menjadi lensa tafsir untuk melihat Yesus di Matius.
Seperti kaca- mata yg akan mempengaruhi warna pemandangan yg
terlihat, ke-4 lensa tafsir akan memberikan bisa memberikan warna
yg berbeda. Kadang2 satu lensa bisa memperjelas cara Matius
menjelaskan Ye- sus, kadang2 lensa lain bisa memperjelas, dan
kadang2 dua lensa digunakan bersamaan untuk memperjelas cara
penulis Injil meng- gambarkan Yesus.
Ada fokus khusus di janji pemulian Israel sebagai ciptaan baru di
Injil Sinoptik, karena hal ini berkaitan dengan Yesus sebagai Adam
sejati dan Israel sejati. Yesus adalah wakil dari Israel (bangsa Adam).
Yesus adalah gambar penuh Allah, dan menjadi pelopor bagi pemu-
lihan gambar ini bagi orang lain. Pengharapan pemuliahn Israel ber-
hubungan erat dengan pemulihan seluruh umat manusia di ciptaan
baru, yg nantinya akan mencerminkan gambar Allah secara penuh.

11.2.1 Persoalan Waktu Penggenapan Janji Pemulihan Israel

Sebelum membahas Matius dan Injil Sinoptik lainnya, ada pertanya-


an yg harus dijawab tentang berapa banyak dari janji pemulihan
Isra- el yg telah digenapi di masa antar perjanjian. Pembahasan
mendetil akan diberikan nanti, tapi jawaban singkatnya adalah
penggenapan
janji pemulihan eskatologis Israel belum digenapi sebelum abad per-
penggenapan tama.
janji pemulihan Memang benar, tampaknya penggenapan janji pemulihan Israel
Israel mulai
mulai digenapi ketika Israel kembali dari Babel. Karena Yeremia telah
digenapi ketika
Israel kembali dari bernubuat, setelah 70 tahun ditawan, Israel akan kembali ke
Babel ... Tapi aspek Tanah Perjanjian (Yer. 25:11–12; 29:10). Tapi aspek pemulihan lainnya
pemulihan lainnya belum digenapi, demikian pula kembalinya suku lain dari
belum pembuangan se- lain Yehuda dan Benyamin, walaupun hal ini
digenapi,
dinubuatkan Yeremia. Beberapa penafsir melihat penggenapan janji
ini terus tertunda kare- na Israel menolak Yesus, sehingga
penggenapannya baru akan terjadi di kedatangan Yesus yg ke-2x-
nya. Penafsir lain percaya pemulihan sudah terjadi di kedatangan
pertama Yesus, tapi gereja bukanlah Is- rael sejati. Penafsir lain
menegaskan pemulihan telah dimulai di ke- datangan Yesus yg
pertama, dan pengkut Yesus adalah bagian dari Israel sejati. Di
bagian lain akan diberikan argumen pendukung pen- dapat yg ke-3
ini. Di sini pendapat ini menjadi asumsi. Pendapat ke-3 ini menjadi
lensa tafsir untuk mengerti nubuat Yeremia.

11.2.2 Permulaan Injil Matius dan Injil lainnya yg Memperkenalkan Ye-


sus sebagai Adam Zaman Akhir

Matius dimulai dengan biblos geneseos (Mat. 1:1), yg bisa diterjemahk-


an sebagai “kitab silsilah” atau “kitab permulaan” (“book of gene-
sis”). Kej. 2:4 LXX memakai kata biblos geneseos: “Ini adalah kitab
generasi [atau ‘the book of the genesis’] dari langit dan bumi,
ketika mereka menjadi ada, di hari Allah menciptakan langit dan
bumi.” Demikian pula Kej. 5:1-2 LXX memakai kata: “Inilah kitab
genera- si [biblos geneseos] manusia [yaitu Adam] di hari Allah
menciptakan Adam, menurut gambar Allah Dia menciptakannya.
Laki2 dan per- empuan Dia menciptakan mereka, dan memberkati
merka; dan Dia memanggil nama Adam di hari Dia menciptakan
mereka.” Kemudi- an diikuti daftar silsilah pertama di Alkitab,
Matius sengaja dimulai dari Adam dan berakhir di Nuh di Kej. 5.
mengaitkan Injil yg
Di seluruh PL, hanya di 2 tempat ini muncul istilah biblos genese-
ditulisnya dengan
kitab Kejadian ... os. Jadi Matius sengaja mengaitkan Injil yg ditulisnya dengan kitab
narasi catatan Kejadian. Intinya adalah Matius membuat narasi catatan zaman
zaman baru, ciptaan ba- ru, ciptaan baru, yg dimulai oleh kedatangan, kematian, dan
baru, yg dimulai kebang- kitan Yesus Kristus. Karena Matius menuliskan silsilah
oleh kedatangan,
kematian, dan
Yesus, maka kemungkinan besar dia sedang berpikir tentang Kej.
kebangkitan Yesus 5:1, dan Yesus digambar dengan kuas silsilah Adam. Seperti Adam
Kristus. menciptakan ke- turunan “menurut rupa dan gambarnya” (Kej.
5:3), demikian pula Kristus.
Juga disebutkan, Yesus, yg menjadi permulaan ciptaan baru, di-
kandung dari Roh Kudus (Mat. 1:18-20). Seperti Roh yg
disebutkan di Kej. 1:2, yg memulai ciptaan, demikian pula Mat. 1:18,
20 berkata, “Kelahiran [genesis] Yesus Kristus adalah seperti berikut ...
sebab anak
yang di dalam kandungan[gennethen]-nya adalah dari Roh Kudus.”
Hal ini memperlihatkan fokus kepada Yesus sebagai Adam baru, se-
bagai permulaan ciptaan baru. Daftar silsilah (Mat.
Daftar silsilah (Mat. 1:1-17) memberikan gema misi Yesus 1:1-17) memberikan
kepada segala bangsa. Nama Abraham di awal silsilah adalah gema misi Yesus
kepada segala
petunjuk pen- ting, karena bangsa2 lain terjalin melaluinya: ada 4 bangsa.
wanita yg disebut (Tamar, Rahab, Rut, dan Batsyeba [istri Uria]).
Biasanya nama wani- ta tidak disebut, keberadaan nama wanita
ini memperlihatkan misi Yesus bukan hanya untuk Israel, tapi
meluas sampai ke bangsa2 lain, sampai ke ujung bumi.
Misi kepada bangsa lain makin eksplisit di Mat. 2:1-22, di
narasi orang Majus dari Timur, yg tertarik akan cahaya bintang dan
datang “menyembah” Yesus (2:2). Persembahan “emas, kemenyan
dan mur” adalah penggenapan nubuat Yes. 60:3, 5–6, 10–11, 14 (cf.
49:23). Di ma- sa depan eskatologis, “Bangsa-bangsa berduyun-duyun
datang kepa- da terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit
bagimu” (Yes. 60:3), “kekayaan bangsa-bangsa akan datang
kepadamu” (5-6), mere- ka “akan datang kepadamu dan tunduk”
kepada Israel (v. 14). Matius menggabungkan ciptaan baru (terang yg
bersinar di kegelapan) dan pemulihan Israel dari pembuangan. Di
penggenapan akhirnya: “Ko- ta itu penuh dengan kemuliaan Allah
dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah” (Why.
21:11) dan “bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan
raja-raja di bumi membawa kekaya- an mereka kepadanya” (Why.
21:24).
Hubungan “Yesus Kristus” dan Abraham di ayat pertama
silsi- lah, memperkuat pengertian tentang misi global, terutama
bila di- hubungkan dengan akhir Injil ini, tentang misi
“jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat. 28:18-20).
Mat. 28:18 menggambarkan Yesus sebagai Anak Manusia, “Kepada-
Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Ayat ini
menyinggung nubuat Dan. 7:13-14 LXX, “Anak Manusia” menerima
“kuasa” dan segala bangsa di bumi ... melayani Dia.” Berdasarkan
otoritas ini, Yesus mengutus para murid, “Karena itu pergilah, jadika-
nlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka ... ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Yesus me-
makai formula penyertaan Allah dalam pengutusan nenek moyang
dan Israel untuk menaklukan bumi. Penyertaan Kristus memampuk-
an mereka untuk melakukan Amanat Agung untuk memerintah dan
memenuhi bumi.
Referensi “semua bangsa” (panta ta ethne) adalah gema dari
Kej. 22:18 (dan 18:18), merupakan pengulangan Kej. 1:28.
Pengulangan tema janji Abraham yg ditemuikan di Mat. 1:1, janji
kepada Abraham, “olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat” (Kej. 12:3), sekarang digenapi di Yesus sang
Mesias.
Sejak awal, Matius menggambarkan Kristus sebagai anak
Adam, atau Anak Manusia, yg berhasil melakukan mandat yg
seharusnya dikerjakan Adam. Penggenapan akhir ada di Mat. 19:28,
“pada wak- tu penciptaan kembali [palingenesia], apabila Anak
Manusia [Adam] bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu,
yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas
takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Lukas memulai silsilah dari Yesus, ditelusuri sampai ke
awalnya, “anak Adam, anak Allah” (Luk. 3:38). Tujuannya adalah
identifikasi Yesus sebagai Adam terakhir, Anak Allah. Lukas ingin
agar pemba- canya melihat Yesus sebagai tokoh Adam yg dicobai
(Luk. 4:1-13).
Markus memulai Injilnya dengan “Inilah permulaan [arche] Injil
tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Mark. 1:1 [cf. en archein Kej.
1:1
LXX]). Hal ini segera dilanjutkan dengan kutipan nubuat Yesaya ten-
tang Keluaran yg ke-2 di Mark. 1:2-3. PL melihat Keluaran
sebagai ciptaan baru, dan pengharapan Keluaran yg baru di Yes.
40-66 juga berhubungan dengan ciptaan baru.
Karena itu tak mengherankan bila Yohanes memulai Injilnya
de- ngan pernyataan eksplisit tentang ciptaan baru (1:1-13):
1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada
mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu di-
jadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 5
Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan
itu tidak menguasainya. 6 Datanglah seorang yang
diutus Allah, namanya Yohanes; 7 ia datang sebagai
saksi untuk mem- beri kesaksian tentang terang itu,
supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. 8 Ia
bukan terang itu, tetapi ia ha- rus memberi kesaksian
tentang terang itu. 9 Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang da- tang ke dalam
dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia
dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal- Nya.
11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi
orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. 12
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya
kua- sa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka
yang percaya dalam nama-Nya; 13 orang-orang yang
dipera- nakkan bukan dari darah atau dari daging,
bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-
laki, melaink- an dari Allah.
Pendahuluan memperlihatkan keilahian Yesus (1:1) dan Dia
adalah Pencipta alam semesta di permulaan (1:2-3, 10b). Ayat 4
mulai mem- perlihatkan Dia memulai ciptaan baru di
inkarnasiNya: Dia dalah sumber “hidup” dan “terang” yg bersinar
di tengah kegelapan (1:4).
11.3 Y es US S e BAG AI A DA m A kh I r z A m AN DAN IS r A el A kh I r z A m AN YG mem U l I hk A N ker AJAA N
A ll

Seperti terang di ciptaan peratama di Kej. 1, tidak ditelan


kegelap- an, demikian pula “terang” Yesus tidak menjadi pudar oleh
kegelap- an (1:5). Konsekuensinya, “terang” Kristus menerangi
setiap orang ketika Dia datang ke dunia (1:5-9). Ketika Dia datang
sebagai sum- ber ciptaan baru, kebanyakan milikNya (Israel) tidak
menerima Dia (1:11), tapi orang yg menerima Dia “diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Allah,” karena tindakan menerima Dia
merupakan indika- si bahwa mereka telah lahir dari Allah (1:12-
13). Ayat 11-12 tampak- nya memberi indikasi, seperti Allah
menciptakan dunia dan Adam, “anak sulung”-Nya, sekarang
Kristus sebagai sumber “hidup” dan “terang” (sekarang
diidentifikasi bukan dengan Adam, tapi dengan Allah), mulai
ciptaan yg ke-2 dengan mencipta dan melipatgandakan “anak2 ” lagi.

11.3 Y es US S e BAGAI ADA m A kh I r z A m AN DAN IS r A el


A kh I r z A m AN YG mem U l I hk AN ker AJAAN A ll A h

11.3.1 Yesus sebagai Anak Manusia (Adam) yg dinubuatkan Daniel

Gelar “Anak Manusia” muncul sekitar 80x di kitab Injil. Istilah


ini dipakai oleh Yesus sendiri, tapi hanya ada 1x orang lain
menyebut- Nya demikian, di dalam ketidakpastian tentang
pengertiannya (Yoh. 12:34). Banyak penafsir berkata istilah ini
ciptaan gereja mula2 , tapi fakta bahwa penggunaan istilah ini
lenyap setelah kematian Yesus (kecuali Kisah 7:56),
memperlihatkan istilah ini asli dari Yesus. Ye- sus menyebut
diriNya “Anak Manusia,” sebagai salah satu indikasi bahwa Dia
memulai Kerajaan eskatologis.

11.3.1.1 Konteks Anak Manusia di Daniel 7


“Anak Manusia” bisa dipakai untuk referensi manusia (Yhz.; Mz. 8).
Tapi kemungkinan besar Yesus memakai “Anak Manusia” dari Dani-
el 7:13.
Daniel 7 dimulai dengan penglihatan (7:1-15). Ada 4 binatang
yg muncul berurutan, dan menjalankan kuasa penindasan yg makin
me- ningkat, sampai “Yang Lanjut Usia” duduk di takhta dan
mengha- kimi mereka. Kemudian “seorang seperti Anak Manusia”
datang de- ngan awan kepada Yang Lanjut Usia dan menerima kuaas
atas segala bangsa.
Di bagian tafsir (7:16-28), ke-4 binatang dijelaskan sebagai 4
kera- jaan dunia yg muncul berurutan (ayat 17, 23). Tapi Anak
Manusia tidak disebut. Walaupun demikian, ayat 16-28 adalah
penjelasan ayat 1-15, karena itu Anak Manusia di sini dijelaskan
sebagai Israel akhir zaman, “orang-orang kudus milik Yang
Mahatinggi” (ayat 18, 22, 27), yg ditindas kerajaan ke-4 dan
dibenarkan dan ditinggikan untuk ber- kuasa atas seluruh kuasa lain
melalui penghakiman Allah.
Tema utama bagian ini adalah pembenaran dan pemuliaan
Anak Manusia dan orang kudus Israel: Kerajaan Anak Manusia /
Kerajaan Israel, menggantikan kerajaan dunia yg melawan Allah
dan menin- das umatNya. “Kedatangan” Anak Manusia di ayat 13,
adalah keda- tanganNya kepada Allah di sorga untuk menerima
otoritas, bukan kedatanganNya ke bumi.
Di dalam pengertian Ibrani, individu (biasanya raja, imam, atau
ayah) mewakili orang lain dan merangkum mereka ke dalam
dirinya. Karena itu Anak Manusia adalah individu dan komunitas yg
diwaki- liNya.

11.3.1.2 Penggunaan Anak Manusia di Injil Sinoptik


Ada 3 macam penggunaan “Anak Manusia” di Injil Sinoptik:

1. Referensi pelayanan Yesus di bumi, sebelum penderitaanNya.

2. Referensi kematian Yesus.

3. Referensi kedatangan Yesus dalam kemuliaan di masa yg akan


datang.

Referensi yg paling jelas tentang Anak Manusia yg dinubuatkan Dan.


7:13 ada di kategori ke-3 (Mat. 24:30; Mark. 13:26; 14:62; Luk.
21:27). Tapi kebanyakan penggenapan di kategori ke-3 ini bukan
di akhir zaman, tapi di tahun 70, di saat Yerusalem dihancurkan,
Anak Ma- nusia yg tak terlihat datang menghakimi, dengan
memakai Roma sebagai alat (lihat France, Jesus and the Old
Testament, 227–39). Mat. 25:31, “Apabila Anak Manusia datang
dalam kemuliaan-Nya dan se- mua malaikat bersama-sama dengan
Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya”
menyinggung Dan. 7:13-14, yg diapli- kasikan kepada kedatangan
Kristus yg terakhir.
Ucapan tentang “Anak Manusia” yg berhubungan dengan pelaya-
nanNya di bumi yg paling penting adalah Mark. 10:45, “Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melaya-
ni dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak
orang.”
Mark. 10:45 merupakan prinsip Kerajaan yg ironis. Dan. 7:14
ber- nubuat bahwa Anak Manusia menerima “kekuasaan dan
kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari
segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya.”
Tapi sebelum sega- la bangsa “melayani”-Nya, Anak Manusia harus
“melayani” mereka terlebih dulu di pelayananNya di bumi dan di
kematianNya di kayu salib.
Di Mark. 10:45 (bersama dengan Luk. 19:10 dan 7:34-35), Yesus
menjalankan kuasa eskatologis yg dinubuatkan Dan. 7:13 dengan da-
tang sebagai orang yg menderita, untuk bisa melayani dan menyela-
matkan orang berdosa, sehingga mereka bisa menjadi warga
Keraja-
anNya dan melayani Dia. Yesus menggenapi nubuat Daniel 7 dengan
cara yg mengejutkan dan ironis.
Di Mat. 9:6 (= Mark. 2:10), Yesus menyembuhkan orang
lumpuh “supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa.” Hal ini berhubungan dengan Dan.
7:13-14 OG. Ada 3 tema yg sama: “Anak Manusia” + “otoritas” +
seluruh “du- nia.” Nubuat tentang Anak Manusia yg memiliki
otoritas kerajaan atas seluruh bumi, mulai digenapi di otoritas
Yesus untuk mengam- puni dosa, yg diberi tanda mujizat
penyembuhan.
Mat. 28:18 mengembangkan hal ini, “Yesus mendekati mereka dan
berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bu-
mi.” Ayat ini mirip dengan Dan. 7:14. Akibat kebangkitanNya, Yesus
memploklamirkan kepada para murid bahwa Dia sudah
menerima otoritas universal atas semua ciptaan. Mat. 9:6 memberi
indikasi oto- ritas ini sudah mulai diterima sebelumnya, tapi sekarang
ada pening- katan otoritas.

11.3.1.3 Kesimpulan tentang Anak Manusia di Injil Sinoptik


Kutipan langsung
Kutipan langsung dan tak langsung Dan. 7:13-14 di Injil Sinoptik dan tak langsung
memperlihatkan Yesus mulai menggenapi pemerintahan Anak Dan. 7:13-14 di Injil
Ma- nusia di penderitaanNya, pembebasan umatNya dari dosa, Sinoptik
dan di- kalahkannya Iblis dan roh jahat, kematianNya, memperlihatkan
Yesus mulai
kebangkitanNya, dan penghakiman Israel di tahun 70.
menggenapi
PemerintahanNya akan digenapi se- cara penuh di akhir zaman, pemerintahan Anak
ketika dia menjalankan penghakiman akhir. Manusia di
penderitaanNya

11.3.2 Yesus sebagai Anak Allah (Adam)

11.3.2.1 Anak di dalam relasi dengan Adam


Istilah “Anak Allah” memiliki latar belakang PL. Adam dianggap
“anak Allah,” walaupun istilah ini tidak muncul di Kej. 1-3. Di
Kej. 1:26, Adam dan Hawa dicipta “menurut gambar dan rupa”
Allah. Kej. 5:1-2 mengulangnya, “dibuat-Nyalah dia menurut rupa
Allah.” Kemudian Kej. 5:3 mengaplikasikannya ke dalam
pengertian anak: “Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun,
ia memperanakkan se- orang laki-laki menurut rupa dan gambarnya,
lalu memberi nama Set kepadanya.” Set lahir dari Adam,
mencerminkan natur Adam, dan dia adalah anak Adam. Ini
adalah bahasa “anak.” Hal ini memberi pengertian tambahan bagi
Kej. 5:1-2 yg mengulang Kej. 1:26, indikasi bahwa Adam adalah anak
Allah.
Manusia sebagai anak Allah muncul lagi di Kej. 6:2-4. Kemudian
di Keluaran 4:22-23, “Maka engkau harus berkata kepada Firaun:
Be- ginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang
sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu
pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membi-
arkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang
sulung.” Di tempat lain, Israel dikatakan seperti anak Allah (Mz. 2:7;
42 Hos. 11:1) atau anak sulung (Ul. 33:17; Mz. 89:27; 43 Yer. 31:9).
Literatur Yahudi menyebut “Adam adalah anak sulung dunia” (Num.
Rab.4.8). Tampaknya posisi ini diwariskan kepada Nuh, kemudian
nenek moyang, dan benih mereka yaitu Israel.
Di kitab Injil, berulangkali Yesus disebut “Anak Allah,” hal ini ha-
rus dimengerti dalam konteks PL dan Yahudi, Adam dan Israel se-
bagai anak Allah. Dia bukan saja anak manusia yg taat, Dia adalah
Anak Allah yg taat.
Ayat terakhir dari Luk. 3 merupakan puncak dari gunung es
pe- mikiran ini, silsilah Yesus ditutup dengan “anak Adam, anak
Allah.” Ini adalah konfirmasi analisa Kej. 5:1-3, “gambar” dan
“rupa” me- rupakan bahasa “anak.” Lukas mengakhiri pasal 3
dengan referensi penting ini, karena narasi selanjutnya adalah
tentang Yesus di padan gurun dicobai sebagai “Anak Allah,”
seperti yg dialami Adam dan Israel. Yesus berhasil mengatasi
pencobaan, sedangkan mereka gagal. “Anak Allah” dan “Anak
Manusia” adalah warisan dari posisi dan kewajiban dan janji berkat
bagi Adam. Karena itu di literatur Yahudi, istilah ini bisa
dipertukarkan. Kitab Injil juga mempertukarkan refe- rensi Yesus
sebagai “Anak Manusia” dan “Anak Allah.” Contoh yg paling
jelas adalah Mark. 8:38 (cf. 9:7); 14:61–62; Mat. 16:13–17; Yoh.
1:49–51; 3:14–18; 5:25–27. Demikian pula Wahyu 1:13
menggambark- an yesus sebagai “seorang serupa Anak Manusia”
dan di Why. 2:18, Yesus disebut “Anak Allah.”

11.3.2.2 Yesus sebagai Israel dan Anak Akhir Zaman di Matius 2


Karena Israel tidak taat, Yesus datang untuk melakukan tugas yg se-
harusnya dilakukan Israel, Dia harus menelusuri langkah Israel sam-
pai ke titik kegagalannya, dan terus taat dan berhasil di misi
Israel. Percobaan pembunuhan yg dilakukan Herodes dan perjalanan
ke Me- sir dan kembali ke Tanah Perjanjian, mengikuti pola Israel
kuno. Pola ini diungkapkan dengan peryataan Yesus menggenapi
nubuat Hosea, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” (Mat. 2:15; Hos.
11:1). Perjalanan pulang dari Mesir diidentifikasi dengan keluarnya
Israel dari Mesir.
Ayat ini memancing perdebatan. Teks Hosea adalah refleksi
seja- rah, tapi Matius melihatnya sebagai nubuat yg digenapi di
Kristus. Perdebatan muncul karena Matius (dan penulis lain)
dihakimi de- ngan metode tafsir “grammatical-historical.” Tapi
sebenarnya ada me- tode tafsir lain. Mungkin saja Matius dengan
sengaja tidak melakuk- an “grammatical-historical exegesis” sebaliknya
dia memakai pendekat- an Teologi Biblika. Matius melihat Hosea
11:1 di dalam relasi keselu- ruhan pasal, dan bahkan keseluruhan
kitab. Di Hos. 11, setelah me- nyinggung Keluaran, nabi memberi
narasi sejarah bangsa ini di Ta- nah Perjanjian. Mereka tidak taat,
mereka menyembah berhala, wala- upun sudah menerima anugerah
Allah (2-5). Konsekuensinya, Allah
menghakimi mereka karena tidak ada pertobatan (6-7). Tapi pengha-
kiman ini tidak absolut, karena belas kasihan Allah kepada
bangsa ini (8-9). Belas kasihan Allah dinyatakan dalam pemulihan
di masa yg akan datang, “Mereka akan mengikuti TUHAN” dan
“anak-anak akan datang dengan gemetar dari barat, seperti burung
dengan geme- tar datang dari Mesir, dan seperti merpati dari tanah
Asyur” sehing- ga Allah “akan menempatkan mereka lagi di rumah-
rumah mereka” (10-11).
Jadi tujuan utama Hos. 11:1-11 adalah pemulihan Israel di masa
yg akan datang dari pelbagai bangsa, termasuk “Mesir.” Makna
ke- seluruhan Hos. 11 adalah Allah membebaskan Israel dari
Mesir, yg menghasilkan ketidaktaatan, tapi ini bukan kata akhir;
walaupun me- reka dihakimi, Allah akan membebaskan mereka
kembali, bahkan da- ri “Mesir.” Pasal ini dimulai dengan Keluaran
dari Mesir dan diakhiri dengan Keluaran yg sama dari Mesir,
Keluaran yg pertama di masa lalu, Keluaran yg kedua di masa yg
akan datang. Pola Keluaran akan diulang di akhir zaman.
Ini adalah pengertian Matius tentang Hosea. Dia menggunakan ba-
hasa Keluaran Hos. 11:1 di dalam konteks yg lebih luas, terutama
keseluruhan Hosea 11, yg memiliki tujuan utama Keluaran dari Me-
sir di akhir zaman. Dalam pengertian ini, penggunaan Hos. 11:1
di Matius bisa disebut “typological,” Keluaran yg pertama di Hos.
11:1 memulai proses sejarah dosa dan penghakiman, yg akhirnya
berpun-
cak di Keluaran terakhir (Hos. 11:10-11). Matius bisa
Tapi sekarang Matius mengaplikasikannya bukan kepada membaca Hosea
bangsa, melainkan kepada individu, Yesus. Hal ini mungkin dengan Teologi
Biblika, bukannya
berasal dari Bi- langan 24. Bilangan memakai gambaran singa yg “grammatical-
sama dengan Hosea, yg berlaku untuk bangsa (Bil. 23:24) dan raja historical
(24:9). Israel akan kem- bali dengan dipimpin oleh seorang raja. exegesis”
Indikasi tentang pemimpin muncul di Hos. 3:5, “Sesudah itu orang
Israel akan berbalik dan akan mencari TUHAN, Allah mereka, dan
Daud, raja mereka. Mereka ak- an datang dengan gementar kepada
TUHAN dan kepada kebaikan- Nya pada hari-hari yang terakhir.”
Ada kaitan kata “gemetar” di sini dan di Hos. 11:10-11. Hal ini
memberi indikasi pengertian Teologi Biblika Hosea tentang Israel
yg keluar dari Mesir di masa yg akan atang dan dipimpin oleh
seorang raja. Karena itu Matius bisa meng- aplikasikan bahasa
tentang bangsa di Hos. 11:1 kepada individu raja, Yesus. Bukankah
Matius bisa membaca Hosea dengan Teologi Biblika, bukannya
“grammatical-historical exegesis”?
Istilah “Anak-anak Allah yang hidup” (Hos. 1:10) memiliki
para-
llel di Mat. 16:16 di pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah
“Mesias, Anak Allah yang hidup!” Ayat ini menyinggung Hos. 1:10,
Yesus dili- hat sebagai individu raja yg memimpin anak2 Israel, yg
diwakiliNya. Karena itu, Matius mengkontraskan Yesus sebagai
“Anak” (Mat.
2:15) dengan “anak” di Hosea (11:1), “anak” keluar dari Mesir tapi
tiak taat sehingga dihakimi dan akan dipulihkan (11:2-11), sedangk-
an Yesus keluar dari Mesir, sempurna dalam ketaatan, dan walau ti-
dak layak dihukum, Dia mengalami penderitaan bagi kesalahan Isra-
el dan dunia, demi pemulihan mereka ke dalam relasi dengan Allah.

11.3.2.3 Yesus sebagai Israel dan Anak Allah di bagian lain Injil Matius
Seperti Baptisan Yesus
Israel dipimpin Yohanes membaptis Yesus di sungai Yordan, bersama orang Israel
Musa melewati laut
lainnya (Mat. 3:5–6, 13–17). Apa signifikansi air? Seperti Israel dipim-
di Keluaran untuk
bisa masuk ke pin Musa melewati laut di Keluaran untuk bisa masuk ke Tanah Per-
Tanah Perjanjian ... janjian, dan generasi ke-2 harus melewari sungai Yordan di
Israel bawah pimpinan Yosua, sebagai Keluaran miniatur, sekarang Israel
sejati harus sejati ha- rus melewati air sungai Yordan di bawah pimpinan Yesus,
melewati air sungai
Yordan di bawah untuk bisa mengalami pemulihan sejati.
pimpinan Yesus, Hal ini juga merupakan penggenapan nubuat pemulihan Israel di
untuk bisa Keluaran yg ke-2 melalui air (Yes. 11:15; 43:2, 16–17; 44:27–28;
mengalami 50:2;
pemulihan
sejati.
51:9–11), terutama melalui sungai (Yes. 11:15; 42:15; 43:2; 44:27; 50:2).
Gambaran pemisahan air yg dihubungkan dengan Roh Allah dan
Allah yg menempatkan umatNya di tanah yg baru, sudah
dimulai di awal kitab Kejadian. Kej. 1:2 berkata “Roh [ruakh] Allah
melayang- layang di atas permukaan air,” dan Kej. 1:9 berkata,
“Berfirmanlah Allah: Hendaklah segala air yang di bawah langit
berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan
jadilah demikian.” Kemudian Adam dan istrinya dicipta menurut
gambar Allah untuk memerintah, bertambah banyak, dan
memenuhi tanah kering di bu-
mi (Kej. 1:26-28).
Pola yg sama muncul di kisah Nuh, di akhir air bah, Kej. 8:1-
3a berkata, “Allah membuat angin [ruakh] menghembus melalui
bumi, sehingga air itu turun ... dan makin surutlah air itu dari muka
bumi.” Kemudian Nuh dan keluarganya bisa kembali hidup di tanah
kering. Apakah ada kemungkinan merpati yg turun di baptisan
Yesus, me- rupakan gema dari merpati yg terbang di atas air bah
Nuh, sebu- ah indikasi air bah telah terpisah dari tanah kering,
sehingga umat manusia bisa tinggal di atasnya dan kembali
menjalankan mandat Adam? Keluaran juga mengulang pola ini.
Perhatikan Kel. 15:8, 16, “Karena nafas [ruakh] hidung-Mu segala
air naik bertimbun-timbun; segala aliran berdiri tegak seperti
bendungan; air bah membeku di tengah-tengah laut ... sampai
umat-Mu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh
menyeberang.”
Baptisan Yesus bukan saja menandai Keluaran yg baru, tapi juga
ciptaan baru, karena Dia datang untuk membalikkan kutukan keja-
tuhan manusia ke dalam dosa (melalui penyembuhna, salib, dan ke-
bangkitan), tindakan pertama sesudah baptisan adalah
mengalahkan Iblis di pencobaan, hal yg tak berhasil dilakukan Adam
dan Israel. Se- telah baptisan, Yesus melangkah ke Tanah Perjanjian,
untuk memulai ciptaan / keluaran.
Selain itu, di balik “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah
Aku berkenan” (Mat. 3:17) ada Mz. 2:7 (“Anak-Ku engkau!
Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini.”). Hal ini merupakan
gema dari Israel sebagai “anak” Allah (Kel. 4:22; Hos. 11:1; Yer.
31:9). “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan” di Mat. 3:17 juga menyinggung Yes. 42:1, “Lihat, itu
hamba[anak]-Ku yang Kupe- gang, orang pilihan-Ku, yang
kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya.”
Yesus dibaptis untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat.
3:15), Dia mau memperbaiki kesalahan Israel dan Adam, Dia datang
untuk berhasil dalam ketaatan. Baptisan merupakan penegasan
Ye- sus akan tekadNya untuk mengerjakan tugasNya sebagai
“hamba” Allah yg memulihkan Israel dan menjadi terang bagi
bangsa2 .
Pencobaan Yesus Yesus “puasa selama
Yesus “puasa selama 40 hari 40 malam” di padang gurun 40 hari 40 malam”
selama pencobaan oleh Iblis. Episode ini adalah gema di padang gurun ...
gema pengembaraan
pengembaraan Isra- el di padang gurun selama 40 tahun. Jika Israel di padang
tafsiran ini benar maka 40 tahun dipersingkat dalam kiasan 40 hari. gurun selama 40
Tapi ada latar belakang lain di Kel. 24:18; 34:28 (Ul. 9:9–11), Musa tahun ... Musa di G.
di G. Sinai (yg ada di pa- dang gurun) “empat puluh hari empat Sinai ... “empat
puluh hari empat
puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air” (Kel.
puluh malam
34:28). Dia mengulang hal ini ketika menerima Dasa Titah untuk ke- lamanya, tidak
2x-nya (Ul. 10:9-10). Musa men- jadi wakil Israel ketika menerima makan roti dan
hukum. Sebagai Israel sejati akhir zaman, Yesus menggantikan tidak minum air”
Israel. Setiap respon Yesus kepada Iblis diambil dari respon Musa
kepada kegagalan Israel di padang gurun (Ul. 8:3 di Mat. 4:4; Ul.
6:16 di Mat. 4:7; Ul. 6:13 di Mat. 4:10). Yesus melawan pencobaan
yg sama yg gagal dilawan Israel.
Perlawanan Yesus akan godaan Iblis merupakan awal dari
pena- klukan Iblis. Di sepanjang pelayanan Yesus, Dia mengusir
roh jahat, dalam perang suci terus menerus Israel sejati.
Pengusiran roh jahat, merupakan awal dari kekalahan Iblis, yg
menaklukan ciptaan melalui tipuannya kepada Adam dan Hawa.
Tampaknya hal inilah yg men- jadi pengertian dari perumpamaan
mengikat orang kuat (Mat. 12:29; Mark. 3:27). Yesus melakukan hal
yg seharusnya dilakukan Adam di Taman Firdaus. Di Mat. 4:6, Iblis
mencobai Yesus dengan kutipan PL:
Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke ba-
wah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan meme-
rintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan
mena- tang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu
jangan terantuk kepada batu.
Ini adalah kutipan Mz. 91:11–12. Tapi Mz. 91:13 meneruskannya
de- ngan “Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan
meng- injak anak singa dan ular naga.” Ayat ini adalah
pengulangan janji Kej. 3:15, “keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Yesus menolak
nasihat Iblis, dan mulai mengalami kemenangan seperti yg
dinubuatkan mazmur ini. Matius
ingin pembacanya mengerti konteks mazmur yg lebih luas ini, yg
menyingkapkan tema kemenangan Yesus atas musuh.
Kutipan Lukas juga mengikuti konteks mazmur ini, karena di
be- berapa pasal berikutnya disinggung Mz. 91:13 di Luk. 10:19,
“Sesung- guhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk
menginjak ular [patein epano opheon] dan kalajengking dan kuasa
untuk menah- an kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan
membahayakan kamu.” Mz. 90:13 LXX memiliki “engkau akan
menginjak ular dan basilisk, dan kau akan menginjak [katapateseis]
singa dan naga.” Ada baiknya melihat konteks yg lebih luas dari
Luk. 10:17-20:

17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan


gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk
ke- pada kami demi nama-Mu." 18 Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat
dari langit. 19 Sesungguhnya Aku telah memberikan
kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan
kalajengking dan kua- sa untuk menahan kekuatan
musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan
kamu. 20 Namun demikian ja- nganlah bersukacita
karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah
karena namamu ada terdaftar di sor- ga."

Di antara kekuatan yg berbahaya di Mazmur 91, di ayat 6 LXX,


ada “setan” (daimonion), kata ini digunakan di Luk. 10:17 dalam
parallel dengan “ular dan kalajengking” di Luk. 10:19. Kontek Luk.
10:17-20 bukan hanya berbicara kuasa jahat secara umum, tapi
juga Iblis yg “jatuh seperti kilat dari langit.” Peristiwa spesifik
kejatuhan Iblis ini di masa pelayanan Yesus diperdebatkan penafsir,
tapi mungkin tafsiran terbaik adalah dari George Ladd, “seluruh
misi Yesus, yg membawa kekalahan bagi Iblis.

11.4 AS pek l A IN pel AYA NA N Y es US S e BAGA I A DA m A kh I r z A m-


AN

Kemenangan Yesus atas Iblis di padang gurun, memulai


pelayanan yg sukses. Setelah mengalahkan Iblis, Yesus mulai
menggenapi nu- buat Yesaya tentang pemulihan Israel (Mat. 4:12-16).
Konsekuensinya, Yesus mulai mengumpulkan ke-12 suku Israel,
dengan memanggil 12 rasul (Matt. 4:18–22), yg menjadi mikrokosmos
Israel sejati di bawah kepemimpinan Yesus - Yahweh melalui Yesus
yg digambarkan Musa akhir zaman.
Pemulihan dimulai dengan penyembuhan, yg dinubuatkan
terja- di ketika Israel dipulihkan di akhir zaman (Mat. 4:23–25;
11:4–6; cf. Yes. 32:3–4; 35:5–6; 42:7, 16). Penyembuhan juga mewakili
pemulihan ciptaan dari kondisi kejatuhan ke dalam dosa. Kutuk fisik
dan spiritu- al diangkat Yesus, ketika Dia menegakkan ciptaan dan
kerajaan baru.
11.4 AS pek l A IN pel AYANAN Y es US S e BAG AI A DA m A kh I r 17
zAmAN 7
Mujizat merupakan tanda masuknya ciptaan baru, ketika umat
meng- alami kesembuhan total. Mereka yg disembuhkan, terutama
yg di- bangkitkan, menjadi bayang2 kebangkitanNya dan
kebangkitan akhir. Kebangkitan Kristus adalah buah sulung dari
semua orang percaya.

11.4.1 Yesus Anak Adam yg Mewakili Anak2 Lainnya

Yesus datang untuk mencerminkan gambar Allah. Dia


memerintah dan menaklukan kuasa jahat dan ciptaan melalui
Firman dan kuasa mujizat; Dia melipatgandakan pengikutNya,
sehingga mereka menja- di keluargaNya yg sejati, anak2 Allah. Mat.
12:46-50 berkata:
46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak
itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan
berusaha menemui Dia. 47 Maka seorang berkata
kepada- Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu
ada di luar dan berusaha menemui Engkau." 48 Tetapi
jawab Ye- sus kepada orang yang menyampaikan berita
itu kepada- Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-
saudara-Ku?" 49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah
murid-murid- Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
50 Sebab sia- papun yang melakukan kehendak Bapa-Ku
di sorga, di- alah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku
perempuan, dialah ibu-Ku."

Di sini Yesus memberi definisi Israel sejati sebagai “siapapun


yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga” (parallel dengan
Luk. 8:21, “mendengarkan firman Allah dan melakukannya”).
Keluarga sejati Yesus terdiri dari orang yg percaya kepadaNya,
bukan berdasarkan hubungan biologis. Karena Yesus memulihkan
bukan saja Israel, tapi juga bangsa lain (Mat. 15:21–28; 21:40–44),
maka umat Allah sejati tidak berdasarkan label bangsa tertentu, yg
membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya. Karena itu untuk
menjadi keluarga Yesus yg sejati, orang tidak lagi melakukan
peraturan khusus bangsa Israel yg berbeda dengan bangsa lain:
sunat, makanan, peraturan Bait Allah, Sabat, dll.
Yesus mendefinisi ulang Israel sejati, umat Allah sejati, dengan
berkata kesetiaan kepadaNya merupakan tanda Israel yg setia.
Mat. 10:34-39:
34 "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang un-
tuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan un-
tuk membawa damai, melainkan pedang. 35 Sebab Aku
datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak per-
empuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mer-
tuanya, 36 dan musuh orang ialah orang-orang seisi ru-
mahnya. 37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya le-
bih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsia-
pa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih
dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. 38 Barangsiapa
tidak me- mikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak
layak bagi-Ku. 39 Barangsiapa mempertahankan
nyawanya, ia akan kehi- langan nyawanya, dan
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
Intinya,
Yesus adalah pusat
memperolehnya.
dan asal usul dari Intinya, Yesus adalah pusat dan asal usul dari komunitas orang
komunitas orang
percaya sejati yg terdiri dari orang Yahudi dan bangsa lain. Keluarga
percaya sejati yg
terdiri dari orang sejati Allah diidentifikasi bersama Yesus Kristus, yg melahirkan
Yahudi dan bangsa me- reka. Hal ini sesuai dengan tokoh Adam terakhir, yg
lain. Keluarga sejati mencerminkan gambar Allah dengan menciptakan umat manusia
Allah diidentifikasi yg hidup di da- lam dan memenuhi dunia. Demikian pula
bersama Yesus
Kristus, yg
keluarga eskatologis ini bertugas membentuk keluarga Allah yg
melahirkan mereka. baru. Ke-12 rasul bukan saja mewakili Israel, yg harus bertumbuh
secara eskponensial, tapi juga merupakan ciptaan umat baru yg
hidup di dunia ciptaan yg baru.
Kata “anak2” sesuai bagi pengikut Yesus, karena dihubungkan de-
ngan gambar Bapa di sorga. Anak mencerminkan keserupaan de-
ngan Bapa dalam pelbagai cara. Mat. 5:9 berkata, “Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-
anak Allah.” Mat. 5:44-48 memberi penjelasan tambahan:
44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Ba-
pamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi
orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan
huj- an bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi
kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga
berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi
salam ke- pada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya
dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang
tidak meng- enal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang
di sorga ada- lah sempurna."
Seperti Yesus, pengikutNya harus berbuat baik kepada musuh untuk
bisa menjadi cermin dari kebaikan Allah bagi orang jahat. Dengan
demikian, mereka menjadi “lengkap” atau “sempurna” seperti Ba-
pa (yaitu, mereka mengejar tujuan akhir hukum, mencerminkan ke-
sempurnaan Bapa). Jika mereka tidak melakukannya, maka mereka
tidak mendapat upah di Kerajaan Sorga. Yesus mengembangkan pe-
ngertian upah di Luk. 6:35, “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan
berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak meng-
harapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menja-
di anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-
orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang ja-
hat.” Upahnya adalah dianggap “anak” oleh Allah. Kemudian Yesus
menambahkan, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu
adalah murah hati” (Luk. 6:36).
Di masa yg akan datang, orang kudus “tidak dapat mati lagi; me-
reka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak
Allah, karena mereka telah dibangkitkan” (Luk. 20:36). Karena
sifat utama Allah adalah kekal, ketika umatNya mendapat hidup
kekal, maka mereka disebut “anak” karena mencerminkan kekekalan
Allah. Selain itu, karena Kristus “dinyatakan oleh kebangkitan-Nya
dari an- tara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang
berkuasa” (Rom. 1:4), maka umatNya juga disebut anak karena
kebangkitan dan iden- tifikasi bersamaNya melalui iman (Rom. 8:14–
24, 29).
Demikian pula, Yesus menyebut pengikutNya “anak2 terang” ke-
tika mereka “percaya kepada terang” (yaitu, percaya kepada
Yesus sebagai penyingkapan Allah). Ketika mereka
mengidentifikasi diri dengan Yesus, mereka mencerminkanNya dan
penyingkapanNya ak- an kebenaran. Mungkin, “anak2 Allah”
memiliki konotasi umat Allah yg memiliki kemiripan keluarga
dengan Dia (Yoh. 1:12; 11:52).

11.4.2 Transformasi Kerajaan yg Mengejutkan

Sejak awal, Yesus berkotbah tentang Kerajaan Allah, “Waktunya


te- lah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!” (Mark. 1:14-15). Di kotbah pertama
Yesus membaca teks Yesaya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab
Ia telah mengura- pi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepa- da orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, un- tuk membebaskan orang-
orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
telah datang” (Luk. 4:18-19; Yes. 6:1-2).
Setelah pembacaan selesai, Yesus berkata, “Pada hari ini genaplah
nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Luk. 4:21). Teks yg Yesus
ba- ca merupakan bagian dari konteks yg lebih luas tentang
pemulihan Israel akhir zaman dari tawanan, ketika seluruh bangsa
tunduk ke- pada Israel. Yesus memberi indikasi bahwa nubuat ini
sudah mulai digenapi di awal pelayananNya. Dia adalah orang yg
menerima “Roh Allah,” yg membawa “kabar baik kepada orang
miskin” dan memp- roklamasikan “pembebasan kepada orang2
tawanan” (Yes. 61:1). Di- kalahkannya Iblis (Luk. 4:1-13)
memampukan Dia menggenapi Yes. 61:1, hal ini dilanjutkan
dengan kuasa Yesus atas setan2 (Luk. 4:33- 37). Jadi pembebasan
rohani yg sejati bisa diproklamirkan kepada Israel, yg masih
dibelenggu dosa, walaupun sisa2 telah kembali dari Babel.
Barangkali ciri yg paling menarik dari Kerajaan Yesus adalah
peng- genapan yg berbeda dengan nubuat PL dan pengharapan
Yudaisme. Alasannya adalah penggenapan penuh belum terjadi, dan
penunda- an penggenapan penuh ini terus berlanjut tanpa kepastian
kapan da-
tangnya. Hal ini berbeda dengan nubuat PL tentang hari2 terakhir yg
digenapi sekaligus di akhir sejarah. Penggenapan yg mengejutkan ini
terlihat secara eksplisit di perumpamaan Kerajaan di Mat. 13. Setelah
perumpamaan tentang penabur dan tanah, murid bertanya “Menga-
pa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” (Mat.
13:10). Yesus menjawab, “Kepadamu diberi karunia untuk
mengeta- hui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak”
(Mat. 13:11). Kata “rahasia” (mysterion) di ayat 11 diapit
perumpamaan penabur dan tanah dan penjelasannya, bagian dari
sisipan di ayat 10-17. Sisip- an ini bukan saja penjelasan bagi
perumpamaan penabur dan tanah, tapi juga merupakan penjelasan
perumpamaan lain di ayat 24-52. Si-
sipan ini menjelaskan tujuan perumpamaan.
Ayat 11-17 memberi alasan bagi penjelasan tambahan dari
respon awal ini. Kata kuncinya adalah “rahasia,” menurut George
Eldon La- dd memiliki latar belakang Daniel 2: penyingkapan ilahi
tentang hal2 eskatologis yg tersembunyi bagi pikiran manusia, tapi
disingkapkan Allah keapada nabi. Di PL, terutama Daniel 2,
Kerajaan akan datang secara kasat mata, menghancurkan musuh,
menghakimi bangsa kafir, dan menegakkan Kerajaan yg
memerintah seluruh bumi. “Rahasia”- nya adalah “di dalam diri
dan pelayanan Yesus ... kerajaan datang dengan kuasa apokaliptik,
seperti yg dinubuatkan Daniel, tapi kenya- taannya datang terlebih
dulu secara tersembunyi di antara manusia.” Hubunan rahasia
Daniel 2 dan Kerajaan di Matius 13 terlihat di hal ini: (1) kedua
rahasia berhubungan dengan eskatologi; (2) kedu- anya
memberikan tafsiran yg mengejutkan dari berita ilahi (patung
besar di mimpi raja memiliki tafsir yg mengejutkan tentang pengha-
kiman bagi raja); (3) keduanya melibatkan umat yg tidak mengerti yg
berbeda dengan sisa2 yg setia; (4) keduanya fokus kepada Allah
PL dan yg mengalahkan kerajaan dunia yg jahat dan mendirikan kerajaan
Yudaisme kekal;
mengharapkan (5) penaklukan ini melibatkan batu pilihan (cf. Dan. 2; 4 Ezra 13; Mat.
penggenapan
nubuat 21:42–44; Luk. 20:18).
Kerajaan terjadi Selain Dan. 2, latar belakang “rahasia” adalah Yes. 6 yg dikutip di
dalam 1x Mat. 13:14-15. PL dan Yudaisme mengharapkan penggenapan nubu-
“ledakan” at Kerajaan terjadi dalam 1x “ledakan” pernyataan kuasa.
pernyataan kuasa.
Kerajaan Yesus
Kerajaan Yesus datang bertahap, fokus awal kepada keputusan hati,
datang bertahap, untuk me- nerima atau menolak berita Kerajaan. Karena itu
fokus awal kepada pertumbuhan Kera- jaan tak bisa diukur dengan mata, karena terjadi
keputusan hati, secara tersembunyi (seperti ragi yg tersembunyi). Kontras dengan
untuk menerima
pengharapan PL dan Yudaisme, penghakiman belum terjadi,
atau menolak berita
Kerajaan. karena itu orang benar dan orang jahat belum dipisahkan, mereka
hidup besama sampai akhir sejarah (perumpamaan lalang dan
gandum). Kerajaan tidak berdiri sekaligus, tapi bertahap, dimulai
dengan awal yg kecil, diikuti masa pertumbuhan, sehingga
memenuhi bumi (perumpamaan biji sesawi). Walaupun
tersembunyi, Kerajaan itu sangat berharga, sehingga di- dambakan
seperti mutiara yg sangat mahal. Yesus mulai menyatakan
pemerintahanNya atas musuh yg tak terlihat (Iblis dan bawahannya),
bukan memulainya dengan mengalahkan kekuatan musuh Israel yg
terlihat, Roma.
Kerajaan Allah menyerbu kerajaan dunia. Ketika akhir zaman ti-
ba, seluruh dunia akan mengalami transformasi menjadi dunia baru
ketika alam jasmani dan rohani menjadi satu.
P E M B E N A R A N ( J U S T I F I C AT I O N )
12
Pasal ini akan membahas sejarah-keselamatan terutama melalui lensa
“already and not yet” pembenaran (justification). Keselamatan diamati
dengan terang pembenaran sebagai kebenaran akhir zaman yg men-
jadi tanda dari ciptaan baru.

12.1 pem B e NA r AN S e BAGAI pem B er IAN (att ribution /


imputa- tion) ke B e NA r AN kr IS t US BAGI or ANG perc AYA

Ada baiknya pembahasan dimulai dengan definisi pembenaran.


Di pembukaan Article 11 dari Westminster Confession of Faith ada
definisi pembenaran yg sangat berpengaruh bagi tradisi Reform:

Those whom God effectually calleth, he also freely jus-


tifieth: not by infusing righteousness into them, but by pa-
rdoning their sins, and by accounting and accepting their
persons as righteous; not for any thing wrought in them,
or done by them, but for Christ’s sake alone; not by impu-
ting faith itself, the act of believing, or any other evange-
lical obedience to them, as their righteousness; but by im-
puting the obedience and satisfaction of Christ unto them,
they receiving and resting on him and his righteousness
by faith; which faith they have not of themselves, it is the
gift of God.

12.1.1 Pendahuluan

Di masa kini ada perdebatan tentang imputation dan hubungannya


de- ngan “pembenaran melalui iman.” Banyak orang Protestan
melihat pemberian kebenaran Kristus mencakup ketaatan “aktif dan
pasif.” Tapi banyak ahli ragu dengan “positive imputation” atau
pemberian kebenaran melalui “ketaatan aktif” dari Kristus.
Beberapa ahli berka- ta hanya “ketaatan pasif” yg ada di Alkitab. D.A.
Carson merangkum pelbagai perspektif dari masalah ini:

For many Protestants today, the doctrine of imputation


has become the crucial touchstone for orthodoxy with res-
pect to justification. For others, imputation is to be aban-
doned as an outdated relic of a system that focuses far
too much attention on substitutionary penal atonement
and far too little attention on alternative “models” of what
the cross achieved. For still others, including N. T. Wright,

183
18 pem B e NA r A N ( JUS t I f I CA t I o N )
4
imputation should be abandoned, even though (he main-
tains) everything that Reformed theologians want to pre-
serve under that rubric he thinks he preserves under his
much larger categories. And for still others, such as Ro-
bert Gundry, what is to be rejected is certainly not every
aspect of imputation, but affirmations of the imputed ri-
ghteousness of Christ.
Doktrin tradisional
tentang pemberian Doktrin tradisional tentang pemberian ketaatan aktif Kristus yg
ketaatan aktif berhubungan dengan pembenaran sedang diuji dan diperdebatkan.
Kristus yg
Perdebatan terjadi bukan saja di kalangan para ahli, tapi juga terjadi
berhubungan
dengan pembenaran di antara anggota denominasi Presbyterian Injili.
sedang diuji dan Pasal ini diharapkan bisa memberikan sedikit sumbangsih atas per-
diperdebatkan. debatan ini. Pertama, di bagian awal akan di bahas ayat2 yg mendu-
kung pemberian (attributing) kebenaran Kristus bagi orang
percaya. Kedua, pengharapan ketaatan Adam di Kej. 1-2 akan
diaplikasikan ke bagian lainnya. Ketiga, 2 bagian PB, 1 Kor. 15 dan
Ef. 1-2, yg ber- bicara tentang Kristus sebagai Adam terakhir, akan
dibahas dalam hubungannya dengan orang percaya.

12.1.2 Teks yg Mendukung Pemberian Ketaatan Aktif Kristus kepada


Orang Percaya

Empat teks yg menjadi dasar doktrin ini adalah Rom. 5:15–19; 1 Kor.
1:30; 2 Kor. 5:21; Fil. 3:9. Semua teks ini mendukung konsep kebenar-
an Kristus yg menjadi wakil kita diwariskan kepada orang yg percaya
kepadaNya.
Walaupun Rom. 5:15–19 fokus kepada kematian Kristus sebagai
“satu perbuatan kebenaran” yg menghasilkan “pembenaran”
(Rom. 5:18), kemungkinan besar hal ini adalah klimaks dari
seluruh pela- yananNya, karena itu seluruh kebenaran di
hidupNya juga ada di dalam pemikiran ayat ini.
2 Kor. 5:21 memiliki fokus yg sama dengan Rom. 5:15-19,
dengan implikasi yg sama: “Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah.” Ayat ini menegaskan Kristus
diidentifikasikan dengan dosa orang lain dan menderita hukuman
yg tidak seharusnya Dia terima. Tujuannya adalah supaya orang
berdosa yg hukumannya ditanggung Kristus, “dalam Dia [Kristus] ...
dibenarkan oleh Allah.” Artinya me- reka dianggap “tidak bersalah”
dan tidak layak dihukum walaupun telah berdosa. Tapi “dalam
Dia [Kristus] ... dibenarkan oleh Allah” tidak terbatas hanya pada
status “tidak bersalah,” tapi juga melipu- ti identifikasi dengan
“kebenaran Allah,” bukan saja identifikasi de- ngan kematian
Kristus, tapi juga kebangkitan Kristus, sehingga as- pek positif
kebenaran Kristus diberikan bagi orang percaya. Ada yg
membantah ayat ini tidak berbicara tentang kebenaran Kristus yg me-
wakili umatNya, karena ayat ini berbicara tentang “kebenaran Allah.”
Tapi ayat ini berbicara tentang “kebenaran Allah di dalam Kristus.”
Kristus mencerminkan kebenaran Allah, dan kebenaran ini
diberikan kepada orang percaya “di dalam Kristus.”
Ada yg membantah Fil. 3:9 tidak berbicara tentang pemberian
kebe- naran Kristus kepada orang kudus, karena ayat ini berbicara
tentang “kebenaran yang Allah [bukan Kristus] anugerahkan
berdasarkan ke- percayaan.” Tapi di bagian sebelumnya dikatakan,
karena iman ke- pada Kristus, Allah menyatakan orang percaya
benar, dan ini adalah “bukan dengan kebenaranku sendiri karena
mentaati hukum Taurat,” melainkan kebenaran yg diberlikan karena
orang kudus menyangkal kebenaran sendiri yg cacat “karena
Kristus” (3:7) demi “memperoleh Kristus.”
Karena itu “kebenaran yang Allah anugerahkan” diberikan kepa-
da orang percaya melalui identifikasi dan kesatuan dengan kebenar-
an Kristus. Kristus telah “taat sampai mati” (Fil. 2:8), sehingga orang
percaya yg “berada dalam Dia” diidentifikasi bersama ketaatan ini,
yg mencapai klimaksnya di salib. “Kebenaran yang Allah
anugerahkan” dikontraskan dengan “kebenaranku sendiri karena
mentaati hukum Taurat,” kontras ini memperlihatkan identifikasi
kebenaran positif de- ngan Kristus. Bantahan kebenaran Allah di
ayat ini tidak diidentifi- kasi dengan Kristus, sulit dipertahankan.
Teks yg memberikan dukungan yg paling kuat tentang pemberian
kebenaran positif Kristus adalah 1 Kor. 1:30: “Tetapi oleh Dia
kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi
hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus
kita.” Ke- satuan orang percaya dengan Kristus artinya “di dalam
Dia” mereka dianggap memiliki hikmat, kebenaran, kekudusan,
dan penebusan Kristus. Bukan berarti orang percaya memiliki sifat2
ini di bumi; tapi mereka diwakili Kristus dalam kepemilikan sifat2
ini, karena identifi- kasi posisi dengan Dia (mereka di dalam Kristus).
Di ayat ini muncul kesulitan teks, tentang kesetaraan “penebusan”
Kristus dan orang percaya. Studi kata “penebusan” bisa
menyelsai- kannya. Kata Yunani “penebusan” di teks ini adalah
apolutrosis, ba- gian dari kelompok kata “penebusan” (lutroo,
lutrosis). Kecuali kata lutroo (menebus), bentuk lain jarang
ditemukan di LXX. Pengguna- an yg paling sering dari kata ini
merujuk kepada Allah yg membe- baskan Israel dari perbudakan
Mesir (15x), demikian pula dengan pembebasan individu dari
penindasan (15x), dan pembebasan dari Babel (5x). Walaupun ada
beberapa penggunaan untuk penebusan umat dari dosa,
penggunaan yg paling umum adalah pembebasan
dari penindasan bukan penebusan dosa. Dengan latar belakang LXX
ini, tampaknya penggunaan normal di 1 Kor. 1:30 adalah pembebas-
an dari penindasan, terutama jika diterapkan untuk Kristus. Dia dibe-
baskan (diselamatkan) dari kematian dan belenggu kuasa jahat, oleh
kebangkitanNya.
Ada hal yg menarik dari penggunaan “penebusan” di Yes. 63:4,
tentang penebusan Israel dari pelbagai bangsa, terutma di 63:9, “Dia-
lah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya,”
berbicara tentang penebusan Israel di Keluaran; pemikiran ini dilan-
jutkan di 63:11, “Di manakah Dia yang membawa mereka naik
da- ri laut bersama-sama dengan penggembala kambing domba-
Nya?” ayat ini berbicara tentang Allah yg membebaskan Musa
dari tenta- ra Mesir dan air laut. Hal ini menarik, karena Ibr. 13:20
memakai Yes. 63:11 dan menerapkannya kepada pembebasan Kristus
dari kematian dengan kebangkitan: “Maka Allah damai sejahtera,
yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari
antara orang ma- ti Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus,
Tuhan kita ...” Paulus menggunakan kelompok kata “penebusan”
bukan saja untuk pene- busan dosa (Rom. 3:24; Ef. 1:7; Kol. 1:14;
Tit. 2:14) tapi juga pembe- basan dari kemtian dengan kebangkitan
PembebasanNya (Rom. 8:23; mungkin juga Ef. 1:14; 4:30).
dari kematian, Karena itu teks yg berbicara tentang Kristus “ditebus”
mewakili orang (dibebask- an dari kematian dengan kebangkitan), bukan teks yg
percaya yg secara
posisi ada “di dalam
bermasalah. PembebasanNya dari kematian, mewakili orang
Dia.” percaya yg secara posisi ada “di dalam Dia.” Semua sifat Kristus yg
ada di 1 Kor. 1:30 juga merupakan sifat yg dimiliki orang kudus
karena identifikasi de- ngan Kristus. Kekudusan (hagiamos) yg ada
di ayat ini, pertama kali muncul di 1 Kor. 1:2, “jemaat Allah di
Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan [hegiasmenois] dalam
Kristus Yesus.” Ada yg memberik- an argumen, “kekudusan” (atau
pengudusan / sanctification) adalah kekudusan nyata, yg secara
progresif dikerjakan orang percaya di masa kini, bukan
pemberian, atau kenyataan posisi (di dalam Kris- tus). Demikian
pula dengan “hikmat” dan “penebusan.” Jika demi- kian halnya,
maka parallelnya, “kebenaran,” juga dikerjakan secara progresif,
kebukan “kebenaran” sempurna Kristus. Tapi penggunaan perfect
tense di 1 Kor. 1:2, memperlihatkan tindakan yg telah selesai,
dengan efek yg terasa sampai masa kini. Ke-2 ayat ini berbicara
ten- tang posisi orang percaya “di dalam Kristus,” di 1 Kor. 1:2
dikatakan orang kudus telah menerima kekudusan secara lengkap,
walupun ti- ap individu masih berdosa, seperti yg dijelaskan di
keseluruhan surat 1 Korintus.
Karena itu lebih natural untuk melihat “kekudusan” di 1 Kor. 1:30
sebagai kekudusan penuh orang percaya karena Kristus sempurna di
dalam kekudusan, dan posisi orang percaya “di dalam Dia”
menja- dikan mereka sepenuhnya kudus. Karena itu penebusan
(pembebas- an) dan hikmat dan kebenaran harus dilihat seperti ini.
Faktanya, ha- giazo, kata kerja dari “kekudusan,” muncul di 1 Kor.
6:11 bersamaan dikaioo, kata kerja dari “kebenaran,” keduanya
merupakan referen- si tindakan lengkap bagi orang kudus: “Tetapi
kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan,
kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam
Roh Allah kita.” Kesem-
purnaan ini hanya ditemukan di ciptaan baru, dan karena Kristus
telah menobatkan “kekudusan” lengkap ini, maka hal ini diberikan
kepada orang percaya, walaupun orang percaya belum mencapai ke-
kudusan sempurna.
Pengertian orang percaya dinyatakan dengan sifat 2 Kristus ini, di-
perkuat dengan bagian pertama 1 Kor. 1:30, hal ini dikerjakan “oleh
Dia [Allah]” (ex autou, “karena Dia” atau “dari Dia”), maka
mereka “kamu berada dalam Kristus Yesus.” Dan karena posisi
mereka ada “di dalam” Dia, maka sifat2 -Nya yg sempura didaftar
sebagai sifat2 mereka. Pernyataan Allah yg menyebabkan hal ini
terjadi, berkaitan dengan bagian sebelumnya tentang pemilihan di
1:26-28. Jadi mere- ka tidak bermegah akan kemampuan diri sendiri
tapi “bermegah di dalam Tuhan” (29, 31), karena posisi mereka yg
ada di dalam Kristus yg membuat mereka mendapatkan
kesempurnaan sifat2 Kristus.

12.1.3 Pengharapan Ketaatan Adam dan Aplikasinya di Kristus

Kej. 1:28 merupakan latar berlakang dari karya pembenaran Kristus.


Mandat di Kej. 1:28 memiliki unsur ini:
1. Allah memberkati mereka;
2. untuk beranak-cucu dan bertambah banyak;
3. memenuhi bumi;
4. menaklukan bumi;
5. dan memerintah seluruh bumi.
Tampaknya Allah mencipta Adam di dalam “gambar” dan “rupa”
Allah, untuk memampukan Adam melaksanakan mandat ini.
Seba- gai penyandang gambar Allah, Adam harus mencerminkan
karakter Allah, termasuk kemuliaan ilahi-Nya. Bersamaan dengan
larangan Kej. 2:16-17, esensi mandat adalah menaklukan dan
memerintah bu- mi dan memenuhi bumi dengan kemuliaan Allah,
terutama dengan keturunan yg menyandang gambar Allah. Upah
dari ketaatan adalah hidup jasmani dan rohani kekal, yg akan
dinikmati di alam semesta yg tak bisa rusak, yg bebas dari ancaman
dosa dan kejahatan.
Tapi Adam tidak berhasil melaksanakan mandat ini. Kemudian tu-
gas ini diwariskan ke tokoh lain yg seperti Adam (Nuh, nenek mo-
yang, Israel), tapi semuanya gagal melaksanakan mandat ini. Tapi
dimulai dengan nenek moyang Israel, mandat ini disertai janji ten-
tang “benih” yg akan menjadi berkat bagi bangsa 2, indikasi mandat
ini akan digenapi di masa yg akan datang oleh benih ini. Kegagal-
an berlanjut sampai bangkitnya benih ini, “Adam terakhir,” yg akan
menggenapi mandat ini, demi umat manusia.
Sejak Abraham, pengulangan mandat Adam diberikan dalam ben-
tuk janji tentang tindakan positif atau perintah yg menghasilkan ke-
taatan positif. Baik janji maupun perintah, adalah tentang benih yg
secara positif “bertambah banyak,” “menyebar,” menaklukkan dan
memiliki / mewarisi. Dengan latar belakang ini, adalah hal yg aneh
jika penulis PB tidak pernah berbicara tentang Adam terakhir, Ye-
sus Kristus, dalam istilah positif. Penulis PB memperlihatkan bagian
dari ketaatan Kristus atas mandat Adam ini dalam ketaatanNya sam-
pai mati. Hal ini dikatakan oleh Rom. 5:12–17; Fil. 2:5–11; Ibr. 2:6–10.
Yesus bukan saja taat seperti yg seharusnya dilakukan Adam: Dia
melakukan yg lebih besar, taat sampai mati, demi umatNya, di jalan
menuju kemenangan besar di kebangkitan dan pemuliaan.
Memang Paulus lebih sering berbicara ketaatan pasif Kristus sam-
pai kepada kematianNya dibandingkan ketaatan aktif Kristus di
da- lam penebusan. Walaupun demikian ada catatan PB tentang
Yesus sebagai Adam terakhir tanpa referensi kematianNya, tapi Dia
dilihat telah melakukan tindakan yg seharusnya dilakukan Adam.
Misalnya, di pencobaan di padang gurun (Mat. 4:1–11; Luk. 4:1–13),
Kristus ada- lah Adam terakhir dan Israel sejati, yg taat di titik
Adam dan Israel tidak taat.
Demikian pula, kadang2 Paulus menggambarkan Kristus sebagai
Adam terakhir yg menang dan mendapat upah kemuliaan dan kera-
jaan yg tak akan berakhir, tampaknya sebagai hasil ketaatan
seperti yg diharapkan dari Adam pertama, terutama dalam hal
menaklukk- an dan memiliki. Di 1 Kor. 15:27 dan Ef. 1:22, Paulus
berkata bahwa Kristus telah menggenapi gambaran ideal Mz. 8:6:
“Sebab segala se- suatu telah ditaklukkan-Nya [Allah] di bawah
kaki-Nya [Kristus].” Kalimat penutup Ef. 1:23, “Dia, yang
memenuhi semua dan segala sesuatu” diterapkan kepada Kristus,
gema dari “memenuhi bumi” dari Kej. 1:28, mandat awal bagi
Adam. Di 1 Kor. 15:45, Paulus seca- ra eksplisit menyebut Kristus
sebagai “Adam terakhir,” yg menerima peningkatan berkat yg gagal
didapatkan Adam pertama. Baik ayat2 1 Korintus maupun Efesus
mengidentifikasi orang percaya dengan berkat ketidakbinasaan
Kristus (1 Kor. 15:49-57) atau posisiNya yg menaklukkan segala
sesuatu (Ef. 2:5-6). Implikasi yg sama ada di Ibr. 2:6-17, walaupun
penekanannya adalah kematian Kristus (cf. Ibr. 2:9: “dimahkotai
dengan kemuliaan dan hormat”).
Paulus melihat Kristus telah menggenapi mandat Adam di Mz. 8;
Paulus percaya Kristus dengan sempurna telah menaklukkan,
meme- rintah, menghasilkan keturunan rohani (walapun tak
disebut di Mz. 8), dan memenuhi bumi dengan kemuliaan Allah.
Ketaatan Kristus menghasilkan berkat posisi yg mulia, yg
seharusnya diterima Adam yg pertama. Orang percaya yg
diidentifikasi bersama Kristus, mene- rima juga ketaatan positif
Kristus, dan menerima berkat posisi mulia yg diterima Kristus.
12.2 pem B e NA r A N (justifi caton) DAN kem A t I AN DAN ke BANG k I t A N 18
9
12.2 pem B e NA r AN (justifi caton) DAN kem A t IAN DAN ke BANG -
k I tA N

Di bagian ini akan dibahas natur eskatlogis pembenaran. Bagian ini


bukan pembahasan lengkap tentang natur pembenaran secara
umum, tapi pembahasan kematian dan kebangkitan eskatologis
Kristus, yg membantu kita mengerti “inaugurated eschatological
phase” (tahap es- katologis awal) dan “consummated eschatological
phase” (tahap pengge- napan eskatologis penuh) dari pembenaran
(justification).

12.2.1 Tahap Eskatologis Awal Pembenaran

Kristus sebagai Adam terakhir yg sudah bangkit, memberi indikasi


bahwa ciptaan baru sudah masuk ke zaman lama ciptaan yg sudah
jatuh. Kebenaran penuh hanya bisa didapat manusia di ciptaan baru
yg kekal. Hal ini telah dimulai di Kristus, dan karena umat diwakili-
Nya, maka umatNya pun bisa mendapatkan kebenaran penuh ini.

12.2.1.1 Salib Memulai Penghakiman Eskatologis


Sisi lain dari pembenaran eskatologis yg diberikan karena Kristus
menjadi wakil umatNya adalah penghakiman akhir telah masuk
ke masa kini di saat Kristus disalib. Hal ini dinyatakan dalam
Rom. 3:21–26:
21 Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran
Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam
Kitab Ta- urat dan Kitab-kitab para nabi, 22 yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi
semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.
23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, 24 dan oleh kasih karunia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan
dalam Kristus Yesus. 25 Kristus Yesus telah ditentukan
Allah menjadi jalan penda- maian karena iman, dalam
darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan
keadilan-Nya, karena Ia telah mem- biarkan dosa-dosa
yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 26
Maksud-Nya ialah untuk menunjukk- an keadilan-Nya
pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga
membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Allah “pada masa kesabaran-Nya” telah “membiarkan dosa-dosa


yang telah terjadi dahulu,” dosa ini, menurut PL dan Yudaisme, akan
di- hukum di pengadilan akhir. Tapi pengadilan akhir ini telah dimu-
lai di saat Mesias dihukum mati sebagai wakil dari umatNya (Rom.
3:25) di depan tatapan mata dunia, hal ini memperlihatkan walau-
pun penghakiman ditunda untuk sementara waktu, Allah tetap akan
menghukum dosa dan memperlihatkan Dia itu benar. Hal ini
benar, walaupun Yesus mati untuk orang percaya (ayat 22, 26). Jadi
pengadil- an akhir telah dimulai di Kristus, tapi nanti akan ada
penggenapan penuhnya, pada saat orang tidak percaya dihakimi
di akhir zaman, sesaat sebelum didirikannya ciptaan baru. Karena
itu, penghakiman akhir ini mengejutkan “seluruh dunia” yg “jatuh
ke bawah hukuman Allah” karena dosa mereka (3:19): dosa orang
percaya dihakimi terle- bih dulu di dalam kematian Kristus di abad
pertama, dan orang tidak percaya akan menderita di penghakiman
akhir di klimaks sejarah.
Konfirmasi lebih lanjut di Rom. 3 terlihat di inclusio bahasa akhir
zaman yg menjadi pagar ayat 21-26. Ayat 21 dimulai dengan
“seka- rang” (nuni), dan ayat 26 memuat kata yg sama dalam
bentuk yg diperpanjang, “pada masa ini” (to nun kairo).
“Sekarang” yg perta- ma di ayat 21 menjelaskan “kebenaran Allah”
yg telah “dinyatakan,” sebelumnya sudah disaksikan oleh PL,
sebuah indikasi bahwa kebe- naran ini bagian dari penggenapan
nubuat eskatologis. “Sekarang” merupakan indikasi dimulainya
penggenapan pengharapan eskato- logis hari2 terakhir. Demikian
pula, “pada masa ini” di ayat 26 ber-
hubungan dengan klimaks pernyataan kebenaran Allah yg bertolak
belakang dengan sejarah keselamatan masa lalu, ketika Allah “mem-
biarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-
Nya.”
Walaupun ada penggunaan lain kata “sekarang” di PB, di tulisan
Paulus dan tulisan PB lainnya, “sekarang” sering digunakan dalam
pengertian eskatologis, menandai awal zaman baru, yg bertolak
bela- kang dengan masa lalu. Paulus memakai kombinasi “sekarang”
dan “waktu” sebanyak 6x, kebanyakan berhubungan dengan
konteks hari terakhir.

12.2.1.2 Pembenaran dan Penebusan Kristus di Salib


Bagian ini akan membahas Rom. 3:21-26, khususnya referensi “pene-
busan” dan “jalan pendamaian” di ayat 24-25 dalam
hubungannya dengan “dibenarkan” di ayat 24:

... telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena


penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman,
dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan
keadilan-Nya, ka- rena Ia telah membiarkan dosa-dosa
yang telah terjadi da- hulu pada masa kesabaran-Nya.

Pertama, perlu dilihat konteks sebelumnya. Rom. 1:18-3:8 memberi


argumen sampai pada kesimpulan baik orang Yahudi maupun
non- Yahudi “ada di bawah kuasa dosa” (3:9), dan “tidak seorangpun
yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan
hukum Taurat” (3:20), karena “justru oleh hukum Taurat orang
mengenal do- sa” (3:20), bukan kebenaran. Kesimpulannya adalah
“seluruh dunia
jatuh ke bawah hukuman Allah” (3:19). Sebaliknya (“tetapi sekarang,”
3:21), seperti yg telah dinubuatkan PL, “tanpa hukum Taurat kebenar-
an Allah telah dinyatakan.” Kebenaran datang “karena iman
dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya” (3:22).
Kebenaran ha- rus didapat melalui iman kepada Yesus Kristus,
karena usaha ma- nusia tidak bisa memenuhi tuntutan hukum:
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah” (3:23). Wa- laupun demikian, Rom. 3:24
menegaskan bahwa orang berdosa ini masih bisa “dibenarkan
dengan cuma-cuma” oleh “kasih karunia.” Penggunaan kata
“dibenarkan” (dikaioo) dibentuk oleh latar belakang PL, khususnya
LXX, memiliki pengertian “dinyatakan benar” bukan “dibuat benar”
(etika). Keseluruhan konteks sebelumnya, mulai da- ri 1:17 sampai
pada klimaksnya di 3:20, menegaskan umat manusia ada di bawah
hukuman dan layak menerima murka Allah karena dosa mereka.
Karena itu kata “dibenarkan” di 3:24 berhubungan de- ngan vonis
hukuman dan murka, dan orang percaya di dalam Kris- tus
sekarang dinyatakan benar secara hukum, dan tidak lagi ada di
bawah hukuman. Pengertian hukum ini dikuatkan pernyataan yg se-
rupa “dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya” (4:6 [so
also 4:3, 5, 9–11, 22–24]).
Konsekuensinya, “pembenaran” adalah istilah hukum, khususnya
di Rom. 3:25. Karena itu, Paulus berkata di 3:19-24 bahwa orang ber-
dosa yg ada di bawah hukuman “dinyatakan” (bukan “dibuat”) benar
melalui iman di dalam Yesus Kristus. Pembenaran di 3:24 adalah “ha-
diah” (“cuma-cuma”) dan diterapkan “oleh kasih karunia [Allah].”
Jadi orang yg dibenarkan, tidak memberikan sumbangsih apapun ju-
ga untuk pembenaran ini, mereka menerimanya secara pasif melalui
iman (Rom. 4:16; 9:16; Eph. 2:8–9). Alasan pembenaran tidak ada
di diri mereka, tapi ada di kasih karunia Allah. Kristus menerima
hu- kuman mati supaya orang percaya menjadi tak bersalah dan tak
layak dihukum, dan kebenaran Kristus diperhitungkan bagi mereka.
“Penebusan” di Roma 3:24
Di sisa Rom. 3:24 dan Rom. 3:25, Paulus menjelaskan jalan menu-
ju pembenaran: melalui “penebusan” dan “jalan perdamaian.” Perta-
ma, Paulus berkata “dibenarkan” datang melalui “penebusan dalam
Kristus Yesus.” Kata “penebusan” (apolutrosis) artinya “pembebasan”
atau “pembebasan dengan membayar harga.” Ada penafsir yg lebih
suka pengertian pertama, karena pembebasan Israel dari perbudak-
an Mesir tidak membayar harga. Selain itu, LXX biasanya tidak me-
makai pengertian “penebusan dengan membayar harga.” Terlebih
la- gi, di tempat lain di PB, tidak ada pengertian “pembebasan
dengan membayar harga” atau “membayar tebusan.”
Tapi penafsir lain memilih “pembebasan dengan membayar har-
ga” yg jelas ada di pikiran Paulus. Pertama, “pembebasan dengan
membayar harga” konsisten dengan pengertian kata lytron
(“penebus- an” atau “harga tebusan”) di Hellenistic Greek. Kedua,
“pembebasan
dengan membayar harga” terlihat dari pengamatan bahwa
manusia menerima pembenaran dengan “cuma-cuma” (mereka tidak
memba- yar sendiri), tapi hal ini dilanjutkan dengan harga yg
harus dibayar pihak lain (Kristus). Ketiga, bahkan pembebasan di
Keluaran harus bayar harga darah domba Paskah, yg menjadi
bayang2 darah Kris- tus. Paulus memikirkan hal ini, misalnya di 1
Kor. 5:7 dia berkata, “anak domba Paskah kita juga telah
disembelih, yaitu Kristus,” hal ini masih ada di pikiran Paulus
ketika dia melanjutkannya di 1 Kor. 6:20, “kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar.” Demiki- an pula 1 Pet. 1:18-19 jelas
menghubungkan pembebasan Keluaran dengan darah Kristus, yg
menjadi harga tebusan bagi orang percaya: “Sebab kamu tahu,
bahwa kamu telah ditebus [lutroo] dari cara hidu- pmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang
yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, me- lainkan
dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti
darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”
Keempat, bukti lain ditemukan di 1 Tim. 2:6. Kristus “telah menye-
rahkan diri-Nya sebagai tebusan [antilutron] bagi semua manusia,”
di sini ada konsep harga yg harus dibayar. Harganya adalah kemati-
an Kristus. Ayat ini adalah pengembangan Mark. 10:45 (= Mat. 20:28):
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang.” Mark. 10”45 menyinggung Yes. 53:12 (“ia
telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut ... ia menanggung
dosa ba- nyak orang”), juga menjadi gema Yes. 53:10-12. Paulus
sadar akan latar belakang Yesaya ini ketika dia mengembangkan
teks Markus (atau tradisi di balik Markus). Di sepanjang Yes. 53,
Hamba mende- rita dan memberikan dirinya sebagai korban
pengganti dosa Israel, untuk menebus dan membenarkan Israel.
Karena itu, Kristus yg me- layani di Mark. 10:45, tampaknya
merupakan gema dari tokoh Ham- ba di Yes. 53:11, demikian pula 1
Tim. 2:6.
Ketika “penebusan” (apolutrosis) digunakan di tempat lain,
biasa- nya dikaitkan dengan darah Kristus (“oleh darah-Nya kita
beroleh penebusan” [Ef. 1:7]) atau pengampuanNya. Kol. 1:14 juga
mencer- minkan latar belakang pembebasan Israel dari Mesir. Bila
dihubungk- an dengan penggunaan di 1 Kor. 6; 1 Pet. 1; 1 Tim. 2,
maka penggu- naannya di Ef. 1 dan Kol. 1 tampaknya ada
referensi darah Kristus sebagai harga tebusan.
Karena itu, tampaknya frasa “dibenarkan ... karena penebusan da-
lam Kristus Yesus” di Rom. 3:24 merupakan referensi kematian Kris-
tus sebagai harga yg harus dibayar untuk membebaskan orang perca-
ya dari hukuman Allah. Hal ini diperkuat frasa sesudahnya, “Kristus
Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman,
dalam darah-Nya.”
Kristus sebagai “Takhta Belas Kasihan” di Rom. 3:25
Frasa “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan penda-
maian [hilasterion] karena iman, dalam darah-Nya” penting untuk bi-
sa mengerti natur penebusan dan pembenaran. Kata hilasterion telah
diperdebatkan di sepanjang abad 20. Ada penafsir yg melihat pe-
ngertian “propitiation”: pengampunan hukuman dosa dengan cara
pihak lain menjadi pengganti yg menerima hukuman (KJV, NASB,
ESV, HCSB). Penafsir lain memilih “expiation”: pengampunan de-
ngan cara membuang dosa melalui kematian dosa, tapi tanpa pe-
ngertian pengganti penerima hukuman, tapi juga tanpa penjelasan
mengapa dosa bisa dibuang (RSV). NET memakai kata “mercy seat”
(“takhta belas kasihan”). Beberapa Alkitab memakai terjemahan am-
bigu “sacrifice of atonement” (NRSV, NIV) atau “sacrifice for reconci-
liation” (NJB). Tampaknya “mercy seat” merupakan pilihan terbaik,
istilah ini dipakai untuk tutup emas dari Tabut Perjanjian. Ini adalah
pengertian dari penggunaan lainnya hilasterionin di Ibr. 9:5. Di LXX,
kata ini muncul 28x dan selalu menjadi referensi bagi tutup Tabut
Perjanjian - yaitu “mercy seat” (“takhta belas kasihan”).
Paulus membuat referensi takhta belas kasihan di ruang
Mahaku- dus, karena dia berkata bahwa kebenaran yg diberitakannya
telah “di- saksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi”
(Rom. 3:21). Jadi latar belakang hilasterion harus ditemukan di “Kitab
Taurat dan Kitab-kitab para nabi” bukan penggunaan kata ini oleh
orang kafir, pemberian untuk mendapat (“propitiate”) berkat dewa.
Di takhta be- las kasihan ini, darah dipercik oleh imam besar 1
tahun 1x di Hari Penebusan. Karena itu perlu dianalisa
penggunaannya di Im. 16, 39, tentang takhta belas kasihan dan
kurban di Hari Penebusan, yg ber- kisa di kata Ibrani dari
“menebus, membuat tebusan” (kipper, “atone, make atonement”)
dan kata bendanya “tebusan” (koper, “ransom”), dan “takhta belas
kasihan” masuk di dalam kelompok kata ini (hilas- terion = kapporet,
“mercy seat”).
Hubungan erat “menebus, membuat tebusan” dan “takhta belas
kasihan” muncul di Im. 16:11-19, Harun “memercikan darah” di “ta-
khta belas kasihan” untuk “membuat tebusan” bagi “dirinya dan ke-
luarganya” dan juga “anak2 Israel.” Penebusan ini dikatakan
untuk “tempat kudus,” “kemah pertemuan,” dan “mezbah” (16-18),
walau- pun yg terakhir ada di luar ruang Mahakudus. Penebusan ini
memili- ki efek pengudusan. Asumsinya, dosa manusia mencemari
(membu- at tak berfungsi) Bait Allah. Demikian pula di Yhz. 43:14-
27, “takhta belas kasihan” muncul 5x, dan “membuat tebusan” 1x.
Penebusan didapat dengan memercikan darah di mezbah (dan
juga di takhta belas kasihan), sehingga mezbah menjadi tahir (43:20,
22–23, 26) dan kudus (43:26).
Makna kata Ibrani kipper (“menebus, membuat tebusan”, “atone,
make atonement”) diperdebatkan. Ada yg memilih “tebusan” (“ran-
som”), harga yg harus dibayar pihak yg bersalah bagi pihak yg diru-
gikan, untuk mendamaikan pihak yg dirugikan ini, sehingga relasi
dipulihkan. Ada yg memilih “memurnikan” (“purify”), berdasarkan
efek mentahirkan (misalnya Im. 16:33a; Yhz. 43:20–26). Kenyataannya,
di semua konteks sulit untuk memilih satu di antara 2 kemungkinan
ini. Mengapa kata ini muncul di 2 konteks yg berbeda, di
keadaan najis (tanpa dosa) dan di dosa yg tak disengaja? Jawaban
singkatnya, baik najis maupun dosa memiliki kesamaan: keduanya
berbahaya (se- hingga butuh tebusan) dan keduanya mencemari
(sehingga butuh pemurnian). Kata kipper muncul di sini karena
butuh kopper, darah kurban yg menebus dan memurnikan.
Karena itu, takhta belas kasihan (kapporet) adalah tempat penebus-
an. Di tempat ini hukuman dilaksanakan (diganti / disubstitusi
de- ngan darah kurban) dan pembersihan terjadi melalui darah.
Allah hadir di atas takhta belas kasihan ini, dan Dia menerima 2 sisi
pene- busan ini. Jelas penebusan ini memiliki efek pengudusan,
karena me- nurut Im. 16:16-18, penebusan dilakukan untuk “ruang
Mahakudus,” dan “kemah pertemuan” (juga 16:33). Tapi
penebusan juga dilakuk- an untuk Harun, keluarganya, dan Israel
(11-15, 33). Bahkan kambing “mengangkut segala kesalahan Israel”
dan dilepaskan di padang gu- run (21-22) merupakan cermin dari
darah kambing lainnya yg dicu- rahkan di takhta belas kasihan
ini, mengandung pengertian tokoh kurban pengganti, yg
menanggung hukuman Israel.
Bagaimana latar belakang ini membantu pengertian Rom. 3:25? Pi-
lihan makna penebusan PL di takhta belas kasihan adalah “tebusan”
dan “pemurnian,” dengan efek “pengudusan.” Apakah Paulus me-
mikirkan semua makna ini? Konteks Rom. 3:25 bukan pemurnian
atau pengudusan, tapi umat manusia yg layak menerima murka dan
hukuman Allah. Jadi Paulus menarik pengertian darah kurban peng-
ganti hukuman di takhta belas kasihan (disebutkannya darah Kristus
di Rom. 3:25 sesuai dengah hal ini). Kristus ada di tempat murka
Allah dicurahkan ke atas manusia yg berdosa, yg layak menerima
hukuman. Hal yg dilakukan secara tersembunyi di ruang
Mahaku- dus, sekarang diperlihatkan kepada semua orang. Bagian
Bati Allah, takhta belas kasihan, sekarang diidentifikasi menjadi
Yesus, permu- laan Bait Allah eskatologis. Demikian pula kurban,
yg darahnya di- curahkan di atas takhta belas kasihan, merujuk
ke kurban yg lebih besar yaitu Kristus. Allah hadir di atas takhta
belas kasihan, seka- rang Dia hadir di Bait Allah yg baru ini. Hal ini
sesuai dengan tujuan kurban Imamat, yg membuat Israel
dikhususkan untuk Allah (Kel. 19:5-6) sehingga Allah bisa diam di
Kemah Suci di tengah mereka (Kel. 29:38–46).

12.2.2 Kebangkitan Kristus yg Memulai Pembenaran Eskatologis

Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa akhir zaman, Dia yg


sebe- lumnya divonis bersalah oleh pengadilan dunia, sekarang
dibenark- an (“vindicated” / “justified”), mendapat vonis tak
bersalah di pe-
ngadilan akhir. Pembenaran umat Allah, yg dituduh oleh dunia, juga
akan terjadi di eschaton, tapi jadwalnya dimajukan ke kebangkitan
Kristus. Semua orang percaya di dalam Kristus diidentifikasi bersa-
ma kebangkitanNya yg menyatakan Dia itu benar, dan orang percaya
juga dinyatakan benar.
1 Timotius 3:16
Pembenaran Kristus muncul di 1 Tim. 3:16

Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia,


yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, di-
benarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepa-
da malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-
bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di
dalam du- nia, diangkat dalam kemuliaan."

Frasa “dibenarkan dalam Roh” adalah catatan tentang Roh yg mem-


bangkitkan Kristus dari kematian (Rom. 1:4), merupakan
pembenar- an dari vonis bersalah yg diberikan oleh pengdilan
manusia yg ber- dosa, dan pernyataan kebenaranNya. Geerhardus
Vos berkata,

Christ’s resurrection was the de facto declaration of


God in regard to his being just. His quickening bears in
itself the testimony of his justification. God, through
suspen- ding the forces of death operating on Him,
declared that the ultimate, the supreme consequence of
sin had reached its termination. In other words,
resurrection had annulled the sentence of
condemnation.

Kisah 17:31
Kisah 17:31 memberikan pernyataan yg mirip: “Karena Ia telah me-
netapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan
meng- hakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal
itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Bukti bahwa
Allah pas- ti akan menghakimi dunia di hari terakhir oleh seorang
yg ditunjuk- Nya adalah orang ini sudah dibangkitkan dari
kematian. Logikanya, kebangkitan Kristus telah menunjukan Dia
itu adil, karena itu bisa melaksanakan keadilan di penghakiman
terakhir.
Yesaya 50
Pembenaran esktalogis oleh Allah atas vonis tak adil
sebelumnya telah muncul di Yesaya. Misalnya, Nyanyian Hamba di
Yes. 50 meng- gambarkan tokoh Hamba taat kepada panggilan
Allah untuk men- derita penganiayaan yg tak adil (4-6) dan
tuduhan yg tak adil (8-9), nanti Dia akan dibenarkan oleh Allah (7-
11) dan akan terlihat sebagai tokoh dengan kebenaran sejati. Dalam
hal ini, ayat 8-9 menegaskan, “Dia yang menyatakan aku benar
[dikaioo] telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? ...
siapakah yang berani menyatakan
aku bersalah?” Allah menolong tokoh Hamba (7, 9) untuk memba-
likkan tuduhan bersalah, jadi membenarkan Hamba-Nya di hari 2 ter-
akhir.
Yesaya 53
Hamba yg Menderita di Yesaya 53 memberikan pengajaran yg
sa- ma, di versi LXX dinyatakan bahwa Allah akan “membenarkan
[di- kaioo] orang yg benar [Hamba]” dari pengaiayaan hukum yg
salah yg dideritaNya (cf. 11 dan 7–9, 12), memperlihatkan Dia
benar ab- solut. Pembenaran terdiri dari menyebabkan Hamba
menikmati ke- menangan bahkan setelah kematianNya (10–12; e.g.,
12a: “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang
besar sebagai ram-
pasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan”).
Walaupun dia akan mati (5, 8–9), dia akan mendapat
kemenangan ini, termasuk melihat hidup setelah kematian yg
menyakitkan: “ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut,
... ia akan melihat terang dan menjadi puas” (10–11). Walaupun
bagian ini tidak dikutip PB, tampaknya kemenangan kebangkitan ini
diterapkan kepada Kris- tus di sepanjang PB. Karena di bagian lain
di Yesaya dikatakan Roh yg memampukan Hamba melayani (11:2;
42:1; 48:16; 61:1), karena itu cukup masuk akal untuk berpikir bahwa
Roh memegang peran kunci dalam pembenaran pelayananNya.
Semuanya mirip dengan 1 Tim. 3:16. Tampaknya 1 Tim. 3:16
me- nyinggung Yes. 53:11 (LXX, atau Yes. 50:8), Yesaya adalah
pendahulu Paulus, dalam pemikiran “pembenaran” Mesias terdiri
setidaknya hi- dup setelah kematian.
Makna Dikaioo
Di bagian sebelumnya dibahas “pembenaran” (dikaioo) dalam hu-
bungannya dengan kematian Kristus di Rom. 3:24-25. Di bagian ini
akan dibahas makna kata ini dalam hubungannya dengan
kebangkit- an Kristus. Lexicon memberikan makna ini:
1. Melakukan proses hukum, memperlihatkan keadilan,
melakuk- an keadilan.

2. Memberikan vonis yg menguntungkan, vonis benar.

3. Menyebabkan seseorang dibebaskan dari tuntutan, tidak lagi


dianggap bersalah, dibebaskan, murni.

4. Memperlihatkan kebenaran moral, dibuktikan benar.


Semua penggunaan Paulus bisa direduksi menjadi “pembenaran” atau
“dinyatakan benar,” keduanya merupakan vonis yg baik,
mencakup ke-4 pengertian di atas. Terjemahan ini bisa
diaplikasikan kepada Kristus 1 Tim. 3:16 dan orang percaya.
Perbedaannya adalah kebang- kitan menyatakan Kristus tak bersalah,
jadi menjungkirbalikan vonis pengadilan manusia. Tapi orang
percaya, memang mendapat kepu- tusan adail dalam vonis
bersalah, sehingga harus dihukum mati, ta- pi mereka dibenarkan
karena karya Kristus, dinyatakan tak bersalah
12.3 ke BANG k I t A N DA N pem B e NA r AN DI pe NGG e NA pAN pe NU h esk A tolo G IS 19
7
dan benar karena Dia sudah menderita hukuman mati, dan membe-
rikan kebenaranNya, yg telah dibenarkan melalui kebangkitanNya.
Romans 4:25
Hubungan antara orang percaya dan kebangkitan Kristus yg “mem-
benarkan” terlihat di Rom. 4:25:

yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena [dia] pelang-


garan kita dan dibangkitkan karena [dia] pembenaran ki-
ta.

Ada penafsir yg mengerti ke-2 penggunaan kata dia ini identik (“ka-
rena”), ada penafsir lain yg mengerti dia pertama sebagai hubungan
sebab-akibat (“karena”) dan dia ke-2 sebagai purposive (“demi”).
Ada penafsir yg menyarankan, kebangkitan Kristus disebut setelah
kema- tianNya bagi dosa manusia, karena kebangkitan merupakan
konfir- masi atas kematian bagi orang berdosa telah berlangsung
efektif, ka- rena Dia sendiri tidak terikat oleh hukuman mati.
Walaupun bagian terakhir dari ayat ini diperdebatkan, tampaknya
Richard Gaffin memberikan penjelasan yg paling meyakinkan. Solusi
bagi parallelisme Paulus ini adalah konteks teologi Paulus yg lebih
luas. Yesus mati “karena pelanggaran kita” merupakan identifikasi
Dia dengan orang percaya dalam hukuman atas pelanggaran. Kare-
na itu, kebangkitan Kristus “karena pembenaran kita” merupakan
identifikasi Dia dengan vonis benar bagi orang percaya, untuk me-
negakkan kebenaran. Tapi apa makna terperinci dari menegakkan
kebenaran? Gaffin menjawab, kebangkitan Yesus merupakan fokus
solidaritas-Nya dengan orang kudus dalam pembenaran. Dia berka-
ta, “asumsi yg mengejutkan di Rom. 4:25b adalah kebangkitan Yesus
adalah pembenaranNya.” Karena itu orang percaya diidentifikasi
ber- sama kebangkitan Kristus, yg membenarkan Dia, mereka juga
dibe- narkan dan dinyatakan benar seperti Dia.

12.3 ke BANG k I t AN DAN pem B e NA r AN DI pe NGG e NA p AN pe NU h


esk A tolo GIS

Pengertian pembenaran orang percaya harus dikaitkan dengan ke-


bangkitan mereka di akhir zaman. Ini adalah aspek “not yet” dari
pembenaran orang Kristen, yg baru akan terjadi di masa yg akan da-
tang.

12.3.1 Kebangkitan sebagai Pembenaran Orang Kudus

Umat Allah dibenarkan dari vonis bersalah, karena mereka percaya


kepada Kristus di masa kini sampai ke kedatangan Kristus yg ke-2x-
nya.
12.3.1.1 Pembenaran Orang Percaya adalah Keputusan Terakhir
Di satu sisi pembenaran orang percaya adalah keputusan terakhir.
Pe- ngertiannya, dari sudut pandang Allah, orang percaya
dinyatakan tak bersalah, karena Kristus sudah menderita hukuman
bagi dosa mere- ka. Demikian pula, mereka dinyatakan benar,
karena Kristus yg men- jadi wakil mereka dinyatakan benar melalui
kebangkitanNya. Kon- sekuensinya, mereka dinyatakan memiliki
kebenaran yg sama (oleh imputation / attribution) yg dimiliki Kristus
di sepanjang hidupNya dan sekarang masih dimilikiNya.

12.3.1.2 Pembenaran Orang Percaya Belum Lengkap


Di sisi lain, pembenaran ini belum lengkap, karena dunia tidak
meng- enali pembenaran Allah bagi umatNya. Seperti yg dilakukan
kepada Kristus, dunia menghakimi orang kudus dan memberi vonis
bersa- lah, yg dinyatakan dalam bentuk penganiayaan. Seperti yg
terjadi dengan Kristus, demikian pula terjadi dengan pengikutNya:
kebang- kitan akhir akan membenarkan kebenaran iman mereka
dan membe- ri konfirmasi ketaatan mereka, yg lahir dari iman.
Walaupun Allah menyatakan mereka benar, dunia terus menyatakan
mereka bersalah. Kebangkitan tubuh memberi bukti yg tak bisa
dibantah tentang ke- absahan iman mereka.
Tentu saja pembenaran orang percaya berbeda dengan
pembenarn Kristus: mereka adalah orang berdosa, pembenaran
bukan pembela- an atas kebenaran yg ada di dalam diri mereka, tapi
pembenaran identifikasi bersama Kristus, dan pembenaran karya yg
bisa mereka lakukan di dalam Roh, yg walaupun tak sempurna,
merupakan tin- dakan yg lahir dari iman, bukan tindakan jahat
seperti yg dihakimi dunia.
Roma 5:18b
Hubungan pembenaran orang kudus dan kebangkitan dinyatakan
di Rom. 5:18b, “oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh
pembenaran untuk hidup.” Mereka yg dibenarkan akan menerima
hidup kebangkitan, yg telah dimulai secara rohani di masa kini (Rom.
8:6, 10–11) dan akan menjadi lengkap di kebangkitan tubuh di masa
yg akan datang (Rom. 8:11, 13, 23). Kebangkitan membenarkan iman
dan ketaatan kepada Kristus, dan memperlihatkan dunia salah.
Roma 1:4; 8:14–23
Menurut Rom. 1:4, “dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari anta-
ra orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus
Kristus Tuhan kita.” Walaupun Yesus Kristus sejak awal sudah
memi- liki status Anak Allah, kebangkitan menjadi tanda
permulaan zam- an eskatologis. Kisah 13:27–41 memberi indikasi
kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Dia adalah “Anak” Allah
dan mebalikan vonis bersalah atas Dia, termasuk penolakan untuk
mengaku Dia sebagai Anak Allah. “Penduduk Yerusalem dan
pemimpin-pemimpinnya ti-
dak mengakui Yesus” dan “menjatuhkan hukuman mati atas Dia”
(Kisah 13:27). Vonis yg tak adil ini, dijungkirbalikan Allah dengan
“membangkitkan Dia dari antara orang mati” menggenapi Mz.
2:7, “Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari
ini” (Kisah 13:33). Kebangkitan Yesus membenarkan Dia dari putusan
ber- salah pemimpin Israel dan Pilatus (27-28), memperlihatkan
Dia itu benar2 Anak Allah.
Demikian pula orang Kristen mendapat status “anak angkat” di da-
lam Kristus karena diidentifikasi bersama Anak Allah (Rom. 8:14–17;
Gal. 4:4–7; Ef. 1:5, 14). Tapi di Rom. 8:19-23 jelas status anak Allah ini
hanya tahap awal bagi orang kudus:
19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menan-
tikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 20 Karena selu-
ruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan
oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang
telah menaklukkannya, 21 tetapi dalam pengharapan, ka-
rena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdeka-
an kemuliaan anak-anak Allah. 22 Sebab kita tahu, bahwa
sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh
dan sama-sama merasa sakit bersalin. 23 Dan bukan
ha- nya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima
karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati
kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu
pembebas- an tubuh kita.
Walaupun orang percaya sudah mendapat status resmi anak
Allah di dalam Kristus karena Roh Kudus sudah membangkitkan
mereka secara rohani (Rom. 8:9-10; cf. 8:23), hal ini belum
dinyatakan secara terbuka ke seluruh alam semesta (8:18-19). Tapi
akan tiba saatnya status anak Allah ini dinyatakan di klimaks
kebangkitan tubuh.

12.3.2 Kebangkitan Akhir dan Pekerjaan Baik dan Hubungannya dengan


Pembenaran

“Perbuatan baik” adalah bagian dari pernyataan pembenaran.


Bebe- rapa teks Alkitab berbicara tentang pembenaran ini.
Misalnya, Rom. 2:13 berkata, “Karena bukanlah orang yang
mendengar hukum Tau- rat yang benar di hadapan Allah, tetapi
orang yang melakukan hu- kum Tauratlah yang akan dibenarkan.”
Paulus berulangkali berbica- ra tentang “kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Allah.” (Rom. 14:10, 12; 2 Cor. 5:10).
Yakobus 2:14-26 juga berbicara tentang hubungan erat antara
pembenaran dan perbuatan baik. Misalnya, “Apakah gunanya,
saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bah- wa ia mempunyai
iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Da- patkah iman itu
menyelamatkan dia?” (Yak. 2:14). Teks ini fokus ke- pada
pembenaran di akhir zaman.
Bagaiman orang percaya dihakimi berdasarkan perbuatan baik
dan sekaligus berdasarkan iman?
Mungkin hal ini cukup mengagetkan, tradisi Reform berbicara
ten- tang “dua sisi pembenaran,” pembenaran masa lalu melalui
iman dan pembenaran sesudahnya melalui perbuatan baik. Atau
“pem- benaran pertama” dan “pembenaran kedua.” Ada ilustrasi
duniawi yg bisa memperjelasnya. Di USA, beberapa toko diskon
mewajibkan pembeli untuk membayar iuran anggota, supaya bisa
membeli ba- rang di toko ini. Setelah iuran dibayar, anggota harus
memperlihatk- an kartu sebagai bukti bahwa iuran telah dibayar.
Kartu ini membuat anggota bisa masuk toko, kartu ini bukan alasan
utama mereka bisa masuk toko. Pembayaran iuran adalah alasan
utamanya, tapi kartu merupakan bukti bahwa iuran telah dibayar.
Pembayaran iuran bi- sa disebut “pembenaran pertama” dan kartu
sebagai “pembenaran kedua.”
Demikian pula, kematian Kristus merupakan harga yg dibayar, “se-
kali untuk selamanya” (Ibr. 9:12; cf. 9:26–28), dan pekerjaan baik da-
lam konteks iman Kristen merupakan bukti yg tak terhindarkan atas
keberadaan iman yg dinilai di pengadilan akhir. Karya Kristus
ada- lah “necessary causal condition” (kondisi yg dibutuhkan, yg
menjadi penyebab) dan perbuatan baik orang percaya adalah
“necessary con- dition” (kondisi yg dibutuhkan). Jonathan Edwards
menyebut kar- ya Kristus sebagai “causal justification” (pembenaran
penyebab) dan perbuatan baik orang percaya adalah “manifestive
justification” (pem- benaran yg dinyatakan). “Manifestive
justification” bukan saja bagi- an dari proses pengadilan, tapi juga
merupakan bukti yg memutar- balikkan vonis dunia atas iman
dan ketaatan orang percaya kepada Kristus.
Tentu saja, perbuatan baik hanya sebagian dari “manifestive
justifi- cation,” karena kebangkitan juga merupakan pernyataan
pembenar- an lainnya.
2 Korintus 4:6–5:10
Teks ini menghubungkan kebangkitan orang kudus dan
pengha- kiman berdasarkan perbuatan baik. Bagian yg sangat
penting adalah 2 Kor. 5:1-10:

1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediam-


an kita di bumi ini dibongkar, Allah telah
menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi
kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak
dibuat oleh tangan ma- nusia. 2 Selama kita di dalam
kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu
mengenakan tempat kediaman sorga- wi di atas tempat
kediaman kita yang sekarang ini, 3 se- bab dengan
demikian kita berpakaian dan tidak kedapat- an
telanjang. 4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini,
kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau
mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan
yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. 5
Te- tapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita
untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita
sebagai ja- minan segala sesuatu yang telah disediakan
bagi kita. 6 Maka oleh karena itu hati kami senantiasa
tabah, meski- pun kami sadar, bahwa selama kami
mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, 7
sebab hidup kami ini ada- lah hidup karena percaya,
bukan karena melihat 8 tetapi hati kami tabah, dan
terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap
pada Tuhan. 9 Sebab itu juga kami ber- usaha, baik kami
diam di dalam tubuh ini, maupun ka- mi diam di
luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. 10 Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus,
supaya setiap orang memperoleh apa yang patut
diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hi-
dupnya ini, baik ataupun jahat.

Berdasarkan (“maka,” oun [5:6]) kebangkitan yg dijelaskan di ayat 1-


5, orang percaya harus “tabah” (6), “sebab [di masa kini]”
menurut ayat 7, “hidup kami ini adalah hidup karena percaya,
bukan karena melihat” (dalam pengenalan kebangkitan rohani di
zaman ini dan kebangkitan tubuh di masa yg akan datang). Karena
itu ayat 1-5 dan 7 menjadi dasar dari “tabah” di ayat 6. Ayat 8
mengulang “tabah” dalam pengharapan kebangkitan, yg dibutuhkan
karena penderitaan masa kini (2 Kor. 4:7–12, 16–17). Ayat 9
melanjutkan argumen dengan penegasan bahwa berdasarkan (dio,
“sebab itu”) tabah (6, 8) karena pengharapan kebangkitan (1-5),
orang percaya harus berusaha untuk “berkenan kepada-Nya
[Allah].” Karena Allah telah bermurah hati dengan membangkitkan
mereka dari kematian, sekarang mereka ha- rus memiliki motivasi
untuk menyatakan syukur dengan melakukan perbuatan yg
menyenangkan Dia. Ayat 10 memberikan alasan lain ba- gi orang
Kristen untuk menyenagkan Allah: “Sebab kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
mempe- roleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang
dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Hal yg sering luput dari perhatian adalah, perbuatan baik yg me-
nyenangkan Allah, berdasarkan bukan hanya kepada pengharapan
kebangkitan tubuh di masa yg akan datang, tapi juga berdasarkan
kebangkitan rohani yg sudah dimulai di masa kini. Karena itu, ke-
inginan untuk menyengkan Allah mengalir dari kuasa kebangkitan
rohani ini.
Berdasarkan pemikiran ini, orang percaya sejati “harus
menghadap takhta pengadilan Kristus” dengan tubuh kebangkitan.
Berdasarkan konteks surat Paulus yg lebih luas, mereka dihakimi
bukan atas per- buatan yg sempurna, tapi berdasarkan buah
perbuatan baik yg sesuai dengan kebangkitan rohani dan kesatuan
dengan Kristus. Jadi yg di- nilai adalah karakter (Kristus yg muncul
di karakter kebangkitan ini)
yg melahirkan perbuatan baik. Hal ini sesuai dengan referensi masa
yg akan datang tentang orang percaya, “tempat kediaman yang
ke- kal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia,” orang percaya
“rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi” ini (2 Kor. 5:1-4).
Termasuk di dalam “tempat kediaman baru ini” adalah perbuatan
baik yg me- nyenangkan Allah, yg muncul dari karakter
kebangkitan, yg nanti akan dinyatakan dalam tubuh kebangkitan.
Karena mereka “mengha- dap takhta pengadilan Kristus,” Kristus
sendiri mengakui identifikasi mereka bersama kebangkitanNya (lihat
1 Kor. 15:22-23) dan menguji mereka dan pekerjaan mereka secara
positif.
Artinya, mereka dibangkitkan terlebih dulu sebelum “mempero-
leh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya.”
Ingat sebelumnya Paulus di tempat lain melihat kebangkitan
sebagai bagian dari pembenaran, orang percaya diberi vonis benar.
Sebelum mereka menghadap takhta pengadilan Kristus, mereka
sudah dinya- takan benar secara terbuka. Pada saat dibangkitkan, di
dalam Kristus, gambar Allah di dalam diri mereka telah
Sebaliknya, orang yg disempurnakan, menyatak- an karakter mereka yg benar dan taat.
mengaku percaya Ketaatan ini sudah dimulai di masa kini, bagian dari menjadi
dan ada di dalam gambar Kristus di masa kini.
Kristus, tapi tak
menghasilkan Sebaliknya, orang yg mengaku percaya dan ada di dalam
buah, akan Kristus, tapi tak menghasilkan buah, akan menemukan diri
menemukan mereka “keda- patan telanjang” - tidak menemukan kebangkitan “di
diri mereka dalam Kristus” dan tidak menghasilkan buah perbuatan baik.
“kedapatan
telanjang”
Konsekuensinya mere- ka “tidak lulus ujian” penghakiman (2 Kor.
13:5; cf. 1 Kor. 11:19) kare- na mereka “membuat menjadi sia-sia kasih
karunia Allah” (2 Kor. 6:1) dan konsekuensinya masih “pasangan ...
orang-orang yang tak per- caya,” “bersatu dengan gelap” (2 Kor.
6:14), diidentifikasi bersama Iblis (2 Kor. 6:15; 11:13–15). Orang
seperti ini akan menderita peng- hakiman bersama dunia karena
mereka “menyamar sebagai pelayan- pelayan kebenaran. Kesudahan
mereka akan setimpal dengan perbu- atan mereka” (2 Kor. 11:15),
karena perbuatan mereka memperlihatk- an karakter orang tak
percaya (lihat juga Mat. 7:15-23).
Artinya, 2 Kor. 5:10 bukan mengajarkan Kristus membagikan
pa- hala yg ber-beda2 bagi perbuatan baik orang Kristen. Tapi
sebagian orang lulus uji sebagai orang percaya sejati, telah
mengalami kebang- kitan, menghasilkan buah, dan sebagian lagi
tidak lulus uji.
ROHSEBAGAIPELAKUTRANSFORMASI
13
Tujuan pasal ini bukan mempelajari pelbagai peran Roh Allah, tapi
fokus kepada fungsi eskatologis, terutama dengan kebangkitan.
Sejal- an dengan pembahasan alur cerita PB, Roh bisa dimengerti
sebagai pelaku yg membawa masuk ciptaan baru dan kerajaan
eskatologis.

13.1 roh se B AG AI pel A k U tr AN S form AS I DI pl

Roh Allah memulai transformasi chaos di Kej. 1:2 “Bumi belum


Roh Allah
ber- bentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, memulai
dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” transformasi chaos
Kelihatannya karya Roh, yg dimulai di Kej. 1:2, terus berlanjut di di Kej. 1:2
sepanjang karya Firman Allah yg menciptakan tatanan alam
semesta dan kesuburan ciptaan dikisahkan di Kej. 1. Di bagian lain
PL, Ayub berkata, “Roh Allah te- lah membuat aku, dan nafas Yang
Mahakuasa membuat aku hidup” (Ayub 3:34). Referensi “membuat
aku,” bukan tentang penciptaan da- ri ketiadaan, tapi pembentukan
hidup Ayub di dalam kandungan ibunya, hasil dari hubungan
seksual. Pernyataan selanjutnya, Allah “membuat aku hidup,” bisa
jadi merupakan pengulangan pernyataan sebelumnya, atau bisa juga
tentang Roh yg terus memelihara hidup Ayub di kandungan
ibunya dan di sepanjang jalan hidupnya sebagai manusia. Demikian
pula di Mz. 104:30, pemazmur memberi penga- kuan ini tentang
keberadaan semua makhluk hidup, “Apabila Eng- kau mengirim
roh-Mu, mereka tercipta.” Ayat ini dilanjutkan dengan, “dan Engkau
membaharui muka bumi.” Perhatian utama ayat ini ada- lah tentang
Allah yg memelihara hidup semua binatang dan tumbuh- an, yg
merupakan kelanjutan dari proses penciptaan. Roh Allah juga
memperlengkapi orang2 yg dipanggil untuk melayani umat Israel,
dengan bernubuat, memimpin, atau pekerjaan spesifik lainnya. Roh dinubuatkan
Ada beberapa referensi karya eskatologis Roh di PL. Pertama, Roh sebagai pencipta
dinubuatkan sebagai pencipta hidup baru di masa yg akan datang, hidup baru di masa
yg akan datang
seperti Roh telah mencipta kehidupan di penciptaan yg pertama.
Yhz. 36:26-27 menguatkan pengertian ini:

26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang


baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari
tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu ha-
ti yang taat. 27 Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam
batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada
peraturan- peraturan-Ku dan melakukannya.
Roh akan
mentransformasi
orang tak percaya
menjadi umat Allah
203 dengan menjauhkan
“hati yg keras [batu]”
dan memberikan
mereka “hati yg taat [daging].”
20 roh se BAGA I pel A k U tr ANS form A SI
4

Kej. 2:7 LXX Yhz. 37:5, 9 LXX


ketika itulah TUHAN 37:5 Beginilah firman Tuhan ALLAH
Allah membentuk kepada tulang-tulang ini: Aku
manusia itu dari debu
memberi nafas hidup [zoes] di
tanah dan
dalammu, supaya kamu hidup
menghembuskan nafas
kembali.
[kai enephysesen eis to] ke
37:9 Maka firman-Nya kepadaku:
mukanya nafas hidup
"Bernubuatlah kepada nafas hidup
[zoes] ke dalam itu, bernubuatlah, hai anak manusia,
hidungnya; demikianlah dan katakanlah kepada nafas hidup
manusia itu menjadi jiwa itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH:
yang hidup [zosan]. Hai nafas hidup, datanglah dari
keempat penjuru angin, dan
berembuslah ke dalam [kai
emphyseson eis tous] orang-orang yang
terbunuh ini, supaya mereka hidup
kembali [zesatosan]."

Tabel 13.1:

Roh akan mentransformasi orang tak percaya menjadi umat Allah


dengan menjauhkan “hati yg keras [batu]” dan memberikan mereka
“hati yg taat [daging].” Konteks Yehezkiel sebelumnya memberi indi-
kasi bahwa hal ini terjadi di Israel akhir zaman, ketika Allah memu-
lihkan mereka dari ketidakpercayaan dan pembuangan dan
menye- babkan mereka hidup di tanah perjanjian yg telah
mengalami tran- sformasi. Yhz. 37:1-14 mengembangkan janji ini.
Ayat 1-10 membe- rikan gambaran Allah menempatkan “nafas” (atau
“roh” atau “Roh”) ke dalam tulang belulang dan menyebabkan
daging dan sendir tum- buh di tulang belulang ini, untuk
membangkitkan tulang belulang yg mati dan membentuk mereka
menjadi umat yg baru. Tafsir dibe- rikan di ayat 11-14: tulang
belulang merupakan kiasan Israel yg mati rohani, hidup di
pembuangan (“kuburan”) di luar tanah perjanjian (ayat 11). Allah
akan membangkitkan umat Israel dari kematian ro- hani (ayat 12a),
meniupkan nafas ke dalam mereka dan memberikan “hidup” rohani
melalui “Roh” (ayat 14), dan memulihkan mereka da- ri pembuangan
jasmaniah dan rohani, untuk bisa kembali ke tanah perjanjian
(12b), sehingga mereka bisa “mengenal” Allah yg telah me- lakukan
hal ini (13, 14b).
Yhz. 37:5, 9 menyinggung Kej. 2:7 (lihat tabel 13.1).
Israel dihidupkan kembali dengan nafas Allah, sebuah pengulang-
an tindakan Allah meniupkan nafas hidup ke dalam Adam dan mem-
berinya hidup. Sesuai dengan 2 tahap penciptaan manusia pertama
di Kej. 2:7, Yhz. 37 juga menggambarkan 2 tahap pemulihan Isra-
el: pertama, pemulihan tubuh, dan kedua, meniupkan nafas hidup
ke dalam mereka. Ini adalah pengulangan tema penciptaan, sebuah
penegasan di masa yg akan datang kebangkitan Israel merupakan
bagian dari ciptaan baru.
Yhz. 37:1-14 berbicara hal yg sama dengan Yhz. 36:25-27,
terlihat dari kata2 : “Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu,
sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu
tinggal di tanahmu” (37:14a), bagian pertama mengulang 36:27a,
bagian ke-2 adalah bahasa lain dari 36:28a (“Dan kamu akan diam
di dalam ne- geri yang telah Kuberikan kepada nenek
moyangmu”). Parallelisme di ke-2 pasal ini memperlihatkan bahwa
nubuat tentang penyucian Israel dengan air dan ciptaan baru
dengan Roh di Yhz. 36 adalah sa- ma dengan kebangkitan oleh Roh
di pasal 37. Israel sebagai bangsa Adam akan hidup di tanah yg
telah dipulihkan “seperti taman Eden” (Yhz. 36:35), memperkuat
parallel dengan ciptaan Adam pertama.
Kebanyakan penafsir mengerti Yhz. 37 sebagai kiasan pemulihan
Israel ke tanah perjanjian, tapi ada hal lain yg mendapat penekanan:
ketika Allah membawa kembali Israel ke tanah perjanjian, Dia juga
akan memperbaharui kerohanian Israel. Di kemudian hari pemulihan
rohani akan dilengkapi dengan kebangkitan tubuh.
Selain Yehezkiel, Yesaya juga bernubuat tentang Roh yg
memberik- an hidup dan kesuburan di hari terakhir ciptaan baru:
“Sampai dicu- rahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun
akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan
dianggap hut- an” (Yes. 32:15). Demikian pula Yes. 44:3-5 memuat
janji Tuhan:

3 Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang


haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku ak-
an mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan
berkat- Ku ke atas anak cucumu. 4 Mereka akan tumbuh
seperti rumput di tengah-tengah air, seperti pohon-pohon
ganda- rusa di tepi sungai. 5 Yang satu akan berkata: Aku
kepu- nyaan TUHAN, yang lain akan menyebut dirinya
dengan nama Yakub, dan yang ketiga akan menuliskan
pada ta- ngannya: Kepunyaan TUHAN, dan akan
menggelari diri- nya dengan nama Israel."

Penggunaan lain “Roh” di Yesaya dan nabi lain adalah memperleng-


kapi Hamba Messianik untuk pelaksanaan misiNya atau karya Roh
di antara umat Allah untuk pemulihan mereka, sekaligus memam-
pukan mereka bernubuat (Yoel 2:28-29).

13.2 roh se B AG AI pel A k U tr AN S form AS I DI p B

13.2.1 Peran Eskatologis Roh di Injil Sinoptik

Sebelumnya telah dibahas bahwa Yesus adalah tokoh Adam


terakhir. Pelbagai episode ciptaan baru Injil Sinoptik kadang2
dimengerti se- bagai penggenapan dari nubuat ciptaan baru, atau
Keluaran baru,
atau kembalinya Israel dari pembuangan Babel. Pemulihan juga di-
lihat sebagai kehadiran Allah di ciptaan, yg sebelumnya dinikmati
Adam. Beberapa ayat yg telah dibahas diulang di sini, karena juga
berbicara tentang karya Roh, yg menjadi pelaku pemulihan ciptaan
Sama seperti Roh yg baru, keluaran baru, dan pemulihan pembuangan baru.
hadir di penciptaan Kata biblos geneseos di Mat. 1:1 bisa diterjemahkan sebagai “kitab sil-
pertama, Roh juga
silah,” atau “kitab permulaan,” atau “kitab kejadian.” Di tempat lain,
aktif di ciptaan
baru, di kelahiran kata ini hanya muncul di Kej. 2:4 dan 5:1-2 (LXX), tentang penciptaan
Yesus alam semesta dan penciptaan Adam dan keturunannya. Daftar
Kristus. silsi- lah Yesus diikuti dengan dengan 2 referensi tentang Roh Kudus.
Roh Kudus yg menyebabkan Yesus ada di kandungan Maria
(Mat. 1:18,
20). Matius berbicara tentang “kejadian [genesis] Yesus Kristus” de-
ngan istilah “mengandung [genethen] dari Roh Kudus.” Tampaknya
Matius menyinggung kitab Kejadian [genesis], yg puncaknya ada di
kelahiran Yesus, permulaan sebuah zaman yg baru, zaman ciptaan
baru. Sama seperti Roh yg hadir di penciptaan pertama, Roh juga
aktif di ciptaan baru, di kelahiran Yesus Kristus.
Max Turner membuat kesimpulan yg sama di narasi kelahiran Ye-
sus di Luk. 2:26-35. Dia berkata, di konteks Lukas 1-2, narasi
kela- hiran memberi indikasi bahwa pemulihan Israel “telah di
mulai de- ngan kandungan Anak Allah dari Roh (1:35) - tindakan
penuh kuasa penciptaan baru, yg menjadi bayang2 bagi
pembaharuan Keluaran Israel (cf. Yes. 32:15-20).” Nubuat Yesaya
32:15 tentang pemulihan Is- rael esktaologis, sekarang diaplikasikan
ke kelahiran Yesus, indikasi permulaan penggenapan janji PL.
Peran Roh Kudus dalam penggenapan pengharapan PL di diri Ye-
sus, juga terlihat di peristiwa baptisan (Mat. 3:13-17; bdk. Yes.
42:1). Roh Kudus turun memperlengkapi Yesus untuk
melaksanakan pe- mulihan Keluaran baru yg telah dinubuatkan. Di
penciptaan pertama Roh berperan memisahkan air dari daratan. Pola
yg sama terlihat di peristiwa air bah di zaman Nuh, dan di
Roh membawa Yesus keluarnya Israel dari Mesir. Sekarang pola yg sama mencapai
“ke padang puncaknya di diri Yesus.
gurun,”
... membimbing
Roh membawa Yesus “ke padang gurun,” adalah refleksi
Yesus untuk Matius atas karya Roh Kudus membimbing Yesus untuk
pemulihan umat pemulihan umat Allah di Keluaran baru melewati padang gurun.
Allah di Keluaran Ada unsur yg sama antara Yes. 63:11-64:1 dan Mat. 3:16-4:1: (1)
baru melewati
padang gurun.
Umat Allah melewati air di dalam kehadiran “Roh KUdus,”
kemudian (2) “Roh” “memimpin” mereka menuju daratan dan (3)
kemudian ke “padang gurun” di epi- sode utama sejarah
keselamatan. Yes. 63:11 LXX berkata “membawa mereka naik dari
laut bersama-sama dengan penggembala [tunggal] kambing domba-
Nya,” sebuah pergeseran fokus dari Allah sebagai pemimpin
menjadi individu Musa, yg berhubungan erat dengan in- dividu
Yesus.
Mujizat penyembuhan yg dilakukan Yesus merupakan permulaan
penggenapan Yesaya tentang ciptaan baru. Mat. 12:18-21 mengutip
Yes. 42:1-4, termasuk referensi “Aku akan menaruh roh-Ku ke
atas-
Nya.” Mujizat penyembuhan terjadi karena Roh bekerja melalui
Ye- sus: “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat.
12:28). Lukas menggambarkan Yesus dengan memakai latar
belakang PL yg sama dengan Matius. Yesus menerima Roh di
baptisanNya (Luk. 3:21-22), kemudian “dibawa oleh Roh Kudus ke
padang gurun” (4:1), dan memulai pelayananNya dengan kuasa
Roh, yg didukung oleh
kutipan Yes. 61:1-2 di Luk. 4:18-19:

18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengu-


rapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk mem-
beritakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Nubuat Yesaya 61 mulai digenapi ketika Yesus memberikan


penyem- buhan jasmani dan rohani (4:33-41). “Roh Tuhan ALLAH” di
Yes. 61:1 yg memberikan Yesus “otoritas” dan “kuasa” untuk
melakukan pe- mulihan ciptaan baru (Luk. 4:32, 36). Sekali lagi,
Roh yg memberi hidup kepada ciptaan baru.
Apa hubungan karya pemulihan Roh Kudus melalui Yesus dan cip-
taan baru? Kutuk fisik dan rohani karena kejatuhan manusia ke
da- lam dosa telah mulai diangkat oleh Yesus. Penyembuhan adalah
tan- da bahwa ciptaan baru telah mulai datang, walaupun belum
lengkap, karena manusia masih mati akibat dosa. Tapi mujizat
telah menjadi bayang2 bagi kesembuhan total di kebangkitan masa
yg akan datang. Kebangkitan telah dimulai di diri Yesus (1 Kor.
15:20-24), dan nanti akan diikuti oleh semua orang percaya (1 Kor.
15:39-57). Roh Kudus memliki peran penting di dalam proses
menuju ciptaan baru ini.
Injil Sinoptik memperlihatkan Yesus yg diberi kuasa Roh, mulai
menggenapi nubuat PL tentang pemulihan Israel, yg berhubungan
dengan nubuat tentang ciptaan baru.

13.2.2 Peran Eskatologis Roh di Yohanes

Paling sedikit ada 5 teks di Injil Yohanes yg membahas Roh


sebagai pemberi hidup eskatologis: 3:1-15; 4:7-26; 6:63; 7:37-39; 20:21-
23.
Teks yg paling jelas adalah Yoh. 6:63: “Rohlah yang memberi
hi- dup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan
yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.” Roh adalah
pelaku kebangkitan, karena kebangkitan “already-not yet” telah
berulangka- li disebut di konteks sebelumnya dengan bahasa
“kebangkitan” dan “hidup” (6:39-40, 44, 47, 51, 53-54, 58). Berikutnya
adalah Yoh. 3:1-15, percakapan Yesus dan Nikodemus tentang
“lahir kembali.” Teks ini adalah penggenapan nubuat PL bahwa di
akhir zaman Allah akan
menciptakan umat baru dengan “air” dan “Roh” (Yhz. 36; 37), “Roh”
bisa dibandingkan dengan “angin” (cf. Yhz. 37:1-14). Umat baru
ini diciptakan dengan kebangkitan (“lahir baru”), masuk ke dalam
“hi- dup kekal.”
Teks ke-3 adalah Yoh. 7:37-39:

37 Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan


itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 38 Barangsiapa
percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab
Suci: Da- ri dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran
air hidup." 39 Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang
akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya;
sebab Roh itu be- lum datang, karena Yesus belum
dimuliakan.

Walaupun latar belakang PL tentang Bait Allah ambigu, tapi hal ini
tidak penting untuk pembahasan di sini, karena ada konsensus “air”
di ayat 38 adalah wakil dari Roh Kudus. Hal ini menjadi eksplisit di
ayat 39, “Yang dimaksudkan-Nya [aliran2 air hidup] ialah Roh.” Di
PL disebutkan air akan mengalir dari Bait Allah eskatologis, Yesus
adalah awal dari Bait Allah ini, mengutus Roh-Nya untuk memberi
hidup.
Berdasarkan penjelasan ini, maka bisa disimpulkan pengertian
yg sama berlaku di percakapan Yesus dengan perempuan Samaria.
Ye- sus berkata kepada perempuan Samaria bahwa Dia adalah
sumber “air hidup” “yang terus-menerus memancar sampai
kepada hidup yang kekal” bagi mereka yg meminumnya (4:10-14).
Yoh. 7 adalah pengembangan dan penjelasan dari Yoh. 4.
Teks terakhir yg patut dibahas adalah Yoh. 20:21-23:

21 Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera


bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku,
demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." 22 Dan
sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan
berkata: "Terima- lah Roh Kudus. 23 Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau
Yesus adalah sumber kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap
air (=Roh) yg ada."
memberi
hidup ... Kristus Yesus adalah sumber air (=Roh) yg memberi hidup, hal ini
yg telah
bangkit
meru- pakan implikasi Yoh. 20:22, ketika Kristus yg telah bangkit
“mengembusi “mengem- busi mereka [murid]” dan berkata “Terimalah Roh
mereka Kudus.” Peristiwa ini merupakan gema Kej. 2:7, ketika Allah
[murid]” “menghembuskan” (em- physao, kata Yunani yg sama dengan Yoh.
dan berkata
20:22) “nafas hidup” kepa- da Adam, dan dia menjadi makhluk
“Terimalah
Roh Kudus.” hidup. Di ayat sebelumnya Yesus berkata, “Sama seperti Bapa
mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Pengutusan ini mirip dengan Mat. 28:18-20. Tapi berbeda dengan
Kej. 2:7, di sini Yesus tidak memberikan hidup
jasmani, melainkan hidup rohani yg memampukan murid menjalank-
an mandat Adam. Para murid menjadi cikal bakal dari umat
manu- sia yg baru, Israel yg baru. Pentakosta (Kisah 2:1-21)
memperlihatkan bahwa cikal bakal ini bertambah banyak juga karena
pencurahan Roh Kudus.
Yoh. 20:22 merupakan pengembangan janji pemberian Roh di Yoh.
7, karena di sinilah pertama kalinya bahasa “menerima Roh” diapli-
kasikan kepada pengikut Yesus sejak Yoh. 7:39 (“Yang dimaksudkan-
Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-
Nya”). Roh baru akan diterima setelah Yesus dimuliakan. Bisa di-
katakan Yesus mulai dimuliakan di kebangkitanNya, walaupun Dia
belum naik ke sorga. Seperti nafas Allah membuat Adam hidup dan
menjadi bagian dari ciptaan pertama, demikian pula nafas Yesus
(Roh) yg dihembuskan kepada para murid menjadikan mereka
bagian dari tahap awal ciptaan baru. Di sini kita melihat Roh yg
mentransformasi umat ke dalam hidup ciptaan baru.

13.2.3 Peran Eskatologis Roh di Kisah Para Rasul

Peran Roh Kudus di Kisah Para Rasul sering dikaitkan dengan peng-
genapan nubuat Yesaya tentang pemulihan dari pembuangan. Max
Turner memberikan argumen “Roh adalah kuasa pemulihan Israel,
membersihkan dan memurnikannya sebagai umat mesianik dan
men- transformasi Israel untuk menjadi “Hamba dari Yesaya 49.”
Menurut Moessner, narasi perjalanan di Luk. 10:1-18:4, dimulai de-
ngan transfigurasi Yesus (9:28-36), dipengaruhi gambaran Musa dan
Keluaran di kitab Ulangan. Yesus adalah Musa yg baru, memulai Ke-
luaran yg baru bagi pemulihan Israel eskatologis. Menurut
Strauss, pengaruh yg dominan adalah tema Keluaran baru di Yes.
40-66, “Ra- ja Daud (seperti Musa) memimpin Keluaran eskatolgis
umat Allah melalui penderitaan sebagai Hamba Yahweh.” Kutipan
Yes. 61:1-2 di Luk. 4:17-19 dan tafsirannya di 4:20-21 dan konteks
sesudahnya, melihat Yesus sebagai pelaksana keselamatan, yg
disebut Yesaya se- bagai Keluaran baru. Lukas melihat Roh sebagai
pemberi kuasa bagi pembebasan yg dilakukan Yesus, narasi ini
terlihat di sisa Injil Lukas. Turner setuju dengan Strauss tentang
pengaruh Yesaya. Roh adalah pelaku yg mentransformasi zaman
lama menjadi zaman pemulihan akhir dan Keluaran baru, sekaligus
ciptaan baru.
Setelah mengamati tema Keluaran baru di Lukas, yg dilakukan me-
lalui Roh, Turner melihat perkembangan tema yg sama di Kisah Para
Rasul. Kisah 1 memberikan tema utama keseluruhan kitab, terutama
ayat 8 yg memuat nubuat pemulihan Yesaya (lihat tabel 13.2).
Kutipan dari nubuat Yesaya merupakan bagian dari pertanyaan
murid di Kisah 1:6, “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memu- lihkan kerajaan bagi Israel?” Jadi ayat 8 bukan indikasi
penundaan penggenapan janji Kerajaan, walaupun Lukas tidak
menjelaskan kap-
Yesaya (LXX) Kisah 1:8
32:15 Sampai dicurahkan kepada 1:8a Tetapi kamu akan
kita Roh dari atas: Maka padang menerima kuasa, kalau Roh
gurun akan menjadi kebun Kudus turun ke atas kamu
buah-buahan, dan kebun (cf. Luk. 24:49 Dan Aku akan
buah-buahan itu akan dianggap mengirim kepadamu apa yang
hutan. dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu
43:10a "Kamu inilah harus tinggal di dalam kota ini
saksi-saksi-Ku," dan Aku pun sampai kamu diperlengkapi dengan
saksi, demikianlah firman kekuasaan dari tempat tinggi";
TUHAN, "dan hamba-Ku yang Luk. 1:35 Jawab malaikat itu
telah Kupilih, supaya kamu
kepadanya: "Roh Kudus akan
tahu dan percaya kepada-Ku
turun atasmu dan kuasa Allah
dan mengerti
Yang Mahatinggi akan
43:12b "Kamulah saksi-saksi-Ku,"
menaungi engkau; sebab itu
demikianlah firman TUHAN,
anak yang akan kaulahirkan itu
"dan Akulah Allah." akan disebut kudus, Anak
49:6b Tetapi Aku akan Allah.")
membuat engkau menjadi 1:8b dan kamu akan menjadi
terang bagi bangsa-bangsa
saksi-Ku di Yerusalem dan di
supaya keselamatan yang dari seluruh Yudea dan Samaria dan
pada-Ku sampai ke ujung sampai ke ujung bumi.
bumi.

Tabel 13.2:
an nubuat ini akan selesai digenapi. Janji ini diberikan untuk “ke-12
murid” (cf. Kisah 1:15-26), memperkuat peran mereka sebagai inti
dari Israel sejati, yg mulai menjalankan nubuat Yesaya. Inti dari Kisah 1:8
Inti dari Kisah 1:8 adalah “Roh akan datang ke atas para adalah “Roh akan
murid sebagai kuasa penyucian dan pemulihan Israel,” datang ke atas para
murid sebagai kuasa
pengulangan janji Yohanes Pembaptis di Luk. 3:16 yg diulang di penyucian dan
Kisah 1:5, 8. Parallel Kisah 1:8 dan Luk. 1:35 dan Luk. 24:49 pemulihan Israel,”
memperlihatkan “Pentakosta memiliki unsur kelahiran baru dan
kuasa yg diberikan Roh). Peran Roh Kudus di Kisah 1:8 juga
berhubungan dengan Yes. 32:15-18:
15 Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:
Ma- ka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan,
dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan. 16
Di pa- dang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di
kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. 17 Di
mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai
sejahtera, dan aki- bat kebenaran ialah ketenangan dan
ketenteraman untuk selama-lamanya. 18 Bangsaku akan
diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang
tenteram di tempat peristi- rahatan yang aman.
Kontras dengan kondisi tanah yg sebelumnya tandus (Yes. 32:10-14),
di masa yg akan datang Roh akan datang ke atas Israel dan
men- ciptakan kesuburan (32:15). Kesuburan bukan sekedar
material, tapi juga melibakan kerohanian. Roh juga akan
menciptakan buah roha- ni, “Di padang gurun selalu akan
berlaku keadilan dan di kebun buah-buahan akan tetap ada
kebenaran.” (32:16). Karya Roh ini akan menghasilkan “damai
sejahtera,” “ketenangan,” dan “ketenteraman” (32:17).
Kisah 1:8 juga memuat kutipan dari Yes. 43 tentang “saksi” (43:10,
12; 44:8) yg diberi kemampuan oleh “Roh” yg “dicurahkan”
untuk menghasilkan kesuburan rohani di Israel. Konteks Yes. 43:10-12
mem- beri indikasi “saksi” Israel bukan saja tentang Allah Israel yg
esa (10-
15) tapi juga tentang Keluaran yg baru (16-17), sekaligus ciptaan baru.
Yes. 43:18-19 berkata:
18 firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang
da- hulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari
zam- an purbakala! 19 Lihat, Aku hendak membuat
sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh,
belumkah ka- mu mengetahuinya? Ya, Aku hendak
membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di
padang belantara.
Konteks dekat Yes. 32 dan 43 yg dikutip Kisah 1:8 memberikan
pe- ngertian tentang Roh yg membawa pemulihan dan keluaran
baru.
Kisah 2 juga menggambarkan Yesus naik ke sorga, ke posisi raja
eskatologis, memerintah dan memulihkan Israel dengan
perantaraan Roh (2:30-36). Sisa Kisah Para Rasul adalah
perkembangan Roh se- bagai kuasa dari Mesias untuk memulihkan
Israel bagi diriNya dan
bagi Allah. Penting untuk diingat bahwa Yesus yg bangkit dan na-
ik ke sorga, merupakan dasar bagi pemerintahanNya melalui Roh.
Kebangkitan menjadi dasar, hal ini dibahas secara mendalam di Ki-
sah 2:23-34. Kristus “tidak mungkin tetap berada dalam kuasa
maut” (2:24). Pertama, Dia “menerima Roh Kudus yang dijanjikan”
dan ke- mudian “mencurahkan” Roh kepada orang percaya (2:33).
Kristus dipulihkan dari kematian ke dalam hidup dan kembali ke
hadirat Allah di sorga. Allah memakai cara yg sama memulihkan
orang lain melalui kebangkitan oleh Roh. Sehingga pengikutNya bisa
diidentif- kasi bersama sang Raja yg sudah bangkit, walaupun
mereka masih di bumi.
Roh turun dalam lidah api, memperlihatkan turunya sorga ke
bu- mi, memberikan kuasa kepada orang percaya untuk
memberitakan Kerajaan Kristus di atas bumi. Kisah 2:17 berkata
diterimanya Roh Kudus merupakan permulaan penggenapan “hari2
terakhir” nubuat Yoel 2. Kristus yg sudah bangkit, mengutus Roh-
Nya kepada umat- Nya, bukan hanya di Kisah 2, tapi juga di pasal2
lain, mengidentifika- si mereka dengan kebangkitanNya. “Tuhan
yg sudah bangkit mene- mui umatNya dengan pemberian Roh-
Nya” karena itu “Roh menjadi parallel dengan Tuhan yg sudah
bangkit (Luk. 12:12 / 21:15; Kisah 10:14 / 19; 16:7).”

13.2.4 Peran Eskatologis Roh di Pemikiran Paulus

Di pasal sebelumnya telah dibahas kebangkitan Paulus di surat Pau-


lus terjadi melalui perantaraan Roh Kudus. Konsekuensinya, seperti
di kitab Injil dan Kisah Para Rasul, Roh adalah pelaku kebangkitan
dan pembawa ciptaan baru.
Di pemikiran Paulus, kebangkitan disebut dengan kiasan “uang
muka,” “materai,” dan “buah sulung.” Kiasan ini adalah pernyataan
klasik Paulus tentang eskatologi “already and not yet.”
Di 2 Kor. 5:1-10 terlihat bahwa Roh adalah bukti awal ciptaan baru,
di dalam kebangkitan. Di 2 Kor. 5:5 Paulus berkata bahwa Allah
yg “mempersiapkan kita untuk” kebangkitan dan menjadi bagian
Bait Allah yg kekal (5:1-4), “mengaruniakan Roh ... sebagai jaminan
[uang muka]” dari kenyataan ini. Pengertian “uang muka” bukan
sekedar antisipasi penggenapan janji, tapi juga merupakan
permulaan peng- genapan. Walaupun tubuh orang percaya “yang
fana itu ditelan oleh hidup” di akhir zaman (2 Kor. 5:4), “hidup” ini
sudah “giat di dalam” mereka (2 Kor. 4:12). Roh adalah “uang muka”
karena Dia sudah mu- lai memberikan hidup di masa kini.
Paulus memperjelasnya di 2 Kor. 1:20-22. Dia berkata “janji Allah”
(di PL) “adalah ya” di dalam Kristus, artinya sudah mulai
digenapi di kedatangan pertama Kristus. Paulus berkata Allah
“telah mene- guhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam
Kristus ... mem- berikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan [uang muka].”
Artinya, Roh adalah bukti awal dari pengenapan janji kebangkitan
yg sudah mulai digenapi di kebangkitan Kristus. Roh adalah pelaku
yg menyebabkan orang percaya disatukan (posisi dan
eksistensinya) dengan Kristus yg sudah bangkit, karena itu orang
percaya ikut di dalam permulaan penggenapan janji ini. Paulus
memberikan penje- lasan tambahan di 2 Kor. 1:9-10:

9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi


hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan
menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya
kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. 10
Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menye-
lamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan
kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,

Paulus bukan sekedar berbicara tentang pembebasan dari bahaya


ke- matian fisik di perjalanan misinya. Tapi, pembebasan dari
kematian fisik di Asia adalah pelajaran bagi hidup di dalam Kristus
yg sudah diterima sekarang (“Allah yang membangkitkan orang-
orang mati”) dan mereka “menaruh pengharapan” akan
menerimanya secara pe- nuh di masa yg akan datang (“kepada-Nya
kami menaruh pengha- rapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan
kami lagi”).
Jadi “materai” dan “uang muka” di 2 Kor. 1 adalah Roh yg
mu- lai memberikan janji eskatologis Allah di PL, termasuk
permulaan kebangkitan yg diterima orang percaya bersama Kristus.
Paulus ber- ulangkali menyebut Roh sebagai pelaku kebangkitan (2
Kor. 3:6, 18; 4:11–12; cf. 4:16; 5:14–17). Roh adalah “uang muka” (2
Kor. 1:22; 5:5), Dia memberikan a.l. kebangkitan akhir zaman di
masa kini, dan “uang muka” artinya ada kebangkitan yg lebih
penuh di masa yg ak- an datang. “Materai” (biasanya lilin yg dicap
di atas surat) digunak- an untuk tanda kepemilikan, keaslian, atau
perlindungan. Pengertian di konteks ini adalah tanda keaslian
bahwa jemaat Korintus sudah mulai berpartisipasi di janji
eskatologis, tentang kebangkitan, Roh, perjanjian baru (3:6),
gambar Allah (3:18; 4:4-6), ciptaan baru (5:17),
pemulihan (5:18-7:4), dan Bait Allah (6:16).
Istilah “materai” dan “uang muka” juga muncul di Ef. 1:13-14: “Di
dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenar-
an, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya
itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
mempe- roleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita
milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” Sekali lagi, Roh
menyatukan umat dengan Kristus yg sudah bangkit (“di dalam
Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh
Kudus”). Salah satu tuju- an karya Roh adalah “penebusan.”
Ketika Paulus berbicara tentang “penebusan” (apolutrosis), dia
berbicara tentang 2 tahap: penebusan rohani dari hukuman dosa
(yaitu pengampuan) yg terjadi di masa
kini (Rom. 3:24; Ef. 1:7; Kol. 1:14), dan penebusan dari efek dosa me-
lalui kebangkitan (Rom. 8:23: “menantikan ... pembebasan tubuh”).
Penggunaan lain “penebusan” (apolutrosis) muncul di Ef. 1:14;
4:30. Kemungkinan besar pengertiannya adalah pembebasan dari
efek do- sa, atau kebangkitan tubuh.
Pembebasan rohani pengampunan disebut di Ef. 1:7, dan
pembe- basan tubuh di 1:14. Referensi “penebusan yang menjadikan
kita mi- lik Allah” di 1:14 adalah tentang pembebasan tubuh bagi
orang yg te- lah menjadi milik Allah (“materai” di 1:13 menunjukan
kepemilikan). Referensi lain Paulus tentang “milik” (peripoiesis)
berbicara tentang kebangkitan akhir dan dimiliki untuk kemuliaan
Kristus. Referensi “penebusan” masa depan diperjelas di Ef. 4:30:
“Dan janganlah ka- mu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah
memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Jadi Ef. 1:13-14
dan 4:30 menegaskan bahwa orang percaya “telah dimateraikan
Roh Kudus,” dan kehadi- ranNya yg membawa pemulihan adalah
“uang muka” bagi pemulih- an tubuh, yg merupakan “warisan” di
akhir zaman.
Kiasan “already and not yet” terakhir adalah “buah sulung” (apar-
che), muncul di Rom. 8:23. Banyak yg mengerti “buah sulung Roh”
adalah appositional genitive (“buah sulung, yaitu Roh”), tapi konteks
lebih condong ke genitive of production (“buah sulung yg dihasilkan
Roh”), atau genitive of source (“buah sulung dari Roh”). Jadi, “buah
sulung” adalah permulaan ciptaan baru yg dihasilkan Roh yg dinya-
takan dalam kebangkitan rohani orang percaya.
Di PL, “buah sulung” adalah panen pertama yg
dipersembahkan, sebuah tanda bahwa seluruh panen adalah milik
Allah. “Buah su- lung” bisa binatang, tapi lebih sering hasil dari
tumbuhan. Di tempat lain, Paulus menggunakan “buah sulung”
sebagai indikasi ada buah susulan di masa yg akan datang. Teks yg
paling relevan dengan Rom. 8 adalah 1 Kor. 15:20, 23, kebangkitan
Kristus adalah “buah sulung” karena ada banyak orang yg akan
dibangkitkan nanti. Di Rom. 8:23, kebangkitan rohani orang
Tiga kiasan percaya (sebagai “buah sulung”) adalah permulaan dari
“materai,” “uang kebangkitan tubuh di masa yg akan datang, sebuah permulaan
muka,” dan dari alam semesta yg baru (Rom. 8:18-23).
“buah
Tiga kiasan “materai,” “uang muka,” dan “buah sulung” membe-
sulung”
memberikan rikan pengertian akan pemikiran Paulus tentang eskatologi “already
pengertian akan and not yet” karya Roh, terutama dalam pemberian hidup baru di
pemikiran Paulus orang percaya. Kiasan berkisar di ide bahwa kehadiran Roh adalah
tentang eskatologi bukti akan kenyataan masa depan, terutama kebangkitan, karena itu
“already and not
yet” karya Roh,
Roh merupakan jaminan akan penggenapan realita ini. Roh bukan
terutama dalam se- kedar jaminan, tapi juga merupakan permulaan dari keberadaan
pemberian hidup ini, seperti kata Geerhardus Vos: “Tempat Roh adalah di dunia yg
baru di orang akan datang, Dia memproyeksikan DiriNya ke masa kini.”
percaya.
13.2.4.1 Roh sebagai Penghasil Etika Ciptaan Baru
Bagian ini fokus ke latar belakang PL dari Gal. 5:22-23: “Tetapi buah
Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada
hukum yang menentang hal-hal itu.”
Paulus menyebut “buah Roh” kemudian memberikan contohnya
(“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,” dll.). Banyak penafsir
tidak melihat latar belakang PL atau Yudaisme dari ayat yg
sangat dikenal ini, tapi ada beberapa penafsir yg mengusulkannya.
Walter Hansen memberikan latar belakang dari Yes. 32:15-17 dan
Yoel 2:28- 32, dan berkata “janji Roh dan janji kesuburan moral umat
Allah me- miliki hubungan erat di PL,” dan Gal. 5:22
“kemungkinan besar di- ambil dari gambaran PL.” John Barclay
membuat klaim yg sama, tapi penekanannya adalah Yes. 32. Selain
itu, James Dunn berkata, “Jika Paulus mau memakai gambaran
Israel yg berbuah (Yes. 1-7), intinya adalah buah yg dicari Allah di
antara Israel, dan (hanya) ditemukan di orang (termasuk jemaat
kafir Galatia) yg berjalan di dalam Roh.” Sylvia Keesmaat
mendapatkan latar belakang dari berkat perjanjian di Imamat dan
Ulangan (Im. 26:4; Ul. 7:12-17), dan juga nubuat pe- mulihan Israel
yg dinubuatkan nabi2 . Moisés Silva mengusulkan “Re- ferensi Pauus
tentang buah Roh (terutama damai) di 5:22 tampaknya diambil dari
32:14-15.”
Selain 5 tafsiran tadi, kebanyakan tafsiran tidak melihat latar be-
lakang PL dari “buah Roh”. Selain itu tafsiran di atas tentang latar
belakang PL hanya berisi penjelasan singkat.
Tujuan bagian ini adalah menelusuri apakah intuisi penafsir di
atas itu benar. Khususnya, “buah Roh” Gal. 5:22 sebagai kutipan
nubuat Yesaya tentang Roh yg akan memberi kesuburan di masa yg
akan da- tang. Yesaya berulangkali bernubuat (bukan hanya Yes. 32,
tapi juga Yes. 57) bahwa di ciptaan baru, Roh akan memberikan
banyak bu- ah, dan Yesaya sering menafsirkannya sebagai sifat ilahi
seperti kebe- naran, kesabaran, damai sejahtera, sukacita,
kekudusan, dan percaya kepada Allah, sifat2 yg mirip dengan Gal.
5:22-23.
Latar Belakang PL Umum dari Gal. 5:22-23
Kita mulai dengan ayat2 yg disebut Hansen, Barclay, and Silva.
Ye- saya 32:15-18 berkata,
15 Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:
Ma- ka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan,
dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan. 16
Di pa- dang gurun selalu akan berlaku keadilan dan di
kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. 17 Di
mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai
sejahtera, dan aki- bat kebenaran ialah ketenangan dan
ketenteraman untuk selama-lamanya. 18 Bangsaku akan
diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang
tenteram di tempat peristi- rahatan yang aman.
Di sini hanya diberi rangkuman, karena sudah dibahas di bagian se-
belumnya. Di pemulihan akhir zaman, Roh akan datang untuk mem-
beri kesuburan fisik (15) dan kesuburan rohani (16-18). Demikan pula
di versi Old Greek, Yesaya menghubungkan pencurahan Roh dan ke-
suburan karakter saleh. Parallel yg paling dekat adalah Yes. 57:15-19.
Relasi Khusus Greek Old Testament (Terutama Yesaya 57) dan Galatia
5:22
Di tradisi Greek Old Testament Yes. 57:16-21, Allah bernubuat bahwa
“Roh[pneuma]-Nya akan keluar” dari Dia, dan Dia akan “menciptak-
an” (57:16b LXX) dan menghasilkan “buah” (karpos) di orang
saleh. Di konteks yg paling dekat, buah ini dihubungkan dengan
“damai sejahtera” (eirene [19]) hasil sampingan dari “kesabaran”
(makrothu- mia [15]) dan “sukacita” (chairo [21]) di antara umat
Allah yg telah dipulihkan. Penafsir lain tidak melihat ayat ini sebagai
latar belakang karena tidak memperhatikan LXX.
Pembacaan teks LXX “buah” di Yes. 57 mungkin sudah beredar di
zaman Paulus, bersamaan dengan kata 2 di sekitarnya yg juga muncul
di Gal. 5:22-23.
Di Alkitab hanya muncul 2x kombinasi kata2 Yunani “Roh,”
“bu- ah,” “damai sejahtera,” “kesabaran,” dan “sukacita,” yaitu di
Yes. 57:15-19 LXX dan Gal. 5:22. Hal ini diperkuat dengan “Allah
telah menyuruh Roh” (Gal. 4:6) yg mirip dengan “Roh akan
keluar dari Aku” di Yes. 57:16 LXX.
Teks ini bisa memberi pengaruh kepada Paulus karena:

1. Kita tahu Paulus fasih dengan versi Ibrani dan Yunani dari teks
Yesaya (terutama Yes. 40-66).

2. Paulus mengutip Old Testament Greek Yes. 57:19 di Ef. 2:17


dan mengutip Yes. 54:1 LXX di Gal. 4:27.

3. Kombinasi kata2 Gal. 5:22 unik bagi Paulus dan Yes. 57.

4. Konsep “buah roh” muncul di kedua teks ini.

13.2.4.2 Kesimpulan Galatia 5:22


“Buah Roh” di
Gal. 5:22 ... dari “Buah Roh” di Gal. 5:22 dan manifestasinya merupakan kutipan da-
janji di Yesaya ri janji di Yesaya bahwa Roh akan memberikan kesuburan di zaman
bahwa Roh akan baru. Yesaya berulangkali bernubuat (terutama Yes. 32, 57) bahwa
memberikan
kesuburan di zaman
di ciptaan baru Roh akan memberikan kesuburan, yg ditafsir Yesaya
baru. sebagai kebenaran, kesabaran, damai sejahtera, sukacita,
kekudusan, dan percaya kepada Tuhan, sifat2 yg mirip dengan Gal.
5:22-23. Roh adalah pelaku yg menghasilkan buah di ciptaan baru
umat Allah. Roh membangkitkan orang kudus dari kematian rohani
dan meng- hasilkan buah di dalam diri mereka.
Efek retorika dan penekanan tema Paulus adalah pembaca bisa
menempatkan diri sebagai bagian dari permulaan penggenapan
janji
eskatologis bagi Israel, karena itu mereka adalah Israel sejati yg me-
mainkan peran penting dalam drama sejarah keselamatan
penebusan alam semesta. Jika mereka bagian dari drama ini, maka
mereka harus mendengarkan nasihat Paulus.

13.2.5 Peran Eskatologis Roh di Surat Umum dan Wahyu

Hanya ada sedikit referensi eksplisit tentang Roh sebagai pelaku ke-
bangkitan di sisi PB. Salah satu kemungkinan adalah 1 Pet. 3:18: “Se-
bab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang be-
nar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita ke-
pada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai ma-
nusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh [pneumati].” Ada
perdebatan apakah “roh” di sini adalah Roh Allah atau roh Yesus. Pe-
nelitian Kristologi memperlihatkan bahwa kata “dibangkitkan” tidak
bisa diterapkan ke roh pribadi Yesus, karena roh-Nya tidak bisa mati.
Tampaknya ayat ini berbicara tentang 2 lingkup keberadaan Yesus, di
bumi dan di eskatologi - lingkup Roh. Sejak kebangkitanNya, Yesus
ada di realita lingkup ciptaan baru Roh.
Ada referensi Roh sebagai pemberi hidup di Wahyu 11:11-12. “Dua
saksi” (wakil gereja) dan kesaksian mereka dibenarkan di depan du-
nia yg tak percaya. Setelah kematian mereka, Wahyu 11:11-12
mence- ritakan kebangkitan mereka:

11 Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidup-


an dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit
dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat ta-
kut. 12 Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang
nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke
mari!" Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi
awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Di ayat 11, “masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam


mereka” berasal dari Yhz. 37:5, 10:

37:5 Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang


ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu
hidup kembali.
37:10 Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-Nya ke-
padaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, se-
hingga mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kaki-
nya, suatu tentara yang sangat besar.

Teks Wahyu ini sulit ditafsir. Apakah kebangkitan di sini adalah


ki- asan atau kebangkitan fisik? Kesulitan tafsir mendapat
penyelesaian sebagian dari tafsir Yhz. 37:5, 10, yg dilihat sebagai
kiasan pemulihan Israel dari pembuangan Babel. Pemulihan fisik
dari pembuangan Ba- bel juga melibatkan pemulihan rohani.
Kebangkitan rohani ini adalah
pengembangan dari Yhz. 36. “Hidup di tanah perjanjian” (36:28) ada-
lah hasil Allah memberikan Israel “hati baru” dan “roh baru” (36:26)
dan penempatan “Roh”-Nya di dalam umat-Nya (36:27). Ini
adalah referensi tentang Israel yg kembali ke tanah perjanjian dan
menga- lami pembaharuan rohani. Yhz. 37:1-14 juga berbicara hal
yg sama, terlihat di puncak bagian ini, “Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku
akan membiark- an kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan
mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan
membuatnya, demikianlah firman TUHAN” (Yhz. 37:14). Bagian
pertama adalah pengulangan Yhz. 36:27a (“Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu”) dan ba- gian terakhir adalah bahasa lain
dari Yhz. 36:28a (“membiarkan ka- mu tinggal di tanahmu”).
Parallelisme ini memperlihatkan nubuat kebangkitan adalah
hurufiah - yaitu kebangkitan rohani melalui pem- baharuan hati yg
dikerjakan Roh Allah.
Tapi kebangkitan di Wahyu 11:11-12 itu lebih dari sekedar kebang-
kitan “rohani.” Kita tahu dari teks PB lainnya (1 Kor. 15:52; 1
Tes. 4:16–17), dan Wahyu (20:12–15; 21:1–5), bahwa umat Allah akan
dibe- narkan di akhir zaman, seperti Kristus, dengan kebangkitan
tubuh (li- hat 20:12–15; 21:1–22:5). Berdasarkan hal ini, walaupun
Wahyu 11:11- 12 memberi makna simbolik tentang pembenaran
dan pengesahan berita kenabian, ayat lain memberi indikasi
bahwa pembenaran ini terjadi melalui kebangkitan. Yudaisme
mengerti Yhz. 37:1-14 yg di- kutip Wahyu 11:11 sebagai nubuat
tentang kebangkitan fisik di masa yg akan datang. Yohanes juga
mengerti kebangkitan akan digenapi secara penuh di kebangkitan
tubuh, yg juga dilakukan oleh Roh.
GEREJA SEBAGAI ISRAEL YG DITRANSFORMASI &

DIPULIHKAN
14
14.1 pres U pos ISI G ere JA S e BAGAI IS r A el se JA t I

Pasal ini akan membahas keselamatan gereja dan keberadaannya


se- bagai Israel akhir zaman. Orang non-Yahudi, yg menjadi
mayoritas di dalam gereja, adalah Israel yg telah dipulihkan di akhir
zaman. Sebe- lum membahas Gereja sebagai penggenapan janji
pemulihan Israel, pendekatan tafsir Alkitab tentang orang non-
Yahudi sebagai Israel eskatologis harus dibahas terlebih dulu.
Ada 2 presuposisi penting:
(1) Corporate solidarity / wakil / identifikasi, seringkali dikenal se-
bagai “the one and the many” (satu dan banyak). Di PL, tindakan
raja dan nabi mewakili Israel, dan ayah mewakili keluarga. Umat
me- nerima berkat atau kutuk sesuai tindakan yg diwakili raja.
Contoh terbaik adalah Adam, melalui kejatuhan Adam maka semua
manu- sia layak menerima hukuman. Antitesisnya, Kristus, karena
tindakan benarNya, mehasilkan kebangkitan yg akan diterima
semua orang percaya, karena tindakan Kristus mewakili seluruh
umat.
(2) Kristus adalah Israel sejati, dan Dia mewakili seluruh gereja
sebagai kelanjutan dari Israel sejati di PL. Kristus datang untuk me-
lakukan hal yg gagal dilakukan Israel. Setiap orang beriman kepada
Kristus, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi, diidentifikasi ber-
sama Dia sebagai Israel eskatologis sejati. Orang percaya diidentifi-
kasi bersama Kristus sebagai Anak Allah, sehingga mereka menjadi
“anak angkat Allah.” Orang percaya juga diidentifikasi bersama Kris-
tus sebagai gambar Allah, sehingga mereka juga dipulihkan menjadi
gambar dan rupa Allah. Orang percaya juga diidentifikasi bersama
Kristus sebagai Anak Manusia, yg memiliki pengertian Israel sejati
(Dan. 7:13 dalam konteks Dan. 7, Mz. 80:17).
Gelar Yesus, Anak Manusia dan Anak Allah, mencerminkan tokoh
PL, Adam dan Israel. Adam dan Israel adalah 2 sisi dari 1 koin yg sa-
ma. Israel mendapat mandat yg sama dengan Adam. Kristus disebut
“Anak Allah,” nama yg pertama diberikan untuk Adam (Luk. 3:38; cf.
Kej. 5:1-3) dan Israel (Kel. 4:22; Hos. 11:1), yg juga disebut “anak su-
lung” (Kel. 4:22; Yer. 31:9). Demikian pula “Anak Manusia” dari Dan.
7:13 adalah tentang Israel eskatologis dan Raja sebagai anak
Adam yg menjadi wakil mereka yg akan mengalahkan binatang
buas. Jadi, Allah merancang Israel sebagai bangsa Adam, yg menjadi
umat ma- nusia sejati (Ul. 4:6-8). Tapi sayang, Israel sama tidak
setianya seperti Adam.

219
22 G ere JA S e BAGA I IS r A el YG DI tr ANS form A SI & D I p U l I hk A N
0
Hal ini penting untuk pengertian gereja non-Yahudi sebagai pene-
rus Israel sejati. Menjadi Israel sejati bukan berarti diidentifikasi
ber- sama garis keturunan biologis Israel, yg menghapus identitas
bang- sa lain. Tapi, gereja diidentifikasi bersama Adam sejati, yaitu
Yesus, Israel sejati dan Adam terakhir. Konsekuensinya, gereja
menjadi per- mulaan Israel eskatologis yg diidentifikasi dengan
mandat Adam yg semula, umat manusia yg sejati, yg telah digenapi
Kristus.
Karena itu patut diingat, Gereja bukan sekedar mirip Israel, tapi
Gereja adalah Israel sejati. PL bernubuat, di eschaton, bangsa lain
menjadi bagian Isarel, bukan sekedar menjadi bangsa yg ditebus
dan mempertahankan status “kafir” dan ada bersama Israel sebagai
bang- sa yg terpisah. PL juga tidak bernubuat bangsa lain kehilangan
identi- tas dengan mengambil identitas kebangsaan Israel. Tapi,
bangsa lain yg ditebus diidentifikasi bersama Israel dan Allah Israel.
Identitas diri mereka sebagai bagnsa non-Yahudi tidak dihapus, tapi
diikutsertak- an dalam identitas yg lebih besar, yaitu Israel sejati.
Contohnya di PL adalah Rahab, Rut, dan Uria.
Tapi ada perbedaan antara PL dan PB dalam hal bangsa lain yg
ditebus, di PB mereka tidak pindah ke lokasi geografi Israel, disu-
nat, beribadah di Bait Allah, taat hukum makanan, dan menjalankan
hari2 raya, dan ikut hukum yg membedakan Israel dengan bangsa la-
in. Tapi bangsa lain yg ditebus di akhir zaman diidentifikasi bersama
Yesus, Israel sejati, menjadi bagian Bait Allah bersama Dia, dan disu-
nat di dalam kematianNya, dan ditahirkan di dalam Dia. Di zaman
yg baru, Yesus, sebagai Adam / Israel sejati, adalah satu 2-nya label
identifikasi yg melampaui tanda2 kebangsaan zaman dulu.
Pengertian tentang bangsa lain yg bisa menjadi bagian dari Isra-
el akhir zaman, merupakan misteri PL, yg telah disingkapkan di PB.
Itulah sebabnya Paulus berkata dalam Ef. 3:3-6 bahwa “rahasia”
(mus- terion)-nya adalah “orang-orang bukan Yahudi, karena Berita
Injil, tu- rut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan
peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (Ef. 3:6).
Apa esensi “rahasia” ini? PL tidak memiliki pengetian jelas bahwa
ketika Mesias
datang, teokrasi Israel akan berubah total, dilanjutkan hanya oleh
or- ganisme baru dari Mesias (Yesus), Israel sejati. Di dalam Dia,
orang Yahudi dan bangsa lain akan disatukan di dalam kesetaraan.
Banyak penafsir melihat rahasianya adalah kesetaraan, tapi banyak
yg tak memperhatikan dasar kesetaraan ini ada di satu orang,
“Kristus Ye- sus” sebagai Israel sejati, karena di dalam diriNya tidak
ada tanda pembeda, hanya ada kesatuan.
Hubungan bangsa lain dan Israel juga terlihat di Ef. 2:12,
bangsa kafir terpisah di dalam parallel 3 hal ini: (1) “tanpa
Kristus,” (2) “ti- dak termasuk kewargaan Israel,” (3) “tidak
mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.”
Terpisah dari Kristus artinya terpisah dari Israel dan dari
partisipasi janji yg diberikan bagi Isra- el. Ef. 3:6 memperlihatkan
bangsa lain dan Israel berbagi Mesias dan
“janji,” yg telah disebut di 2:12. Bangsa lain terhitung sebagai
Israel terlihat di nubuat Yes. 57:19, tentang pemulihan Israel yg
melibatkan bangsa lain. Nubuat ini menjadi konteks Ef. 2:17,
sekarang bangsa lain telah menjadi bagian Israel di Bait Allah akhir
zaman di Ef. 2:20- 22.
Karena itu, rahasia ini bukan penyingkapan yg benar 2 baru, seba-
liknya memiliki hubungan organik dengan PL, yg sekarang
diperjelas di penyingkapan PB. Di sebagian besar PB, kata “rahasia”
(musterion) dipakai untuk penggenapan nubuat akhir zaman PL,
seringkali de- ngan cara tak terduga, hal yg sama berlaku di sini.
Penggenapan yg tak terduga adalah: dari sudut pandang PL,
waktunya terjadi sekali- gus, tapi ternyata waktu penggenapannya
yg sangat panjang, tahap awal dimulai di kedatangan Kristus yg
pertama, tahap akhir ada di akhir zaman yg belum disingkapkan
kapan terjadinya. Tapi ada as- pek lain dari ketakterdugaan ini, yaitu
cara penggenapannya: bangsa lain menjadi bagian dari Israel sejati,
bukan dengan ziarah ke geogra- fi Israel dan memakai tanda unik
teokrasi Israel, tapi dengan ziarah ke diri Yesus, Israel sejati, dan
diidentifikasi bersama Dia sebagai tan- da utama Israel sejati.
Konsekuensinya, Identifikasi bangsa lain sebagai “Israel” bukan
heremeneutik allegori atau merohanikannya, tapi hermeneutik “le-
gal representative” (wakil sah) atau hermeneutik “corporate”
(kelom- pok), yg menjadi dasar indentifikasi gereja. Kristus adalah
Israel seja- ti, dan gereja juga merupakan Israel sejati, yg memulai
penggenapan janji pemulihan Israel.

14.2 pe NG ert I AN pl te N t A NG BA NGSA l A IN Y G me N JA DI I S -


r A el se JA t I

Pengertian bahwa Mesias menjadi wakil Israel hari terakhir dan bang-
sa lain menjadi bagian Israel sejati, berasal dari PL.

14.2.1 Yesaya 49

Yesaya 49 merupakan pernyataan PL paling jelas bahwa Mesias me-


rangkum seluruh Israel sejati di dalam diriNya. Yes. 49:3-6 berkata,
3 Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku,
Is- rael, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-
Ku." 4 Tetapi aku berkata: "Aku telah bersusah-susah
dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku
dengan sia- sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin
pada TUH- AN dan upahku pada Allahku." 5 Maka
sekarang firm- an TUHAN, yang membentuk aku sejak
dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk
mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel
dikumpulkan kepada-Nya maka aku dipermuliakan di
mata TUHAN, dan Allahku
menjadi kekuatanku ,firman-Nya: 6 "Terlalu sedikit bagi-
mu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan
suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang
Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat
engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya kese-
lamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."

Di sini Hamba dipanggil “Israel”: “Engkau adalah hamba-Ku, Isra-


el, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku” (ayat 3). Tu-
gas Hamba di hari terakhir adalah “menegakkan suku-suku Yakub
dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpeliha-
ra” (ayat 6). Hamba bukan keseluruhan bangsa Israel, karena bangsa
yg berdosa tidak bisa memulihkan diri sendiri, Hamba juga bukan
sisa2 Israel, karena sisa2 Israel juga berdosa, dan jika Hamba ada-
lah sisa2 Israel maka pengertian kalimat ini menjadi tumpang tindih,
“sisa2 Israel mengembalikan sisa 2 Israel.” Ada yg mengidentifikasi
Hamba sebagai nabi, tapi tidak ada indikasi Yesaya mendapat tugas
ini, khususnya yg dijelaskan di pasal 53, dan juga karena Yesaya juga
berdosa dan butuh pengudusan. Karena itu Hamba di Yesaya 49:3
lebih baik dimengerti sebabai individu Hamba mesianik yg akan me-
mulihkan Israel.
Tapi apa relevansi Hamba mesianik yg merangkum Israel sejati
de- ngan bangsa lain? Karena sang Hamba adalah rangkuman dari
kese- luruhan Israel sejati, maka setiap orang yg mau diidentifkasi
sebagai Israel sejati, baik orang Yahudi maupun bangsa lain, harus
diidentifi- kasi bersama Dia (ini implikasi dari Yes. 53). PL tidak
pernah membu- at pernyataan eksplisit tentang hubungan individu
Israel sejati, sang Hamba, dan bangsa lain yg diidentifikasi bersama
Dia, tapi hal ini di- nyatakan secara implisit. PB membuatnya
menjadi eksplisit, seperti yg terlihat di pembahasan Ef. 3 di atas.

14.2.2 Mazmur 87

Mazmur 87 berbicara tentang bangsa lain yg “lahir” di Sion di escha-


ton, sehingga dianggap Israel pribumi:

1 Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung-gunung


yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: 2 TUHAN
lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala
tempat kediaman Yakub. 3 Hal-hal yang mulia dikatakan
tentang engkau, ya kota Allah. Sela 4 Aku menyebut Ra-
hab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku,
bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sa-
na." 5 Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seo-
rang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahating-
gi, menegakkannya. 6 TUHAN menghitung pada wak-
tu mencatat bangsa-bangsa: "Ini dilahirkan di sana." Se-
la 7 Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-
ramai: "Segala mata airku ada di dalammu."
“Hal-hal yang mulia” tentang “Sion,” “kota Allah” (2-3) termasuk di
dalamnya adalah bangsa2 lain yg dianggap “dilahirkan di sana (4).
Kata “di sana” di ayat 4, tempat bangsa2 dilahirkan, adalah Sion, ko-
ta Allah. Di ayat 6, referensi “TUHAN menghitung pada waktu men-
catat bangsa-bangsa” adalah tentang penghitungan di akhir zaman
tentang umat yg “mengenal” Tuhan (4), mereka terhitung sebagai Is-
rael eskatologis sejati karena “lahir di sana” (6b), di “Sion” (2, 5),
“ko- ta Allah” (3). Bangsa lain terhitung warga negara Israel sejati
karena Sion adalah tempat kelahiran rohani mereka.

14.2.3 Yesaya 19

Yesaya 19 memberikan pengertian yg mirip. Yes. 19:18-25 berkata,


18 Pada waktu itu akan ada lima kota di tanah
Mesir yang berbicara bahasa Kanaan dan yang bersumpah
demi TUHAN semesta alam. Satu di antaranya akan
disebutkan Ir-Heres. 19 Pada waktu itu akan ada
mezbah bagi TUH- AN di tengah-tengah tanah Mesir
dan tugu peringatan bagi TUHAN pada perbatasannya.
20 Itu akan menjadi tanda kesaksian bagi TUHAN
semesta alam di tanah Me- sir: apabila mereka berseru
kepada TUHAN oleh karena orang-orang penindas,
maka Ia akan mengirim seorang juruselamat kepada
mereka, yang akan berjuang dan ak- an melepaskan
mereka. 21 TUHAN akan menyatakan di- ri kepada
orang Mesir, dan orang Mesir akan mengenal TUHAN
pada waktu itu; mereka akan beribadah dengan korban
sembelihan dan korban sajian, dan mereka akan
bernazar kepada TUHAN serta membayar nazar itu. 22
TUHAN akan menghajar orang Mesir, akan menghajar
dan menyembuhkan; dan mereka akan berbalik kepada
TUHAN dan Ia akan mengabulkan doa mereka serta me-
nyembuhkan mereka. 23 Pada waktu itu akan ada
jalan raya dari Mesir ke Asyur, sehingga orang Asyur
dapat ma- suk ke Mesir dan orang Mesir ke Asyur, dan
Mesir akan beribadah bersama-sama Asyur. 24 Pada
waktu itu Israel akan menjadi yang ketiga di samping
Mesir dan di sam- ping Asyur, suatu berkat di atas
bumi, 25 yang diberkati oleh TUHAN semesta alam
dengan berfirman: "Diberkati- lah Mesir, umat-Ku, dan
Asyur, buatan tangan-Ku, dan Israel, milik pusaka-Ku."

Teks ini juga berbicara tentang pemulihan bangsa 2 di hari terakhir,


terutama Mesir dan Asyur. Ke-2 negara ini tidak menjadi bagian
Isra- el, tapi mendapat pemulihan keselamatan. Alasannya adalah
“Israel
akan menjadi yang ketiga di samping Mesir dan di samping
Asyur, suatu berkat di atas bumi” (24). Tapi ada indikasi Mesir
diidentifikasi sebagai Israel, karena “berbicara bahasa Kanaan”
(18), yg dikaitkan dengan “bersumpah demi TUHAN semesta
alam.” Sumpah kesetia- an kepada Tuhan diucapkan dalam b. Ibrani,
konotasinya Mesir dike- nal sebagai Israel pribumi. Selain itu, Mesir
dipanggil “umat-Ku,” di tempat lain istilah “umat-Ku” (ammi) selalu
dipakai untuk Israel (mi- salnya di Yesaya, selain Yes. 19:25 dipakai
25x lagi). Demikian pula Asyur dipanggil “buatan tangan-Ku,”
istilah ini muncul 4x di Yesaya, sebuah referensi Israel sebagai
ciptaan Allah.

14.2.4 Yesaya 56

Yesaya 56 mengembangkan tema bangsa lain diidentifikasi


bersama Israel. Di pemulihan eskatologis (ayat 1), bangsa lain
dinasihati: “Ja- nganlah orang asing yang menggabungkan diri
kepada TUHAN ber- kata: ’Sudah tentu TUHAN hendak memisahkan
aku dari pada umat- Nya”’ (ayat 3). Dan sida2 juga tidak dipisahkan
dari Tuhan (3-4). Sebe- lumnya sida2 tidak boleh beribadah di Bait
Allah (Ul. 23:1) dan tidak boleh menjadi imam, sekarang mereka
bebas masuk Bait Allah (5). Walaupun orang asing yg bertobat
tidak dilarang beribadah di Bait Allah, mereka tidak boleh menjadi
imam, karena mereka tidak bera- sal dari suku Lewi. Tapi di masa
pemulihan Israel, orang asing yg ber- tobat (“yang menggabungkan
diri kepada TUHAN ”) bisa “melayani Dia” dengan “korban-korban
bakaran dan korban-korban sembelih- an” di atas “mezbah” di
“rumah” (Bait Allah) (6-7). Walaupun kata “melayani” (sarat) bisa
dipakai untuk pelayanan di luar Bait Allah, ka- ta ini 75x dipakai
untuk imam yg melayani di Bait Allah, dari sekitar 100x
pemakaiannya di PL. Orang asing di Yes. 5:6-7 menjadi imam
terlihat dari fakta mereka melayani di “rumah” Allah (disebut 3x di
ayat 7). Terlebih lagi pelayanan mereka menyangkut “korban-korban
bakaran dan korban-korban sembelihan” di atas “mezbah” Allah, se-
perti yg dilakukan imam ketika mereka melayani (sarat).

14.2.5 Yesaya 66

Bangsa lain yg menjadi imam di Bait Allah akhir zaman juga dijelask-
an di Yes. 66:18-21:
18 Aku mengenal segala perbuatan dan rancangan me-
reka, dan Aku datang untuk mengumpulkan segala bang-
sa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan
melihat kemuliaan-Ku. 19 Aku akan menaruh tanda di
tengah-tengah mereka dan akan mengutus dari antara me-
reka orang-orang yang terluput kepada bangsa-bangsa,
yakni Tarsis, Pul dan Lud, ke Mesekh dan Rosh, ke Tubal
dan Yawan, ke pulau-pulau yang jauh yang belum
per-
nah mendengar kabar tentang Aku dan yang belum
per- nah melihat kemuliaan-Ku, supaya mereka
memberitakan kemuliaan-Ku di antara bangsa-bangsa. 20
Mereka itu ak- an membawa semua saudaramu dari
antara segala bang- sa sebagai korban untuk TUHAN di
atas kuda dan kereta dan di atas usungan, di atas bagal
dan unta betina yang ce- pat, ke atas gunung-Ku yang
kudus, ke Yerusalem, firman TUHAN, sama seperti
orang Israel membawa korban da- lam wadah yang
tahir ke dalam rumah TUHAN. 21 Juga dari antara
mereka akan Kuambil imam-imam dan orang- orang
Lewi, firman TUHAN.

Yes. 66:7-14 fokus kepada pemulihan Israel yg setia, tapi Yes. 66:14b-
18a menubuatkan penghakiman bagi yg tak setia. Kemudian Yes. 66:18b-
21 fokus kepada bangsa2 yg akan dikumpulkanNya. Ayat 18b berkata,
Allah akan mengumpulkan segala bangsa, sehingga mereka melihat
kemuliaanNya.
Kata “mereka” di ayat 19 kemungkinan besar adalah Israel yg setia,
yg tersisa setelah penghakiman, dan mulai dipulihkan. Mereka seka-
rang pergi ke segala bangsa untuk memberitakan pemulihan ilahi
(“memberitakan kemuliaan-Ku di antara bangsa-bangsa”).
Siapa “saudara” yg disebut di ayat 20?
“Saudara” adalah Israel yg dipulihkan atau bangsa2 lain yg mene-
rima berita tentang kemuliaan Allah. Biasanya kata “saudara” (akh)
dipakai untuk etnis yg sama, yaitu Israel. Tapi alur pemikiran teks
ini mengarah ke bangsa lain yg dikumpulkan Tuhan. Hal ini
diperkuat dengan pengamatan ke-2: di kitab Yesaya dan nabi lain,
tidak pernah disebutkan Israel memulihkan orang Israel lainnya.
Pengamatan ke-3 juga mendukung pengertian “saudara” sebagai
bangsa lain. Ayat 20 diakhiri dengan kiasan perbandingan
misionaris Israel dengan bang- sa lain: “seperti orang Israel
membawa korban dalam wadah yang tahir ke dalam rumah
TUHAN.”
Jika tafsir ini benar, “saudara” di Yes. 66:20 adalah bangsa lain yg
bertobat, ayat 21 secara natural ditujukan kepada bangsa lain. “Ju-
ga dari antara mereka akan Kuambil imam-imam dan orang-
orang Lewi.” Allah tidak perlu lagi berfirman tentang imam dan
Lewi yg diambil dari Israel (hal yg sudah umum), tapi Dia
berfirman tentang imam dan Lewi yg berasal dari bangsa lain di
akhir zaman.

14.2.6 Zakharia

Zakh. 2:11 berkata, “dan banyak bangsa akan menggabungkan di-


ri kepada TUHAN pada waktu itu dan akan menjadi umat-Ku
dan Aku akan diam di tengah-tengahmu." Maka engkau akan
mengeta- hui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku
kepadamu.” Di PL, bangsa lain jarang dipanggil sebagai umat
Tuhan, karena isti- lah ini dikhususkan untuk Israel. Di tempat
lain di Zakharia (8:7, 8;
13:9) kata ini dipakai untuk Israel. Karena itu bangsa lain yg
berzia- rah ke Israel (2:12; 8:22-23) dianggap telah bertobat
menjadi bangsa Israel, dan memakai gelar Israel “umat-Ku.”

14.2.7 Yehezkiel 47

Yhz. 47:21-23 berkata:


21 "Tanah inilah kamu harus bagi-bagi di antara
kamu menurut suku-suku Israel. 22 Dan kamu harus
membagi- baginya menjadi milik pusaka di antara
kamu dan di an- tara orang-orang asing yang tinggal di
antara kamu, yang melahirkan anak di tengah-tengahmu
dan mereka harus kamu anggap sama seperti orang Israel
asli; bersama-sama kamu mereka harus mendapat
bagian milik pusaka di tengah-tengah suku-suku Israel.
23 Jadi kalau di tengah- tengah sesuatu suku ada
tinggal orang asing, di situlah kamu berikan milik
pusakanya, demikianlah firman Tuh- an ALLAH.
Orang asing telah menjadi bagian dari bangsa Israel, terlihat dari
fak- ta bahwa mereka “mendapat bagian milik pusaka di tengah-
tengah suku-suku Israel.” Milik pusaka hanya diperuntukan bagi
bangsa Is- rael asli.
Di awal pendirian negara Israel, bangsa Israel memiliki status “asing”
(gerim), Im. 25:23 berkata, “Tanah jangan dijual mutlak, karena Aku-
lah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan penda-
tang bagi-Ku.” Orang Israel hanya pengembara di Tanah Perjanjian.
Sekarang Yhz. 47:22 berkata orang asing yg jadi pengembara di nega-
ra Israel, berbagi tanah dengan bangsa Israel asli. Hal ini akan terjadi
di eschaton.

14.3 pe NG ert IAN p B te N t ANG IS r A el se JA t I

Dengan pelbagai cara, PB mengidentifikasi gereja dengan Israel.

14.3.1 Nama dan Kiasan Israel dipakai untuk gereja

14.3.1.1 Paulus
Orang Kristen adalah Kekasih Allah, Pilihan, dan Gereja
Allah menyebut Israel sebagai “kekasih” (Ul. 32:15; 33:12; Yes. 44:2’
Yer. 11:15; 12:7; 51). Hal ini menjadi latar belakang sebutan Paulus ba-
gi gereja Tesalonika sebagai “yang dikasihi Allah” (1 Tes. 1:4).
Kom- binasi “kasih” dan “pilihan” bagi Israel di PL menjadi latar
belakang 1 Tes. 1:4, “Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang
dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.” Mereka juga
disebut “jemaat [gere- ja]” (ekklesia). Kata Yunani ekklesia di LXX
dipakai untuk orang Israel
14.3 pe NG ert I AN p B te N t AN G I S r A el se JA t I 22
7
(lihat LXX Ul. 23:2-3; 31:30; 1 Sam. 17:47; 1 Taw. 28:8; Neh. 13:1). Ini
bukan sekedar kiasan, Gereja adalah kelanjutan umat Israel di PL.
Pernyataan lain orang Kristen sebagai “kekasih” Allah ditemukan
di Rom. 9:25: “seperti yang difirmankan-Nya juga dalam kitab nabi
Hosea: "Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan yang buk-
an kekasih: kekasih.” Ini adalah kutipan dari Hos. 2:23. Hosea ber-
nubuat tentang keselamatan Israel, tapi Paulus mengaplikasikannya
untuk bangsa lain. Hal ini bukan sekedar analogi, tapi penggenapan
dari nubuat.
Orang Kristen adalah Anak2 Allah, Benih Abraham, Israel, Yerusalem,
Yahudi yg Disunat
Di pasal sebelumnya telah dibahas Yesus adalah Anak Allah dan
Anak Manusia, dalam peranNya sebagai Adam dan Israel akhir zam-
an.
Identifikasi orang percaya bersama Yesus, Israel sejati dan Anak
Allah, menjadi alasan mereka juga dipanggil “anak 2 Allah.” Karena
Yesus adalah Anak Allah, maka mereka yg diidentifikasi bersama
Yesus disebut “anak angkat,” bukan anak natural seperti Yesus, tapi
diadopsi ke dalam keluarga Allah (Gal. 4:4-7).
Pengertiaan orang Kristen menjadi bagian dari Israel, keluarga Allah,
dinyatakan dengan baik di Galatia. Ada satu Mesias, yg diidentifika-
si bersama Israel, dan mewakili umatNya (Yes. 49). Paulus melihat
Kristus sebagai rangkuman Israel sejati, dan semua orang, Yahudi
dan non-Yahudi, yg diwakili Yesus, adalah Israel sejati. Gal. 3:15, 26,
29 menyatakan konsep ini.
Gal. 3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan segala
janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan
"ke- pada keturunan-keturunannya" seolah-olah
dimaksud ba- nyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan
kepada keturu- nanmu", yaitu Kristus.
Gal. 3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah
karena iman di dalam Yesus Kristus.
Gal. 3:29 Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka
kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak mene-
rima janji Allah.
Kristus adalah penggenapan janji benih Abraham, dan semua orang
yg beriman yg diidentifkasi bersama Dia dianggap “anak2 Allah”
(3:26) dan juga menjadi “benih Abraham, pewaris menurut janji”
- yaitu penggenapan janji. Di PL “benih Abraham” adalah
referensi tentang Israel, bukan bangsa lain, walaupun benih Israel
ini akan menjadi berkat bagi bangsa lain (Kej. 12:7; 13:15-16; 15:5;
17:8; 22:17-
18; 26:4; 32:12).
Konsekuensinya, orang percaya adalah anak dari “Yerusalem
sor- gawi,” “ibu” mereka, sehingga dianggap lahir di Yerusalem
sejati (Gal. 4:26, 31), karena itu dianggap penduduk asli
Yerusalem. Pau- lus memakai latar belakang Mz. 87, yg bernubuat
bangsa lain akan
lahir di Yerusalem akhir zaman, menjadi anak dari ibu mereka, Yeru-
salem. Karena itu Paulus bisa berkata, “bersunat atau tidak bersunat
tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada
arti- nya” (Gal. 6:15). Paulus berkata orang yg “dipimpin oleh patokan
ini” (bukan berdasarkan etnis di ciptaan baru), “turunlah kiranya
damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik
Allah” (Gal. 6:16). Orang percaya, Yahudi dan non-Yahudi,
disebut “Israel milik Allah.”
Itulah sebabnya Paulus menyebut generasi pertama Israel
sebagai “nenek moyang” dari orang Kristen di Korintus (1 Kor. 10:1),
kontras dengan orang Israel yg tak percaya sebagai “Israel
menurut daging” (1 Kor. 10:18). Paulus juga menyebut bangsa lain
“kawan sewarga” bersama “orang-orang kudus” Yahudi, karena
bangsa lain tidak la- gi “tidak termasuk kewargaan Israel” (Ef.
2:12, 19). Bangsa lain yg percaya Yesus adalah “orang Yahudi sejati
ialah dia yang tidak nam- pak keyahudiannya” yg di“sunat di dalam
hati, secara rohani” (Rom. 2:26-29). Sebaliknya orang Yahudi yg tak
percaya disebut “penyunat- penyunat yang palsu” sedangkan
jemaat Filipi adalah “orang-orang bersunat” (Fil. 3:2-3), karena
orang Kristen “telah disunat, bukan de- ngan sunat yang dilakukan
oleh manusia, tetapi dengan sunat Kris- tus” (Kol. 2:11).
Orang Kristen adalah Mempelai Kristus
Israel adalah istri dari Yahweh di PL (Yes. 54:5–6; Yhz. 16:32;
Hos. 1:2), tapi Israel telah menjadi pelacur (mis. Yhz. 16). Paulus
menyebut gereja sebagai mempelai Kristus di 2 Kor. 11:2; Ef. 5:25-27.
Orang Kristen adalah Kebun Anggur atau Ladang
Israel disebut sebagai “kebun anggur” Allah atau “ladang” di
PL. Perumpamaan kebun anggur di Yes. 5:1-7 berbicara tentang
Israel dan ditutup dengan “Sebab kebun anggur TUHAN semesta
alam ialah kaum Israel.” (cf. Yer. 12:10; Yhz. 19:10).
Perumpamaan Yesus tentang kebun anggur (Mat. 21:33-41; cf. Yes.
5:1-7) juga menjadi latar belakang pandangan Paulus tentang
gereja sebagai kebun anggur. Yesus berkata, pengusaha kebun
anggur (pe- mimpin Israel) tak memperdulikan hamba dari pemilik
kebun ang- gur ini (nabi2) dan membunuh anak pemilik (Yesus).
Akibatnya sang Pemilik (Allah) “akan membinasakan orang-orang
jahat itu dan ke- bun anggurnya akan disewakannya kepada
penggarap-penggarap la- in , yang akan menyerahkan hasilnya
kepadanya pada waktunya” (Mat. 21:41). Yesus kemudian
memberikan tafsirannya “Kerajaan Allah akan diambil dari padamu
dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan
buah Kerajaan itu” (Mat. 21:43).
Di 1 Kor. 3 Paulus menyebut dirinya sebagai orang yg “menanam”
dan Apollos sebagai orang yg “menyiram” Firman Allah, tapi bukan
mereka berdua yg memberi pertumbuhan (1 Kor. 3:5-8). Allah sendiri
yg memberi pertumbuhan (3:6b-7). Ayat 9 menyebut gereja Korintus
sebagai “ladang Allah” atau “kebun anggur Allah.”
Orang Kristen adalah Bagian dari Pohon Zaitun
Israel (Yes. 17:6; Yer. 11:16; hos. 14:6), tokoh ideal di Israel
(Mz. 128:3), dan pemimpin Israel (Hak. 9:8-9; Mz. 52:8; Zak. 4:3, 11-
12) se- ring digambarkan sebagai “pohon zaitun” (LXX: elaia).
Personfikasi Hikmat, yg menjadikan Israel sebagai tempat
tinggalnya, juga dise- but “pohon zaitun yg indah” (Sir. 24:14), dan
imam besar Israel ada- lah “pohon zaitun yg berbuah lebat” (Sir.
50:10).
Di Rom. 11:17, 24 Paulus menyebut bangsa2 lain sebagai
“tunas liar” yg telah dicangkokkan di “pohon zaitun” (elaia)
Israel. Paulus memakai gambaran umum Israel sebagai pohon zaitun
di PL. Bangsa lain sekarang disatukan dengan Israel, menjadi
penerus Israel sejati.
Orang Kristen adalah Umat yg Ditebus dan Umat Khusus Allah
Di Titus 2:14, Paulus berkata bahwa Kristus “telah
menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala
kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat,
kepunyaan-Nya sen- diri [heauto laon periousion], yang rajin
berbuat baik.” Istilah “umat khusus” (auto [moi] laon periousion)
muncul berulangkali di Pentateu- ch LXX (Kel. 19:5; 23:22; Ul. 7:6;
14:2; 26:8).
Ketika Paulus memakai kata “umat” (laos) untuk orang Kristen Ya-
hudi dan non-Yahudi, hal ini memiliki makna sejarah keselamatan
penting. Kata ini di LXX biasanya dipakai untuk Israel, terutama se-
bagai umat Allah (mis. Kel. 19:4-7; Ul. 4:6; 32:9, 36, 43, 44). LXX
me- makai laos sebagai terjemahan dari kata Ibrani am. LXX
menyebut bangsa lain dengan “bangsa” (ethne), jarang sekali
disebut “umat” (laos). Paulus bisa memakai “umat” (laos) bagi
gereja, yg terdiri da- ri orang Yahudi dan Yunani, ketika dia
melakukannya, dia melihat gereja sebagai penerus eskatologis dari
Israel sejati.
Bagian III

TEOLOGIPB-SEBUAHKEPELBAGAIAN

Anda mungkin juga menyukai