DIKTAT
PB - I
PENGANTAR
2
Istilah Perjanjian Baru (New Testament)
Kata testament berasal dari kata Latin testamentum yang dalam Alkitab
Vulgate (Bahasa Latin) Jerome dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani
tyrIB. (B$r'T)
Daud,
Musa
dan
bangsa
Israel
(Kel
19:5;
34:10,
27).
Muratorian
yang
ditulis
pada
abad
yang
sama.
Tulisan
2 Raymond E. Brown, An Introduction to the New Testament (New York: Doubleday, 1997), 3-4. Lihat juga Harry Y.
Gamble, The New Testament Canon: Its Making and Meaning (Philadelphia: Fortress Press, 1985), 19.
3 Brown, Ibid.
kitab-kitab
PB
(latar
belakang,
kriteria
dan
proses
modern,
karena
mereka
mengasumsikan
bahwa
4 David E. Garland, Background Studies and New Testament Interpretation dalam New Testament Criticism &
Interpretation, diedit oleh David Alan Black & David S. Dockery (Grand Rapids: Zondervan Publishing House,
1991), 349.
khusus
seringkali
sangat
menentukan
metode
dan
hasil
5 Untuk ringkasan yang bermanfaat tentang signifikansi studi Pengantar PB, lihat Donald Guthrie, Questions of
Introduction dalam New Testament Interpretation: Essays on Principles and Methods, ed. by I. Howard Marshall
(Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1991, c1977), 105-116; Scott McKnight, Interpreting the
Synoptic Gospels (Grand Rapids: Baker Book House, 1990, c1988), 19-26.
6 Untuk sejarah studi Injil Yohanes dan pengaruhnya dalam interpretasi, lihat Gary M. Burge, Interpreting the
Gospel of John (Grand Rapids: Baker Books, 1992), 15-36.
5
Donald Guthrie, New Testament Introduction (4th ed.; Downers Grove, IL:
InterVarsity, 1990).*
Buku ini merupakan sumbangan paling signifikan dalam studi Pengantar PB
dari perspektif konservatif. Pembahasan setiap topik disampaikan begitu
detail dan jelas. Setiap pandangan liberal dibahas dengana rgumentasi yang
benar-benar solid.
Ralph P. Martin, New Testament Foundations: A Guide for Christian Students (rev.
ed.; 2 vols.; Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1986).*
Buku ini merupakan sumbangan berharga yang lain dari sarjana Injili. Secara
umum buku ini dapat dilihat sebagai pelengkap buku Donald Guthrie.
Banyak topik menarik dalam buku ini belum dibahas dalam buku Donald
Guthrie.
D. A. Carson, Douglas J. Moo and Leon Morris, An Introduction to the New
Testament (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1992).*
Buku ini ditulis oleh para sarjana Injili yang sangat terkenal dan sangat
direkomendasikan bagi mahasiswa pemula. Para penulis telah memilahmilah bagian mana yang penting bagi pemula. Pembahasan tentang topik
yang agak sulit disampaikan dalam bahasa yang sangat jelas. Satu-satunya
kekurangan buku ini adalah absennya bagian pengantar umum.
Raymond E. Brown, An Introduction to the New Testament (New York: Doubleday,
1997).
Buku ini ditulis oleh sarjana Roma Katolik, namun pandangan dalam buku ini
bersifat interdenominasi. Beberapa pandangan tidak sesuai dengan
pandangan Injili. Ada tiga kelebihan buku ini: (1) bagian pengantar umum
yang sangat informatif dan berguna dalam studi PB; (2) ringkasan setiap
kitab yang ditulis pada awal pembahasan; (3) bibliografi yang cukup lengkap
pada bagian akhir setiap pembahasan.
Catatan: tanda asterisk (*) menunjukkan buku-buku yang ada di perpustakaan STT
atau
segera
sesudah
masa
Perjanjian
Baru. 7
Untuk
7 Sebagai perjumpaan awal dengan primary sources, mahasiswa sangat dianjurkan untuk membaca kutipan-kutipan
primary sources dalam buku C. K. Barret, ed., The New Testament Background: Writings from Ancient Greece and
the Roman Empire That Illuminate Christian Origins (edisi revisi; San Fransisco: HarperSanFransisco, 1989).
7
PL tetap memegang peranan penting dalam membentuk pemikiran bangsa
Yahudi pada jaman PB. Ajaran PL yang sentral dan dominan adalah
signifikansi Taurat dan pengharapan/janji bahwa keadilan Allah akan
direalisasikan secara penuh pada suatu masa melalui seorang Pembebas
yang akan dikirim oleh Allah. Topik ini dimulai sejak pemberitaan para nabi
dan terus mendominasi sampai jaman Yesus. Banyak hal yang terjadi pada
masa intertstamental terkait dengan dua topik ini: Taurat dan pengharapan
pelepasan.
Perlu ditambahkan bahwa Alkitab PL yang paling banyak dipakai adalah LXX
(Septuaginta), yaitu terjemahan PL ke dalam bahasa Yunani sekitar abad ke3 sampai ke-1 SM. Terjemahan ini dilakukan di Aleksandria (Mesir) oleh 70
(72?) ahli kitab bangsa Yahudi. Mayoritas kutipan PL dalam PB diambil dari
LXX, bukan dari teks Ibraninya secara langsung.
M.
Mereka
menyebut
kitab-kitab
tersebut
dengan
istilah
8 Tambahan kata Perjanjian Lama pada istilah Apokrifa Perjanjian Lama perlu dilakukan untuk membedakannya
dengan kitab-kitab apokrifa Perjanjian Baru yang ditulis selama atau setelah abad ke-2 M, misalnya Injil Thomas,
Injil Filipus, Apokaliptik Paulus.
9 Jumlah pasti apokrifa masih diperdebatkan. Alkitab resmi Katolik, yaitu Latin Vulgate, memasukkan 1 Esdras,
2Esdras dan Doa Manasseh ke dalam apokrifa, sedangkan Konsili Trente menolak tiga kitab tersebut. Katolik
menganggap 1 dan 2 Esdras sebagai apokrifa. Lihat Nike Pamela, Studi Kritis Kitab-kitab Apokrifa Perjanjian Lama
(Surabaya: Skripsi Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya, tidak diterbitkan, 1998), 59.
8
Daftar nama kitab apokrifa Perjanjian Lama
TobitTambahan kitab Daniel
Yudit
1 Makabe
2 Makabe
Kebijaksanaan Salomo
1 Esdras
2 Esdras
Barukh
Doa Manasseh
Terjemahan standard:
Bruce M. Metzger, ed., The Oxford Annotated Apocrypha (New York:
Oxford University Press, 1977).
R. H. Charles, ed., The Apocrypha and Pseudepigrapha of the Old
Testament, 2 vols. (Oxford: Clarendon Press, 1913).
Terjemahan apokrifa dalam bahasa Indonesia telah diterbitkan oleh
Lembaga Biblika Indonesia (LBI) pada tahun 1976 dan 1993. Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI) telah menerbitkan apokrifa beserta Alkitab PL
dan PB pada tahun 1994. Tafsiran masing-masing kitab apokrifa juga
telah diterbitkan pihak Katolik melalui penerbit Kanisius.
Pseudepigrafa
Istilah pseudepigrafa (lit. tulisan-tulisan palsu) dipakai karena kitabkitab tersebut memakai nama tokoh-tokoh PL yang besar sebagai penulis.
Hal ini bukan dimaksudkan sebagai penipuan publik, tetapi untuk memberi
kesan penting bagi kitab-kitab tersebut. 10 Para sarjana berbeda pendapat
tentang ketepatan istilah tersebut dan kitab-kitab mana saja yang termasuk
di dalamnya. Terlepas dari perdebatan tersebut dan dalam kaitan dengan
latar belakang PB, yang paling penting adalah pseudepigrafa yang ditulis
antara abad ke-2 SM sampai abad ke-1 M.
Kitab-kitab pseudepigrafa memberikan pencerahan tentang keberagaman
corak Yudaisme yang berkembang pada masa itu. Yudaisme tidak hanya
terkait dengan konsep Mesianis, tetapi juga ketertarikan terhadap isu
dualisme baik dan jahat, dan lain-lain. Selain itu, pseudepigrafa memiliki
pengaruh langsung terhadap PB. Beberapa teks dianggap berakar dari
tulisan pseudepigrafa, misalnya 1Pet 3:18-22 dan Yud 6 (dari 1Enoch dan
Testament of Naphtalie).
10 M. A. Manton, Kamus Istilah Sarjanai: Inggris-Indonesia (Malang: Gandum Mas, 1995), 120.
9
Daftar nama kitab pseudepigrafa yang penting
Apocalypse of Abraham
Testament of Abraham
Apocalypse of Daniel
Testament of Levi
Apocalypse of Elijah
Testament of Solomon
Assumption of Moses
Jubilees
Ascension of Isaiah
3, 4 Makabe
2, 3, 4 Baruch
Psalms of Solomon
1, 2, 3 Enoch
4 Ezra
Terjemahan standard:
R. H. Charles, ed., The Apocrypha and Pseudepigrapha of the Old
Testament, 2 vols. (Oxford: Clarendon Press, 1913).
James H. Charlesworth, ed., The Old Testament Pseudepigrapha,
2vols.(New York: Doubleday, 1983-1985).
bersama
dengan
menekankan
kepemilikan
komunal
dan
11 Mahasiswa pemula sangat dianjurkan membaca buku Joseph A. Fitmyer, S. J., Responses to 101 Questions on the
Dead Sea Scrolls (New York: Paulist Press, 1992). Bagi yang ingin memperdalam topik ini direkomendasi untuk
membaca tulisan dari penulis yang sama, yaitu The Dead Sea Scrolls: Major Publications and Tools for Study, SBS 8
(Missoula, Mont.: Scholars, 1977).
10
Qumran,
tafsiran-tafsiran
PL
(pesher)
yang
sangat
berfokus
pada
aliran
dan
sekte.
Pengetahuan
ini
sangat
penting
untuk
h^yy^j^d
MMT (m!qJ*T
= Peraturan Masyarakat)
= Kumpulan Perbuatan-
perbuatan Taurat)
Keterangan tambahan:
Penamaan Naskah Laut Mati biasanya terdiri dari nomer gua
tempat ditemukan naskah yang dimaksud, Q (simbol untuk
11
Qumran), jenis tulisan, nama kitab PL. Contoh: 1QpHab berarti
ditemukan di gua 1, jenis tulisan = tafsiran, dari kitab Habakuk.
Untuk jenis salinan PL biasanya hanya memakai nomer gua, Q,
nama kitab PL dan nomer salinan. Contoh: 1QIsa a berarti
ditemukan di gua 1, salinan kitab Yesaya, salinan nomer a.
Terjemahan standard:
G. Vermes, The Dead Sea Scrolls in English (edisi ke-2; New York:
Penguin, 1975).
A. Dupont-Sommer, The Essence Writings from Qumran
(London:
Tulisan Josephus
Flavius Josephus berasal dari keluarga imam. Pada tahun 60-an ia dipilih
untuk memimpin pasukan Yahudi dalam peperangan melawan penjajahan
Romawi. Ia sejak awal sudah kurang setuju dengan ide untuk perang
tersebut dan menyarankan bangsa Yahudi untuk menyerah (berdamai). Ia
akhirnya
ditangkap
jendral
Vespasianus
dan
dibawa
ke
Roma.
Ia
terwujud,
ia
justru
mendapat
posisi
menguntungkan
di
12
2) The Antiquities of the Jews. Kitab ini berisi 20 jilid sejarah bangsa Yahudi
mulai dari Kejadian sampai kehancuran Yerusalem/bait pada tahun 70 M
serta akibat dari penghancuran tersebut.
3) Against Apion. Kitab ini merupakan autobiografi Josephus sekaligus
pembelaan terhadap tuduhan-tuduhan yang biasa ditujukan pada
bangsa Yahudi.
Ada dua kontribusi penting yang diberikan Josephus. Pertama, tulisan-tulisan
Josephus telah menjadi sumber utama untuk mengetahui sejarah bangsa
Yahudi pada masa intertestamental. Apa yang ditulis jauh lebih bermanfaat
daripada apa yang ada dalam kitab Makabe maupun tulisan historis
pengarang Romawi. Kedua, tulisan Josephus juga menyinggung beberapa
hal tentang Yesus dan kekristenan. Hal ini paling tidak meneguhkan
kredibilitas catatan Alkitab tentang topik-topik yang disinggung. Catatan
Josephus tentang kekristenan ini dikenal dengan istilah Testimonium Flavius
(lit. kesaksian Flavius). Ada beberapa kontroversi seputar kesaksian ini,
karena tulisan Josephus hanya dipelihara dan disalin oleh orang Kristen
serta ada indikasi kuat di beberapa bagian telah terjadi penambahan oleh
para penyalin Kristen.
Terjemahan standard:
H. St. J. Thackeray et al., eds., Josephus, Loeb Classical Library, 10
vols. (Cambridge: Harvard University Press, 1926-1965).
William Whiston, The Works of Josephus: Complete and Unabridged,
edisi baru (Peabody: Hendrickson, 1987).
Philo
Philo adalah seorang Yahudi yang hidup di Aleksandria (Mesir) pada tahun
20 SM 50 M. Ia menafsirkan hukum Musa berdasarkan perspektif filosofi
Yunani (Plato) sebagai usaha untuk menjembatani antara iman dan kultur
hellenistik (Yunani) waktu itu. Dualisme Plato 12 sangat mempengaruhi cara
12 Secara sederhana, dualisme Plato dapat dijelaskan sebagai pandangan yang membedakan antara yang tampak
(bentuk/form) dan yang tidak tampak (ide/idea). Yang tampak sifatnya tidak sempurna, sedangkan yang tidak tampak
sifatnya sempurna. Salah satu bagian dari tulisan Plato yang dapat menjelaskan konsep ini dengan baik adalah
Allegory of the Cave yang dicatat di Republic vii. 514A-517A. Lihat C. K. Barret, The New Testament Background,
62-65.
13
Philo menginterpretasikan Alkitab dan menghasilkan penafsiran yang biasa
disebut sebagai alegorisasi, yaitu bentuk penafsiran yang berusaha mencari
arti yang lebih dari sekedar arti hurufiah.
Sebagian sarjana mencoba menghubungkan tulisan Philo dengan Injil
Yohanes 1:1-18 atau surat Ibrani, tetapi hal itu masih bisa diperdebatkan.
Bagaimanapun, tulisan Philo tetap memegang peranan penting karena
mewakili paradigma bangsa Yahudi yang hidup di diaspora (perantauan),
apalagi golongan Yahudi ini jumlahnya cukup signifikan. Selain itu, Philo juga
mewakili kalangan intelektual Yahudi. Dari pemaparan ini sekali lagi terlihat
keberagaman Yudaisme abad ke-1 M. Istilah normative Judaisme yang
dahulu sering dipakai oleh sebagian sarjana memang benar-benar harus
dilupakan. Tidak ada satu tulisan yang mampu mewakili seluruh aliran dan
tradisi Yudaisme waktu itu.
Terjemahan standard:
C. D. Yonge, The Works of Philo: Complete and Unabridged, edisi baru
(Peabody: Hendrickson, 1993).
F. H. Colson et al., eds., Philo, Loeb Classical Library, 10 vols.
(Cambridge: Harvard University Press, 1929-1953).
13 Diambil dari Warren Heard, New Testament Background dalam Introducing New Testament Interpretation,
diedit oleh Scott McKnight (Grand Rapids: Baker Book House, 1989), 23.
14
1) Polybius (203-120 SM) tentang sejarah dunia.
2) Diodorus Siculus (abad ke-1 SM) sebuah survei historis.
3) Strabo (64 SM 21 M) termasuk komentar tentang Palestina.
4) Livy (59 SM 17 M) secara khusus memperhatikan politik luar negeri
dan menyinggung tentang Palestina.
5) Tacitus (55 110 M) survei sejarah Yahudi sampai Perang Yahudi I
(Annals dan History).
6) Suetonius (69 140 M) biografi kaisar Roma dari Kaisar Agustus
sampai Kaisar Domitian (The Lives of the Caesars).
7) Appian (abad ke-2 M) tentang periode 133 27 SM).
8) Dio Cassius (155-235 M) tentang peristiwa antara 69 SM 46 M.
Catatan: Selain nama-nama di atas Cicero dan Plutarch juga perlu mendapat
perhatian serius.
Terjemahan standard:
Terjemahan masing-masing karya penulis di atas telah diterbitkan
oleh Loeb Classical Library atau Penguain Classicis.
Nag Hammadi
Pada tahun 1945 di daerah utara Mesir ditemukan sekitar 45 tulisan dalam
bahasa Coptic (bahasa Mesir yang lebih muda dan menggunakan huruf
Yunani). Kumpulan tulisan tersebut merupakan terjemahan dari dokumendokumen berbahasa Yunani yang ditulis pada abad ke-1 sampai ke-3 M.
Salah satu tulisan yang tekenal dari Nag Hammadi adalah Injil Thomas yang
berisi kumpulan ucapan Yesus tanpa narasi tertentu. Sebagian sarjana
menganggap tulisan ini berasal dari sumber yang lebih tua daripada kitab
Injil kanonik, tetapi pendapat ini sekarang mulai banyak diragukan.
Penemuan Nag Hammadi merupakan bahan penting dalam memahami
pemikiran
Gnostic
yang
sudah
berkembang
sejak
abad
ke-1
dan
informasi
ini
memberikan
pencerahan
terhadap
beberapa
15
Tulisan para rabi merupakan sumber yang paling melimpah dan sulit untuk
dikuasai. Kumpulan tulisan tersebut ditulis dari 220-550 M. Tulisan para rabi
meliputi:
1) Midrash: tafsiran ayat per ayat dari Kitab Suci PL. Salah satu midrash
yang sangat penting adalah Midrash Rabbah. Mekilta (tafsiran kitab
keluaran) adalah midrash tertua (abad ke-2 M).
2) Targum: terjemahan PL ke dalam bahasa Aram.
3) Mishna: kumpulan tradisi lisan. Mishna terdiri dari dua bagian besar:
halakah (tradisi lisan yang terkait dengan hukum Taurat) dan haggadah
(bagian lain yang bersifat memberikan ilustrasi dan membangun).
Mishna ditulis sekitar tahun 170 M.
4) Gemara: tafsiran para nabi terhadap Mishna.
5) Talmud: tulisan tentang hukum yang meliputi Mishna dan Gemara. Ada
dua versi Talmud yang terkenal: Palestinian (Jerusalem) Talmud dan
Babylonian Talmud (edisi resmi para rabi). Jerusalem Talmud ditulis pada
abad ke-5 M, sedangkan Babilonian Talmud pada abad ke-6 M.
Hal penting yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan tulisan
para rabi adalah tahun penulisan yang jauh lebih modern daripada PB. Apa
yang tertulis dalam literatur tersebut belum tentu mewakili situasi Yudaisme
pada abad ke-1 M. Bagaimanapun, para sarjana biasanya menganggap
bahwa dalam kasus-kasus tertentu literatur para rabi dapat memberikan
pencerahan tentang situasi Yudaisme abad ke-1 M, terutama catatancatatan yang terkait dengan bait Allah. Tahun 70 M bait Allah sudah tidak
ada lagi, sehingga tidak ada bagi para rabi untuk mengubah tradisi yang
berkitan
dengan
bait
Allah.14
Para
mahasiswa
dianjurkan
untuk
menggunakan sumber ini secara hati-hati dan teliti, sehingga tidak terjebak
pada anachronisme, yaitu memasukkan situasi kehidupan modern (abad ke2 dan selanjutnya) ke dalam Alkitab.
Terjemahan standard:
Jacob Neusner, The Mishnah: A New Translation (New Haven: Yale
University Press, 1988).
Jacon Neusner, ed., The Talmud of the Land of Israel, 35 vols.
(Chicago: University of Chicago Press, 1982-1994).
14 Darrell L. Bock, Studying the Historical Jesus: A Guide to Sources and Methods (Grand Rapids/Leicester: Baker
Academic/Apollos, 2002), 37.
16
Israel Epstein, ed., The Babylonian Talmud, 35 vols. (London: Soncino,
1935-1948).
Inskripsi
Inskripsi (inscription) adalah dokumen yang ditulis di atas batu, tanah liat
maupun papirus (papyri = alat tulis dari batang pohon yang diiris halus).
Walaupun mayoritas inskripsi berisi hal-hal yang tidak terlalu signifikan,
tetapi sumber ini memberikan banyak pencerahan tentang kehidupan
sehari-hari pada masa intertestamental dan PB. Beberapa inskripsi juga
menyiratkan ekspresi dan isi iman sebagian bangsa Yahudi.
Terjemahan standard:
G. H. R. Horsley, New Documents Illustrating Early Christianity
(Sidney:
The
Ancient
History
Documentary
Research
Centre
Secondary Sources
Sumber-sumber
ini
tetap
menjadi
bahan
yang
berharga,
karena
17
E. Ferguson, Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids: William
B. Eerdmans Publishing Company, 1987).
18
tidak
berbicara
kepada
umat
Israel
seperti
pada
masa-masa
19
PEMERINTAHAN ROMAWI
15 Buku terbaik untuk pemula adalah karangan F. F. Bruce, Israel & the Nations: The History of Israel from Exodus
to the Fall of the Second Temple (rev. by David F. Payne; Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1997), 51-58, 7489. Untuk penjelasan yang lebih singkat tetapi bermanfaat, lihat Darrell L. Bock, Studying the Historical Jesus: A
Guide to Sources and Methods (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), 79-106.
20
Runtuhnya kerajaan Babel (539 SM).
Setelah kematian Nebukadnezar, kejayaan Babel mulai runtuh. Para
penerusnya Ewil-Merodakh (2Raja 25:27-30), Nergal-sharezer dan bayi
Nabashi-Marduk tidak mampu mempertahankan kejayaan tersebut. Situasi
menjadi semakin genting dengan munculnya kerajaan Media sebagai
kekuatan baru di sebelah utara Babel. Sebuah upaya kudeta terhadap
Labashi Marduk, yang waktu itu masih bayi, pun dilakukan untuk mengatasi
situasi sulit di atas. Kudeta ini melahirkan pemimpin yang baru, yaitu
Nabonidus.
Salah satu cara yang dilakukan Nabonidus untuk mengantisipasi kekuatan
Media adalah dengan membangun jalur perdagangan di daerah utara.
Waktu dan perhatiannya lebih banyak diarahkan ke daerah utara, sehingga
ia menyerahkan pemerintahan di Babel kepada anak sulungnya yang
bernama Belshazar (Dan 5:30-31). Cara lain yang ditempuh adalah
melibatkan kerajaan kecil Persia yang dipimpin oleh raja Koresh yang jenius.
Koresh berhasil mengalahkan Media dan menggabungkannya dengan Persia,
sehingga daerah kekuasaan Korsy seringkali disebut dengan istilah MediaPersia.
Setelah kerajaan Media runtuh, aliansi antara Babel dan Persia dengan
sendirinya
di
Yes
44:28; 45:1,
Sebagaimana
21
(1) Ia menghormati dewa/illah yang disembah oleh penduduk setempat. Ia
berpendapat bahwa respek eksternal (superfisial) kepada dewa setempat
tidak membawa kerugian apa-apa, sebaliknya ia akan mendapat respek
dan ketataan dari penduduk setempat.
(2) Ia memulangkan setiap orang buangan ke daerah asal mereka sendiri. Ia
berpendapat bahwa memerintah sekumpulan orang yang merasa puas
dengan
pemerintahannya
jauh
lebih
baik
dan
aman
daripada
22
1) Berdirinya synagogue (rumah ibadat orang Yahudi) yang digunakan
untuk mempelajari Taurat. Para sarjana menduga praktek ini - meskipun
belum tentu dalam arti bangunan sudah dimulai sejak pembuangan,
ketika bait Allah sudah tidak ada lagi. Setelah pembangunan bait Allah,
praktek ini masih tetap menjadi ciri khas bangsa Yahudi.
2) Berkembangnya bahasa Aram sebagai alat komunikasi (band. Neh 8:8).
3) Timbulnya sentralitas jabatan imam besar. Absennya raja, pemimpin
politik lain maupun para nabi membuat posisi imam besar semakin
signifikan. Situasi ini didukung oleh eksistensi bait Allah sebagai pusat
aktivitas seluruh bangsa Yahudi.
4) Pergeseran ide dalam Yudaisme (agama Yahudi) akibat perjumpaan
dengan agama-agama lain. Contoh: pengaruh konsep dualisme dan
peperangan
rohani
antara
kekuatan
jahat
dan
baik
dari
tahun Aleksander Agung berhasil menguasai seluruh dunia, dari utara Afrika
sampai selatan Rusia, bahkan India. Ia meninggal pada usia 32 tahun (tahun
323 SM) karena demam (beberapa ahli sejarah menduga demam ini
disebabkan oleh malaria). Kepemimpinannya yang singkat telah membuat
perubahan besar pada dunia melalui program Hellenisasi, yaitu penerapan
kultur Yunani ke berbagai daerah jajahan. Aleksander Agung belajar filsafat
dan ideologi Yunani dari Aristoteles. Ia sangat terobsesi dengan kultur
Yunani, sehingga ia ingin menerapkan kultur tersebut di setiap daerah
jajahan.
Ia
membangun
banyak
kota
dengan
gaya
Yunani
dan
17 Untuk ringkasan yang sangat berguna tentang jaman pemerintahan Yunani sampai Romawi, lihat Ralph P. Martin,
NT Foundations: Vol. I, 53-72.
23
menderita gangguan mental, sedangkan anaknya, Alexander, baru saja lahir
setelah ia meninggal. Di antara 4 jendral ini, hanya dua yang berkaitan
dengan sejarah Israel, yaitu Ptolemeus (menguasai Mesir) dan Seleukus
(menguasai Siria). Penerus mereka saling berebut daerah kekuasaan. Paling
sedikit ada 6 kali perang Mesir-Siria dan Israel selalu terlibat dalam
peperangan ini karena letak geografis yang berada di tengah-tengah.
Salah satu periode penting dalam sejarah bangsa Israel adalah ketika
mereka berada di bawah jajahan Antiochus Epiphanes IV, penerus dinasti
Seleukus. Ia menyebut diri dengan gelar Antiochus Theos Epiphanes (lit.
Antiokhus Pewujud Allah), tetapi orang menyebut dia Antiokhus Epimanes
(lit. Antiokhus Orang Gila). Program Helenisasinya yang sangat ambisius
merupakan tantangan terbesar bagi bangsa Israel. Banyak orang Yahudi
yang mati karena mempertahankan kemurnian iman mereka (band. Ibr
11:35). Berikut ini adalah beberapa tindakan Antiokhus Epifanes yang
sangat menyengsarakan bangsa Yahudi:
1) Ia menjualbelikan jabatan imam besar kepada siapa saja yang mau
membayar
tinggi
dan
berkomitmen
untuk
melancarkan
program
Hellenisasi.
2) Ia terus mendirikan gymnasium-gymnasium yang sudah dimulai oleh
penguasa dinasti seleukus sebelumnya, di mana orang-orang berolah
raga dengan telanjang. Hal ini merupakan tindakan yang sangat dikutuk
oleh Taurat. Praktek ini menyebabkan orang-orang Yahudi tidak bisa
menyembunyikan identitas bangsa mereka (sunat), kecuali mereka
melakukan operasi untuk menutupi itu (1Mak 1:14-15; 2Mak 4:10-17).
Selain gymnasium, ia juga banyak mendirikan tempat-tempat teater.
3) Ia pernah membunuh 40.000 orang Yahudi dan menawan ribuan wanita
dan
anak-anak
sebagai
budak.
Latar
belakang:
bangsa
Yahudi
24
5) Ia mengancam dengan hukuman mati semua orang Yahudi yang
memelihara hari Sabat dan menyunatkan anak mereka.
6) Ia mendirikan banyak mezbah di berbagai tempat untuk menghormati
dewa-dewa Yunani.
Situasi di atas semakin buruk dengan penarikan pajak yang sangat tinggi
dari bangsa Yahudi. Uang pajak ini sangat dibutuhkan Antiokhus Epifanes
untuk membayar upeti kepada Roma terkait dengan kekalahan perang yang
dialami
Seleukus
IV
(penguasa
dinasti
Seleukus
sebelum
Antiokhus
Epifanes).
Masa pemerintahan Hasmonean (167-165 SM)
Situasi
di
atas
telah
menimbulkan
ketidaksenangan
bangsa
Yahudi.
25
selanjutnya dikenal dengan nama masyarakat Qumran atau kaum Essenes.
Sebagain dari mereka memilih untuk tetap tinggal di Yerusalem dan dikenal
dengan nama golongan Farisi.
Masa pemerintahan Romawi (63 SM - seterusnya)
Kerajaan Romawi sebenarnya sudah mulai menunjukkan dominasinya sejak
tahun 200 SM, tetapi penjajahan terhadap Palestina yang sesungguhnya
dimulai ketika pada tahun 63 SM Pompey, jendral Romawi, berhasil merebut
Yerusalem dan mengakhiri kekuasaan dinasti Hasmonean.
Salah satu aspek penting pemerintahan Romawi atas bangsa Yahudi adalah
kekuasaan Herodes Agung, anak Antipater, putra mantan bupati Idumea
pada jaman diniasti Hashmonean. Ia diangkat oleh Senat Romawi menjadi
raja atas bangsa Yahudi setelah usaha pemberontakan Antigonius, salah
satu keturunan dinasti Hashmonean, berhasil ditumpas oleh Roma. Herodes
berusaha mengambil hati bangsa Yahudi dengan cara membangun bait
Allah yang dimulai sejak 20 SM (band. Yoh 2:20). Pada akhir hidupnya ia
menjadi sangat pencuriga dan kejam. Ia membunuh semua anggota
keluarga atau orang dekatnya yang dianggap bisa merebut tahta. Kaisar
Agustus berkata lebih baik menjadi babi (huis) Herodes daripada menjadi
anak (huios) Herodes (band. Mat 2:1-18).
Setelah kematian Herodes Agung (4 SM), Roma membagi kerajaan kepada
putra-putranya: Arkhelaus (Yudea, Samaria dan Idumea; Mat 2:22), Philip
(Iturea dan Trachonitis; Luk 3:1), Antipas (Galilea dan Perea; Mat 14:1-12;
Mar 6:14-29; Luk 3:1; 13:31-35; 23:7-12). Tahun 6 M pemerintahan
Arkhelaus dihentikan oleh Roma dan daerahnya diubah menjadi propinsi
yang dipimpin oleh procurators. Di antara prokonsul ini adalah Pontius
Pilatus.
Agrippa, salah seorang cucu Herodes yang bersekolah di Roma, merupakan
sahabat lama Gaius Caligula. Setelah Caligula menjadi kaisar Romawi,
Agrippa diangkat menjadi raja atas seluruh Palestina. Agrippa berusaha
mengambil hati bangsa Yahudi dengan mengadopsi kebiasaan Yahudi,
mencetak uang tanpa gambar kaisar dan menganiaya orang Kristen (band.
Kis 12:1-12). Setelah kematiannya tahun 41 M, daerahnya diubah menjadi
propinsi di bawah procurators. Agrippa II, anaknya, akhirnya diangkat
sebagai gubernur atas Kalkis dan daerah utara (band. Kis 25:26-32).
26
Tahun 60-an M, bangsa Yahudi melancarkan perang terhadap Roma yang
terkenal dengan sebutan Perang Yahudi I. Tahun 70 M Yerusalem berhasil
dikuasai penuh dan bait Allah dihancurkan (Mat 23:38-24:2) oleh tentara
Roma di bawah kepemimpinan jendral Titus. Penghancuran bait Allah ini
merupakan penggenapan nubuat yang diucapkan oleh Yesus (Mat 24:2; Mar
13:2; Luk 19:44; 21:6).
bawah.
Orang-orang
Farisi
yang
sering
dikritik
Yesus
kemungkinan besar tidak mewakili seluruh ke-Farisi-an (band. Fil 3:5; Gal
1:14).
Golongan Saduki
Golongan Saduki terdiri dari para imam dan aristokrat. Karakteristik: lebih
mementingkan kekuasaan politik; lebih terbuka terhadap Hellenisasi; punya
kekuasaan di bait Allah; hanya menerima kitab Pentateukh (KejadianUlangan); tidak percaya kebangkitan dan malaikat (Mat 22:23-33).
Proselit and Orang yang Takut Akan Allah
Proselit (Proselytes) adalah orang-orang non-Yahudi yang memeluk agama
Yahudi. Keanggotaan penuh menuntut sunat, baptisan dan persembahan
bait Allah. Mereka yang tidak mau mempraktekkan sunat, dikategorikan
sebagai orang yang takut akan Allah (God-fearers; band. Kis 10:2, 22, 35;
13:16, 26). Orang yang takut akan Allah tetap harus mengunjungi
synagogue, memeluk monotheisme dan mempraktekkan etika Yahudi.
27
Synagogue
Penulis PB memakai kata sunagwgh, untuk rumah ibadat dan i`ero,j atau
nao,j untuk bait Allah. Synagogue merupakan pusat kehidupan sosial dan
religius sebagian besar bangsa Yahudi. Beberapa sarjana menduga ibadah
rumah
yang
dipraktekkan
gereja
mula-mula
diadopsi
dari
praktek
Synagogue
Berjumlah banyak dan tersebar di
Hanya
mana-mana.
Yerusalem
Yahudi
Setiap
dewasa
10
bisa
laki-laki
satu
Bait Allah
dan
berpusat
di
membentuk
sebuah synagogue
Fokus ibadah terletak pada pujian,
Fokus
hari raya
Didominasi oleh para imam
ibadah
terletak
pada
Pengharapan Mesianis
Konsep mesianis terus berubah seiring dengan situasi bangsa Yahudi pada
periode tertentu. Secara umum, pada masa intertestamental, konsep
mesianis yang mendominasi adalah Mesias secara politik yang akan
membebaskan bangsa Yahudi dari penjajahan bangsa kafir (band. Mat
16:21-23; Kis 1:6). Konsep Mesias Yang Menderita (The Suffering Messiah)
merupakan batu sandungan bagi orang Yahudi untuk percaya (band. 1Kor
1:20-21).
Sikap pemerintah Romawi terhadap agama-agama
1) Pemerintah Romawi umumnya memegang kesatuan agama-negara
(band. penyembahan kaisar yang diyakini sebagai wakil Allah).
2) Mereka sangat menghargai semua agama yang penting agama tersebut
tidak menentang penyembahan kepada kaisar. Agama yang menyetujui
disebut religio licita dan yang menentang sebagai religio illicita.
3) Mereka sangat menghindari pertikaian antar agama. Sikap ini merupakan
bagian dari program pax Romana (kedamaian Romawi).
18Lihat
Ralph P. Martin, New Testament Foundations: A Guide for Christian Students, Vol. 1 (Grand Rapids: Wm.
B. Eerdmans Publishing Company, 1975), 80-83.
28
4) Penduduk Roma sendiri umumnya terbuka untuk mendengarkan hal-hal
yang baru (band. Kis 17:16-21). Tidak heran semua agama bisa
bertumbuh
di
kekaisaran
Romawi
dan
terjadi
sinkretisisme
Bahasa
Bahasa sehari-hari orang Yahudi adalah bahasa Aram, sedangkan bahasa
Ibrani hanya dipakai dalam konteks keagamaan. Bahasa Latin merupakan
bahasa resmi pemerintahan Romawi. Mayoritas (semua?) bangsa Yahudi
bisa berbahasa Yunani. Di diaspora komunikasi dilakukan dalam bahasa
Yunani. Karena itulah semua kitab PB ditulis dalam bahasa Yunani, sehingga
banyak orang bisa membaca kitab-kitab tersebut.
Filsafat
Stoicisme
Dewa tertinggi adalah Zeus. Semua manusia adalah keturunan Zeus (band.
Kis 17:28). Etika stoicism sangat anthroposentris, yaitu melalui disiplin diri
manusia mampu mendapatkan apa yang diinginkan dan menghindari apa
yang patut dihindari. Manusia tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu di luar
dirinya (band. Fil 4:11-13).
Epicurianisme
Epicurianism lebih menekankan kesenangan (band. 1Kor 15:33), namun
kesenangan ini tidak selalu berupa pemuasan hawa nafsu. Bertahan
dalam penderitaan yang panjang pun bisa disebut sebagai kesenangan.
Epicurianism tidak mempercayai kebangkitan orang mati (band. Kis 17:18,
32; 1Kor 15:12, 33?).
29
Gnosticisme
Penekanan terletak pada pengetahuan (gnosis; band. surat 1 Yohanes).
Pengetahuan ini diraih lebih secara mistis melalui persatuan antara manusia
dan dewa. Gnosticisme juga mengajarkan konsep dualisme: jiwa harus
dibebaskan dari tubuh yang jahat sampai jiwa tersebut masuk dalam diri
Allah dan menjadi ilahi.
19 Harry Y. Gamble, Yhe New Testament Canon: Its Making and Meaning (Philadelphia: Fortress Press, 1985), 13.
20 Carson, Moo, Morris, An Introducton, 487. Gamble membahas 3 pertanyaan: historis, literary dan sarjanais.
30
Istilah kanon berasal dari bahasa Inggris canon yang berakar dari kata
Yunani kanw,n. Kata kanw,n sebenarnya berasal dari kata kane dalam
rumpun Semit yang berarti tongkat atau buluh. Selanjutnya kata
tersebut mengalami perubahan arti menjadi tongkat pengukur. Secara
metaforis, kata kanw,n merujuk pada pedoman atau standard dalam
berbagai bidang, misalnya seni, etika maupun ilmu pengetahuan. Kata
kanw,n selanjutnya juga bisa berarti daftar atau tabel, yang pada waktu
itu terkait dengan pengukuran sesuatu, misalnya pengukuran dalam bidang
aritmatika.
Pemakaian istilah kanw,n dalam kekristenan juga menunjukkan fenomena
yang sama. Pada abad ke-1 sampai ke-3 M, istilah kanw,n merujuk pada isi
iman Kristen yang bersifat normatif, baik dalam hal etika maupun doktrin.
Baru pada abad ke-4 istilah tersebut dipakai untuk daftar kitab-kitab yang
diakui sebagai ukuran/pedoman bagi orang Kristen.
21 Untuk ringkasan yang sangat berguna tentang terminology, lihat Gamble, 15-18. Pembahasan yang lebih teknis,
lihat .H. W. Beyer, kanw,n, TDNT 3 (1965), 596-602.
31
(baca: pedoman misi Paulus yang ditentukan Allah adalah ke daerah yang
belum dijangkau orang lain) daripada geografis.
Latar belakang historis
Penentuan kanon PB merupakan suatu proses yang panjang. Pada abadabad permulaan berbagai tulisan (bukan hanya 27 kitab PB) juga tersebar di
kalangan gereja-gereja. Gereja akhirnya termotivasi untuk memiliki jumlah
tulisan otoritatif yang jelas. Faktor-faktor apakah yang mendorong gereja
waktu itu untuk memiliki batasan yang jelas tentang tulisan-tulisan yang
dianggap sebagai Firman Tuhan? Berikut ini adalah beberapa kemungkinan
yang diusulkan oleh para sarjana. 22
(1) Tradisi pembacaan kitab suci dalam ibadah (bacaan publik).
Sejak jaman gereja mula-mula, orang Kristen mengadopsi kebiasaan
ibadah di synagoge. Salah satunya adalah pembacaan bagian-bagian
tertentu dari Kitab Suci di depan jemaat dan selanjutnya diikuti dengan
penafsiran atau penjelasan terhadap bagian tersebut. Dalam 1Tim 4:13
Paulus
menyebut
praktek
ini
dengan
pembacaan
itu
(th/|
22 Norman L. Geisler and William E. Nix, A General Introduction to the Bible (Chicago: Moody Press, 1968), 179181.
32
wahyu yang tertulis dan menggunakan wahyu tersebut untuk
menilai ajaran Montanisme.
(b) Gnosticisme (Kristen).
Pemikiran Gnostis yang sudah ada pada abad ke-1 M telah
menjadi sebuah isme pada abad ke-2 M. Filsafat ini selanjutnya
juga meracuni sebagian orang Kristen. Mereka terjebak pada
sinkretisisme antara kekristenan dan Gnosticisme. Pengaruh dari
ajaran sesat ini bisa dilihat dari berkembangnya sejumlah tulisan
Kristen yang bernuansa Gnostis, misalnya Injil Thomas.
(c) Marcionisme.
Bidat ini merupakan faktor utama dan yang lebih menentukan
kesadaran gereja tentang perlunya kanon. Marcion, pendiri ajaran
ini, mengajarkan bahwa Allah di PL berbeda dengan Allah di PB. Ia
menolak segala sesuatu yang berbau PL atau ke-Yahudian. Sekitar
tahun 140 M, Marcionisme menentukan tulisan-tulisan yang
menurut mereka adalah Firman Tuhan. Banyak kitab-kitab kanonik
yang tidak diakui oleh mereka. Beberapa yang diakui pun sudah
diedit oleh mereka, sehingga sesuai dengan ajaran mereka.
(3) Pertimbangan misi.
Sejak abad ke-1 M gereja terus mengalami perkembangan. Hampir
seluruh Asia Kecil, Eropa, dan Afrika telah mendengar Injil. Hal ini
menuntut gereja-gereja yang baru untuk memiliki salinan atau
terjemahan dari tulisan-tulisan yang dianggap berotoritas. Mengingat
proses penulisan pada waktu itu bukanlah sebuah proses yang mudah
dan murah, mereka perlu memprioritaskan tulisan-tulisan mana yang
perlu disalin/diterjemahkan. Tuntutan ini menjadi lebih jelas jika
dikaitkan dengan poin sebelumnya tentang perkembangan bidat.
(4) Penganiayaan.
Pemerintah Romawi sering mengeluarkan peraturan yang merugikan
kekristenan. Orang Kristen menjadi objek penganiayaan. Salah satu
33
peraturan tersebut adalah Diocletian Edict, awal abad ke-4 M, yang
melarang kepemilikan tulisan-tulisan yang dianggap suci (Firman
Tuhan) oleh orang Kristen. Yang melanggar hukum ini akan dicabut hakhak mereka sebagai warga negara atau kebebasan mereka. Situasi ini
memotivasi orang Kristen untuk mengetahui dengan jelas tulisan apa
saja yang memang termasuk Firman Tuhan. Mereka pasti tidak mau
mengambil resiko dengan memiliki tulisan yang bukan Firman Tuhan.
(5) Salah satu faktor penting ikut mempengaruhi adalah rentang waktu
yang semakin jauh dengan jaman Yesus dan para rasul. 24 Sepeninggal
Yesus dan para rasul, orang Kristen tidak lagi memiliki tokoh yang bisa
dijadikan sumber/pedoman utama. Para rasul memang memiliki
penerus-penerus, tetapi otoritas mereka berbeda. Semua penerus itu
pun akhirnya juga meninggal dunia. Hal ini bisa mengganggu transmisi
tradisi lisan yang berakar pada Yesus. Rentang waktu yang semakin
panjang bisa membuat suatu tradisi lisan menjadi rancu. Gereja perlu
memiliki pedoman tradisi yang lebih permanen, yaitu tradisi tertulis.
Berdasarkan kebutuhan ini, gereja termotivasi untuk memelihara
tulisan-tulisan yang memang berasal dari abad ke-1 dan memang
merupakan Firman Tuhan.
Sejarah kanonisasi PB
Seperti sudah disinggung sebelumnya, kanonisasi PB merupakan proses
yang panjang. Gereja membutuhkan 4 abad sebelum akhirnya memiliki
daftar yang permanen. Semua informasi tentang proses ke arah itu didapat
dari tulisan para bapa gereja. Untuk memudahkan pemahaman, sejarah
kanonisasi PB dapat dibagi menjadi 3 tahap: pengakuan oleh para rasul,
pengakuan oleh individu dan pengakuan oleh gereja-gereja.
24Ibid., 494.
34
Pengakuan oleh para rasul
Kanonisasi final memang terjadi di abad ke-4 M, tetapi pemikiran untuk
membedakan suatu tulisan bersifat otoritatif atau tidak sebenarnya sudah
ada sejak jaman para rasul. Di satu sisi, para rasul memberi peringatan
terhadap tulisan-tulisan tertentu yang sebenarnya bukan Firman Tuhan
(band. 2Tes 2:1-3a). Di sisi lain, para rasul menuntut penghargaan yang
tinggi terhadap tulisan-tulisan tertentu yang dianggap Firman Tuhan (band.
Kol 4:16; 1Tes 5:23; Wah 1:3). Petrus juga mengakui tulisan Paulus sebagai
bagian dari Kitab Suci (2Pet 3:15-16).
Pengakuan oleh individu-individu
Pengakuan terhadap nilai otoritas suatu tulisan dapat dilihat dari sikap
bapa-bapa gereja terhadap tulisan tersebut. Fenomena pengutipan tulisan
tertentu dalam karangan bapa gereja paling tidak mengindikasikan bahwa
mereka menghargai tulisan yang dikutip tersebut. Walaupun hal ini penting,
namun ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan:
(1) Absennya kutipan dari suatu kitab oleh seorang bapa gereja tidak
menunjukkan bahwa bapa gereja tersebut tidak mengakui otoritas
maupun tidak mengenal kitab tersebut. Bapa gereja memang banyak
mengutip dari kitab-kitab PB, tetapi tidak semua mereka mengutip dari
setiap kitab. Contoh: Polycarp (Polikarpus), sekitar tahun 150 M, tidak
memiliki kutipan dari Injil Lukas, tetapi ini tidak membuktikan bahwa ia
menolak otoritas atau tidak mengenal eksistensi Injil Lukas.
(2) Pengutipan memang mengindikasikan penghargaan terhadap sumber
yang dikutip, tetapi penghargaan tersebut tidak selalu pada tahap
meyakini sumber tertulis sebagai Kitab Suci. Contoh: Yudas mengutip
dari kitab pseudepografa (1Enoch) yang tidak diakui otoritasnya oleh
orang Yahudi maupun gereja mula-mula.
Tokoh
Polycarp
Justin Martyr
Tahun
150
140
semua
surat
Paulus
35
Ireneaus
Clement
dari
Aleksandria
170
200
dan 2Petrus
Semua kitab PB, kecuali 2Timotius dan
2Yohanes
Pengakuan oleh gereja
Pengakuan terhadap otoritas suatu kitab oleh gereja dapat dilihat dari:
(1) Salinan dan terjemahan suatu kitab. Penyalinan dan penerjemahan suatu
kitab mengindikasikan penerimaan kitab tersebut oleh suatu komunitas
yang menggunakan salinan/terjemahan tersebut. Asumsi ini memang
tidak selalu mutlak bisa dibenarkan, tetapi tendensi ke arah sana cukup
beralasan.
(2) Konsili.
Tabel salinan/terjemahan kuno
Nama
Tahun
Keterangan
Kitab PB yang
disalin/diterjemahk
The
Old
pra 200
Syriac
an
Semua kitab
kecuali 2Petrus, 2
pada
dan
abad
Terjemahan
The Old Latin
The
pra 200
170
Muratorian
Canon
Codex
Barococcio
206
ke-4
ini
M.
menjadi
PB,
3Yohanes,
Yudas, Wahyu
Semua
kecuali
kitab
PB,
Ibrani,
Yakobus,
2Petrus
Identik
dengan
yang
tertua
selain
versi
Marcion
Nama lain dari ini adalah
Semua
dan
kitab
PB,
dan
PL
kecuali
36
berarti bahwa kitab tersebut tidak diakui otoritasnya. Ada banyak
alasan yang bisa dikemukakan untuk menjelaskan fenomena
tersebut. Bagi mahasiswa yang ingin mengetahui hal ini, silahkan
membaca buku Brooke Foss. Westcott D. D., A General Survey of
the History of the Canon of the New Testament (edisi ke-6;
Cambridge and London: MacMillan and Co., and New York, 1889).
Pengakuan oleh konsili
Pengakuan
oleh
konsili
merupakan
proses
yang
terpenting
dalam
37
Menurut kriteria ini, suatu kitab yang dianggap berotoritas pasti ditulis oleh
hamba Allah, karena Allah hanya mengilhami hamba-Nya. Kitab-kitab
kanonik adalah tulisan-tulisan yang memiliki hubungan dengan para rasul.
Injil Markus dan Injil Lukas memang tidak ditulis oleh para rasul, tetapi para
penulisnya diasosiasikan dengan para rasul (Markus dengan Petrus,
sedangkan Lukas dengan Paulus). Kriteria ini merupakan kriteria utama
yang dijadikan pedoman.
Ortodoksi
Menurut kriteria ini, suatu kitab dianggap berotoritas jika tidak mengandung
pengajaran yang bertentangan dengan wahyu Allah yang lain. Beberapa
tulisan yang berkembang pada waktu itu memakai nama (mengasosiasikan
diri dengan) para rasul. Terlepas dari kebenaran asosiasi tersebut yang
masih diragukan, penolakan terhadap tulisan tersebut didasarkan pada
isinya yang bertentangan dengan iman Kristen. Contoh: Injil Petrus ditolak
oleh Seraphion (190 M) karena mengajarkan konsep doketisme, yaitu
pandangan yang mengajarkan bahwa Yesus bukan manusia sejati. Yesus
hanya terlihat seperti manusia atau memakai tubuh manusia.
Tradisi
Menurut kriteria ini, otoritas suatu kitab dapat dilihat dari penyebaran
(pemakaian) kitab tersebut oleh mayoritas gereja. Hal ini didasarkan pada
asumsi bahwa penerima mula-mula suatu kitab pasti sudah mengetahui
apakah kitab tersebut benar (diverifikasi oleh para rasul) atau ditulis oleh
para rasul sendiri. Setelah itu, kitab tersebut menuntut penerimaan dari
gereja secara luas. Dengan kata lain, jikalau suatu kitab tersebar secara
meluas itu mengindikasikan sikap gereja terhadap kitab tersebut. Contoh:
terlepas dari perdebatan tentang identitas penulis kitab Ibrani, Jerome tetap
menerima otoritas kitab tersebut dengan dasar penerimaan gereja secara
luas terhadap kitab Ibrani.
38