DISUSUN OLEH :
Lahir pada tahun 1491 di wilayah Azpeitia di Kastil Loyola yang saat ini termasuk di dalam
wilayah Gipuzkoa, di Basque, Spanyol. Anak bungsu dari tigabelas bersaudara dan dibaptis
dengan nama Inigo, nama dari Santo Innicus, biarawan dari Ona, sebuah nama Basque yang
bermakna si kecilku. Inigo Lopez de Loyola kecil masih berusia tujuh tahun ketika ibunya
meninggal dunia. Inigo dirawat dan menjadi pegawai kerabat keluarganya, Juan Velazquez de
Cuellar, yang menjadi bendahara kerajaan Castile. Pergantian namanya menjadi ignatius
merupakan variasi sederhana dari nama aslinya supaya mudah diterima diantara orang-orang
berbagai bangsa di Perancis dan Italia ketika pelayanannya.
Inigo yang sejak kecil hidup di Kastil kerajaan bercita-cita menjadi seorang Kesatria dan
ingin menjadi pelindung putri. Ignatius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira
dikesatuan militer membela Antonio Manrique de Lara, adipati Najera dan penguasa Navarre.
Menurut Thomas Rochford,S.J. kualitas diplomasi dan kepemimpinannya menjadi prajurit
terkemuka yang sangat berguna bagi sang adipati. Tahun 1509 saat dirinya masih berusia 18 tahun
ia mendapat kesempatan angkat senjata ke medan perang dibawah kepemimpinan sang adipati.
Banyak pertempuran yang dimenangkan Inigo tanpa menyebabkan luka pada dirinya.
Perlawanan dari tentara Perancis pendukung Monarki Navarra yang Inigo gulingkan pada
tahun 1512 kembali muncul pada tanggal 20 Mei 1521 dan menjadi sebuah pertempuran balas
dendam. Namun hari itu menjadi kekalahan perang bagi Sang Kesatria. Sebuah peluru meriam
melukai salah satu kakinya, dan mematahkan kaki lainnya. Dalam kondisi terluka parah, Inigo
dibawa kembali ke Kastil. Di kastil, Inigo menjalani beberapa operasi bedah pada luka-lukanya
tersebut. Pada masa itu penanganan bedah merupakan penanganan yang sangat mustahil karena
belum tersedia anestesi atau obat-obatan bius. Dan proses pengobatan itupun berjalan sangat lama.
Selama masa penyembuhan luka Inigo mendapat banyak tekanan dari dalam dirinya
sendiri, ia menyalahkan dirinya sendiri akibat kekalahan tersebut dan tidak dapat menerima dirinya
sendiri. Pergumulan pribadi mengubah Inigo dan pemikirannya, buku De Vita Christi karya
Ludolph Saxony edisi Catalan banyak memengaruhi seluruh hidupnya. Buku-buku yang berisikan
komentar-komentar mengenai kehidupan Yesus Kristus dan mengenai Injil-injil dengan
mengambil kutipan-kutipan dari karya para bapa gereja. Inigo yang awalnya seorang rasional dan
realistis menjadi seorang religius dan berserah. Banyak mengidolakan kehidupan para orang-orang
suci dan ingin mengikuti jejak kepahlawanan Fransiskus dari Asisi dan para biarawan lainnya.
Pada 25 Maret 1522 Inigo mengunjungi sebuah biara Benediktin, Santa Maria de
Monteserrat dimana ia meninggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan
sang Bunda Maria. Kemudian pilihan Inigo untuk meninggalkan Kastil yang artinya meninggalkan
kehormatan, dan pangkat sebagai seorang kesatria kastil loyola dan berangkat ke tanah suci
Yerusalem pada tahun 1523. Berjalan kaki dengan kondisi kaki yang pincang dan hidup dengan
meminta-minta ia lakukan selama perjalanan.
Namun ternyata pengajarannya itu sempat menimbulkan curiga sebagai ajaran sesat dan
Inigo di periksa atas tuduhan sebagai seorang Nabi palsu di pengadilan Cataluna, Spanyol. Pada
akhirnya Ignatius dibebaskan karena terbukti tidak melakukan pengajaran palsu dan ajaran sesat,
namun ia tidak diperbolehkan lagi untuk berkhotbah dan memberikan pengajaran karena ia belum
lulus studi teologi.
Studi dan mendirikan Serikat Jesus
Pada tahun 1524 Inigo sampai di Paris dan studi di usia 33 tahun. Inigo masuk ke Kolose
Montaigu di Universitas Paris untuk menjalani kehidupan sebagai biarawan selama lebih dari tujuh
tahun. Sejak di Paris ia disapa Ignatius oleh orang-orang berbangsa Prancis dan Italy. Dan ia
mendapatkan gelar Master Ignatius setelah menyelesaikan studi masternya di usia 43 tahun.
Pada tahun 1534 ia mengumpulkan enam teman yang ia temui selama kuliah di Universitas
Paris yaitu ; Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez dan Nicolas Bobadilla
(Bangsa Spanyol) ; Peter Faber (Bangsa Prancis) ; Simao Rodrigues (bangsa Portugal). Mereka
berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal
Kristus. Mereka kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan
tugas pelayanan. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang
tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa
Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi
Serikat Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada
tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus
yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci. Kemudian Ignatius Loyola menuliskan
latihan rohani, sebuah kumpulan sederhana dari meditasi,doa, dan berbagai latihan rohani yang ia
alami dari tahun 1522 hingga tahun 1524. Dan kaum Jesuit berkembang pesat hingga keluar Roma
Ignatius menulis Konstitusi Jesuit, yang diadopsi pada tahun 1540 oleh Serikat Yesuit,
yang menciptakan organisasi yang bergaya monarki dan menekankan pada penyerahan diri dan
ketaatan pada Paus dan para pemimpin ordo secara mutlak (perinde ac cadaver, Berdisiplin tinggi
seperti sesosok mayat sebagaimana digambarkan oleh Ignatius). Prinsip utamanya menjadi motto
kaum Jesuit: Ad maiorem Dei gloriam (demi keagungan Allah yang lebih besar).
Ignatius wafat di Kiev-Oblast pada tanggal 31 Juli 1556 pada usia 65 tahun. Akibat dari
demam Asia Tengah, semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di Rusia, Ukraina,
dan negara-negara Asia Tengah, di beberapa periode dalam sejarah. Ignatius dibeatifikasi oleh
Paus Paulus V pada tanggal 27 Juli 1609 dan dikanonisasi oleh Paus Gregorius XV pada tanggal
13 Maret 1622. Hari rayanya dirayakan tiap tahun pada tanggal 31 Juli.
Hal apa yang menarik dari kisah Ignasius Loyola menurut anda? Mengapa?
Titik balik seorang Inigo dari seorang kesatria perang, seorang bangsawan besar, keluarga
kerajaan Loyola ia memilih untuk menjadi seorang pelayan Allah dengan hidup mengemis dan
memberi kepada orang yang membutuhkan dan melayani orang sakit dan orangtua. Bukan tidak
mungkin ia melakukan semua hal itu dengan tetap menjadi seorang bangsawan yang hidup mewah
di Kastil kerajaan, namun keinginannya untuk merasakan hidup menjadi orang yang tidak punya,
dan menjadi pelayan bagi mereka yang membutuhkannya, ia mau hadir sama seperti Tuhan Yesus
dan orang-orang kudus lainnya.
Namun jiwa kesatrianya mengajarinya untuk tetap tegar, berjuang, dan setia kepada
pilihannya yaitu melayani Allah dengan segenap hati dan hidupnya. Apa yang ada di dalam dirinya
sepenuhnya ia berikan untuk pelayanannya. Hinggah pada akhirnya Tuhan menghantarkannya
pada akhir permasalahannya, ia bebas dari semua tuduhan yang diberikan kepadanya, hidup
berserah.
Juga ketaatan Iganatius Loyola menjadi perjalanan yang menarik bagi saya, dimasa
ajarannya di tolak di Cataluna, Spanyol dan gejolak masyarakat terhadap reformasi gereja juga
berkembang ia tidak tampil sebagai seorang yang membawa ajaran berbeda, bisa saja ia
mengatakan bahwa ajarannya adalah ajaran yang peling benar, diantara pengikutnya yang semakin
berkembang, namun ia tidak begitu. Ia tetap mengatakan bahwa ajarannya adalah ajaran gereja,
tidak ada penolakan dan penyimpangan ia lakukan terhadap pandangan yang sebenarnya terhadap
gereja, ini membuktikan bahwa ia adalah orang yang lurus dan jujur. Banyak manusia yang
mengalami cobaan lalu kecewa terhadap sikap gereja kepadanya lalu pergi dan mencari ajaran
yang menguntungkan dirinya semata, kepercayaan manusia banyak dipertaruhkan dan digadaikan
dalam hal-hal seperti ini. Ignatius mengajarkan bahwa umat harus tunduk kepada gereja karena ia
percaya bahwa gereja dipimpin oleh Roh Allah.