Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yohanes Marella Mata Kuliah : Studi Perjanjian Baru II

NIM/No Box : 20181041526/63 Dosen : Andreas Hauw, D. Th.


Laporan Baca Surat Paulus kepada Jemaat di Roma

I. TEMA UTAMA SURAT ROMA


Surat Paulus kepada Jemaat di Roma terdiri atas 39 judul perikop (menurut
Terjemahan Baru [TB] LAI)1. Surat ini adalah surat publik yang ditulis oleh Paulus dan
ditujukan kepada jemaat di Roma, terutama jemaat non-Yahudi. Meskipun demikian, tetap
dapat dikatakan bahwa pembaca pertama dari surat ini diperkirakan adalah jemaat yang
terdiri atas orang-orang Kristen Yahudi dan non-Yahudi. Seperti surat-surat pada umumnya,
surat Roma juga memiliki bagian pembukaan dan penutup surat (lih. Rm. 1:1-15; Rm. 15:14-
16:27).
Paulus memakai surat ini untuk menyampaikan pengajarannya yang bersifat
occasional kepada jemaat. Sama seperti surat-surat pada abad awal kekristenan, surat ini
membahas topik yang berkaitan dengan keselamatan orang Yahudi dan non-Yahudi,
perbedaan kedudukan orang Yahudi dan non-Yahudi di hadapan ajaran Kristus, dan
kebebasan di bawah kasih karunia yang diterima oleh pengikut Kristus. Ada pun porsi yang
cukup besar dalam kitab ini membahas mengenai pembenaran oleh iman (justification by
faith). Kendati demikian, terdapat tema lain seperti kesetaraan antara orang Yahudi dan
orang non Yahudi dalam hal keselamatan yang mereka terima. Kitab ini menegaskan bahwa
berita keselamatan adalah berita yang universal; ditujukan bagi semua orang dalam dunia.
Meskipun memiliki cakupan permasalahan yang cukup banyak dan mendalam,
terdapat satu tema besar yang menjadi pokok pemikiran Paulus dalam surat ini, yaitu Injil itu
sendiri. Seperti yang tertulis dalam Roma 1:16-17, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang
kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata
kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:
“Orang benar akan hidup oleh iman.” Tema inilah yang kemudian dikembangkan oleh
Paulus dalam keseluruhan surat Roma ini.

II. GARIS BESAR SURAT ROMA


1
Dalam keseluruhan laporan ini, penyusun laporan memakai kutipan dari Alkitab Terjemahan Baru (TB) oleh
Lembaga Alkitab Indonesia untuk referensi-referensi ayat Alkitab yang dikutip dalam terjemahan Bahasa
Indonesia.
Banyak usaha yang telah dilakukan untuk menyusun garis besar yang mampu
menolong pembaca memahami pesan utama dari surat Roma. Menurut hemat penyusun
laporan ini, salah satu cara yang baik untuk membuat garis besar dari surat Roma adalah
dengan mengikuti alur pikir Paulus yang tersurat dalam surat itu sendiri. Ada pun penyajian
garis besar yang dimaksud adalah sebagai berikut.

I. Pembukaan (1:1-17)
Dalam pembukaan suratnya, Paulus menunjukkan dirinya sebagai “hamba
Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan
Injil Allah” (Rm. 1:1; penekanan oleh penyusun laporan). Dalam ayat ini, terdapat
pemakaian frasa “ἀφωρισμένος εἰς εὐαγγέλιον θεοῦ” ditulis dalam bentuk pasif.
Dalam bahasa Yunani kalimat yang dinyatakan dalam bentuk pasif dapat
menunjukkan pekerjaan Allah yang tidak kelihatan. Konsep ini menyatakan bahwa
yang menguduskan Paulus adalah Allah sendiri. Menurut pengamatan penyusun
laporan, hal ini merupakan sebuah pernyataan Paulus tentang tentang dirinya sendiri,
menunjukkan bahwa dia adalah rasul yang sudah Allah tetapkan untuk memberitakan
Injil. Dengan demikian, ia memiliki otoritas yang cukup untuk menyampaikan isi
surat Roma ini.
Pembukaan surat ini mencakup tiga bagian kecil, yaitu (1) salam (Rm. 1:1-7);
(2) alasan Paulus memberitakan Injil ke jemaat di Roma (Rm. 1:8-15); dan (3) tema
besar yang ingin disampaikan oleh Paulus dalam surat ini (Rm. 1:16-17). Dalam
bagian pertama, Paulus menyampaikan salam yang diakhiri dengan berkat, “Kepada
kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan
dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari
Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus” (Rm. 1:7). Salam di bagian
pembukaan merupakan hal yang lazim terdapat dalam surat-surat Paulus.
Paulus kemudian melanjutkan dengan mengungkapkan keinginannya untuk
pergi memberitakan Injil ke Roma. Ia pun menuliskan bahwa ia selalu terhalang
untuk pergi ke Roma (lih. Rm. 1:13). Hal ini menunjukkan bahwa Paulus
mengirimkan surat ini sebagai pengganti kehadirannya di hadapan jemaat Roma. Hal
ini akan terlihat di dalam bagian inti dari surat Roma ini karena berisi banyak poin
pengajaran Paulus.
Di akhir dari pembukaan ini (Rm. 1:16-17), Paulus mengungkapkan sebuah
pernyataan yang menjadi tema sekaligus dasar dari pengajarannya dalam surat ini.
Dalam bahasa aslinya, frasa pertama dalam ayat ke-16, “Sebab aku mempunyai
keyakinan yang kokoh dalam Injil,” merupakan “Οὐ γὰρ ἐπαισχύνομαι τὸ εὐαγγέλιον,”
yang lebih tepat jika diterjemahkan sebagai, “Sebab aku tidak malu terhadap Injil.”
Paulus melanjutkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran [pembenaran] Allah, yang
bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis, ‘Orang benar
akan hidup oleh iman.’” Kutipan yang dilakukan oleh Paulus terhadap Habakuk 2:4
dalam bagian ini menunjukkan nuansa pengharapan yang ingin diusung dalam bagian
ini. Pernyataan “pembenaran Allah melalui iman” dalam Roma 1:16-17 inilah yang
mewarnai penjelasan Paulus dalam bagain selanjutnya dari surat ini.

II. Isi: Pembenaran oleh Iman (1:18-15:13)


Paulus langsung melanjutkan alur tulisannya dengan memaparkan mengenai
pembenaran oleh iman. Bagian ini dapat dibagi menjadi empat bagian yang besar,
yaitu sebagai berikut.

A. Tanpa Pembenaran oleh Iman (Manusia Bersalah di Hadapan Penghukuman Allah


yang Kekal) (1:18-3:20)
Dalam bagian ini Paulus menekankan penghakiman Allah atas keberdosaan manusia.
Penghakiman ini tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Ia pun menjelaskan bahwa
baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, semuanya berada di bawah kuasa dosa
(Rm. 3:9). Dalam terang ini, hukum Taurat dan sunat yang dilakukan oleh orang
Yahudi tidak mampu menyelamatkan mereka dari hukuman dosa (bdk. Rm. 2:17-29).
Justru oleh hukum Taurat, orang mengenal dosa (Rm 3:20).

B. Perwujudan Pembenaran oleh Iman (3:21-8:39)


Bertolak dari fakta tersebut, Paulus kemudian menyerukan sebuah harapan bagi
manusia, yaitu bahwa kebenaran Allah telah dinyatakan, kebenaran karena iman
dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya (bdk. Rm. 3:21-22). Paulus
menunjukkan bahwa Abraham pun telah dibenarkan tanpa melalui hukum Taurat; Ia
dibenarkan oleh Allah sendiri. Paulus menunjukkan bahwa oleh pembenaran dalam
Kristus Yesus ini, “pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
(bdk. Rm. 5:5). Memakai konsep Adam yang membawa dosa masuk ke dalam dunia,
Paulus menunjukkan bahwa Yesus adalah Adam yang kedua, yang membawa
keselamatan masuk ke dalam dunia (bdk. Rm. 5:18). Paulus menunjukkan bahwa
umat percaya telah mati dan bangkit dengan Kristus (Rm. 6:1-14) dan kini hidup
dalam ketaatan kepada kebenaran (Rm. 6:15-23). Di saat yang bersamaan, Paulus
menunjukkan bahwa hukum Taurat pun adalah kudus dan baik, meskipun tidak lagi
mengikat bagi umat yang telah percaya di dalam Yesus Kristus. Keyakinan ini kokoh
dan kuat, baik bagi orang Yahudi maupun bagi orang Yunani.

C. Pembenaran oleh Iman bagi Bangsa Yahudi (9:1-11:36)


Setelah membahas mengenai keselamatan yang terbuka bagi semua bangsa di dalam
iman kepada Kristus Yesus, timbul pertanyaan: “Apakah yang menjadi kelebihan dari
orang-orang Yahudi yang telah sejak lama menaati perintah Taurat?” Paulus
menunjukkan adanya pengharapan khusus bagi orang-orang Yahudi, sebagai umat
pilihan Allah. Hal ini dikarenakan meskipun pada waktu itu orang Yahudi menolak
Injil, mereka tetap adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang (Rm. 11:28).
Kesetiaan Allah kepada janji nenek moyang menjadi kunci dari kasih karunia yang
Allah berikan kepada bangsa Israel, dan itu semua berada di dalam kemurahan-Nya
yang tidak tergambarkan. Hal itu sepenuhnya berada dalam sisi misteri dari
kedaulatan Allah. Paulus kemudian menaikkan pujian, “O, alangkah dalam kekayaan,
hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan
sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Rm. 11:33).

D. Menyikapi Pembenaran dengan Kekudusan (12:1-15:13)


Paulus mengajarkan bahwa pembenaran yang telah Allah berikan kepada semua
bangsa melalui karya penebusan di atas kayu salib itu akan diresponi dengan
kekudusan hidup. Hal ini dinyatakan dalam Roma 12:1 yang dimulai dengan kata
“Karena itu,” menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan kemurahan Allah
yang telah dijelaskan sebelumnya. Paulus mengungkapkan, “Karena itu, saudara-
sudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu
dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada
Allah, dan yang sempurna” (Rm. 12:1-2). Nasihat dalam bagian ini diperluas oleh
Paulus menjadi pengajaran nasihat-nasihat, seperti “Nasihat untuk hidup dalam
kasih,” (Rm. 12:9-21); “Kepatuhan kepada pemerintah,” (Rm. 13:1-7); “Kasih kepada
saudara: saling mengasihi,” (Rm. 13:8-14); “Jangan menghakimi saudaramu,” (Rm.
14:1-12); “Jangan memberi batu sandungan,” (Rm. 14:13-23). Paulus juga
mengingatkan supaya orang-orang yang kuat dapat menolong yang memiliki
kelemahan dalam kehidupan sebagai sesama (Rm. 15:1-13).

III. Penutup (15:14-16:27)


Bagian penutup ini terdiri dari tiga bagian besar, (1) Pelayanan Paulus dan Rencana
Pribadi Paulus (Rm. 15:14-33); (2) Salam (Rm. 16:1-24); dan (3) Penghormatan
kepada Allah (Rm. 16:25-27). Paulus menuliskan mengenai pelayanannya dan
rencana pribadinya untuk mengunjungi Spanyol. Penyusun laporan mengamati
bahwa bagian ini lebih bersifat pribadi daripada bagian yang sebelumnya. Terlebih
lagi, penutup ini diisi dengan pelbagai salam yang dititipkan kepada Paulus. Salam-
salam ini merupakan hal yang lazim di dalam naskah surat-surat kuno termasuk juga
surat-surat penggembalaan milik Paulus. Paulus menutup suratnya dengan
penghormatan kepada Allah, “Bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh
Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

Anda mungkin juga menyukai