LATARBELAKANG SURAT
YAKOBUS
OLEH
HANNY DEVID RAWIS
NATANAEL DWI KRISTIAN
FAM YUDHA HARVEST TAMBUNAN
MELIANTY MALUE
MALANG, INDONESIA
7 APRIL 2020
LATARBELAKANG KITAB
YAKOBUS
Pendahuluan
Surat Yakobus termasuk dalam beberapa surat yang disebut dengan Surat Kiriman
Umum. Meski dalam kanon kitab Kristen surut ini menimbulkan perdebatan tapi pada
akhirnya kitab ini diakui sebagai dalam Perjanjian Baru. Yang merupakan ciri khas dari kitab
Penekanannya dalam hal praktik tentu memiliki alasan yang kuat. Sebab Surat
Kiriman termasuk dalam dokumen yang disebut “dokumen yang tidak berkala”. Artinya ada
situasi dan kondisi khusus yang ingin dijawab yang mendasari penulisan kitab ini. Untuk
itulah, dalam paper ini penulis akan meneliti mengenai latarbelakan penulisan kitab Yakobus.
Isi
Penulis
Penulis menyatakan dirinya sebagai Yakobus pada salam pembuka (1:1). Identitasnya
sebagai seorang Yahudi pun dapat dilihat melalui sapaannya kepada kedua belas suku Israel
yang berada di perantauan (1:1). Yakobus nampaknya adalah orang yang cukup terkenal
sehingga tidak perlu penjelasan lebih lanjut tentang siapa dia dalam kitab ini.1
Mengenai identitas penulis, nama Yakobus adalah nama yang umum digunakan,
sehingga pemilik nama Yakobus tidaklah berjumlah sedikit ataupun langka. Hal ini membuat
orang bertanya Yakobus yang mana yang dimaksudkan oleh penulis itu sendiri. Sehingga,
ada tiga pandangan yang dikemukakan oleh para ahli mengenai Penulis.
1
Jasper Klapwijk, Kabar Baik Dari Perjanjian Baru (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015),
138.
12
Yang pertama adalah Yakobus anak Zebedeus, murid Yesus. (Mat.4: 21). Berkaitan
dengan dugaan bahwa Yakobus anak Zebedeus yang menjadi penulis Kitab Yakobus agak
sulit diterima karena sejarah telah mencatat bahwa murid Yesus ini mati terbunuh di tangan
Herodes pada tahun 42 M (Kis. 12).2 Yakobus anak Zebedeus ini juga yang menjadi murid
pertama yang mati martir di Yerusalem. Dengan demikian, dugaan ini menunjukkan bahwa
Yakobus anak Zebedeus sebagai penulis Kitab Yakobus sangatlah tidak mungkin.
Yang kedua adalah Yakobus anak Alfeus, murid Yesus (Luk. 6:15). Murid Yesus ini
tidak terlalu menonjol dalam kisah kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus, bahkan para rasul
di zaman gereja mula-mula, sehingga namanya jarang disebutkan dalam Perjanjian Baru (lih.
Mat. 10:3; Mrk. 3:18; Luk. 6:15; Kis. 1:13).3 Karena itulah, Yakobus anak Alfeus tidak terlalu
Yang ketiga adalah Yakobus, saudara Tuhan Yesus. (Gal. 1:19). Orang ini adalah
kandidat terkuat yang diduga sebagai penulis kitab Yakobus. Para ahli lebih cenderung untuk
menyatakan bahwa penulis Kitab Yakobus adalah Yakobus saudara Yesus, sebagaimana
menurut tradisi ia dianggap sebagai pemimpin sidang (band. Mrk. 6:3; Kis. 15:13). Yakobus
saudara Yesus diyakini baru menjadi percaya setelah kebangkitan Yesus dari antara orang
mati (lihat 1 Kor. 15:7).4 Yakobus meskipun belum menjadi percaya pada waktu Yesus masih
hidup (Yohanes 7: 2-8), adalah saksi dari kebangkitan-Nya (I Korintus 15:7) dan termasuk di
antara mereka yang menantikan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 1:14).5 Yakobus ini
merupakan seorang pemimpin Kristen dari golongan Yahudi di Yerusalem, dan oleh Paulus
dianggap sebagai sokoguru (Gal. 2:9), bahkan Yakobus saudara Yesus ini diakui memiliki
2
Demsy Jura, Mengenal Penulis Kitab Yakobus Dan Pengajarannya, (Shanan Jurnal PAK: Universitas
Kristen Indonesia, 2017), 160-162.
3
Ibid.
4
Ibid.
5
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1992), 326-327.
peranan penting dalam sidang Yerusalem (Kis.15:13; Gal. 2:9).6 Oleh karena Yakobus
merupakan seorang pemimpin umat Tuhan, maka ia merasa berkewajiban untuk memberikan
nasehat, bahkan teguran kepada orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme.
Dalam salam pembuka, Penulis dengan jelas menyatakan bahwa suratnya ditujukan
kepada kedua belas suku di perantauan -di luar Palestina- (1:1). Bila diartikan secara harfiah
berarti seluruh umat Yahudi yang tersebar di seluruh dunia.7 Para ahli mengatakan: Mereka
adalah orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme yang sedang mengalami
tekanan di Yerusalem, karena penawanan, atau hanya sebagai perantau biasa yang perlu
diperhatikan.8
Waktu Penulisan
Dalam salam pembuka, Penulis dengan jelas menyatakan bahwa suratnya ditujukan
kepada kedua belas suku di perantauan -di luar Palestina- (1:1). Bila diartikan secara harfiah
berarti seluruh umat Yahudi yang tersebar di seluruh dunia.9 Para ahli mengatakan: Mereka
adalah orang-orang Kristen yang berlatar belakang Yudaisme yang sedang mengalami
tekanan di Yerusalem, karena penawanan, atau hanya sebagai perantau biasa yang perlu
diperhatikan.10
Tujuan Penulisan
6
Merril C. Tenney. Survei Perjanjian Baru, 328.
7
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 468.
8
9
John Drane, Memahami Perjanjian Baru, 468.
10
penderitaan. Yakobus menulis untuk membantu gereja-gereja yang sebagian besar terdiri dari
orang-orang Kristen Yahudi yang menderita penindasan dari luar dan menghadapi
perselisihan dari dalam. Yakobus memberikan instruksi kepada orang-orang Yahudi yang
tersebar atau menyebar ke luar dan jauh di luar gereja Yerusalem dan karena itu ia ingin
mereka tetap terhubung dengan tubuh Kristus. Terlebih khusus Yakobus menyoroti hal-hal
yang bersifat praktika. Paulus juga menekankan iman yang disertai dengan perbuatan untuk
memperbaiki kekeliruan dari ortodoksi yang mati yaitu pengakuan iman tidak menghasilkan
apa-apa.11
Tema Teologis
Tema Theologis yang dibahas dalam Surat Yakobus secara garis besar berbicara
mengenai kedewasaan atau kematangan rohani. Seorang Kristen dianggap sudah dewasa
secara kerohanian ketika dia memiliki sikap yang benar disaat menghadapi ujian atau
pencobaan.(1:2-27) Dia adalah orang yang mempunyai stabilitas dan ketahanan dalam iman,
serta perbuatannya yang seturut dengan Firman Tuhan. Selain itu, kedewasaan rohani
seseorang dinilai dari imannya yang benar (2:1-3:12), yaitu tidak ada diskriminasi dalam
kehidupan (1-13), iman yang dibuktikan dengan perbuatan secara nyata (14-26), serta
Kematangan rohani juga dijelaskan dalam Surat Yakobus dengan memiliki hikmat
yang benar, seperti yang diajarkan dalam pasal keempat mengenai hikmat dalam kehidupan
Tuhan, dalam berkata-kata, dan hikmat dalam menghadapi penderitaan.12 Kedewasaan rohani
11
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 3, (Surabaya: Momentum, 2004) 80.
12
Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan, (Yogyakarta: Andi, 2013), 32.
tersebut bertujuan untuk menjadi suatu kesaksian yang berhasil sebagai orang-orang yang
percaya.
penekanan yang terus menerus akan mutlaknya iman Kristiani yang menjadi nyata dalam
perbuatan, namun hal ini seringkali disalahartikan karena dianggap berbeda dengan ajaran
Paulus. Rasul Paulus dalam Roma 3:28 mengatakan bahwa keselamatan diperoleh hanya
karena iman, sehingga sering dianggap berbeda dengan ajaran Yakobus mengenai penekanan
perbuatan sebagai iman yang sejati. Tentu pernyataan Paulus dan Yakobus ini merupakan
Scheunemann menjelaskan kedua hal ini terbagi menjadi dua pengertian, yaitu
pembenaran manusia berdosa di hadapan Allah. Pengertian yang pertama dapat dipahami
bahwa Paulus sedang menekankan arti legal, yaitu berbicara tentang demonstrasi dari
demonstrasi dari kebenaran. Dalam pengertian kedua, Paulus berbicara tentang penerimaan
awal status tersebut, sedangkan Yakobus berbicara tentang pembuktian dari status tersebut.13
Di sisi lain, Calvin berpendapat bahwa dalam hal ini Paulus ingin menekankan bahwa karena
iman kepada Kristuslah manusia dihitung benar di hadapan Allah. Ini berbeda dengan
penekanan Yakobus yang mengajarkan bahwa perbuatan baik selalu berhubungan dengan
iman. Di surat ini Yakobus menekankan bahwa perbuatan adalah bukti dari seseorang
dibenarkan. Iman tidak hanya cukup sekedar diucapkan, tetapi harus dilakukan.14
13
Rainer Scheunemann, Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan, 21.
14
Hasan Sutanto, Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar, (Malang: Literatur SAAT,
2006), 244.
Garis Besar Kitab
I. Salam (1:1)
Penutup
Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Surat ini ditulis Yakobus
untuk menguatkan orang Kristen Yahudi dalam situasi yang sulit. Yakobus menasehatkan
mereka agar hidup sebagai orang Kriten yang sesungguhnya. Yakobus menekankan orang
Kristen agar menjadi berkat bagi orang lain, dengan menunjukan iman mereka kepada Kristus
melalui perbuatan.
15
Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 3, 84-86.
DAFTAR PUSTAKA
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Jura, Demsy. Mengenal Penulis Kitab Yakobus Dan Pengajarannya. Shanan Jurnal PAK:
Universitas Kristen Indonesia, 2017.
Klapwijk, Jasper. Kabar Baik Dari Perjanjian Baru. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2015.
Scheunemann, Rainer. Tafsiran Surat Yakobus: Iman dan Perbuatan. Yogyakarta: Andi,
2013.
Sutanto, Hasan. Surat Yakobus: Berita Perdamaian yang Patut Didengar. Malang: Literatur
SAAT, 2006.