Anda di halaman 1dari 7

DOKTRIN ALKITAB

Pendahuluan
Mengapa kita percaya bahwa semua manusia berdosa? Mengapa kita percaya bahwa keselamatan
hanya ada di dalam Yesus Kristus? Mengapa kita percaya bahwa Yesus adalah Allah sejati dan manusia
sejati? Mengapa kita percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh mati untuk dosa manusia? Mengapa kita
percaya bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit dalam bentuk tubuh? Mengapa kita percaya bahwa ada
kebangkitan sesudah kematian? Mengapa kita percaya bahwa Yesus akan datang kembali untuk kedua
kalinya? Jawabannya adalah karena Alkitab mengatakan demikian. 1
Mengapa kita rela mengorbankan waktu, tenaga, materi, airmata dan segala yang kita miliki bagi
pelayanan yang sifatnya non profit? Mengapa kita mau berjuang untuk mengasihi dan melayani jiwa-jiwa
yang pada umumnya bukan kerabat kita, tidak ada hubungan darah dan keluarga sama sekali? Jawabannya
adalah karena Alkitab memerintahkan demikian.
Betapa pentingnya secara serius kita mempelajari doktrin Alkitab karena penyataan khusus dari
Allah sampai kepada kita di dalam dan melalui Alkitab. Di sana kita belajar tentang Yesus Kristus dan
bertemu denganNya. Alkitab merupakan dasar dan norma bagi seluruh pemberitaan dan pengajaran
Kristen.2

Apakah Alkitab Firman Allah?


Tidak semua manusia di kolong langit ini, termasuk di dalamnya orang-orang Kristen,
memandang bahwa Alkitab adalah Firman Allah.

A. Ada beberapa cara pandang manusia terhadap Alkitab 3


1.

2.

3.

4.

Pandangan bahwa Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula


Bagi penganut pandangan ini, Alkitab tidak relevan lagi untuk abad ini karena menurut mereka
bagaimana bisa melihat relevansi Alkitab yang merupakan tradisi manusia zaman primitif tetap dapat
diterapkan pada abad modern ini? Bagi kelompok ini, Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup
mereka.
Pandangan bahwa Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan
Penganut pandangan ini melakukan pendekatan kritis terhadap Alkitab seperti pendekatan terhadap
buku-buku lain yang ditulis hanya oleh manusia biasa. Bagi kelompok ini, Alkitab juga tidak memiliki
nilai penting.
Pandangan bahwa Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah
Bagi penganut pandangan ini, wahyu Allah tidak dapat dituliskan karena Allah tidak terbatas, maka
firman-Nya pun tidak terbatas. Menurut mereka, peristiwa Allah berfirman kepada para nabi sudah
berlalu, tetapi kemudian peristiwa itu dicatat. Bagi mereka menyamakan Alkitab dengan Firman Allah
adalah dosa, sehingga mereka memandang Alkitab tidak memiliki otoritas dalam hidup mereka.
Pandangan bahwa Alkitab mengandung Firman Allah
Bagi penganut pandangan ini, Alkitab bukan hanya berisi Firman Allah (yang diawali dengan
Beginilah Firman Allah atau Demikianlah Firman Allah), melainkan juga berisi firman Iblis (Kej.
3:1b; Ayb. 1:9-12; Mat. 4:3, 5-6, 8-9) dan juga firman manusia, seperti nasehat-nasehat sahabatsabahat Ayub yaitu Elifas, Bildad dan Zofar yang berkata-kata dari dirinya sendiri karena kemudian
Allah menegur mereka dan memerintahkan mereka untuk meminta maaf kepada Ayub. 4

V. M. Sagala, Alkitab, Kumpulan makalah-makalah, 1.


Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, terj. Knowing the Truth: A Handbook of Christian Belief,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993, cetakan pertama), 46.
3
V. M. Sagala, op. cit., 1-3.
4
Wayne Grudem menjelaskan tentang hal ini bahwa meskipun dalam Alkitab terdapat pernyataanpernyataan Iblis, manusia, tokoh-tokoh jahat atau narasi-narasi tentang kejahatan, tetapi semua hal tersebut
merupakan laporan Allah sendiri mengenai apa yang terjadi. Jika dimengerti dengan benar dalam
konteksnya, maka kita akan mengerti apa yang Allah ingin sampaikan atau firmankan melalui narasi-narasi
1
2

5.

Pandangan bahwa Alkitab menjadi Firman Allah ketika terjadi pertemuan/pengalaman subyektif
Penganut pandangan ini memandang Alkitab adalah Firman Allah hanya ketika mereka mendapat
berkat atau mengalami sesuatu yang mengena di hatinya ketika membacanya. Jadi sebelum terjadi
pengalaman pribadi dengan ayat-ayat yang dibaca, maka Alkitab belum menjadi Firman Allah baginya
(belum menjadi rhema dalam hidupnya).5 Kelompok ini membagi Firman Allah menjadi dua, yaitu
logos (Firman Allah secara umum) dan rhema (Firman Allah yang berbicara secara pribadi).
6. Pandangan bahwa Alkitab adalah Firman Allah
Penganut pandangan ini mengimani bahwa Alkitab adalah Firman Allah, maka Alkitab tidak bersalah
terhadap segala hal yang dinyatakannya dan Alkitab memegang otoritas tertinggi dan terakhir dalam
kehidupan.
Secara historis, gereja telah meneguhkan bahwa Alkitab merupakan vox Dei, yaitu suara Allah
atau verbum Dei, yaitu Firman Allah. Menyebut Alkitab adalah Firman Allah tidak menyatakan bahwa
Alkitab ditulis oleh tangan Allah sendiri atau Alkitab itu jatuh dari sorga dengan parasut. Alkitab sendiri
menyatakan ada banyak penulis manusia yang menulis Alkitab. Setiap manusia yang dipakai untuk menulis
memiliki gaya bahasa masing-masing, perbendaharaan sendiri, penekanan sendiri, perspektif sendiri dan
lain sebagainya.6

B. Mengapa menerima Alkitab adalah Firman Allah?7


Terdapat sepuluh alasan mengapa menerima Alkitab adalah Firman Allah.
1. Alkitab mengatakan dirinya Firman Allah
Segala tulisan yang diilhamkan Allah (NIV: All scripture is God breathed) memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
All Scripture (yun: graph)8 menyatakan bahwa keseluruhan Alkitab (dalam konteks 2 Timotius adalah
PL) adalah God breathed (yun: theopneustos). Allah menafaskan Alkitab, sama dengan kita
mengeluarkan nafas waktu berbicara, sehingga dapat dikatakan bahwa Allah berbicara melalui
Alkitab.9
So also our beloved brother Paul wrote to you according to the wisdom given him, speaking of this as
he does in all his letters. There are some things in them hard to understand, which the ignorant and
unstable twist to their own destruction, as they do the other scriptures (graph) (2 Pet. 3:15-16).
Jelas terlihat dari 2 Pet. 3:15-16 ini bahwa tulisan-tulisan Paulus disejajarkan dengan Kitab Suci
(graph) yang adalah God breathed. Demikian pula dalam 1 Tim. 5:18, Paulus mengutip kalimat
Yesus dalam Luk. 10: 7 dan menyebutnya Kitab Suci (graph).10 Melalui 3 bagian Firman Tuhan dari
masih banyak bagian Kitab Suci lainnya tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa Alkitab menyebut
dirinya Firman Allah.
2. Sikap Tuhan Yesus yang menjunjung tinggi serta menaklukkan Diri-Nya terhadap Alkitab

tersebut. Jadi dalam hal ini semua isi Alkitab adalah Firman Allah (Wayne Grudem, Systematic Theology,
(Leicester: IVP, 1994), 73.
5
Sebuah pesawat televisi yang dibiarkan di sudut ruangan dan tidak dinyalakan, masih tetap
sebuah pesawat televisi. Walau tidak dapat dilihat gambarnya dan mendengar suaranya, tetapi benda itu
tetap sebuah pesawat televisi, baik dinyalakan maupun tidak. Demikian Kitab Suci atau Alkitab adalah
Firman Tuhan, entah orang memberi respon kepadanya atau tidak (Paul E. Little, Kutahu yang Kupercaya,
terj. Know What You Believe, (Bandung: Yayasan kalam Hidup, 2000, cetakan ketiga), 15).
6
R. C. Sproul, Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen, terj. Essential Truths of the Christian
Faith, (Malang: Departemen Literatur SAAT, 1998, cetakan kedua), 17.
7
V. M. Sagala, op. cit., 3-9.
8
Kata Scripture (yu: graph) muncul 50 kali dalam Perjanjian Baru (PB). Dalam PB kata ini
merupakan kata teknis yang mengacu pada Kitab Suci, jadi bukan sembarang tulisan. Umumnya kata ini
merujuk pada Alkitab Perjanjian Lama (PL) (mis: Mat. 21:42; Luk. 4:21; Rm. 1:2). Akan tetapi, dalam
perkembangannya graph juga diberlakukan untuk perkataan Yesus dan tulisan Paulus (mis: 1 Tim. 5:18; 2
Pet. 3:16) (Grudem, op.cit., 74).
9
R. C. Sproul, op. cit.
10
Grudem, op. cit., 76.

3.

4.

5.

6.

7.
8.
9.

10.

Di tengah-tengah kelompok tertentu masa kini yang mengatakan bahwa Ul. 8:3 adalah hanya kata-kata
Musa, dalam Mat. 4:4 Tuhan Yesus menerima perkataan Musa tersebut sebagai Firman Allah dengan
mengatakan Ada tertulis.11 Dan di tengah-tengah banyak orang menolak kitab Yunus sebagai hal
yang nyata terjadi (karena bagi mereka cerita Yunus yang tidak masuk akal tersebut hanyalah
dongeng), Tuhan Yesus mengutip kitab Yunus dan menerimanya sebagai Firman Allah (Mat. 12:3940). Yesus juga tunduk terhadap ketentuan Taurat ketika menyembuhkan orang kusta dengan
memerintahkan orang kusta tersebut ditahirkan oleh Imam (Mrk.1:44).
Superioritas dan keistimewaan ajaran Alkitab
Kisah dalam 1 Raj. 13:7-22 merupakan salah satu bagian Kitab Suci yang menunjukkan superioritas
Firman Tuhan di atas perkataan siapapun juga. Ajaran Alkitab bersifat mutlak dan universal, antara
lain ajaran tentang kasih, kebenaran dan dosa. Dan Alkitab juga memberikan prinsip moral yang
agung. Ketika sekelompok teolog meragukan Alkitab, Tuhan membangkitkan para arkeolog untuk
menyatakan kebenaran Alkitab. Nelson Glueck menuliskan: Tidak ada satupun penemuan purbakala
yang bertentangan dengan keterangan-keterangan dalam Alkitab. Demikian pula Miller Barrow dari
Yale University berkata: Beberapa ahli purbakala makin lebih menghargai Alkitab karena
pengalaman penggalian di Palestina dan ilmu purbakala membantah pandangan kritik modern dalam
banyak masalah.
Kuasa Alkitab yang merubah hidup
Allah telah merubah hidup jutaan bahkan miliaran manusia di kolong langit ini melalui Kitab Suci
yang dibaca dan didengarkan, termasuk Fransiskus dari Asisi dan Martin Luther yang di kemudian hari
menjadi bapa gereja dan tokoh reformasi gereja.
Kesatuannya yang ajaib
Alkitab yang terdiri dari 66 buku, ditulis oleh 40 penulis dengan latar belakang dan waktu kehidupan
penulis yang berbeda-beda dan dalam kurun waktu kira-kira 1400 tahun tetapi memiliki
kesinambungan yang luar biasa antar kitab-kitabnya.
Kemurniannya
Alkitab menelanjangi kelemahan manusia berdosa, tanpa kecuali termasuk kelemahan tokoh-tokoh
Alkitab dan nabi-nabi seperti Abraham, Musa, Daud bahkan Petrus murid yang di kemudian waktu
diberi kepercayaan yang sangat besar oleh Tuhan untuk menggembalakan domba-dombaNya.
Ketepatan nubuat dan nilai nubuatannya yang tiada tara
Dalam Perjanjian Baru (PB) nubuat demi nubuat dalam Perjanjian Lama (PL) digenapi dalam diri
Yesus Kristus.
Sifat universalnya
Alkitab adalah handbook orang berdosa sehingga relevan untuk semua manusia dari segala bangsa dan
abad.
Ketahanan terhadap segala serangan
Alkitab merupakan buku yang paling banyak diserang dan dikritik; paling terbuka untuk dikritik,
karena ada dalam berbagai bahasa. Tetapi para penyerang dan pengkritik Alkitab mati dan berlalu,
namun Alkitab tetap bertahan dan menjadi berkat bagi jutaan manusia yang mau terbuka dan sungguhsungguh mencari kebenaran dari generasi ke generasi.
Pengalaman Pribadi
Hal yang juga tak kalah penting adalah pengalaman hidup pribadi yang diubah oleh Kitab Suci
menjadi surat Kristus yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang (2 Kor. 3:2).

Bagaimana Alkitab diilhamkan?


Istilah diilhamkan (theopneustos, yang secara harafiah berarti: dihembus, dimasuki angin atau
nafas Allah)12 dalam 2 Tim. 3:16 adalah metafora yang lazim menggambarkan karya Allah dalam PL,
11
Ada Tertulis atau Telah Tertulis merupakan formula yang lazim digunakan dalam PL untuk
menyatakan Firman Allah (Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, terj. Epochen der
Dogmengeschichte (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, cetakan keempat), 34).
12
Maka ungkapan tulisan yang diilhamkan berarti: tulisan yang ke dalamnya dihembuskan atau
ditiupkan nafas atau Roh Allah (Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001,
cetakan ke-14), 56).

khususnya melalui RohNya (Kej. 2:7; Ayb. 33:4; Mzm. 33:6). 2 Ptr. 1:19-21 meneguhkan bahwa Firman
yang telah disampaikan para nabi tidak timbul dari renungan pribadi para penulis, melainkan oleh
dorongan13 Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah. Hal yang sama berlaku bagi tulisan PB,
sebagaimana ditunjukkan oleh kesadaran Yesus sendiri bahwa Dia berwenang secara berdaulat,
pernyataan-Nya bahwa Ia mengutarakan kata-kata Allah sendiri, janji-Nya kepada rasul-rasul tentang Roh
Kudus yang akan menyoroti pikiran mereka, turunnya Roh Kudus atas mereka, keyakinan para rasul bahwa
Roh Kudus menyoroti mereka dalam pengajaran dan pengakuan mereka bahwa ada kuasa Ilahi khusus
dalam tulisan rasuli. Dengan demikian, seluruh Alkitab yang sampai kepada kita ditegaskan sebagai hasil
pengilhaman, naskah yang dihembus nafas Allah. 14
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan Alkitab diilhami ialah bahwa Allah
memimpin para penulis Kitab Suci sehingga mereka menuliskan apa yang diinginkan Allah dan mereka
dijaga sehingga dalam menuliskannya, mereka tidak membuat kesalahan. 15 Pengilhaman yang dibicarakan
Kitab Suci hanya berlaku bagi teks asli yang ditulis oleh para penulis Alkitab. 16
Setiap orang Kristen sejati sepakat bahwa Alkitab diilhami. Tetapi ada perbedaan pendapat
tentang cara pengilhaman.17 Apakah di dalam pengilhaman ini penulis Alkitab pasif saja, hanya berfungsi
sebagai mesin, atau apakah penulis Alkitab aktif, bekerja sendiri dan sebagainya? Usaha-usaha yang telah
pernah dikemukakan sebagai pemecahan persoalan ini ada beberapa macam, antara lain: 18
1. Pengilhaman yang mekanis
Penulis Alkitab di dalam pengilhamannya hanya berfungsi sebagai mekanik atau mesin. Segala
inisiatif dan keaktifan-pokok ada pada Tuhan Allah. Pandangan ini tidak mungkin diterapkan kepada
Alkitab.
2. Pengilhaman yang negatif atau pasif
Pandangan ini mengajarkan bahwa para penulis Alkitab dijaga oleh Roh Kudus jangan sampai tersesat.
Jadi yang diilhami adalah para penulisnya. Mereka dibantu Roh Kudus, sehingga apa yang diucapkan
atau ditulis sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Nampaknya pandangan ini mirip dengan
pengilhaman mekanis, tetapi bedanya adalah kalau pengilhaman mekanis didiktekan sementara
pengilhaman yang negatif atau pasif ini dalam bentuk ilham seperti ilham yang dibutuhkan oleh
seorang seniman untuk menghasilkan karyanya. Pandangan ini tidak sesuai dengan gagasan 2 Tim.
3:16 yang menuliskan bahwa yang diilhami Allah adalah tulisan-tulisannya atau Alkitabnya, bukan
penulisnya.
3. Pengilhaman yang dinamis
Menurut pandangan ini, pengilhaman ialah kecakapan yang diberikan oleh Roh Kudus di dalam
jabatan sebagai penulis. Makin dekat penulis dengan Allah atau Kristus, makin dapat dipercaya hasil
penulisannya. Jadi menurut pandangan ini, kewibawaan Alkitab tergantung dari penulisnya.
Pandangan ini juga tidak sesuai dengan gagasan Alkitab, karena kewibawaan Alkitab sesungguhnya
terletak pada Allah yang menyatakan Firman-Nya.
4. Pengilhaman yang organis
Berdasarkan Yoh. 15:26-27, pandangan ini memahami pengilhaman sebagai pekerjaan Roh Kudus
yang berkarya melalui kesaksian para murid Kristus dan juga para penulis Alkitab. Para penulis
bekerja sendiri, memilih kata-kata sendiri, memilih judul sendiri dan memilih cara penguraian sendiri
Kata kerja Yunani fer yang diterjemahkan didorong dipakai juga dalam Kis. 27:15 tentang
kapal yang terombang-ambing oleh badai. Jelaslah bahwa Petrus menguatkan pengertian perbuatan Allah
dalam menghasilkan segala tulisan suci (Milne, op. cit., 55).
14
Ibid, 55-56.
15
Ada beberapa hal di dalam Alkitab yang berasal langsung dari Allah, karena tidak mungkin
dapat diketahui oleh pikiran manusia seperti Kej. 1&2. Hal-hal ini pasti dinyatakan kepada Musa secara
adikodrati (Paul E. Little, op. cit., 10). Menurut Millard Erickson, pengilhaman Alkitab adalah pengaruh
adikodrati Roh Kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga membuat hasil karya mereka menjadi
suatu catatan yang akurat tentang penyataan atau yang mengakibatkan karya mereka benar-benar
merupakan Firman Allah (Millard J. Erickson, Teologi Kristen, terj. Christian Theology (Malang:
Gandum Mas, 1999), 255).
16
Dalam menyalinnya kemudian mungkin dapat terjadi kesalahan, tetapi tidak berarti
sebagaimana yang diduga orang (Ibid, 14).
17
Milne, op. cit., 54.
18
Harun Hadiwijono, op. cit., 57-64
13

sesuai dengan konteks kehidupan pada masanya, dan sebagainya. Sekalipun segala kesaksian atau
tulisannya itu adalah hasil karya penulis, namun Roh Kudus ada di belakangya. Perbedaan dengan
pengilhaman negatif/pasif di atas adalah dalam pengilhaman organis ini penulis Alkitab juga aktif
dalam ke aktifan Roh Kudus yang berkarya dalam diri penulis tersebut. Seperti apa yang dialami oleh
Lukas, ketika dirinya dipakai sebagai alat (organ) ditangan Tuhan untuk menulis Firman-Nya, ia aktif
menyelidiki segala peristiwa dengan seksama dari asal mulanya, lalu ia mengambil keputusan untuk
membukukannya dengan teratur bagi Teofilus dengan tujuan agar Teofilus mengetahui bahwa yang
diajarkan kepadanya sungguh benar (Luk. 1:3-4). Nampaknya pandangan inilah yang sesuai dengan
gagasan Kitab Suci.
Millard Erickson memakai istilah pengilhaman yang terpadu antara Tuhan berfirman langsung
kepada para nabi, Roh Kudus mengingatkan kembali atau mengarahkan si penulis kepada pikiranpikiran yang sudah diketahuinya dan bentuk-bentuk yang lain.19

Apakah Alkitab tidak salah?


Menjadi pertanyaan penting adalah bagaimana dengan fenomena adanya kesalahan dalam
Alkitab? Sebagai contoh adalah Mrk. 6:8 dan Mat. 10:9-10. Menurut Markus, Yesus memerintahkan
murid-murid-Nya untuk membawa tongkat, tetapi menurut Matius, Yesus melarang mereka untuk
membawa tongkat. Bagaimana dengan perbedaan angka-angka dalam Alkitab? Sebagai contoh, menurut 2
Sam. 10:18 ada 700 kereta berkuda, sedangkan menurut kitab paralelnya, 1 Taw. 19:18 ada 7000. untuk itu
teolog-teolog yang setia kepada Alkitab mencoba memberi jalan keluar sebagai berikut: 20
1. Pendekatan abstrak
Pendekatan ini sekalipun menyadari bahwa terdapat kesulitan dalam Alkitab, dan berusaha untuk
memecahkan sebagian dari kesulitan tersebut, namun berpendapat bahwa tidak semua kesulitan dan
yang nampaknya kesalahan tersebut harus dijelaskan. Menurut pendekatan ini, adanya kesulitan
tersebut tidak cukup dan tidak boleh melenyapkan ketidakbersalahan Alkitab yang diilhami Allah.
2. Pendekatan harmonis
Pendekatan ini menegaskan bahwa segala kesulitan yang nampak itu dapat dijelaskan, dan dengan
segala cara mereka mengharmoniskannya dan nampak terlalu dipaksakan, sehingga menjadi kurang
wajar.
3. Pendekatan moderat harmonis
Pendekatan ini mengikuti pendekatan harmonis dalam batas-batas tertentu. Segala kesulitan diakui dan
dicoba untuk dijelaskan sedapat mungkin. Namun mereka ini sadar bahwa belum tentu segala kesulitan
dapat diselesaikan seketika. Mereka menghindari jawaban yang bersifat prematur. Keyakinan
kelompok ini adalah segala kesulitan dalam Alkitab akan dapat diselesaikan sekiranya data-data yang
hilang dalam sejarah ditemukan kembali atau kalau bukan karena kurang data, maka kelak kesulitan itu
akan dapat diselesaikan seiring dengan perkembangan arkeologi dan berbagai ilmu pengetahuan
lainnya.
4. Pendekatan naskah asli
Menurut pendekatan ini, seluruh kesulitan yang timbul karena kita tidak memiliki naskah aslinya.
Kelompok ini menyadari bahwa kesalahan yang didapati dalam Alkitab seringkali akibat kelemahan
salinannya. Jadi, perbedaan angka-angka seperti 700 dengan 7000 seringkali akibat kesalahan
penyalinan, bukan pada naskah asli yang diilhami Allah tersebut.
5. Alkitab memang memiliki kesalahan
Kelompok ini menegaskan bahwa Alkitab memang mengandung kesalahan. Jadi daripada berusaha
untuk menyingkirkan kesulitan-kesulitan tersebut, lebih baik menerima apa adanya.
Dari seluruh pendekatan di atas, nampaknya pendekatan ke-3 lebih memuaskan, karena di satu
pihak mengakui adanya kesulitan dalam Alkitab dan berjuang untuk mencari jawabannya, namun di pihak
lain melihat bahwa tidak lengkapnya data untuk menjelaskan kesulitan tersebut merupakan hal yang wajar
mengingat bahwa Alkitab adalah Kitab yang memiliki jarak waktu yang begitu lama dengan kita, jarak
paling singkat adalah sekitar 2000 tahun.

19
20

Erickson, op. cit., 239-240.


V. M. Sagala, op. cit., 7-8.

Berkaitan dengan pesan Alkitab bahwa Alkitab tidak akan menyesatkan pembacanya (Infallibility
Alkitab) dan ketepatan sumber Alkitab (Inerrancy), pada umumnya kaum Injili menerima kedua hal
tersebut.21
Ketidakbersalahan Alkitab
Terdapat 2 istilah dalam ketidakbersalahan Alkitab, yaitu Infallibility Alkitab dan Inerrancy
Alkitab.

A. Infallibility Alkitab
Infallibility Alkitab berkaitan dengan pesan Alkitab bahwa Alkitab tidak akan menyesatkan pembacanya. 22
Infallibility Alkitab terdiri dari 2 macam, yaitu23
1. Infallibility Alkitab dalam beritanya secara keseluruhan yang memiliki makna bahwa pernyataan
Alkitab tidak dapat khilaf (Infallibility) apabila dimengerti dalam konteks seluruh Alkitab. Contoh, bila
mengutip secara terpisah pertanyaan Yakobus Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (Yak. 2:14)
dengan jawaban tersirat Tidak, maka nampaknya ini salah karena menurut bagian Alkitab lainnya,
iman dapat menyelamatkan (Rm. 3:24-25; Ef. 2:8). Kebenaran dalam Yak. 2:14 tersebut tidak dapat
khilaf (Infallibility), apabila dibaca dan dimengerti dalam konteks seluruh surat Yakobus dan
dihubungkan dengan bagian-bagian Alkitab lain yang melengkapinya.
2. Infallibility Alkitab berkaitan dengan maksud yang terkandung dalam pikiran penulisnya. Kejadian 1
akan dikatakan tidak khilaf (Infallibility) dalam mengajarkan bahwa alam semesta diciptakan 6 hari
dengan masing-masing hari terdiri dari 24 jam, hanya kalau itulah yang dimaksud si penulis. Kita tidak
harus percaya bahwa orang Samaria yang baik hati adalah tokoh sejarah karena Yesus mengisahkan itu
sebagai perumpamaan dan kata-kata Yesus tidak dapat khilaf (Infallibility).
Dengan demikian, Infallibility Alkitab menuntut pembaca Alkitab untuk menafsirkan setiap
pernyataan yang ada di dalamnya dengan tepat.

B. Inerrancy Alkitab
Inerrancy Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak akan menyesatkan pembacanya dalam ketepatan sumber
Alkitab.24
Sekalipun pada umumnya kaum Injili menerima Infallibility Alkitab dan Inerrancy Alkitab Tetapi
ada juga kaum Injili yang meneriman infallibility Alkitab dan menolak inerrancy Alkitab. Karena itu,
terdapat beberapa macam Inerrancy Alkitab.25
1. Absolute Inerrancy
Kelompok ini percaya bahwa Alkitab sepenuhnya benar dalam segala hal, termasuk dalam hal-hal
ilmiah dan sejarah. Mereka meyakini bahwa jika Alkitab menuliskan bahwa tentara yang mengikuti
Gideon 32.000 orang (Hak. 7:3), maka memang angka tersebut tepat demikian. Yang menjadi
persoalan apakah maksud penulis Alkitab sampai setepat itu dan apakah pembaca Alkitab pada zaman
itu telah menuntut ketepatan seperti itu?
2. Full Inerrancy
Kelompok ini percaya bahwa Alkitab sepenuhnya benar, khususnya dalam hal teologia dan hal-hal
rohani. Mereka mengakui sekalipun tujuan utama para penulis Alkitab bukanlah menyodorkan datadata ilmiah dan sejarah, namun dalam hal inipun Alkitab benar. Kelompok ini mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan ilmiah dan sejarah bersifat fenomenal, yakni memberi perkiraan atau gambaran,
kecuali penulis Alkitab bermaksud memberikan yang tepat.
3. Limited Inerrancy
Kelompok ini percaya bahwa Alkitab sepenuhnya benar hanya yang berkaitan dengan ajaran
keselamatan orang berdosa. Bagi mereka, Allah tidak mewahyukan hal-hal ilmiah dan sejarah kepada
para penulis Alkitab, jadi para penulis bisa salah dalam hal-hal tersebut. Namun tidak boleh dikatakan
bahwa Alkitab bersalah, karena Alkitab tidak mengajarkan begitu. Kelompok ini tetap menegaskan
21
Mangapul Sagala, Superioritas dan Keistimewaan Alkitab, (Jakarta: Perkantas Jakarta, 2003,
cetakan 3), 52.
22
Ibid.
23
Milne, op. cit., 62-63.
24
Mangapul Sagala, op. cit.
25
Ibid, 53-58.

bahwa untuk segala hal yang diajarkan Alkitab, Alkitab sungguh benar. Namun, pandangan ini hanya
terlalu menekankan unsur manusia saja dalam penulisan Alkitab dan melupakan unsur Ilahinya, yaitu
keterlibatan Allah.
4. Inerrancy of Purpose
Kelompok ini percaya bahwa Alkitab benar sepenuhnya dalam arti Alkitab menggenapkan tujuannya,
yaitu membawa manusia kepada persekutuan dengan Allah. Alkitab bukan sekedar
mengkomunikasikan dalil-dalil kebenaran, melainkan Alkitab secara efektif telah mencapai tujuannya.
Pandangan ini lemah karena selain membawa manusia kepada Allah, Alkitab juga memberi pengertian
kepada para pembacanya.
Nampaknya dari ke-empat pandangan ada di atas, pandangan Full Inerrancy lah yang paling baik.

Kitab suci hartaku, tak ternilai hargamu


Olehmu terungkaplah, siapaku sesungguhnya

Anda mungkin juga menyukai