Anda di halaman 1dari 11

A.

ROMA

Penulis surat ini adalah rasul Paulus, yang memperkenalkan dirinya di awal surat (Roma 1:1) dengan namanya
("Paulus"), identitasnya ("hamba") Yesus Kristus), tugas panggilannya ("rasul" atau apostolos) dan tujuan
pekerjaannya ("dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah"). Surat ini sendiri tidak ditulis tangan oleh
Paulus, melainkan menggunakan jasa seorang sekretaris bernama Tertius, yang menyatakan dirinya pada
ayat Roma 16:22. Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, sehingga ia tidak mengetahui langsung keadaan
jemaat ini, tetapi ia mendapat informasi dari orang-orang yang datang dari Roma ke Korintus, tempat ia
membuat surat ini. Sudah sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-orang di Roma, dan sangat ingin
menyampaikan Injil di sana, tetapi keinginannya tersebut selalu terhalang, padahal sewaktu di Efesus, Paulus
merencanakan untuk pergi melalui Akhaya dan Makedonia. Keinginan Paulus bertambah besar ketika ia
mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa kehidupannya seolah-olah akan segera berakhir, saat itu ia
mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan berdiri di sampingnya dan menguatkannya untuk dapat terus
menguatkan hati sehingga Paulus dapat bersaksi juga di Roma.

Sebutan Paulus untuk dirinya sendiri, yaitu sebagai hamba atau budak (doulos) dari Yesus Kristus dan juga
sebagai "rasul" (apostolos) sama seperti di surat-suratnya yang lain. Paulus merasa dirinya menjadi seorang
hamba bukan karena keinginan dirinya sendiri tetapi karena kuasa Kristus Yesus.

Tujuan surat

Surat Paulus ini sudah pasti ditujukan kepada jemaat di Roma. Jemaat Roma pada saat itu sedang mendapat
banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun orang-orang Roma sendiri dan selain itu di dalam tubuh
jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik. Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati
jemaat di Roma, bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka
kepada pemerintah.

Muatan teologis

1. Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan


2. Kutuk dan pembenaran Allah
3. Hidup dalam pengharapan
4. Kesetiaan Allah kepada Israel
5. sebagai tubuh Kristus

B. 1-2 KORINTUS

Penulis dan Tempat Penulisan Surat I

Surat ini menyebut Paulus sebagai pengarang utama surat ini, bersama Sostenes, seperti yang tertulis di 1
Korintus 1:1. Tampaknya surat ini ditulis dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya
penulisan surat di atas kertas perkamen, tetapi di akhir surat ini, Paulus menulis dengan tulisan tangannya
sendiri. Ia menulis surat ini di kota Efesus.

Tujuan penulisan

Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai golongan dan karena
perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan
berbuat semaunya tanpa ada aturan. Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan
mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang membuat perbedaan golongan. Atas
perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis suratnya untuk menegur perpecahan yang telah merusak iman
jemaat.

Tema Pokok

1. Pergumulan kepemimpinan dalam


2. Orang yang bertindak buruk
3. Pernikahan
4. Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala
5. Pakaian untuk ibadah
6. Perjamuan Tuhan
7. Karunia Rohani
8. Kasih
9. Kebangkitan Kristus dan iman kita

Pokok-pokok Teologis

Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan

C. GALATIA
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru. Kitab ini sebenarnya
berwujud sebuah surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah
negara Turki). Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya. Orang-orang Galatia adalah
orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.

Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah
pertanyaan apakah untuk menjadi seorang yang sejati orang harus mentaati hukum agama
Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang
baik untuk kehidupan adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan
Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di
Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik
kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahuda.
Tujuan

Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu. Dengan
kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar. Paulus memulai suratnya ini dengan berkata
bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk
menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang
yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia
dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di dalam
pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6).

Latar Belakang

Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia
dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan
di komunitas yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka
memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.

Muatan teologis

Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap
Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus, bukan
karena melakukan Taurat.

Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan agar orang-
orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan
menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita
Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama
adalah iman (3:8). Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka
dalam Kristus (3:26).

D. EFESUS

Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat
kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis
surat tersebut. Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus
pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa
Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan
mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan
penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan
suratnya kepada jemaat di Efesus.
Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini penulisnya
menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu
dengan Kristus sebagai kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka
menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat manusia
melalui Yesus Kristus.

Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk menjelaskan
hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus,
Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin
oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun
dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat terlaksana.

Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, penulis memakai
beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan
yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat
terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya
dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan
hati-Nya dan kesucian-Nya.

E. FILIPI

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi (disingkat Surat Filipi) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul Paulus untuk jemaat yang ada di
kota Filipi.[1] Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus
kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.

Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam
pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal
di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.

Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat di Filipi
karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.

Latar Belakang

Kota Filipi dulunya bernama Krenides. Kredines dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air.
Kota ini terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi
penghubung antara daerah timur dan baratRomawi. Nama Filipi berasal dari nama seorang raja
Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota
ini.
Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang. Penyebabnya, pada tahun 42
SM telah terjadi peperangan antara Brutus dan Cassius melawan Antonius dan Augustus yang dimenangkan
Antonius dan Augustus. Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini Augustus mengalahkan Antonius
dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi. Tidak
mengherankan bila para budak, veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota
ini.

Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi. Terbukti dengan
tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang yang terletak di luar kota.
Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat
dalam Kisah Para Rasul 16:13. Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam
perjalanannya di Eropa.

Maksud dan Tujuan

Untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi suatu perpecahan sehingga
Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab
Paulus sendiri saat itu sedang berada di dalam penjara.

Pokok-pokok Teologi, Bersukacita di tengah Penderitaan, Ancaman Perpecahan, Ancaman Ajaran


sesat

F. KOLOSE

Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose adalah salah satu kitab dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru yang
merupakan surat dari rasul Paulus kepada jemaat di kota Kolose, yaitu sebuah kota di Asia Kecil, sebelah
timur kota Efesus.

Latar Belakang

Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia mengutus pekerja-pekerja
dari Efesus, ibu kota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu itu. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung
jawab juga atas jemaat di Kolose itu. Informasi yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras. Epafras
melaporkan kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang
salah. Guru-guru itu menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang
harus menyembah "roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini". Selain itu, kata guru-guru itu
kepada jemaat di Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan
dan lain sebagainya.

Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab terhadap jemaat di Kolose
tersebut. Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun ditulis untuk mengemukakan ajaran yang benar dan
menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti dari sari surat ini ialah
bahwa Yesus Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu
hanya menjauhkan orang dari Kristus. Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan
menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan menyelamatkannya. Harapan dunia untuk
diselamatkan hanyalah melalui bersatu dengan Kristus.

Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu dengan kehidupan orang
Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke Kolose untuk Paulus. Dia ditemani oleh Onesimus, hamba
yang disuruh oleh Paulus untuk kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang
anggota jemaat di Kolose.

Muatan Teologinya

Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman teologi untuk menolong
pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan
untuk umat-Nya. Tuhan itu memberikan penghakiman yang adil dan bijaksana. Dia mengutus Anak-Nya
untuk mencapai pendamaian. Yesus yang menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar kehidupan
yang diberikan kepada umat-Nya. Hidup umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar. Hal
ini ditunjukkan melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus. Paulus
di dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar.

Adanya makna yang ditujukan kepada . Roh Kudus dan terletak jejak-jejak yang dapat membantu pemahaman
tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke dalam situasi sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya
dibaca di dalam (4:16). Hal ini pula mengingatkan bahwa tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut
secara murni. Setiap orang yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya. Tetapi kebenaran
tetap menjadi milik bersama.

Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan Allah. Tidak ada keraguan
atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada Kristus. Manurut Paulus, adalah tubuh Kristus dan memiliki
tugas untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

G. TESALONIKA

Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang sebenarnya merupakan
suatu surat (yang pertama dari dua surat) kepada jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam
bagian Perjanjian Baru di Alkitab. Surat ini (maupun surat yang kedua kepada jemaat yang sama) ditulis
oleh Paulus. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk menyebut surat ini, merupakan ibu
kota dari Makedonia, sebuah provinsi di kekaisaran Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika,
khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.

Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai menentang usaha Paulus
untuk memberitakan ajaran kepada orang-orang non-Yahudi. Mereka marah karena orang non-Yahudi telah
menunjukkan minat terhadap agama Yahudi. Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan
Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea. Setibanya di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, danrekan-
rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.

Tujuan penulisan

Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini memiliki tujuan khusus. Surat ini ditulis untuk
memberi dorongan dan keteguhan kepada jemaat-jemaat yang ada di daerah itu. Paulus bersyukur atas berita
yang diterimanya tentang iman dan kasih mereka. Paulus mengingatkan mereka tentang kehidupannya sendiri
ketika ia masih berada di tengah-tengah jemaat-jemaat di Tesalonika pada masa lalu. Setelah menceritakan
semuanya itu, Paulus pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kembalinya Kristus datang ke
dunia. Ada pun pertanyaan yang mereka ajukan, seperti: kalau seorang meninggal sebelum Kristus datang
kembali, apakah orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang
kembali? Paulus pun menasihati mereka supaya terus bekerja dengan tenang sambil menantikan kedatangan
Kristus dengan penuh harapan.

Jemaat

Paulus menyebut dirinya "Rasul untuk orang-orang asing", serta mendirikan - untuk orang bukan-Yahudi di
beberapa kota penting di wilayah Kekaisaran Romawi. Orang Tesalonika yang dikirimi surat ini umumnya
adalah orang dari golongan bukan-Yahudi yang merupakan jemaat yang didirikan Paulus. Ini didukung oleh
komentar pendek Paulus dalam 1 Tesalonika 1:9 bahwa mereka "berpaling kepada Allah dari berhala-
berhala." Hanya orang bukan-Yahudi yang berhenti menyembah berhala setelah menjadi .

Muatan Teologinya

kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke jemaat
Tesalonika. Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-sebabnya Paulus mengarang surat
ini. Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat
yang berbahagia. Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan kekuasaan-
Nya. Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir
pada saat itu.

Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang lengkap dan
teratur. Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan pikiran manusia
tentang keadaan alam semesta. Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui dan sah
oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.

Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan jemaat akan penggenapan
segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan
pelbagai perhitungan saja. maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian
dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan baginya. Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu
seharusnya merupakan sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam
sengsaranya. Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang dengan terang dan pengharapan, yang
tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama
masih berjuang di bumi.

H. 2 TESALONIKA

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang umumnya dipandang
sebagai salah satu surat (yang kedua dari dua surat) kepada jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam
bagian Perjanjian Baru di Alkitab . Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk menyebut
surat ini, merupakan ibu kota dari Makedonia, sebuah provinsi dalam Kekaisaran Romawi. Paulus merupakan
pendiri Jemaat di Tesalonika, khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.

Latar belakang

Rasul Paulus umumnya diyakini sebagai penulis asli surat ini. Dalam 2 Tesalonika 1:1 disebutkan bahwa surat
ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan sekerjanya, yakni Silwanus dan Timotius. Berdasarkan
anggapan bahwa surat ini ditulis pada abad ke-2, sejumlah pakar Perjanjian Baru modern meragukan bahwa
surat ini benar-benar ditulis oleh Paulus dengan beberapa alasan, dan menggolongkan surat ini bersama-sama
enam surat-surat Paulus lain, yaitu Surat Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius, serta Titus, sebagai "surat-surat
deutero Paulus". Sebutan "deutero Pauline" ("tulisan seorang Paulus kedua") diberikan karena diduga bahwa
penulis surat ini bukan Paulus, melainkan muridnya atau paling tidak orang yang menganut teologinya,
sehingga kemungkinan merupakan suatu pseudopigrafa yang dengan sengaja memakai nama Paulus sebagai
penulisnya.

Keadaan Jemaat

Gambaran jemaat dalam surat 2 Tesalonika ini dianggap berbeda dengan gambaran jemaat dalam surat yang
pertama. Pada Surat 2 Tesalonika, Paulus berhadapan dengan para penganut bidah yang menyampaikan
kedatangan "hari Tuhan" (parousia) telah tiba (2 Tesalonika 2:2), membuat jemaat kebingungan mendengar
pemberitaan seperti itu. Melihat keadaan demikian, penulis bermaksud menanggapi hal itu. Melalui surat ini
diharapkan jemaat tetap melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasanya sambil tetap melaksanakan
kewajiban sebagai orang . Dalam jemaat juga berkembang ajaran yang tidak memedulikan tubuh (sarx,
"daging") karena menganggap diri telah disempurnakan dalam roh. Ajaran demikian membuat jemaat
kemudian lebih senang dengan cara hidup yang malas-malasan dan kurang memperhatikan ketertiban.

Isi

Tentang ketabahan menghadapi penganiayaan, Menyikapi ajaran sesat dan parousia, "Ajaran-
ajaran" , Berdoa dan bekerja
I. TIMOTIUS

Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius (disingkat Surat 1 Timotius) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru.[1][2] Timotius adalah seorang yang masih muda di Asia Kecil, yang
telah menjadi kawan dan pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan
ibunya Yahudi.

Analisis

Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 2 Timotius dan Surat Titus, dimana gaya
bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip,
sehingga mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Ada 4 pokok utama dikupas di
dalamnya:

1. Guru-guru palsu: mereka yang menggunakan dan menafsirkan Perjanjian Lama untuk kepentingan
mereka sendiri, sehingga Timotius diingatkan bahwa "hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan."
2. Iman sejati: untuk menolak ajaran palsu bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat kita hidup
ini, perlu diingat kenyataan bahwa Yesus sendiri merupakan manusia sejati dan Allah sejati, dan
dengan demikian membantah ajaran-ajaran palsu itu.
3. Perilaku : harus dijaga dengan baik, terutama hubungan keluarga dan hubungan dalam jemaat.
4. Kepemimpinan : harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua orang yang mereka
layani.
J. 2 TIMOTIUS

Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius (disingkat Surat 2 Timotius) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar berisi nasihat-nasihat pribadi
kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda. Inti nasihatnya ialah supaya
Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus
serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap
bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan.
Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus.
Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak
bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang yang
mendengarnya.

Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus—yaitu
kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya
dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan
melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
Analisis

Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 1 Timotius dan Surat Titus, di mana gaya
bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip,
sehingga mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Ada 4 pokok utama dikupas di dalamnya:

1. Guru-guru palsu: yaitu "secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya
mereka memungkiri kekuatannya."
2. Iman sejati: yaitu segala sesuatu yang telah didengar daripada Paulus hendaknya dipegang sebagai
contoh ajaran yang sehat dan dilakukan dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
3. Perilaku : mengusahakan supaya selalu layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak
usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran.
4. Kepemimpinan : harus berani membela kebenaran, dengan menyadari bahwa Injil tidak bergantung
kepada pendapat pribadi melainkan kepada Allah sendiri.

K. TITUS

Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang terdapat di dalam Perjanjian
Baru di Alkitab . Bersama dengan surat Timotius, surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral.
Dikategorikan surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan
tugas sebagai seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup
sekaligus untuk menanggulangi ajaran sesat. Titus sendiri merupakan teman

Tujuan surat

Surat ini ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus. Titus merupakan seorang
non Yahudi yang menjadi dan kemudian mengikuti rombongan Paulus. Paulus juga mengutusnya untuk
membantu pelayanannya di Korintus. Dalam surat ini, Titus digambarkan sebagai orang yang sangat setia.
Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar kepada Titus. Dalam perjalanan, Paulus
meninggalkan Titus di Kreta dan diberi tugas untuk membina jemaat-jemaat baru di sana. Selain ditujukan
kepada Titus, surat ini juga ditujukan kepada semua anggota jemaat.

Muatan Teologis

Sebagai surat Pastoral, ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini:

Tugas Titus di Kreta, Pengajaran yang benar, Nasihat tentang perilaku orang
L. FILEMON

Paulus kepada Filemon merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab dan salah satu
kumpulan surat-surat Paulus. Surat ini unik karena menjadi surat terpendek di antara surat-surat Paulus yang
lainnya. Selain itu, surat ini juga satu-satunya surat pribadi Paulus yang kita miliki. Secara umum surat ini
berisikan permohonan Paulus kepada Filemon agar Filemon berbaik hati kepada Onesimus, budaknya yang
melarikan diri. Filemon sendiri adalah seorang terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat
di Kolose. Paulus mengirimkan surat ini bersamaan dengan surat kepada jemaat di Kolose. Surat ini
merupakan salah satu contoh surat nasihat. Surat nasihat seperti ini kerap sekali ditulis dalam dunia Yunani-
Roma pada zaman Paulus.

Tujuan Surat

Sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat 1, surat ini ditujukan kepada Filemon yang disebut oleh Paulus
sebagai "saudara" dan "kawan sekerja". Selain itu, surat ini juga ditujukan kepada Arkhipus, Apfia, dan jemaat
di rumah Filemon. Filemon yang merupakan orang terkemuka di Kolose memiliki sejumlah budak dan salah
satunya adalah Onesimus. Onesimus melarikan dari Kolose dan membawa pergi harta milik Filemon. Di
dalam pelariannya, Onesimus bertemu dengan Paulus dan akhirnya Onesimus menjadi (ay. 18-19). Surat ini
juga ditujukan kepada Apfia karena ia merupakan seorang pemimpin rumah tangga dalam kehidupan sehari-
hari dan berurusan dengan budak-budak. Oleh karena itu, Paulus merasa perlu dan penting untuk melibatkan
Apfia dalam pengambilan keputusan mengenai Onesimus

Muatan Teologis

Surat Paulus kepada Filemon ini sangat pendek dan tidak memaparkan doktrin-doktrin iman . Akan tetapi
surat ini memberikan petunjuk mengenai bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang terutama dalam
hubungannya dengan sesama.

Sikap Hidup Orang

Persaudaraan Orang-orang Percaya

Perbudakan

BAHAN REFERENSI ALKITAB STUDI DAN ALKITAB


HIDUP BERKELIMPAHAN

Anda mungkin juga menyukai