Anda di halaman 1dari 3

EKSEGESIS MATIUS 28:16-20 KONTEKS INJIL MATIUS Injil Matius ditulis kepada sebuah komunitas Kristen Yahudi yang

bertobat yang hidup di daerah Sirio-Palestina. Mereka mengalami sebuah krisis yang mendalam berkaitan dengan masa lalu mereka sebagai seorang Yahudi. Ketika mereka menerima Yesus sebagai Mesias, mereka masih rutin pergi ke Sinagoge dan hidup dibawah hukum dan tradisi yang lama. Terlebih, mereka memiliki keterkaitan dengan kelompok Farisi dan setelah revolusi dari bangsa Yahudi di Palestina terhadap kekaisaran Romawi berakhir (65-72), mereka dan kelompok orang-orang Farisi adalah dua kelompok yang selamat dari penjajahan itu. Sejak tahun 80 an, saudara-saudari orang Yahudi ini, baik orang Farisi dan Kristen, orang-orang yang selamat, mulai saling bertentangan satu dengan yang lain berkaitan dengan siapa si pewaris janji-janji Tuhan di Perjanjian Lama. Masing-masing kelompok mengaku sebagai pewaris sah. Berangsur-angsur bertentangan ini meluas menjadi sebuah permusuhan yang serius dan memisahkan kedua kelompok. Orang-orang Kristen tidak lagi bisa pergi ke Sinagoge dan terputus dari masa lalu mereka sebagai bangsa Yahudi. Masing-masing kelompok membentuk kelompok baru; orang-orang Farisi bertemu di Sinagoge dan orang-orang Kristen di gereja. Hal demikian tentu menyulut pertanyaanpertanyaan serius dan memerlukan sebuah jawaban segera. Siapa yang sesungguhnya yang menjadi pewaris janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama, apakah mereka yang di Sinagoge atau di gereja? Siapakah diantara mereka yang dipihak Tuhan? Siapakah yang sesungguhnya umat Tuhan? Sekarang, Matius menulis Injilnya untuk menolong Komunitas Kristen ini mengatasi krisis dan mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atas masalah mereka. Injilnya, pertama adalah Injil yang mewahyukan pernyataan bagaimana Yesus adalah Mesias yang sesungguhnya, si Musa yang baru, yang merupakan puncak penyempurnaan/ pemenuhan dari sejarah Perjanjian Lama dan janji-janjiNya. Ini adalah Injil penghiburan bagi mereka yang dikeluarkan dan disiksa oleh saudara-saudari mereka sesama Yahudi. Matius ingin menghibur dan menolong mereka mengatasi trauma dari perpecahan/ perpisahan itu. Ini adalah Injil tentang etika baru karena disini diungkapkan cara mencapai pembaruan dalam keadilan yang jauh lebih besar dibanding pemahaman orang Farisi. Ini adalah Injil keterbukaan dan menunjukkan bahwa Kabar baik dari Allah, yang Tuhan Yesus bawa tidak bisa disembunyikan, namun harus diletakkan di kaki dian sehingga sehingga menerima hidup semua orang termasuk bangsa-bangsa/ bangsa kafir. Problema secara literatur yang telah debat para sarjana adalah bahwa bagian ini bukan asli dari Injil Matius, pokok yang menjadi perdebatan adalah ayat tentang formula Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus pandangan para sarjana yang anti formula itu mengatakan bahwa Matius tidak memiliki kapabilitas dalam merumuskan formula itu. Namum memperhatikan, seperti halnya Jack Kingsbury - seorang sarjana Perjanjian Baru, bahwa bagian teks lain dari Injil Matius juga mengungkapkan formula tersebut, seperti: Matius 11:27 maka tidak diragukan bahwa bagian ini adalah asli dan utuh bagian dari seluruh Injil Matius. Perikop ini selain merupakan bagian integral dari

seluruh Injil itu, namun juga bagian Matius 28:16-20 merupakan kesimpulan dan pengesyahan dari Injil itu. Tidak ada satupun dari kitab-kitab di dalam Alkitab yang berakhir dengan sebuah kesimpulan yang sangat memuaskan sebagaimana Injil Matius, dimana Amanat Tuhan Yesus untuk memegang firmanNya dan memuridkan bangsabangsa/ bangsa kafir melalui Baptisan dan janji untuk bersama dengan gerejaNya sampai kesudahan zaman dituliskan. Catatan Exegesis Matius 28:16-20 Ayat 16 Galelia disini adalah Galelia dimana semuanya bermula (Mat 4:12). Adalah tempat dimana murid-murid pertama kali mendengar panggilan (Mat 4:15) dan merupakan tempat dimana Yesus berjanji untuk bertemu dengan mereka sesudah kebangkitan (Mat 26:31) Di dalam kitab Kisah Para Rasul melarang mereka meninggalkan Jerusalem (Kisah 1:4). Di dalam kitab Matius, murid-murid diperintahkan untuk meninggalkan Yerusalem dan kembali ke Galilea (Mat 28:7-10). Masing-masing penulis Injil memiliki cara masing-masing dalam memberitakan Yesus dan rencanaNya. Bagi Lukas, sesudah kebangkitan Yesus, pemberitaan Injil itu harus mulai dari Yerusalem untuk maksud mencapai seluruh ujung bumi (Kis 1:8). Bagi Matius, pemberitaan Injil mulai di Galelia yang kafir itu (Mat 4:15), untuk maksud memberikan gambaran bahwa Injil itu dari bangsa Yahudi kepada bangsa-bangsa kafir sebagaimana Matius ungkapkan dalam 4:1416 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsabangsa lain, bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Murid-murid itu pergi ke bukit yang Tuhan Yesus tunjukkan kepada mereka. Bukit mengingatkan kita pada gunung Sinai, dimana untuk pertama kali Perjanjian itu terjadi dan dimana Musa menerima 2 loh batu berisi 10 perintah Tuhan (Kej 19-24; 34:1-35). Hal ini juga mengingatkan akan gunung Allah, yakni gunung Horeb dimana nabi Elia mengungsi untuk maksud mendapatkan kembali tujuan dan rencanaNya (1 Raj 19:1-18) Hal ini juga mengingatkan akan tentang bukit transfigurasi/ perubahan wujud, dimana Musa dan Elia yanga adalah penemu hukum dan nabi terbesar dari bangsa Yahudi, nampak bersama-sama dengan Tuhan Yesus, yang memberikan kepastian bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu (Mat 17:1-8). Ayat 17 tetapi beberapa orang ragu-ragu sebagaimana orang-orang di Korintus mengalami kesulitan di dalam mempercayai kebangkitan. Matius tidak ragu mengatakan bahwa beberapa orang itu ragu-ragu dan tidak percaya kebangkitan Yesus (Mar 16:11,13,14; Luk 24:11, 21, 25, 36, 41; Yoh 20:25). Iman kepada kebangkitan adalah lamban dan proses yang sulit, namun berakhir dengan sebuah keyakinan yang mantap. (1 Kor 15:334) Keyakinan Iman yang demikian itu senantiasa dibuktikan dengan sikap yang menyembahNya (Mat 2:2; 28:9, 17). Hanya Yahweh yang patut di sembah, Matius

dengan sengaja mengungkap ketuhanan Tuhan Yesus bagaimana murid-muridNya menyembahNya sesudah peristiwa kebangkitan. Ayat 18 Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Bentuk pasif dari kata kerja diberikan menunjukkan bahwa Yesus menerima kuasaNya dari sang Bapa. Kuasa disini bukanlah yang baru saja dianugrahkan. Matius menjadi saksi bahwa Yesus membuktikan kuasaNya selama pelayananNya di muka bumi. (7:9; 8:9; 9:6,8; 10:1; 21:23, 24,27). Maksudnya adalah sang Bapa menganugrahkan kepada sang Anak, karena kerendahan hatinya - dengan kerelaanNya mati sebagai tebusan dosa dan kemenangan atas kematian, suatu hak untuk menjalankan segala kuasa. Yesus adalah Tuhan di bumi dan di surga. (Fil 2:9-11). Penolakan atas tawaran Iblis yang hendak memberikan kerajaan dunia dan kemegahannya (Mat 4:8-10). Yesus sekarang menerimanya dari sang Bapa - dan juga kuasa atas surga! Ayat 19 Didalam bahasa asal kata jadikanlah............ murid adalah satu kata matheteusate yang diartikan sebagai murid dalam bentuk kata kerja; baik dalam bahasa Indonesia demikian juga bahasa Inggris kata murid adalah kata benda kesulitan tehnis ini sedikitnya mempengaruhi dalam penafsiran bagian ini. Ditulis dalam bentuk kata kerja perintah (imperative) menjadikan matheteusate sentral dari misi para murid-murid itu. Dengan demikian hati dari amanat itu adalah menjadikan murid. Kata semua bangsa di dalam bahasa Inggris all nations memiliki asal kata panta ta etne, dimana secara literal darinya kita mendapatkan kata etnik atau suku bangsa (people group). Jadi bisa diartikan semua bangsa sebagai semua atau setiap suku bangsa. Namun menyimak bahwa Matius menggunakan kata etne ini juga dalam Mat 4:5, dalam RSV untuk Gentiles maka logikanya Matius konsisten dalam pemakaian ini, dengan demikian etne lebih pasnya diartikan sebagai bangsa-bangsa kafir; Louw dan Nida memberi makna sebagai orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Ayat 20 Imanuel adalah sebuah komentar yang tepat untuk ayat ini. Pernyataan penutup dari Matius adalah merupakan penggenapan janji dalam Matius 1:23. Apakah Yesus mengucapkan kata-kata ini (Matius 28:20) di dalam kesadaran akan kiasan pada Kejadian 28:14-15? tanya Ralph Winter dalam sebuah konferensi misi di tahun 1987. Jika Tuhan Yesis adalah Tuhan yang bangkit dari kematian yang mendekati murid-murid itu (28:18), Ia juga Imanuel yang menyertai mereka didalam dan disaat mereka mengalami kesulitan dan menjalankan misiNya.

Anda mungkin juga menyukai