Anda di halaman 1dari 22

Nama : Bramesta Ginting

Cindi Lawrencia Hutasoit


Dony F. Panggabean
Tingkat/Jurusan : II-D/Teologi
Mata Kuliah : Sejarah Gereja Umum II
Dosen Pengampu : Berthalyna Br. Tarigan, M.Th

Reformasi Radikal
I. Abstraksi
Adanya pembaharuan yang dilakukan oleh para reformator yang mengakibatkan banyak
perubahan pada ajaran gereja dengan ajaran Alkitab. Namun ada beberapa yang
menganggap ajaran Luther dan Calvin terlalu lamban. Menurut kelompok Reformasi
Radikal pembaharuan gereja bukanlah pekerjaan manusia melainkan pekerjaan Tuhan yang
harus dilaksanakan dengan lembut. Gerakan ini juga berusaha menciptakan persekutuan
orang-orang suci dan mendirikan kerajaan Kristus di bumi. Muenzer merupakan salah satu
tokoh reformasi radikal yang tidak setuju dengan yang dilakukan para reformator. Muenzer
berhasil menghasut para petani untuk melakukan gerakan pemberontakan. Yang
merupakan dasar gereja menurut mereka, adalah kesuciaan anggota-anggotanya, bukan
rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Juga adanya perbedaan pandangan teologi para
reformator dengan kalangan reformasi radikal, salah satunya tentang baptisan. Oleh karena
itu lahir aliran reformasi radikal yaitu kaum Anabaptis. Gereja belum sepenuhnya
direformasikan, inilah yang menyebabkan lahir suatu gerakan yang disebut dengan
Reformasi Radikal.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Reformasi Radikal
Kata reformasi berasal dari bahasa Inggris yaitu re yang artinya kembali
dan form yang artinya bentuk jadi secara harafiah reformasi berarti kembali
kepada bentuk semula.1 Istilah “Reformasi” secara umum diterima sebagai
sebutan yang sesuai untuk gerakan ini, karena gerakan ini dihubungkan dengan
pengakuan akan kebutuhan untuk pemeriksaan yang mendalam atas lembaga-
lembaga, praktik-praktik dan paham-paham dari gereja Barat. Di dalam KBBI,
1
Jhon M. Echols dan Hasan Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2006), 224.
radikal dapat diartikan sampai keakar-akar sekali, dengan kesempurnaannya dan
dapat diartikan sebagai haluan politik yang sangat keras menuntut perubahan
perundang-undangan, ketatanegaraan dan lain-lain.2 Reformasi Radikal
merupakan gerakan yang muncul di Eropa pada abad ke-16 yang berusaha
melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka menilai reformasi yang
dilakukan oleh para reformator gereja (Luther, Zwingli dan Calvin) terlalu
lamban.3 Reformasi Radikal secara umum memusuhi pemaksaan dan
mengemukakan suatu kebijaksanaan tanpa kekerasan.4
2.2. Latar Belakang Reformasi Radikal
Kita sudah melihat bahwa selama Abad pertengahan ada kelompok-kelompok
yang menyimpang dari ajaran gereja yang resmi. Tetapi kekuasaan gereja yang
begitu besar dan hubungannya dengan Negara begitu erat, sehingga gerakan-
gerakan itu hampir-hampir ditumpas, atau terpaksa menyesuaikan diri dengan
gereja. Namun, oleh tindakan Luther, kekuasaan paus menjadi goyah. Maka
sekta-sekta tersebut dapat muncul kembali, dan timbul pula golongan-golongan
baru yang mencampurkan ide Luther dengan pemikiran sekta-sekta Abad
pertengahan. Kelompok-kelompok itu kadang-kadang disebut “Sayap kiri dari
Reformasi”, atau “Reformasi radikal”. Namun, harus diperhatikan bahwa mereka
tidak termasuk dalam lingkungan Reformasi Protestan, melainkan merupakan
aliran Kristen tersendiri, disamping Reformasi maupun Gereja Roma.5 Kondisi
sosial di Jerman pun mempengaruhi jalan Reformasi,oleh perniagaan kota-kota
bertambah maju dan makmur. Penduduknya menghargai perkara-perkara rohani,
seperti ilmu, seni dan agama. Tetapi sebaliknya arti dan pentingnya kalangan
bangsawan makin berkurang. Banyak orang kalangan bangsawan kehilangan
penghasilannya. Hal itu ada dua akibatnya: ada yang menjadi kesatria penyamun,
yang dari bentengnya yang tinggi merampas dan menyusahkan daerah
sekitarnya, dan ada pula yang mulai menindas dan memerah petani-petani
bawahannya. Disamping itu golongan petani banyak menderita oleh beban berat

2
W. J. S. Poewadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 393.
3
F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006), 393.
4
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 263.
5
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015), 174.
yang dipertanggungkan kepadanya oleh Gereja yang loba itu. Mulai abad ke-XV
terjadilah pemberontakan-pemberontakan dari pihak kaum petani yang malang
itu.6
Pada tahun 1525 kaum petani Jerman bergabung sambil menuntut
perubahan-perubahan dalam susunan masyarakat dimana mereka merasa
terdesak oleh golongan-golongan atas. Akibatnya, hak petani untuk
menggunakan tanah dan hutan milik mereka bersama dicabut. Lagi pula mereka
merasa diperas oleh pungutan-pungutan yang dituntut kaum bangsawan dan
gereja. Bagi mereka, tulisan-tulisan Luther menawarkan tempat bertumpu dalam
menawarkan ketidakpuasan mereka. Para petani memasang telinga baik-baik
ketika Luther berbicara tentang “kebebasan”. Mereka menafsirkan “kebebasan”
itu sebagai kebebasan dari kewajiban-kewajiban yang tidak wajar terhadap tuan-
tuannya. Dalam hal ini mereka salah menafsir maksud Luther. Ditambah lagi
sebagian petani terpengaruh oleh Munzer, sehingga memeluk ideologi yang jauh
lebih fanatik. Munzer menegaskan bahwa “kemiskinan” itu terutama kemiskinan
akan harta benda, kemelaratan. Lalu ia menarik kesimpulan: hanya orang-orang
miskinlah yang dapat menerima Roh, Terang batiniah itu. Mereka orang-orang
berbahagia, yang berkenan kepada Allah, menurut Matius 5:3. Sebaliknya,
orang-orang kaya, justru karena kaya, adalah orang-orang fasik.7 Mereka selaku
orang-orang miskin, adalah orang-orang pilihan Allah yang harus membasmi
orang-orang kaya yang fasik itu. Lalu mereka mengadakan revolusi, membakar,
merampok dan membunuh dimana-mana. Akhirnya, pada bulan Mei 1525,
gerakan itu berhasil ditumpas. Penguasa-penguasa membalas dendam secara
bengis. Munzer yang telah bertindak sebagai salah seorang pemimpin para petani
ditangkap dan dibunuh, bersama dengan ribuan orang lain.8 Sewaktu
pemberontakan para petani itu meletus Luther merayakan pernikahannya dengan
Katharina von Bora (1525). Katharina adalah seorang bekas biarawati, yang
melarikan diri dari biaranya (sesudah membaca tulisan-tulisan Luther) dengan
bersembunyi dalam tong anggur yang kosong. Pada saat mereka mempersiapkan

6
H. Berkhof dan I. H. Enklar, Sejarah Gereja Umum, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1991), 120.
7
Thomas Van Den End, Harta dalam Bejana , 174-175.
8
Ibid, 175-176.
pernikahannya pemberontakan para petani masih berkecamuk dan nyawa Luther
terancam.9
Kepada petani-petani, yang menyalahkan bukunya Kebebasan Seorang
Kristen, Luther berkata: Memang, menurut Injil patut tuan-tuan tanah dan raja-
raja mengusahakan kepentingan rakyat dan tidak menghisap mereka. Tetapi lain
kebebasan seorang Kristen, lain kebebasan di bidang sosial. Kebebasan seorang
Kristen ialah kebebasan dari tuntutan hukum Taurat, tetapi itu belum berarti
bahwa seorang Kristen harus bebas dari kerja rodi dan sebagainya. “Seorang
budak bisa saja menjadi seorang Kristen, dan mempunyai kebebasan Kristen”.
Hal ini tidaklah berarti bahwa menurut Luther seorang budak tidak boleh
mencita-citakan kebebasan, atau bahwa seorang Kristen tidak boleh
memperjuangkan keadialan sosial. Luther sendiri dengan kata-kata yang tajam
mendesak para pengusaha agar bertindak adil.10
Luther dalam melakukan reformasinya masih terikat dengan pemerintahan
raja Friedrich. Sedangkan Calvin yang lebih radikal di dalam reformasinya masih
terikat dengan dewan kota Zenewa. Kelompok radikal menganggap bahwa
Luther dan Calvin hanya memperkuat gereja negara. Dan kelompok radikal
menganggap Luther dan Calvin sudah tidak alkitabiah lagi di dalam alirannya
seperti: baptisan anak, ibadah yang suci dan gereja harus terpisah dengan negara.
Gerakan ini berusaha melakukan pembaharuan gereja secara radikal. Mereka
menilai upaya pembaharuan yang dilakukan para reformator gereja (Luther,
Zwingli dan Calvin) terlalu lamban.11 Kelompok Reformasi Radikal mempunyai
pengertian lain tentang wujud gereja dan tentang hubungan gereja dan negara
daripada GKR dan Protestan. Yang merupakan dasar gereja menurut mereka,
adalah kesuciaan anggota-anggotanya, bukan rahmat Allah atas orang-orang
berdosa. Mereka mencita-citakan jemaat kecil, terasing dari hidup
kemasyarakatan dan kenegaraan. Menurut mereka, tidak mungkin perjanjian
Allah seluas bangsa, perjanjian itu hanya meliputi orang-orang percaya saja.
Tetapi menurut Luther dan Calvin, dasar gereja bukanlah kesuciaan anggota-

9
Ibid, 179.
10
Ibid, 176.
11
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011),393.
anggotanya, melainkan rahmat Allah dan pemberitaan-Nya dalam Firman dan
sakramen.12
Kelompok Reformasi Radikal menginginkan gereja swadaya, yang
diperintah oleh Roh Kudus. Isu yang memicu konflik ialah baptisan anak.
Kelompok yang menentang ini mengemukakan bahwa Alkitab menunjukkan
baptisan dewasa dan ingin berpegang pada itu. Pandangan Reformasi Radikal
tentang baptisan dewasa bertolak dari Markus 16:16 “Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan.” Jadi, percaya dulu barulah dibaptis.13 Pada tanggal
21 Januari 1525, kelompok Reformasi Radikal bertemu dan membaptis satu
sama lain, dikemudian hari mereka dijuluki Anabaptis “pembaptis ulang” oleh
orang-orang yang tidak senang kepada mereka.14 Mengenai babtisan anak-anak,
pandangan Calvin mirip pandangan Luther dalam pengertian bahwa anak-anak
itu harus memiliki iman, dan anak itu dikaruniakan pada anak-anak pilihan.
Kelak iman itu akan berbuah dalam kehiupan mereka. Dan hal lain yang
termasuk juga dalam gerakan Reformasi Radikal adalah gerakan Reformasi
Radikal yang muncul di Swiss, di sana lahir gerakan yang disebut sebagai
gerakan Anababtisme, karena ciri-ciri yang paling menonjol adalah bahwa
mereka membabtis orang-orang dewasa. Sehingga mreka diejek sebagai orang
Anababtis. Msendiri yang menolak babtisan anak-anak karena mereka
menganggap bahwa babtisan mereka selaku orang dewasa sebagai baptisan satu-
satunya.15
Para Anabaptis menentang gereja negara yang dipaksakan kepada semua
orang. Bagi mereka iman Kristen itu bebas dan dianut atas kemauan sendiri,
bukan dipaksakan. Gereja adalah persekutuan sukarela dari murid-murid yang
terikat oleh satu tujuan. Para reformator sadar bahwa tidak semua warga adalah
Kristen sejati, tetapi mereka melihat sebagai orang terpilih ialah sekelompok
orang di dalam gereja negara itu. Jumlahnya dan siapa orangnya tidak diketahui
dengan pasti. Para Anabaptis tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa gereja itu

12
J. L. Ch. Abineno, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 178-179.
13
Ibid, 178.
14
A. Kenneth Curtis,dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia,2013),79
15
Chr. De Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2009),
38.
seharusnya hanya terdiri dari orang-orang yang percaya sesungguhnya, murid-
murid yang terikat pada tujuan bersama. Gereja yang sungguh adalah kelompok
murid-murid yang nyata, yang sudah memisahkan diri dari dunia termasuk gereja
negara.16
2.3.Anababtis
Aliran Anabaptis berasal dari bahasa Yunani ana dan baptiso yang berarti
membaptis kembali. Kata ini merupakan nama sindiran yang diberikan oleh
lawan-lawannya, karena mereka menolak baptisan anak sebagai baptisan yang
benar.17 Istilah “Anababtis” mempunyai asal-usulnya pada Zwingli (kata
“anababtis” secara harfiah berarti ‘orang-orang yang dibabtis kembali’ dan ini
merujuk pada aspek yang paling khas dari kebiasaan orang-orang Anababtis
pendirian yang kokoh bahwa hanya orang yang telah melakukan pengakuan iman
pribadi dihadapan umum yang boleh dibabtis.18 Pengertian Anabaptis adalah
pembaptisan ulang. Seolah-olah ada baptisan ulang. Padahal, maksud dari
baptisan ulang disini adalah orang-orang yang tadinya sudah menerima baptisan
sewaktu kecil (anak-anak). Namun, ketika ia sudah dewasa dan hidup dalam
pertobatan, orang tersebut akan dibaptis lagi. Karena dianggap anak kecil tidak
bisa mempertanggungjawabkan apa yang diimaninya. Masih bisa berubah-
ubah.19 Nama ini diberikan kepada gerakan ini karena ciri yang paling menonjol
adalah bahwa mereka membaptis orang-orang dewasa.20 Anababtisme ternyata
pertama kali muncul di sekitar Zurich, yakni setelah reformasi Zwingli di dalam
kota itu pada awal decade 1520-an.21 Gerakan ini bermula di Swiss, kemudian
menjalar ke Jerman dan negeri-negari lain disekitarnya. Semula mereka
mengikuti tokoh reformasi Swiss, Ulrich Zwingli, namun dalam waktu singkat
memisahkan diri dari gereja dan upaya reformasi yang dipimpinnya. Sama
seperti gerakan pemberontakan petani, gerakan ini juga berusaha menciptakan
persekutuan orang-orang suci dan mendirikan kerajaan Kristus di bumi. Namun

16
Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016), 161
17
F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 16.
18
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
19
Jonar S., Sejarah Gereja Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 373.
20
C. De Jonge & Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 38.
21
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
dalam mewujudkan cita-cita itu mereka lama-kelamaan menjelma menjadi
gerakan pemberontakan dan menghalalkan kekerasan.22 Gerakan itu berpusat
pada sekelompok individu yang menuduh bahwa Zwingli tidak setia pada
prinsip-prinsip reformasinya sendiri. Meskipun Zwingli menyatakan setia pada
prinsip Sola Srciptura (hanya oleh Kitab Suci). Zwingli merasakan adanya
bahaya dalam gerakan ini dan melihatnya sebagai suatu perkembangan yang
menggoyahkan, yang dapat mengancam putusnya hubungan Gereja Reformed di
Zurich dari akar-akar historisnya dan dari kesinambungannya dengan tradisi
Kristen masa lalu. Dalam tahun 1522 ia menulis sebuah kertas kerja yang dikenal
sebagai Apologeticus Archeteles, yang didalamnya ia mengakui ide tentang
“kepemilikan bersama”. Tetapi pada tahun 1525, Zwingli mengubah
pandangannya dan sampai pada pendapat bahwa kepemilikan pribadi atas harta
benda bagaimanapun juga bukanlah hal yang jelek.23 Pada tanggal 21 Januari
1525, kelompok yang dipimpin Grebel berkumpul mengadakan penelaahan
Alkitab, lalu seorang pesertanya, Cajacob meminta agar Grebel melayankan
baptisan yang benar atas dirinya dan sesuai dengan Alkitab. Oleh karena seorang
pejabat gereja yang dibaptis, sehingga dilayankan baptisan tersebut, peristiwa itu
dikalangan memonit, dipahami sebagai hari lahirnya Anabaptis. 24Pokok yang
terpenting dari gerakan itu adalah mereka ingin membentuk suatu “jemaat tanpa
cacat atau kerut”. Demikianlah jemaat Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27);
tetapi di sana kedudukan jemaat adalah hasil penyerahan diri oleh Kristus,
kekudusan dimana diwujudkan dalam jemaat dan diantara semua orang percaya
dengan memandikannya dengan air dan firman (Ef. 5:25-26). Bagi orang Babtis
kekudusan itu bukanlah karunia Kristus, melainkan tugas manusia yang beriman.
Kekudusan itu dikejarnya dengan menggenapi segala hukum Tuhan, teristimewa
segala syariat untuk hidup Kriten yang terpapar dalam Khotbah Yesus di Bukit,
yang diangap seperti kitab undang-undang. Ajaran kebajikan khotbah di
bukitpun membuat orang Babtis menjadi segan terhadap segala sesuatu yang

22
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005) ,
35.
23
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 12.
24
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 107-108.
berkenaan dengan Negara, misalnya sumpah, pangkat pegawai dan perang.
Mereka suka menyepikan diri dari masyarakat ramai, lalu merupakan
perkumpulan-perkumpulan yang saleh dan suci. Sebab itu mereka menderita
dengan penuh sabar dan pasif segala aniaya yang ditimpakan ke atasnya oleh
pihak pemerintah.25Bagi mereka iman Kristen itu bebas dan dianut atas kemauan
sendiri, bukan dipaksakan. Mereka berpendapat bahwa gereja itu seharusnya
hanya terdiri dari orang-orang percaya sesungguhnya, murid-murid yang nyata,
yang sudah memisahkan diri dari dunia (termasuk gereja negara). Sikap para
radikal yang menentang baptisan anak makin mengeras dan sesudah 1525,
mereka membaptis ulang para pengikut-pengikutnya. Sehingga dewan kota
mengusir mereka semua yang dibaptis ulang, dan tahun berikutnya hukuman
mati diberlakukan untuk pembaptis ulang. Sejumlah pemimpin Anabaptis
bertemu pada bulan Februari pada tahun 1527 di Schleitheim. Mereka
mengeluarkan 7 pasal pernyataan iman, ketujuh pasal itu bukanlah pernyataan
iman yang luas dan lengkap, tetapi mencakup pokok-pokok perselisihan utam
antara pihak Anabaptis dengan pihak reformasi serta pokok-pokok yang tadinya
merupakan bahan perselisihan antara para Anabaptis sendiri. Ketujuh pasal itu
ialah :
1. Baptisan bukan untuk anak-anak, tetapi bagi mereka yang secara sadar
memilih menjadi Kristen.
2. Orang percaya yang sudah dibaptis tetapi berbuat dosa lagi dan tidak mau
mengoreksi diri akan dikucilkan dari persekutuan
3. Upacara memecahkan roti adalah perjamuan persekutuan untuk memperingati
Yesus Kristus dan hanya murid yang sudah dibaptis boleh berpartisipasi.
4. Orang percaya harus memecahkan diri dari dunia yang jahat ini, termasuk dari
gereja-gereja Negara Katolik Roma maupun Protestan.
5. Gembala-gembala dipilih dari antara laki-laki yang memiliki nama baik di
dunia ini. Gaji mereka harus dijamin oleh kawanannya.
6. Pedang (jabatan pemerintah) diperintahkan oleh Allah untuk dipakai oleh
pejabat duniawi untuk menghukum orang jahat. Di gereja, datu-satunya

25
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018), 153.
senjata yang dipakai adalah ekskomunikasi. Yesus Kristus melarang
penggunaan kekerasan, oleh sebab itu orang Kristen tidak dapat menerima
menjadi pejabat.
7. Bagi orang Kristen bersumpah itu salah.26
Karena segannya terhadap segala hal ihwal Negara dan karena babptisan
kanak-kanak ditolaknya, maka mereka dihambat oleh semua pemerintah, baik
yang Katolik Roma, maupun yang yang Injili, terhalaukan dari tempat
kediamnnya, banyak yang dipenjaraan dan tak sedikit pula yang dihukum mati.27
Di Nederland penganut-penganut Anababtis dipimpin oleh Menno Simons,
seorang bekas pastur, dan oleh sebab itu di sana mereka diberi nama “Mennonit”.
Dimana-mana mereka ditindas dengan kejam, sebab dianggap perusak pranata
Kristen, pemberontak sama seperti Munzer.28
2.4.Pokok Ajaran Reformasi Radikal
1. Alkitab29
Alkitab dipandang sebagai sumber kebenaran dan pemilik kewibawaan
tertinggi, serta menggunakan Alkitab bukan terutama untuk membangun
sistem teologi, melainkan untuk membebaskan manusia dari dosa. Dalam
pengertian ini mereka menganut sikap yang “praktis” terhadap Alkitab,
yaitu membuatnya berfungsi di dalam keselamatan dan penyucian
manusia, ketimbang meletakkan banyak tekanan atas sistem pemikiran
atau masuk ke dalam masalah-masalah teologi yang spekulatif. Dengan
kata lain, Alkitab terutama digunakan untuk memberitakan injil
keselamatan dan mengajak pendengarnya kepada pertobatan dan hidup
baru, seraya memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus.
2. Gereja
Gereja dipahami sebagai persekutuan dari pribadi-pribadi yang telah
diselamatakan Allah melalui pengorbanan dan penebusan Kristus. Orang
atau jiwa yang telah bertobat dan dilahirkan kembali, dan yang sudah

26
Tony Lane, Runtut Pijar, 161-162.
27
H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018), 154.
28
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 178.
29
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016),
144.
dibaptis dengan cara diselamatkan, merekalah yang layak menjadi anggota
gereja. Di dalam gereja boleh ada berbagai jabatan gereja, tetapi semua
jabatan termasuk tata cara pemilihan, penangkatan dan penahbisan, harus
berpedoman dan mengacu kepada Alkitab.
3. Baptisan
Baptisan harus dilakukan dengan cara selam dan hanya dilayankan
bagi orang dewasa yang sudah mampu memahami dan menyatakan
imannya, karena memang begitulah dinyatakan di dalam Alkitab.
Baptisan dilakukan di dalam nama Allah Tritunggal : Bapa, Putra dan
Roh Kudus. Disamping melambangkan kasih karunia Allah yang
menganugerahkan kelahiran kembali serta hidup baru, baptisan juga
melambangkan iman dan ketaatan kepada Kristus.30
4. Penetapan-penetapan (Ordinances) di Dalam Perjanjian Baru
Kaum Mennonit tidak menggunakan istilah sakramen, melainkan
penetapan. Salah satu alasannya adalah: sesuai dengan semboyan
imamat am orang percaya (yang mereka ambil dari Luther), bukan hanya
pendeta yang berhak melayankan upacara-upacara gerejawi, malainkan
juga warga jemaat. Alasan lainya adalah istilah sakramen tidak terdapat
di dalam Alkitab dan berasal dari perbendaharaan bahasa sehari-hari
yang artinya bisa lebih ataupun lain dari yang dimaksudkan gereja.31
5. Kuasa Roh Kudus
Karena masing-masing orang boleh membaca dan menafsirkan
Alkitab sesuai kebebasan hati nuraninya, maka bisa terjadi perbedaan
pemahaman. Untuk mencegah masing-masing membuat pemahamannya
sendiri, Alkitab harus dibaca dan dipahami di dalam perhimpunan jemaat
bila orang Kristen berhimpun, Firman diberitakan, sebagian mendengar,
sebagian bernubuat dan sebagian mempertimbangkan isisnya, disitulah
Roh Kudus akan memimpin kepada pengertian yang sama. Kuasa Roh
Kudus juga diandalkan dalam berbagai pertemuan dan perundingan.

30
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 140-141.
31
Ibid, 145-146.
6. Nir (tidak menggunakan) Kekerasan
Kaum Mennonit menolak penggunaan kekerasan dalam kehidupan
pribadi dan juga menolak dinas militer dalam segala bentuknya.
Penolakan ini didasarkan kepada nats Perjanjian Baru, dan berdasarkan
amanat Kristus untuk menjadikan semua bangsa murid (Mat. 28:19)
berdasarkan ini juga kaum Mennonit menolak dinas kepolisian dan
pengadilan. Itu berarti bahwa kaum Mennonit menentang pemerintah,
pemerintah tetap diakui sebagai yang ditetapkan oleh Allah untuk
menegakkan hukum dan keadilan terhadap pelaku-pelaku kejahatan
dalam masyarakat. Tapi tugas itu tidak ditetapkan bagi orang-orang
kudus.
7. Larangan Bersumpah
Larangan ini didasarkan pada amanat Kristus pada Mat. 5:33-37 dan
23:16-12 dan Yak. 5:12. Ini sejalan dengan larangan untuk menuntut
seseorang secara hukum atau menyeretnya kedepan pengadilan atau
memenjarakannya (bnd.1 Kor 6:1-7). Karena itu kalau kaum Mennonit
diminta untuk bersumpah, yang boleh ia lakukan hanyalah afirmasi
(mengiakan atau membenarkan).32
2.5.Tokoh- tokoh Reformasi Radikal
2.5.1. Thomas Muenzer (1491-1525)
Muenzer adalah seorang penginjil keliling dari suatu gerakan
revolusi social. Dapat dikatakan bahwa ia adalah pelopor dari
sosialisme, komunisme dan anarkhisme modern. Muenzer dilahirkan
di Stolberg, daerah pegunungan Harz pada tahun 1489. Ia belajar di
Lepziq dan di Frankfurt. Pada tahun 1519 ia menjadi confessor pada
biara wanita di Thuringen. Mungkin juga ia bertemu dengan Luther
dalam perdebatan agama di Lepziq. Kemudian Muenzer dipengaruhi
oleh Joachim dari Fiore dan Johanes Hus sehingga ia menjadi
penganut reformasi. Pada tahun 1250 melalui perantaraan Luther dia
diangkat menjadi pengkotbah pada salah satu gereja di kota industri

32
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 145-147.
Zuickaw.33ia belajar Teologi dan menjadi seorang ahli yang terkenal
dalam ilmu itu.34 Pada zaman ini ia seorang pengagum Luther. Tetapi
di Zwickau wataknya yang berkobar-kobar itu berubah menjadi nyata.
Ia menghasut orang melawan pendeta-pendeta yang lain, dan akhirnya
terjadi huru-hara di kalangan kaum buruh kota itu.35 Di kota ini
Muenzer mulai berkotbah yang isinya tuntutan pembaharuan, baik
dalam kehidupan keagamaan maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan. Khotbah-khoctbah nya bersifat menghasut rakyat
untuk memberontak sehingga dia diusir dari sana. Kemudian ia
berdiam di tengah-tengah golongan Hussit, namun dia di usir lagi dari
sana sehingga ia terpaksa harus melarikan diri ke luar negeri (1521).
Pada tahun 1522 ia muncul lagi di Witenberg. Ternyata sekarang
Muenzer bukan lagi pengikut Luther.36 Muenzer mulai
mengembangkan teologinya sendiri, yamg samaorsinalnya dengan
teologi Luther.37 Pandangan teologi Muenzer dipengaruhi oleh
pandangan Eckhart tentang kemiskinan, yang diartikannya bukan
sebagai kemiskinan rohani, melainkan kemiskinan harta benda,
kemelaratan. Hanya orang-orang miskin seperti inilah yang dapat
menerima Roh, Terang Batiniah. Merekalah orang-orang yang
berbahagia, yang berkenan kepada Allah menurut Matius 5:3.
Kemudian Muenzer berpendapat bahwa orang-orang miskin yang
saleh haruslah membasmi orang-orang kaya yang fasik dan mendirikan
Kerajaan Allah di bumi. Muenzer menyerang Luther dengan pedas
lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih buruk dari
pada Paus. Luther menyebut Muenzer sebagai “iblis dari Alstadt”
karena pada waktu itu Muenzer menjadi pendeta jemaat di Alstadt
(1523). Pada tahun 1524 ia diusir dari Alstadt dan pergi ke
Muhlhausen. Disini ia berkhotbah untuk mengajak rakyat untuk

33
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPK-GM,2011), 140.
34
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 174.
35
Ibid,174.
36
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat,140
37
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,174
memberontak, menghancurkan struktur masyarakat. Sekali lagi ia
diusir dan pergi ke Jeman Selatan tetapi beberapa bulan kemudian
kembali lagi dari Muhlhausen tahun 1525.38 Muenzer merupakan
pemimpin pemberontak petani. Ia mulai mengadakan revolusi,
membakar, merampok, dan membunuh. Raja-raja menindas
pemberontak itu dengan kejam sehingga pemberontak tersebut berhasil
ditumpas pada musim panas tahun 1525. Pemberontakan petani
disebabkan karena alasan ekonomi petani dan lapisan bawah
masyarakat, perasaan yang selalu dihantui oleh pertambahan pajak.
Mereka meneriakkan keadilan kepada Negara dan Gereja yang
korupsi, kesucian diperjualbelikan.39 Munzer ditangkap dan dibunuh
bersama dengan ribuan orang lainnya pada tahun 1525.40Muenzer
mulai mengembangkan teologinya sendiri, yang sama orisinilnya
dengan teologi Luther. Ia bertolak dari pemikiran Eckhart dan kawan-
kawannya setiap orang yang mau menerima “Roh” atau “Terang
batiniah”, penyataan Allah yang langsung kepada jiwa itu, haruslah
dulu menjadi miskin, mengosongkan diri, tidak boleh lagi ada sesuatu
apapun yang diperhatikannya atau yang menghiburkannya. Meskipun
demikian Muenzer memberi sumbangannya sendiri dalam
penafsirannya tentang “kemiskinan” itu.41 Kemiskinan itu adalah
kemiskinan akan harta benda dan harus melarat. Menurutnya orang
miskinlah yang berbahagia dan yang berkenan kepada Allah (bnd Mat.
5:3) dan sebaliknya orang kaya adalah orang fasik. Lalu berpendapat
lagi orang-orang miskin itu harus membasmi orang kaya, demi
mendirikan kerajaan Allah di bumi. Muenzer terlibat dalam salah satu
revolusi yang terbesar diabad ke-16, yaitu pemberontakan para petani
di Jerman.42 Yaitu zaman emas di massa depan, yang mana seluruh

38
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140-141.
39
Mangisi S. E. Simorangkir, Ajaran Dua Kerajaan dan Relevansinnya di Indonesia, (Bandung: Penerbit
satu-satu, 2011), 164.
40
P.D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140.
41
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, 174.
42
Ibid, 175.
umat manusia seluruhnya bebas dan memiliki kesamaan. Masa depan
yang mereka maksudkan adalah (mereka menoleh ke belakang) masa
seperti Adam dan Hawa, yang mana pada saat itu juga atidak ada yang
enjadi tuan atas tanah saat semuanya bebas.43 Zaman yang indah itu
dirusak oleh iblis dengan orang-orangnya (tuan tanah, penguasa
politik, bahkan pemimpin gereja yang berkolusi dengan mereka) yang
merusak sistem Allah. Jadi tugas mereka adalah memulihkan keadaan
itu pada masa kini agar manusia bisa mencapai masa depan yang
gemilang. Masa ini adalah masa yang tepat untuk melakukannya,
maka mereka harus membinasakan para tuan tanah bahkan juga para
hakim-hakim dan ahli-ahli hukum yang justru memutar balikkan
keadaan dan keadilan. Bila semuanya itu terjadi maka terwujudlah
zaman emas. Kita akan melihat apa yang menjadi pokok teologi
Muenzer ini sehingga ia berbuat demikian. “Manusia yang dipilih
Tuhan menjadi umat pilihan-Nya dan yang sekaligus ditetapkan-Nya
menjadi warga dari Gereja yang baru dan masyarakat yang baru adalah
manusia yang saleh dan sempurna. Untuk sampai kesana mereka harus
mengosongkan diri, supaya tempat yang kosong itu dapat diisi oleh
Roh Tuhan. Kekosongan diri itu juga berarti kekosongan material,
alias tidak punya harta. Situasi sekarang sudah sangat parah: umat
pilihan sedang mengalami penderitaan yang hebat, sementara orang-
orang fasik, yaitu orang-orang kaya, termasuk para Klerus, tidak mau
merubah sikap mereka” (belakangan Muenzer juga memasukkan
Luther kedalam golongan ini44 Pada tahun 1523 Muenzer menjadi
pendeta di Aldstart). Muenzer menyerang Luther dengan pedasnya
lewat tulisan-tulisannya yang berpendapat bahwa Luther lebih buruk
dari pada Paus. Luther menyebut Muenzer “iblis dari Aldstart”.45
2.5.2. Andreas Carlstadt

43
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, 61.
44
Muenzer menyerang Luther dengan pedas lewat tulisan-tulisannya. Ia berpendapat bahwa Luther lebih
buruk dari pada Paus. Luther menyebut Muenzer “Iblis dari Alstad” karena pada waktu itu Muenzer menjadi
pendeta jemaat di Alstad.
45
F.D.Wellem, Riwayat Hidup Singkat, 140.
Andreas adalah seorang tokoh reformasi gereja di Jerman, sahabat
Martin Luther tapi kemudian menjadi musuh Luther. Carlstatd adalah
nama tempat kelahirannya. Nama sebenarnya ialah Andreas von
Bodenstein. Ia belajar di Universitas Erfurt dan Collogne setelah itu ia
menjadi mahaguru di Universitas Wittenberg. Disini ia mengajarkan
teologi skolastik namun karena pengaruh Luther, ia menolak teologi
tersebut dan menganut teologi Agustinus secara konsekuen. Ia
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak bebas setelah
manusia jatuh ke dalam dosa. Ia juga menolak selibat kebiaraan dan
ekaristi. Pada hari natal 1521, ia merayakan perjamuan kudus
reformasi pertama. Ia tampil dengan memakai pakaian biasa. Roti dan
anggur ia bagi-bagikan kepada semua anggota jemaat biasa. Ia
menganggap bahwa Luther terlalu lamban dalam menjalankan
pembaharuan gereja. masih banyak unsur papisme yang dibiarkan
Luther di dalam gereja yang perlu dihapuskan. Carlstatd melakukan
tindakan-tindakan pembaharuan radikal, seperti :
1. Menyerang puasa. Ia bersama rakyat berdemonstrasi dengan memakan
daging dan telor pada hari puasa di tengah-tengah umum.
2. Ia menolak semua gelar dan kehormatan bagi dirinya karena yang
harus mendapat penghormatan hanyalah Kristus (Mat. 23:8)
3. Ia menasehatkan mahasiswanya supaya bertani dan makan makanan
dari hasil keringatnya sendiri (Kej. 3:19).
4. Ia tidak mau memakai jubah imam dan jubah mahagurunya. Ia
memakai pakaian rakyat biasa dan kemudian digantikannya dengan
pakaian seorang petani.
5. Ia menentang baptisan anak.
Pada tahun 1523 Carlstatd berhenti sebgai mahaguru di Wittenberg
dan menjadi seorang petani. Ia mengadakan hubungan rahasia dengan
Thomas Muenzer sekalipun ia tidak menyetujui sepenuhnya gerakan
Muenzer. Ia juga menulis karangan yang menguraikan pandangan
tentang perjamuan kudus. Ia berpendapat bahwa kata inilah bukan
menunjuk kepada roti dan anggur, melainkan kepada Kristus sendiri.
Luther tidak menyetujui tindakan-tindakan radikal yang dilakukan
Carlstatd. Luther menyebut Carlstatd sebagai Yudas yang baru. Atas
permintaan Luther kepada raja Saksen, Carlstatd diusir pada tahun
1524. Pada tahun 1525 ia kembali lagi ke Wittenberg dan raja
melarangnya untuk mengajar dan pada tahun 1528 Carlstatd diusir lagi
dari wilayah kerajaan Saksen. Carlstatd mengembara di wilayah
Jerman dengan keadaan yang menyedihkan. Pada akhirnya, Carlstatd
pergi menuju Zurich dan pada tahun 1534 ia diangkat menjadi
mahaguru di Universitas Basel. Ia tinggal di Basel sampai meninggal
pada tahun 1541.46
2.5.3. Hubmaier Balthasar47
Hubmaier dilahirkan di Freidburg, dekat Augsburg pada tahun
1481. Ia belajar teologi di bawah bimbingan Dr. Johan Eck dari
Freidburg dan Ingolsradt. Hubmaier adalah salah seorang pemimpin
gerakan Anabaptis pada abad ke-16. Ia menjadi imam di Cathedral
Regensburg dan dikenal sebagai pengkhotbah yang terkemuka.
Hubmaier kemudia menjadi imam Wahlshut. Waktu menjadi imam, ia
mengadakan kunjunagan kepada Erasmus di Basel dan kepada Zwingli
di Zurich. Sekembalinya dari Swiss, Hunmaier mempropagandakan
proklamasi. Hubmaier dalam perdebatan tentang perjamuan kudus
pada tahun 1523 membela ajaran-ajaran Zwingli. Namun poko
perceraiannya dengan Zwingli adalah soal baptisan anak. Ia
berpendapat bahwa para reformator mengadakan pembaharuan gereja,
tapi tidak sempurna. Pembaharuan yang mereka laksanakan hanya
setengah jalan. Salah satunya ialah baptisan anak. Hal ini
menyebabkan Hubmaier meninggalkan Zwingli dan beralih ke kaum
Anabaptis. Menurut Hubmaier, baptisan anak adalah ciptaan paus, si
antikristus. Baptisan anak tidak memiliki dasar di dalam Alkitab. Di

46
F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2011), 54-55.
47
Ibid, 97-98.
dalam baptisan dituntut suatu pertobatan pribadi yang tidak dapat
dituntut dari seorang anak kecil.
Baptisan bagi Hubmaier berarti jaminan iman dan ketaatan hingga
mati. Jaminan seperti itu tak dapat dibuat dan diharapkan dari seorang
anak kecil. Oleh karena itu, baptisan anak-anak tidak mempunyai arti
apa-apa. Baptisan anak tidak sah. Sebagai pengganti baptisan anak,
Hubmaier memperkenalkan praktek penahbisan (penyerahan) anak di
hadapan umat.
Hubmaier sendiri dibaptiskan kembali dan kemudian dia
membaptiskan orang lain lagi pada paskah 1525. Ia menghapuskan
misa, mengeluarkan altar, salib, gambar, patung dari dalam gereja.
Hubmaier kemudian kembali dengan golongan Anabaptis di
Zurich dan dengan Thomas Muenzer. Gagalnya pemberontakan kaum
petani menyebabkan Hubmaier melarikan diri ke Moravia. Di
Moravia, Hubmaier menerbitkan sejumlah tulisannya yang dicetaknya
sendiri dalam percetakannya yang dibawa ke Moravia dari Swiss. Pada
tahun 1525, raja Lois dari Hungaria meninggal dan Moravia jatuh ke
dalam tangan raja Fredinand dari Austria. Hubmaier ditangkap dan
dipenjarakan besama istrinya dengan tuduhan terlibat dalam
pemberontakan petani dan golongan anarkis. Hubmaier dijatuhi
hukuman mati dengan jalan dibakar. Istrinya 3 hari kemudian
ditenggelamkan di danau Danube.
2.5.4. Menno Simons
Menno Simons lahir di Friesland, Belanda Utara, pada tahun 1496-
1497. Pada tahun 1524 ia menjadi imam, tetapi kemudian ia mulai
meragukan doktrin transsubstansiasi. Ia lalu membaca Alkitab dan
sampai pada kesimpulan bahwa ajaran Roma salah, tetapi ia tidak
meninggalkan tugasnya. Ia berkata: “kedengarannya sangat janggal
bagi saya, suatu baptisan kedua kali. Kuselidiki Alkitab dengan tekun
dan memikirkannya dalam-dalam, tetapi tidak ada yang kudapat
mengenai baptisan anak”. Ia kemudian berpaling pada bapa-bapa
gereja dan para reformator, tetapi tidak menemukan pembelaan
berdasarkan Alkitab mengenai baptisan anak. Ia kemudian menarik
kesimpulan bahwa “kita sudah diperdaya dengan baptisan anak ini”,
tetapi ia tidak berbuat apa-apa. Sampai pada waktu ia belum pernah
berhubungan dengan para Anabaptis. Menno melihat dampak dari
Muenzer serta penganiayaan terhadap saudara-saudara Anabaptis yang
sudah tak berpimpinan. Hati kecilnya mencela dirinya, karena ia hidup
berpura-pura setia kepada Roma hanya di luar. Ia mulai berkhotbah
menurut keyakinannya dan sesudah 9 bulan, pada tahun 1536, ia pergi
dari tempat tinggalnya dan menjadi pengkhotbah Anabaptis. Menno
menjadi pemimpin Anabaptisme di Belanda dan Jerman Utara. Ia
membentuk jemaat-jemaat yang berdiri sendiri dengan pemimpin-
pemimpinnya sendiri. Sejak tahun 1545 gerakan ini disebut Mennonit.
Menno adalah contoh yang menunjukkan betapa berbahayanya
mengabaikan tradisi ketika menafsirkan Alkitab. Ia mengatakan bahwa
Yesus Kristus “tidak menjadi daging dari Maria, tetapi di dalam
Maria.” Dengan kata lain, walaupun membenarkan Yesus Kristus
benar-benar manusia tetapi ia tidak percaya bahwa kemanusiaannya
datang dari Maria yang hanya merupakan tuan rumah. Pandangan ini
sudah ditolak pada abad kedua sebagai pandangan menyesatkan. Sikap
Menno membuktikan kebenaran pribahasa bahwa barangsiapa
mengabaikan sejarah, pasti akan mengulangi kesalahan-kesalahan
yang dulu-dulu. Gereja Mennonit dalam hal ini tidak setuju dengan
Menno.48 Pada tanggal 30 Januari 1536 Menno Simmon bicara terbuka
menyatakan diri meninggalkan jabatan imam Katholik dan beralih
pada kaum Anabaptis, tapi bukan yang menganut garis keras,
melainkan yang cinta damai dan menolak kekerasan. Pada tahun 1537
ia ditahbiskan menjadi pendeta Anabaptis dan segera diangkat jadi
pemimpin kaum Anabaptis di Belanda, yang ia lakoni selama 25 tahun
sambil mendalami Alkitab, menulis buku dan traktat sampai akhir

48
Tony Lane, Runtut Pijar, 162-163.
hayatnya. Sudah sejak masa kepemimpinan Menno kaum Anabaptis di
Belanda menghadapi banyak pergumulan. Bukan hanya menghadai
tekanan GKR melainkan juga menghadapi penganut reformasi Luther
dan Calvin yang semakin kuat di negeri itu. Kaum Mennonit memang
sependapat dengan kaum Lutheran dan Calvinis mengenai banyak hal
pokok dari ajaran reformasi, tetapi kemudian menarik implikasi yang
berbeda dengan pokok-pokok ajaran tersebut. Bagi kaum Mennonit,
pembenaran oleh iman berarti bahwa hanya pribadi-pribadi yang sudah
cukup dewasa untuk memiliki iman yang sadar dan yang dapat
mengambil keputusan bagi dirinyalah yang dapat dibaptis.49
2.5.5. Conrad Grebel
Conrad Grebel dilahirkan pada tahun 1498 di Gruningen. Ayahnya
bernama Jacob Grebel, seorang pengusaha besi yang sukses sehingga
menjadi seorang yang kaya raya. Disamping itu, Jacob menduduki
jabatan yang penting yaitu sebagai anggota dewan kota Zurich. Pada
tahun 1521, Grebel dan beberapa orang temannya belajar bahasa
Yunani dan Ibrani kepada Zwingli. Hubungannya dengan Zwingli
menyebabkan Grebel bergaul dengan tokoh-tokoh humanis di Swiss.
Grebel hidup sebagai seorang humanis dan memainkan peranan yang
penting dalam pemerintahan di kota Zurich.
Pada tahun 1522, Grebel mengalami pertobatan dan beralih dari
seorang humanis menjadi penganut reformasi bersama dengan
Zwingli. Ia sangat menghormati dan membela Zwingli sampai
diadakannya perdebatan tentang patung dan ekaristi pada akhir tahun
1523 di Zurich. Pada perdebatan ini Grebel berselisih dengan Zwingli.
Menurut Zwingli, keputusan tentang penghapusan patung dari dalam
gereja dan perayaan ekaristi diserahkan kepada keputusan Dewan
Kota. Grebel menolak keras pendapat Zwingli tersebut. Ia menyatakan
bahwa tidak perlu menyerahkannya kepada Dewan Kota karena yang
berkuasa bukanlah Dewan Kota, melainkan Alkitab.

49
Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, 112.
Grebel dan kawan-kawannya tidak puas dengan reformasi yang
sangat lamban yang dijalankan oleh Zwingli. Mereka juga tidak puas
dengan sikap Zwingli. Pada Desember 1524, Grebel berdebat dengan
Zwingli tentang baptisan anak. Mereka menolak baptisan anak karena
tidak ada dasarnya di dalam Alkitab. Golongan radikal mendirikan
sebuah persekutuan dengan nama persaudaraan dalam Kristus atau
dikenal juga persaudaraan Swiss. Baptisan yang benar adalah baptisan
dewasa bukan baptisan anak. Pada Februari 1525, persaudaraan Swiss
berkumpul dan saling membaptis diantara mereka. Grebel dibaptis
oleh George Cajacob kemudian George dibaptis oleh Grebel. Pada
November 1525, diadakan perdebatan tentang baptisan di Dewan Kota
Zurich. Pada perdebatan ini Zwingli menyatakan persaudaraan Swiss
sesat. Grebel, Manez dan Blaurock dipenjarkan, namun pada malam
hari mereka dapat melarikan diri melalui jendala yang tak terkunci.
Grebel meninggal pada Agustus 1526.
2.6. Dampak Reformasi Radikal bagi Gereja dan Dunia50
1. Mampu menyerang GKR dan reformator lainnya.
Kelompok radikal mampu menyerang GKR dengan menjadikan masyarakat
menengah ke bawah sebagai pemberontak terhadap GKR. Mereka tidak mau
membayar uang pajak sehingga GKR menjadi melemah di sudut ekonomi dan
para bangsawan kehilangan penghasilannya. Kelompok ini juga menyerang
para reformator dengan tambahan wawasan teologi Muenzer mengenai umat
pilihan yang artinya sebagai umat pilihan Allah harus mengosongkan diri,
supaya tempat yang kosong itu dapat diisi oleh Roh Tuhan. Kekosongan diri
juga berarti kekosongan mateial, alias tidak mempunyai harta. Muenzer juga
menyarang Luther dengan menyebut Luther sebagai “saudara babi gemuk”
karena tidak mendukung perjuangannya.
2. Disenangi oleh masyarakat menengah kebawah
Dampak dari aliran ini juga membuat banyak pengikutnya dari golongan
menengah ke bawah karena masyarakat menengah ke bawah ingin mendapat

50
Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 62.
keadilan dalam kondisi krusial dan ekonomi yaitu kebebasan dari kewajiban-
kewajiban membayar pajak. Mereka ingin tidak perbedaan orang kaya dan
orang miskin. Dengan melihat keadilan ini, masyarakat menengah ke bawah
banyak yang ikut menjadi anggota reformasi radikal.
3. Mudah mengembang dan tersebar keseluruh dunia
Kelompok ini mudah berkembang karena hidup di dalam kelompok-
kelompok yang dapat mempengaruhi setiap hidup masyarakat biasa dengan
menekankan kesalehan oleh sebab itulah reformasi radikal mudah berkembang
di Strassburg, Jerman, Zurich, Swiss, Morovia, Belanda, Italia, dan lain-lain.
III. Refleksi Teologis

IV. Kesimpulan

V. Daftar Pustaka
Abineno, J. L. Ch., Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016.
Aritonang, Jan S., Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media,
2007.
Berkhof, H. dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018.
Berkhof, H., dan I. H. Enklar, Sejarah Gereja Umum, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
1991.
Curtis, A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta:
Gunung Mulia,2013.
Echols, Jhon M., dan Hasan Shadiyi, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2006.
End, Thomas Van Den, Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2015.
Jonge, C. De, & Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1995.
Lane, Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2016.
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-Gunung Mulia,
2016.
Poewadarmita, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2006.
S., Jonar, Sejarah Gereja Umum, Yogyakarta: ANDI, 2014.
Simorangkir, Mangisi S. E., Ajaran Dua Kerajaan dan Relevansinnya di Indonesia,
Bandung: Penerbit satu-satu, 2011.
Wellem, F. D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2006.
Wellem,F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-
Gunung Mulia, 2011.

Anda mungkin juga menyukai